14
JURNAL TEKNIK SIPIL Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 59 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSELISIHAN KONTRAK DAN CARA PENYELESAIANNYA PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DI KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROPINSI MALUKU UTARA Nortir Collins Pasaribu 1 , Sri Murni Dewi 2 , Arief Rachmansyah 3 1 Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang 3 Dosen Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang E-mail: [email protected] Abstrak Aktifitas proses pembangunan infrastruktur yang bersifat kompleks dan disertai dengan kemajuan teknologi konstruksi dapat meningkatkan potensi terjadinya perbedaan pemahaman, perselisihan pendapat, maupun pertentangan antara berbagai pihak yang terlibat dalam pekerjaan konstruksi. Potensi terjadinya perselisihan tersebut sering tidak dapat dihindari dan jika dibiarkan dapat berubah menjadi sengketa konstruksi. Hal ini tidak bisa dibiarkan berkepanjangan sehingga diperlukan tindakan penyelesaian sejak dini secara adil dan memuaskan bagi semua pihak. Jika dibiarkan, perselisihan akan berakibat pada penurunan kinerja secara keseluruhan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya perselisihan kontrak konstruksi dan cara penyelesaiannya menurut pemilik proyek ( owner) dan kontraktor, serta untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pendapat antara kedua pihak tersebut. Proyek yang dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah proyek-proyek bangunan gedung milik Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Utara Propinsi Maluku Utara. Proses pengambilan data dilakukan dengan cara penyebaran kuisioner, responden yang dimintakan pendapatnya mewakili pihak owner dan kontraktor masing-masing terdiri dari 25 orang, serta pengambilan datanya dilakukan dengan sistem sensus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menurut Owner yang didasarkan pada Fakta dan Persepsi, faktor yang paling dominan menjadi penyebab terjadinya perselisihan kontrak konstruksi adalah Faktor Pendapat Teknis (X 4 ), masing-masing dengan nilai tingkat potensi rata-rata sebesar 89,33% dan 92,27%, nilai tersebut masuk dalam kriteria tingkat potensi Sangat Tinggi. Menurut Kontraktor yang didasarkan pada Fakta dan Persepsi, faktor yang paling dominan menjadi penyebab terjadinya perselisihan kontrak konstruksi adalah Faktor Pendapat Teknis (X 4 ) juga, masing-masing dengan nilai tingkat potensi rata-rata sebesar 94,67% dan 96,80%, nilai tersebut masuk dalam kriteria tingkat potensi Sangat Tinggi. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapat Owner dan Kontraktor tentang faktor-faktor penyebab terjadinya perselisihan kontrak konstruksi, baik yang didasarkan atas Fakta maupun Persepsi. Cara penyelesaian perselisihan umumnya dilakukan dengan Negosiasi, yaitu dengan cara melakukan rapat, koordinasi, dan administrasi (surat-menyurat); sedangkan penyelesaian melalui lembaga pengadilan tidak pernah dilakukan, karena selain membutuhkan biaya yang besar dan prosesnya relatif lama, juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap keharmonisan hubungan antara pihak yang terlibat (Owner- Kontraktor) di waktu yang akan datang. Kata-kata kunci: Infrastruktur, Konstruksi, Perselisihan. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktifitas proses pembangunan infrastruktur yang bersifat kompleks dan disertai dengan kemajuan teknologi konstruksi dapat meningkatkan potensi terjadinya perbedaan pemahaman, perselisihan pendapat, maupun pertentangan antara berbagai pihak (pemilik proyek dan kontraktor) yang terlibat dalam pekerjaan konstruksi. Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi, maka potensi terjadinya konflik sangat besar sehingga dapat dikatakan bahwa proyek konstruksi mengandung potensi konflik yang cukup tinggi (Ervianto, 2005). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Yusuf (2007) dan Kamaludin (2008), bahwa dalam kegiatan konstruksi hampir dapat dipastikan tidak ada satupun kontrak kerja konstruksi yang bebas dari perselisihan, tuntutan, atau bahkan ketidakpuasan. Perbedaan pemahaman, perselisihan pendapat

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSELISIHAN KONTRAK DAN …

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSELISIHAN KONTRAK DAN …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 59

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSELISIHAN KONTRAK DAN CARA PENYELESAIANNYA PADA PROYEK

PEMBANGUNAN GEDUNG DI KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROPINSI MALUKU UTARA

Nortir Collins Pasaribu1, Sri Murni Dewi

2, Arief Rachmansyah

3

1Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang

2Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang

3Dosen Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang

E-mail: [email protected]

AAbbssttrraakk

Aktifitas proses pembangunan infrastruktur yang bersifat kompleks dan disertai dengan kemajuan teknologi

konstruksi dapat meningkatkan potensi terjadinya perbedaan pemahaman, perselisihan pendapat, maupun

pertentangan antara berbagai pihak yang terlibat dalam pekerjaan konstruksi. Potensi terjadinya perselisihan tersebut

sering tidak dapat dihindari dan jika dibiarkan dapat berubah menjadi sengketa konstruksi. Hal ini tidak bisa

dibiarkan berkepanjangan sehingga diperlukan tindakan penyelesaian sejak dini secara adil dan memuaskan bagi

semua pihak. Jika dibiarkan, perselisihan akan berakibat pada penurunan kinerja secara keseluruhan dalam

pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi

penyebab terjadinya perselisihan kontrak konstruksi dan cara penyelesaiannya menurut pemilik proyek (owner) dan

kontraktor, serta untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pendapat antara kedua pihak tersebut. Proyek yang

dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah proyek-proyek bangunan gedung milik Pemerintah Daerah Kabupaten

Halmahera Utara Propinsi Maluku Utara. Proses pengambilan data dilakukan dengan cara penyebaran kuisioner,

responden yang dimintakan pendapatnya mewakili pihak owner dan kontraktor masing-masing terdiri dari 25 orang,

serta pengambilan datanya dilakukan dengan sistem sensus.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menurut Owner yang didasarkan pada Fakta dan Persepsi, faktor

yang paling dominan menjadi penyebab terjadinya perselisihan kontrak konstruksi adalah Faktor Pendapat Teknis

(X4), masing-masing dengan nilai tingkat potensi rata-rata sebesar 89,33% dan 92,27%, nilai tersebut masuk dalam

kriteria tingkat potensi Sangat Tinggi. Menurut Kontraktor yang didasarkan pada Fakta dan Persepsi, faktor yang

paling dominan menjadi penyebab terjadinya perselisihan kontrak konstruksi adalah Faktor Pendapat Teknis (X4)

juga, masing-masing dengan nilai tingkat potensi rata-rata sebesar 94,67% dan 96,80%, nilai tersebut masuk dalam

kriteria tingkat potensi Sangat Tinggi. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapat Owner dan

Kontraktor tentang faktor-faktor penyebab terjadinya perselisihan kontrak konstruksi, baik yang didasarkan atas

Fakta maupun Persepsi. Cara penyelesaian perselisihan umumnya dilakukan dengan Negosiasi, yaitu dengan cara

melakukan rapat, koordinasi, dan administrasi (surat-menyurat); sedangkan penyelesaian melalui lembaga

pengadilan tidak pernah dilakukan, karena selain membutuhkan biaya yang besar dan prosesnya relatif lama, juga

dapat menimbulkan dampak negatif terhadap keharmonisan hubungan antara pihak yang terlibat (Owner-

Kontraktor) di waktu yang akan datang.

Kata-kata kunci: Infrastruktur, Konstruksi, Perselisihan.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktifitas proses pembangunan infrastruktur yang bersifat kompleks dan disertai dengan kemajuan

teknologi konstruksi dapat meningkatkan potensi terjadinya perbedaan pemahaman, perselisihan

pendapat, maupun pertentangan antara berbagai pihak (pemilik proyek dan kontraktor) yang terlibat

dalam pekerjaan konstruksi.

Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi, maka potensi terjadinya konflik

sangat besar sehingga dapat dikatakan bahwa proyek konstruksi mengandung potensi konflik yang cukup

tinggi (Ervianto, 2005). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Yusuf (2007) dan Kamaludin (2008),

bahwa dalam kegiatan konstruksi hampir dapat dipastikan tidak ada satupun kontrak kerja konstruksi yang

bebas dari perselisihan, tuntutan, atau bahkan ketidakpuasan. Perbedaan pemahaman, perselisihan pendapat

Page 2: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSELISIHAN KONTRAK DAN …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 60

maupun pertentangan tersebut sering tidak dapat dihindari dan jika dibiarkan dapat berubah menjadi

sengketa konstruksi. Hal ini tentunya tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, sehingga perlu diselesaikan sejak

dini secara adil bagi semua pihak yang terlibat. Jika dibiarkan perselisihan tersebut akan berakibat pada

penurunan kinerja secara keseluruhan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

Bagi para pihak, mengidentifikasi berbagai faktor penyebab perselisihan dalam pekerjaan

konstruksi sangat penting. Karena kecenderungan faktor penyebab perselisihan itulah yang perlu secara

jelas dijadikan pertimbangan dalam membuat suatu kontrak perjanjian, sehingga dalam perjalanan

perkerjaan konstruksi dapat dikurangi timbulnya perselisihan antara pihak-pihak yang terlibat. Jika

kontrak yang dibuat tidak benar atau berat sebelah, maka besar kemungkinan akan menimbulkan sengketa

dikemudian hari.

Fenomena yang terjadi di Kabupaten Halmahera Utara Propinsi Maluku Utara, khususnya proyek

pembangunan gedung milik pemerintah daerah bahwa sering terjadinya perselisihan antara pihak pemilik

proyek dengan pihak kontraktor pelaksana. Hal tersebut telah dimuat di beberapa media cetak lokal

seperti Ternate Post, dan Tobelo Post, serta beberapa koran mingguan lainnya. Dari sekian banyak

perselisihan yang terjadi, di antaranya adalah proyek pembangunan gedung sekolah dasar Inpres

Tabanoma Kecamatan Malifut, proyek pembangunan kantor dinas social, beberapa proyek pembangunan

gedung milik dinas pertanian Kabupaten Halmahera Utara.

Atas dasar uraian sebelumnya di atas, maka dipandang perlu untuk dilakukannya penelitian yang

berkaitan dengan hal tersebut. Yang mana penelitian ini diberi judul “Faktor-Faktor Penyebab

Perselisahan Kontrak dan Cara Penyelesaiannya Pada Proyek Pembangunan Gedung Di Kabupaten

Halmahera Utara Propinsi Maluku Utara”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Faktor apakah yang dominan berpengaruh menimbulkan perselisihan kontrak di proyek pembangunan

gedung menurut persepsi owner dan kontraktor?

2. Apakah ada perbedaan persepsi antara owner dan kontraktor mengenai faktor-faktor potensial

penyebab perselisihan kontrak pada proyek pembangunan gedung?

3. Bagaimana cara penyelesaian perselisihan kontrak yang ditempuh menurut pengalaman owner dan

kontraktor?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui faktor potensial yang dominan menimbulkan perselisihan kontrak di proyek pembangunan

gedung menurut persepsi owner dan kontraktor.

2. Menganalisis ada atau tidaknya perbedaan antara persepsi owner dan kontraktor mengenai faktor-

faktor potensial penyebab perselisihan kontrak pada proyek pembangunan gedung.

3. Mengidentifikasi cara penyelesaian perselisihan kontrak yang ditempuh menurut pengalaman owner

dan kontraktor.

1.4 Batasan Masalah

1. Penelitian dilakukan pada proyek pembangunan gedung bertingkat dan tidak bertingkat milik

pemerintah daerah yang berlokasi di Kabupaten Halmahera Utara Propinsi Maluku Utara.

2. Penelitian difokuskan pada proyek yang memiliki nilai kontrak lebih besar dari 500 juta rupiah dan

menggunakan jenis kontrak Lumpsum.

3. Waktu pelaksanaan proyek yang diteliti adalah antara tahun anggaran 2007 sampai dengan 2009.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kontrak Kerja Konstruksi

Secara umum pengertian kontrak atau perjanjian menurut Undang-Undang Hukum Perdata Pasal

1313 adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang atau

lebih. Menurut Subekti (2001) pengertian kontrak atau perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang

Page 3: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSELISIHAN KONTRAK DAN …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 61

berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.

Selanjutnya menurut Jenie (2007) dalam Nurachmad (2010) bahwa dalam perkembangannya, pengertian

perjanjian berkembang menjadi suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata

sepakat yang beriktikad baik untuk menimbulkan suatu akibat hukum. Semua pihak yang terkait dalam

kontrak mempunyai derajat yang sama dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan

posisinya. Dalam suatu kontrak telah tercantum pula hak, kewajiban, dan sanksi-sanksi apabila ada salah

satu pihak yang tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Khususnya di bidang konstruksi, kontrak atau perjanjian juga memiliki definisi yang dijabarkan

dengan lebih spesifik. Yaitu seperti diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa

Konstruksi, pengertian kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan

hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Kontrak

pada proyek menentukan hak dan kewajiban antara dua belah pihak atau lebih yang terlibat dalam

kontrak, biasanya dilakukan antara pemilik dengan kontraktor, kontraktor dengan pemasok atau sub-

kontraktor, dan lain sebagainya. Kontrak bersifat mempunyai aspek hukum yang kuat serta mengikat,

sehingga para pihak yang terlibat mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi, ditulis dengan

jelas dalam dokumen kontrak.

Menurut Husen (2008), bahwa secara umum proyek konstruksi memiliki dua jenis kontrak, yaitu

kontrak penawaran bersaing dan kontrak penawaran dengan negosiasi

- Kontrak Penawaran Bersaing

a. Kontrak Lumpsum, dimana biaya yang harus dikeluarkan pemilik proyek adalah suatu jumlah tetap

yang didapat dari perhitungan seluruh aspek pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak; seperti

gambar desain, spesifikasi umum, dan spesifikasi teknis, serta aturan-aturan administratif lainnya.

b. Kontrak Unit Price, didasarkan atas estimasi volume pekerjaan yang telah diklarifikasi bersama-

sama pemilik proyek dengan jumlah biaya per unit pekerjaan.

- Kontrak Penawaran Negosiasi Biaya

a. Kontrak Lumpsum, harga ditentukan dari negosiasi penawaran yang dilakukan oleh pemilik proyek

dengan kontraktor pelaksana.

b. Kontrak Unit Price, jenis kontrak ini juga sama dengan cara jenis kontrak penawaran bersaing,

namun harga ditentukan berdasarkan kesepakatan dua belah pihak.

c. Kontrak Cost Plus Fee, pembayaran oleh pemilik proyek didasarkan atas daftar biaya yang

dikeluarkan oleh kontraktor setelah proyek selesai ditambah dengan keuntungannya.

2.2 Pengertian Faktor Potensial Perselisihan Kontrak

Yang dimaksudkan dengan perselisihan (dispute) menurut Logawa (1997) adalah diskusi antara

dua pihak yang saling bertentangan dan tidak berakhir. Hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan

interpretasi atas suatu masalah yang belum diatur dalam perjanjian/kontrak. Jadi, pengertian faktor-faktor

potensial terjadinya perselisihan kontrak adalah faktor-faktor apa saja yang mungkin dapat menyebabkan

terjadinya perselisihan kontrak di antara partisipan kontrak.

Faktor potensial terjadinya suatu perselisihan dapat juga diartikan sebagai faktor yang mungkin

dapat menyebabkan/mengakibatkan suatu masalah itu terjadi. Potensial ini diartikan sebagai peluang

kemungkinan yang bisa mengarah menjadi lebih tinggi atau berkualitatif menuju rendah. Dalam skala

kualitatif di antaranya kita mengenal tingkatan dari sangat rendah sampai ke tingkatan yang sangat tinggi.

2.3 Identifikasi Faktor Potensial Perselisihan Kontrak

Untuk memprediksi faktor yang mungkin mempengaruhi timbulnya perselisihan adalah sangat

banyak dan kompleks. Ibarat suatu perangkat peralatan, maka variabel-variabel penyebab itu bisa datang

dari sistemnya, orang yang menjalankan atau dari alatnya sendiri. Masing-masing bagian ini mempunyai

sub-bagian yang sifatnya merupakan faktor kontrak sebagai pembentuk. Kontrak itulah yang secara lebih

mendalam bisa diuraikan menjadi variabel-variabel pembentuk yang jumlahnya sangat banyak.

Berdasarkan hasil penelitian Diekmann dan Girard (1995), menyatakan bahwa karakteristik suatu

proyek bisa dilihat dari aspek pihak/orangnya, aspek proyek, dan aspek proses. Sedangkan menurut hasil

penelitian oleh Kerzner (2001) dan Thamhain (1984) dalam Aderiani (2005) bahwa faktor yang

Page 4: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSELISIHAN KONTRAK DAN …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 62

berpotensi menjadi penyebab perselisihan dalam proyek konstruksi adalah aspek prioritas proyek, aspek

prosedur administrasi, aspek pendapat teknis, aspek biaya, aspek jadual, dan aspek dokumen kontrak.

Dari hasil penelitian-penelitian tersebut, kemudian dibentuk menjadi faktor penyebab perselisihan

kontrak yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian. Faktor-faktor tersebut diuraikan lebih mendetail ke

dalam variabel-variabel yang mendasarinya. Variabel-variabel tersebut harus menjadi variabel kuantitatif

agar dapat diukur untuk menjadi alat pengambilan kesimpulan, sejauh manakah faktor itu berpotensi

sebagai penyebab perselisihan kontrak konstruksi. Uraian tentang faktor-faktor penyebab perselisihan

kontrak adalah sebagai berikut:

- Aspek Jadual Pekerjaan

Penetapan jadual proyek umumya ditentukan oleh pemilik untuk kepentingan pemakaian sesegera

mungkin yang mendesak. Proyek selalu dibangun dalam tekanan waktu, walaupun ada banyak

ketidakpastian tentang kejadian-kejadian di masa yang akan datang dimana kondisi selalu berubah.

Kesalahan-kesalahan akan timbul karena adanya tekanan waktu berkaitan dengan jadual yang tidak

realistis. Jadual yang tidak realistis jarang sekali dapat digunakan untuk melaksanakan proyek dengan

sukses (Probowo, 1998).

- Aspek Prioritas dan Biaya Proyek

Perselisihan juga bisa terjadi akibat terlalu banyaknya proyek yang ditangani dalam waktu yang

bersamaan oleh satu kontraktor. Yang mana konsentrasi lebih ditujukan pada proyek yang

diprioritaskan, sehingga proyek lainnya menjadi kurang maksimal. Perbedaan pandangan tentang

prioritas proyek antara pemilik proyek dan kontraktor juga menjadi salah satu sumber masalah dalam

pelaksanaan proyek (Saleh, 2005). Dana yang dimiliki oleh kontraktor apabila tidak direncanakan

dengan cermat pengalokasian dan penggunaannya akan berpeluang menimbulkan arus pembiayaan

untuk proyek itu sendiri. Sebagaimana lazimnya, kontraktor sendiri harus menanamkan sejumlah

biaya untuk proyek, sebelum menerima pembayaran dari pemilik. Kontrak-kontrak pekerjaan

konstruksi menyediakan pembayaran bertahap dari nilai kontrak sejalan dengan kemajuan pekerjaan.

Pembayaran yang terlambat oleh pemilik ke kontraktor menimbulkan masalah serius dalam industri

konstruksi, karena akan mengacaukan semua sistem pendanaan, dan mempengaruhi kelancaran

pekerjaan (Probowo, 1998).

- Aspek Sumber Daya Manusia

Para pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi, baik pemilik proyek maupun kontraktor dituntut

memiliki sumber daya manusia yang berkualitas di bidang kerjanya masing-masing. Personil ini

bahkan seyogyanya memiliki kemampuan teknis dan manajemen yang lebih baik atau andal, karena

para personil ini berhadapan langsung dengan masalah perencanaan, pengaturan, dan pengendalian

sumber daya yang ada. Kurangnya pengalaman dari personil proyek dapat menyebabkan terjadinya

masalah-masalah dalam pelaksanaan suatu proyek (Saleh, 2005).

- Aspek Pendapat Teknis

Perencanaan gambar dan spesifikasi harus cukup lengkap, layak dan siap dipakai untuk dijadikan

pedoman pada proses pelaksanaan. Gambar menunjukkan apa saja yang harus dibangun, sedangkan

spesifikasi merupakan instruksi tertulis yang menjabarkan bagaimana proyek dibangun dan hasil apa

yang akan dicapai (Probowo, 1998). Adanya pekerjaan yang berbeda dari spesifikasi atau adanya

pekerjaan tambahan yang tidak tercantum dalam dokumen kontrak dapat menyebabkan konflik (Saleh,

2005). Pada umumnya pekerjaan tambah dalam jumlah besar akan disertai dengan kebijakan

pemberian tambahan waktu pelaksanaan pekerjaan. Masalah yang harus diantisipasi adalah bahwa

pekerjaan-pekerjaan tambah yang diminta pada saat pekerjaan sedang berjalan, sering kali

menginterupsi pokok pekerjaan yang telah ada sebelumnya. Adanya interupsi-interupsi ini akan

mengganggu kelancaran pekerjaan secara keseluruhan atau bahkan memerlukan perencanaan ulang

(Probowo, 1998).

- Aspek Prosedur Administrasi

Adanya organisasi kerja yang efisien juga ikut mempengaruhi kesuksesan suatu manajemen dalam

proyek konstruksi. Oleh sebab itu dalam membentuk suatu organisasi proyek harus diperhatikan

bahwa jalur perintah yang ada sebaiknya bersifat langsung dan pendek, serta setiap individu sebaiknya

diberi wewenang sesuai posisinya (Saleh, 2005).

Page 5: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSELISIHAN KONTRAK DAN …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 63

- Aspek Dokumen Kontrak

Dokumen kontrak yang tidak jelas dapat menyebabkan adanya keterlambatan, dimana hal ini

berpotensi mengakibatkan terjadinya klaim (Saleh, 2005). Terminologi atau kata-kata yang bermakna

samar/ganda (ambiguous) dapat menimbulkan keragu-raguan dalam pengartian dan penafsirannya.

Akibatnya, masing-masing pihak akan berusaha memberikan penafsiran sendiri yang tentunya dengan

maksud untuk tidak merugikan diri sendiri sehingga kerap menjadi bibit perselisihan (Ervianto, 2005).

Ketidakjelasan dalam dokumen kontrak biasanya yang berkaitan dengan penggunaan bahasa yang

bermakna ganda, kejelasan tentang hak dan kewajiban dari masing-masing pihak, dan seterusnya.

- Aspek Force Majeure

Hujan lebat atau cuaca yang tidak memungkinkan dapat menyebabkan penundaan pelaksanaan

pekerjaan sehingga terjadi keterlambatan pada proyek (Saleh, 2005). Terjadinya bencana alam

(longsor, banjir, gempa bumi), adanya huru-hara atau kerusuhan, serta pengrusakan oleh pihak ketiga

juga berpotensi menyebabkan keterlambatan pelaksanaan proyek, yang mana dapat menyebabkan

perselisihan jika tidak diatur dengan jelas dalam kontrak.

2.4 Penyelesaian Perselisihan Kontrak

Penyelesaian perselisihan pada proyek konstruksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari

cara yang sederhana sampai yang bersifat kompleks. Namun apapun pilihannya, penyelesaian perselisihan

hendaknya dilakukan dengan cara-cara yang murah, cepat, tidak merugikan kedua belah pihak, serta yang

terpenting adalah tujuan utama pekerjaan dapat tercapai. Menurut Yusuf (2007) dan Sembiring (2011),

terdapat beberapa cara penyelesaian perselisihan, yaitu:

- Negosiasi

Bentuk paling dasar dalam upaya penanggulangan perselisihan adalah melalui negosiasi atau

perundingan. Negosiasi merupakan proses tawar-menawar dari masing-masing pihak untuk mencapai

kesepakatan. Dengan cara ini, kedua belah pihak yang berselisih dapat mengupayakan

penyelesaiannya secara langsung yang tentunya akan lebih cepat dan hemat karena tidak melibatkan

pihak ketiga.

- Mediasi

Mediasi adalah proses penyelesaian perselisihan dengan perantaraan pihak ketiga, yakni pihak yang

memberikan masukan- masukan kepada para pihak untuk menyelesaikan masalah mereka. Pihak

ketiga yang dilibatkan biasanya terdiri dari orang- orang yang dinilai mempunyai kemampuan dan

keahlian untuk membantu para pihak dalam mencapai kesepakatan. Mediator bertugas mengumpulkan

data-data dan informasi terutama dari masing-masing pihak yeng berselisih. Kemudian mediator

membuat resume dari hasil analisisnya, menyampaikan keinginan satu pihak ke pihak yang lainnya

dan begitu sebaliknya. Untuk itu seorang mediator harus mampu membangun komunikasi yang baik

sehingga bisa menyerap semua pendapat dan keinginan masing-masing pihak serta memberikan

rekomendasi cara penyelesaian yang adil. Salah satu kunci sukses dalam proses mediasi adalah

kemauan keras dari kedua belah pihak untuk bekerja sama secara kooperatif untuk menyelesaikan

permasalahan yang ada. Mediator haruslah yang tidak memihak dan tidak memutuskan sesuatu, tetapi

hanya memberikan nasihat atau saran. Jadi keputusan yang diambil oleh mediator bersifat tidak

mengikat.

- Konsiliasi

Penyelesaian perselisihan dengan cara konsiliasi ini adalah upaya penyelesaian perselisihan dengan

cara melibatkan pihak ketiga yang memiliki kewenangan untuk memaksa para pihak untuk mematuhi

dan menjalankan hal yang diputuskan oleh pihak ketiga tersebut.

- Arbitrase

Cara penyelesaian perselisihan jenis ini hampir sama dengan mediasi. Dalam hal ini, pihak yang

berselisih meminta badan arbitrase untuk menunjuk seorang atau beberapa orang sebagai arbitrator.

Arbitrator harus orang yang ahli dalam bidang konstruksi dan administrasi kontrak. Proses arbitrase

dimulai dengan presentasi/penjelasan dari masing-masing pihak tentang persoalan yang diselisihkan.

Di antara para pihak juga memberikan kesaksian selama proses presentasi tersebut. Proses ini hampir

sama dengan trial proses dalam suatu ruang sidang. Hanya saja, proses ini tidak secara legal mengikat

Page 6: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSELISIHAN KONTRAK DAN …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 64

kedua belah pihak. Di akhir keputusan proses arbitrase, kedua belah pihak bisa menerima keputusan

atau menolaknya. Penolakan terhadap keputusan badan arbitrase bisa disebabkan salah satu pihak

tidak puas atas keputusan yang diambil. Selanjutnya bila menolak keputusan tersebut, maka jalan

terakhir untuk upaya penyelesaian perselisihan adalah dengan membawa masalah ke lembaga

pengadilan.

- Pengadilan

Bentuk lain yang merupakan upaya terakhir dalam menyelesaikan perselisihan adalah membawa

permasalahan ke pengadilan untuk dicarikan upaya penyelesaian terakhir berdasarkan hukum. Proses

pengadilan tidak hanya membutuhkan biaya mahal tetapi juga memerlukan waktu yang relatif lama.

Dampak negatif lainnya dari cara penyelesaian perselisihan ini adalah hubungan antara para pihak

menjadi tidak harmonis lagi.

3. METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah strategi untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis penelitian. Jika

yang digunakan bukanlah rancangan penelitian yang benar, maka kemungkinan besar hipotesisnya tidak

terbukti kebenarannya, walaupun sebenarnya adalah benar. Penelitian yang dilakukan ini termasuk dalam

kategori penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bersifat menemukan fenomena perselisihan

hubungan kontrak yang terjadi di proyek berdasarkan pendapat dari sumber datanya. Dan metode

pengumpulan data sampelnya adalah dengan metode survei (kuisioner). Tujuan akhir penelitian ini adalah

menemukan faktor-faktor potensial perselisihan menurut pendapat owner dengan kontraktor dan

mengetahui faktor-faktor yang paling dominan penyebab perselisihan menurut kedua belah pihak

tersebut. Berdasarkan faktor-faktor potensial perselisihan kontrak, maka dibangun suatu variabel/sub-

faktor pembentuk faktor yang lebih rinci untuk dijadikan persoalan isian kuisioner. Selain faktor-faktor

berdasarkan teori juga dikembangkan beberapa faktor baru yang didasarkan atas hasil observasi awal

untuk melengkapi faktor yang ada. Variabel-variabel itu harus merepresentasikan faktor-faktor yang ada

sesuai dengan karakteristik proyek masing-masing. Untuk keperluan pengambilan data di lapangan

didasarkan atas rancangan penelitian yang ada, kemudian dibuat desain kuisioner. Bagan alir rancangan

penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di wilayah Kabupaten Halmahera Utara Propinsi Maluku Utara, yaitu untuk

proyek-proyek pembangunan gedung milik pemerintah daerah, penentuan lokasi penelitian ini dilakukan

secara sengaja. Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian, terutama proses pengambilan data di lokasi

(penyebaran kuisioner) dilakukan mulai dari bulan Juli 2010 sampai berakhir pada bulan September

2010.

3.3 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah owner dan kontraktor yang pernah atau sedang malaksanakan pekerjaan

pembangunan gedung milik pemerintah daerah dalam periode tahun anggaran antara tahun 2007 sampai

dengan tahun 2009.

Responden penelitian yang mewakili kontraktor adalah para direktur perusahaan atau pejabat di

bawahnya seperti kepala proyek, site manager, staf teknik, sedangkan yang mewakili pihak pemilik

proyek adalah koordinator pengawas dan pengawasnya. Yang menjadi alasan pemilihan responden

tersebut adalah karena pihak-pihak tersebut dianggap menguasai persoalan penelitian, dimana pihak-

pihak tersebut yang memiliki wewenang dalam hal pengambilan keputusan di dalam struktur organisasi

proyeknya masing-masing.

Responden dalam penelitian ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok owner dan kelompok

kontraktor. Berdasarkan data dari pemerintah daerah Kabupaten Halmahera Utara (dihimpun dari daftar

proyek di masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah/SKPD), terdapat 25 proyek yang menjadi objek

penelitian. Karena jumlah populasi yang ada relatif sedikit (kurang dari 30), maka dilakukan pengambilan

Page 7: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSELISIHAN KONTRAK DAN …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 65

data secara sensus, artinya dari seluruh populasi tersebut semuanya dijadikan sumber data. Yaitu masing-

masing sejumlah 25 responden mewakili pihak owner dan pihak kontraktor.

Gambar 1. Bagan Alir Penelitian

Sumber Data Penelitian

- Data Primer

Data primer dikumpulkan dari responden langsung, yaitu yang berada di kantor pusat maupun di

lokasi proyek. Responden dari pihak owner adalah koordinator pengawas dan pengawas. Sedangkan

dari pihak kontraktor antara lain direktur, kepala proyek, site manager, dan staf teknik. Dari setiap

proyek, diambil satu orang dari masing-masing pihak, baik pemilik proyek maupun kontraktor sebagai

responden.

- Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur, jurnal, praktisi yang bekerja di bidang konstruksi, dan

juga dari contoh kasus perselisihan yang pernah terjadi. Proses pengambilan data sekunder dilakukan

bersamaan dengan proses penyusunan/pencarian kajian teori.

3.5 Rancangan Kuisioner Penelitian

- Pembuatan Kuisioner

Ada tiga bagian isi dari kuisioner, yaitu di antaranya adalah: (1) tentang data responden dan informasi

proyek; (2) tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan perselisihan versi owner dan versi

kontraktor; dan (3) tentang informasi perselisihan kontrak yang sudah/sedang terjadi di proyek. Data

responden dan informasi proyek menjelaskan data-data pribadi responden dan perusahaan. Di samping

itu juga menjelaskan tentang pengalaman pekerjaan di proyek pembangunan gedung terutama yang

Ya

Mulai

Studi Literatur

Perumusan Masalah & Tujuan Penelitian

Penentuan Variabel

Rancangan Kuisioner

Pengumpulan Data

Uji Validitas & Reliabilitas

Analisa & Pembahasan

Kesimpulan & Saran

Selesai

Tidak

Page 8: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSELISIHAN KONTRAK DAN …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 66

berkaitan dengan lingkup penelitian. Di bagian kedua menguraikan tentang variabel-variabel yang

berpotensi menimbulkan perselisihan kontrak dengan penilaian skor kuantitatifnya. Sedangkan pada

bagian terakhir menjelaskan pengalaman responden selama mengikuti proses pelaksanaan dalam hal

penyelesaian perselisihan yang pernah dialami. Keseluruhan isi kuisioner diharapkan mampu

mendapatkan data-data yang valid untuk dapat dilakukan analisis penelitian, sehingga dapat mencapai

tujuan penelitian yang diharapkan.

- Skala Pengukuran Variabel

Instrumen merupakan alat yang digunakan sebagai pengumpul data dalam suatu penelitian dapat

berupa kuisioner, sehingga skala pengukuran instrumen adalah menentukan satuan yang diperoleh,

sekaligus jenis data atau tingkatan data. Untuk mendapatkan data kuantitatif pada pengisian

interpretasi persoalan dalam instrumen penelitian, maka dibuatlah skala pengukuran variabel. Skala

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu (Siregar, 2010).

Dalam penelitian ini variabel yang diukur adalah pendapat pemilik proyek dan kontraktor tentang

faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya perselisihan kontrak.

Dengan menggunakan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan dari variabel menjadi

indikator yang dapat diukur. Selanjutnya, indikator tersebut dijadikan tolak ukur untuk membuat suatu

pertanyaan yang akan dijawab oleh responden.

Skala yang digunakan adalah Skala Likert Pernyataan Positif yaitu dimulai dari rentang angka 1(satu)

sampai dengan 5 (lima). Skala angka 1 (satu) identik dengan pengukuran kualitatif sangat rendah,

skala angka 2 (dua) sama dengan rendah, skala angka 3 (tiga) sama dengan cukup tinggi, skala angka

4 (empat) sama dengan tinggi, dan skala angka 5 (lima) menunjukkan kualitatif sangat tinggi.

3.6 Pengumpulan Data Penelitian

- Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data primer dengan membagikan kuisioner kepada para responden. Untuk mendapatkan

data yang benar, yaitu yang sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, maka responden selalu

didampingi atau minimal ada penjelasan tentang apa dan bagaimana cara pengisian kuisioner.

Responden harus benar- benar mengerti tentang topik penelitian dan secara sungguh-sungguh menjaga

kebenaran persepsinya.

- Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder didapat dari literatur- literatur yang berupa jurnal, tugas akhir, makalah, media cetak,

serta pengalaman para praktisi yang pernah/ sedang terlibat dalam proyek pembangunan gedung.

3.7 Pengolahan Data Penelitian

- Analisis Data Penelitian

Setelah proses pengumpulan data dengan kuisioner yang di dalamnya berisikan faktor penyebab

terjadinya perselisihan kontrak, maka dilakukan pengujuan validitas dan reliabilitas menggunakan

software SPSS versi 15. Selanjutnya, dilakukan analisis deskriptif dengan bantuan aplikasi software

microsoft excel. Hasil penelitian dikelompokkan dan dirangking sesuai urutannya, baik dari versi

owner maupun versi kontraktor. Rangking dilakukan berdasarkan tingkatannya, yaitu dari taraf sangat

rendah hingga taraf sangat tinggi potensinya terhadap terjadinya perselisihan. Dilanjutkan dengan

analisis uji beda rerata/ t-test (paired samples statistics) di antara dua faktor yang sama pada tingkat

perselisihannya potensial dominan. Hal ini untuk menguji hipotesa yang diajukan yaitu mengetahui

apakah memang terdapat perbedaan pendapat yang signifikan secara statistik tentang faktor penyebab

perselisihan kontrak antara pemilik proyek dengan kontraktor. Untuk menjawab rumusan masalah

yang ketiga, dilakukan pengelompokan data yang bersumber dari hasil jawaban kuisioner tentang

pengalaman perselisihan kontrak yang pernah atau sedang terjadi dalam proyek. Pengelompokan

tersebut dilakukan baik untuk permasalahan perselisihan yang dialami maupun cara penyelesaian yang

ditempuh, yang didasarkan pada permasalahan-permasalahan yang memiliki karakteristik sama.

Khusus untuk prosedur pengelompokan cara penyelesaian perselisihan, jika terdapat beberapa cara

Page 9: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSELISIHAN KONTRAK DAN …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 67

penyelesaian yang ditempuh, maka cara yang paling akhir yang akan dimasukkan ke dalam daftar

pengelompokan tersebut.

- Kategori Tingkat Perselisihan

Di dalam kategori model distribusi normal, asumsi nilai skor dalam subjek kelompok sampel

merupakan estimasi terhadap skor subjek dalam populasi. Hal ini karena distribusi sampel maupun

populasi adalah distribusi normal (Azwar, 1999). Dan dari situlah dapat dibuat skor kualitatif teoritis

yang terdistribusi dari distribusi normal. Di dalam distribusi normal, penentuan skala yang berjenjang

dari 1 (satu) sampai dengan 5 (lima), terdapat 4 (empat) bagian/satuan deviasi standar. Dua bagian

berada di sebelah kiri dari nilai rata-rata dan dua bagian lagi berada di sebelah kanannya. Berdasarkan

4 (empat) bagian itulah, maka penentuan kategorisasi kualitatif dapat dianalogikan dengan skala

kuantitatif yang ada.

Hasil analisis deskriptif skor masing-masing variabel dihitung nilai rata-ratanya. Masing-masing

faktor yang terdiri dari sejumlah variabel dibuat grand rata-ratanya. Selanjutnya, berdasarkan rata-rata

nilai skor itu ditetapkan kategorisasi kualitatif potensial faktor. Adanya nilai rata-rata yang tidak

menunjukkan angka bulat, menjadikan kategorisasi kualitatif menjadi kategorisasi jenjang (ordinal).

Artinya bahwa penentuan kategorisasi kualitatif berada pada suatu range nilai ordinal, dengan skala

nilai 1 sampai dengan 5 yang dianalogikan penilaian kualitatif dari sangat rendah hingga sangat tinggi.

Analogi skala jenjang kategori tingkat potensial perselisihan dari interval ke ordinal menurut Sugiyono

dan Wibowo (2000) seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Kategori Penilaian Perselisihan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Responden

Responden dalam penelitian ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok pemilik proyek

(owner) dan kelompok kontraktor, yaitu 25 orang mewakili pihak pemilik proyek dan 25 orang juga

mewakili pihak kontraktor, yang mana total responden berjumlah 50 orang. Uraian karakteristik dari

masing- masing kelompok responden dijelaskan seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Dari Tabel 1 tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk responden dari pihak owner, yang terbanyak

adalah dengan jabatan sebagai pengawas, yaitu 17 orang atau 68%, kemudian sisanya dengan jabatan

sebagai koordinator pengawas sejumlah 8 orang atau 32% dari keseluruhan responden sejumlah 25 orang.

Pengalaman responden dalam pengerjaan proyek gedung rata-rata adalah 7 kali, yang mana dapat

dikatakan bahwa responden cukup berpengalaman sehingga tepat untuk dijadikan sebagai narasumber.

Fungsi bangunan yang dikerjakan kebanyakan adalah perkantoran yaitu 13 unit atau 52% dari

keseluruhan proyek yang diteliti sejumlah 25 proyek, selanjutnya adalah gedung sekolah, rumah dinas,

gedung instalasi gawat darurat rumah sakit umum daerah, dan gedung laboratorium.

Jenjang Skala Ordinal

Sangat

Rendah

1 2 3 4 5

Cukup

Tinggi Sangat

Tinggi Rendah Tinggi

Sangat Rendah Rendah

Sangat Tinggi Tinggi

Cukup Tinggi

Skala Kualitatif

Skala Kuantitatif

Page 10: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSELISIHAN KONTRAK DAN …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 68

Tabel 1. Ringkasan Karakteristik Responden Pemilik Proyek (Owner)

No. Uraian Owner %

1 Jumlah Responden: 25 100

2 Jabatan Responden:

- Koordinator Pengawas 8 32

- Pengawas 17 68

3 Pengalaman Proyek Gedung:

- Empat s/d Tujuh Kali 14 56

- Delapan s/d Sebelas Kali 11 44

4 Fungsi Gedung Yang Dibangun:

- Perkantoran 13 52

- Sekolah 2 8

- Rumah Dinas 8 32

- Gedung Khusus 2 8

Tabel 2. Ringkasan Karakteristik Responden Kontraktor

No. Uraian Kontraktor %

1 Jumlah Responden: 25 100

2 Jabatan Responden:

- Direktur 12 48

- Kepala Proyek 1 4

- Site Manager 7 28

- Staf Teknik 5 20

3 Pengalaman Proyek Gedung:

- Empat s/d Delapan Kali 16 64

- Sembilan s/d Tiga Belas Kali 9 36

4 Fungsi Gedung Yang Dibangun:

- Perkantoran 13 52

- Sekolah 2 8

- Rumah Dinas 8 32

- Gedung Khusus 2 8

Dari Tabel 2 tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk responden dari pihak kontraktor, yang

terbanyak adalah dengan jabatan sebagai direktur, yaitu 12 orang atau 48% dari keseluruhan responden

sejumlah 25 orang. Pengalaman responden dalam mengerjaan proyek gedung rata-rata adalah 7 kali, yang

mana dapat dikatakan bahwa responden cukup berpengalaman sehingga tepat untuk dijadikan sebagai

narasumber. Fungsi bangunan yang dikerjakan kebanyakan adalah perkantoran yaitu 13 unit atau 52%

dari keseluruhan proyek yang diteliti sejumlah 25 proyek, selanjutnya adalah gedung sekolah, rumah

dinas, gedung instalasi gawat darurat rumah sakit umum daerah, dan gedung laboratorium.

4.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Pada penelitian ini, pengujian validitas menggunakan teknik korelasi rumus Product Moment, yaitu

korelasi antara skor item dengan skor total. Jika terdapat korelasi yang nyata antara item dengan total

item, mengindikasikan bahwa item yang bersangkutan adalah valid. Korelasi nyata diidentifikasikan

dengan nilai |rhitung| ≥ rtabel atau nilai signifikansi (p-value) kurang dari ɑ (0,05) atau 5%. Dari hasil

pengujian validitas pertanyaan untuk owner dan kontraktor yang didasarkan atas fakta dan persepsi

dengan menggunakan program bantu SPSS Versi 15 diperoleh bahwa semua nilai korelasi (|rhitung|) lebih

besar dari rtabel (0,396) dan nilai signifikansi (p-value) juga kurang dari nilai ɑ (0,05). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa dengan tingkat kesalahan 5% seluruh item pertanyaan adalah valid.

Page 11: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSELISIHAN KONTRAK DAN …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 69

Pengujian reliabilitas menggunakan koefisien Cronbach Alpha, jika nilai alpha lebih besar dari 0,6

maka instrumen tersebut dikatakan andal. Dari hasil pengujian reliabilitas pertanyaan untuk owner dan

kontraktor yang didasarkan atas fakta dan persepsi dengan menggunakan program bantu SPSS Versi 15

diperoleh bahwa seluruh koefisien Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa semua item pertanyaan adalah reliabel.

Karena hasil pengujian dari seluruh item pertanyaan adalah valid dan reliabel, maka dapat

dilakukan tahapan proses analisis selanjutnya.

4.3 Penentuan Peringkat/Ranking Faktor Penyebab Perselisihan

Untuk menentukan peringkat (ranking) pengaruh dari masing-masing faktor penyebab perselisihan

kontrak konstruksi dapat dilihat dari nilai tingkat potensi rata-rata setiap faktornya. Semakin besar

persentasinya, menunjukkan semakin besar pengaruh faktor tersebut sebagai penyebab terjadinya

perselisihan kontrak konstruksi.

a) Ranking Faktor Menurut Owner Berdasarkan Fakta Tabel 3. Ranking Faktor Penyebab Perselisihan Kontrak Konstruksi

(Menurut Owner Berdasarkan Fakta)

Ranking Faktor Penyebab Rata-Rata Tingkat

Potensi (%)

Kriteria Tingkat

Potensi

1 Faktor Pendapat Teknis (X4) 89,33 SangatTinggi

2 Faktor Sumber Daya Manusia (X3) 85,60 SangatTinggi

3 Faktor Prioritas dan Biaya Proyek (X2) 85,60 SangatTinggi

4 Faktor Dokumen Kontrak (X6) 83,60 Tinggi

5 Faktor Jadual Pekerjaan (X1) 79,20 Tinggi

6 Faktor Force Majeure (X7) 73,07 Tinggi

7 Faktor Prosedur Administrasi (X5) 71,47 Tinggi

Dari hasil perhitungan pada Tabel 3 menurut owner berdasarkan fakta diketahui bahwa Faktor

Pendapat Teknis (X4) adalah faktor yang paling dominan pengaruhnya, dengan nilai tingkat potensi rata-

rata sebesar 89,33%. Hal tersebut menunjukkan bahwa Faktor Pendapat Teknis (X4) masuk dalam kriteria

tingkat potensi Sangat Tinggi berpotensi menjadi faktor penyebab terjadinya perselisihan antara owner

dengan kontraktor.

Sedangkan faktor yang paling kecil pengaruhnya adalah Faktor Prosedur Administrasi (X5) dengan

nilai tingkat potensi rata-ratanya sebesar 71,47% dimana hal tersebut menunjukkan bahwa Faktor

Prosedur Administrasi (X5) masuk dalam kriteria tingkat potensi Tinggi berpotensi menjadi faktor

penyebab terjadinya perselisihan antara owner dengan kontraktor.

b) Ranking Faktor Menurut Owner Berdasarkan Persepsi Tabel 4. Ranking Faktor Penyebab Perselisihan Kontrak Konstruksi

(Menurut Owner Berdasarkan Persepsi)

Ranking Faktor Penyebab Rata-Rata Tingkat

Potensi (%)

Kriteria Tingkat

Potensi

1 Faktor Pendapat Teknis (X4) 94,67 Sangat Tinggi

2 Faktor Jadual Pekerjaan (X1) 79,20 Tinggi

3 Faktor Dokumen Kontrak (X6) 78,20 Tinggi

4 Faktor Sumber Daya Manusia (X3) 78,13 Tinggi

5 Faktor Prioritas dan Biaya Proyek (X2) 78,13 Tinggi

6 Faktor Prosedur Administrasi (X5) 71,47 Tinggi

7 Faktor Force Majeure (X7) 68,80 Cukup Tinggi

Dari hasil perhitungan pada Tabel 4 menurut owner berdasarkan persepsi diketahui bahwa Faktor

Pendapat Teknis (X4) adalah faktor yang paling dominan pengaruhnya, dengan nilai tingkat potensi rata-

Page 12: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSELISIHAN KONTRAK DAN …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 70

rata sebesar 92,27%. Hal tersebut menunjukkan bahwa Faktor Pendapat Teknis (X4) masuk dalam kriteria

tingkat potensi Sangat Tinggi berpotensi menjadi faktor penyebab terjadinya perselisihan antara owner

dengan kontraktor.

Sedangkan faktor yang paling kecil pengaruhnya adalah Faktor Prosedur Administrasi (X5) dengan

nilai tingkat potensi rata-ratanya sebesar 74,40% dimana hal tersebut menunjukkan bahwa Faktor

Prosedur Administrasi (X5) masuk dalam kriteria tingkat potensi Tinggi berpotensi menjadi faktor

penyebab terjadinya perselisihan antara owner dengan kontraktor.

c) Ranking Faktor Menurut Kontraktor Berdasarkan Fakta Tabel 5. Ranking Faktor Penyebab Perselisihan Kontrak Konstruksi

(Menurut Kontraktor Berdasarkan Fakta)

Ranking Faktor Penyebab Rata-Rata Tingkat

Potensi (%)

Kriteria Tingkat

Potensi

1 Faktor Pendapat Teknis (X4) 92,27 Sangat Tinggi

2 Faktor Dokumen Kontrak (X6) 91,40 Sangat Tinggi

3 Faktor Sumber Daya Manusia (X3) 90,13 Sangat Tinggi

4 Faktor Jadual Pekerjaan (X1) 85,60 Sangat Tinggi

5 Faktor Prioritas dan Biaya Proyek (X2) 84,53 Tinggi

6 Faktor Force Majeure (X7) 81,87 Tinggi

7 Faktor Prosedur Administrasi (X5) 74,40 Tinggi

Dari hasil perhitungan pada Tabel 5 menurut kontraktor berdasarkan fakta diketahui bahwa Faktor

Pendapat Teknis (X4) adalah faktor yang paling dominan pengaruhnya, dengan nilai tingkat potensi rata-

rata sebesar 94,67%. Hal tersebut menunjukkan bahwa Faktor Pendapat Teknis (X4) masuk dalam kriteria

tingkat potensi Sangat Tinggi berpotensi menjadi faktor penyebab terjadinya perselisihan antara owner

dengan kontraktor.

Sedangkan faktor yang paling kecil pengaruhnya adalah Faktor Force Majeure (X7) dengan nilai

tingkat potensi rata-ratanya sebesar 68,80% dimana hal tersebut menunjukkan bahwa Faktor Force

Majeure (X7) masuk dalam kriteria tingkat potensi Cukup Tinggi berpotensi menjadi faktor penyebab

terjadinya perselisihan antara owner dengan kontraktor.

d) Ranking Faktor Menurut Kontraktor Berdasarkan Persepsi Tabel 6. Ranking Faktor Penyebab Perselisihan Kontrak Konstruksi

(Menurut Kontraktor Berdasarkan Persepsi)

Ranking Faktor Penyebab Rata-Rata Tingkat

Potensi (%)

Kriteria Tingkat

Potensi

1 Faktor Pendapat Teknis (X4) 96,80 Sangat Tinggi

2 Faktor Dokumen Kontrak (X6) 89,40 Sangat Tinggi

3 Faktor Jadual Pekerjaan (X1) 89,33 Sangat Tinggi

4 Faktor Prioritas dan Biaya Proyek (X2) 85,33 Sangat Tinggi

5 Faktor Sumber Daya Manusia (X3) 84,80 Tinggi

6 Faktor Force Majeure (X7) 77,87 Tinggi

7 Faktor Prosedur Administrasi (X5) 73,33 Tinggi

Dari hasil perhitungan pada Tabel 6 menurut kontraktor berdasarkan persepsi diketahui bahwa

Faktor Pendapat Teknis (X4) adalah faktor yang paling dominan pengaruhnya, dengan nilai tingkat

potensi rata-rata sebesar 96,80%. Hal tersebut menunjukkan bahwa Faktor Pendapat Teknis (X4) masuk

dalam kriteria tingkat potensi Sangat Tinggi berpotensi menjadi faktor penyebab terjadinya perselisihan

antara owner dengan kontraktor.

Sedangkan faktor yang paling kecil pengaruhnya adalah Faktor Prosedur Administrasi (X5) dengan

nilai tingkat potensi rata-ratanya sebesar 73,33% dimana hal tersebut menunjukkan bahwa Faktor

Page 13: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSELISIHAN KONTRAK DAN …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 71

Prosedur Administrasi (X5) masuk dalam kriteria tingkat potensi Tinggi berpotensi menjadi faktor

penyebab terjadinya perselisihan antara owner dengan kontraktor.

4.4 Uji T (t-test) Dua Sampel Independen

Uji-t dua sampel independen adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang

digunakan bebas (tidak berpasangan). Uji-t ini dimaksudkan untuk membandingkan satu kumpulan

pengukuran dari kedua sampel yang berbeda. Oleh karena itu untuk mengetahui ada atau tidak adanya

perbedaaan pendapat yang didasarkan atas persepsi dan fakta antara kontraktor dan owner, maka

digunakan uji-t dua sampel yang independen.

- Antara Pendapat Kontraktor Dan Owner Yang Didasarkan Pada Persepsi

Tahapan pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pendapat atau tidak

antara kontraktor dan owner yang didasarkan pada persepsi mengenai faktor-faktor penyebab

terjadinya perselisihan kontrak konstruksi.

Pada Uji-t dua sampel independen ini digunakan α = 5% = 0,05. Ketentuan dari penerimaan atau

penolakan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 ditolak atau H1 diterima, Jika:

thitung > +ttabel atau thitung < -ttabel atau p-value ≤ α

H0 diterima atau H1 ditolak, Jika:

-ttabel < thitung < +ttabel atau p-value > α

Dimana: ttabel = 2,010 dengan db = 48 dan α = 0,05

- Antara Pendapat Kontraktor Dan Owner Yang Didasarkan Pada Fakta

Tahapan pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pendapat atau tidak

antara kontraktor dan owner yang didasarkan pada fakta mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya

perselisihan kontrak konstruksi.

Dapat dijelaskan bahwa nilai thitung dan p-value pada uji-t dua sampel independen ini berturut-turut

sebesar -1,239 dan 0,221. Karena -ttabel < thitung < +ttabel (-2,010 < -1,239 < +2,010) dan p-value

> α (0,221 > 0,05), maka diputuskan Ho diterima, dengan kata lain dapat disimpulkan dengan tingkat

kepercayaan 95%, bahwa tidak terdapat perbedaan pendapat antara Kontraktor dan Owner yang

didasarkan pada Fakta yang terjadi pada proyek-proyek yang diteliti.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Menurut Owner yang didasarkan pada Fakta, bahwa faktor yang paling dominan menjadi penyebab

terjadinya perselisihan kontrak konstruksi adalah Faktor Pendapat Teknis (X4) dengan nilai tingkat

potensi rata-rata sebesar 89,33%, dimana faktor tersebut memiliki 3 (tiga) indikator pembentuk yaitu

gambar/spesifikasi rencana yang salah/tidak lengkap, perubahan desain pekerjaan pada waktu

pelaksanaan proyek, dan adanya pekerjaan tambah/kurang dalam jumlah besar. Berdasarkan Persepsi

Owner, Faktor Pendapat Teknis (X4) juga menjadi faktor yang paling dominan berpengaruh sebagai

penyebab terjadinya perselisihan, dengan nilai tingkat potensi rata-ratanya sebesar 92,27%. Nilai

tersebut masuk dalam kriteria tingkat potensi Sangat Tinggi.

2. Menurut Kontraktor yang didasarkan pada Fakta, bahwa faktor yang paling dominan menjadi

penyebab terjadinya perselisihan kontrak konstruksi adalah Faktor Pendapat Teknis (X4) dengan nilai

tingkat potensi rata-rata sebesar 94,67%, dimana faktor tersebut memiliki 3 (tiga) indikator pembentuk

yaitu gambar/spesifikasi rencana yang salah/tidak lengkap, perubahan desain pekerjaan pada waktu

pelaksanaan proyek, dan adanya pekerjaan tambah/kurang dalam jumlah besar. Berdasarkan Persepsi

Kontraktor, Faktor Pendapat Teknis (X4) juga menjadi faktor yang paling dominan berpengaruh

sebagai penyebab terjadinya perselisihan, dengan nilai tingkat potensi rata-ratanya sebesar 96,80%.

Nilai tersebut masuk dalam kriteria tingkat potensi Sangat Tinggi.

3. Menunjukkan signifikansi tidak berbeda (sama) antara pendapat Owner dan Kontraktor tentang faktor-

faktor penyebab terjadinya perselisihan kontrak konstruksi, baik yang didasarkan atas Fakta maupun

Persepsi.

Page 14: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSELISIHAN KONTRAK DAN …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 72

4. Untuk proses penyelesaian perselisihan kontrak yang terjadi, responden umumnya melakukan dengan

Negosiasi, baik secara langsung atau tidak langsung tanpa melibatkan pihak ketiga, yaitu dengan cara

melakukan Rapat, Koordinasi, dan Administrasi. Cara penyelesaian melalui lembaga pengadilan

(litigation) tidak pernah dilakukan, karena selain membutuhkan biaya yang besar dan prosesnya relatif

lama, juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap keharmonisan hubungan antara pihak yang

terlibat (Owner-Kontraktor) di waktu yang akan datang.

5.2 Saran

1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera, agar proses seleksi dalam penetapan konsultan

perencana lebih ditingkatkan lagi supaya didapat hasil perencanaan yang baik dan benar.

2. Bagi para praktisi, khususnya pihak-pihak yang berkecimpung di bidang konstruksi disarankan agar

ketujuh faktor potensial penyebab perselisihan kontrak ini dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dalam proses pembuatan kontrak perjanjian.

3. Bagi penelitian selanjutnya, agar bisa dikembangkan penelitian yang memiliki tema sejenis namun

memiliki karakteristik proyek yang lebih kompleks, serta lebih diperlengkap variabel penelitian yang

belum bisa dijelaskan dalam penelitian ini agar dapat diperoleh gambaran lebih mendalam tentang

faktor penyebab terjadinya perselisihan kontrak di bidang konstruksi.

4. Penelitian lanjutan juga dapat dikembangkan untuk melihat pengaruh terjadinya perselisihan atau

konflik terhadap kinerja proyek khususnya pada tahap pelaksanaan proyek konstruksi.

6. DAFTAR PUSTAKA

Aderiani. 2005. Identifikasi Konflik Yang Terjadi Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi Gedung.

Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS. Surabaya.

Azwar, Saifuddin. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Diekmann, J.E., Girard, M.J. 1995. Are Contract Disputes Predictable. Journal of Contract for Works of

Civil Engineering Construction Engineering and Management.

Ervianto, Wulfram. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi, Edisi Revisi. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Kamaludin, Y. Arief. 2008. Buku Pintar Membangun Rumah. Trans Media Pustaka. Jakarta.

Logawa, G. 1997. Claim and Dispute. Training Quantity Surveyor of Housing/Building. Bandung.

Nurachmad, M. 2010. Buku Pintar Memahami dan Membuat Surat Perjanjian. Transmedia Pustaka.

Jakarta.

Probowo, Budiman. 1998. Keterlambatan Waktu Pelaksanaan Proyek Klasifikasi dan Peringkat Dari

Penyebab-Penyebabnya. Program Pascasarjana Studi Manajemen Konstruksi Universitas Kristen

Petra. Surabaya.

Saleh, Nursyam. 2005. Faktor- faktor Yang Menyebabkan Klaim dan Penyelesaiannya Pada Industri

Konstruksi. Faculty of Civil Engineering University Teknologi Malaysia.

Sembiring, Jimmy Joses. 2011. Cara Menyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan. Visi Media. Jakarta.

Subekti. 2001. Hukum Perjanjian. Penerbit Intermasa. Jakarta

Yusuf, Tony. 2006. Memahami Kontrak Kerja Membangun Rumah. Penebar Swadaya. Jakarta.

---,Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi.