21
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah aspek penting interaksi manusia. Dengan bahasa, (baik itu bahasa lisan, tulisan maupun isyarat) orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontrak sosial. Bahasa juga dipandang sebagai cermin kepribadian seseorang karena bahasa diterjemahkan sebagai refleksi rasa, pikiran dan tingkah laku. Adakalanya seorang yang pandai dan penuh dengan ide-ide cemerlang harus terhenti hanya karena dia tidak bisa menyampaikan idenya dalam bahasa yang baik. Oleh karena itu seluruh ide, usulan, dan semua hasil karya pikiran tidak akan diketahui dan dievaluasi orang lain bila tidak dituangkan dalam bahasa yang baik Di pandang pentingnya bahasa dalam kehidupan kita maka penulis disini mencoba membahas beberapa istilah dan tatanan bahasa yang sering kita pakai dalam berkomunikasi ataupun yang kita tuangkan lewat sebuah tulisan atau kalimat, seperti diksi, gaya bahasa, pemilihan ketepatan dan kesesuaian kata, sinonim,homofon, homograf dan lainnya yang merupakan unsur- unsur penting dalam sebuah bahasa. 1.2 Batasan Masalah Penulis hanyalah manusia biasa yang mempunyai kekurangan dalam menyajikan sebuah makalah. Karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan waktu maka penulis membatasi masalah yang dibahas dalam makalah ini hanya berupa: 1

60936763 Makalah b Indonesia 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hyy

Citation preview

Page 1: 60936763 Makalah b Indonesia 2

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah aspek penting interaksi manusia. Dengan bahasa, (baik itu bahasa

lisan, tulisan maupun isyarat) orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontrak sosial.

Bahasa juga dipandang sebagai cermin kepribadian seseorang karena bahasa diterjemahkan

sebagai refleksi rasa, pikiran dan tingkah laku. Adakalanya seorang yang pandai dan penuh

dengan ide-ide cemerlang harus terhenti hanya karena dia tidak bisa menyampaikan idenya

dalam bahasa yang baik. Oleh karena itu seluruh ide, usulan, dan semua hasil karya pikiran

tidak akan diketahui dan dievaluasi orang lain bila tidak dituangkan dalam bahasa yang baik

Di pandang pentingnya bahasa dalam kehidupan kita maka penulis disini mencoba

membahas beberapa istilah dan tatanan bahasa yang sering kita pakai dalam berkomunikasi

ataupun yang kita tuangkan lewat sebuah tulisan atau kalimat, seperti diksi, gaya bahasa,

pemilihan ketepatan dan kesesuaian kata, sinonim,homofon, homograf dan lainnya yang

merupakan unsur-unsur penting dalam sebuah bahasa.

1.2 Batasan Masalah

Penulis hanyalah manusia biasa yang mempunyai kekurangan dalam menyajikan

sebuah makalah. Karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan waktu maka penulis membatasi

masalah yang dibahas dalam makalah ini hanya berupa:

1. Pengertian diksi dan gaya bahasa

2. Ketepatan kata dan kesesuaian kata

3. Perubahan makna, denotasi dan konotasi, sinonim, idiomatik, homonim, homofon,

homograf, kata abstrak dan kata konkret, kata umum dan kata khusus

4. Kesalahan pembentukan dan pemilihan kata

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dari diksi dan gaya bahasa

2. Untuk mengetahui ketepatan kata dan kesesuaian kata

1

Page 2: 60936763 Makalah b Indonesia 2

3. Untuk mengetahui perubahan makna, denotasi dan konotasi, sinonim, idiomatik,

homonim, homofon, homograf, kata abstrak dan kata konkret, kata umum dan kata

khusus yang terdapat dalam bahasa Indonesia

4. Untuk mengatahui kesalahan-kesalahan pembentukan dan pemilihan kata yang

sering terjadi dalam bahasa Indonesia

2

Page 3: 60936763 Makalah b Indonesia 2

II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diksi dan Gaya Bahasa

2.1.1 Pengertian Diksi

Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan

sesuatu. Penggunaan ketepatan pilihan kata ini dipengaruhi oleh kemampuan pengguna

bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan

menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara

tepat sehingga mampu mengomunikasikannya secara afektif kepada pembaca atau

pendengarnya.

2.1.2 Pengertian Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang

memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa. Gaya bahasa ditentukan

oleh ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Gaya bahasa mempengaruhi terbentuknya

suasana, kejujuran, kesopanan, kemenarikan, tingkat keresmian atau gaya percakapan.

2.2 Ketepatan Kata dan Kesesuaian Kata

Ketepatan kata terkait dengan konsep, logika, dan gagasan yang hendak ditulis

dalam karangan. Ketepatan itu menghasilkan kepastian makna, sedangkan kesesuaian kata

menyangkut kecocokan antara kata yang dipakai dengan situasi yang hendak diciptakan

sehingga tidak mengganggu suasana batin, emosi, atau psikis antara penulis dan pembaca,

pembicara dan pendengarnya. Misalnya: keformalan, keilmiahan, keprofesionalan, dan

situasi tertentu yang hendak diwujudkan oleh penulis. Oleh karena itu, untuk menghasilkan

karangan berkualitas, penulis harus memperhatikan ketepatan dan kesesuaian kata.

2.2.1 Ketepatan Kata

Syarat-syarat ketepatan kata adalah :

1. Membedakan makna konotasi dan denotasi dengan cermat

2. Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim

misalnya : adalah, ialah, yaitu, merupakan, dalam pemakaiannya berbeda-beda

3. Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaannya

3

Page 4: 60936763 Makalah b Indonesia 2

Misalnya: inferensi dengan interfensi

sarat dengan syarat

4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapatnya sendiri,

jika pemahaman belum dapat dipastikan, pemakai kata harus menemukan makna

yang tepat di dalam kamus

Misalnya: modern sering diartikan secara subjektif canggih

5. Menggunakan imbuhan asing harus memahami maknanya secara tepat

Misalnya: dilegalisir seharusnya dilegalisasi

koordinir seharusnya koordinasi

6. Menggunakan kat-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar

Misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan

7. Menggunakan kata umum dan khusus, secara cermat

Misalnya: mobil (kata umum) corolla (kata khusus)

8. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat

Misalnya: isu ( dari bahasa inggris berarti publikasi, kesudahan, perkara)

isu (dalam bahasa Indonesia berarti kabar yang tidak jelas asal usulnya)

9. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni dan berhomografi

Misalnya: pria dan laki-laki (bersisonim)

bang dan bank (berhomofoni)

apel buah dan apel upacara (berhomografi)

10. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat

Misalnya: pendidikan, wirausaha (kata abstrak)

mangga, sarapan (kata konkret)

2.2.2 Kesesuaian Kata

Syarat-syarat kesesuaian kata:

1. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukkan

penggunaannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan

Misalnya: hakikat (baku) hakekat (tidak baku)

konduite (baku) kondite (tidak baku)

2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat

Misalnya: kencing (kurang sopan) buang air kecil (lebih sopan)

pelacur (kasar) tunasusila (lebih halus)

4

Page 5: 60936763 Makalah b Indonesia 2

3. Menggunakan kata berpasangan (idiomatik) dan berlawanan makna dengan cermat

Misalnya: sesuai bagi (salah)

sesuai dengan (benar)

4. Mengggunakan kata dengan nuansa tertentu

Misalnya: berjalan lambat, mengesot, dan merangkak

5. Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah, dan komunikasi

nonilmiah (surat-menyurat, diskusi umum) menggunakan kata populer

Misalnya: argumentasi (ilmiah) pembuktian (populer)

psikologi (ilmiah) ilmu jiwa (populer)

6. Menghindarikan penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis

Misalnya: tulis, baca, kerja (bahasa lisan)

menulis,menuliskan, membaca, membacakan (bahasa tulis)

2.3 Perubahan Makna, Denotasi dan Konotasi, Sinonim, Idiomatik, Homonim,

Homofon, Homograf, Kata Abstrak dan Kata Konkret, Kata Umum dan

Kata Khusus

2.3.1 Perubahan Makna

Faktor-faktor penyebab perubahan makna:

1. Kebahasaan

Perubahan makna yang ditimbulkan oleh faktor-faktor ini meliputi:

a) Perubahan Intonasi

Yaitu perubahan makna yang diakibatkan oleh perubahan nada, irama, dan

tekanan.

b) Perubahan struktur frasa

c) Perubahan bentuk kata adalah perubahan makna yang ditimbulkan oleh

perubahan bentuk

d) Kalimat akan berubah makna jika strukturnya berubah

2. Kesejarahan

Kata perempuan pada zaman penjajahan Jepang digunakan untuk menyebut

perempuan penghibur. Orang menggantinya dengan kata wanita. Kini, setelah orang

melupakan peristiwa tersebut menggunakannya kembali, dengan pertimbangan, kata

perempuan lebih mulia dibanding kata wanita.

5

Page 6: 60936763 Makalah b Indonesia 2

3. Kesosialan

Kata gerombolan mulanya bermakna orang berkumpul atau berkerumun. Kemudian,

kata itu tidak digunakan karena berkonotasi dengan pemberontak, perampok, dan

sebagainya. Sebelum tahun 1945 orang dapat berkata, gerombolan laki-laki menuju

pasar, setelah tahun1945 kata bergerombolan tidak digunakan bahkan ditakuti.

4. Kejiwaan

Contohnya: a) tabu

pelacur disebut tunasusila

koruptor disebut penyalahgunaan jabatan

b) kehalusan

bodoh disebut kurang pandai

malas disebut kurang rajin

c) kesopanan

ke kamar mandi disebut ke belakang

gagal disebut kurang berhasil

5. Bahasa Asing

Perubahan makna kata karena faktor bahasa asing, misalnya: kata tempat orang

terhormat diganti dengan VIP. Kata symposium pada mulanya bermakna orang yang

minum-minum di restoran dan kadang-kadang ada acara dansa yang diselingi

dengan diskusi. Dewasa ini kata symposium dititikberatkan pada acara diskusi

membahas berbagai masalah.

6. Kata Baru

Kreativitas pemakai bahasa berkembang terus sesuai dengan kebutuhannya.

Kebutuhan tersebut memerlukan bahasa sebagai alat ekpresi dan komunikasi yang

mendorong untuk menciptakan istilah baru bagi konsep baru yang ditemukannya.

Misalnya: chip, server, download, infokus, website, megapixel, vendor, dan

sebagainya. Dalam bahasa Indonesia terdapat kata-kata asing yang diindonesiakan,

ada yang dipertahankan keasingannya karena keinternasionalannya, dan ada kata

asing yang cukup denagn penyesuaian ejaannya.

2.3.2 Denotasi dan Konotasi

Makna denotasi dan konotasi dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya nilai rasa.

Kata denotasi lebih menekankan tidak adanya nilai rasa, sedangkan konotasi bernilai rasa

6

Page 7: 60936763 Makalah b Indonesia 2

kias. Sebuah kata dapat merosot nilai rasanya karena penggunaannya tidak sesuai dengan

makna denotasinya. Umpamanya kata kebijaksa-naan yang bermakna denotasi kelakuan

atau tindakan arif dalam mengahadapi suatu masalah, menjadi negatif konotasinya akibat

kasus-kasus tertentu, misalnya:

1. Orang tua murid yang anaknya tidak naik kelas mohon kebijaksanaan kepada kepala

sekolah agar bersedia menolong anaknya (menaikkan kelas).

2. Untuk mengurus surat-surat di kantor pemerintahan sering kali kita diminta

memberi kebijaksanaan oleh sang petugas agar urusan tidak terlambat (memberikan

suap).

Makna konotasi sifatnya lebih profesional dan operasional dari pada makna

denotatif. Makna denotatif adalah makna yang umum, sedangkan makna konotatif adalah

makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi:

Misalnya: rumah gedung, wisma, graha

tukang ahli, juru

pembantu asisten

2.3.3 Sinonim

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada berbeda bentuk, ejaan, dan

pengucapannya, tetapi bermakna sama. Misalnya, wanita bersinonim dengan perempuan.

Dalam kalimat kedua kata tersebut dapat dipertukarkan,

misalnya: Tradisi di daerah itu memasak dikerjakan oleh perempuan.

Tradisi di daerah itu memasak dikerjakan oleh wanita.

Dua kata yang bersinonim tidak bisa dipertukarkan dalam sebuah kalimat maka kata

tersebut tidak bersinonim sepenuhnya. Ini disebabkan oleh waktu, tempat, kesopanan,

suasana batin dan nuansa makna.

Misalnya: 1) waktu, misalnya pasar

Pada zaman dahulu pasar berarti tempat jual-beli, tetapi sekarang kata pasar

mempunyai arti yang luas seperti konsumen, produk, pelanggan.

2) tempat atau daerah, misalnya kata: saya, beta

3) kesopanan, misalnya: saya, aku

4) nuansa makna, misalnya:hotel, penginapan, melotot, meninjau, mantan, bekas.

7

Page 8: 60936763 Makalah b Indonesia 2

2.3.4 Idiomatik

Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu

unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti.

Contoh: salah benar

terdiri terdiri dari/ terdiri atas

disebabkan karena disebabkan oleh

membicarakan tentang berbicara tentang

2.3.5 Homonim, Homofon, dan Homograf

Homonim dapat diartikan sama nama, sama bunyi,sebunyi, tetapi berbeda makna.

Contoh: 1) bandar = pelabuhan

bandar = pemegang uang dalam perjudian

2) buku = ruas

buku = kitab

Homofon berarti sama bunyi berbeda tulisan dan berbeda makna.

Contoh: bank = bang

(bank yaitu tempat menyimpan uang, sedangkan bang merupakan sebutan untuk

kakak laki-laki)

Homograf berarti kata yang mempunyai kesamaan tulisan, berbeda bunyi dan

berbeda makna.

Conroh: 1) Ia makan apel (buah) sesudah apel (upacara) di lapangan.

2) Polisi serang (mendatangi untuk memyerang) penjahat di Kabupaten Serang

(nama tempat).

2.3.6 Kata Abstrak dan Kata Konkret

Kata abstrak adlah kata yang acuannya tidak mudah diserap oleh panca indra.

Misalnya: gagasan dan perdamaian

8

Page 9: 60936763 Makalah b Indonesia 2

Kata konkret adalah kata yang acuannya mudah diserap oleh panca indra.

Misalnya: meja, rumah, wangi, suara

Contoh dalam kalimat:

1) APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen. (kata konkret)

2) Kebenaran pendapat itu tidak terlalu tampak. (kata abstrak)

2.3.7 Kata Umum dan Kata Khusus

Kata umum dibedakan dengan kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Semakin

luas ruang lingkup suatu kata, maka semakin umum sifatnya. Sebaliknya, makna kata

menjadi sempit ruang lingkupnya maka semakin khusus sifatnya.

Contoh: kata umum kata khusus

ikan mujair

lele

tuna

bunga mawar

melati

anggrek

2.4 Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata

2.4.1 Penanggalan Awalan meng-

Penanggalan awalan meng- pada judul berita dalam surat kabar diperbolehkan.

Namun, dalam teks beritanya awalan meng- harus eksplisit.

Contoh: 1) Amerika Serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (salah)

2) Amerika Serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (benar)

2.4.2 Penanggalan Awalan ber-

Kata-kata yang berawalan ber- sering menanggalkan awalan ber-. Padahal, awalan

ber- harus dieksplisitkan secara jelas.

Contoh: 1) Sampai kumpa lagi. (salah)

2) Sampai berjumpa lagi. (benar)

9

Page 10: 60936763 Makalah b Indonesia 2

2.4.3 Peluluhan bunyi /c/

Kata dasar yang diawali bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan

meng-. Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan meng-.

Contoh: 1) Wakidi sedang menyuci mobil. (salah)

2) Wakidi sedang mencuci mobil. (benar)

2.4.4 Penyengauan Kata Dasar

Penyengauan kata dasar sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam

tulisan. Akhirnya, pencampuradukan antara ragam lisan dan ragam tulisan menimbulkan

suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian.

Contoh: Salah Benar

ngantuk mengantuk

nolak menolak

nyubit mencubit

2.4.5 Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang Tidak Luluh

Kata dasar yang bunyi awalnya /s/, /k/, /p/, atau /t/ sring tidak luluh jika mendapat

awalan meng- atau peng-. Padahal,menurut kaidah baku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi

bunyi sengau.

Contoh: : persuplai seharusnya penyuplai

mengkikis seharusnya mengikis

mentaati seharusnya menaati

2.4.6 Awalan ke- yang Keliru

Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter- sering diberi

berawalan ke-. Hal tersebut disebabkan oleh kekurangcermatan dalam memilih awalan yang

tepat.

Contoh: ketabrak seharusnya tertabrak

kebawa seharusnya terbawa

ketawa seharusnya tertawa

10

Page 11: 60936763 Makalah b Indonesia 2

2.4.7 Pemakaian Akhiran –ir

Pemakaian akhiran –ir sangatproduktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-

hari, Padahal, dalam bahasa Indonesia baku, untuk padanan akhiran –ir adalah –asi atau –

isasi.

Contoh: Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu. (salah)

Saya sanggup mengkoordinasi kegiatan itu. (benar)

2.4.8 Padanan yang Tidak Serasi

Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang serasi, yang

muncul dalam pembicaraan sehari-hari adalah padanan yang tidak sepadan atau tidak serasi.

Hal ini terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang atau bergabung dalam sebuah kalimat.

Contoh:

1) Karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh

kredit. (salah)

2) Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.

(benar)

3) Modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.

(benar)

Bentuk lain yang merupakan padanan yang tidak serasi adalah disebabkan karena,

dan lain sebagainya, karena...maka, untuk... maka, meskipun....tetapi, kalau...maka, dan

sebagainya.

2.4.9 Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap

Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian di, ke, dari, bagi, pada, daripada sering

dipertukarkan.

Contoh: 1) Neny lebih cerdas dari Vina. (salah)

Neny lebih cerdas daripada Vina. (benar)

2) Meja ini terbuat daripada kayu. (salah)

Meja ini terbuat dari kayu. (benar)

2.4.10 Pemakaian Akhiran (Singkatan)

Pemakaian akronim sedapat mungkin dihindari karena menimbulkan berbagai

tafsiran terhadap akronim atau singkatan itu. Contohnya pada singkatan IBF. IBF

11

Page 12: 60936763 Makalah b Indonesia 2

mempunyai dua makna, yaitu International Boxing Federation dan International Badminton

Federation. Jadi singkatan yang dapat dipakai adalah singkatan yang sudah umum dan

maknanya telah mantap.

2.4.11 Penggunaan Kata yang Hemat

Salah satu ciri pemakaian bahasa yang efektif adlah pemakaian bahasa yang hemat

kata, tetapi padat isi. Contoh-contoh kata yang sering digunakan tidak hemat yaitu:

Boros Hemat

1. sejak dari sejak atau dari

2. agar supaya agar atau supaya

3. apabila..., maka apabila..., tanpa kata penghubung maka

4. karena..., sehingga karena..., tanpa sehingga

5. namun demikian namun tanpa demikian

contoh dalam kalimat:

1. Apabila suatu reservoar masih mempunyai cadangan minyak, maka diperlukan

tenaga dorong buatan untuk memproduksi minyak lebih besar. (boros, salah)

2. Apabila suatu reservoar masih mempunyai cadangan minyak, diperlukan tenaga

dorong buatan untuk memproduksi minyak lebih besar. (hemat,benar)

2.4.12 Analogi

Seperti kata petinju dalam dunia olahraga, berkorelasi dengan kata bertinju. Kata

petinju berarti orang yang bertinju, bukan orang yang meninju. Dewasa ini dapat dijumpai

banyak kata yang sekelompok dengan petinju, seperti pesenam, pesilat, pegolf, peterjun,

petenis, dan peboling. Jika dibuat seperti kata petinju maka kata-kata tersebut menjadi:

pesenam ”orang yang bersenam”

pesilat ”orang yang bersilat”

pegolf ”orang yang bergolf”

peboling ”orang yang berboling”

Kata bertinju, bersenam, dan bersilat mungkin biasa digunakan, tetapi kata bergolf,

dan berboling bukan kata yang lazim. Oleh sebab itu muncul kata pegolf atau peboling yang

pada dasarnya tidak dibentuk dari bergolf atau berboling.

12

Page 13: 60936763 Makalah b Indonesia 2

2.4.13 Bentuk Jamak dalam Bahasa Indonesia

Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan seperti

kuda-kuda

meja-meja

buku-buku

2) Bentuk jamak dengan menambahkan kata bilangan seperti

beberapa meja

sekalian tamu

semua buku

dua tempat

3) Bentuk jamak dengan menambahkan kata bantu jamak seperti para tamu

4) Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang seperti

mereka

kami

kita

kalian

13

Page 14: 60936763 Makalah b Indonesia 2

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari makalah yang telah dibahas maka dapat disimpulkan bahwa diksi, gaya bahasa,

ketepatan dan kesesuaian kata, denotasi, konotasi, idiomatik, sinonim,homograf homofon

dan unsur-unsur lainnya yang terkait dalam pemakaian bahasa Indonesia sangat penting

adanya. Dengan adanya unsur-unsur tersebut maka seseorang dapat berkomunikasa atau

berinteraksi dengan baik, baik secara lisan, maupun tulisan.

3.2 Saran

Dewasa ini banyak mahasiswa yang dalam kesehariannya berkomunikasi tidak

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta penggunaan unsur-unsur bahasa

di dalamnya, maka dengan adanya makalah ini sebaiknya untuk yang akan datang

mahasiswa lebih memperhatikan dan menggunakan unsur-unsur tersebut agar bahasa

Indonesia lebih terjaga dan lestari.

14

Page 15: 60936763 Makalah b Indonesia 2

DAFTAR PUSTAKA

Fachruddin Ambo E.1988. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Widjono, Hs. 2005. Bahasa Indonesia. Seri Pengembangan Kepribadian di Perguruan

Tinggi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Zaenal Arifin, Amran Tasai.2000. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.

Jakarta: Akapres.

15