21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Susunan Ekstrapiramidalis Sistem ekstrapiramidal adalah kumpulan traktus dan inti-inti yang sirkuit feedbacknya menyusun ekstrapiramidal sehingga memengaruhi aktivitas motor somatis dari otot-otot volunter kecuali jalur piramidal. Susunan ekstrapiramidal juga merupakan sistem motorik yang serabut-serabut motoriknya tidak melalui piramis medula oblongata. Susunan ini memengaruhi sirkuit umpan balik motorik medula spinalis, batang otak, serebelum dan kortek serebri (1). Susunan sistem ekstrapiramidalis meliputi (1,2): 1. Korteks motorik tambahan ( 4s, 6, 8 ) 2. Ganglia basalis yang tersusun dari beberapa kelompok inti: - Striatum : terdiri dari putamen dan nukleus kaudatus. 4

3. Tinjauan Pustaka Referat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sindrom ekstrapiramidal

Citation preview

18

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Susunan EkstrapiramidalisSistem ekstrapiramidal adalah kumpulan traktus dan inti-inti yang sirkuit feedbacknya menyusun ekstrapiramidal sehingga memengaruhi aktivitas motor somatis dari otot-otot volunter kecuali jalur piramidal. Susunan ekstrapiramidal juga merupakan sistem motorik yang serabut-serabut motoriknya tidak melalui piramis medula oblongata. Susunan ini memengaruhi sirkuit umpan balik motorik medula spinalis, batang otak, serebelum dan kortek serebri (1). Susunan sistem ekstrapiramidalis meliputi (1,2):1. Korteks motorik tambahan ( 4s, 6, 8 )2. Ganglia basalis yang tersusun dari beberapa kelompok inti:- Striatum : terdiri dari putamen dan nukleus kaudatus. - Globus palidus : terdiri dari globus palidus eksternus (GPe) dan globus palidus internus (GPi). - Substansia nigra yang terdiri dari pars compacta (SNc) dan pars reticularis (SNr). - Nukleus subthalami (STN). Ganglia basalis sebagai bagian sistem motorik ekstrapiramidal mempunyai pengaruh besar terhadap gerakan otot dalam sirkuit motorik yang terjalin antara korteks motorik dg inti motorik medula spinalis (5).Terdapat jalur saraf aferen yang berasal dari korteks motorik, korteks premotorik dan area motor suplementer menuju ke ganglia basalis yang melewati putamen (striatum). Dari putamen diteruskan langsung ke globus palidus internus (Gpi) sebagai jalur langsung. Terdapat juga jalur putamen menuju globus palidus internus yang melalui globus palidus eksternus (Gpe) dan Nukleus Subthalami (STN), sbg jalur tidak langsung (indirect path) (6).Masukan dari ganglia basalis kemudian akan memengaruhi sirkuit motorik kortikospinalis (traktus piramidalis). Kelompok inti yang terdapat dalam ganglia basalis berhubungan satu sama lain lewat jalur saraf yang berbeda-beda bahan neurotransmitternya. Beberapa neurotransmitter yang penting peranannya dalam patofisiologi ganglia basalis di antaranya adalah (5,6): a) Dopamin (DA). Suatu neurotransmitter untuk jalur nigrostriatum dan jalur striatonigral. b) Glutamat (Glu). Neurotransmitter jalur dari korteks menuju striatum, talamus menuju korteks, dan dari korteks menuju medula spinalis. Glutamat merupakan neurotransmitter eksitasi. c) GABA. Neurotransmitter semua jalur keluaran dari kelompok inti ganglia basalis kecuali Nukleus Subthalamus (STN), yang juga merupakan salah satu neurotrasmitter inhibisi.d) Asetilkolin (AK). Neurotransmitter jalur dari inti pedunculopontis (PPN) menuju striatum. 3. Nukleus Ruber dan Substansia Retikularis Batang Otak4. SerebelumSusunan Serebelum terbagi atas:a) VermisVermis bagian belakang berfungsi membagi tonus otot kolumna vertebralis dalam penyesuaian dengan gerakan volunter tertentu (keseimbangan). Jika susunan ini rusak maka terjadi ataksia trunkus dan nistagmus. Vermis bagian depan mempunyai hubungan timbal balik dengan gerakan kedua tungkai yang bila rusak akan mengakibatkan terjadinya gait ataxia (1,7).b) Hemisferium serebeliSusunan ini berhubungan timbal balik dengan korteks piramidalis dan ekstrapiramidalis yang mengurus gerakan tangkas. Bila susunan ini rusak terjadi limb ataxia (8).

B. Lintasan Ekstrapiramidalis1. Lintasan Sirkuit PertamaMerupakan lintasan yang disusun oleh jaras-jaras penghubung berbagai inti yang melewati korteks piramidalis (area 4), area 6, oliva inferior, inti-inti pes pontis, korteks serebeli, nucleus dentatus, nukleus ruber, nukleus ventrolateralis talami, korteks piramidalis dan ekstrapiramidalis. Fungsi lintasan ini adalah mengendalikan gerakan selama suatu gerakan volunter masih berlangsung. Gangguan pada lintasan sirkuit pertama akan mengakibatkan ataksia, dismetria dan tremor (7,8)

2. Lintasan Sirkuit KeduaMerupakan lintasan yang menghubungkan korteks area 4s dan area 6 dengan korteks motorik piramidalis dan ekstrapiramidalis melalui substansia nigra, globus palidus dan nukleus ventrolateralis talami. Pengolahan impuls ekstrapiramidalis dan piramidalis oleh berbagai komponen susunan ekstrapiramidalis bertujuan untuk mengadakan inhibisi terhadap korteks piramidalis dan ekstrapiramidalis agar gerakan volunter yang bangkit memiliki ketangkasan yang sesuai (9).

3. Lintasan Sirkuit KetigaMerupakan lintasan bagi impuls yang dicetuskan di area 8 dan area 4s untuk diolah secara berturut-turut oleh nukleus kaudatus, globus palidus dan nukleus ventrolateralis talami. Hasil pengolahan akan mencetuskan impuls ke nukleus ventrolateralis talami yang kemudian dipancarkan ke korteks piramidalis dan ekstrapiramidalis area 6. Impuls terakhir ini akan melakukan tugas inhibisi dan sebagian impuls diteruskan oleh globus palidus ke nucleus Luysii. Apabila area 4s dan 6 tidak dikelola oleh impuls tersebut maka akan timbul gerakan involunter yang lesinya terdapat pada (10):a) Nukleus kaudatus dan globus palidus, kelainan yang ditemukan berupa:- Khorea- Atetosisb) Nukleus Luysii, kelainan yang ditemukan berupa:- BalismusSusunan ekstrapiramidalis berguna dalam regulasi dan integrasi gerakan sekutu atau mengurus komponen tonik dari gerakan volunter (10,11). Sistem ekstrapiramidal juga berfungsi menyesuaikan aktivitas serebelum dan menetapkan perencanaan untuk mencetuskan impuls motorik involunter dan volunteer (11, 12).

C. Gangguan Ekstrapiramidalis1. Gerakan InvolunterGerakan involunter yang terjadi karena karena gangguan ekstrapiramdal terjadi di luar kehendak, tidak disadari, tidak bertujuan, tidak terkoordinasi, dan tidak dapat dikendalikan (13). Gerakan ini bertambah jelas dalam keadaan emosi dan umumnya menghilang ketika tidur. Contoh gangguan ekstrapiramidal dengan manifestasi gerakan involunter adalah (14):a) TremorTremor terdiri atas kontraksi sekelompok otot rangka dengan fungsi berlawanan secara bergantian dan berirama. Tremor timbul bila terdapat gangguan pada serebelum atau substansi nigra, terganggunya kelangsungan hubungan di antara berbagai inti dalam sirkuit pertama atau kedua terganggu, atau dikarenakan adanya mekanisme umpan balik yang tidak sempurna (13). Gerakan involunter yang timbul berulang-ulang, cepat beraturan, dan tidak dikehendaki. Tremor dapat juga terjadi secara fisiologis dengan frekuensi gerakan jari tangan dan kaki yang sangat lambat disebabkan oleh faktor stress (9,14).b) TicsSuatu bentuk gerakan involunter yang sifatnya berulang, cepat, singkat, kompulsif, dan tidak berirama. Terbagi dalam beberapa jenis (15):- Tics sederhana, berupa kedipan mata dan tics fasial- Tics konvulsif atau tics herediter multipleks (Sind Gilles de la Tourette)c) ChoreaMerupakan gerakan involunter pada anggota gerak (baik lengan ataupun tangan) yang eksplosif, dan cepat berganti. Sifat dan arah gerakan yang tidak teratur hanya berhenti waktu tidur. Kata khorea berasal dari bahasa Yunani yang berarti "menari". Gerakan dimulai tiba-tiba, cepat dan sebentar, Gerakan dapat timbul pada salah satu anggota gerak saja, pada kedua lengan, atau pada lengan dan tungkai sesisi saja. Lebih jelas pada keadaan emosinil. Chorea terbagi menjadi:- Chorea HutingtonTerdapat beberapa faktor yang terlibat pada gangguan ini di antaranya adalah terdapat neuron-neuron yang menghilang; terjadi gliosis pada globus palidus dan thalamus; atrofi serebelum; dan abnormalitas neurotransmiter. Chorea hutington dapat juga disebabkan oleh kelebihan aktivitas sistem dopaminergik dan berkurangnya enzim yang berhubungan dengan pembentuk asetilkolin dan GABA di seluruh jaringan otak (16).- Chorea SydenhamGangguan ekstrapiramidal jenis ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan imunologis sehubunngan dengan infeksi streptokokus atau demam rematik. Pada chorea Sydenham dapat ditemukan vaskulitis di seluruh jaringan otak (15,16)- Chorea GravidarumMerupakan chorea yang terjadi saat kehamilan terutama pada trimester II atau dapat pula dikarenakan reaktivasi dari chorea Sydenham. Gejala chorea gravidarum terbatas pada fasial atau dapat pula sistemik (17).d) AtetosisGerakan involunter anggota gerak (lengan atau tangan) yang tejadi perlahan-lahan dengan durasi lambat dan menunjukkan pola melilit-lilit, torsi ekstensi, fleksi sendi bahu, siku dan pergelangan tangan. Atetosis ganda terjadi karena anoksia sewaktu lahir sehingga terjadi demielenisasi pada putamen dan kadang globus palidus (18).Terkadang atetosis sulit dibedakan dari chorea. Pada atetosis, gerakan cenderung lambat, berputar, dan menggeliat. Atetosis sering dihubungkan dengan adanya rigiditas tipe spastic dan kebanyakan melibatkan wajah, leher, dan ekstrimitas distal. Pada chorea, gerakan cenderung cepat, singkat, menyentak, dan tidak bisa diprediksikan. Chorea dapat terjadi saat istirahat atau saat aktivitas normal. Umumnya chorea melibatkan tangan, lengan bawah, wajah, dan kepala (17). e) DistoniaGerakan melilit-lilit seperti atetosis, tetapi melibatkan hampir semua otot-otot badan.

Distonia terbagi atas:- Distonia muskulorum deformans, merupakan gerakan distonik pada anggota gerak dan punggung yang berlangsung progresif dan bersifat herediter. Etiologi umumnya tidak diketahui.- Torikolis spasmodik (wry neck) yang gejalanya ditandai dengan adanya deviasi kepala ke satu sisi secara episodik dan tonik. Jika deviasi distonia berasal dari sternomastoid kiri, kepala akan menoleh ke kanan, begitu juga sebaliknya (19).

f) BalismusGerakan involunter otot proksimal anggota gerak dan paravertebral sehingga gerakan yang timbul menyerupai gerakan seorang yang melemparkan cakram. Etiologi paling sering adalah destruksi nukleus subtalamik (1,15).2. Gerakan volunterKebanyakan gerakan volunter tidak memperlihatkan kelemahan tenaga otot serta tidak disertai hiperrefleksi dan reflek patologik. Selain itu, tidak ditemukan atrofi otot dan sering disertai gangguan fungsi saraf otonom (14).a) Hiperkinesia dan hipokinesia- Ketidakseimbangan saraf dopaminergik dengan saraf kolinergikStriatum menerima persarafan dopaminergik dari striatum pars compacta (SNc) dan persarafan kolinergik dari pedunculopontin (PPN). Hasil dari striatum yang akan mempengaruhi fungsi motorik korteks ditentukan oleh keseimbangan kegiatan kedua saraf tersebut (13).1. Kondisi pertamaBila kegiatan saraf dopaminergik meningkat atau kegiatan saraf kolinergik menurun, maka saraf dopaminergik akan dominan pengaruhnya terhadap output striatum sehingga timbul gejala hiperkinesia (2,3).2. Kondisi keduaBila kegiatan saraf dopaminergik menurun atau kegiatan saraf kolinergik meningkat, maka saraf kolinergik akan dominan pengaruhnya terhadap output striatum sehingga timbul gejala hipokinesia (3,4).- Ketidakseimbangan jalur langsung dan tidak langsungJalur dari striatum ke globus palidus internus (Gpi) atau substansia nigra pars retikularis (SNr) terjadi melalui dua cara, jalur langsung dan jalur tak langsung. Bila masukan jalur direk seimbang dengan masukan jalur indirek, maka tidak ada kelainan gerakan motorik karena output Gpi dan SNr berada dalam kadar normal. Tetapi bila terjadi hiperaktifitas jalur direk atau hipoaktifitas jalur indirek, maka output dari Gpi atau SNr ke arah talamokorteks akan menurun dan timbul gejala hiperkinesia (12).

Dalam keadaan sebaliknya, bila terjadi hipoaktivitas jalur direk atau hiperaktivitas jalur indirek, maka output dari Gpi atau SNr ke arah talamokorteks akan meningkat, dan timbul gejala hipokinesia (11).b) Penyakit ParkinsonMerupakan bagian dari parkinsonism yang patologis ditandai dengan degenerasi ganglia basalis terutama di pars compacta substansia nigra disertai dengan inklusi sitoplasmik eosinofilik (lewys bodies). Parkinsonism adalah suatu sindroma yang ditandai dengan tremor sewaktu istirahat, rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat penurunan dopamine (18).

Gejala klinis khas penyakit Parkinson dimasukkan dalam trias Parkinson yang bila disingkat sebagai R-A-T (18):1. Rigiditas, suatu bentuk peningkatan tonus otot agonis dan antagonis (coghwell phenomenon).2. Akinesia, dengan cirri khas yaitu gerakan spontan berkurang, gerakan asosiatif menurun, gerakan volunter permulaannya sangat lamban dan sulit, wajah seperti topeng (mask face)3. Tremor yang terjadi dalam keadaan istirahat (resting tremor) berkurang bahkan hilang sewaktu melakukan gerakan volunteer. Frekuensi 4-6 kali/detik. Bentuk gerakan seakan-akan sedang menghitung uang.

Postur berjalan orang dengan penyakit Parkinson

D. Penatalaksanaan gangguan ekstrapiramidal1. Tremor- Clorpromazin dosis im, iv, oral: 0,5-1 mg/kgBB/ dosis setiap 6-8 jam. Sediaan tablet 25 mg dan 100mg. Injeksi 25mg/ml, 2 ml. Cara kerja: memblok reseptor dopaminergik di postsinaptik mesolimbik otak. Memblok kuat efek alfa adrenergik. Menekan ARAS sehingga mempengaruhi metabolism basal.- Diazepam dosis: iv 2-10 mg dalam 3-4 jam sekali rektal: 0,15-0,5mg/kgBB sampai 20 mg/dosis. Sediaan: diazepam 2 mg. Diazepam adalah turunan benzodiazepine yang memiliki potensiasi inhibisi neuron dengan GABA sebagai mediator pada SSP (19).2. TicsPada tics sederhana digunakan golongan benzodiazepine seperti diazepam dengan 0,15-0,5mg/kgBB sampai 20 mg/dosis (13).Pada jenis Sind. Gilles de la tourette digunakan (14):- Halloperidol 0,5 0,4 mg/hari- Klonidin 0,1 0,6 mg/hari- Pimozide 1 20 mg/hari- Lorazepam0,5 2,5 mg, 3x/hari3. Balismus (15)- Haloperidol 0,5 0,4 mg/hari- Diazepam 0,15-0,5mg/kgBB sampai 20 mg/dosis4. Parkinson (20) Levadopa (3 x 100 mg) Bromokriptin (2,5 mg/hari dinaikkan 2 x 2,5 mg/hari, dinaikkan 40-45 mg/hari tergantung respon) Amantadin (2x100 mg) Antihistamin4