11
57 Penatalaksanaan Kegawat Daruratan Psikiatri Nindita Pinastikasari Rumah Sakit Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang Abstract: The emergency of psychiatric is a disturbia of their feelings, thinking and habit that need an emergency helps because those people can die into regretion or chronical defect. The most dangerous for themselves or other people and their enviroment, but it can give advantageous to rise again their feelings, insight, understandings, rise up their power and the good things for looking the background of feeling disturbia. To help that emergency of psychiatric are being easy and full of confidence also can be more careful and to know that the people could being an aggression person. For the next is give information to the people and tell that vandalism can not be accepted by their enviroment. Key word: The Emergency, Psychiatric Kegawat daruratan psikiatri merupakan suatu kondisi darurat yang perlu penanggulangan se- gera karena adanya gangguan perilaku, emosi, proses berpikir yang dapat menimbulkan resiko terhadap diri sendiri maupun terhadap lingku- ngannya. Penyebab kegawat daruratan psikiatrik adalah: Bisa hal yang tidak berhubungan dengan kelainan organis (Psikosis, mania, histeri dissosiatif, gangguan panik dan seba- gainya). Atau hal yang berhubungan dengan ke- lainan organis/delirium (trauma kapitis, drug abuse, stroke, kelainan metabolik, sen- sitivitas terhadap obat dan sebagainya). Kondisi yang masuk kategori kedaruratan psikiatrik adalah: Gaduh gelisah. Krisis bunuh diri. Akibat penggunaan NAPZA atau NARKOBA. Alamat Korespondensi: Nindita Pinastikasari Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Dr. Radjiman Wediodiningrat Malang Jl. Akhmad Yani 15, Lawang, Malang GADUH GELISAH Kegawat daruratan psikiatrik gaduh ge- lisah dapat disebabkan oleh beberapa hal seba- gai berikut: o Psikosis (fungsional maupun organik). Psikosis Fungsional: Psikosis reaktif, Ski- zofrenia, manik depresif, amok dan seba- gainya). Psikosis Organik: Delirium, demensia, psi- kosis berhubungan dengan zat, psikosis ka- rena gangguan metabolik, psikosis karena trauma kepala maupun infeksi pada otak, dan sebagainya). Kecemasan Akut dengan/tanpa Panik. Kebingungan post konvulsi. Reaksi disosiasi & keadaan fugue. Ledakan amarah/temper tantrum. Penanganan kegawat daruratan psikiatik pada gaduh gelisah - Bersikap tenang dan penuh percaya diri serta dengan kewaspadaan penuh maka ni- lai kondisi pasien yang berkemungkinan agresif. o Informasikan kepada pasien bahwa keke- rasan tak dapat diterima - Periksa fisik dan wawancarai pasien dengan tutur kata lembut, menenangkan, bantu me- nilai realitas pasien serta beri keyakinan bahwa pasien akan mendapat pertolongan.

7. Kegawat daruratan....Nindita

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 7. Kegawat daruratan....Nindita

57

Penatalaksanaan Kegawat Daruratan Psikiatri

Nindita Pinastikasari

Rumah Sakit Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Abstract: The emergency of psychiatric is a disturbia of their feelings, thinking and habit

that need an emergency helps because those people can die into regretion or chronical

defect. The most dangerous for themselves or other people and their enviroment, but it can

give advantageous to rise again their feelings, insight, understandings, rise up their power

and the good things for looking the background of feeling disturbia. To help that emergency

of psychiatric are being easy and full of confidence also can be more careful and to know

that the people could being an aggression person. For the next is give information to the

people and tell that vandalism can not be accepted by their enviroment.

Key word: The Emergency, Psychiatric

Kegawat daruratan psikiatri merupakan suatu

kondisi darurat yang perlu penanggulangan se-

gera karena adanya gangguan perilaku, emosi,

proses berpikir yang dapat menimbulkan resiko

terhadap diri sendiri maupun terhadap lingku-

ngannya.

Penyebab kegawat daruratan psikiatrik

adalah:

Bisa hal yang tidak berhubungan dengan

kelainan organis (Psikosis, mania, histeri

dissosiatif, gangguan panik dan seba-

gainya).

Atau hal yang berhubungan dengan ke-

lainan organis/delirium (trauma kapitis,

drug abuse, stroke, kelainan metabolik, sen-

sitivitas terhadap obat dan sebagainya).

Kondisi yang masuk kategori kedaruratan

psikiatrik adalah:

Gaduh gelisah.

Krisis bunuh diri.

Akibat penggunaan NAPZA atau

NARKOBA.

Alamat Korespondensi:

Nindita Pinastikasari

Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Dr. Radjiman

Wediodiningrat Malang

Jl. Akhmad Yani 15, Lawang, Malang

GADUH GELISAH

Kegawat daruratan psikiatrik gaduh ge-

lisah dapat disebabkan oleh beberapa hal seba-

gai berikut:

o Psikosis (fungsional maupun organik).

Psikosis Fungsional: Psikosis reaktif, Ski-

zofrenia, manik depresif, amok dan seba-

gainya).

Psikosis Organik: Delirium, demensia, psi-

kosis berhubungan dengan zat, psikosis ka-

rena gangguan metabolik, psikosis karena

trauma kepala maupun infeksi pada otak,

dan sebagainya).

Kecemasan Akut dengan/tanpa

Panik.

Kebingungan post konvulsi.

Reaksi disosiasi & keadaan fugue.

Ledakan amarah/temper tantrum.

Penanganan kegawat daruratan psikiatik

pada gaduh gelisah

- Bersikap tenang dan penuh percaya diri

serta dengan kewaspadaan penuh maka ni-

lai kondisi pasien yang berkemungkinan

agresif.

o Informasikan kepada pasien bahwa keke-

rasan tak dapat diterima

- Periksa fisik dan wawancarai pasien dengan

tutur kata lembut, menenangkan, bantu me-

nilai realitas pasien serta beri keyakinan

bahwa pasien akan mendapat pertolongan.

Page 2: 7. Kegawat daruratan....Nindita

Nindita Pinastikasari

PSIKOVIDYA VOLUME 13 NOMOR 1 APRIL 2009 58

- Kalau mungkin, lepas ikatan apabila kondisi

memungkinkan, sambil tetap waspada bah-

wa pasien akan menipu, melarikan diri, me-

ngamuk setelah ikatan dilepas.

- Sebaliknya informasikan bahwa fiksasi

akan digunakan bila perlu.

- Kalau perlu pamer kekuatan dengan

menyiapkan tim yang sudah siap

melakukan fiksasi.

- Medikasi bila dirasa perlu.

Beberapa hal yang perlu curiga adanya

Gangguan Mental Organik bila:

- Onset akut.

- Episoda pertama.

- Usia tua.

- Penyakit fisik atau cidera yang baru terjadi.

- Riwayat penyalahgunaan obat.

- Adanya halusinasi non auditorik.

- Adanya gejala neurologik: kejang,

penurunan kesadaran, nyeri kepala tertentu.

- Perubahan penglihatan.

- Status mental tertentu.

- Gangguan bicara, berjalan, gait

- Gambaran katatonik, bradikinesia (Eko,

2009).

Pemeriksaan laboratorium untuk pasien

gaduh gelisah akut dengan kecurigaan organik

- Darah lengkap.

- Elektrolit.

- Gula darah.

- Fungsi liver/renal.

- Urin test untuk NAPZA.

- Kadar alkohol dalam darah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada Pa-

sien Gaduh Gelisah

- Medikasi hanya bertujuan untuk mengontrol

target simptom

- Pasien eksaserbasi akut sebaiknya diketahui

obat yang sedang atau terakhir dipakai.

- Pemberian obat per oral harus segera dimulai

pada hari itu juga.

Fiksasi pada pasien gaduh gelisah ada-

lah:

- Fiksasi yang digunakan untuk penjagaan

atau perawatan pasien agar jangan melukai

diri sendiri, menyerang orang lain atau

merusak barang.

- Harus dilakukan dengan mengingat, kenya-

manan pasien tak terganggu, pemberian

makanan dan obat tetap dapat berlangsung.

- Penjelasan kepada pasien. dan penanggung

jawab pasien.

- Seharusnya memakai alat yang telah

disiapkan secara standar maka pengikat

kulit yang paling aman dan bukan tali.

Metode fiksasi atau dengan pengikatan pa-

da pasien gaduh gelisah

- Menggunakan petugas sebanyak empat

sampai lima orang.

- Menjelaskan pada pasien mengapa harus

diikat.

- Seorang petugas harus selalu terlihat pasien

dan menenteramkan untuk menghilangkan

rasa takut, ketidakberdayaan dan hilangnya

kendali pasien.

- Pasien.diikat dengan tungkai terpisah, satu

lengan diikat di satu sisi dan lengan lain di

atas kepala.

- Pengikatan harus dilakukan sedemikian

rupa sehingga cairan infus dapat diberikan

jika perlu.

- Kepala pasien agak ditinggikan untuk

menurunkan perasaan rentan dan meng-

hindari kemungkinan aspirasi.

- Pengikatan harus diperiksa berkala demi

keamanan dan kenyamanan pasien.

- Setelah pasien diikat, dimulai intervensi te-

rapi.

- Setelah pasien terkendali, satu ikatan sekali

waktu harus dilepas dengan interval 5 me-

nit, sampai pasien hanya memiliki dua ika-

tan di kaki. Kedua ikatan lainnya harus di-

lepas bersamaan.

- Selalu mencatat dengan lengkap alasan

pengikatan, perjalanan terapi dan respon

pada pasien terhadap terapi selama

pengikatan (Eko, 2009).

Page 3: 7. Kegawat daruratan....Nindita

Penatalaksanaan Kegawat Daruratan Psikiatri

ISSN: 0853-8050 59

KEDARURATAN PSIKIATRIK AKIBAT

KRISIS BUNUH DIRI.

Percobaan bunuh diri adalah segala usaha

perbuatan yang disengaja dilakukan seseorang

untuk membinasakan dirinya dalam waktu se-

gera.

Gagasan seseorang untuk bunuh diri

adalah pikiran atau ide untuk menghabisi nya-

wa sendiri, terdapat pada orang yang peka ter-

hadap stressor, dapat terjadi di segala usia, da-

pat berlangsung dalam waktu yang lama tanpa

usaha bunuh diri.

Perilaku bunuh diri adalah perilaku

yang disengaja atau tidak, dapat membahaya-

kan nyawa sendiri. Misalnya: mutilasi diri (me-

motong pergelangan tangan, menggigit, mem-

benturkan kepala). Mutilasi diri merupakan

gejala dari gangguan psikiatrik dan penyakit

fisik. (Marga, 2009).

Macam-Macam Bunuh Diri

Emile Durkheim:

Bunuh diri egosentrik adalah bunuh diri

yang disebabkan individu tidak berintegrasi

dengan masyarakat, kegagalan integrasi da-

lam keluarga.

Bunuh diri altruistik adalah bunuh diri dise-

babkan individu terikat tuntutan tradisi khu-

sus (misalnya harakiri), identifikasi yang

terlalu kuat dengan suatu kelompok.

Bunuh diri anomik terjadi bila ada gang-

guan keseimbangan integrasi antara indivi-

du dengan masyarakat sehingga masyarakat

tidak bisa mengatur dan mengawasi kebutu-

hannya. Individu kehilangan pegangan dan

tujuan serta meninggalkan norma-norma

yang biasa (misalnya: perceraian, peruba-

han ekonomi yang drastis).

Menurut Herbert Hendin:

Kematian sebagai pelepasan pembalasan

dan bunuh diri untuk mengurangi preoku-

pasi tentang perasaan takut akan kematian.

Kematian merupakan pembunuhan ke be-

lakang dan bunuh diri dapat mengganti ke-

marahan atau kekerasan yang tidak dapat

direpresi.

Kematian sebagai penyatuan kembali:

kematian bisa mempunyai arti menenang-

kan karena bisa bersatu dengan orang yang

sudah meninggal.

Kematian sebagai hukuman buat diri sen-

diri karena tidak mampu mencintai, merasa

tidak berguna,berdosa karena tidak bisa me-

ngendalikan emosi dan perbuatan agresi.

Menurut Freud, Tingkah laku bunuh diri untuk

menyatakan amarah dan permusuhan terhadap

seseorang yang dicintai sehingga mengganggu

keseimbangan insting untuk hidup dan mati.

Proses pikiran tak sadar memainkan peranan

sentral dalam perilaku id, ego, superego yang

mengalami konflik dan tidak berdaya.

Menurut Meninger ada tiga hal pada bunuh diri:

Adanya keinginan untuk membunuh atau

menyerang.

Adanya keinginan untuk dibunuh dan mati.

Adanya keinginan hukuman pada diri

sendiri.

Menurut Scheiderman dan Farberow:

o Ancaman bunuh diri (treatened suicide).

o Percobaan bunuh diri (attemped suicide).

o Bunuh diri yang telah dilakukan (commited

suicide).

o Depresi dengan hendak bunuh diri.

o Melukai diri sendiri (self destruction).

Psikodinamika yang terjadi karena

hampir semua orang, sekali waktu dalam hidup-

nya timbul pikiran untuk lebih baik mati saja.

Motivasi ini sangat kompleks dan apakah buah

pikiran itu menjadi kenyataan terjadilah proses

psikologik didalam alam pikirnya tergantung

keadaan lingkungan sosial dan fisik serta kea-

daan jiwa dan badan orang itu.

Individu yang mengalami krisis mental

bila teratasi dengan baik maka akan dapat lebih

mematangkan jiwanya, tetapi bila tidak teratasi

maka jatuh ke dalam keadaan yang lebih buruk.

(Marga, 2009).

Niat bunuh diri ini masih terbentur

pada sikap yang ambivalen antara keinginan

untuk hidup dan mati, maka untuk menghilang-

kan sikap ambivalensinya dia menjabarkan ga-

Page 4: 7. Kegawat daruratan....Nindita

Nindita Pinastikasari

PSIKOVIDYA VOLUME 13 NOMOR 1 APRIL 2009 60

gasannya tentang konsep mati, cara, waktu,

tempat dan akibatnya.

Motivasi bunuh diri bisa disebabkan

oleh:

o Penyelesaian masalah frustasi. Karena ke-

cewa dalam hubungan dengan orang lain,

benda/barang, tujuan yang tidak tercapai.

o Balas dendam.

o Memperoleh keadaan yang damai dan ten-

tram.

o Hilangnya rasa man dan kepastian akan sta-

tusnya.

o Anggapan sebagai jalan keluar.

Pada tindakan bunuh diri keinginan untuk

mati jauh lebih besar daripada keinginan untuk

hidup. Disebabkan oleh banyak faktor antara la-

in:

o Penyakit atau kondisi yang beresiko untuk

terjadinya bunuh diri.

o Insomnia berat.

o Penggunaan alkohol dan obat-obatan.

o Skizofrenia.

o Penyakit Fisik.

o Individu dengan orientasi homoseksual.

o Gangguan Stres Pasca Trauma.

o Riwayat keluarga bunuh diri.

o Lain-lain

Krisis bunuh diri manifestasinya adalah be-

rupa:

Ketegangan yang tidak dapat ditahan lagi,

perasaan sedih dan putus asa.

Adanya isyarat berupa ucapan, ancaman

akan bunuh diri, cerita yang menunjukkan

bosan hidup dan ingin mati atau catatan bu-

nuh diri.

Jeritan minta tolong diwujudkan dalam

sikap ambivalensi yaitu mempunyai niat

mengakhiri hidupnya pada saat itu juga

menginginkan ada orang lain yang me-

nyelamatkan.

Orang-orang yang beresiko tinggi untuk me-

lakukan bunuh diri adalah sebagai berikut:

Orang dengan keinginan mati yang sung-

guh-sungguh, adanya pernyataan yang ber-

ulang-ulang bahwa dia ingin mati, bisa di-

sertai dengan persiapan terperinci.

Adanya depresi dengan gejala rasa bersalah

dan dosa, rasa putus asa, ingin dihukum

berat, rasa cemas yang hebat, sangat berku-

rangnya nafsu makan, seks dan kegiatan

lain serta adanya gangguan tidur yang be-

rat.

Adanya psikosis, terutama yang impulsif

serta adanya perasaan curiga, ketakutan dan

panik. Keadaan semakin berbahaya jika pa-

sien mendengar suara/halusinasi yang me-

merintahkan agar dia membunuh dirinya.

Tindakan psikiatrik bisa dengan jalan:

o Harus masuk rumah sakit.

o Cukup berobat jalan.

o Segera dipulangkan dengan pemberian na-

sehat-nasehat.

Pilihan mana yang diambil bergantung besar

kecilnya bahaya yang mengancam jiwa pelaku.

Faktor besar-kecilnya resiko bunuh diri:

Riwayat pelaku:

- Banyaknya percobaan bunuh diri yang

dilakukan.

- Seringkali minum obat terlarang.

- Seringkali minum alkohol.

- Seringkali melakukan tindak pidana.

Ciri percobaan bunuh diri:

- Rencana bunuh diri lebih terperinci.

- Lebih banyak menggunakan cara keke-

rasaan daripada minum obat yang ber-

lebihan.

- Tidak mengharapkan pertolongan sesu-

dah percobaan bunuh diri dilakukan.

Motivasi:

- Sedikit melakukan hubungan dengan

orang lain.

- Permusuhan lebih banyak ditujukan

pada diri sendiri.

Status Mental:

- Mengalami gangguan jiwa (Psikosis).

Makin besar resiko bunuh diri, makin cepat

akan melakukan percobaan bunuh diri.

Pemeriksaan yang dilakukan dalam kasus krisis

bunuh diri:

o Anamnesis untuk mendapat informasi ten-

tang kesungguhan niat, penyebab dan cara

percobaan bunuh diri.

Page 5: 7. Kegawat daruratan....Nindita

Penatalaksanaan Kegawat Daruratan Psikiatri

ISSN: 0853-8050 61

o Pemeriksaan fisik (neurologi) untuk menda-

patkan kelainan organik yang mendasari

tindakan percobaan bunuh diri maupun aki-

bat yang ditimbulkannya.

o Test psikiatrik dengan tujuan untuk mencari

dasar kepribadian pasien yang mendasari

tindakan percobaan bunuh diri serta untuk

membantu nalar.

o Pemeriksaan laboratorium yang sesuai de-

ngan kebutuhan atau kelainan organik yang

didapatkan.

Penatalaksanaan:

Bila kesadaran pasien berkabut sampai koma:

- Pemeriksaan fisik diagnostik, khususnya tanda

vital.

- Resusitasi jantung-paru.

- Perawatan di Intensive Care Unit.

- Atasi kondisi fisik akibat tindakan bunuh diri.

- Pemeriksaan penunjang.

- Setelah Compos Mentis, evaluasi psikiatrik

dengan sikap suportif, tidak menghakimi, ru-

juk ke fasilitas psikiatrik.

Bila kesadaran pasien Compos Mentis:

- Atasi gangguan fisik.

- Jika terdapat tanda-tanda yang serius dapat di-

rawat dengan pengawasan ketat.

- Jika dramatisasi dapat dilakukan psikoterapi

suportif.

- Jika didapatkan Gangguan kepribadian

sebaiknya dirujuk ke fasilitas psikiatrik,

begitu pula bila didapatkan skizofrenia

dengan gagasan bunuh diri sebaiknya segera

dirujuk.

KEDARURATAN PSIKIATRIK AKIBAT

PENGGUNAAN NAPZA/ NARKOBA

- Napza: Narkotika, Psikotropika dan Zat

Adiktif lainnya

- Narkoba: Narkotika, Psikotropika dan

Bahan Adiktif lainnya.

Sejak tahun 2000 kasus penyalahgunaan

zat semakin banyak. dan banyak yg datang ke

Unit Gawat Darurat RSU.

Kasus antara lain:

- Intoksikasi/Overdosis.

- Gejala putus obat/withdrawal.

- Gangguan Mental Organik akibat zat.

- Psikosis akibat zat.

- Kegawatan sering merupakan gabungan

kegawatan fisik & psikiatri.

Tujuan Penanganan pada kasus diatas

antara lain adalah:

- Bebas dari kegawatdaruratan.

- Menciptakan lingkungan yang aman &

stabil bagi pasien.

- Observasi adanya penyakit yang lain,

komplikasi dsb.

- Upayakan pasien tetap sadar, kurangi

ansietas, memberi pengertian obat atau zat

menimbulkan pengalaman yang tak menye-

nangkan (Sadock, 2000).

Dasar-dasar intervensi pada kedaruratan

psikiatrik akibat penggunaan Zat kadang sangat

sulit. Penanganan kadang sulit, mengingat situ-

asi gawat dan mengancam dokter, pasien serta

keluarga (Eko, 2009).

Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

-Pendekatan pada pasien dan keluarga percaya

dengan Dokter

-Penilaian situasi:

o kondisi pasien: agitasi, stupor, gangguan

kesadaran, gangguan vital sign, dan

sebagainya.

o anamnesis tentang zat yang digunakan,

gejala yang timbul, kapan pemakaian, do-

sis, cara pemakaian, dan sebagainya.

Intervensi Gawat Darurat

- Mengerti prosedur penangan gawat darurat

akibat zat.

- Mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.

- Sedapat mungkin menentukan jenis obat atau

zat yang menimbulkan kegawatdaruratan

Intervensi Medik pada akibat pengguna

Napza/Narkoba adalah:

Mengamati tanda-tanda yang mengancam

kehidupan: adalah hilang kesadaran, kurangnya

frekwensi pernafasan, frekwensi nadi, tekanan

darah, demam, muntah, kejang dan sebagainya.

Follow Up pada pasien yang mengalami

atau akibat pengguna Napza /Narkoba adalah:

Page 6: 7. Kegawat daruratan....Nindita

Nindita Pinastikasari

PSIKOVIDYA VOLUME 13 NOMOR 1 APRIL 2009 62

Untuk pasien yg telah melewati krisis, dan

dapat berfungsi normal, oleh karena sering ter-

jadi pasien merasa bersalah, malu, bingung, ka-

cau dan sebagainya:

- Menggali riwayat pemakaian yang telah

terjadi.

- Membantu pasien memperoleh gambaran

yang sebenarnya dan yang bermanfaat

untuk kesembuhan, serta terhindar dari

pemakaian berulang.

Konseling kegawat daruratan Zat

Bina Rapport

Pendekatan secara hangat, terbuka, tak

menghakimi, penuh perhatian, memupuk

kepercayaan, serta membina rapport yang

baik.

Keamanan :

Ciptakan suasana aman, jauhkan benda ber-

bahaya, kalau perlu minta petugas untuk

membantu/menjamin keselamatan pasien /

dokter.

Aktif mendengarkan.

Tenang, percaya diri dan penuh kontrol.

Menenteramkan dapat memahami.

Berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Empati.

TATA LAKSANA KEGAWATAN AGI-

TASI, DELIRIUM, PSIKOSIS

Etiologi :

- GMO (Gangguan Mantal Organik)

- Intoksikasi Narkoba

- Psikosis Fungsional

Gejala Klinik :

- Psikosis Fungsional: Gangguan emosi,

perilaku, proses pikir, persepsi.

- Gangguan Mental Organik: Halusinasi

visual, Disorientasi, gangguan kesadaran

(delirium)

- Hal-hal klinik yang mandasari gangguan

adalah:

Gangguan Metabolik (hipoksia,

hipoglikemia, hiponatremia, sindroma

putus obat, dan sebagainya)

Intoksikasi: opiat, amfetamin, alkohol,

sedatif-hipnotik dan sebagainya.

- Tirotoksikosis

- Ensefalitis

- Kasus-kasus dengan

hipertermia.

Tata laksana:

Pendekatan atau rapport, selanjutnya venti-

lasi dan persuasi.

Intoksikasi Opioida

- Getah biji tanaman Papaver Somniferum

- Alami : Morfin, heroin, kodein, hidrokodon

- Derifat : dekstrometorfan

- Sintetik : metadon, meperidin

Mekanisme toksisitas :

Stimulasi reseptor opiat Sistem Syaraf

Pusat: sedasi dan depresi respirasi

Dosis Toksis:

Bervariasi ttergantung toleransi, dosis,

cara pemakaian.

Gejala Klinik:

Terdapat tanda-tanda pemakaian : needle

track.

Terdapat Perilaku maladaptif : euforia,

apatia, disforia, agitasi, retardasi psikomo-

tor, hendaya dalam perhatian dan daya

ingat serta, hendaya fungsi sosial atau pe-

kerjaan.

Bicara cadel, mual, muntah, Kulit keme-

rahan, demam.

Konstriksi pupil (miosis/pinpoint pupil),

gangguan kesadaran (apatis, somnolens,

hingga koma), tekanan darah turun dan nadi

lemah, depresi pernafasan (frekuensi nafas

kurang dari 10 X /menit).

Withdrawal: disforia, nausea, vomitus, nye-

ri otot, lakrimasi atau rinorhea, dilatasi pu-

pil, piloereksi, keringat sangat banyak, dia-

re, menguap, demam, insomnia.

Tata Laksana putus zat opioid:

- Abrupt withdrawal (putus seketika)

- Simptomatik.

- Gradual withdrawal

Page 7: 7. Kegawat daruratan....Nindita

Penatalaksanaan Kegawat Daruratan Psikiatri

ISSN: 0853-8050 63

Intoksikasi Amfetamin (XTC/ Shabu-shabu)

Jenis yang sering dipakai : Dextro amfetamin,

metilfenidat, Metamfetamin (shabu-shabu), M-

DMA (Metilendioksi-Metamfetamin/Ectasy).

Mekanisme Toksisitas

Aktivasi Sistem Syaraf Pusat dengan

pelepasan katekolamin dan inhibisi reuptake

katekolamin/Mono Amin Oksidase.

Gejala Klinik:

- Manifestasi sentral : Euforia, talkative,

ansietas, agitasi, restlesness, hipertensi,

perdarahan otak, kejang, koma.

- Manifestasi Perifer : sweating, tremor,

rigiditas, takikardi, hipertensi, aritmia,

hipertermia

- Penyebab Kematian: Kejang, aritmia

ventrikuler, hipertermia.

- Withdrawal : fatigue, halusinasi,

hipersomnia, nafsu makan, retardasi, agitasi

psikomotor.

Tata Laksana withdrawal:

- Reassurance dan simptomatik.

Intoksikasi Benzodiazepin

- Banyak macam dengan potensi, durasi efek,

farmakokinetik yang berbeda.

- Lethal dosis cukup banyak, kematian jarang

terjadi kecuali pemakaian kombinasi

dengan alkohol/barbiturat.

Mekanisme toksisitas.

- Aksi inhibisi GABA.

- Jumlah banyak dan menimbulkan inhibisi

reflex spinal dan sistem aktivasi retikuler, gang-

guan kesadaran dan depresi pernafasan.

- Depresi Respirasi sering terjadi pada

Benzodiazepin short acting (Triazo-

lam/alprazolam)

- Depresi Respirasi dan Cardiopulmonary

arrest dapat terjadi akibat pemakaian

diazepam Intra Vena yang terlalu cepat

(Ganong,1995).

Dosis Toksik

Cukup besar sekitar 15 – 20 kali dosis tera-

peutik; triazolam sekitar 5 mg (20 X therapeutic

dose).

Gejala klinik:

- Terjadi setelah 30 sampai 120 menit pe-

makaian.

- Gangguan perhatian dan daya ingat, letargi,

slurred speech, ataxia, hipotermia, respi-

ratory arrest, koma.

- Kejang dapat terjadi dengan pemakaian

kombinasi trisiklik antidepresan atau

rangsangan gejala putus obat

Benzodiazepin.

Gejala Withdrawal:

Hiperaktivitas Sistem Syaraf Otonom

(keringat lebih banyak, nadi lebih 100), tremor,

insomnia, mual, muntah, halusinasi, ilusi, agi-

tasi psikomotor, ansietas, kejang grandmal.

Tata Laksana withdrawal adalah:

- Abrupt withdrawal yang akibatnya bisa

fatal.

- Gradual withdrawal

Intoksikasi Alkohol

Ethanol:

Bir : 2 – 4 %, Champagne: 6 – 8 %, Gin: 35 –

40 %, Wiski, Rum, Vodka, Brandy: 40 – 55 %.

Mekanisme Toksisitas :

- Depresi Sistem Syaraf Pusat.

- Hipoglikemia

Dosis Toksik:

- Sangat bervariasi, tergantung toleransi,

jumlah serta konsentrasinya

- Pemula kurang 100ml : euforia, gangguan

pertimbangan, agresif.

- Kurang 200 ml: ggg pusat bicara (ngawur),

keseimbangan, dan ggg koordinasi

- Kurang 400 ml: penekanan semua motorik

- Kurang 800 ml: hilang daya persepsi dan

koma

- Kurang 800 ml: depresi pernafasan, cardiac

arrest.

Page 8: 7. Kegawat daruratan....Nindita

Nindita Pinastikasari

PSIKOVIDYA VOLUME 13 NOMOR 1 APRIL 2009 64

Gejala Klinik

- Akut: euforia, gangguan koordinasi, ataksia,

nistagmus, gangguan pertimbangan, Res-

pon reflek menurun. Aspirasi paru, depresi

pernafasan, koma.

- Kronis: perdarahan lambung, pankreatitis,

hepatitis, sirosis hepatis, hepatik ensefalo-

pati, hipoglikemia, hipokalemia,

hipofosfatemia, hipomagnesia, tiamin de-

fisiensi, alkohol ketoasidosis.

Gejala putus alkohol:

- Hiperaktivitas Sistem Syaraf Otonom:

keringat banyak, nadi lebih dari 100, Tre-

mor, insomnia, mual, muntah, halusinasi,

agitasi, ansietas, kejang.

- Delirium Tremens : muncul setelah 1-5 hr

putus alkohol, gejala : hiperaktivitas, hiper-

termia, delirium.

Intoksikasi Ganja

- Zat Psikoaktif: THC (Tetrahidro

Canabinol)

- Daun dan bunga canabis sativa

- Rokok ganja, Bumbu masakan

(biasanya kue Brownies).

- Rokok ganja: 1 – 3 % THC, Hashish :

3 – 6 %.

Mekanisme Toksisitas

- Pelepasan katekolamin menyebabkan hiper-

tensi dan sebagainya.

- Inhibisi reflex simpatis: sedasi, hipotensi

ortostatik, dan sebagainya.

Dosis Toksik:

Sangat bervariasi, tergantung pengalaman su-

byektif, tingkat toleransi, dosis.

Gejala Klinik pada intoksikasi ganja adalah

sebagai berikut:

- Gejala subyektif antara lain adalah euforia,

palpitasi, peningkatan kewaspadaan, ganggu-

an persepsi, reaksi panik: gangguan memori,

depersonalisasi, disorientasi, halusinasi vi-

sual, psikosis akut.

- Gejala obyektif antara lain adalah takikardia,

hipotensi ortostatik, conjunctival injectoin,

tremor, ataksia.

Tata laksana pada pasien yang mengalami

intoksikasi ganja adalah dengan menggunakan

teknik psikoterapi reassurance.

Intoksikasi Kafein

- Psychoactive substance: Kopi.

- Penggunaan klinik: anorexiant, Co-analgesic,

Diuretic, Sleep suppresant.

Mekanisme Toksisitas

- Stimulasi ß1 dan ß2 Adrenergik.

- Pelepasan katekolamin endogen.

Dosis Toksik

- Sekitar 10 gram Kafein.

- Minuman kopi per Cup 200 cc = 50 – 200

mg kafein).

Gejala Klinik

- Awal: anoreksia, tremor, restlesness, nausea,

vomitus.

- Lanjut: takikardia, confuse, hipokalemia,

hipoglikemia, kejang.

- Kronik ( intake dosis tinggi) : ansietas,

iritabilitas, tremor, insomnia, muscle

twiching, palpitasi, hiperrefleksia.

Intoksikasi Inhalansia

Zat-zat yg mudah menguap seperti : minyak

cat, ter, bensin, lem castol, lem uhu dsb.

Mekanisme Toksisitas

- Aspirasi pneumonia.

- Depresi Sistem Syaraf Pusat.

- Gangguan sistem hemopoetik (darah)

- Zat karsinogenik.

Dosis Toksik

- 100 cc pemakaian ingesti.

- 10.000 ppm pemakaian inhalansia.

Gejala Klinik intoksikasi inhalansia

adalah sebagai berikut:

Page 9: 7. Kegawat daruratan....Nindita

Penatalaksanaan Kegawat Daruratan Psikiatri

ISSN: 0853-8050 65

Efek Sistem Syaraf Pusat adalah headache,

nausea, vomitus, dizzines, inkoordinasi moto-

rik, ataksia, slurred speech, letargi, konvulsi,

koma.

Intoksikasi Kokain

- Alkaloida dari daun tanaman eritroksilon

koka

- Pernah dipakai sebagai campuran minuman

(soft drink).

- Sediaan serbuk.

Penggunaan: ditelan, disedot melalui hi-

dung, dirokok, disuntikkan.

Mekanisme Kerja

- Hambat inisiasi dan konduksi impuls

Susunan syaraf tepi:

- Aktivasi Sistem Syaraf Pusat.

- Hambat reuptake katekolamin sinaps: mem-

pengaruhi kadar katekolamin otak, efek

euforia.

Dosis Toksik

- Tergantung dosis, cara pemakaian dan

toleransi.

- 1 gram: fatal

Gejala Klinik pada intoksikasi kokain adalah:

- Sistem Syaraf Pusat : euforia, ansietas,

agitasi, tremor, rigiditas otot, hiperaktivitas,

kejang, hipertermia, hipertensi, perdarahan

serebral, delirium, koma, psikosis.

- Pemakaian kronis pada insomnia, dan

paranoid.

- Withdrawal/putus Zat: rasa lelah, mimpi

buruk (nightmare), insomnia/hipersomnia,

nafsu makan, agitasi atau bahkan retardasi

psikomotor.

- Kardiovaskuler adalah:

o Ventrikuler takiaritmia.

Hipertensi: stroke hemorhagic, aortic

dissection.

o Spasme arteri coronaria/trombus

menyebabkan infark miokard.

o Vasokonstriksi pembuluh darah:

extravasasi, renal failure.

Pedoman Diagnostik yang digunakan pada PP-

DGJ III tentang Gangguan mental dan perilaku

akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-F19).

F10. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat

Penggunaan Alkohol.

F11. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat

Penggunaan Opioida.

F12. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat

Penggunaan Kanabinoida.

F13. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat

Penggunaan Sedativa atau Hipnotika.

F14. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat

Penggunaan Kokain.

F15. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat

Penggunaan Stimulansia Lain Termasuk

Kafein.

F16. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat

Penggunaan Halusinogenika.

F17. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat

Penggunaan Tembakau.

F18. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat

Penggunaan Pelarut yang mudah mengu-

ap.

F19. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat

Penggunaan Zat Multipel dan Penggu-

naan Zat Psikoaktif lainnya.

Kode empat dan lima karakter dapat digunakan

untuk menentukan kondisi klinis sebagai

berikut:

F1x.0.Intoksikasi Akut.

.00 Tanpa Komplikasi.

.01 Dengan trauma atau cedera tubuh

lainnya.

.02 Dengan komplikasi medis lainnya.

.03 Dengan delirium.

.04 Dengan distorsi persepsi.

.05 Dengan koma.

.06 Dengan konvulsi.

.07 Intoksikasi patologis.

F1x.1.Penggunaan yang merugikan (harmful

use).

F1x.2. Sindroma ketergantungan.

.20 Kini abstinen.

.21 Kini abstinen tetapi dalam

lingkungan terlindung.

.22 Kini dalam pengawasan klinis

dengan terapi pemeliharaan atau

Page 10: 7. Kegawat daruratan....Nindita

Nindita Pinastikasari

PSIKOVIDYA VOLUME 13 NOMOR 1 APRIL 2009 66

dengan pengobatan zat pengganti

(ketergantungan terkendali).

.23 Kini abstinen tetapi sedang dalam

terapi dengan obat aversif atau

penyekat.

.24 Kini sedang menggunakan zat

(ketergantungan aktif).

.25 Penggunaan berkelanjutan.

.26 Penggunaan episodik (dipsomania)

F1x.3. Keadaan Putus Zat.

.30 Tanpa komplikasi

.31 Dengan konvulsi

F1x.4. Keadaan Putus Zat dengan delirium

.40 Tanpa konvulsi

.41 Dengan konvulsi.

F1x.5. Gangguan Psikotik.

.50 Lir-skizofrenia (schizophrenia-like)

.51 Predominan waham.

.52 Predominan halusinasi.

.53 Predominan polimorfik.

.54 Predominan gejala depresi.

.55 Predominan gejala manik.

.56 Campuran.

F1x.6. Sindrom Amnestik.

F1x.7. Gangguan Psikotik Residual atau onset

lambat.

.70 Kilas balik (flashbacks).

.71 Gangguan kepribadian atau

perilaku.

. 72 Gangguan afektif residual.

. 73 Demensia.

. 74 Hendaya kognitif menetap lainnya.

. 75 Gangguan psikotik onset lambat.

F1x.8. Gangguan mental dan perilaku lainnya.

F1x.9. Gangguan mental dan perilaku YTT.

(APA, 1994; Maslim, 2004).

Dengan menggunakan pedoman diatas

maka dapat lebih mudah mendiagnosa jenis

gangguan jiwa yang disebabkan oleh zat-zat

psikoaktif.

KESIMPULAN

Kegawat daruratan psikiatri adalah

gangguan alam perasaan, berpikir dan perilaku

yang perlu pertolongan segera karena pasien

dapat meninggal dunia masuk fase regresi atau

cacat kronis. Saat paling membahayakan baik

bagi diri sendiri maupun orang lain atau

lingkungannya namun bisa menjadi saat me-

nguntungkan untuk membangun kembali alam

perasaan, insight, pengertian, meningkatkan ke-

kuatan diri dan saat paling baik untuk mencari

latar belakang gangguan jiwa.

Penanganan kegawatan darurat psikia-

trik antara lain adalah, bersikap tenang dan pe-

nuh percaya diri serta dengan kewaspadaan pe-

nuh dan menilai kondisi pasien yang berkemu-

ngkinan agresif. Selanjutnya memberikan infor-

masi kepada pasien bahwa kekerasan tak dapat

diterima oleh lingkungan disekitar pasien.

DAFTAR RUJUKAN

American Psychiatric Association. (1994).

Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorders. Washington DC.

Eko Sunaryanto, B. (2009). Kegawat Daru-

ratan Psikiatri. Tidak

diterbitkan.

Ganong, WF. 1995. Review of Medical

Physiology., Appleton&Lange, Nor-

walk, Connecticut.

Marga, Betty.(2009). Krisis bunuh diri.

Tidak diterbitkan

Maslim, R. (2004). Pedoman

Penggolongan Diagnosa

Gangguan Jiwa Indonesia. ke

III. Jakarta.

Sadock BJ, Sadock VA. (2000). Comprehensive

Textbook of Psychiatry. Lippincott Wi-

lliams&Wilkins, A Wolters Kluwer

Company.

Page 11: 7. Kegawat daruratan....Nindita

Penatalaksanaan Kegawat Daruratan Psikiatri

ISSN: 0853-8050 67