26
KEJANGGALAN FILM INDONESIA MAKALAH Tugas untuk Memenuhi Nilai Akhir Semester Mata Kulaih Bahasa Indonesia Akademik pada Fakultas Budaya Universitas Indonesia oleh LUWI KARTIKA Jurusan Sastra Inggris No. Mhs. 0705090212

makalah film indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: makalah film indonesia

KEJANGGALAN FILM INDONESIA

MAKALAH

Tugas untuk Memenuhi Nilai Akhir SemesterMata Kulaih Bahasa Indonesia Akademik

pada Fakultas BudayaUniversitas Indonesia

oleh

LUWI KARTIKA

Jurusan Sastra Inggris

No. Mhs. 0705090212

D E P O K

2007

Page 2: makalah film indonesia

JANGGALNYA FILM INDONESIA

MAKALAH

Page 3: makalah film indonesia

I dedicated this paper to

Stevanus Gatot Suryanto

A boy who is my best friendA stranger who critic me honestlyA man who open my eyes widely

And A human who has the greatest love of all

“Risiko selalu ada, jika kita tak berani mengambil resiko

tak mungkin ada perbaikan”

(Catatan Seorang Demonstran,Soe Hok Gie)

And I’ll always do my best and take all the risks…Just like what I’ve done…

Kata Pengantar

Page 4: makalah film indonesia

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Baik atas segala berkat dan rahmat-Nya

yang berlimpah kepada saya sehingga makalah tipis ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Makalah yang berjudul “Kejanggalan Film Indonesia” ini saya susun dalam rangka

pemenuhan tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia Akademik (BIA) yang dibimbing

oleh ibu Maria Josephine. Alasan saya mengapa memilih untuk membahas mengenai

kejanggalan film Indonesia adalah karena saya tertarik dengan topik ini. Berdasarkan

pengalaman saya yang sangat hobi menonton film baik luar maupun dalam negeri, dalam

menonton sebuah film saya akan ikut tenggelam dalam film tersebut. Saya sangat

menikmati ketika saya menonton sebuah film dan ikut terlibat di dalamnya. Namun,

ketika ada sesuatu yang aneh atau kelihatan janggal dalam film tersebut, saya akan seperti

terlempar keluar dari film tersebut dan langsung tersadar dan kemudian bertanya-tanya.

Kok, aneh? Atau Kok, bisa… Setelah saya selesai menonton film itu, pasti ada rasa yang

mengganjal dan tidak puas dengan film tersebut. Biasanya hal-hal yang janggal sering

saya temukan dalam film Indonesia, namun tidak berarti saya tidak pernah menemukan

hal yang serupa terhadap film luar. Oleh dari itu, ketika mata kuliah BIA menugaskan

untuk membuat sebuah makalah sebagi tugas akhir, ide inilah yang muncul dalam benak

saya.

Menulis bagi saya merupakan sebuah tugas yang cukup berat, karena saya merasa

menulis itu sangat susah. Namun berhubung ini adalah sebuah kewajiban dan yang akan

saya tulis adalah sesuatu yang berhubungan dengan hobi saya, maka saya dengan senang

hati dan berbesar hati untuk belajar menulis makalah ini dengan sebaik-baiknya. Hal

tersulit yang saya rasakan ketika ingin menulis makalah ini adalah pencarian buku

referensi yang berhubungan dengan tema yang saya angkat. Entah memang buku jenis ini

tidak ada di perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) atau saya yang tidak teliti

mencarinya, namun pada akhirnya saya menemukan sebuah buku tentang Festival Film

Indonesia (FFI) di perpustakaan Pusat Universitas Indonesia yang sangat dekat dengan

Fakultas saya. Lalu belakangan saya menemukan sebuah artikel yang sangat relevan

dengan tema yang saya angkat dalam sebuah buku kumpulan artikel “Seks, Satra, Kita”

oleh Gunawan Moahamad milik kakak saya. Artikel ini sangat membantu sebagai

referensi saya.

Page 5: makalah film indonesia

Saya sangat berterimakasih kepada Stevanus Gatot Suryanto yang memberikan

inspirasi atas penulisan makalah ini. Karena kebiasaannya yang selalu membahas film

yang ditonton bersama membuat saya terbiasa untuk lebih peka dalam menonton sebuah

film, dan pada akhirnya menginspirasi saya untuk menuangkannya dalam makalah ini.

Terimakasih pula atas kedua orang tua yang melahirkan saya ke dunia dan juga kepada

keluarga yang saya sayangi, yang memberikan motivasi dan dukungan yang berlimpah

pada saya. Kemudian kepada Ibu Maria Josephine yang turut memberikan kontribusi

dengan memberikan penjelasan mengenai struktur makalah yang baik dan membimbing

saya dalam pengerjaan makalah ini. Dan tak lupa kepada teman-teman, yaitu Dini dan

Lisa, dan teman lainnya yang ikut membantu memberikan sumbangan saran dan ide. Dan

terakhir pada komputer butut Pentium I saya, dan juga orang-orang yang telah

mengembangkan teknologi informasi sehingga terciptanya apa yang disebut sebagai

internet.

Dan terakhir, saya berharap makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat bagi

Anda bagi Anda yang membacanya. Untuk pembaca awam agar dapat lebih sensitif

dalam menonton sebuah film, bagi masyarakat film agar dapat membuat film yang lebih

dari baik dari sebelumnya, dan bagi masyarakat akademis mungkin dapat memberikan

sumbangan saran dan kritik kepada masyarakat film setelah Anda membaca makalah ini.

Namun, saya hanya seorang mahasiswi yang sedang belajar menulis, maka mungkin

terdapat banyak kekurangan. Saya tidak menutup kemungkinan untuk menerima kritik-

kritik pedas dan juga saran-saran yang membangun.

Tangerang, 25 Mei 2007

Luwi Kartika

DAFTAR ISI

Page 6: makalah film indonesia

KATA PENGANTAR……………………………………………………… i

DAFTAR ISI……………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………….. 1

B. Perumusan dan Ruang Lingkup Masalah……………………….. 2

C. Tujuan Penulisan………………………………………………… 2

D. Sistematika Penulisan…………………………………………… 3

E. Metode Penulisan……………………………………………….. 3

BAB II JANGGALNYA FILM INDONESIA

A. Sejarah dan Perkembangan Film di Indonesia…………………. 4

B. Kejanggalan Film Indonesia……………………………………. 6

1. setting…………………………………………………… 7

2. dialog……………………………………………………. 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………… 11

B. Saran…………………………………………………………….. 11

BIBLIOGRAFI…………………………………………………………….... 12

Page 7: makalah film indonesia

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beberapa tahun belakangan ini, perfilman Indonesia mulai bangkit

kembali. Sebelumnya, film-film Indonesia tidak mendapatkan tempat di hati

penontonnya, tergilas dengan film-film Holywood yang masuk ke Indonesia.

Namun, perfilman Indonesia kini mulai kembali menggeliat dan mencoba mencari

tempat di hati penonton negerinya sendiri. Hal ini terbukti dengan meningkatnya

produksi film, yaitu meningkatnya frekuensi kemunculan film-film baru. Ambil

saja film “Pocong” sebagai contoh, film misteri yang belum sempat tersebar luas

di bioskop-bioskop Indonesia karena konflik dengan Lembaga Sensor Film ini,

dalam waktu singkat mengeluarkan sekuel filmnya “Pocong 2”. Selain itu, film-

film Indonesia juga mulai mendominasi bioskop-bioskop di Indonesia

dibandingkan film luar negeri. Saat ini hampir 75% film yang yang ditayangkan

di sebuah bioskop adalah film Indonesia. Misalnya di bulan Mei ini di Daan

Mogot Theatre, dari tiga studio yang dimilikinya dua di antaranya memutar film

Indonesia, yaitu “Angker Batu” dan “Naga Bonar”, dan lainnya adalah film

Holywood “Spiderman”. Kemudian, minat penonton Indonesia terhadap terhadap

film buatan negerinya sendiri juga mengalami peningkatan. Sebagai contoh, film

yang berjudul “Berbagi Suami”, pemutaran filmnya hampir selama satu bulan

bertahan di Daan Mogot Theatre. Ditambah lagi menjamurnya sineas-sineas

Indonesia yang berbakat dan potensial dalam mengemas sebuah cerita ke dalam

film sehingga mampu membangkitkan gairah penonton Indonesia untuk

menonton film buatan negerinya sendiri.

Namun, disamping semua kabar baik di atas, film-film yang dihasilkan

masih memiliki kekurangan yang penulis rasa cukup berarti. Dalam film-film

Page 8: makalah film indonesia

tersebut, kadang unsur-unsur kelogisan kurang terlalu diperhatikan. Di dalam

tema dan cerita yang dikemas dengan menarik, kadang muncul beberapa

kejanggalan kecil. Bagi penonton yang kurang sensitif, kejanggalan ini mungkin

tidak terlalu mengganggu, namun sayangnya dapat menjadi sebuah pembodohan

untuk mereka. Sebaliknya, bagi penonton yang cukup kritis, kejanggalan tersebut

akan sangat mengganggu ketika sedang menikmati sebuah film. Oleh sebab itu,

penulis mencoba memaparkan dua kejanggalan yang paling sering ditemukan

dalam sebuah film Indonesia.

B. Perumusan Masalah

Seperti yang dikutip dari situs Wikipedia, “film adalah gambar-hidup, juga

sering disebut movie (semula plesetan untuk ‘berpindah gambar’) yang dihasilkan

dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figure palsu) dengan

kamera, dan/atau oleh animasi”.1 Film dapat dibagi menjadi dua, yaitu film fiksi

dan non-fiksi. Film-film non-fiksi meliputi film documenter, ilmu pengetahuan,

eksperimental, dan animasi. Sedangkan film fiksi meliputi film drama, film

komedi, dan lain sebagainya.

Film yang baik adalah film yang memiliki dan memenuhi unsur-unsur

film, seperti plot, karakter, tema, dan setting, dan lain sebagainya. Namun, ada

beberapa hal yang harus dipenuhi untuk membuat penonton tertarik untuk

menonton sebuah film, yaitu memiliki cerita yang menarik, karakter-karakter

yang unik, atau mungkin juga setting dari film tersebut. Penempatan atau

penggunaan komposisi yang tidak tepat unsur-unsur tersebut akan menimbulkan

kejanggalan-kejanggalan yang mengganggu. Oleh karena itu, dalam makalah ini

penulis akan membahas mengenai kejanggalan dari film-film Indonesia hanya

sebatas film fiksi Indonesia dengan selang waktu lima tahun belakangan ini.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulis menyusun makalah ini, yaitu penulis akan mencoba

memberikan penjelasan tentang kejanggalan yang dapat ditemukan dalam sebuah

1 Fi;m. http://id..wikipedia.org/wiki/Film (23 April 2007) pukul 12.30 WIB

Page 9: makalah film indonesia

film sehingga dapat menyebabkan penonton film tersebut merasa terganggu

terhadap kemunculan kejanggalan tersebut.

D. Sistematika Penulisan

Dalam makalah ini penulis menyusunnya atas tiga bab, yaitu bab I

pendahuluan, bab II janggalnya film Indonesia, dan bab III penutup. Pada bab

yang pertama, penulis memberikan paparan mengenai latar belakang, perumusan

dan ruang lingkup masalah, tujuan penulisan, sistematika penulisan, dan metode

penulisan. Sedangkan, bab yang kedua penulis membagi atas dua bagian. Bagian

yang pertama memberikan gambaran mengenai sejarah dan perkembangan film

Indonesia, dan yang kedua membahas mengenai kejanggalan yang sering ditemui

pada film-film Indonesia. Dan pada akhirnya di bagian ketiga, penulis

memberikan kesimpulan dan saran.

E. Metode Penulisan

Metode yang digunakan penulis untuk mendukung kesempurnaan makalah

ini adalah studi pustaka, baik cetak maupun elektronik. Selain itu, penulis juga

menambahkan pengalaman penulis sendiri ke dalam makalah ini.

Page 10: makalah film indonesia

BAB II

JANGGALNYA FILM INDONESIA

A. Sejarah dan Perkembangan Perfilman Indonesia

Jika dihitung-hitung usia perfilman Indonesia sudah mencapai umur lebih

dari 80 tahun. Film Indonesia pertama kali dibuat pada tahun 1926 oleh

seorang Belanda Heuveldorp bersama dengan seorang Jerman Kruger yang

berjudul “Loetoeng Kasaroeng” yang dibuat di Bandung.2 “Loetoeng

Kasaroeng” inilah awal mulanya perfilman Indonesia dimulai, walaupun tidak

dibuat oleh anak negeri sendiri namun pemeran, cerita, dan setting yang

dipilih adalah seluruhnya asli Indonesia.

Kehidupan perfilman Indonesia pada tahun 60-an mengalami kelesuan.

Kondisi politik dan ekonomi saat itu sangatlah tidak mendukung produktifitas

para pembuat film. Pada periode tersebut tidak hanya film saja yang

kehilangan gigi, namun hampir semua bidang seni mengalami kesuraman.

Dikarenakan isu-isu politik yang sempat mencekam sehingga kreatifitas para

seniman tidak dapat diaktualisasikan dengan bebas.

Keadaan berubah pada tahun 70-an, angin segar berhembus pada para

pembuat film. Pada periode ini para seniman bebas berekspresi, khususnya

bagi mereka yang bersentuhan dengan bidang perfilman. Dengan

dikeluarkannnya Kep. No. 71 Th. 1971 oleh Menteri Penerangan Budiharjo3

pada masa itu, maka produktivitas film meningkat pesat. Kebijakan tersebut

memperbolehkan para produser untuk meminjam uang sejumlah setengah dari

biaya produksi film. Uang tersebut merupakan uang pemerintah yang

didapatkan dari pungutan dari film-film impor. Film-film impor yang masuk

2 Departemen Penerangan RI, Festival Film Indonesia 1985-1990 (Jakarta, 1991) hal 53 Ibid.

Page 11: makalah film indonesia

Indonesia pada waktu itu diharuskan menyerahkan sumbangan wajib demi

perkembangan perfilman nasional.4 Akibat adanya kebijakan tersebut,

disamping meningkatnya produksi perfilman , juga terdapat dampak negatif

pada proses produksi perfilman, seperti kru film yang memiliki tugas yang

overlapping, ketika satu orang mengerjakan beberapa tugas yang seharusnya

dikerjakan oleh sebuah tim. Namun bagaimanapun juga, film “Bernafas dalam

Lumpur” produksi Sarinande arahan sutradara Turino Junaidi sukses di

pasaran dan menjadi tonggak bangkitnya perfilman Indonesia.5 Beberapa

nama sutradara potensial yang berusaha membangun kembali citra film

Indonesia pada periode itu, yaitu Wim Umboh, Asrul Sani, Teguh Karya,

Syumandjaya, Nico Pelamonia, Ami Priyono, Wahyu Sihombing Arifin C.

Noer, dan Nya Abbas Akub.6

Ppada tahun 80-an perfilman Indonesia sudah dapat tampil lebih baik.

Film-film yang digarap sudah mulai berani untuk bereksplorasi lebih dalam,

misalnya dengan melakukan syuting di luar negeri. Selain itu, para pembuat

film juga sudah mampu membuat film-film kolosal, seperti “ November

1828” atau “ Sunan Kalijaga”.7 Walaupun teknik-teknik yang digunakan

belum sesempurna film-film luar negeri, namun mereka sudah dapat

menggunakan efek-efek khusus dalam film mereka, seperti dalam film

“Pasukan Berani Mati” atau “Lebak Membara”.8 Dalam periode ini,

pemerintah tidak hanya mendukung perkembangan film Indonesia dari segi

produktifitasnya saja, namun juga dalam hal kualitasnya. Perwujudan tersebut

dapat dilihat dengan keluarnya SK Menteri RI No. 216/Kep/Men/1983

mengenai Dewan Film Nasional.9 Dewan Film Nasional inilah yang berfungsi

sebagai pendamping Menteri Penerangan Nasional dalam melakukan

pembinaan perfilman nasional.

4 Goenawan Mohamad, “Film Indonesia: Catatan Tahun 1974”, Seks, Sastra, Kita (Jakarta, 1981) hal 785 Departemen Penerangan RI, Op. Cit. 6 Ibid. hal 6.7 Ibid.8 Ibid.9 Ibid.

Page 12: makalah film indonesia

Perfilman Indonesia pada tahun 90-an sampai dengan 2002 agak

memprihatinkan. Produktifitas film menurun dikarenakan lagi-lagi masalah

ekonomi. Pada masa itu krisis ekonomi sedang melanda Indonesia, yang

berpuncak pada penurunan nilai tukar rupiah yang drastis pada tahun 1998.

Film yang muncul sedikit sekali dan itupun harus bersaing dengan film-film

luar negeri. Menurut data Sinematek Indonesia, film yang diproduksi pada

tahun 1998 ada 4 film, tahun 1999 ada 3 film, tahun 2000 ada 3 film, dan pada

tahun 2001 ada 4 film.10

Lima tahun belakangan ini keadaan perekonomian sudah dapat dikatakan

agak stabil. Perindustrian film juga mulai menata kembali dirinya.

Kebangkitan perindustrian film ini dimulai dengan munculnya sineas-sineas

muda. Pada awalnya mereka membuat film-film pendek yang ditayangkan di

televisi dengan durasi dua jam dikurangi durasi tayangan iklan yang kemudian

disebut sebagai Film Televisi (FTV). Film-film yang mereka buat cukup

mengagetkan karena tema yang mereka angka walaupun hanya tema-tema

percintaan, entah cinta remaja atau cinta keluarga, dikemas dengan apik.

Teknik-teknik pengambilan kamera, penyusunan dialog, pemilihan setting,

dan pemunculan karakter-karekter bisa dibilang sangat baik. Kemudian,

perkembangan ini sampai sekarang sudah mulai merambah ke jenjang yang

lebih tinggi, yaitu film bioskop.

Delapan puluh tahun bukanlah waktu yang panjang bagi perfilman

Indonesia untuk terus tumbuh dan berkembang. Selama delapan puluh tahun

jatuh bangunnya film Indonesia merupakan sebuah usaha untuk menunjukkan

eksistensinya. Dimulai dari seorang Belanda dan seorang Jerman, film

Indonesia berusaha untuk terus memperpanjang jalan dan umurnya. Dan

sekarang film Indonesia mulai menapaki jalan barunya dengan bertumpu pada

para sineas muda berbakat untuk dapat memunculkan eksistensinya di luar

sana agar tak kalah dengan film-film luar negeri.

B. Kejanggalan Film Indonesia

10 J.B. Kristanto. Film Indonesia dan Akal sehat. http:/www.kompas.com/kompas-cetak/0109/07/dikbud/film38.htm (23 April 2007) 12.30 WIB

Page 13: makalah film indonesia

Kondisi perekonomian yang sudah mulai stabil turut membangun suasana

bangkitnya perindustrian film Indonesia. Jika diperhatikan pembuatan film

Indonesia mengalami kemajuan, hampir semua aspek-aspek pembuatan film

dapat dikuasai dengan baik, seperti teknik-teknik pengambilan gambar,

pemilihan tema cerita, pemilihan aktris dan juga musik pendukung. Selain itu

ditambah dengan kemunculan para sineas muda yang berbakat dan potensial

yang telah memperdalam ilmunya di luar negeri yang siap untuk mengemas

cerita ke dalam sebuah film.

Faktor-faktor seperti modal dan kemampuan sepertinya sudah lengkap

didapatkan untuk dapat membuat karya-karya film yang siap diterima oleh

masyarakat Indonesia sebagai tanda bangkitnya kembali film Indonesia..

Namun sayang, seperti peribahasa “karena nila setitik, rusak susu sebelanga”,

ketidaklogisan akibat munculnya kejanggalan-kejanggalan kecil dalam sebuah

film seperti melunturkan betapa berat perjuangan dalam membuat sebuah

film. Ada dua kejanggalan yang sering kali muncul dalam film-film Indonesia

sampai saat ini, yaitu kejanggalan pada setting dan dialog.

1. Setting

Setting merupakan sebuah latar belakang, baik waktu maupun tempat,

terjadinya sebuah cerita dalam sebuah fim. Pemilihan setting, khususnya

tempat untuk mendukung atau membangun sebuah suasana dalam film,

dapat dikatakan sudah sangat baik dalam beberapa tahun belakangan ini.

Contohnya dalam film “Bintang dari Surga”, sutradara dari film ini Sekar

Ayu Asmara lebih memilih Yogyakarta sebagai setting tempat daripada

Jakarta, agar dapat membangun suasana cerita dengan lebih baik.11

Dibalik pemilihan tempat dan waktu sebagai setting, sering terjadi

ketidakcocokan antara setting tersebut dengan detail-detail yang ada dalam

film tersebut. Misalnya ada ketidakcocokan antara peralatan canggih

dengan setting waktu, atau ketidakcocokan antara setting tempat dengan

setting waktu itu sendiri. Coba bayangkan bila ada sebuah film yang

menampilkan adegan seseorang yang menggunakan sebuah pager, padahal

11 Bintang dari Surga. http:/wiwienwintarto.multiply.com/tag/film (23 April 2007) 12.30 WIB

Page 14: makalah film indonesia

kejadiannya mengambil waktu pada tahun 2004. Sedangkan kita semua

tahu bahwa pager di awal tahun 2000-an sudah tidak muncul lagi. Maka

dengan munculnya pager dalam adegan ini, film kelihatan tidak logis

akibat kejanggalan tersebut.

Contoh yang paling konkrit ada pada film “Mendadak Dangdut”,

film yang dibintangi oleh Titi Kamal dan Kinaryosih ini memiliki sebuah

kejanggalan yang penulis anggap cukup fatal, karena mengakibatkan

cerita menjadi tidak logis. Seperti yang dikutip dari sebuah ulasan tentang

film ini dalam sebuah situs di internet, “…bagaimana mungkin seorang

bintang penyanyi terkenal menjadi buronan polisi bersembunyi dalam

sebuah kampung kecil dan tidak ada seorang pun dari warga kampung

tersebut mengenalinya”.12 Dalam realita, hal tersebut memang sangat tidak

mungkin terjadi. Tidak mungkin ada seorang pun yang tak dapat

mengenali seorang artis penyanyi terkenal yang bersembunyi di

kampungnya, padahal banyak media massa elektronik dan cetak di mana-

mana. Selain itu, kampung yang menjdi setting tempat kejadian cerita

tersebut hanyalah sebuah kampung di pinggiran kota yang masih memiliki

akses informasi yang cukup luas. Kecuali, jika kampung tersebut

merupakan sebuah kampung yang benar-benar tertinggal, seperti di

pedalaman Papua, maka sangat memungkinkan tak seorang pun dapat

mengenalinya. Sungguh disayangkan jika sebuah cerita menarik menjadi

rusak hanya karena kejanggalan kecil.

2. Dialog

Dialog sangat berperan penting dalam sebuah film. Adanya dialog-

dialog dalam film sangat membantu membangun suasana cerita dan

membuat film lebih hidup. Dengan adanya dialog, penonton dapat

mengerti akan jalan cerita dari sebuah film, dan juga dapat membawa

penonton serasa terlibat dalam film tersebut.

Dialog-dialog dalan sebuah film biasanya ditulis oleh penulis

skenario. Penulis skenario mempunyai tugas yang sangat berat, karena ia

12 Mendadak Dangdut. http:/wiwienwintarto.multiply.com/tag/film (23 April 2007) 12.30 WIB

Page 15: makalah film indonesia

harus menyusun dialog per dialog sehingga dapat dirangkai menjadi

sebuah cerita yang utuh. Namun, menurut pendapat penulis, keahlian

penulis skenario film Indonesia bisa dibilang masih lemah. Banyak

kekurangan-kekurangan yang membuat dialog menjadi janggal, tidak

masuk akal, dan kurang dapat dinikmati. Ada beberapa film Indonesia

yang memiliki dialog yang kurang baik dan kurang dapat dinikmati.

Misalnya dialog-dialog yang dibuat terlalu pendek-pendek, atau jeda

waktu yang terlalu panjang antara satu dialog dengan dialog yang lain

yang tidak mampu membangun suasana cerita dalam film tersebut.

Contoh lain yang paling jelas dapat ditemukan dalam fim “Banyu

Biru” yang dibintangi oleh Tora Sudiro. Kejanggalan dialog terdapat pada

sebuah adegan dalam sebuah gerbong kereta api yang berjalan. Saat itu

Banyu sedang dalam perjalanan menuju rumah ayahnya dan duduk

berhadapan dengan seorang lelaki tua. Dalam film tersebut ada dialog

yang dilakukan oleh kedua tokoh tersebut. Lelaki tua tersebut bertanya

mengenai tujuan Banyu, yang kemudian dijawab oleh Banyu bahwa ia

ingin menemui ayahnya yang sudah sepuluh tahun tak ditemuinya.

Anehnya, lelaki tua itu berkomentar bahwa sungguh wajar seorang anak

memiliki masalah dengan orangtuanya. Sungguh janggal, seolah-olah

lelaki tua tersebut telah mengetahui bahwa Banyu memang memiliki

masalah dengan ayahnya. Padahal dalam realita, jika seorang bertemu

dengan orang asing tentu saja orang asing tersebut mungkin akan bertanya

lebih jauh mengapa sudah lama tak bertemu dengan ayahnya, atau

mungkin bertanya hal yang lain, namun tidak langsung berkomnetar

seperti diatas.

Dua kejanggalan dari sekian kejanggalan lain yang sering muncul

di dalam sebuah film akan menimbulkan dampak yang negatif terhadap

kepuasan penonton. Bagi mereka yang kritis dalam menonton sebuah film,

kejanggalan-kejanggalan yang muncul akan sangat mengganggu mereka.

Perhatian mereka dapat teralihkan dari cerita di film tersebut kepada

Page 16: makalah film indonesia

kejanggalan yang muncul dalam film tersebut. Akibatnya, mereka jadi

kurang menikmati film yang sedang mereka tonton.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perfilman Indonesia sudah berumur lebih dari 80 tahun. Delapan puluh

tahun merupakan waktu yang panjang untuk puas berkarya dalam seni,

khususnya bagi perfilman Indonesia. Perfilman Indonesia masih punya waktu

yang lebih panjang daripada itu. Selama itu perfilman Indonesia masih harus terus

beljar sambil berkarya untuk menciptakan karya yang masterpiece. Masih banyak

kejanggalan-kejanggalan kecil muncul dalam film Indonesia yang harus

dihilangkan . Karena, disadari ataupun tak disadari oleh penontonnya, hal tersebut

berakibat pda kepuasan mereka terhadap film tersebut.

B. Saran

Meningkatnya produksi perfilman yang berarti perfilman Indonesia

sedang beranjak dari tidur menuju kebangkitanya memang menggembirakan.

Namun, masih ada yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sebuah film.

Ketelitian sangat diperlukan dalam pembuatan sebuah film yang bagus, terutama

dalam pemilihan setting. Sebaiknya pembentukan komposisi antara setting baik

waktu dan tempat perlu lebih diperhatikan dan lebih teliti lagi. Agar tidak muncul

kegajilan-keganjilan yang mengganggu. Begitu pula dalam dialog, sekali lagi

ketelitian sangat diperlukan disini. Karena sebuah dialog aneh muncul, atau dialog

yang tidak pas dengan situasi cerita akan sangat mengganggu para penonton yang

menontonnya.

Page 17: makalah film indonesia

BIBLIOGRAFI

CETAK

Departemen Penerangan RI. Festival Film Indonesia 1985-1990. Jakarta: Direktorat

Publikasi Direktorat Jenderal PPG Departemen Penerangan RI, 1991

Mohamad, Goenawan. Seks, Sastra, Kita. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1981

Irawanto, Budi. Film, Ideologi, dan Milier. Yogyakarta: Media Pressindo, 1999

Prananto, Jujur. Sebuah Skenario Jujur Pranant Ada Apa dengan Cinta. Jakarta: Metafor,

2002

ELEKTRONIK

“Bintag dari Surga”. http:/wiwienwintarto.multiply.com/tag/film (23 April 2007) 12.30

WIB

“Cewe Matrepolis”. http:/wiwienwintarto.multiply.com/tag/film (23 April 2007) 12.30

WIB

“Issue”. http:/wiwienwintarto.multiply.com/tag/film (23 April 2007) 12.30 WIB

“Mendadak Dangdut”. http:/wiwienwintarto.multiply.com/tag/film (23 April 2007) 12.30

WIB

“Festival Film Indonesia”. http:/id.wikipedia.org/wiki/Festival_Film_Indonesia (23 April

2007) 12.30 WIB

“Film Indonesia Masa Kini, Lemah Tema dan Cerita”.

http:/www.suarapembaruan.com/News/2005/10/25/Hiburan/hib01.htm (23 April

2007) 12.30 WIB

“Perfilman Indonesia”. http:/id.wikipedia.org/wiki/Perfilman_Indonesia (23 April 2007)

12.30 WIB

Page 18: makalah film indonesia

Kristanto, J.B. “Film Indonesia dan Akal Sehat”. http:/www.kompas.cm/kompas-

cetak/0109/07/dikbud/film38.htm (23 April 2007) 12.30 WIB