Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1 Strategi Pengembangan Bisnis
2.1.1 Definisi Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani strategos dan strategia, yang
bermakna pengetahuan dan seni mengenai sumber-sumber yang tersedia dari
suatu perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang diinginkan
(Chandradhy dalam Zulham, 2011: 32). Makna harafiah dari istilah Yunani
tersebut adalah “perkataan jendral militer”, sebelum akhirnya maknanya berubah
seperti yang telah disebutkan di atas (Garratt, 2005: 29).
Strategi adalah pola tujuan serta kebijakan dan rencana besar dalam
mencapai tujuan tersebut, yang disusun sedemikian rupa sehingga mampu
mendefinisikan bisnis perusahaan atau akan menjadi apa perusahaan tersebut serta
jenis perusahaan saat ini atau jenis perusahaan apa yang diinginkan (Anthony
dalam Elhamma, 2013: 2). Strategi harus memberikan batasan-batasan bagi
sebuah proyek, dimana tujuan dan hasil harus mengikuti arah perusahaan ke
depan (Longman dan Mullins, 2004: 57).
Menurut Jauch dan Glueck (1988: 9), strategi adalah rencana yang
menyatukan, luas, dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis
perusahaan dan tantangan lingkungan yang dirancang untuk memastikan bahwa
tujuan utama perusahaan dapat dicapai, melalui pelaksanaan yang tepat oleh
organisasi. Karakter “menyatukan” mengandung makna bahwa strategi menjadi
alat yang mengikat keseluruhan organisasi menjadi satu kesatuan. Karakter “luas”
mengandung makna bahwa strategi meliputi seluruh aspek penting dalam
organisasi. Karakter “terintegrasi” mengandung makna bahwa strategi merupakan
rencana yang berkaitan antara satu dengan yang lain.
Menurut Porter (1997: 68), strategi merupakan penciptaan posisi unik dan
bernilai, yang mencakup perangkat kegiatan yang berbeda. Dengan demikian,
strategi suatu perusahaan dapat diaplikasikan dalam melakukan kegiatan yang
berbeda dengan pesaing atau melakukan kegiatan yang sama dengan cara yang
berbeda. Mendukung definisi tersebut, Casadesus-Masanell dan Ricart (2009: 2)
8
Universitas Kristen Petra
menyatakan bahwa strategi merujuk pada pilihan model bisnis yang diambil oleh
perusahaan untuk bersaing di tengah pasar. Strategi adalah rancangan tindakan
yang bersifat kontingensi – dapat berubah sesuai dengan situasi – untuk mencapai
tujuan tertentu (Casadesus-Masanell dan Ricart, 2009: 16).
Strategi bisnis mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Berbagai
perusahaan belajar untuk menganalisis lingkungan kompetitif, menetapkan
kedudukan perusahaan, mengembangkan keuntungan kompetitif dan keuntungan
perusahaan, serta mengenali ancaman terhadap perusahaan untuk menjaga
keberlanjutan perusahaan (Casadesus-Masanell dan Ricart, 2009: 1). Strategi
harus bersifat fleksibel di tengah dunia yang dinamis dan tidak menentu, serta
tidak boleh ditetapkan secara permanen karena gangguan atau hambatan tak
terduga dari lingkungan perusahaan mampu menjadikan strategi tersebut invalid,
meskipun persiapannya telah dilakukan dengan sangat hati-hati (Garratt, 2005: 9).
Para akademisi dan praktisioner menggunakan berbagai variasi pendekatan
untuk menetapkan strategi kompetitif dan strategi bisnis, yang meliputi organisasi
industri, sudut pandang berbasis sumber daya, kemampuan dinamis, dan teori
permainan (Casadesus-Masanell dan Ricart, 2009: 1). Sebuah pernyataan strategi
harus melibatkan kombinasi dari lima elemen mendasar strategi (Garratt, 2005:
30), yaitu:
dimanakah perusahaan akan mendapatkan manfaat atau keuntungan (produk,
jasa, daerah geografis);
dimanakah perusahaan akan menarik diri (penempatan jangka pendek);
dimanakah perusahaan akan menetapkan pijakannya;
dimanakah perusahaan akan menjalin aliansi atau kerjasama; dan
dimanakah perusahaan akan mundur sepenuhnya.
Miles dan Snow dalam Elhamma (2013: 2) memberikan sebuah tipologi
mengenai empat tipe strategis perusahaan, yaitu sebagai berikut.
Defenders, yaitu perusahaan dengan pangsa pasar yang sempit.
Prospectors, yaitu perusahaan yang hampir secara berkelanjutan mencari
kesempatan pasar, dan secara rutin bereksperimen dengan respon potensial
untuk memunculkan tren di sekelilingnya.
Analyzers, yaitu perusahaan yang beroperasi di tengah dua jenis pangsa pasar,
9
Universitas Kristen Petra
dimana salah satunya bersifat stabil dan yang lainnya berubah-ubah.
Reactors, yaitu perusahaan dimana manajer puncaknya kerap melihat
perubahan dan ketidakpastian di tengah lingkungan perusahaan namun tidak
mampu merespon secara efektif.
Strategi bisnis meliputi perluasan geografis, diversifikasi, akuisisi,
pengembangan produk, penetrasi pasar, likuidasi, divestasi, dan join venture.
Griffin (2004: 232) mengungkapkan mengenai strategi generik Porter pada tingkat
bisnis, yang meliputi strategi diferensiasi (differentiation strategy), strategi
kepemimpinan biaya keseluruhan (overall cost leadership strategy), dan strategi
fokus (focus strategy). Berikut adalah penjelasan untuk masing-masing strategi
generik Porter.
Strategi diferensiasi adalah strategi perusahaan untuk membedakan dirinya
dengan kompetitornya dalam hal kualitas produk atau jasa yang ditawarkan.
Perusahaan yang berhasil mengimplementasikan strategi diferensiasi akan tetap
mempertahankan konsumen meskipun membebankan harga yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kompetitornya, karena konsumen merasa mendapatkan nilai
ekstra dari produk atau jasa perusahaan (Griffin, 2004: 232)
Strategi kepemimpinan biaya keseluruhan diimplementasikan untuk
memperoleh keunggulan kompetitif dengan cara menekan biaya operasional di
bawah biaya operasional yang dikeluarkan oleh kompetitornya. Penekanan biaya
akan berdampak pada harga jual produk yang rendah, sehingga dapat menarik
konsumen dengan tetap menghasilkan laba (Griffin, 2004: 232).
Strategi fokus adalah strategi perusahaan untuk berkonsentrasi pada pasar
regional tertentu, jalur produk tertentu, atau kelompok pembeli tertentu. Strategi
fokus dapat dikombinasikan dengan dua strategi sebelumnya, sehingga berbentuk
strategi fokus diferensiasi atau strategi fokus kepemimpinan biaya keseluruhan.
Pada strategi fokus diferensiasi, upaya perusahaan adalah membedakan produknya
di pasar fokus. Pada strategi fokus kepemimpinan biaya keseluruhan, upaya
perusahaan adalah membuat dan menjual produk atau jasa dengan harga rendah di
pasar fokus (Griffin, 2004: 232).
Nedelea dan Paun (2009: 96) menyatakan bahwa manajer sebuah
perusahaan yang sukses pasti memiliki rencana strategis dalam rangka
10
Universitas Kristen Petra
memastikan kedudukan yang kokoh di tengah pasar, sehingga mendapatkan hasil
yang diinginkan. Keuntungan kompetitif merupakan kunci untuk memperoleh
penghasilan yang besar dan kesuksesan jangka panjang. Perusahaan dengan nilai
keuntungan yang lebih rendah merupakan perusahaan-perusahaan yang
kekurangan strategi yang baik. Perusahaan dengan performa yang paling baik
memiliki manajer yang terlibat secara mendalam dalam mengimplementasikan
strategi yang dipilihnya dan memastikan bahwa strategi tersebut berjalan sesuai
rencana.
Berdasarkan definisi-definisi yang telah disebutkan di atas, tampak bahwa
strategi merujuk pada perencanaan dan aktivitas perusahaan yang diatur oleh
manajemen dengan memanfaatkan sumber daya perusahaan secara optimal untuk
mencapai tujuan perusahaan. Setiap perusahaan dapat menetapkan strategi yang
berbeda-beda, sesuai dengan keunggulan dan keunikan sumber daya yang dimiliki
perusahaan.
2.1.2 Definisi Pengembangan Bisnis
Pengembangan bisnis yang berkelanjutan merupakan pusat perhatian
perusahaan, yang dapat dicapai dengan mengadopsi strategi dan aktivitas bisnis
yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan serta para pemegang saham, sembari
melindungi, mempertahankan, dan memperkuat sumber daya yang dibutuhkan
oleh perusahaan. Konsep pengembangan bisnis muncul dari sektor swasta,
menitikberatkan pada upaya mengidentifikasi kesempatan bisnis di tengah pasar.
Secara umum, tujuan pengembangan bisnis adalah menciptakan keuntungan
melalui penciptaan bisnis dalam rangka memanfaatkan pasar dan kesempatan
bisnis, serta untuk menciptakan lapangan pekerjaan (Central Otago District
Center, 2013: 5).
Pengembangan bisnis adalah segala bentuk aktivitas yang meningkatkan –
atau bertujuan untuk meningkatkan – keuntungan, produksi, atau potensi
pelayanan perusahaan. Selain itu pengembangan bisnis dapat didefinisikan
sebagai penanaman modal atau waktu yang berdampak pada pertumbuhan dan
perluasan perusahaan. Pengembangan bisnis adalah proses memajukan bisnis pada
suatu titik dimana perusahaan dapat menyediakan barang dan jasa pada seluruh
11
Universitas Kristen Petra
pihak eksternal yang membutuhkannya. Dari sisi pemasaran perusahaan,
pengembangan bisnis adalah proses promosi untuk membangun dan
mempertahankan hubungan kerja yang terkait dengan tujuan bisnis (Kind dan
Knyphausen-Aufseß, 2007: 177).
Menurut Kind dan Knyphausen-Aufseß (2007: 185), pengembangan bisnis
melingkupi seluruh aktivitas perusahaan yang bertujuan untuk:
menciptakan nilai dan potensi pemasukan bagi perusahaan;
mengembangkan produk dan teknologi yang bisa dikomersialkan; dan
membangun relasi dengan rekanan, konsumen, dan pemangku kepentingan
potensial, demi kepentingan perusahaan.
2.1.3 Definisi Strategi Pengembangan Bisnis
Menggabungkan dengan definisi sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
strategi pengembangan bisnis adalah sekumpulan tujuan, kebijakan, perencanaan,
dan aktivitas perusahaan yang ditujukan untuk mengidentifikasi kesempatan
bisnis di tengah pasar dan mempertahankan kelangsungan bisnis atau mencapai
kesuksesan bisnis.
Strategi pengembangan bisnis adalah bagian dari strategi bisnis, dan tidak
dapat dipisahkan dari model bisnis. Dalam rangka mengembangkan bisnis secara
berkelanjutan, suatu perusahaan harus terus-menerus melakukan penilaian atas
strategi bisnis yang dijalankannya. Analisis strategi bisnis merupakan langkah
penting dalam merancang model bisnis yang dapat bertahan lama, sehingga
berdampak pada hidup perusahaan yang berlangsung lama pula (Teece, 2010:
180).
Strategi pengembangan bisnis harus memiliki kualitas berikut:
consistency, consonance, advantage, dan feasibility. Kualitas consistency
mengandung makna bahwa strategi pengembangan bisnis harus memuat tujuan
dan kebijakan yang konsisten. Consonance artinya bahwa strategi tersebut harus
merepresentasikan respon adaptif perusahaan terhadap lingkungan eksternal dan
perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya. Advantage, artinya bahwa strategi
bisnis harus menyediakan tempat bagi penciptaan atau perbaikan keuntungan
kompetitif di bidang yang dijalani. Feasibility, mengandung makna bahwa strategi
12
Universitas Kristen Petra
bisnis tidak boleh melangkahi sumber daya yang tersedia atau menciptakan
permasalahan yang tidak bisa diselesaikan (Rumelt, 1993: 2).
Dalam mengembangkan strategi bisnis, terdapat beberapa tahapan yang
harus dilalui. Tahap pertama adalah analisis lingkungan internal dan ekternal
perusahaan. Manajemen perusahaan harus mengamati peluang dan ancaman
lingkungan eksternal, termasuk di dalamnya kebutuhan konsumen, tindakan,
harapan, dan kemampuan pesaing. Dari sisi internal, perusahaan perlu menyadari
kompetensi dan sumber daya yang dimiliki, meliputi kedudukan perusahaan,
kekuatan perusahaan dalam hal kualitas dan penyampaian produk, serta sumber
daya finansial perusahaan (The SmartSims.com Team, 2000: 20).
Tahap kedua adalah sintesis dan evaluasi. Dalam tahap sintesis,
perusahaan perlu mengumpulkan seluruh data yang diperoleh dari hasil analisis
dan merumuskan alternatif-alternatif strategi yang dapat dilaksanakan.
Berikutnya, perlu dilakukan evaluasi menggunakan berbagai kriteria finansial dan
kriteria kualitatif. Strategi terpilih kemudian dibagi lagi menjadi substrategi untuk
berbagai bidang fungsional (The SmartSims.com Team, 2000: 20).
Memasuki tahap ketiga, perusahaan harus mengembangkan strategi
fungsional, dimana strategi besar perusahaan direfleksikan ke dalam strategi untuk
bidang-bidang fungsional dengan tujuan pencapaian yang lebih singkat, padat, dan
jelas, serta pembatasan kerangka waktu sehingga lebih bersifat taktikal. Bidang-
bidang fungsional yang dapat digunakan dalam mengembangkan strategi tersebut
antara lain: pemasaran, pengembangan produk, operasional, dan keuangan. Dalam
tahapan ini, perusahaan juga perlu mempertimbangkan kembali strategi-strategi
fungsional yang digunakan, karena pada hakekatnya, terdapat hubungan
antarfungsional. Hal ini dilakukan untuk menghindari pelaksanaan strategi salah
satu bidang fungsional yang melebihi kapasitas kemampuan bidang fungsional
lain yang terkait dengannya (The SmartSims.com Team, 2000: 20 – 21).
Tahap keempat adalah implementasi strategi. Perlu ditekankan
sebelumnya bahwa pelaksanaan strategi belum tentu sesuai dengan
perencanaannya. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hasil implementasi
sebuah strategi, misalnya pembiayaan, keputusan pesaing, sistem kendali,
kepemimpinan, dan motivasi orang-orang dalam perusahaan (The SmartSims.com
13
Universitas Kristen Petra
Team, 2000: 21).
Dalam kerangka pengembangan usaha atau pengembangan bisnis, terdapat
beberapa produk yang dapat dikembangkan, antara lain: barang atau produk
berwujud fisik, misalnya makanan, komoditas, pakaian, perumahan, alat, dan
sebagainya. Produk lain adalah jasa atau produk yang tidak berwujud fisik,
misalnya hotel, penerbangan, penyewaan, tukang cukur, ahli kecantikan, dan
sebagainya. Produk lainnya antara lain: peristiwa, orang, tempat, kepemilikan atau
properti, organisasi, informasi, dan gagasan (Wibawa, 2013: 2).
2.2 Evaluasi Strategi
Strategi merupakan hal yang perlu diubah karena tidak berjalan sesuai
keinginan atau karena ada perubahan atau perbaikan secara besar-besaran. Oleh
karena itu, manajer memiliki kewajiban untuk mengawasi sebaik apakah kinerja
sebuah strategi dan sebaik apakah implementasinya terlaksana, membuat
penyesuaian apabila terdapat cara yang lebih baik dalam mendukung operasional
perusahaan (Nedelea dan Paun, 2009: 101).
Evaluasi strategi merupakan bagian tak terpisahkan dari proses
perencanaan, pemeriksaan, dan pengendalian organisasi. Setiap perusahaan
menggunakan cara yang berbeda-beda dalam melakukan evaluasi strategi.
Beberapa perusahaan melakukan evaluasi secara informal, sesekali, dan singkat,
sementara perusahaan lain menggunakan sistem tertentu untuk melakukan
evaluasi secara berkala dan formal. Kualitas evaluasi strategi – dan tentunya
kualitas perusahaan – ditentukan oleh kapasitas suatu perusahaan dalam menilai
diri sendiri dan pembelajaran diri, bukan pada teknik analisis yang digunakan
(Rumelt, 1993: 7).
Proses strategis perusahaan tidak dipandang dari hal-hal yang diberi label
“strategis” atau “jangka panjang”, melainkan pada aktivitas-aktivitas yang
berpengaruh kuat terhadap pemilihan dan perubahan tujuan, serta yang
mempengaruhi komitmen sumber daya perusahaan. Evaluasi strategi yang layak
tidak dapat ditetapkan dalam sebuah konteks abstrak tertentu. Pendekatan evaluasi
dalam sebuah perusahaan harus sesuai dengan postur dan bidang kerja
strategisnya yang terkait dengan metode perencanaan dan pengendaliannya
14
Universitas Kristen Petra
(Rumelt, 1993: 8).
Rumelt (1993: 2) menyatakan bahwa evaluasi strategi bisnis tidak dapat
dipetak-petakkan dalam berbagai jenis metode atau teori paten untuk
diaplikasikan pada berbagai organisasi. Batasan yang diberikan adalah empat
karakter mendasar dari strategi bisnis yang baik, yaitu consistency, consonance,
advantage, dan feasibility, yang telah dijelaskan sebelumnya.
Dalam sebuah organisasi atau perusahaan, tanggung jawab untuk
melaksanakan evaluasi strategis umumnya berada pada pundak manajemen senior,
misalnya CEO dan laporannya atau komite eksekutif pada manajemen puncak
(Longman dan Mullins, 2004: 57). Namun, tak pelak juga, kegiatan evaluasi
strategi perusahaan dilaksanakan oleh peneliti atau praktisi ekonomi dan bisnis.
Beberapa penelitian terkait dengan evaluasi strategi bisnis menggunakan
analisis SWOT untuk mengevaluasi strategi bisnis objek penelitiannya. Penelitian
lainnya menggunakan perhitungan statistika matematis untuk memeriksa
keberhasilan strategi objek penelitiannya. Contohnya, Adamu et al. (2011)
melakukan evaluasi terhadap strategi diversifikasi produk dan kinerja keuangan
pada beberapa perusahaan konstruksi di Nigeria. Teknik yang digunakan adalah
Student t-test, dimana perusahaan-perusahaan yang menjadi objek penelitian
dikategorikan ke dalam tiga kelompok menggunakan metode specialization ratio.
Holland (2010) menggunakan Management Strategy Evaluation (MSE) atau
Management Procedure (MP) dalam mengevaluasi strategi manajemen perikanan.
Teknik tersebut dirancang untuk mengidentifikasi dan mengoperasionalkan
strategi pengelolaan perikanan.
2.3 Analisis SERVO
2.3.1 Definisi SERVO
SERVO merupakan akronim dari strategy (strategi), environment
(lingkungan), resource (sumber daya), value (nilai), dan organization (organisasi).
Model kerangka analisis SERVO merupakan alat manajemen diagnosa, yang
digunakan untuk membangun dan menguji keputusan dan inisiatif strategis
perusahaan. Dalam melakukan analisis SERVO, diamati interaksi dan hubungan
di antara kelima unsur penting tersebut untuk mengetahui derajat konsistensi atau
15
Universitas Kristen Petra
kesesuaian antara strategi yang sedang dijalankan di perusahaan, aspek organisasi,
kemampuan, kecenderungan manajemen, dan lingkungan. Model analisis ini
dirancang untuk menilai dan memfasilitasi proses perumusan dan implementasi
strategi dalam konteks perubahan pasar dan keorganisasian (Fleisher dan
Bensoussan, 2007: 139).
Penekanan analisis SERVO diletakkan pada kesesuaian strategis atau
strategic fit antara lima elemen SERVO. Agar dapat mencapai keberhasilan,
perumusan dan implementasi strategi memerlukan manajemen yang eksplisit
terhadap hubungan antara unsur strategy, environment, resource, value, dan
organization (Fleisher dan Bensoussan, 2007: 140). Konsep “fit” tersebut
disajikan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Ilustrasi Konsep “Fit” dalam SERVO
(Sumber: Fleisher dan Bensoussan, 2007: 140)
Gambar 2.2. Diagram Model SERVO
(Sumber: Fleisher dan Bensoussan, 2007: 145)
Model SERVO secara keseluruhan direpresentasikan oleh Gambar 2.2
yang menunjukkan unsur-unsur yang mempengaruhi efektivitas
organisasi/perusahaan dan hubungan antarelemen tersebut. Tanda panah dua arah
menunjukkan bahwa keputusan yang diambil untuk satu elemen tertentu akan
berujung pada pengambilan keputusan elemen lain (Fleisher dan Bensoussan,
Resources and Capabilities
Environment
Strategy
Values
Organization
Sumber Daya
Dan
Kemampuan
Strategi:
Tujuan
Ruang Lingkup
Basis Persaingan
Model Bisnis
Lingkungan
16
Universitas Kristen Petra
2007: 145).
Pengambilan keputusan pada elemen strategi (S) akan berdampak pada
pengambilan keputusan elemen E, R, V, dan O.
Pengambilan keputusan pada konteks lingkungan (E) harus mengakomodasi
keputusan strategis perusahaan.
Keputusan yang diambil pada elemen sumber daya (R) harus mendukung
keputusan strategis dan mendorong tindakan yang diperlukan masa demi
masa.
Eksekutif perusahaan harus menentukan pilihan personal berdasarkan nilai (V)
yang diyakininya, yang mendukung pelaksanaan strategi (S) sesuai keinginan.
Tindakan/keputusan strategis akan menentukan sifat dan jenis stuktur dan
sistem organisasi (O).
Sesuai dengan Gambar 2.2, dapat disimpulkan bahwa kegagalan strategis
juga akan berdampak pada diabaikannya satu atau gabungan dari beberapa elemen
strategic fit lainnya. Penempatan setiap unsur dalam diagram model SERVO
mengindikasikan bahwa tidak ada dominasi hirarkis oleh satu elemen tertentu
dalam SERVO, sehingga setiap elemen merupakan bagian yang penting namun
secara tunggal tidak cukup untuk menciptakan efektivitas dalam perusahaan
(Fleisher dan Bensoussan, 2007: 146).
Implementasi analisis SERVO untuk mengevaluasi strategi yang sedang
berjalan maupun strategi pengembangan bisnis yang baru saja diajukan terbagi
dalam beberapa tahapan, yaitu: mengevaluasi kinerja perusahaan saat ini, menilai
strategi berjalan dan menetapkan ada/tidaknya perubahan yang dianggap perlu,
mengembangkan dan mengevaluasi alternatif-alternatif strategi/program (Fleisher
dan Bensoussan, 2007: 147 – 151).
1. Langkah 1: Mengevaluasi kinerja perusahaan
Pada langkah pertama, peneliti menilai kinerja perusahaan, telah sesuai
atau belum dengan tujuan internal dan eksternal. Kinerja perusahaan juga harus
dibandingkan dengan rujukan eksternal, misalnya kompetitor atau perusahaan lain
yang memiliki fokus bisnis yang sama di industri terkait. Pembandingan dibatasi
pada kerangka waktu tertentu, umumnya beberapa caturwulan terakhir atau
beberapa tahun terakhir. Apabila kinerja perusahaan tidak berjalan sesuai harapan,
17
Universitas Kristen Petra
maka peneliti akan mendiagnosa penyebab potensial dari permasalahan kinerja
tersebut. Apabila kinerja perusahaan berjalan dengan baik, maka peneliti akan
menilai resiko dan kerentanan perusahaan serta mengidentifikasi strategi untuk
memanfaatkan kesempatan yang muncul di tengah pasar (Fleisher dan
Bensoussan, 2007: 147 – 148).
2. Langkah 2: Menilai strategi berjalan dan perlu/tidaknya perubahan
Pada langkah kedua, peneliti mendiagnosa hubungan makro di antara lima
elemen SERVO, kemudian mengamati setiap elemen secara lebih mendetail. Di
antara lima elemen SERVO terdapat 20 hubungan makro, termasuk di dalamnya
hubungan antarkomponen dalam satu elemen, misalnya keputusan finansial dalam
menentukan besarnya ekuitas dan hutang yang akan digunakan untuk membiayai
operasional perusahaan mungkin membatasi potensi perusahaan dalam menambah
modal investasi (Fleisher dan Bensoussan, 2007: 148).
Tabel 2.1. Konfigurasi Ideal SERVO Grids
S E R V O
S Xxx T/n T/e T/n T/n
E T/n Xxx T/n T/n T/n
R T/e T/n Xxx T/n T/n
V T/n T/n T/n Xxx T/e
O T/n T/n T/n T/e xxx
(Sumber: Fleisher dan Bensoussan, 2007: 149)
Tabel 2.2. Contoh Implementasi Konfigurasi SERVO Grids
S E R V O
S Xxx T/n T/n L/d T/n
E T/n Xxx T/n M/d L/e
R T/n T/n Xxx T/n M/n
V L/d M/d T/n Xxx T/n
O T/n L/e M/n T/n xxx
(Sumber: Fleisher dan Bensoussan, 2007: 149)
Untuk menentukan efektivitas hubungan antarelemen atau antarkomponen,
peneliti melakukan pengukuran fit. Pengukuran tersebut akan membantu peneliti
dalam menentukan keputusan manakah yang perlu diambil terlebih dahulu dan
elemen manakah yang perlu diperhatikan terlebih dahulu (Fleisher dan
Bensoussan, 2007: 148). Hasil pengukuran dituliskan dalam SERVO grids seperti
ditunjukkan pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2. Tabel 2.1 merepresentasikan
konfigurasi ideal dari hubungan antarelemen SERVO, sementara Tabel 2.2
18
Universitas Kristen Petra
menunjukkan salah satu contoh penggunaan SERVO grids untuk mengukur
hubungan antarelemen SERVO yang tidak sepenuhnya sesuai dengan konfigurasi
ideal.
Notasi yang digunakan dalam isian Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 menunjukkan
derajat kesesuaian antarelemen dan kerangka waktu terjadinya kesesuaian atau
keselarasan antarelemen. Notasi berhuruf besar merujuk pada derajat kesesuaian
antarelemen, yang meliputi:
T – Tight fit: Seluruh keputusan yang menyangkut sepasang elemen yang
diamati saling mendukung dan memberikan kontribusi satu sama lain.
L – Loose fit: Segala keputusan yang menyangkut sepasang elemen yang
diamati tidak saling mendukung maupun memberikan kontribusi satu sama
lain.
M – Medium fit: Sebagian keputusan yang menyangkut sepasang elemen yang
diamati saling mendukung dan memberikan kontribusi satu sama lain.
Notasi berhuruf kecil merujuk pada kerangka waktu tercapainya
kesesuaian antarelemen, yang terdiri dari:
e – Early fit: Perusahaan yang dianalisis menemukan dan menciptakan pola
kesesuaian antarelemen SERVO sebelum perusahaan lain mencapai
kesesuaian pada pasangan elemen yang sama.
d – Delayed fit: Perusahaan yang dianalisis tergolong lambat dibandingkan
dengan kompetitornya dalam menemukan dan menciptakan pola kesesuaian
antarelemen SERVO.
n – Normal fit: Perusahaan yang dianalisis tidak dapat digolongkan cepat atau
lambat dalam merespon perubahan antarelemen SERVO, atau dapat dikatakan
berada pada kerangka waktu yang hampir sama dengan perusahaan saingan
pada umumnya.
3. Langkah 3: Mengembangkan dan mengevaluasi alternatif strategi dan
program
Setelah menganalisis hubungan antarelemen, terdapat tiga pilihan bagi
perusahaan, yaitu mengubah komponen yang dibutuhkan dari setiap elemen agar
konsisten dengan strategi; mengubah srategi sesuai dengan orientasi keempat
elemen lainnya; atau melakukan kompromi antara dua pilihan tersebut sebagai
19
Universitas Kristen Petra
alternatif yang lebih masuk akal. Langkah pertama yang diambil oleh peneliti
adalah menciptakan serangkaian pilihan yang paling sesuai untuk memperbaiki
ketidakcocokan antarelemen SERVO. Untuk setiap pilihan yang
direkomendasikan, peneliti sebaiknya menyediakan proyeksi kinerja. Setelah
ditetapkan kebijakan bagi setiap rekomendasi, sebaiknya dibuat susunan SERVO
terproyeksi yang baru. Setelah perusahaan mengimplikasikan rekomendasi
tersebut, diamati pergerakan masing-masing elemen dalam mencapai susunan
yang diinginkan atau bahkan mencapai konfigurasi ideal (Fleisher dan
Bensoussan, 2007: 151).
Sesuai dengan kelima elemen pembentuknya, dalam teori ini akan dibahas
mengenai strategi (S), lingkungan (E), sumber daya (R), nilai (V), dan organisasi
(O).
2.3.2 S – Strategy (Strategi)
Strategi adalah rencana komprehensif yang dilaksanakan untuk mencapai
tujuan organisasi. Strategi merupakan gabungan antara keputusan kompetitif dan
tindakan yang disusun sebagai reaksi terhadap lingkungan perusahaan. Strategi
bertujuan untuk menempatkan kemampuan dan sumber daya perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan keuntungan kompetitif perusahaan. Dalam
menghadapi perubahan lingkungan, strategi perusahaan harus mampu berubah,
menemukan kesempatan baru serta mengembangkan sumber daya dan
kemampuan yang dimiliki untuk membalikkan perubahan lingkungan menjadi
sumber keuntungan kompetitif yang baru (Fleisher dan Bensoussan, 2007: 140).
Dalam definisi tersebut, terkandung makna bahwa tujuan perusahaan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keberadaan strategi. Untuk
keperluan analisis atau evaluasi strategi, komponen strategy dalam SERVO
dipisah menjadi empat elemen, yaitu tujuan (goals), ruang lingkup (scope), basis
persaingan (competitive basis/premise), dan model bisnis (business model).
Berikut adalah penjelasan singkat atas masing-masing elemen (Fleisher dan
Bensoussan, 2007: 141).
a. Goals/tujuan; merupakan analisis atas visi dan misi perusahaan, hal-hal yang
ingin dicapai oleh perusahaan yang sejalan dengan harapan pemegang saham,
20
Universitas Kristen Petra
harapan-harapan manajemen puncak terhadap peningkatan revenue, inovasi,
saham bebas, kualitas, dan keuntungan.
b. Scope/ruang lingkup; merupakan analisis terhadap jenis produk atau jasa yang
dijual oleh perusahaan dan jenis target pasar.
c. Competitive basis/premise; merupakan analisis terhadap cara yang digunakan
perusahaan untuk mengalahkan kompetitor dan cara perusahaan membangun
kemampuan dan sumber daya demi mencapai keuntungan kompetitif secara
terus menerus.
d. Business model; merupakan analisis terhadap tepat/tidaknya dasar operasional
perusahaan, penjelasan ekonomi mengenai bagaimana perusahaan
memberikan nilai (dari produk) kepada konsumen pada tingkat harga dan
pembiayaan yang mencapai keuntungan yang memuaskan, serta menganalisis
adanya keterkaitan yang konsisten antara pemasukan dan pembiayaan dengan
tujuan, ruang lingkup, dan dasar persaingan.
Pembagian elemen tersebut didukung oleh Griffin (2004: 226), yang
menyatakan bahwa strategi yang baik memuat tiga aspek, yaitu kompetensi
unggulan, ruang lingkup, dan alokasi sumber daya. Kompetensi unggulan merujuk
pada kemampuan perusahaan yang paling menonjol. Ruang lingkup merujuk pada
rentang pasar di daerah operasional perusahaan. Alokasi sumber daya merujuk
pada kebijakan perusahaan dalam mendisribusikan sumber-sumber daya dan
pilihan-pilihan yang mungkin diambil.
Fokus dari elemen strategy dalam analisis SERVO bukanlah untuk
mengembangkan sttrategi baru atau melindungi strategi yang sedang dijalankan.
Analisis SERVO, seperti halnya analisis lain, dilakukan untuk menemukan
apakah konsep dan rumusan strategi telah terlaksana dengan baik di sebagian
besar perusahaan. Analisis SERVO didasarkan pada pandangan bahwa
inkonsistensi antara strategi dengan unsur lainnya seringkali menjadi faktor
kegagalan atau tidak efektifnya implementasi strategi (Fleisher dan Bensoussan,
2007: 141).
2.3.3 E – Environment (Lingkungan)
Suatu organisasi memiliki dua jenis lingkungan, yaitu lingkungan internal
21
Universitas Kristen Petra
dan lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal organisasi terbagi menjadi dua
lapis, yang meliputi lingkungan umum dan lingkungan tugas (Griffin, 2004: 68).
Lingkungan internal suatu organisasi adalah segala sesuatu yang melingkupi
kondisi dan kekuatan yang ada dalam tubuh organisasi (Griffin, 2004: 78).
Lingkungan umum atau makro adalah sekumpulan kondisi dan pengaruh
yang berdampak terhadap aktivitas ekonomi dan berada di luar organisasi atau di
luar kendali organisasi (Fleisher dan Bessoussan, 2007: 142). Lingkungan umum
merupakan serangkaian dimensi dan kekuatan dengan cakupan yang luas, yang
menciptakan keseluruhan konteks organisasi. Lingkungan umum sebagian besar
organisasi memiliki dimensi ekonomi, teknologi, sosial-budaya, politik-hukum,
dan internasional (Griffin, 2004: 69).
a. Dimensi ekonomi lingkungan umum organisasi adalah kesehatan dan vitalitas
keseluruhan sistem ekonomi di sekitar operasional perusahaan.
b. Dimensi teknologi merefleksikan metode-metode yang tersedia untuk
mengubah sumber daya menjadi produk atau jasa.
c. Dimensi sosial-budaya meliputi adat istiadat, kebiasaan, nilai, dan
karakteristik demografis masyarakat di sekitar operasional perusahaan.
d. Dimensi politik-hukum meliputi peraturan pemerintah yang terkait dengan
bisnis dan hubungan umum antara bisnis dengan pemerintah.
e. Dimensi internasional merepresentasikan derajat keterlibatan atau
ketergantungan perusahaan pada bisnis di negara lain.
Menguatkan pendapat tersebut, Fleisher dan Bensoussan (2007: 142)
menyatakan bahwa skema yang paling umum digunakan untuk
mengklasifikasikan lingkungan umum adalah metode PEST atau “Political,
Economic, Social, and Technological.” Skema umum yang merupakan
pengembangan metode PEST adalah metode STEEP atau “Social, Technological,
Economical, Environmental, and Political.”
Lingkungan tugas atau task environment mempengaruhi pelaksanaan
strategi dalam keseharian perusahaan, yang melibatkan situasi persaingan tertentu
serta kelompok atau organisasi tertentu yang memiliki pengaruh secara langsung
terhadap strategi organisasi (Fleisher dan Bensoussan, 2007: 142). Lingkungan
tugas terdiri dari organisasi atau kelompok eksternal yang mempengaruhi
22
Universitas Kristen Petra
perusahaan, yaitu: kompetitor, konsumen, pemasok, pembuat aturan/kebijakan,
dan partner strategis (Griffin, 2004: 74).
a. Kompetitor adalah organisasi lain yang bersaing dengan perusahaan dalam
memperebutkan sumber daya berupa uang konsumen atau pendapatan,
pinjaman bank, hak pembelian properti, tenaga kerja berkualitas, terobosan
teknologi, hak paten, bahan baku, dan sebagainya.
b. Pelanggan atau konsumen adalah individu atau kelompok yang membayarkan
sejumlah uang untuk memperoleh produk atau jasa dari perusahaan.
c. Pemasok adalah organisasi yang menyediakan sumber daya bagi perusahaan.
d. Pembuat kebijakan adalah individu atau kelompok yang berpotensi
mengendalikan, mengatur, atau mempengaruhi kebijakan dan operasional
perusahaan, yang meliputi lembaga pembuat kebijakan (pemerintah) dan
kelompok kepentingan (misalnya serikat buruh).
e. Partner strategis adalah perusahaan atau individu yang bekerjasama dengan
perusahaan dalam bentuk kemitraan kerja.
Lingkungan internal dalam perusahaan meliputi pemilik perusahaan,
dewan direksi, karyawan, lingkungan kerja fisik, dan budaya organisasi.
a. Pemilik perusahaan, adalah individu atau kelompok yang memiliki hak milik
hukum terhadap bisnis tersebut. Kepemilikan atas perusahaan dapat ditemukan
dalam bentuk kepemilikan tunggal, partner yang mengelola bisnis secara
bersama-sama, investor individu yang membeli saham dalam perusahaan, atau
organisasi lain (Griffin, 2004: 78).
b. Dewan direksi adalah sekumpulan orang yang dipilih oleh para pemegang
saham untuk mengawasi manajemen perusahaan secara umum, sebagai
jaminan bahwa kepentingan para pemegang saham terpenuhi melalui
operasional perusahaan (Griffin, 2004: 79).
c. Karyawan merupakan elemen utama dari lingkungan internal perusahaan.
Karyawan adalah individu-individu yang dipekerjakan di perusahaan dan
diberi upah sesuai dengan pekerjaan yang didedikasikan pada perusahaan
(Griffin, 2004: 79).
d. Lingkungan kerja fisik adalah tempat/ruang dan pekerjaan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan organisasi (Griffin, 2004: 80). Dalam penelitian ini,
23
Universitas Kristen Petra
lingkungan kerja fisik yang dimaksud adalah pabrik PT. Manunggal Suko
Jaya, ruang kerja karyawan, mesin-mesin pengemasan, dan pekerjaan
melakukan pengemasan.
e. Budaya organisasi (organization culture) adalah serangkaian nilai, keyakinan,
perilaku, kebiasaan, dan sikap yang membantu seorang anggota organisasi
dalam memahami prinsip-prinsip yang dianut oleh organisasi tersebut,
bagaimana organisasi tersebut melakukan segala sesuatu, dan apa yang
dianggapnya penting (Deal dan Kennedy dalam Griffin, 2004: 162). Ketika
sebuah organisasi tumbuh, budayanya dimodifikasi, dibentuk, dan diperbaiki
oleh simbol-simbol, cerita-cerita, pahlawan-pahlawan, slogan-slogan, dan
perayaan-perayaan (Griffin, 2004: 165).
Menurut Fleisher dan Bensoussan (2007: 141), dalam kerangka analisis
SERVO, lingkungan eksternal perusahaan dibatasi pada keputusan yang dibuat
oleh para pemangku kepentingan (stakeholder) di luar perusahaan dan di luar
kendali eksekutif perusahaan yang dapat menimbulkan dampak signifikan
terhadap kinerja perusahaan. Lingkungan internal dibatasi pada pemangku
kepentingan (direktur, pengambil keputusan, dan karyawan), kekuatan, dan
kondisi di dalam perusahaan (fungsional dan budaya perusahaan serta praktik,
proses, struktur, dan sistem keorganisasian).
Selain pengelompokan lingkungan internal dan eksternal, Fleisher dan
Bensoussan (2007: 142) juga membagi unsur environment dalam empat
kelompok, yaitu lingkungan internal, lingkungan tugas, lingkungan industri, dan
lingkungan makro atau lingkungan umum. Lingkungan internal, lingkungan tugas,
dan lingkungan makro/umum telah dijelaskan sebelumnya. Lingkungan industri
berhubungan dengan faktor dan kekuatan lingkungan perusahaan yang memiliki
pengaruh besar terhadap kinerja perusahaan dan pesaingnya, meliputi rantai nilai
dari bahan mentah hingga layanan paska penjualan, termasuk periklanan yang
terkait dengan perusahaan.
2.3.4 R – Resource (Sumber Daya)
Sumber daya dalam perusahaan meliputi aset dan kemampuan yang
digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa di tengah pasar.
24
Universitas Kristen Petra
Analisa strategi harus mengurangi kerumitan yang terkait dengan sumber daya
perusahaan berikut: financial resources (sumber daya keuangan), human
resources (sumber daya manusia), physical resources (sumber daya berwujud),
dan intangible resources (sumber daya tak berwujud) (Fleisher dan Bensoussan,
2007: 142).
Pemeriksaan terhadap sumber daya keuangan meliputi penilaian sumber
daya yang tersedia, misalnya pinjaman bank, saldo kas, kreditur, modal awal,
modal berjalan, dan kemampuan untuk mengumpulkan dana baru. Strategi yang
membutuhkan investasi besar dapat memeras sumber daya finansial perusahaan,
sehingga membutuhkan pengelolaan keuangan yang baik (Fleisher dan
Bensoussan, 2007: 142).
Perubahan lingkungan akan berdampak pada perubahan strategi dan
perubahan keahlian sumber daya manusia perusahaan dalam menyikapi faktor
kunci kesuksesan yang baru. Untuk mencapai keberhasilan dalam perubahan
keorganisasian seringkali membutuhkan peningkatan investasi untuk
mengembangkan keahlian baru yang disertai dengan pengurangan investasi bagi
keahlian yang telah dimiliki dalam menjalankan model bisnis yang lama. Proses
transisi yang buruk dari keahlian lama menuju keahlian baru akan menghambat
perkembangan kondisi yang dibutuhkan untuk menumbuhkan keahlian baru
dalam hal keorganisasian (Fleisher dan Bensoussan, 2007: 143).
Landasan keuntungan kompetitif bergantung pada kompetensi inti dan
keahlian sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Penilaian terhadap sumber
daya manusia dalam kerangka SERVO menggali tentang keahlian-keahlian yang
telah dimiliki oleh perusahaan, kesanggupan sumber daya manusia yang tersedia
dalam mencapai tujuan strategi perusahaan, dan kemungkinan untuk
meningkatkan keahlian yang dimiliki oleh sumber daya manusia perusahaan
dalam memenuhi persyaratan-persyaratan baru yang dibutuhkan (Fleisher dan
Bensoussan, 2007: 143).
Sumber daya berwujud meliputi seluruh aset operasional perusahaan yang
terkait dengan kapabilitas fisik perusahaan untuk melaksanakan strateginya di
tengah pasar, yang sering disebut dengan PP&E (Plant, Property, and
Equipment), termasuk teknologi informasi dan fasilitas produksi. Sumber daya
25
Universitas Kristen Petra
berwujud yang termasuk dalam teknologi informasi adalah sistem informasi
manajemen, aset teknologi informasi, pusat data, dan integrasi sistem perusahaan
secara keseluruhan. Sumber daya yang termasuk dalam fasilitas produksi adalah
lokasi fasilitas produksi pada saat ini, kapasitas, kebutuhan investasi dan
perawatan, proses produksi yang sedang berjalan, kualitas, metode, dan
pengorganisasian proses produksi. Dalam analisis SERVO, peneliti harus
mempertimbangkan kebutuhan produksi manakah yang dapat dipenuhi oleh
fasilitas yang dimiliki saat ini untuk dapat melaksanakan strategi yang baru
(Fleisher dan Bensoussan, 2007: 143).
Dalam kerangka analisis SERVO, sumber daya tak berwujud yang
dipandang penting untuk diamati dan dinilai adalah merek (brand), niat baik
(goodwill), aset intelektual, dan reputasi. Kekuatan merek merupakan faktor kunci
yang menentukan keberhasilan strategi pengembangan bisnis. Niat baik
merupakan perbedaan antara nilai sumber daya tak berwujud dalam perusahaan
dengan nilai perusahaan secara aktual. Aset intelektual merujuk pada adanya
perlindungan bagi aset perusahaan dalam bentuk paten, merek dagang, dan hak
cipta. Reputasi merupakan representasi kolektif dari perilaku dan hasil tindakan
perusahaan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memberikan output
yang berharga dan bernilai pada para pemangku kepentingan perusahaan (Fleisher
dan Bensoussan, 2007: 143).
2.3.5 V – Value (Nilai)
Keputusan para eksekutif perusahaan selalu dipengaruhi oleh faktor
personal, kedudukan, dan situasi. Faktor personal mempengaruhi pemikiran, nilai,
dan kecenderungan para pengambil keputusan. Faktor kedudukan merupakan
refleksi dari harapan-harapan orang lain yang dibebankan pada pundak para
pengambil keputusan, yang terlihat dari tuntutan yang disampaikan pada para
pengambil keputusan tersebut. Faktor situasi terkait dengan permulaan dan waktu
yang dibutuhkan oleh seorang eksekutif dalam mengambil keputusan (Fleisher
dan Bensoussan, 2007: 144).
Nilai, atau value, adalah aspek manusiawi dari para pengambil keputusan
perusahaan. Nilai yang dimiliki oleh seorang eksekutif perusahaan akan tercermin
26
Universitas Kristen Petra
dari gaya manajerialnya, saat dituntut untuk mengambil sebuah keputusan bisnis.
Salah satu barometer paling penting atas sikap eksekutif perusahaan adalah cara
mereka menghabiskan waktu. Barometer penting lainnya adalah perilaku simbolis
yang dapat dipandang sebagai upaya eksekutif perusahaan yang dilakukan
berulang-ulang untuk menanamkan sistem nilai yang mendasar di tengah
perusahaan, sehingga nilai tersebut membudaya dalam perusahaan, dan sejalan
dengan kepentingan strategis pengambil keputusan (Fleisher dan Bensoussan,
2007: 144).
2.3.6 O – Organization (Organisasi)
Komponen organisasi yang utama dalam kerangka analisis SERVO adalah
budaya, kepemimpinan, kepegawaian, struktur, dan sistem. Budaya merupakan
hal yang unik, berbeda di setiap organisasi atau perusahaan. Budaya suatu
perusahaan merupakan cerminan dari karakter iklim kerja dan kepribadian
perusahaan tersebut. Budaya dibentuk oleh keyakinan, kepercayaan, sejarah,
tradisi, dan nilai organisasi.
Kepemimpinan merupakan peran keorganisasian yang terkait dengan
tindakan dan tingkah laku eksekutif perusahaan dan para pembuat keputusan
perusahaan dalam memotivasi pegawai untuk memberikan kinerja terbaiknya bagi
perusahaan.
Kepegawaian dalam analisis SERVO terkait dengan ketertarikan,
perkembangan, motivasi, pemeliharaan, dan pelatihan individual yang harus
dilaksanakan oleh perusahaan. Umumnya, tugas ini diemban oleh divisi SDM
perusahaan atau human resources department.
Struktur, dalam kerangka SERVO, merujuk pada alokasi dan pembagian
tanggung jawab dan penataan alur koordinasi dalam perusahaan yang umumnya
dipresentasikan dalam bentuk diagram struktural. Sistem menunjukkan alur
aktivitas yang penting bagi kegiatan perusahaan sehari-hari, meliputi proses inti
(misalnya pengembangan produk dan manajemen operasional), aktivitas
pendukung (misalnya sistem informasi, akuntansi, dan sumber daya manusia)
(Fleisher dan Bensoussan, 2007: 144 – 145).
27
Universitas Kristen Petra
2.4 Penelitian Terdahulu
Dalam lingkup internasional, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang
relevan dengan penelitian ini. Salah satunya adalah penelitian berjudul
“Developing Tangible Strategies“ oleh Weiss (2002). Jurnal penelitian Weiss
memberikan panduan bagi konsultan kerangka kerja strategi bisnis, atau bahkan
pelaku bisnis sendiri, dalam memajukan perusahaan melalui kombinasi antara
faktor manusia, teknis, dan bisnis.
Weiss mengamati beberapa tipologi dalam tantangan mendasar yang
umumnya ditemui oleh penyedia jasa inovasi. Hasil penelitian kualitatif ini
menyatakan bahwa konsultan strategi bisnis inovasi harus membantu pelaku
bisnis untuk mentransformasi konsep kreatif menjadi strategi yang berwujud,
sehingga ide-ide baru dapat tersampaikan kepada pasar dengan cara menunjukkan
keuntungan yang akan didapat oleh konsumen dan perusahaan. Terkait dengan
penelitian ini, jurnal tersebut dapat digunakan sebagai pembanding atau
rekomendasi bagi strategi pengembangan bisnis PT. Manunggal Suko Jaya.
Penelitian lain yang relevan adalah penelitian oleh Shin (2001), yang
bertajuk “Strategies for Competitive Advantage in Electronic Commerce”.
Penelitian tersebut merupakan evaluasi dan analisis terhadap strategi persaingan
yang ditetapkan di perusahaan e-commerce. Shin (2001: 164) menggunakan
model empat bauran pemasaran McCarthy dan model lima dorongan kompetitif
Porter untuk mengidentifikasi strategi yang digunakan perusahaan internet yang
memberikan respon pada lima dorongan kompetitif dan mencapai keuntungan
kompetitif. Metode yang digunakan oleh Shin dalam penelitian ini adalah studi
literatur atau analisis dokumen. Sebagai hasil penelitian, Shin memberikan empat
strategi bagi e-business untuk mendapatkan keuntungan kompetitif, yaitu strategi
product (produk), price (harga), promotion (promosi), dan place (tempat/lokasi).
Hasil yang diperoleh Penelitian Shin dapat mendukung penelitian ini dalam hal
mengarahkan peneliti pada jalur evaluasi yang standar, meskipun kerangka
analisis yang digunakan berbeda.
Sebuah penelitian berjudul “What is “Business Development”? – The
Case of Biotechnology”, yang ditulis oleh Sonja Kind dan Dodo zu Knyphausen-
Aufseβ (2007), membantu peneliti dalam merumuskan mengenai pengembangan
28
Universitas Kristen Petra
bisnis atau business development, sesuai dengan topik yang diusung dalam
penelitian ini. Kind dan Knyphausen-Aufseβ mengamati aktivitas keseharian
pengembangan bisnis dari industri bioteknologi di Jerman.
Kedua peneliti tesebut menggunakan desain penelitian kualitatif melalui
studi kasus, dimana data diperoleh melalui studi pustaka, wawancara, dan
pengamatan/observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan
bisnis merupakan contoh modern dari perencanaan strategis organisasi. Penelitian
ini memberikan gambaran mengenai cara kerja perusahaan bioteknologi dan
pelaksanaan strategi serta pengorganisasian dalam perusahaan bioteknologi.
2.5 Kerangka Berpikir
PT. Manunggal Suko Jaya terbilang muda dalam ranah bisnis pergulaan.
Meskipun demikian, perjalanan perusahaan hingga saat ini menunjukkan potensi
untuk terus berkembang, asalkan dilakukan perbaikan secara terus-menerus atas
strategi pengembangan bisnis perusahaan. Perbaikan atau pembenahan tersebut
harus didasarkan pada evaluasi menyeluruh terhadap situasi internal dan eksternal
perusahaan yang terkait dengan strategi pengembangan bisnis perusahaan.
Berdasarkan Gambar 2.3, untuk menyelenggarakan evaluasi terhadap
strategi pengembangan bisnis, pertama-tama perlu dilakukan identifikasi strategi
pengembangan bisnis yang sedang berjalan di PT. Manunggal Suko Jaya dalam
berbagai aspek, antara lain produksi, distribusi, sumber daya manusia, pemasaran,
keuangan, dan sebagainya. Proses identifikasi dilakukan melalui wawancara,
observasi terhadap operasional perusahaan, dan analisis dokumen. Tahap
identifikasi ini perlu dilakukan sebagai sumber informasi bagi proses evaluasi
strategi, dimana akan dilakukan pula pembandingan antara harapan perusahaan
dengan situasi aktual perusahaan, dalam kaitannya dengan strategi pengembangan
bisnis.
Berikutnya, digunakan analisis SERVO untuk mengevaluasi strategi
pengembangan bisnis yang diadopsi oleh PT. Manunggal Suko Jaya. Analisis
SERVO meliputi evaluasi menyeluruh terhadap lima komponen, yaitu strategy
(strategi), environment (lingkungan), resources (sumber daya), values (nilai), dan
29
Universitas Kristen Petra
organization (organisasi) untuk melihat kesesuaian strategis atau strategic fit
antara 5 elemen SERVO tersebut.
Dalam menerapkan analisis SERVO terdapat tiga tahapan. Pada tahap
pertama, peneliti melakukan evaluasi terhadap kinerja perusahaan. Pada tahap
kedua, dilakukan penilaian terhadap strategi berjalan, untuk melihat apakah perlu
dilakukan perubahan terhadap strategi yang sedang digunakan atau strategi
berjalan. Pedoman yang digunakan dalam penerapan SERVO tahap kedua adalah
SERVO grids. Pada tahap ketiga, peneliti mengembangkan dan mengevaluasi
alternatif strategi atau program yang dapat diaplikasikan dalam strategi
pengembangan bisnis perusahaan.
Kerangka pemikiran dalam penelitian tersebut dirangkum dalam bagan
yang disajikan dalam Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Evaluasi Strategi Pengembangan Bisnis
PT. Manunggal Suko Jaya
(Sumber: Peneliti, 2014)
Identifikasi strategi pengembangan bisnis PT. Manunggal Suko Jaya
Strategy Goals
Scope
Competitive basis
Business model
Resources Financial
Human
Physical
Intangible
Organization Budaya
Kepemimpinan
Kepegawaian
Struktur
Sistem Environment
Internal
Eksternal Value
Evaluasi kinerja Kesesuaian dengan tujuan internal/eksternal
Penilaian resiko/kerentanan perusahaan
Identifikasi strategi
Penilaian strategi
Diagnosa hubungan 5 elemen SERVO
Pengukuran fit dengan SERVO Grids
Pengembangan alternatif
Menciptakan pilihan perbaikan
Menyediakan proyeksi kinerja