Upload
melisa-yusendarani
View
347
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
57
Penatalaksanaan Kegawat Daruratan Psikiatri
Nindita Pinastikasari
Rumah Sakit Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
Abstract: The emergency of psychiatric is a disturbia of their feelings, thinking and habit
that need an emergency helps because those people can die into regretion or chronical
defect. The most dangerous for themselves or other people and their enviroment, but it can
give advantageous to rise again their feelings, insight, understandings, rise up their power
and the good things for looking the background of feeling disturbia. To help that emergency
of psychiatric are being easy and full of confidence also can be more careful and to know
that the people could being an aggression person. For the next is give information to the
people and tell that vandalism can not be accepted by their enviroment.
Key word: The Emergency, Psychiatric
Kegawat daruratan psikiatri merupakan suatu
kondisi darurat yang perlu penanggulangan se-
gera karena adanya gangguan perilaku, emosi,
proses berpikir yang dapat menimbulkan resiko
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingku-
ngannya.
Penyebab kegawat daruratan psikiatrik
adalah:
Bisa hal yang tidak berhubungan dengan
kelainan organis (Psikosis, mania, histeri
dissosiatif, gangguan panik dan seba-
gainya).
Atau hal yang berhubungan dengan ke-
lainan organis/delirium (trauma kapitis,
drug abuse, stroke, kelainan metabolik, sen-
sitivitas terhadap obat dan sebagainya).
Kondisi yang masuk kategori kedaruratan
psikiatrik adalah:
Gaduh gelisah.
Krisis bunuh diri.
Akibat penggunaan NAPZA atau
NARKOBA.
Alamat Korespondensi:
Nindita Pinastikasari
Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Dr. Radjiman
Wediodiningrat Malang
Jl. Akhmad Yani 15, Lawang, Malang
GADUH GELISAH
Kegawat daruratan psikiatrik gaduh ge-
lisah dapat disebabkan oleh beberapa hal seba-
gai berikut:
o Psikosis (fungsional maupun organik).
Psikosis Fungsional: Psikosis reaktif, Ski-
zofrenia, manik depresif, amok dan seba-
gainya).
Psikosis Organik: Delirium, demensia, psi-
kosis berhubungan dengan zat, psikosis ka-
rena gangguan metabolik, psikosis karena
trauma kepala maupun infeksi pada otak,
dan sebagainya).
Kecemasan Akut dengan/tanpa
Panik.
Kebingungan post konvulsi.
Reaksi disosiasi & keadaan fugue.
Ledakan amarah/temper tantrum.
Penanganan kegawat daruratan psikiatik
pada gaduh gelisah
- Bersikap tenang dan penuh percaya diri
serta dengan kewaspadaan penuh maka ni-
lai kondisi pasien yang berkemungkinan
agresif.
o Informasikan kepada pasien bahwa keke-
rasan tak dapat diterima
- Periksa fisik dan wawancarai pasien dengan
tutur kata lembut, menenangkan, bantu me-
nilai realitas pasien serta beri keyakinan
bahwa pasien akan mendapat pertolongan.
Nindita Pinastikasari
PSIKOVIDYA VOLUME 13 NOMOR 1 APRIL 2009 58
- Kalau mungkin, lepas ikatan apabila kondisi
memungkinkan, sambil tetap waspada bah-
wa pasien akan menipu, melarikan diri, me-
ngamuk setelah ikatan dilepas.
- Sebaliknya informasikan bahwa fiksasi
akan digunakan bila perlu.
- Kalau perlu pamer kekuatan dengan
menyiapkan tim yang sudah siap
melakukan fiksasi.
- Medikasi bila dirasa perlu.
Beberapa hal yang perlu curiga adanya
Gangguan Mental Organik bila:
- Onset akut.
- Episoda pertama.
- Usia tua.
- Penyakit fisik atau cidera yang baru terjadi.
- Riwayat penyalahgunaan obat.
- Adanya halusinasi non auditorik.
- Adanya gejala neurologik: kejang,
penurunan kesadaran, nyeri kepala tertentu.
- Perubahan penglihatan.
- Status mental tertentu.
- Gangguan bicara, berjalan, gait
- Gambaran katatonik, bradikinesia (Eko,
2009).
Pemeriksaan laboratorium untuk pasien
gaduh gelisah akut dengan kecurigaan organik
- Darah lengkap.
- Elektrolit.
- Gula darah.
- Fungsi liver/renal.
- Urin test untuk NAPZA.
- Kadar alkohol dalam darah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada Pa-
sien Gaduh Gelisah
- Medikasi hanya bertujuan untuk mengontrol
target simptom
- Pasien eksaserbasi akut sebaiknya diketahui
obat yang sedang atau terakhir dipakai.
- Pemberian obat per oral harus segera dimulai
pada hari itu juga.
Fiksasi pada pasien gaduh gelisah ada-
lah:
- Fiksasi yang digunakan untuk penjagaan
atau perawatan pasien agar jangan melukai
diri sendiri, menyerang orang lain atau
merusak barang.
- Harus dilakukan dengan mengingat, kenya-
manan pasien tak terganggu, pemberian
makanan dan obat tetap dapat berlangsung.
- Penjelasan kepada pasien. dan penanggung
jawab pasien.
- Seharusnya memakai alat yang telah
disiapkan secara standar maka pengikat
kulit yang paling aman dan bukan tali.
Metode fiksasi atau dengan pengikatan pa-
da pasien gaduh gelisah
- Menggunakan petugas sebanyak empat
sampai lima orang.
- Menjelaskan pada pasien mengapa harus
diikat.
- Seorang petugas harus selalu terlihat pasien
dan menenteramkan untuk menghilangkan
rasa takut, ketidakberdayaan dan hilangnya
kendali pasien.
- Pasien.diikat dengan tungkai terpisah, satu
lengan diikat di satu sisi dan lengan lain di
atas kepala.
- Pengikatan harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga cairan infus dapat diberikan
jika perlu.
- Kepala pasien agak ditinggikan untuk
menurunkan perasaan rentan dan meng-
hindari kemungkinan aspirasi.
- Pengikatan harus diperiksa berkala demi
keamanan dan kenyamanan pasien.
- Setelah pasien diikat, dimulai intervensi te-
rapi.
- Setelah pasien terkendali, satu ikatan sekali
waktu harus dilepas dengan interval 5 me-
nit, sampai pasien hanya memiliki dua ika-
tan di kaki. Kedua ikatan lainnya harus di-
lepas bersamaan.
- Selalu mencatat dengan lengkap alasan
pengikatan, perjalanan terapi dan respon
pada pasien terhadap terapi selama
pengikatan (Eko, 2009).
Penatalaksanaan Kegawat Daruratan Psikiatri
ISSN: 0853-8050 59
KEDARURATAN PSIKIATRIK AKIBAT
KRISIS BUNUH DIRI.
Percobaan bunuh diri adalah segala usaha
perbuatan yang disengaja dilakukan seseorang
untuk membinasakan dirinya dalam waktu se-
gera.
Gagasan seseorang untuk bunuh diri
adalah pikiran atau ide untuk menghabisi nya-
wa sendiri, terdapat pada orang yang peka ter-
hadap stressor, dapat terjadi di segala usia, da-
pat berlangsung dalam waktu yang lama tanpa
usaha bunuh diri.
Perilaku bunuh diri adalah perilaku
yang disengaja atau tidak, dapat membahaya-
kan nyawa sendiri. Misalnya: mutilasi diri (me-
motong pergelangan tangan, menggigit, mem-
benturkan kepala). Mutilasi diri merupakan
gejala dari gangguan psikiatrik dan penyakit
fisik. (Marga, 2009).
Macam-Macam Bunuh Diri
Emile Durkheim:
Bunuh diri egosentrik adalah bunuh diri
yang disebabkan individu tidak berintegrasi
dengan masyarakat, kegagalan integrasi da-
lam keluarga.
Bunuh diri altruistik adalah bunuh diri dise-
babkan individu terikat tuntutan tradisi khu-
sus (misalnya harakiri), identifikasi yang
terlalu kuat dengan suatu kelompok.
Bunuh diri anomik terjadi bila ada gang-
guan keseimbangan integrasi antara indivi-
du dengan masyarakat sehingga masyarakat
tidak bisa mengatur dan mengawasi kebutu-
hannya. Individu kehilangan pegangan dan
tujuan serta meninggalkan norma-norma
yang biasa (misalnya: perceraian, peruba-
han ekonomi yang drastis).
Menurut Herbert Hendin:
Kematian sebagai pelepasan pembalasan
dan bunuh diri untuk mengurangi preoku-
pasi tentang perasaan takut akan kematian.
Kematian merupakan pembunuhan ke be-
lakang dan bunuh diri dapat mengganti ke-
marahan atau kekerasan yang tidak dapat
direpresi.
Kematian sebagai penyatuan kembali:
kematian bisa mempunyai arti menenang-
kan karena bisa bersatu dengan orang yang
sudah meninggal.
Kematian sebagai hukuman buat diri sen-
diri karena tidak mampu mencintai, merasa
tidak berguna,berdosa karena tidak bisa me-
ngendalikan emosi dan perbuatan agresi.
Menurut Freud, Tingkah laku bunuh diri untuk
menyatakan amarah dan permusuhan terhadap
seseorang yang dicintai sehingga mengganggu
keseimbangan insting untuk hidup dan mati.
Proses pikiran tak sadar memainkan peranan
sentral dalam perilaku id, ego, superego yang
mengalami konflik dan tidak berdaya.
Menurut Meninger ada tiga hal pada bunuh diri:
Adanya keinginan untuk membunuh atau
menyerang.
Adanya keinginan untuk dibunuh dan mati.
Adanya keinginan hukuman pada diri
sendiri.
Menurut Scheiderman dan Farberow:
o Ancaman bunuh diri (treatened suicide).
o Percobaan bunuh diri (attemped suicide).
o Bunuh diri yang telah dilakukan (commited
suicide).
o Depresi dengan hendak bunuh diri.
o Melukai diri sendiri (self destruction).
Psikodinamika yang terjadi karena
hampir semua orang, sekali waktu dalam hidup-
nya timbul pikiran untuk lebih baik mati saja.
Motivasi ini sangat kompleks dan apakah buah
pikiran itu menjadi kenyataan terjadilah proses
psikologik didalam alam pikirnya tergantung
keadaan lingkungan sosial dan fisik serta kea-
daan jiwa dan badan orang itu.
Individu yang mengalami krisis mental
bila teratasi dengan baik maka akan dapat lebih
mematangkan jiwanya, tetapi bila tidak teratasi
maka jatuh ke dalam keadaan yang lebih buruk.
(Marga, 2009).
Niat bunuh diri ini masih terbentur
pada sikap yang ambivalen antara keinginan
untuk hidup dan mati, maka untuk menghilang-
kan sikap ambivalensinya dia menjabarkan ga-
Nindita Pinastikasari
PSIKOVIDYA VOLUME 13 NOMOR 1 APRIL 2009 60
gasannya tentang konsep mati, cara, waktu,
tempat dan akibatnya.
Motivasi bunuh diri bisa disebabkan
oleh:
o Penyelesaian masalah frustasi. Karena ke-
cewa dalam hubungan dengan orang lain,
benda/barang, tujuan yang tidak tercapai.
o Balas dendam.
o Memperoleh keadaan yang damai dan ten-
tram.
o Hilangnya rasa man dan kepastian akan sta-
tusnya.
o Anggapan sebagai jalan keluar.
Pada tindakan bunuh diri keinginan untuk
mati jauh lebih besar daripada keinginan untuk
hidup. Disebabkan oleh banyak faktor antara la-
in:
o Penyakit atau kondisi yang beresiko untuk
terjadinya bunuh diri.
o Insomnia berat.
o Penggunaan alkohol dan obat-obatan.
o Skizofrenia.
o Penyakit Fisik.
o Individu dengan orientasi homoseksual.
o Gangguan Stres Pasca Trauma.
o Riwayat keluarga bunuh diri.
o Lain-lain
Krisis bunuh diri manifestasinya adalah be-
rupa:
Ketegangan yang tidak dapat ditahan lagi,
perasaan sedih dan putus asa.
Adanya isyarat berupa ucapan, ancaman
akan bunuh diri, cerita yang menunjukkan
bosan hidup dan ingin mati atau catatan bu-
nuh diri.
Jeritan minta tolong diwujudkan dalam
sikap ambivalensi yaitu mempunyai niat
mengakhiri hidupnya pada saat itu juga
menginginkan ada orang lain yang me-
nyelamatkan.
Orang-orang yang beresiko tinggi untuk me-
lakukan bunuh diri adalah sebagai berikut:
Orang dengan keinginan mati yang sung-
guh-sungguh, adanya pernyataan yang ber-
ulang-ulang bahwa dia ingin mati, bisa di-
sertai dengan persiapan terperinci.
Adanya depresi dengan gejala rasa bersalah
dan dosa, rasa putus asa, ingin dihukum
berat, rasa cemas yang hebat, sangat berku-
rangnya nafsu makan, seks dan kegiatan
lain serta adanya gangguan tidur yang be-
rat.
Adanya psikosis, terutama yang impulsif
serta adanya perasaan curiga, ketakutan dan
panik. Keadaan semakin berbahaya jika pa-
sien mendengar suara/halusinasi yang me-
merintahkan agar dia membunuh dirinya.
Tindakan psikiatrik bisa dengan jalan:
o Harus masuk rumah sakit.
o Cukup berobat jalan.
o Segera dipulangkan dengan pemberian na-
sehat-nasehat.
Pilihan mana yang diambil bergantung besar
kecilnya bahaya yang mengancam jiwa pelaku.
Faktor besar-kecilnya resiko bunuh diri:
Riwayat pelaku:
- Banyaknya percobaan bunuh diri yang
dilakukan.
- Seringkali minum obat terlarang.
- Seringkali minum alkohol.
- Seringkali melakukan tindak pidana.
Ciri percobaan bunuh diri:
- Rencana bunuh diri lebih terperinci.
- Lebih banyak menggunakan cara keke-
rasaan daripada minum obat yang ber-
lebihan.
- Tidak mengharapkan pertolongan sesu-
dah percobaan bunuh diri dilakukan.
Motivasi:
- Sedikit melakukan hubungan dengan
orang lain.
- Permusuhan lebih banyak ditujukan
pada diri sendiri.
Status Mental:
- Mengalami gangguan jiwa (Psikosis).
Makin besar resiko bunuh diri, makin cepat
akan melakukan percobaan bunuh diri.
Pemeriksaan yang dilakukan dalam kasus krisis
bunuh diri:
o Anamnesis untuk mendapat informasi ten-
tang kesungguhan niat, penyebab dan cara
percobaan bunuh diri.
Penatalaksanaan Kegawat Daruratan Psikiatri
ISSN: 0853-8050 61
o Pemeriksaan fisik (neurologi) untuk menda-
patkan kelainan organik yang mendasari
tindakan percobaan bunuh diri maupun aki-
bat yang ditimbulkannya.
o Test psikiatrik dengan tujuan untuk mencari
dasar kepribadian pasien yang mendasari
tindakan percobaan bunuh diri serta untuk
membantu nalar.
o Pemeriksaan laboratorium yang sesuai de-
ngan kebutuhan atau kelainan organik yang
didapatkan.
Penatalaksanaan:
Bila kesadaran pasien berkabut sampai koma:
- Pemeriksaan fisik diagnostik, khususnya tanda
vital.
- Resusitasi jantung-paru.
- Perawatan di Intensive Care Unit.
- Atasi kondisi fisik akibat tindakan bunuh diri.
- Pemeriksaan penunjang.
- Setelah Compos Mentis, evaluasi psikiatrik
dengan sikap suportif, tidak menghakimi, ru-
juk ke fasilitas psikiatrik.
Bila kesadaran pasien Compos Mentis:
- Atasi gangguan fisik.
- Jika terdapat tanda-tanda yang serius dapat di-
rawat dengan pengawasan ketat.
- Jika dramatisasi dapat dilakukan psikoterapi
suportif.
- Jika didapatkan Gangguan kepribadian
sebaiknya dirujuk ke fasilitas psikiatrik,
begitu pula bila didapatkan skizofrenia
dengan gagasan bunuh diri sebaiknya segera
dirujuk.
KEDARURATAN PSIKIATRIK AKIBAT
PENGGUNAAN NAPZA/ NARKOBA
- Napza: Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya
- Narkoba: Narkotika, Psikotropika dan
Bahan Adiktif lainnya.
Sejak tahun 2000 kasus penyalahgunaan
zat semakin banyak. dan banyak yg datang ke
Unit Gawat Darurat RSU.
Kasus antara lain:
- Intoksikasi/Overdosis.
- Gejala putus obat/withdrawal.
- Gangguan Mental Organik akibat zat.
- Psikosis akibat zat.
- Kegawatan sering merupakan gabungan
kegawatan fisik & psikiatri.
Tujuan Penanganan pada kasus diatas
antara lain adalah:
- Bebas dari kegawatdaruratan.
- Menciptakan lingkungan yang aman &
stabil bagi pasien.
- Observasi adanya penyakit yang lain,
komplikasi dsb.
- Upayakan pasien tetap sadar, kurangi
ansietas, memberi pengertian obat atau zat
menimbulkan pengalaman yang tak menye-
nangkan (Sadock, 2000).
Dasar-dasar intervensi pada kedaruratan
psikiatrik akibat penggunaan Zat kadang sangat
sulit. Penanganan kadang sulit, mengingat situ-
asi gawat dan mengancam dokter, pasien serta
keluarga (Eko, 2009).
Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
-Pendekatan pada pasien dan keluarga percaya
dengan Dokter
-Penilaian situasi:
o kondisi pasien: agitasi, stupor, gangguan
kesadaran, gangguan vital sign, dan
sebagainya.
o anamnesis tentang zat yang digunakan,
gejala yang timbul, kapan pemakaian, do-
sis, cara pemakaian, dan sebagainya.
Intervensi Gawat Darurat
- Mengerti prosedur penangan gawat darurat
akibat zat.
- Mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.
- Sedapat mungkin menentukan jenis obat atau
zat yang menimbulkan kegawatdaruratan
Intervensi Medik pada akibat pengguna
Napza/Narkoba adalah:
Mengamati tanda-tanda yang mengancam
kehidupan: adalah hilang kesadaran, kurangnya
frekwensi pernafasan, frekwensi nadi, tekanan
darah, demam, muntah, kejang dan sebagainya.
Follow Up pada pasien yang mengalami
atau akibat pengguna Napza /Narkoba adalah:
Nindita Pinastikasari
PSIKOVIDYA VOLUME 13 NOMOR 1 APRIL 2009 62
Untuk pasien yg telah melewati krisis, dan
dapat berfungsi normal, oleh karena sering ter-
jadi pasien merasa bersalah, malu, bingung, ka-
cau dan sebagainya:
- Menggali riwayat pemakaian yang telah
terjadi.
- Membantu pasien memperoleh gambaran
yang sebenarnya dan yang bermanfaat
untuk kesembuhan, serta terhindar dari
pemakaian berulang.
Konseling kegawat daruratan Zat
Bina Rapport
Pendekatan secara hangat, terbuka, tak
menghakimi, penuh perhatian, memupuk
kepercayaan, serta membina rapport yang
baik.
Keamanan :
Ciptakan suasana aman, jauhkan benda ber-
bahaya, kalau perlu minta petugas untuk
membantu/menjamin keselamatan pasien /
dokter.
Aktif mendengarkan.
Tenang, percaya diri dan penuh kontrol.
Menenteramkan dapat memahami.
Berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Empati.
TATA LAKSANA KEGAWATAN AGI-
TASI, DELIRIUM, PSIKOSIS
Etiologi :
- GMO (Gangguan Mantal Organik)
- Intoksikasi Narkoba
- Psikosis Fungsional
Gejala Klinik :
- Psikosis Fungsional: Gangguan emosi,
perilaku, proses pikir, persepsi.
- Gangguan Mental Organik: Halusinasi
visual, Disorientasi, gangguan kesadaran
(delirium)
- Hal-hal klinik yang mandasari gangguan
adalah:
Gangguan Metabolik (hipoksia,
hipoglikemia, hiponatremia, sindroma
putus obat, dan sebagainya)
Intoksikasi: opiat, amfetamin, alkohol,
sedatif-hipnotik dan sebagainya.
- Tirotoksikosis
- Ensefalitis
- Kasus-kasus dengan
hipertermia.
Tata laksana:
Pendekatan atau rapport, selanjutnya venti-
lasi dan persuasi.
Intoksikasi Opioida
- Getah biji tanaman Papaver Somniferum
- Alami : Morfin, heroin, kodein, hidrokodon
- Derifat : dekstrometorfan
- Sintetik : metadon, meperidin
Mekanisme toksisitas :
Stimulasi reseptor opiat Sistem Syaraf
Pusat: sedasi dan depresi respirasi
Dosis Toksis:
Bervariasi ttergantung toleransi, dosis,
cara pemakaian.
Gejala Klinik:
Terdapat tanda-tanda pemakaian : needle
track.
Terdapat Perilaku maladaptif : euforia,
apatia, disforia, agitasi, retardasi psikomo-
tor, hendaya dalam perhatian dan daya
ingat serta, hendaya fungsi sosial atau pe-
kerjaan.
Bicara cadel, mual, muntah, Kulit keme-
rahan, demam.
Konstriksi pupil (miosis/pinpoint pupil),
gangguan kesadaran (apatis, somnolens,
hingga koma), tekanan darah turun dan nadi
lemah, depresi pernafasan (frekuensi nafas
kurang dari 10 X /menit).
Withdrawal: disforia, nausea, vomitus, nye-
ri otot, lakrimasi atau rinorhea, dilatasi pu-
pil, piloereksi, keringat sangat banyak, dia-
re, menguap, demam, insomnia.
Tata Laksana putus zat opioid:
- Abrupt withdrawal (putus seketika)
- Simptomatik.
- Gradual withdrawal
Penatalaksanaan Kegawat Daruratan Psikiatri
ISSN: 0853-8050 63
Intoksikasi Amfetamin (XTC/ Shabu-shabu)
Jenis yang sering dipakai : Dextro amfetamin,
metilfenidat, Metamfetamin (shabu-shabu), M-
DMA (Metilendioksi-Metamfetamin/Ectasy).
Mekanisme Toksisitas
Aktivasi Sistem Syaraf Pusat dengan
pelepasan katekolamin dan inhibisi reuptake
katekolamin/Mono Amin Oksidase.
Gejala Klinik:
- Manifestasi sentral : Euforia, talkative,
ansietas, agitasi, restlesness, hipertensi,
perdarahan otak, kejang, koma.
- Manifestasi Perifer : sweating, tremor,
rigiditas, takikardi, hipertensi, aritmia,
hipertermia
- Penyebab Kematian: Kejang, aritmia
ventrikuler, hipertermia.
- Withdrawal : fatigue, halusinasi,
hipersomnia, nafsu makan, retardasi, agitasi
psikomotor.
Tata Laksana withdrawal:
- Reassurance dan simptomatik.
Intoksikasi Benzodiazepin
- Banyak macam dengan potensi, durasi efek,
farmakokinetik yang berbeda.
- Lethal dosis cukup banyak, kematian jarang
terjadi kecuali pemakaian kombinasi
dengan alkohol/barbiturat.
Mekanisme toksisitas.
- Aksi inhibisi GABA.
- Jumlah banyak dan menimbulkan inhibisi
reflex spinal dan sistem aktivasi retikuler, gang-
guan kesadaran dan depresi pernafasan.
- Depresi Respirasi sering terjadi pada
Benzodiazepin short acting (Triazo-
lam/alprazolam)
- Depresi Respirasi dan Cardiopulmonary
arrest dapat terjadi akibat pemakaian
diazepam Intra Vena yang terlalu cepat
(Ganong,1995).
Dosis Toksik
Cukup besar sekitar 15 – 20 kali dosis tera-
peutik; triazolam sekitar 5 mg (20 X therapeutic
dose).
Gejala klinik:
- Terjadi setelah 30 sampai 120 menit pe-
makaian.
- Gangguan perhatian dan daya ingat, letargi,
slurred speech, ataxia, hipotermia, respi-
ratory arrest, koma.
- Kejang dapat terjadi dengan pemakaian
kombinasi trisiklik antidepresan atau
rangsangan gejala putus obat
Benzodiazepin.
Gejala Withdrawal:
Hiperaktivitas Sistem Syaraf Otonom
(keringat lebih banyak, nadi lebih 100), tremor,
insomnia, mual, muntah, halusinasi, ilusi, agi-
tasi psikomotor, ansietas, kejang grandmal.
Tata Laksana withdrawal adalah:
- Abrupt withdrawal yang akibatnya bisa
fatal.
- Gradual withdrawal
Intoksikasi Alkohol
Ethanol:
Bir : 2 – 4 %, Champagne: 6 – 8 %, Gin: 35 –
40 %, Wiski, Rum, Vodka, Brandy: 40 – 55 %.
Mekanisme Toksisitas :
- Depresi Sistem Syaraf Pusat.
- Hipoglikemia
Dosis Toksik:
- Sangat bervariasi, tergantung toleransi,
jumlah serta konsentrasinya
- Pemula kurang 100ml : euforia, gangguan
pertimbangan, agresif.
- Kurang 200 ml: ggg pusat bicara (ngawur),
keseimbangan, dan ggg koordinasi
- Kurang 400 ml: penekanan semua motorik
- Kurang 800 ml: hilang daya persepsi dan
koma
- Kurang 800 ml: depresi pernafasan, cardiac
arrest.
Nindita Pinastikasari
PSIKOVIDYA VOLUME 13 NOMOR 1 APRIL 2009 64
Gejala Klinik
- Akut: euforia, gangguan koordinasi, ataksia,
nistagmus, gangguan pertimbangan, Res-
pon reflek menurun. Aspirasi paru, depresi
pernafasan, koma.
- Kronis: perdarahan lambung, pankreatitis,
hepatitis, sirosis hepatis, hepatik ensefalo-
pati, hipoglikemia, hipokalemia,
hipofosfatemia, hipomagnesia, tiamin de-
fisiensi, alkohol ketoasidosis.
Gejala putus alkohol:
- Hiperaktivitas Sistem Syaraf Otonom:
keringat banyak, nadi lebih dari 100, Tre-
mor, insomnia, mual, muntah, halusinasi,
agitasi, ansietas, kejang.
- Delirium Tremens : muncul setelah 1-5 hr
putus alkohol, gejala : hiperaktivitas, hiper-
termia, delirium.
Intoksikasi Ganja
- Zat Psikoaktif: THC (Tetrahidro
Canabinol)
- Daun dan bunga canabis sativa
- Rokok ganja, Bumbu masakan
(biasanya kue Brownies).
- Rokok ganja: 1 – 3 % THC, Hashish :
3 – 6 %.
Mekanisme Toksisitas
- Pelepasan katekolamin menyebabkan hiper-
tensi dan sebagainya.
- Inhibisi reflex simpatis: sedasi, hipotensi
ortostatik, dan sebagainya.
Dosis Toksik:
Sangat bervariasi, tergantung pengalaman su-
byektif, tingkat toleransi, dosis.
Gejala Klinik pada intoksikasi ganja adalah
sebagai berikut:
- Gejala subyektif antara lain adalah euforia,
palpitasi, peningkatan kewaspadaan, ganggu-
an persepsi, reaksi panik: gangguan memori,
depersonalisasi, disorientasi, halusinasi vi-
sual, psikosis akut.
- Gejala obyektif antara lain adalah takikardia,
hipotensi ortostatik, conjunctival injectoin,
tremor, ataksia.
Tata laksana pada pasien yang mengalami
intoksikasi ganja adalah dengan menggunakan
teknik psikoterapi reassurance.
Intoksikasi Kafein
- Psychoactive substance: Kopi.
- Penggunaan klinik: anorexiant, Co-analgesic,
Diuretic, Sleep suppresant.
Mekanisme Toksisitas
- Stimulasi ß1 dan ß2 Adrenergik.
- Pelepasan katekolamin endogen.
Dosis Toksik
- Sekitar 10 gram Kafein.
- Minuman kopi per Cup 200 cc = 50 – 200
mg kafein).
Gejala Klinik
- Awal: anoreksia, tremor, restlesness, nausea,
vomitus.
- Lanjut: takikardia, confuse, hipokalemia,
hipoglikemia, kejang.
- Kronik ( intake dosis tinggi) : ansietas,
iritabilitas, tremor, insomnia, muscle
twiching, palpitasi, hiperrefleksia.
Intoksikasi Inhalansia
Zat-zat yg mudah menguap seperti : minyak
cat, ter, bensin, lem castol, lem uhu dsb.
Mekanisme Toksisitas
- Aspirasi pneumonia.
- Depresi Sistem Syaraf Pusat.
- Gangguan sistem hemopoetik (darah)
- Zat karsinogenik.
Dosis Toksik
- 100 cc pemakaian ingesti.
- 10.000 ppm pemakaian inhalansia.
Gejala Klinik intoksikasi inhalansia
adalah sebagai berikut:
Penatalaksanaan Kegawat Daruratan Psikiatri
ISSN: 0853-8050 65
Efek Sistem Syaraf Pusat adalah headache,
nausea, vomitus, dizzines, inkoordinasi moto-
rik, ataksia, slurred speech, letargi, konvulsi,
koma.
Intoksikasi Kokain
- Alkaloida dari daun tanaman eritroksilon
koka
- Pernah dipakai sebagai campuran minuman
(soft drink).
- Sediaan serbuk.
Penggunaan: ditelan, disedot melalui hi-
dung, dirokok, disuntikkan.
Mekanisme Kerja
- Hambat inisiasi dan konduksi impuls
Susunan syaraf tepi:
- Aktivasi Sistem Syaraf Pusat.
- Hambat reuptake katekolamin sinaps: mem-
pengaruhi kadar katekolamin otak, efek
euforia.
Dosis Toksik
- Tergantung dosis, cara pemakaian dan
toleransi.
- 1 gram: fatal
Gejala Klinik pada intoksikasi kokain adalah:
- Sistem Syaraf Pusat : euforia, ansietas,
agitasi, tremor, rigiditas otot, hiperaktivitas,
kejang, hipertermia, hipertensi, perdarahan
serebral, delirium, koma, psikosis.
- Pemakaian kronis pada insomnia, dan
paranoid.
- Withdrawal/putus Zat: rasa lelah, mimpi
buruk (nightmare), insomnia/hipersomnia,
nafsu makan, agitasi atau bahkan retardasi
psikomotor.
- Kardiovaskuler adalah:
o Ventrikuler takiaritmia.
Hipertensi: stroke hemorhagic, aortic
dissection.
o Spasme arteri coronaria/trombus
menyebabkan infark miokard.
o Vasokonstriksi pembuluh darah:
extravasasi, renal failure.
Pedoman Diagnostik yang digunakan pada PP-
DGJ III tentang Gangguan mental dan perilaku
akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-F19).
F10. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Penggunaan Alkohol.
F11. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Penggunaan Opioida.
F12. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Penggunaan Kanabinoida.
F13. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Penggunaan Sedativa atau Hipnotika.
F14. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Penggunaan Kokain.
F15. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Penggunaan Stimulansia Lain Termasuk
Kafein.
F16. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Penggunaan Halusinogenika.
F17. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Penggunaan Tembakau.
F18. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Penggunaan Pelarut yang mudah mengu-
ap.
F19. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Penggunaan Zat Multipel dan Penggu-
naan Zat Psikoaktif lainnya.
Kode empat dan lima karakter dapat digunakan
untuk menentukan kondisi klinis sebagai
berikut:
F1x.0.Intoksikasi Akut.
.00 Tanpa Komplikasi.
.01 Dengan trauma atau cedera tubuh
lainnya.
.02 Dengan komplikasi medis lainnya.
.03 Dengan delirium.
.04 Dengan distorsi persepsi.
.05 Dengan koma.
.06 Dengan konvulsi.
.07 Intoksikasi patologis.
F1x.1.Penggunaan yang merugikan (harmful
use).
F1x.2. Sindroma ketergantungan.
.20 Kini abstinen.
.21 Kini abstinen tetapi dalam
lingkungan terlindung.
.22 Kini dalam pengawasan klinis
dengan terapi pemeliharaan atau
Nindita Pinastikasari
PSIKOVIDYA VOLUME 13 NOMOR 1 APRIL 2009 66
dengan pengobatan zat pengganti
(ketergantungan terkendali).
.23 Kini abstinen tetapi sedang dalam
terapi dengan obat aversif atau
penyekat.
.24 Kini sedang menggunakan zat
(ketergantungan aktif).
.25 Penggunaan berkelanjutan.
.26 Penggunaan episodik (dipsomania)
F1x.3. Keadaan Putus Zat.
.30 Tanpa komplikasi
.31 Dengan konvulsi
F1x.4. Keadaan Putus Zat dengan delirium
.40 Tanpa konvulsi
.41 Dengan konvulsi.
F1x.5. Gangguan Psikotik.
.50 Lir-skizofrenia (schizophrenia-like)
.51 Predominan waham.
.52 Predominan halusinasi.
.53 Predominan polimorfik.
.54 Predominan gejala depresi.
.55 Predominan gejala manik.
.56 Campuran.
F1x.6. Sindrom Amnestik.
F1x.7. Gangguan Psikotik Residual atau onset
lambat.
.70 Kilas balik (flashbacks).
.71 Gangguan kepribadian atau
perilaku.
. 72 Gangguan afektif residual.
. 73 Demensia.
. 74 Hendaya kognitif menetap lainnya.
. 75 Gangguan psikotik onset lambat.
F1x.8. Gangguan mental dan perilaku lainnya.
F1x.9. Gangguan mental dan perilaku YTT.
(APA, 1994; Maslim, 2004).
Dengan menggunakan pedoman diatas
maka dapat lebih mudah mendiagnosa jenis
gangguan jiwa yang disebabkan oleh zat-zat
psikoaktif.
KESIMPULAN
Kegawat daruratan psikiatri adalah
gangguan alam perasaan, berpikir dan perilaku
yang perlu pertolongan segera karena pasien
dapat meninggal dunia masuk fase regresi atau
cacat kronis. Saat paling membahayakan baik
bagi diri sendiri maupun orang lain atau
lingkungannya namun bisa menjadi saat me-
nguntungkan untuk membangun kembali alam
perasaan, insight, pengertian, meningkatkan ke-
kuatan diri dan saat paling baik untuk mencari
latar belakang gangguan jiwa.
Penanganan kegawatan darurat psikia-
trik antara lain adalah, bersikap tenang dan pe-
nuh percaya diri serta dengan kewaspadaan pe-
nuh dan menilai kondisi pasien yang berkemu-
ngkinan agresif. Selanjutnya memberikan infor-
masi kepada pasien bahwa kekerasan tak dapat
diterima oleh lingkungan disekitar pasien.
DAFTAR RUJUKAN
American Psychiatric Association. (1994).
Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders. Washington DC.
Eko Sunaryanto, B. (2009). Kegawat Daru-
ratan Psikiatri. Tidak
diterbitkan.
Ganong, WF. 1995. Review of Medical
Physiology., Appleton&Lange, Nor-
walk, Connecticut.
Marga, Betty.(2009). Krisis bunuh diri.
Tidak diterbitkan
Maslim, R. (2004). Pedoman
Penggolongan Diagnosa
Gangguan Jiwa Indonesia. ke
III. Jakarta.
Sadock BJ, Sadock VA. (2000). Comprehensive
Textbook of Psychiatry. Lippincott Wi-
lliams&Wilkins, A Wolters Kluwer
Company.
Penatalaksanaan Kegawat Daruratan Psikiatri
ISSN: 0853-8050 67