25
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dahulu dakwah dikenal sebagai gerakan yang melelahkan, terutama bagi remaja, yang tidak bisa dipisahkan dari mimbar, mesjid, dll. Bagaimanapun, seiring perkembangan waktu, latihan dakwah semakin memberikan perubahan kritis dari jumlah peminat, strategi dan media yang digunakan tidak terbatas pada podium saja. Hal ini tidak terlepas dari kemajuan zaman yang kini telah memasuki masa inovasi data, sehingga selama perkuliahan kita dapat memanfaatkan media yang lebih produktif dan sederhana. (Fitriyani, Nur, Uwoh Saepuloh, 2019 Nassaruddin Latif mengatakan bahwa dakwah adalah gerakan dan usaha yang diselesaikan baik lisan maupun tertulis dalam bentuk hard copy yang diserukan, menyambut umat yang berbeda untuk menerima dan tunduk kepada Allah sesuai dengan aqidah dan syariat Islamiyah. (Aziz, 2017). Dakwah pada saat-saat seperti sekarang ini tidak cukup hanya disampaikan secara lisan, yang latihan dan suasananya dilakukan dari satu ceramah ke ceramah lainnya tanpa bantuan perangkat masa kini selain speaker dan mic masjid. Ketimbang masa sekarang yang dikenal dengan korespondensi massal, dalam perjalanan untuk mencapai tujuan dakwah, diperlukan sebuah media sebagai perantara untuk menyampaikan pesan kepada khalayak yang homogen dan heterogen. Pemanfaatan aparatur masa kini berusaha membuat individu mencapai kemajuan dengan menciptakan berbagai media, dengan tujuan agar penyampaian

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dahulu dakwah dikenal sebagai gerakan yang melelahkan, terutama bagi

remaja, yang tidak bisa dipisahkan dari mimbar, mesjid, dll. Bagaimanapun,

seiring perkembangan waktu, latihan dakwah semakin memberikan perubahan

kritis dari jumlah peminat, strategi dan media yang digunakan tidak terbatas pada

podium saja. Hal ini tidak terlepas dari kemajuan zaman yang kini telah

memasuki masa inovasi data, sehingga selama perkuliahan kita dapat

memanfaatkan media yang lebih produktif dan sederhana. (Fitriyani, Nur, Uwoh

Saepuloh, 2019

Nassaruddin Latif mengatakan bahwa dakwah adalah gerakan dan usaha

yang diselesaikan baik lisan maupun tertulis dalam bentuk hard copy yang

diserukan, menyambut umat yang berbeda untuk menerima dan tunduk kepada

Allah sesuai dengan aqidah dan syariat Islamiyah. (Aziz, 2017).

Dakwah pada saat-saat seperti sekarang ini tidak cukup hanya disampaikan

secara lisan, yang latihan dan suasananya dilakukan dari satu ceramah ke ceramah

lainnya tanpa bantuan perangkat masa kini selain speaker dan mic masjid.

Ketimbang masa sekarang yang dikenal dengan korespondensi massal, dalam

perjalanan untuk mencapai tujuan dakwah, diperlukan sebuah media sebagai

perantara untuk menyampaikan pesan kepada khalayak yang homogen dan

heterogen. Pemanfaatan aparatur masa kini berusaha membuat individu mencapai

kemajuan dengan menciptakan berbagai media, dengan tujuan agar penyampaian

Page 2: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

pesan politik, kesejahteraan, ketat dan lain-lain dapat dilakukan dalam sekejap.

Dalam bidang yang ketat, media berbasis web dianggap sebagai fitur

penyampaian pesan-pesan latihan Islam, seperti Facebook, Twitter, Instagram dan

YouTube. (Aisyah, Anih Ai, Tjetjep Fachruddin, 2019).

Salah satu media mutakhir yang memiliki sedikit manfaat, dan telah

dimanfaatkan sebagai media sosialisasi, khususnya film, film sebagai salah satu

inovasi kreasi korespondensi yang menikmati manfaat, baik dari sisi keahlian

maupun inovasi. Dilihat dari sisi dakwah, media film dengan berbagai manfaat

dan kualitasnya dalam mempengaruhi daerah di mana-mana seharusnya memiliki

pilihan untuk menjadi media dakwah yang menarik jika diawasi dan dimanfaatkan

secara ahli. Karena dakwah melalui media film memiliki kepentingan sosiologis

bagi daerah, mengingat sebagian besar pecinta film di Indonesia adalah Muslim.

Film juga menikmati manfaatnya sendiri dibandingkan dengan media lain,

dengan manfaat ini menjadi media penyebaran yang kuat, di mana pesan dapat

disampaikan kepada orang banyak dengan cara yang tidak mencolok, edukatif,

dan kontak tanpa merasa diremehkan. Ini setara dengan pelajaran Allah SWT.

Bahwa untuk menyampaikan pesan harus dilakukan secara qawlan syadidan,

khususnya pesan yang disampaikan dengan tepat, menyentuh, dan mengukir di

hati. Seperti yang dikemukakan oleh Onong Uchyana (Effendy, 2009) "film

adalah media korespondensi yang luar biasa, untuk pengalihan serta untuk data

dan pelatihan". Jakob Sumardjo dari fokus sekolah film dan TV mengungkapkan

bahwa film berjalan sebagai pertemuan dan kualitas yang dapat memenuhi

persyaratan mendalam, khususnya keunggulan dan supranatural.

Page 3: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Film adalah media yang pesan-pesannya dapat disampaikan kepada orang

banyak dengan cara yang bersahaja dan kontak tanpa mereka merasa seperti

sedang diinstruksikan. Sesuai dengan ajaran Allah SWT. Bahwa untuk

menyampaikan pesan harus dilakukan qaulan syadidan, khususnya pesan yang

disampaikan secara efektif, menyentuh dan mengukir di hati. Dengan karakter

yang dapat digarap sebagai qaulan syadi dan latihan dakwah melalui film,

dipercaya dapat mengantarkan pengamat pada pelajaran Islam yang dapat

menyelamatkan.

Film hari ini bersaing satu sama lain secara eksklusif untuk menonjol dan

menguntungkan dan sejumlah besar film ini berisi adegan yang tidak masuk akal

untuk ditinjau oleh anak di bawah umur. Disinilah syarat adanya pengarahan dan

pengawasan wali dalam memilih tampilan yang layak. Menariknya, banyak orang

yang akan menonton dalam jangka panjang merasa bahwa film tersebut hanyalah

pengalihan dan tidak fokus pada substansi dan manfaat yang ada di dalamnya.

Diera industri hiburan sekarang para produser kerap hanya mengikuti

pasar, jika penonton sedang menggandrui film bertema action maka seluruh

produser akan membuat film Action sebanyak-banyakya demi memenuhi

kebutuhan pasar, maka jika terlalu banyak film yang hanya berisikan hiburan

tanpa edukasi di seluruh layer lebar akan mengakibatkan dampak negative bagi

para penontonnya terutama untuk para generasi muda, mereka akan terbuai oleh

imajinasi tentang hal yang yang jauh dari ajran islam dan pengaruh budaya barat

lambat laun merubah karaktek generasi muda.

Page 4: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Bangsa Indonesia membutuhkan generasi yang teguh, moral yang baik

serta prisnsip yang kuat untuk kemajuan bangsanya. Indonesia merupakan salah

satu negara yang sangat menjungjung tinggi nilai moral yang sesuai denga nisi

Pancasila. Kebiasaan mengkonsumsi film yang memiliki moral yabng baik harus

diterapkan guna perkembangan tayangan film dapat lebih mendidik dan

berkualitas tinggi.

Di era yang semakin canggih seperti sekarang ini cara dalam

menyampaikan pesan dakwah haruslah menggunakan cara terbaru dan tidak bisa

hanya mengandalkan cara lama atau tradisional saja, karena setiap zaman akan

mendapatkan tantangannya tersendiri dan dibutuhkan sebuah solusi yang sesuai

zamannya, Ketika orang eropa menggunakan film untuk memberikan hiburan dan

propaganda mereka umat Muslim pun dapat menggunakan film untuk

menyebarkan ajaran Islam dan memberikan pelajaran sejarah dengan visualisai

yang mernarik agar generasi muda tidak melupakan dan memiliki imajinasi akan

era kemaasan Islam dimasa lampau.

Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan seseorang untuk

memengaruhi manusia lainnya. Kepemimpinan bukanlah suatu hal yang istimewa

melainkan merupakan suatu tanggung jawab. Islam mengsyari’atkan bahwa dalam

memilih seorang pemimpin haruslah seseorang yang dapat mencipatakan

Lingkungan ketat yang layak adalah memberi kesempatan kepada warganya untuk

menjalankan syariat Islam. Seorang perintis menurut pemikiran Islam harus

memiliki tanggung jawab dengan tujuan akhir untuk menyambut kerabatnya

untuk melakukan perintah ma'ruf nahi munkar dengan cerdik.

Page 5: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” merupakan sebuah

tayangan yang menceritakan kesultanan Abdul Hamid pada masa Daullah

Utsmaniyyah. Serial ini ditulis oleh Osman Bodur dan Doğur Uzunok. Serial TV

ini dibuat di negara Turki dan tayangan ini rilis pada tanggal 24 Februari 2017

sampai sekarang, serial TV ini terdiri dari 138 episode dari 5 season.

Serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” merupakan serial tv yang

menarik perhatian saya untuk diteliti. Serial tv ini bercerita tenatang bagaimana

sultan Abdul Hamid diakhir era kepemimpinanya memimpin Daullah

Utsmaniyah serta menceritakan mengenai peristiwa-peristiwa penting yang terjadi

pada 13 tahun terakhir pemerintahan Sultan Abdul Hamid II. Adapun beberapa

peristiwa yang digambarkan dalam serial TV ini adalah bagaimana gesekan

politik dunia barat yang terus menerus menggerogoti akidah masyarakat Muslim

saat itu yang mendjadikan tantangan bagi Sultan Abdul Hamid II yang dimana

harus menahan gempuran dunia barat dan upaya pemberontakan dari dalam

kerjaan, Gesekan dengan bangsa eropa mulai Kembali memanas ketika Sultan

berencana untuk memulai proyek kereta api dari turki ke ke daerah Hijaz dengan

cita-cita agar masyarakat muslim eropa dapat dengan mudah menunaikan ibadah

haji dengan mudah, Sultan oun memberikan penawaran dkepada dua kerajaan

besara pada masa itu yaitu kerjaan Inggris dan kerjaan german untuk

menyelesaikan proyek besar tersebut.

Berangkat dari kisah diatas tentunya banyak representasi kepemimpinan

yang disajikan dalam serial tv ini. Dalam serial tv ini kepemimpinan Sultan Abdul

Hamid II digambarkan secara jelas seperti dalam adegan ketika Sultan Abdul

Page 6: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Hamid II memberikan kebebasan beragama kepada masyarakat non-muslim yang

berada di daerah kekuasaan Daullah Utsmaniyah.

Penulis memilih series ini dengan alasan series tersebut memiliki banyak

makna kepemimpinan dan akhlak mulia seorang pemimpin yang ideal, ditengah

Krisis kebijaksaan di sebuah negara, series ini diharapkan mampu memberikan

gambaran dan semnagat untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal seperti

Sultan Abdul Hamid II sang Khalifah terakhir umat islam, dengan mendapatkan

gambaran dan imajinasi akan hebatnya kepemimpinan Sultan Abdul Hamdi II

generasi muda umat Islam dapat memiliki contoh dan seorang idola bagi dirinya,

sudah cukup umat muslim meng idolakan bangsa barat, sudah saatnya umat islam

meng idolakan para orang-orang shaleh yang senantiasa bertaqwa kepada Allah

SWT dan menjalankan sunnah Rasulloh Saw.

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, peneliti

bermaksud akan mengkaji lebih dalam mengenai representasi kepemimpinan

Islam Sultan Abdul Hamid II dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid

II”. Adapun metode yang digunakan adalah analisis semiotika model Roland

Barthes dimana peneliti ingin melihat bagaimana tanda-tanda mengenai

kepemimpinan islam yang digambarkan dalam serial TV “The Last Emperor:

Abdul Hamid II”. Oleh kaerna itu, peneliti akan mengangkat judul “Representasi

Kepemimpinan Islam dalam Serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid

II” (Analisis Semiotika Roland Barthes)”.

Page 7: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

B. Fokus Penelitian

Merujuk pada latar belakang yang telah diuraikan diatas peneliti

memfokuskan atau membatasi pada pesan tanda atau simbol dalam rangkaian

gambar atau adegan (scene) film yang mengandung representasi kepemimpinan

Islam yang ada pada serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” yang dimulai

dari episode 1 season 1 serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”

menggunakan analisis semiotik Roland Barthes. Adapun fokus penelitian ini

adalah

1. Adanya gambaran gaya kepemimpinan Sultan Abdul Hamid II

2. Menggambarkan keadaan Daulah Utsmaniyah pada masa

kepemimpinan Sultan Abdul Hamid II.

3. Cerita serial TV yang diangkat berdasarkan sejarah Daulah

Utsmaniyah

Dari fokus penelitian yang telah dijelaskan diatas maka dapat ditarik

rumusan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana representasi kepemimpinan Islam secara denotasi dalam serial

TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”?

2. Bagaimana representasi kepemimpinan Islam secara konotasi dalam serial

TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”?

3. Bagaimana representasi kepemimpinan Islam secara mitos dalam serial

TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”?

Page 8: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana representasi kepemimpinan Islam secara

denotasi dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”.

2. Untuk mngetahui bagaimana representasi kepemimpinan Islam secara

konotasi dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”.

3. Untuk mengetahui bagaimana representasi kepemimpinan Islam secara

mitos dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Akademis

a. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah dan

komprehensif tentang representasi kepemimpinan Islam yang

terkandung dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”.

b. Diharapkan bisa dikembangkan dalam penelitian-penelitian

selanjutnya.

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan penelitian ini dapat memberikan

informasi yang berguna bagi masyarakat.

b. Dapat menumbuh kembangkan apresiasi film yang mengandung

dan menyampaikan pesan-pesan yang positif

Page 9: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

E. Landasan Pemikiran

1. Landasan Teoritis

a. Analisis Semiotik

Semiotika adalah bidang akademik yang didedikasikan untuk

mempelajari tanda-tanda. Sebuah tanda (misalnya, kata "kapal") dapat

dikenali dengan kehadiran bagian-bagian penyusunnya, yang dalam

teori semiotik berdasarkan Saussure, setidaknya, adalah penanda

(wadah, atau bentuk nyata tanda: huruf kapal ) dan penanda (makna

atau isi; gagasan yang disampaikan oleh penanda: 'kapal berukuran

besar untuk navigasi laut dalam').

Dengan konsep-konsep ini, semiotika umum memungkinkan kita

untuk menggambarkan sistem tanda apa pun: teks, gambar,

pertunjukan, produksi multimedia, sinyal lalu lintas, mode, kehidupan

sehari-hari, dll. Ada sistem semiotik khusus (untuk teks, gambar,

multimedia, dan sebagainya) yang mempertimbangkan kekhususan

setiap sistem tanda.

b. Analisis Teks Media Kualitatif

Analisis teks yang berfokus pada “teks media” tidak terbatas hanya

mengkaji teks berita, namun hampir semua produk jurnalistik media

massa (cetak dan elektronik) dan dapat dianalisis melalui pendekatan

analisis teks media dengan beragam macamnya. Ibrahim

mengungkapkan analisis tekstual adalah pembicaraan dan tafsir atas

Page 10: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

makna budaya, termasuk kajian mengenai buku, film, atau program

televisi. Terdapat beberapa peralatan analisis untuk mendeskripsikan

makna teks yaitu psikoanalisis, strukturalisme, dan semiotika

(Mubaroq, 2020).

c. Analisis Pesan Dakwah

Analisis merupakan sebuah cara untuk mendapatkan suatu jalan

keluar dari suatu masalah yang terjadi. Pesan merupakan sesuatu yang

disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Pesan merupakan

sesuatu yang dapat dikomunikasikan dari satu orang kepada orang lain

secara individua tau kelompok dan berupa pemikiran, informasi, dan

penyataan sikap (Effendy, 2009).

Pesan dakwah yaitu isi yang efektif menyampaikan pesan kepada

penerima dakwah, pada dasarnya adalah materi dakwah Islam,

tergantung dari tujuan dakwah yang dicapai. Informasi dakwah tidak

lebih dari Islam, diperoleh dari Al-Quran dan Hadits sebagai sumber

informasi yang paling utama.

Adapun yang dimaksud analisis pesan dakwah yaitu suatu cara

yang digunakan untuk mengkaji sebuah informasi atau pesan yang

disampaikan oleh pendakwah (da’i) kepada penerima dakwah (mad’u)

yang berisikan mengenai ajaran Islam yang berasal dari Al-Quran dan

Hadits.

Page 11: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

d. Program Serial TV

Program serial TV merupakan bagian dari program siaran TV.

Program Tv diproduksi untuk dikonsumsi pemirsa televisi. Secara

umum program televisi dibagi menjadi dua yaitu cerita dan non cerita.

Serial TV atau drama serial yaitu salah satu tipe drama yang

menggunakan karakter yang sama dalam sebuah cerita, yang

berepisode-episode panjangnya (Muda, 2003). Adapun minimal dari

episodenya adalah 13 episode, dan yang paling maksimalnya 104

episode. Drama serial terbagi menjadi 2 (dua) bentuk yaitu drama

serial yang ditayangkan secara mingguan (weekly) dan drama serial

yang ditayangkan secara harian (daily) atau stripping (Wirodono,

2006).

e. Film Dakwah

Dalam konteks film sebagai media komunikasi pesan-pesan

keagamaan inilah kemudian muncul istilah film dakwah. Suatu film

dapat dikatakan film dakwah karena didalamnya memuat pesan-pesan

keagaaman tertentu. Film dakwah dituntut mengombonasikan dakwah

dengan hiburan, ceramah dengan cerita, atau nilai-nilai syari’at

dengan imajinasi sehingga mampu berperan efektif dalam

menyampaikan pesan.

f. Kepemimpinan

Pemimpin berasal dari kata pimpin yang memiliki arti bimbing atau

tuntun. Pemimpin berarti seseorang yang memimpin, membimbing,

Page 12: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

menuntun dan yang lainnya agar akhirnya dapat mengerjakan sendiri.

Menurut Sondang P. Siagian kepemimpinan memiliki arti suatu

keterampilan dan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

mempengaruhi orang lain, baik yang kedudukannya tinggi, setingkat,

atau yang lebih rendah darinya (Bahruddin, 1986).

Terkait kepemimpinan dalam Islam, bahasannya selalu merujuk

pada istilah khalifah atau yang memiliki arti wakil. Di Indonesia

khalifah bisa disebut dengan pemimpin formal baik ditingkat pusat,

daerah dan yang lainnya. Selain dari istilah khalifah pemimpin juga

dapat dikatakan sebagai Ulil Amri. Menurut masyarakat Islam Ulil

Amri merupak sosok seorang pemimpin yang memliki kedudukan

paling tinggi. Dalam perkembangannnya istilah Ulil Amri digunakan

sebagi sebutan para umara atau para eksekutif atau yang dapat

dikatakan sebagai birokrat. Selama para birokrat atau eksekutif tidak

menyeru kepada kemaksiatan dan menjalankan kepemimpinan sesuai

petunjuk Al-Quran dan hadits maka seorang pemimpin berhak

mendapatkan kepatuhan dari rakyatnya (Rahim, 1998).

2. Kerangka Konseptual

Sejalan dengan landasan pemikiran diatas maka peneliti memusatkan

perhatian pada kajian bagaimana representasi kepemimpinan Islam dalam

serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” secara denotasi, konotasi dan

mitos. Untuk memudahkan dalam penelitian ini, maka peneliti membuat

kerangka pemikiran sebagai berikut.

Page 13: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

(dibuat oleh peneliti 2021)

Film lahir dari masyrakat yang terikat oleh dimensi kekinian dan kesinian

atau ruang dan waktu, dan kebudayaan dengan berbagai unsur-unsurnya.

Serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” merupakan sebuah serial TV

yang menggambarkan masa-masa terakhir berdirinya Daullah Utsmaniyyah

dan tentang kepemimpinan Sultan Abdul Hamid II.

Serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” ini dianalisis

menggunakan analisis semiotika Roland Barthes untuk mengetahui

representasi kepemimpinan Islam yang terkandung dalam filmnya. Adapun

cara yang digunakan untuk menganalisis representasi kepemimpinan Islam

Serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”

Analisis Semiotika Model Roland Barthes

Denotasi

Representasi Kepemimpinan Islam Dalam

Serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid

II”

Konotasi Mitos

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Page 14: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” adalah secara denotasi,

konotasi dan mitos.

3. Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan atau penelitian terdahulu merupakan langkah

yang dilakukan peneliti untuk mencari perbandingan yang selanjutnya akan

memberikan inspirasi, ini juga dapat membantu peneliti dalam memposisikan

penelitian juga dapat menunjukkan keaslian dari penelitian. Adapun

penelitian terdahulu yang dijadikan acuan perbandingan, antara lain:

1. Tiara Desta Arum (2016) Studi Ilmu Komunikasi dan Penyiaran

Islam Univeristas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

“Representasi Kepemimpinan Islam Dalam Talk Show “Makna &

Peristiwa” Di TV ONE”.

Penelitian ini membahas mengenai kepemimpinan Islam yang terdapat

dalam acara talk show pada siaran TV di TV ONE. Acara tersebut

dijadikan objek penelitian untuk mengetahui makna dari kepemimpinan

Islam yang terkandung dalam acara talk show tersebut. Adapun teori yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teori naratif dari Walter Fisher.

Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan paradigma

konstruktivis dan metode analisis yang digunakan adalah metode analisis

semiotika model Charles Sander Peirce. Temuan yang dihasilkan adalah

bahwa makna kepemimpinan Islam salah satu karakternya adalah sosok

pemimpin yang ideal dan patut dipilih oleh umat Islam. Persamaan dengan

Page 15: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

penelitian ini adalah fokus penelitiannya mengenai representasi

kepemimpinan Islam. perbedaan dengan penelitian ini adalah analisis

semiotika yang digunakan.

2. Dhita Elisa Apriyani (2019), Studi Ilmu Komunikasi Penyiaran

Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto,

“Kepemimpinan K.H. Ahmad dahlan Dalam Film “Sang Pencerah”

(Analisis semiotic Roland Barthes).

Objek penelitian dari penelitian ini adalah film “Sang Pencerah”

dimana penulis ingin mengetahui bagaimana cara K.H Ahmad Dahlan

Ketika memimpin yang digambarkan dalam film tersebut. Adapun Teknik

analisis data yang digunakan adalah analisis semiotika model Roland

Barthes, yaitu untuk mengetahui unsur konotasi, denotasi, dan mitos

kepemimpinan KH. Ahmad Dahlan dalam film “Sang Pencerah”.

Persamaan dengan penelitian ini adalah fokus penelitian membahas

mengenai kepemimpinan yang diceritakan dalam sebuah film serta teknik

analisis semiotika yang digunakan. Perbedaannya adalah objek yang

diteliti.

3. Rita Kurniawati (2017), Studi Komunikasi dan Penyiaran

Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, “Analisis

Semiotika Film The Visitor”

Objek penelitian dari penelitian ini adalah film “The Visitor” film

yang bercerita tentang imigran gelap yang ingin menetap di Amerika

Serikat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Page 16: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

metode kualitatif dan deskriptif dengan metode analisis semiotika Roland

Barthes. Persamaan dengan penelitian ini adalah teknik analisis semiotika

yang digunakan yaitu analisis semiotika Roland Barthes. Perbedaanya

adalah mengenai objek yang diteliti.

No Nama

Peneliti

Judul Metode

Penelitian

Persamaan Perbedaa

n

1 Tiara

Desta

Arum

(2016)

Representasi

Kepemimpina

n Islam Dalam

Talk Show

“Makna &

Peristiwa” Di

TV ONE.

Pendekatan

kualitatif dan

paradigma

konstruktivis

. Metode

analisis

semiotika

model

Charles

Sander

Peirce

Membahas

mengenai

representasi

kepemimpina

n Islam

Analisis

semiotik

Charles

sander

Peirce

2 Dhita

Elisa

Apriyani

(2019)

Kepemimpina

n K.H. Ahmad

dahlan Dalam

Film “Sang

Pencerah”

(Analisis

semiotic

Roland

Barthes).

Pendekatan

kualitatif dan

metode

analisis

semiotika

model

Roland

Barthes

Analisis

semiotik yang

digunakan

adalah analisis

semiotik

Roland

Barthes

Objek

penelitian,

yaitu film

“Sang

Pencerah”

3 Rita

Kurniawat

i (2017)

Analisis

Semiotika

Film The

Visititor

Metode

Kualitatif

dan Dekriptif

Dengan

Metode

Analisis

Semiotika

Roland

Barthes

Analisis

semiotik yang

digunakan

adalah analisis

semiotik

Roland

Barthes

Tidak

mengkaji

perihal

kepemimpi

nan

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

(dibuat oleh peneliti 2021)

Page 17: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

F. Langkah-langkah Penelitian

a. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui analisis semiotioka

Roland Barthes representasi kepemimpinan Islam dalam film. Adapun yang

menjadi objek penelitian ini adalah serial TV “The Last Emperor: Abdul

Hamid II”. Dimana serial TV ini menceritakan mengenai kepemimpinan

Abdul Hamid II sebagai Sultan terakhir Daullah Utsmaniyyah, series ini

menyajikan banyak sekali aspek pendidikan, agama, dan sejarah karena series

ini berdasarkan kisah nyata yang pernah terjadi pada saat masa-masa terakhir

berdirinya kesultanan Utsmani dimana banyak sekali konflik dan peristiwa-

peristiwa penting yang terjadi seperti konflik internal keluarga utsmani dan

konflik dengan negara-negara luar seperti inggris yang ingin sangat ingin

meruntuhkan kesultanan Utsmani dengan berbagai cara, series ini sangat

memperlihatkan kesholehan dan kearifan sultan Abdul Hamid II sebagai

pemimpin negara kepintaranya dalam menyelesaikan permasalahan baik

didalam keluarga kesultanan atau politik luar negeri sudah tidak diaragukan

lagi kebijakanya selalu melindungi umat muslim dari negara luar yang

mencoba menggangu tak jarang kebijkanya sangat berani sampai-sampai

membuat negara besar seperti Inggris dan Jerman ketakukan.

Kepribadian dan kesholehan Sultan Abdul Hamid II pun sangat patut

dicontoh dalam series ini, sebagai umat Islam yang mencintai sejarah dan

khazanah Islam dimasa lampau series ini sangat cocok dijadikan sebagai

media dakwah untuk muslimin dan muslimah dizaman sekarang.

Page 18: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

b. Paradigma dan Pendekatan

Paradigma yaitu suatu kepercayaan atau prinsip dasar yang ada dalam diri

seseorang tentang pandangan dunia dan membentuk cara pandangnya

terhadap dunia (Wibowo, 2009). Paradigma merupakan sebuah cara pandang,

cara memaknai atau menginterpretasi, cara memahami, kerangka berfikir

yang memberikan arahan padan suatu tindakan. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan paradigma konstruktivis.

Paradigma konstruktivis berdasar pada pemikiran umum tentang teori-teori

yang dihasilkan oleh peneliti dan teoritis aliran konstruktivis. Little John

mengatakan bahwa teori-teori aliran ini berlandaskan pada ide bahwa relitas

bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksikan melalui proses

interaksi dalam kelompok, masyarakat, dan budaya.

Adapun peneliti memilih paradigma konstrukvitis adalah untuk melihat

tanda-tanda representasi kepemimpinan islam dalam serial TV “The Last

Emperor: Abdul Hamid II”

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Mantra dalam buku Moleong

(Siyoto, Sandu, 2015) pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati. Pendekatan kualitatif lebih menekankan pada

aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Pendekatan ini

biasanya menghngunakan teknik analisis untuk mengkaji suatu masalah.

Page 19: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Adapun peneliti memilih pendekatan kualitatif pada penelitian ini adalah

untuk membahas serta mengkaji lebih dalam mengenai representasi

kepemimpinan Islam dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”.

Dengan begitu peneliti dapat menemukan tanda-tanda dari representasi

kepemimpinan Islam secara denotasi, konotasi dan mitos dalam serial TV

“The Last Emperor: Abdul Hamid II”.

c. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika.

Semiotika merupakan sebuah disiplin ilmu yang mempelajari suatu tanda

(sign). Semiotika bertujuan untuk membedah hubungan antara tanda, symbol,

dan sutu makna. Model analisis semiotika yang digunakan dalam penelitian

ini adalah analisis semiotik Roland Barthes. Dimana menurutnya tingkatan

makna itu terbagi menjadi tiga yaitu denotasi, konotasi dan mitos.

Makna denotasi merupkan apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah

objek. Sedangkan makna konotasi adalah bagaimana cara menggambarkan

interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari

pembaca serta nilai-nilai kebudayaannya. Mitos adalah bagaimana

kebudayaan menjelaskan beberapa aspek tentang realitas atau gelaja alam

(Wibowo, 2009).

Peneliti menggunakan analisis semiotika Roland Barthes adalah untuk

melihat tanda-tanda representasi kepemimpinan Islam dalam serial TV “The

Last Emperor: Abdul Hamid II”.

Page 20: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

d. Jenis Data dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang terdapat pada penelitian ini adalah jenis data kualitatif

yaitu data yang tidak berbentuk angka. Data kualitatif tersebut berupa

data-data tentang komunikasi masa, representasi, dan kepemimpinan Islam

dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”.

2. Sumber Data

1) Sumber Data Primer

Sumber data yang menjadi rujukan utama dalam penelitian ini

adalah DVD dan streaming online serial TV “The Last Emperor:

Abdul Hamid II”. Adapun yang diteliti adalah season satu dari

serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” yaitu sebanyak 17

episode.

2) Sumber Data Sekunder

Sumber lain untuk melengkapi sumber data primer, buku-buku,

situs-situs terkait, resensi yang melengkapi dan berkaitan

dengan objek penelitian.

e. Unit Analisis

Unit analisis data merupakan satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai

subjek atau sasaran penelitian untuk dianalisis. Unit analisis suatu penelitian

dapat berupa benda, individu, kelompok, wilayah dan waktu tertentu sesuai

dengan fokus penelitian.

Page 21: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Unit analisis berguna sebagai sumber untuk mendapatkan sebuah data

untuk menggambarkan atau menjelaskan tentang Analisa. Dalam penelitian

ini objek anlisanya adalah serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”.

Unit analisis dalam penelitian ini yaitu berupa benda, dimana peneliti

memfokuskan penelitiannya pada dialog, Tindakan, setting/latar, dan ilustrasi

yang terdapat dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” untuk

mengetahui representasi kepemimpinan islam yang terkadung dalam film

tersebut.

Dengan adanya batasan pada subjek yang dikaji, ini diharapkan nanti tidak

akan melebar pada persoalan-persoalan yang jauh dari subjek yang telah

ditentukan. Pentingnya penentuan unit analisis adalah untuk validitasnya

terjaga.

Unit analisis yang dibahas pada penelitian ini adalah representasi

kepemimpinan islam dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”

serial TV ini merupakan sebuah tayangan tentang masa kepemimpinan Abdul

Hamid II di Turki atau Sultan Daulah Utmaniyyah. Serial TV ini sangat

menarik karena mengisahkan sejarah yang pernah terjadi dimasa lampau.

Serial TV ini juga mengisahkan bagaimana Sultan Abdul Hamid II dalam

memimpin negaranya.

f. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang digunakan peneliti

untuk mengumpulkan sebuah data. Pada penelitian ini peneliti menggunakan

Teknik studi dokumentasi dan studi kepustakaan.

Page 22: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

1) Studi Dokumentasi

Yaitu dengan cara melakukan observasi terhadap scenario serial

TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” dan DVD dan streaming

online serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” sebagai sumber

primer untuk menemukan dan mengumpulkan data yang dibutuhkan.

2) Studi Kepustakaan

Yaitu dengan cara membaca dan mengkaji kepemimpinan Islam,

mengkaji buku, situs-situs terkait, dan resensi untuk mencari pijakan

teoritis terhadap penelitian dan landasan ilmiah yang berkaitan dengan

penelitian.

g. Teknik Penetuan Keabsahan Data

Teknik penentuan keabsahan data atau uji keabsahan data merupakan cara

pengujian data yang dilakukan pada penelitian kualitatif. Dalam

ujinkeabsahan data, peneliti menggunakan uji credibility (validitas internal)

atau uji keprecayaan terhadap hasil penelitian. uji keabsahan data perlu

dilakukan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu temuan atau data yang

dilaporkan peneliti dengan yang objek yang ditelitinya.

Dalam penelitian ini uji keabsahan datanya adalah meningkatkan

ketekunan. Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara

lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian

data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

Page 23: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara

membaca berbagai referensi yang berkaitan dengan serial TV “The Last

Emperor: Abdul Hamid II”. Dengan membaca, maka wawasan penliti akan

semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data

yang akan ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.

h. Teknik Analisis Data

Untuk membatasi penelitian hingga menjadi data yang tersususn, maka

penulis menganalisis data yang telah diperoleh dalam penelitian ini,

kemudian dianalisis secara kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan secara

sistematis. Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis semiotik.

Semiotik memecahkan kandungan teks menjadi bagian-bagian, dan

menghubungkannya dengan wacana-wacan yang lebih luas. Analisis semiotic

menyajikan cara hubungan teks tertentu dengan sistem pesan dimana ia

beroperasi. Hal ini akan memebrikan konteks intelektual pada isi. Analisis

semiotic mengulas cara-cara beragam unsur teks bekerja sama dan

berinteraksi dengan pengetahuan kultural dan juga makna (Stokes, 2006).

Penelitian ini menggunakan analisis semiotik metode Roland Barthes.

Dalam hal ini tanda dimaknai secara denotasi, konotasi dan mitos, untuk

memperoleh gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relative

menyeluruh mencakup permasalahan yang diteliti.

Adapun tahap-tahap yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

yang pertama, peneliti melakukan tahap penandaan atau pemilihan tanda,

Page 24: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

setelah melakukan pengamatan secara menyuluruh terhadap adegan-adegan

yang ada pada serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”. Peneliti akan

mereduksi serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II” menjadi mimite-

mimite (sign). Proses pereduksian teks film hingga menjadi mimite ini

didasarkan pada tanda-tanda dominan yang merepresentasikan kepemimpinan

Islam dalam serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”.

Tahap kedua yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tahap analisis

tanda. Pada tahap ini peneliti memokuskan pada usaha identifikasi sistem

penanda tingkat pertama dan tingkat kedua, serta mengidentifikasi kode-kode

sinematik dan tata Bahasa film apa saja yang digunakan dalam membentuk

sistem penanda tersebut.

Langkah selanjutnya yang dialkukan adalah, peneliti berusaha untuk

menentukan makna denotasi dan konotasi dalam serial TV “The Last

Emperor: Abdul Hamid II”. Dalam menetukan makan denotasi dan konotasi,

peneliti terlebih dahulu melakukan pengidentifikasian tanda-tanda sebagai

sebuah nilai yang yang mengandung makna kepemimpinan Islam dalam

serial TV “The Last Emperor: Abdul Hamid II”.

Setiap tanda dijabarkan pada tahap denotasi. Peneliti menjelaskan apa saja

yang menjadi penanda, petanda dan tanda dalam setiap tanda serial TV “The

Last Emperor: Abdul Hamid II” yang merepresentbasikan kepemimpinan

Islam. Penjelasan mengenai representasi kepemimpinan Islam akan

dijabarkan dam bentuk tabel visual berupa beberapa cut dari adegan, transkrip

dialog dan jenis-jenis shot.

Page 25: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Setelah itu peneliti melakukan analisis tanda, ini dilakukan dengan cara

memfokuskan pada shot yaitu shot yang menjelaskan situasi, kondisi,

ekspresi tokoh serta lingkungannya.

Selanjutnya peneliti melakukan tahap konotasi dengan melakukan

pemangatan pada konsep dan penandaan. Dan Langkah yang terakir dalah

peneliti akan melakukan inentifikasi mitos terhadap representasi

kepemimpinan Islam.

i. Jadwal Penelitian

Tabel 1.2 Jadwal Penelitian

No Tahapan Penelitian

2021

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Ju

n

Ju

l

Ags

Sep

Ok

t

1 Pengajuan Judul

2

Proposal Penelitian Disetujui

Oleh Sekretaris dan Ketua

Jurusan

3 Pelaksanaan SUPS

4 Pengajuan SK Skripsi

5 Sidang Komprehensif

6 Penyusunan Skripsi

7 Sidang Tahfidz

8 Bimbingan Skripsi

9 Sidang Skripsi

10 Wisuda