Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dahulu dakwah dikenal sebagai gerakan yang melelahkan, terutama bagi
remaja, yang tidak bisa dipisahkan dari mimbar, mesjid, dll. Bagaimanapun,
seiring perkembangan waktu, latihan dakwah semakin memberikan perubahan
kritis dari jumlah peminat, strategi dan media yang digunakan tidak terbatas pada
podium saja. Hal ini tidak terlepas dari kemajuan zaman yang kini telah
memasuki masa inovasi data, sehingga selama perkuliahan kita dapat
memanfaatkan media yang lebih produktif dan sederhana. (Fitriyani, Nur, Uwoh
Saepuloh, 2019
Nassaruddin Latif mengatakan bahwa dakwah adalah gerakan dan usaha
yang diselesaikan baik lisan maupun tertulis dalam bentuk hard copy yang
diserukan, menyambut umat yang berbeda untuk menerima dan tunduk kepada
Allah sesuai dengan aqidah dan syariat Islamiyah. (Aziz, 2017).
Dakwah pada saat-saat seperti sekarang ini tidak cukup hanya disampaikan
secara lisan, yang latihan dan suasananya dilakukan dari satu ceramah ke ceramah
lainnya tanpa bantuan perangkat masa kini selain speaker dan mic masjid.
Ketimbang masa sekarang yang dikenal dengan korespondensi massal, dalam
perjalanan untuk mencapai tujuan dakwah, diperlukan sebuah media sebagai
perantara untuk menyampaikan pesan kepada khalayak yang homogen dan
heterogen. Pemanfaatan aparatur masa kini berusaha membuat individu mencapai
kemajuan dengan menciptakan berbagai media, dengan tujuan agar penyampaian
pesan politik, kesejahteraan, ketat dan lain-lain dapat dilakukan dalam sekejap.
Dalam bidang yang ketat, media berbasis web dianggap sebagai fitur
penyampaian pesan-pesan latihan Islam, seperti Facebook, Twitter, Instagram dan
YouTube. (Aisyah, Anih Ai, Tjetjep Fachruddin, 2019).
Salah satu media mutakhir yang memiliki sedikit manfaat, dan telah
dimanfaatkan sebagai media sosialisasi, khususnya film, film sebagai salah satu
inovasi kreasi korespondensi yang menikmati manfaat, baik dari sisi keahlian
maupun inovasi. Dilihat dari sisi dakwah, media film dengan berbagai manfaat
dan kualitasnya dalam mempengaruhi daerah di mana-mana seharusnya memiliki
pilihan untuk menjadi media dakwah yang menarik jika diawasi dan dimanfaatkan
secara ahli. Karena dakwah melalui media film memiliki kepentingan sosiologis
bagi daerah, mengingat sebagian besar pecinta film di Indonesia adalah Muslim.
Film juga menikmati manfaatnya sendiri dibandingkan dengan media lain,
dengan manfaat ini menjadi media penyebaran yang kuat, di mana pesan dapat
disampaikan kepada orang banyak dengan cara yang tidak mencolok, edukatif,
dan kontak tanpa merasa diremehkan. Ini setara dengan pelajaran Allah SWT.
Bahwa untuk menyampaikan pesan harus dilakukan secara qawlan syadidan,
khususnya pesan yang disampaikan dengan tepat, menyentuh, dan mengukir di
hati. Seperti yang dikemukakan oleh Onong Uchyana (Effendy, 2009) "film
adalah media korespondensi yang luar biasa, untuk pengalihan serta untuk data
dan pelatihan". Jakob Sumardjo dari fokus sekolah film dan TV mengungkapkan
bahwa film berjalan sebagai pertemuan dan kualitas yang dapat memenuhi
persyaratan mendalam, khususnya keunggulan dan supranatural.
Film adalah media yang pesan-pesannya dapat disampaikan kepada orang
banyak dengan cara yang bersahaja dan kontak tanpa mereka merasa seperti
sedang diinstruksikan. Sesuai dengan ajaran Allah SWT. Bahwa untuk
menyampaikan pesan harus dilakukan qaulan syadidan, khususnya pesan yang
disampaikan secara efektif, menyentuh dan mengukir di hati. Dengan karakter
yang dapat digarap sebagai qaulan syadi dan latihan dakwah melalui film,
dipercaya dapat mengantarkan pengamat pada pelajaran Islam yang dapat
menyelamatkan.
Film hari ini bersaing satu sama lain secara eksklusif untuk menonjol dan
menguntungkan dan sejumlah besar film ini berisi adegan yang tidak masuk akal
untuk ditinjau oleh anak di bawah umur. Disinilah syarat adanya pengarahan dan
pengawasan wali dalam memilih tampilan yang layak. Menariknya, banyak orang
yang akan menonton dalam jangka panjang merasa bahwa film tersebut hanyalah
pengalihan dan tidak fokus pada substansi dan manfaat yang ada di dalamnya.
Diera industri hiburan sekarang para produser kerap hanya mengikuti
pasar, jika penonton sedang menggandrui film bertema action maka seluruh
produser akan membuat film Action sebanyak-banyakya demi memenuhi
kebutuhan pasar, maka jika terlalu banyak film yang hanya berisikan hiburan
tanpa edukasi di seluruh layer lebar akan mengakibatkan dampak negative bagi
para penontonnya terutama untuk para generasi muda, mereka akan terbuai oleh
imajinasi tentang hal yang yang jauh dari ajran islam dan pengaruh budaya barat
lambat laun merubah karaktek generasi muda.
Bangsa Indonesia membutuhkan generasi yang teguh, moral yang baik
serta prisnsip yang kuat untuk kemajuan bangsanya. Indonesia merupakan salah
satu negara yang sangat menjungjung tinggi nilai moral yang sesuai denga nisi
Pancasila. Kebiasaan mengkonsumsi film yang memiliki moral yabng baik harus
diterapkan guna perkembangan tayangan film dapat lebih mendidik dan
berkualitas tinggi.
Di era yang semakin canggih seperti sekarang ini cara dalam
menyampaikan pesan dakwah haruslah menggunakan cara terbaru dan tidak bisa
hanya mengandalkan cara lama atau tradisional saja, karena setiap zaman akan
mendapatkan tantangannya tersendiri dan dibutuhkan sebuah solusi yang sesuai
zamannya, Ketika orang eropa menggunakan film untuk memberikan hiburan dan
propaganda mereka umat Muslim pun dapat menggunakan film untuk
menyebarkan ajaran Islam dan memberikan pelajaran sejarah dengan visualisai
yang mernarik agar generasi muda tidak melupakan dan memiliki imajinasi akan
era kemaasan Islam dimasa lampau.
Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan seseorang untuk
memengaruhi manusia lainnya. Kepemimpinan bukanlah suatu hal yang istimewa
melainkan merupakan suatu tanggung jawab. Islam mengsyari’atkan bahwa dalam
memilih seorang pemimpin haruslah seseorang yang dapat mencipatakan
Lingkungan ketat yang layak adalah memberi kesempatan kepada warganya untuk
menjalankan syariat Islam. Seorang perintis menurut pemikiran Islam harus
memiliki tanggung jawab dengan tujuan akhir untuk menyambut kerabatnya
untuk melakukan perintah ma'ruf nahi munkar dengan cerdik.
Serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” merupakan sebuah
tayangan yang menceritakan kesultanan Abdul Hamid pada masa Daullah
Utsmaniyyah. Serial ini ditulis oleh Osman Bodur dan Doğur Uzunok. Serial TV
ini dibuat di negara Turki dan tayangan ini rilis pada tanggal 24 Februari 2017
sampai sekarang, serial TV ini terdiri dari 138 episode dari 5 season.
Serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” merupakan serial tv yang
menarik perhatian saya untuk diteliti. Serial tv ini bercerita tenatang bagaimana
sultan Abdul Hamid diakhir era kepemimpinanya memimpin Daullah
Utsmaniyah serta menceritakan mengenai peristiwa-peristiwa penting yang terjadi
pada 13 tahun terakhir pemerintahan Sultan Abdul Hamid II. Adapun beberapa
peristiwa yang digambarkan dalam serial TV ini adalah bagaimana gesekan
politik dunia barat yang terus menerus menggerogoti akidah masyarakat Muslim
saat itu yang mendjadikan tantangan bagi Sultan Abdul Hamid II yang dimana
harus menahan gempuran dunia barat dan upaya pemberontakan dari dalam
kerjaan, Gesekan dengan bangsa eropa mulai Kembali memanas ketika Sultan
berencana untuk memulai proyek kereta api dari turki ke ke daerah Hijaz dengan
cita-cita agar masyarakat muslim eropa dapat dengan mudah menunaikan ibadah
haji dengan mudah, Sultan oun memberikan penawaran dkepada dua kerajaan
besara pada masa itu yaitu kerjaan Inggris dan kerjaan german untuk
menyelesaikan proyek besar tersebut.
Berangkat dari kisah diatas tentunya banyak representasi kepemimpinan
yang disajikan dalam serial tv ini. Dalam serial tv ini kepemimpinan Sultan Abdul
Hamid II digambarkan secara jelas seperti dalam adegan ketika Sultan Abdul
Hamid II memberikan kebebasan beragama kepada masyarakat non-muslim yang
berada di daerah kekuasaan Daullah Utsmaniyah.
Penulis memilih series ini dengan alasan series tersebut memiliki banyak
makna kepemimpinan dan akhlak mulia seorang pemimpin yang ideal, ditengah
Krisis kebijaksaan di sebuah negara, series ini diharapkan mampu memberikan
gambaran dan semnagat untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal seperti
Sultan Abdul Hamid II sang Khalifah terakhir umat islam, dengan mendapatkan
gambaran dan imajinasi akan hebatnya kepemimpinan Sultan Abdul Hamdi II
generasi muda umat Islam dapat memiliki contoh dan seorang idola bagi dirinya,
sudah cukup umat muslim meng idolakan bangsa barat, sudah saatnya umat islam
meng idolakan para orang-orang shaleh yang senantiasa bertaqwa kepada Allah
SWT dan menjalankan sunnah Rasulloh Saw.
Berdasarkan dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, peneliti
bermaksud akan mengkaji lebih dalam mengenai representasi kepemimpinan
Islam Sultan Abdul Hamid II dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid
II”. Adapun metode yang digunakan adalah analisis semiotika model Roland
Barthes dimana peneliti ingin melihat bagaimana tanda-tanda mengenai
kepemimpinan islam yang digambarkan dalam serial TV “The Last Emperor:
Abdul Hamid II”. Oleh kaerna itu, peneliti akan mengangkat judul “Representasi
Kepemimpinan Islam dalam Serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid
II” (Analisis Semiotika Roland Barthes)”.
B. Fokus Penelitian
Merujuk pada latar belakang yang telah diuraikan diatas peneliti
memfokuskan atau membatasi pada pesan tanda atau simbol dalam rangkaian
gambar atau adegan (scene) film yang mengandung representasi kepemimpinan
Islam yang ada pada serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” yang dimulai
dari episode 1 season 1 serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”
menggunakan analisis semiotik Roland Barthes. Adapun fokus penelitian ini
adalah
1. Adanya gambaran gaya kepemimpinan Sultan Abdul Hamid II
2. Menggambarkan keadaan Daulah Utsmaniyah pada masa
kepemimpinan Sultan Abdul Hamid II.
3. Cerita serial TV yang diangkat berdasarkan sejarah Daulah
Utsmaniyah
Dari fokus penelitian yang telah dijelaskan diatas maka dapat ditarik
rumusan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana representasi kepemimpinan Islam secara denotasi dalam serial
TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”?
2. Bagaimana representasi kepemimpinan Islam secara konotasi dalam serial
TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”?
3. Bagaimana representasi kepemimpinan Islam secara mitos dalam serial
TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana representasi kepemimpinan Islam secara
denotasi dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”.
2. Untuk mngetahui bagaimana representasi kepemimpinan Islam secara
konotasi dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”.
3. Untuk mengetahui bagaimana representasi kepemimpinan Islam secara
mitos dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Akademis
a. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah dan
komprehensif tentang representasi kepemimpinan Islam yang
terkandung dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”.
b. Diharapkan bisa dikembangkan dalam penelitian-penelitian
selanjutnya.
2. Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan penelitian ini dapat memberikan
informasi yang berguna bagi masyarakat.
b. Dapat menumbuh kembangkan apresiasi film yang mengandung
dan menyampaikan pesan-pesan yang positif
E. Landasan Pemikiran
1. Landasan Teoritis
a. Analisis Semiotik
Semiotika adalah bidang akademik yang didedikasikan untuk
mempelajari tanda-tanda. Sebuah tanda (misalnya, kata "kapal") dapat
dikenali dengan kehadiran bagian-bagian penyusunnya, yang dalam
teori semiotik berdasarkan Saussure, setidaknya, adalah penanda
(wadah, atau bentuk nyata tanda: huruf kapal ) dan penanda (makna
atau isi; gagasan yang disampaikan oleh penanda: 'kapal berukuran
besar untuk navigasi laut dalam').
Dengan konsep-konsep ini, semiotika umum memungkinkan kita
untuk menggambarkan sistem tanda apa pun: teks, gambar,
pertunjukan, produksi multimedia, sinyal lalu lintas, mode, kehidupan
sehari-hari, dll. Ada sistem semiotik khusus (untuk teks, gambar,
multimedia, dan sebagainya) yang mempertimbangkan kekhususan
setiap sistem tanda.
b. Analisis Teks Media Kualitatif
Analisis teks yang berfokus pada “teks media” tidak terbatas hanya
mengkaji teks berita, namun hampir semua produk jurnalistik media
massa (cetak dan elektronik) dan dapat dianalisis melalui pendekatan
analisis teks media dengan beragam macamnya. Ibrahim
mengungkapkan analisis tekstual adalah pembicaraan dan tafsir atas
makna budaya, termasuk kajian mengenai buku, film, atau program
televisi. Terdapat beberapa peralatan analisis untuk mendeskripsikan
makna teks yaitu psikoanalisis, strukturalisme, dan semiotika
(Mubaroq, 2020).
c. Analisis Pesan Dakwah
Analisis merupakan sebuah cara untuk mendapatkan suatu jalan
keluar dari suatu masalah yang terjadi. Pesan merupakan sesuatu yang
disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Pesan merupakan
sesuatu yang dapat dikomunikasikan dari satu orang kepada orang lain
secara individua tau kelompok dan berupa pemikiran, informasi, dan
penyataan sikap (Effendy, 2009).
Pesan dakwah yaitu isi yang efektif menyampaikan pesan kepada
penerima dakwah, pada dasarnya adalah materi dakwah Islam,
tergantung dari tujuan dakwah yang dicapai. Informasi dakwah tidak
lebih dari Islam, diperoleh dari Al-Quran dan Hadits sebagai sumber
informasi yang paling utama.
Adapun yang dimaksud analisis pesan dakwah yaitu suatu cara
yang digunakan untuk mengkaji sebuah informasi atau pesan yang
disampaikan oleh pendakwah (da’i) kepada penerima dakwah (mad’u)
yang berisikan mengenai ajaran Islam yang berasal dari Al-Quran dan
Hadits.
d. Program Serial TV
Program serial TV merupakan bagian dari program siaran TV.
Program Tv diproduksi untuk dikonsumsi pemirsa televisi. Secara
umum program televisi dibagi menjadi dua yaitu cerita dan non cerita.
Serial TV atau drama serial yaitu salah satu tipe drama yang
menggunakan karakter yang sama dalam sebuah cerita, yang
berepisode-episode panjangnya (Muda, 2003). Adapun minimal dari
episodenya adalah 13 episode, dan yang paling maksimalnya 104
episode. Drama serial terbagi menjadi 2 (dua) bentuk yaitu drama
serial yang ditayangkan secara mingguan (weekly) dan drama serial
yang ditayangkan secara harian (daily) atau stripping (Wirodono,
2006).
e. Film Dakwah
Dalam konteks film sebagai media komunikasi pesan-pesan
keagamaan inilah kemudian muncul istilah film dakwah. Suatu film
dapat dikatakan film dakwah karena didalamnya memuat pesan-pesan
keagaaman tertentu. Film dakwah dituntut mengombonasikan dakwah
dengan hiburan, ceramah dengan cerita, atau nilai-nilai syari’at
dengan imajinasi sehingga mampu berperan efektif dalam
menyampaikan pesan.
f. Kepemimpinan
Pemimpin berasal dari kata pimpin yang memiliki arti bimbing atau
tuntun. Pemimpin berarti seseorang yang memimpin, membimbing,
menuntun dan yang lainnya agar akhirnya dapat mengerjakan sendiri.
Menurut Sondang P. Siagian kepemimpinan memiliki arti suatu
keterampilan dan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
mempengaruhi orang lain, baik yang kedudukannya tinggi, setingkat,
atau yang lebih rendah darinya (Bahruddin, 1986).
Terkait kepemimpinan dalam Islam, bahasannya selalu merujuk
pada istilah khalifah atau yang memiliki arti wakil. Di Indonesia
khalifah bisa disebut dengan pemimpin formal baik ditingkat pusat,
daerah dan yang lainnya. Selain dari istilah khalifah pemimpin juga
dapat dikatakan sebagai Ulil Amri. Menurut masyarakat Islam Ulil
Amri merupak sosok seorang pemimpin yang memliki kedudukan
paling tinggi. Dalam perkembangannnya istilah Ulil Amri digunakan
sebagi sebutan para umara atau para eksekutif atau yang dapat
dikatakan sebagai birokrat. Selama para birokrat atau eksekutif tidak
menyeru kepada kemaksiatan dan menjalankan kepemimpinan sesuai
petunjuk Al-Quran dan hadits maka seorang pemimpin berhak
mendapatkan kepatuhan dari rakyatnya (Rahim, 1998).
2. Kerangka Konseptual
Sejalan dengan landasan pemikiran diatas maka peneliti memusatkan
perhatian pada kajian bagaimana representasi kepemimpinan Islam dalam
serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” secara denotasi, konotasi dan
mitos. Untuk memudahkan dalam penelitian ini, maka peneliti membuat
kerangka pemikiran sebagai berikut.
(dibuat oleh peneliti 2021)
Film lahir dari masyrakat yang terikat oleh dimensi kekinian dan kesinian
atau ruang dan waktu, dan kebudayaan dengan berbagai unsur-unsurnya.
Serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” merupakan sebuah serial TV
yang menggambarkan masa-masa terakhir berdirinya Daullah Utsmaniyyah
dan tentang kepemimpinan Sultan Abdul Hamid II.
Serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” ini dianalisis
menggunakan analisis semiotika Roland Barthes untuk mengetahui
representasi kepemimpinan Islam yang terkandung dalam filmnya. Adapun
cara yang digunakan untuk menganalisis representasi kepemimpinan Islam
Serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”
Analisis Semiotika Model Roland Barthes
Denotasi
Representasi Kepemimpinan Islam Dalam
Serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid
II”
Konotasi Mitos
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” adalah secara denotasi,
konotasi dan mitos.
3. Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan atau penelitian terdahulu merupakan langkah
yang dilakukan peneliti untuk mencari perbandingan yang selanjutnya akan
memberikan inspirasi, ini juga dapat membantu peneliti dalam memposisikan
penelitian juga dapat menunjukkan keaslian dari penelitian. Adapun
penelitian terdahulu yang dijadikan acuan perbandingan, antara lain:
1. Tiara Desta Arum (2016) Studi Ilmu Komunikasi dan Penyiaran
Islam Univeristas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
“Representasi Kepemimpinan Islam Dalam Talk Show “Makna &
Peristiwa” Di TV ONE”.
Penelitian ini membahas mengenai kepemimpinan Islam yang terdapat
dalam acara talk show pada siaran TV di TV ONE. Acara tersebut
dijadikan objek penelitian untuk mengetahui makna dari kepemimpinan
Islam yang terkandung dalam acara talk show tersebut. Adapun teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori naratif dari Walter Fisher.
Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan paradigma
konstruktivis dan metode analisis yang digunakan adalah metode analisis
semiotika model Charles Sander Peirce. Temuan yang dihasilkan adalah
bahwa makna kepemimpinan Islam salah satu karakternya adalah sosok
pemimpin yang ideal dan patut dipilih oleh umat Islam. Persamaan dengan
penelitian ini adalah fokus penelitiannya mengenai representasi
kepemimpinan Islam. perbedaan dengan penelitian ini adalah analisis
semiotika yang digunakan.
2. Dhita Elisa Apriyani (2019), Studi Ilmu Komunikasi Penyiaran
Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto,
“Kepemimpinan K.H. Ahmad dahlan Dalam Film “Sang Pencerah”
(Analisis semiotic Roland Barthes).
Objek penelitian dari penelitian ini adalah film “Sang Pencerah”
dimana penulis ingin mengetahui bagaimana cara K.H Ahmad Dahlan
Ketika memimpin yang digambarkan dalam film tersebut. Adapun Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis semiotika model Roland
Barthes, yaitu untuk mengetahui unsur konotasi, denotasi, dan mitos
kepemimpinan KH. Ahmad Dahlan dalam film “Sang Pencerah”.
Persamaan dengan penelitian ini adalah fokus penelitian membahas
mengenai kepemimpinan yang diceritakan dalam sebuah film serta teknik
analisis semiotika yang digunakan. Perbedaannya adalah objek yang
diteliti.
3. Rita Kurniawati (2017), Studi Komunikasi dan Penyiaran
Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, “Analisis
Semiotika Film The Visitor”
Objek penelitian dari penelitian ini adalah film “The Visitor” film
yang bercerita tentang imigran gelap yang ingin menetap di Amerika
Serikat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif dan deskriptif dengan metode analisis semiotika Roland
Barthes. Persamaan dengan penelitian ini adalah teknik analisis semiotika
yang digunakan yaitu analisis semiotika Roland Barthes. Perbedaanya
adalah mengenai objek yang diteliti.
No Nama
Peneliti
Judul Metode
Penelitian
Persamaan Perbedaa
n
1 Tiara
Desta
Arum
(2016)
Representasi
Kepemimpina
n Islam Dalam
Talk Show
“Makna &
Peristiwa” Di
TV ONE.
Pendekatan
kualitatif dan
paradigma
konstruktivis
. Metode
analisis
semiotika
model
Charles
Sander
Peirce
Membahas
mengenai
representasi
kepemimpina
n Islam
Analisis
semiotik
Charles
sander
Peirce
2 Dhita
Elisa
Apriyani
(2019)
Kepemimpina
n K.H. Ahmad
dahlan Dalam
Film “Sang
Pencerah”
(Analisis
semiotic
Roland
Barthes).
Pendekatan
kualitatif dan
metode
analisis
semiotika
model
Roland
Barthes
Analisis
semiotik yang
digunakan
adalah analisis
semiotik
Roland
Barthes
Objek
penelitian,
yaitu film
“Sang
Pencerah”
3 Rita
Kurniawat
i (2017)
Analisis
Semiotika
Film The
Visititor
Metode
Kualitatif
dan Dekriptif
Dengan
Metode
Analisis
Semiotika
Roland
Barthes
Analisis
semiotik yang
digunakan
adalah analisis
semiotik
Roland
Barthes
Tidak
mengkaji
perihal
kepemimpi
nan
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
(dibuat oleh peneliti 2021)
F. Langkah-langkah Penelitian
a. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui analisis semiotioka
Roland Barthes representasi kepemimpinan Islam dalam film. Adapun yang
menjadi objek penelitian ini adalah serial TV “The Last Emperor: Abdul
Hamid II”. Dimana serial TV ini menceritakan mengenai kepemimpinan
Abdul Hamid II sebagai Sultan terakhir Daullah Utsmaniyyah, series ini
menyajikan banyak sekali aspek pendidikan, agama, dan sejarah karena series
ini berdasarkan kisah nyata yang pernah terjadi pada saat masa-masa terakhir
berdirinya kesultanan Utsmani dimana banyak sekali konflik dan peristiwa-
peristiwa penting yang terjadi seperti konflik internal keluarga utsmani dan
konflik dengan negara-negara luar seperti inggris yang ingin sangat ingin
meruntuhkan kesultanan Utsmani dengan berbagai cara, series ini sangat
memperlihatkan kesholehan dan kearifan sultan Abdul Hamid II sebagai
pemimpin negara kepintaranya dalam menyelesaikan permasalahan baik
didalam keluarga kesultanan atau politik luar negeri sudah tidak diaragukan
lagi kebijakanya selalu melindungi umat muslim dari negara luar yang
mencoba menggangu tak jarang kebijkanya sangat berani sampai-sampai
membuat negara besar seperti Inggris dan Jerman ketakukan.
Kepribadian dan kesholehan Sultan Abdul Hamid II pun sangat patut
dicontoh dalam series ini, sebagai umat Islam yang mencintai sejarah dan
khazanah Islam dimasa lampau series ini sangat cocok dijadikan sebagai
media dakwah untuk muslimin dan muslimah dizaman sekarang.
b. Paradigma dan Pendekatan
Paradigma yaitu suatu kepercayaan atau prinsip dasar yang ada dalam diri
seseorang tentang pandangan dunia dan membentuk cara pandangnya
terhadap dunia (Wibowo, 2009). Paradigma merupakan sebuah cara pandang,
cara memaknai atau menginterpretasi, cara memahami, kerangka berfikir
yang memberikan arahan padan suatu tindakan. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan paradigma konstruktivis.
Paradigma konstruktivis berdasar pada pemikiran umum tentang teori-teori
yang dihasilkan oleh peneliti dan teoritis aliran konstruktivis. Little John
mengatakan bahwa teori-teori aliran ini berlandaskan pada ide bahwa relitas
bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksikan melalui proses
interaksi dalam kelompok, masyarakat, dan budaya.
Adapun peneliti memilih paradigma konstrukvitis adalah untuk melihat
tanda-tanda representasi kepemimpinan islam dalam serial TV “The Last
Emperor: Abdul Hamid II”
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Mantra dalam buku Moleong
(Siyoto, Sandu, 2015) pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Pendekatan kualitatif lebih menekankan pada
aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Pendekatan ini
biasanya menghngunakan teknik analisis untuk mengkaji suatu masalah.
Adapun peneliti memilih pendekatan kualitatif pada penelitian ini adalah
untuk membahas serta mengkaji lebih dalam mengenai representasi
kepemimpinan Islam dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”.
Dengan begitu peneliti dapat menemukan tanda-tanda dari representasi
kepemimpinan Islam secara denotasi, konotasi dan mitos dalam serial TV
“The Last Emperor: Abdul Hamid II”.
c. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika.
Semiotika merupakan sebuah disiplin ilmu yang mempelajari suatu tanda
(sign). Semiotika bertujuan untuk membedah hubungan antara tanda, symbol,
dan sutu makna. Model analisis semiotika yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis semiotik Roland Barthes. Dimana menurutnya tingkatan
makna itu terbagi menjadi tiga yaitu denotasi, konotasi dan mitos.
Makna denotasi merupkan apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah
objek. Sedangkan makna konotasi adalah bagaimana cara menggambarkan
interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari
pembaca serta nilai-nilai kebudayaannya. Mitos adalah bagaimana
kebudayaan menjelaskan beberapa aspek tentang realitas atau gelaja alam
(Wibowo, 2009).
Peneliti menggunakan analisis semiotika Roland Barthes adalah untuk
melihat tanda-tanda representasi kepemimpinan Islam dalam serial TV “The
Last Emperor: Abdul Hamid II”.
d. Jenis Data dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang terdapat pada penelitian ini adalah jenis data kualitatif
yaitu data yang tidak berbentuk angka. Data kualitatif tersebut berupa
data-data tentang komunikasi masa, representasi, dan kepemimpinan Islam
dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”.
2. Sumber Data
1) Sumber Data Primer
Sumber data yang menjadi rujukan utama dalam penelitian ini
adalah DVD dan streaming online serial TV “The Last Emperor:
Abdul Hamid II”. Adapun yang diteliti adalah season satu dari
serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” yaitu sebanyak 17
episode.
2) Sumber Data Sekunder
Sumber lain untuk melengkapi sumber data primer, buku-buku,
situs-situs terkait, resensi yang melengkapi dan berkaitan
dengan objek penelitian.
e. Unit Analisis
Unit analisis data merupakan satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai
subjek atau sasaran penelitian untuk dianalisis. Unit analisis suatu penelitian
dapat berupa benda, individu, kelompok, wilayah dan waktu tertentu sesuai
dengan fokus penelitian.
Unit analisis berguna sebagai sumber untuk mendapatkan sebuah data
untuk menggambarkan atau menjelaskan tentang Analisa. Dalam penelitian
ini objek anlisanya adalah serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”.
Unit analisis dalam penelitian ini yaitu berupa benda, dimana peneliti
memfokuskan penelitiannya pada dialog, Tindakan, setting/latar, dan ilustrasi
yang terdapat dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” untuk
mengetahui representasi kepemimpinan islam yang terkadung dalam film
tersebut.
Dengan adanya batasan pada subjek yang dikaji, ini diharapkan nanti tidak
akan melebar pada persoalan-persoalan yang jauh dari subjek yang telah
ditentukan. Pentingnya penentuan unit analisis adalah untuk validitasnya
terjaga.
Unit analisis yang dibahas pada penelitian ini adalah representasi
kepemimpinan islam dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”
serial TV ini merupakan sebuah tayangan tentang masa kepemimpinan Abdul
Hamid II di Turki atau Sultan Daulah Utmaniyyah. Serial TV ini sangat
menarik karena mengisahkan sejarah yang pernah terjadi dimasa lampau.
Serial TV ini juga mengisahkan bagaimana Sultan Abdul Hamid II dalam
memimpin negaranya.
f. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang digunakan peneliti
untuk mengumpulkan sebuah data. Pada penelitian ini peneliti menggunakan
Teknik studi dokumentasi dan studi kepustakaan.
1) Studi Dokumentasi
Yaitu dengan cara melakukan observasi terhadap scenario serial
TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” dan DVD dan streaming
online serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” sebagai sumber
primer untuk menemukan dan mengumpulkan data yang dibutuhkan.
2) Studi Kepustakaan
Yaitu dengan cara membaca dan mengkaji kepemimpinan Islam,
mengkaji buku, situs-situs terkait, dan resensi untuk mencari pijakan
teoritis terhadap penelitian dan landasan ilmiah yang berkaitan dengan
penelitian.
g. Teknik Penetuan Keabsahan Data
Teknik penentuan keabsahan data atau uji keabsahan data merupakan cara
pengujian data yang dilakukan pada penelitian kualitatif. Dalam
ujinkeabsahan data, peneliti menggunakan uji credibility (validitas internal)
atau uji keprecayaan terhadap hasil penelitian. uji keabsahan data perlu
dilakukan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu temuan atau data yang
dilaporkan peneliti dengan yang objek yang ditelitinya.
Dalam penelitian ini uji keabsahan datanya adalah meningkatkan
ketekunan. Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian
data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara
membaca berbagai referensi yang berkaitan dengan serial TV “The Last
Emperor: Abdul Hamid II”. Dengan membaca, maka wawasan penliti akan
semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data
yang akan ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.
h. Teknik Analisis Data
Untuk membatasi penelitian hingga menjadi data yang tersususn, maka
penulis menganalisis data yang telah diperoleh dalam penelitian ini,
kemudian dianalisis secara kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan secara
sistematis. Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis semiotik.
Semiotik memecahkan kandungan teks menjadi bagian-bagian, dan
menghubungkannya dengan wacana-wacan yang lebih luas. Analisis semiotic
menyajikan cara hubungan teks tertentu dengan sistem pesan dimana ia
beroperasi. Hal ini akan memebrikan konteks intelektual pada isi. Analisis
semiotic mengulas cara-cara beragam unsur teks bekerja sama dan
berinteraksi dengan pengetahuan kultural dan juga makna (Stokes, 2006).
Penelitian ini menggunakan analisis semiotik metode Roland Barthes.
Dalam hal ini tanda dimaknai secara denotasi, konotasi dan mitos, untuk
memperoleh gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relative
menyeluruh mencakup permasalahan yang diteliti.
Adapun tahap-tahap yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
yang pertama, peneliti melakukan tahap penandaan atau pemilihan tanda,
setelah melakukan pengamatan secara menyuluruh terhadap adegan-adegan
yang ada pada serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”. Peneliti akan
mereduksi serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” menjadi mimite-
mimite (sign). Proses pereduksian teks film hingga menjadi mimite ini
didasarkan pada tanda-tanda dominan yang merepresentasikan kepemimpinan
Islam dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”.
Tahap kedua yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tahap analisis
tanda. Pada tahap ini peneliti memokuskan pada usaha identifikasi sistem
penanda tingkat pertama dan tingkat kedua, serta mengidentifikasi kode-kode
sinematik dan tata Bahasa film apa saja yang digunakan dalam membentuk
sistem penanda tersebut.
Langkah selanjutnya yang dialkukan adalah, peneliti berusaha untuk
menentukan makna denotasi dan konotasi dalam serial TV “The Last
Emperor: Abdul Hamid II”. Dalam menetukan makan denotasi dan konotasi,
peneliti terlebih dahulu melakukan pengidentifikasian tanda-tanda sebagai
sebuah nilai yang yang mengandung makna kepemimpinan Islam dalam
serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”.
Setiap tanda dijabarkan pada tahap denotasi. Peneliti menjelaskan apa saja
yang menjadi penanda, petanda dan tanda dalam setiap tanda serial TV “The
Last Emperor: Abdul Hamid II” yang merepresentbasikan kepemimpinan
Islam. Penjelasan mengenai representasi kepemimpinan Islam akan
dijabarkan dam bentuk tabel visual berupa beberapa cut dari adegan, transkrip
dialog dan jenis-jenis shot.
Setelah itu peneliti melakukan analisis tanda, ini dilakukan dengan cara
memfokuskan pada shot yaitu shot yang menjelaskan situasi, kondisi,
ekspresi tokoh serta lingkungannya.
Selanjutnya peneliti melakukan tahap konotasi dengan melakukan
pemangatan pada konsep dan penandaan. Dan Langkah yang terakir dalah
peneliti akan melakukan inentifikasi mitos terhadap representasi
kepemimpinan Islam.
i. Jadwal Penelitian
Tabel 1.2 Jadwal Penelitian
No Tahapan Penelitian
2021
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Ju
n
Ju
l
Ags
Sep
Ok
t
1 Pengajuan Judul
2
Proposal Penelitian Disetujui
Oleh Sekretaris dan Ketua
Jurusan
3 Pelaksanaan SUPS
4 Pengajuan SK Skripsi
5 Sidang Komprehensif
6 Penyusunan Skripsi
7 Sidang Tahfidz
8 Bimbingan Skripsi
9 Sidang Skripsi
10 Wisuda