Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
DESAIN BUCK CONVERTER BERTINGKAT UNTUK
TRANSFORMATOR ELEKTRONIKA DAYA
Tugas Akhir
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat S-1 Jurusan Teknik Elektro
Oleh :
MUHAMMAD FAUZI MARDANI
F1B016067
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2021
ii
TUGAS AKHIR
DESAIN BUCK CONVERTER BERTINGKAT UNTUK
TRANSFORMATOR ELEKTRONIKA DAYA
Oleh :
Muhammad Fauzi Mardani
F1B016067
Telah diterima dan disetujui oleh Tim Pembimbing :
1. Pembimbing Utama
Tanggal : 27 Januari 2021
I Nyoman Wahyu S., ST., MSc., Ph.D.
NIP : 19700908 199802 1 001
2. Pembimbing Pendamping
Tanggal : 25 Januari 2021
Supriono, ST., MT.
NIP : 19711126 199903 1 004
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Mataram
Muhamad Syamsu Iqbal, ST., MT., Ph.D.
NIP : 19720222 199903 1 002
iii
TUGAS AKHIR
DESAIN BUCK CONVERTER BERTINGKAT UNTUK
TRANSFORMATOR ELEKTRONIKA DAYA
Oleh :
Muhammad Fauzi Mardani
F1B016067
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji
Pada Tanggal 22 Januari 2021
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat mencapai derajat sarjana S-I
Jurusan Teknik Elektro
Susunan Tim Penguji :
1. Penguji I
Agung Budi Muljono, S.T., M.T. Tanggal : 26 Januari 2021
NIP.197102111998031002
2. Penguji II
Ni Made Seniari, S.T., M.T. Tanggal : 25 Januari 2021
NIP.197003201997022001
3. Penguji III
Rosmaliati, S.T., M.T. Tanggal : 25 Januari 2021
NIP.196807171998032002
Mataram, 27 Januari 2021
Akmaluddin, ST., M.Sc. (Eng)., PH.D.
NIP. 19681231 199412 1 001
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muhammad Fauzi Mardani
NIM : F1B016067
Jurusan : Teknik Elektro
Fakultas : Teknik
Judul : Desain Buck Converter Bertingkat Untuk Transformator Elektronika Daya
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini benar-benar karya saya sendiri.
Dimana sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya yang ditulis atau diterbitkan
orang lain kecuali sebagai acuan dan/atau kutipan sebagaimana tata penulisan karya ilmiah
yang lazim.
Mataram, Januari 2021
Yang Menyatakan,
Muhammad Fauzi Mardani
F1B016067
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir. Tugas
Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Sarjana S-1 di
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram. Disamping itu Tugas Akhir
ini juga merupakan salah satu bentuk perwujudan atas ilmu pengetahuan yang telah
diperoleh selama di bangku kuliah.
Tugas Akhir yang disusun oleh penulis merupakan hasil penelitian yang berjudul
Desain Buck Converter Bertingkat Untuk Transformator Elektronika Daya. Tujuan dari
Tugas Akhir ini adalah menunjang data dalam penelitian di bidang Elektonika Daya untuk
mengetahui pengaruh penggunaan rangkaian Buck Converter pada sebuah rangkaian
transformator elektronika daya.
Penulis berharap bahwa Tugas Akhir ini dapat bermanfaat untuk diri penulis sendiri
selaku penyusun maupun bagi pembaca. Selain itu penulis terbuka untuk segala kritik dan
saran apabila dikemudian hari ditemukan kesalahan maupun kekeliruan dalam Tugas Akhir
ini. Akhir kata, atas perhatian pembaca penulis ucapkan terimakasih.
Mataram, Januari 2021
Penulis
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Tugas Akhir ini dapat diselesaikan berkat usaha dari berbagai pihak, baik dalam
wujud bimbingan dan dukungan ilmiah maupun materil, oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan syukur yang setulus-tulusnya kepada:
1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
2. Kedua orang tua dan adik-adik penulis yang menjadi motivasi, yang selalu
memberikan doa, dukungan dan semangat kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan perkuliahan di teknik elektro dengan baik.
3. Bapak Akmaluddin, ST., M.Sc. (Eng)., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Mataram.
4. Bapak Muhamad Syamsu Iqbal, ST., MT., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Mataram.
5. Bapak I Nyoman Wahyu Satiawan, ST., MSc., Ph.D selaku dosen pembimbing
pertama yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama
penyusunan Tugas Akhir ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
6. Bapak Supriono, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama menyusun Tugas Akhir ini.
7. Bapak Agung Budi Muljono, S.T., M.T., Ibu Ni Made Seniari, S.T., M.T., dan Ibu
Rosmaliati, S.T., M.T., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan-
masukan selama proses penyusunan Tugas Akhir ini.
8. Teman-teman seperjuangan Teknik Elektro angkatan 2016 yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu yang selalu bersedia membantu.
9. Sahabat yang banyak membantu selama perkuliahan dan praktikum secara langsung
maupun tidak, yang menjadi motivasi dan senantiasa memberikan doa dan dukungan.
10. Sahabat-sahabat (VII-1, VIII-1/IX-1, Independen FC, JJN dan lainnya) yang terus
memberikan bantuan, doa, semangat, dukungan dan futsalan.
11. Kakak-kakak dan adik-adik teknik elektro, rekan-rekan di BEM FT 2019, rekan-rekan
kepanitiaan dan rekan-rekan KKN Desa Kertasari 2019/2020.
vii
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal atas bantuan yang diberikan
kepada penulis.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………...…….. i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………… ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN……………………………………………...iii
PRAKATA ............................................................................................................................. v
UCAPAN TERIMAKASIH……………………………………………………………... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................................... viiiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………….. xii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………..... xiii
ABSTRAK .......................................................................................................................... xiv
ABSTRACT ......................................................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………… 3
1.3 Batasan Masalah………………………………………………………………………... 3
1.4 Tujuan Penelitian……………………………………………………………………..... 3
1.5 Manfaat Penelitian……………………………………………………………………... 4
1.6 Sistematika Penulisan…………………………………………………………………... 4
BAB II. TINJUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI ..................................................... 5
2.1 Tinjauan Pustaka……………………………………………………………………....... 5
2.2 Dasar Teori……………………………………………………………………................7
2.2.1 Sistem jaringan distribusi ......................................................................................... 7
2.2.2 Transformator ........................................................................................................ 10
2.2.3 Harmonik ............................................................................................................... 11
2.2.4 Buck Converter ...................................................................................................... 14
2.2.5 Solid State Transformer ......................................................................................... 17
2.2.6 Penyearah ............................................................................................................... 20
ix
2.2.7 Inverter ................................................................................................................... 22
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 24
3.1 Metode Penelitian……………………………………………………………………... 24
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………………………… 24
3.3 Alat dan Bahan Penelitian……………………………………………………………. 25
3.4.2 Alat Penelitian ........................................................................................................ 25
3.4.3 Bahan Penelitian .................................................................................................... 25
3.4 Proses Penelitian……………………………………………………………………... 25
3.4.2 Studi Literatur ........................................................................................................ 25
3.4.3 Perancangan Penyearah ......................................................................................... 26
3.4.4 Perancangan Inverter ............................................................................................. 27
3.4.5 Perancangan Buck Converter Bertingkat ............................................................... 28
3.4.6 Melakukan Pengujian Rangkaian SST .................................................................. 31
3.5 Diagram Alir……………………………………………………………………........... 32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 34
4.1 Pengujian Penyearah Tiga Fasa……………………………………………………….. 34
4.2 Pengujian Inverter Tiga Fasa………………………………………………………… 35
4.3 Perancangan Rangkaian Buck Converter Bertingkat………………………………… 37
4.3.1 Tegangan Keluaran Buck Converter ...................................................................... 38
4.3.2 Arus Keluaran Buck Converter .............................................................................. 41
4.3.3 Riak Tegangan Buck Converter ............................................................................. 42
4.3.4 Efisiensi Buck Converter ....................................................................................... 42
4.4 Pengujian Solid State Transformer………………………………………………………….. 44
4.4.1 Tegangan Keluaran Buck Converter ...................................................................... 45
4.4.2 Tegangan Keluaran Inverter .................................................................................. 47
x
4.4.3 Arus Keluaran Inverter .......................................................................................... 50
BAB V. PENUTUP ............................................................................................................. 54
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………………............. 54
5.2 Saran……………………………………………………………………....................... 55
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 56
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sistem Jaringan Distribusi Radial (Gonen, 2008) ............................................... 8
Gambar 2.2 Sistem Jaringan Distribusi Loop (Gonen, 2008) ................................................. 9
Gambar 2.3 Rangkaian Ekivalen Transformator .................................................................. 10
Gambar 2.4 Gelombang Terdistorsi Dari Frekuensi Fundamental ....................................... 11
Gambar 2.5 Representasi Deret Fourier Gelombang Terdistorsi (Dugan, 2002) ................. 13
Gambar 2.6 Gambar Rangkaian Buck Converter (Ejury, 2013) .......................................... 14
Gambar 2.7 Gambar Kondisi On dan Off Buck Konverter .................................................. 15
Gambar 2.8 Mode CCM (Ejury, 2013) ................................................................................. 15
Gambar 2.9 Mode DCM (Ejury, 2013) ................................................................................. 16
Gambar 2.10 Rangkaian Buck Converter Bertingkat Satu Saklar (Ortiz-Lopez,2007) ........ 16
Gambar 2.11 Gambar Susunan SST (She, 2013) .................................................................. 18
Gambar 2.12 Gambar Arsitektur SST (Ashok,2015) ........................................................... 19
Gambar 2.13 Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang (a) ............................................. 21
Gambar 2.14 Rangkaian Penyearah Jembatan (Dokic, 2015) .............................................. 21
Gambar 2.15 Rangkaian Penyearah Tiga Fasa (Dokic, 2015) .............................................. 22
Gambar 2.16 Rangkaian Inverter Tiga Fasa ......................................................................... 23
Gambar 3.1 Blok Diagram Solid State Transformer ............................................................ 24
Gambar 3.2 Sistem Kelistrikan dengan SST yang dirancang ............................................... 26
Gambar 3.3 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh ......................................................... 26
Gambar 3.4 Rangkaian Inverter Tiga Fasa ........................................................................... 27
Gambar 3.5 Diagram Alir Penelitian .................................................................................... 32
Gambar 3.6 Diagram Alir Perancangan Buck Converter Bertingkat .................................... 33
Gambar 4.1 Hasil Pengujian Penyearah Tiga Fasa ............................................................... 34
Gambar 4.2 Hasil Pengujian Rangkaian Inverter ................................................................. 35
Gambar 4.3 Gambar Spektrum Harmonisa Tegangan Keluaran Inverter ........................... 36
Gambar 4.4 Spektrum Harmonisa Arus Keluaran Inverter .................................................. 37
Gambar 4.5 Rangkaian Buck Converter Dua Tingkat .......................................................... 37
Gambar 4.6 Rangkaian Buck Converter Tiga Tingkat ......................................................... 38
Gambar 4.7 Rangkaian Buck Converter Empat Tingkat ...................................................... 38
xii
Gambar 4.8 Bentuk Gelombang Keluaran Buck Converter Dua Tingkat ........................... 39
Gambar 4.9 Bentuk Gelombang Keluaran Buck Converter Tiga Tingkat ......................... 39
Gambar 4.10 Bentuk Gelombang Keluaran Buck Converter Empat Tingkat ....................... 40
Gambar 4.11 Bentuk Gelombang Arus Keluaran Buck Converter Dua Tingkat (a), ........... 41
Gambar 4.12 Grafik Pengaruh Duty Cycle Terhadap Efisiensi ............................................ 43
Gambar 4.13 Rangkaian Solid State Transformer ............................................................... 45
Gambar 4.14 Gambar Keluaran Buck Converter 2 Tingkat (a) Tiga Tingkat (b) Empat
Tingkat (c) ............................................................................................................................. 46
Gambar 4.15 Gelombang Keluaran Inverter Pada Pengujian SST ...................................... 47
Gambar 4.16 Nilai THD Tegangan Dengan Buck Converter Dua Tingkat ......................... 48
Gambar 4.17 Nilai THD Tegangan Dengan Buck Converter Tiga Tingkat ........................ 48
Gambar 4.18 Nilai THD Tegangan Dengan Buck Converter Empat Tingkat ..................... 49
Gambar 4.19 Grafik Perbandingan THD Arus Terhadap Duty Cycle .................................. 50
Gambar 4.20 Gelombang Arus Keluaran Inverter Pada Pengujian SST ............................. 51
Gambar 4.21 Nilai THD Arus Inverter Dengan Buck Converter Dua Tingkat .................... 51
Gambar 4.22 Nilai THD Arus Inverter Dengan Buck Converter Tiga Tingkat ................... 52
Gambar 4.23 Nilai THD Arus Inverter Dengan Buck Converter Empat Tingkat ................ 52
Gambar 4.24 Grafik Perbandingan THD Arus Terhadap Duty Cycle .................................. 53
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Standar Batas Distorsi Harmonik Tegangan ......................................................... 14
Tabel 2.2 Standar Batas Distorsi Harmonik Arus ................................................................. 14
Tabel 2.3 Perbandingan Fungsionalitas Tipe-tipe SST ........................................................ 20
Tabel 3.1 Tabel Pengurutan Saklar Inverter ......................................................................... 28
Tabel 3.2 Tabel Parameter Rancangan Buck Converter ....................................................... 29
Tabel 3.3 Tabel Nilai Duty Cycle ......................................................................................... 29
Tabel 3.4 Tabel Nilai Induktor ............................................................................................. 30
Tabel 3.5 Tabel Nilai Induktor ............................................................................................. 30
Tabel 4.1 Riak Tegangan Masing-masing Buck Converter .................................................. 42
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Efisiensi Buck Converrter Bertingkat ........................................ 43
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Ketiga Rangkaian Buck Converter ............................................. 44
Tabel 4.4 Keluaran Buck Converter Pada Pengujian SST .................................................... 46
Tabel 4.5 Hasil Pengujian SST ............................................................................................. 53
xiv
ABSTRAK
Transformator distribusi memegang peran penting dalam proses penurunan tegangan
20 kV menjadi 380/220 V pada saluran distribusi. Transformator konvensional beroperasi
dengan prinsip elektromagnetik yang melibatkan banyak lilitan baik pada sisi primer
maupun sisi sekunder. Dengan perkembangan teknologi di bidang konversi daya, para ahli
mulai mengembangkan yang transformator berbasis peralatan elektronika daya yang
disebut Solid State Transformer. Penelitian ini dilakukan untuk menguji penggunaan Buck
Converter bertingkat pada rangkaian Solid State Transformer.
Dalam penelitian ini, dilakukan simulasi penggunaan Buck Converter bertingkat
sebagai komponen penurun tegangan, pada rangkaian Solid State Transformer tiga tahap
menggunakan program Matlab/Simulink. Akan dilihat apakah Buck Converter dapat
menurunkan tegangan keluaran Penyearah ke level tegangan yang dibutuhkan Inverter
untuk menghasilkan tegangan 380 V line to line dengan nilai Total Harmonic Distortion
(THD) lebih rendah dari batas standar.
Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa Buck Converter bertingkat dapat
menurunkan tegangan dengan baik. Dengan Duty Cycle 0,15 Buck Converter dua tingkat
dapat menurunkan tegangan 27.980 V DC menjadi 661 V DC dan menghasilkan keluaran
Inverter sebesar 398 V rms, dengan nilai THD tegangan 1,56% dan THD arus 3,07%.
Untuk Buck Converter tiga tingkat yang bekerja dengan Duty Cycle 0,27 dapat menurunkan
tegangan menjadi 663 V DC dimana tegangan keluaran Inverter sebesar 401 V rms, dengan
nilai THD tegangan 1,87% dan THD arus 3,09%. Sedangkan Buck Converter empat tingkat
yang bekerja dengan Duty Cycle 0,35 dapat menghasilkan tegangan keluaran 656 V DC
dimana tegangan keluaran Inverter sebesar 397,3 Vrms, dengan nilai THD tegangan 2,51%
dan THD arus 3,09%.
Kata kunci : Solid State Transformer, Buck Converter, Saluran Distribusi, Simulasi,
Simulink
xv
ABSTRACT
The distribution transformer plays an important role in the process of stepping the
voltage from 20 kV to 380/220 V in the distribution line. A conventional transformer with
an electromagnetic principle involves many coils both on the primary and secondary sides.
With the development of technology in power conversion, experts began to develop
transformer based on power electronic equipment called Solid State Transformers. This
final project was conducted to test the use of the Cascaded Buck Converter in the Solid
State Transformer circuit.
In this final project, a simulation for the use of a Cascaded Buck Converter as a
voltage reducing component in a three-stage Solid State Transformer circuit was carried
out using the Matlab/Simulink program. It will be seen whether the Buck Converter can
reduce the rectifier output voltage to the voltage level required by the Inverter to produce a
380 V line to line voltage with a Total Harmonic Distortion (THD) value below the
standard limit.
As a conclusion, it is found that the Cascaded Buck Converter circuit works well. By
using a Duty Cycle of 0,15 the two-stage Buck Converter reduces the voltage from 27,980
VDC to 661 VDC and the Inverter output is 398 V rms with the voltage THD value is 1.56%
and Current THD value 3,07%. The three-stage Buck Converter works using a Duty Cycle
of 0.27 can reduces the voltage to 663 VDC, where the Inverter output voltage is 401 V rms,
with the voltage THD value is 1.87% and current THD value 3,09%. For the four-stage
Buck Converter, using a Duty Cycle of 0.35, it is able to reduce the voltage to 656 VDC
where the Inverter output voltage is 397.3 Vrms, with the value of voltage THD is 2.51%
and current THD 3,09%.
Keywords : Solid State Transformer; Buck Converter; distribution line; simulation;
simulink
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sebuah sistem tenaga listrik, transformator mempunyai peran yang sangat
penting. Transformator berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan tegangan sistem
dengan tujuan untuk mengurangi rugi-rugi daya dan juga untuk alasan efisiensi dan
keamanan. Ada dua jenis transformator, yakni transformator penaik tegangan (step-up)
dan transformator penurun tegangan (step-down). Transformator step-up digunakan pada
sisi pembangkit untuk menaikkan tegangan yang dihasilkan oleh pembangkit sebelum
memasuki saluran transmisi. Transformator step-down digunakan pada sisi beban untuk
menurunkan tegangan dari saluran transmisi menjadi tegangan jaringan menengah 20 kV.
Selanjutnya pada sisi konsumen tegangan 20 kV diturunkan menjadi 380/220 Volt untuk
alasan keamanan.
Transformator konvensional terbuat dari dua buah kumparan (kumparan primer dan
sekunder) yang dililitkan pada sebuah inti besi (core) dan bekerja berdasarkan prinsip
induksi elektromagnetik. Namun transformator distribusi konvensional yang digunakan
saat ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya terdapat rugi-rugi yang terjadi pada
transformator itu sendiri, seperti rugi tembaga, rugi histerisis dan lain-lain. Selain itu
transformator konvensional juga hanya terbatas pada menaikkan atau menurunkan
tegangan saja. Dimana nilai tegangan keluaran transformator konvensional tidak stabil,
jika nilai tegangan masukan berubah, maka nilai tegangan keluaran juga akan ikut
berubah. Selain itu harga dari sebuah transformator distribusi sangat mahal sehingga
membebani biaya investasi sistem tenaga listrik.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, para ahli mengusulkan perangkat yang dapat
berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan tegangan seperti transformator konvensional
namun lebih baik dalam mengatasi permasalahan yang ada pada pendahulunya tersebut.
Perangkat tersebut disebut dengan Transformator Elektronika Daya atau Solid State
Transformer. Solid State Transformer (SST) merupakan pengembangan teknologi
transformator menggunakan prinsip pensaklaran (switching) untuk bekerja. Selain dapat
menaikan dan menurunkan tegangan, keunggulan yang dimiliki oleh Solid State
2
Transformer adalah dapat mengisolasi sisi masukan dan sisi keluaran. Dengan melakukan
isolasi ini maka Solid State Transformer dapat melakukan pengaturan terhadap tegangan
keluaran yang dihasilkan, seperti frekuensi, harmonisa dan lain-lain. Selain itu ukuran dari
Solid State Transformer juga jauh lebih kecil dibandingkan dengan transformator
konvensional. Solid State Transformer umumnya bekerja dalam beberapa tahapan, namun
secara umum komponen yang menjadi bagian dari Solid State Transformer dapat dibagi
menjadi Penyearah, konverter dan Inverter. Tegangan AC dari sumber disearahkan
terlebih dulu menjadi tegangan DC oleh Penyearah atau rectifier. Selanjutnya tegangan
DC diturunkan level tegangannya menggunakan konverter. Terakhir tegangan DC yg
sudah diturunkan tersebut dirubah kembali menjadi tegangan AC menggunakan Inverter
agar dapat digunakan oleh konsumen. Namun dalam perkembangannya saat ini, SST
masih menggunakan transformator dengan kumparan dan inti besi. Solid State
Transformer menggunakan transformator frekuensi tinggi dalam proses menurunkan
tegangan 20 kV menjadi 380/220 Volt. Walau secara umum lebih baik dari sebelumnya,
transformator frekuensi tinggi masih memiliki rugi-rugi yang ada pada transformator
konvensional. Selain itu penggunaan transformator frekuensi tinggi tidak memberikan
keuntungan dalam hal pengaturan tegangan DC yang menjadi salah satu keunggulan dari
Solid State Transformer.
Pada tugas akhir ini, penulis akan merancang sebuah Buck Converter Bertingkat
yaitu Buck Converter Bertingkat dengan Satu Saklar sebagai komponen menurunkan
tegangan DC pada rangkaian Solid State Transformer yang bekerja pada saluran distribusi.
Yaitu menurunkan tegangan dari 20 kV menjadi 380/220 Volt, yang kemudian dapat
berfungsi untuk menggantikan transformator konvensional. Buck Converter sendiri
merupakan perangkat elektronika daya yang dapat digunakan untuk menurunkan tegangan
dengan menggunakan metode pensaklaran (switching). Besar tegangan keluaran dari Buck
Converter ditentukan oleh nilai Duty Cycle, yaitu nilai perbandingan antara waktu saklar
on dengan total periode penyalaan saklar. Semakin besar nilai Duty Cycle maka semakin
besar pula nilai keluaran Buck Converter. Penggunaan Buck Converter Bertingkat ini
diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan fungsionalitas dari Solid State Transformer
khususnya dan keseluruhan sistem distribusi pada umumnya. Karena dengan penggunaan
3
Buck Converter untuk menggantikan transformator konvensional, maka rugi-rugi pada
transformator konvensional pada sistem distribusi dapat dihilangkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana mendesain rangkaian Buck Converter bertingkat untuk menurunkan
tegangan dari 20 KV menjadi 600 V DC dan kemudian diinversi menjadi 380/220 V
AC (rms) seperti halnya pada transformator distribusi.
2. Bagaimana perbandingan kinerja tingkatan Buck Converter dalam proses konversi
tegangan 20 KV menjadi 380/220 V AC.
3. Bagaimana kualitas tegangan dan arus dari transformator distribusi yang dirancang
menggunakan Buck Converter Bertingkat.
1.3 Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini bisa terfokuskan, maka ada beberapa batasan
masalah yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
1. Desain rangkaian dan pengujian Buck Converter Bertingkat menggunakan aplikasi
MATLAB/Simulink.
2. Rangkaian Buck Converter Bertingkat menggunakan Rangkaian Buck Converter
Bertingkat dengan satu saklar.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis pada Tugas Akhir ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana mendesain rangkaian Buck Converter bertingkat untuk
menurunkan tegangan dari 20 KV menjadi 600 V DC dan kemudian diinversi
menjadi 380/220 V AC (rms) seperti halnya pada transformator distribusi.
2. Mengetahui perbandingan kinerja tingkatan Buck Converter dalam proses konversi
tegangan 20 KV menjadi 380/220 V AC.
3. Mengetahui perbandingan kualitas tegangan dan arus dari transformator distribusi
yang dirancang menggunakan Buck Converter Bertingkat.
4
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang memiliki manfaat sebagai
berikut :
1. Merupakan salah satu pengembangan dalam pemanfaatan teknologi elektronika daya
di bidang jaringan distribusi listrik.
2. Sebagai refrensi untuk penelitian tentang konverter, transformator elektronika daya
ataupun tugas akhir selanjutnya.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan Gambaran mengenai pembahasan Tugas Akhir ini, maka
diuraikan susunan dari sistematika pembahasan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Pada Bab I ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan Tugas
Akhir.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Pada Bab II ini berisi teori-teori dasar yang menjadi landasan dilakukannya
penelitian ini serta penunjang permasalahan.
BAB III: METODELOGI PENELITIAN
Pada Bab III ini berisi tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penyusunan Tugas
Akhir ini, mulai dari perencanaan diagram alir, perencanaan rangkaian Buck
Converter dan lain-lain.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini berisi tentang hasil-hasil pengujian yang dilakukan, mulai dari
pengujian Penyearah, pengujian Inverter, pengujian Buck Converter, hingga
pengujian rangkaian Solid State Transofmator.
BAB V : PENUTUP
Pada Bab V ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan dan
saran bagi penelitian selanjutnya.
5
BAB II
TINJUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Ortiz-Lopez, dkk (2007), telah melakukan penelitian tentang merancang sebuah
Buck Converter bertingkat dengan menggunakan 1 saklar. Mereka merancang sebuah DC-
DC konverter tipe buck untuk menurunkan tegangan dengan rasio yang besar. Pada
rancangan ini konverter bertingkat yang dirancang lebih sederhana dari rancangan
konverter bertingkat konvensional dimana hanya menggunakan satu buah saklar. Dengan
menggunakan dioda MUR5020 dan Mosfet IRFP150 sebagai switch. Proses penurunan
tegangan memanfaatkan metode Pulse Width Modulation (PWM). Dengan mengatur nilai
Duty Cycle pada satu saklar tersebut, maka bisa didapatkan tegangan yang diinginkan.
Duty Cycle sendiri merupakan perbandingan antara waktu saklar ON (TON) dengan total
periode penyalaan saklar (T). Pada penelitian ini rancangan konverter digunakan untuk
menurunkan tegangan 160 V menjadi 12 V dengan frekuensi kerja 70 kHz. Didapatkan
bahwa dalam prosesnya terjadi 3 kali proses penurunan tegangan dimana V1 = 67,4 V, V2
= 28,3 V dan V3 atau Vout = 12 V dengan total daya = 100 W.
Satiawan, dkk (2020), telah melakukan penelitian tentang merancang sebuah Buck
Converter bertingkat untuk transformator elektronika daya atau Solid State Transformer
(SST). Mereka merancang sebuah Buck Converter 3 tingkat untuk menurunkan tegangan
dari 20 kV menjadi 600 V dengan menggunakan Duty Cycle 20%. Pada penelitian ini
rancangan konverter menggunakan IGBT sebagai switch. Tegangan masukan dari sistem
distribusi 20 kV disearahkan menggunakan Penyearah gelombang penuh sebelum masuk
ke Buck Converter. Dan selanjutnya keluaran DCdari Buck Converter akan dirubah
menjadi tegangan AC 380/220 V rms menggunakan Inverter tiga fasa. Dari hasil
penelitian didapatkan bahwa Buck Converter bertingkat yang dirancang dapat menurunkan
tegangan dari 25,3 kV menjadi 600 V dengan riak tegangan sebesar 5%. Dimana tegangan
keluaran dari Penyearah adalah sebesar 25,3 kV DC dan keluaran dari Inverter adalah 420
V dengan nilai THD kurang dari 2%.
Falcones, dkk (2010), telah melakukan penelitian mengenai perbandingan
implementasi topologi Solid State Transformer (SST). Mereka melakukan penelitian
6
untuk mengetahui perbandingan enam jenis SST dari sisi rugi daya dan kapabilitas
masing-masing jenis pada tegangan masukan 7,2 kV dan tegangan keluaran 120 V. Jenis-
jenis topologi yang diuji pada penelitian ini adalah Single-stage: AC-AC Full-bridge
Converter, Single-stage: AC-AC Flyback, Two-stage: AC-DC Isolated Boost + PWM
Inverter, Two-stage: AC-DC DAB + PWM Inverter, Three-stage: PWM Rectifier + DC-
DC DAB + PWM Inverter dan Three-stage: Multilevel Rectifier + DC-DC Full-bridge
Converter + PWM Inverter. Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa topologi
Single-stage memiliki rugi daya paling sedikit yaitu sekitar 407 W dari daya total 20kVA,
hal ini terkait dengan rugi saklar yang terjadi pada topologi Single-stage sangat kecil
akibat jumlah saklar pada topologi ini paling sedikit. Namun dari sisi kapabilitas fungsi
untuk masing-masing topologi, topologi Three-stage merupakan jenis yang paling cocok
digunakan untuk implementasi SST berdasarkan dari kemampuannya untuk mendukung
semua fungsi yang diharapkan dari SST.
Ahmed, dkk (2015), telah melakukan penelitian mengenai pemodelan dan simulasi
transformator elektronika daya berbasis konverter tiga tahap. Mereka melakukan
penelitian mengenai desain transformator elektronika daya yang menggunakan tiga
tahapan konverter, yaitu bagian input, bagian terisolir dan bagian output. Bagian input
terdiri dari sebuah penyearah tiga fasa, dan bagian output terdiri dari inverter tiga fasa
serta filter. Sedangkan untuk bagian terisolir terdiri konverter setengah jembatan yang
terhubung dengan transformator frekuensi tinggi dan penyearah 1 fasa. Dari penelitian
yang dilakukan, desain transformator elektronika daya dapat digunakan untuk
menurunkan tegangan Line to Line 11 kV ke tegangan 240 V 50 Hz.
Xu She, dkk (2013), telah melakukan penelitian mengenai teknologi Solid State
Transformer dan pengaplikasiannya pada sistem distribusi daya. Penelitian yang
dilakukan fokus pada aspek Perangkat Daya Tegangan Tinggi dan Topologi SST Pada
Sistem Distribusi. Dari penelitian yang sudah dilakukan didapatkan bahwa untuk
perangkat daya tegangan tinggi, komponen SiC Mosfet yang diuji pada tegangan 6,5 kV
memiliki rugi-rugi yang lebih kecil dibandingkan dengan IGBT. Sedangkan untuk
topologi, STT yang mengadopsi topologi tiga tahap, yaitu AC/DC - DC/DC - DC/AC
merupakan jenis yang paling banyak digunakan untuk mendesain SST saat ini karena
memiliki lebih banyak ruang pengembangan untuk tiap-tiap tahapnya.
7
Beberapa penelitian di atas akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang
akan dilakukan. Dimana pada penelitian ini akan dirancang sebuah Buck Converter
Bertingkat menggunakan satu saklar untuk daya yang cukup besar. Dengan tujuan untuk
meningkatkan menunrunkan tegangan dari 20 kV menuju 220 Volt.
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Sistem jaringan distribusi
Suatu sistem tenaga listrik merupakan kumpulan dari komponen-komponen atau
alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi, saluran distribusi, dan
beban, yang dihubung-hubungkan dan membentuk suatu sistem (Syahputra, 2017).
Jaringan distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat
dengan pelanggan. Energi listrik yang dimanfaatkan oleh pelanggan memulai
perjalanannya pada saat dibangkitkan pada pusat-pusat pembangkit listrik seperti
Pembangkit Listrik Tenaga Uap, Pembangkit Listrik Tenaga Air, Pembangkit Listrik
Tenaga Surya, Pembangkit Listrik Tenaga Gas, dan lain-lain. Energi listrik tersebut
kemudian akan disalurkan ke pusat-pusat beban atau gardu induk melalui saluran
transmisi. Sebelum melalui saluran transmisi, tegangan pembangkitan terlebih dulu akan
dinaikkan menggunakan transformator step-up pada pusat pembangkit. Penaikkan
tegangan ini dilakukan untuk memperkecil arus sehingga dapat mengurangi rugi daya
yang terjadi. Sampai di gardu induk, tegangan listrik tersebut akan diturunkan
menggunakan transformator step-down menjadi tegangan menengah atau biasa disebut
jaringan distribusi primer. Level tegangan pada jaringan distibusi primer bervariasi mulai
dari 20kV, 12kV serta 6kV, namun pada saat ini kebanyakan jaringan distribusi primer
menggunakan level tegangan 20 kV.
Jaringan setelah keluar dari Gardu Induk bisa disebut jaringan distribusi, sedangkan
jaringan antara Pusat Listrik dengan Gardu Induk bisa disebut jaringan transmisi (Silaban,
2010). Tegangan listrik dari jaringan distribusi primer kemudian diturunkan kembali
menggunakan transformator step-down menjadi 380/220 volt dan selanjutnya disalurkan
menuju ke konsumen melalui jaringan distribusi tegangan rendah.
8
Ada beberapa topologi atau bentuk jaringan yang biasa digunakan untuk
menyalurkan energi listrik dari pusat beban ke konsumen, diantaranya adalah bentuk
radial dan loop.
1. Jaringan Distribusi Radial
Jaringan distribusi radial merupakan topologi yang paling sederhana dibanding
topologi lainnya. Jaringan ini dinamakan radial karena pada topologi ini saluran ditarik
secara radial dari sebuah titik yang menjadi sumber dan kemudian dicabangkan ke titik-
titik beban yang dilayani. sistem ini sendiri terdiri dari saluran utama dan saluran cabang.
Pada saluran cabang ini transformator step-down dipasang untuk menurunkan tegangan
sehingga dapat digunakan oleh konsumen.
Gambar 2.1 Sistem Jaringan Distribusi Radial (Gonen, 2008)
Keuntungan dari jaringan distribusi radial ini adalah :
a. Bentuknya yang sederhana sehingga memudahkan dalam proses instalasi
b. Biaya investasi yang dikeluarkan relatif lebih murah.
Selain dari beberapa keuntungan di atas, jaringan distribusi radial juga memiliki
beberapa kerugian, diantaranya adalah :
a. Kualitas daya yang dimiliki lebih jelek karena rugi tegangan dan rugi daya yang
terjadi pada saluran relatif besar.
9
b. Keandalan dari topologi ini cukup rendah karena antara titik beban dan titik sumber
hanya dihubungkan oleh satu saluran, sehingga apabila terjadi gangguan pada
saluran utama tersebut, maka keseluruhan jaringan akan terjadi pemadaman total.
2. Sistem Jaringan Distribusi Loop
Sistem jaringan distribusi loop atau ring, memiliki bentuk jaringan yang tertutup.
Jaringan ini disusun oleh dua saluran yang saling terhubung, membentuk sebuah ring
sehingga memungkinkan untuk konsumen dilayani melalui dua arah saluran. Untuk lebih
jelasnya, sistem jaringan loop ini dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut :
Gambar 2.2 Sistem Jaringan Distribusi Loop (Gonen, 2008)
Dari Gambar 2.2 di atas kita dapat meilihat bahwa pada beberapa bagian sistem,
dipasang sebuah sebuah peralatan yang dapat memutus dan menghubungkan jaringan.
Pemasangan alat ini digunakan untuk melokalisir area pada saat terjadi gangguan pada
sistem. Ketika gangguan terjadi pada salah satu area, maka saluran yang menuju area
gangguan akan terputus sehingga perbaikan dapat dilakukan tanpa harus melakukan
pemadaman total pada sistem.
Sistem jaringan distribusi loop ini meimiliki kualitas pelayanan yang lebih baik
dibanding dengan jaringan radial, dimana drop tegangan yang terjadi cukup rendah dan
tingkat keandalannya cukup tinggi karena tidak perlu melakukan pemadaman total saat
terjadi gangguan pada salah satu sistem. Namun kekurangan dari sistem jaringan ini
adalah biaya investasi yang cukup tinggi.
10
2.2.2 Transformator
Transformator adalah peralatan pada tenaga listrik yang berfungsi untuk
memindahkan/menyalurkan tenaga listrik tegangan rendah ke tegangan menengah atau
sebaliknya. Transformator distribusi digunakan untuk menurunkan tegangan listrik dari
jaringan distribusi tegangan tinggi menjadi tegangan terpakai pada jaringan distribusi
tegangan rendah (step down transformator); misalkan tegangan 20 KV menjadi tegangan
380 volt atau 220 volt.
Transformator bekerja berdasarkan prinsip induksi bersama antara dua buah
rangkaian yang terhubung oleh fluks magnet. Transformator dalam bentuk yang paling
sederhana terdiri dari dua buah kumparan induksi. Dua buah kumparan tersebut terpisah
secara elektris namun terhubung secara magnetis melalui sebuah inti (core) besi. Ketika
salah satu dari kedua kumparan dihubungkan dengan sumber tegangan bolak balik, maka
fluks bolak balik yang timbul di dalam inti besi akan menimbulkan gaya gerak listrik (ggl)
pada kumparan lainnya sesuai dengan induksi elektromagnetik dari hukum faraday. Yaitu
setiap perubahan medan magnet pada kumparan akan menyebabkan gaya gerak listrik
(ggl) induksi yang sebanding dengan laju perubahan fluks.
Gambar 2.3 Rangkaian Ekivalen Transformator
Dalam pengoperasiannya, transformator memiliki beberapa rugi-rugi yang terjadi,
yang biasa disebut dengan rugi-rugi transformator. Beberapa contoh rugi-rugi
transformator adalah :
1. Rugi Arus Pusar (eddy current)
Arus pusar merupakan arus yang muncul pada material inti (core) pada
transformator yang disebabkan tegangan yang diinduksi oleh fluks. Adanya resistensi
dari material inti kemudian menyebabkan arus pusar yang dapat menimbulkan panas,
sehingga bepengaruh terhadap fisik dari material inti tersebut. Bahkan jika terjadi panas
11
berlebih, ada kemungkinan bahwa transformator akan terbakar. Untuk mengurangi efek
dari arus pusar ini, material inti dibuat setipis mungkin dan dilaminasi, yang kemudian
disusun sesuai ketebalan yang diinginkan.
2. Rugi Hysterisis
Rugi Hysterisis terjadi akibat respon dari material ini yang terlambat akibat masih
adanya medan magnetik residu pada material. sehingga saat arus eksitasi bernilai nol,
fluks tidak langsung berubah menjadi nol, melainkan berkurang secara perlahan.
sebelum fluks tersebut mencapai nol, arus sudah mengalir kembali sehingga
membangkitkan fluks kembali. Rugi hysterisis ini akan memperkecil arus eksitasi
karena medan magnetik residu berlawanan arah dengan medan magnet yang dihasilkan
oleh arus eksitasi.
3. Rugi Tembaga
Rugi tembaga merupakan rugi yang muncul oleh konduktor atau bahan yang
digunakan untuk membuat kumparan. Rugi ini muncul akibat adanya resistansi dari
bahan tersebut.
2.2.3 Harmonik
Harmonik didefinisikan sebagai komponen sinusoidal dari periodik atau besaran
yang frekuensinya merupakan kelipatan bulat dari frekuensi fundamental. Gabungan
antara frekuensi fundamental dan harmonik dapat menciptakan gelombang terdistorsi.
Gambar 2.4 Gelombang Terdistorsi Dari Frekuensi Fundamental
dan Harmonik (Samman, 2015)
12
Nomor harmonik merujuk kepada elemen individu frekuensi yang menjadi bagian
dari suatu gelombang gabungan. Dimana penomoran harmonik ganjil merujuk kepada
harmonik dengan urutan ganjil (3,5,7 dan seterusnya) sedangkan harmonik genap adalah
harmonik dengan urutan genap (2,4,6 dan seterusnya). Untuk harmonik nomor satu
merujuk kepada frekuensi fundamental sistem dan harmonik nomor nol merujuk kepada
komponen DC pada sistem. Frekuensi fundamental memiliki frekuensi sebesar f,
sedangkan harmonik kedua memiliki frekuensi dua kali f dan harmonik ketiga memiliki
frekuensi tiga kali f. Contohnya jika frekuensi fundamental adalah 50 Hz, maka harmonik
kedua memiliki frekuensi 100 Hz dan harmonik ketiga memiliki frekuensi sebesar 150 Hz.
Gelombang terdistorsi yang merupakan gabungan dari gelombang fundamental dan
harmonik tersebut dapat dianalisis menggunakan konsep deret fourier, yang dimana dapat
didefinikan melalui persamaan 2.1 berikut :
( ) ∑ * (
) (
)+
(2. 1)
Persamaan 2.1 di atas dapat digunakan untuk gelombang dengan periode kontinyu
dimana koefisien Ao, An dan Bn dapat dicari menggunakan persamaan berikut :
∫ ( )
∫ ( )
∫ ( )
Dari persamaan-persamaan di atas, harmonisa tegangan dan arus dapat dinyatakan
dalam deret fourier :
( ) ∑ ( ) (2. 2)
( ) ∑ ( ) (2. 3)
Persamaan deret Fourier di atas dapat digunakan untuk memecah gelombang
terdistorsi menjadi gelombang fundamental dan gelombagn harmonik, dimana hal ini
menjadi dasar dalam menganalisis harmonik pada sistem tenaga listrik. Gambar 2.5
menunjukkan suatu gelombang terdistorsi yang direpresentasikan menggunakan deret
Fourier sehingga dapat diketahui gelombang fundamental dan beserta harmoniknya.
13
Gambar 2.5 Representasi Deret Fourier Gelombang Terdistorsi (Dugan, 2002)
Faktor distorsi menggambarkan tingkat gangguan harmonik pada jaringan listrik.
Ada beberapa pengukuran yang umum digunakan, salah satu yang paling umum adalah
distorsi harmonik total (THD). Persamaan 2.7 digunakan untuk menghitung nilai THD
tegangan, sedangkan Persamaan 2.8 digunakan untuk menghitung nilai THD arus dalam
sistem.
√∑
(2. 4)
√∑
(2. 5)
Setiap komponen sistem tenaga dapat dipengaruhi oleh harmonik walaupun dengan
akibat yang berbeda. Namun demikian, komponen tersebut akan mengalami penurunan
kerja dan bahkan akan mengalami kerusakan. Beberapa dampak dari harmonik adalah
panas lebih pada kawat netral dan transformator sebagai akibat timbulnya harmonik
ketiga, timbulnya getaran mekanis pada panel listrik yang merupakan getaran resonansi
mekanis akibat arus harmonik frekuensi tinggi dan harmonik dapat menimbulkan
tambahan torsi pada KWH meter jenis elektromekanis yang menggunakan program
induksi berputar.
Ada berbagai batas distorsi harmonik di beberapa negara. Kebanyakan industri
menggunakan batas distorsi yang dikeluarkan oleh IEEE std-519-1994 (B-15). Tabel 2.1
14
menunjukkan batas distorsi untuk tegangan. Sedangkan untuk batas distorsi arus
ditunjukkan oleh Tabel 2.2.
Tabel 2.1 Standar Batas Distorsi Harmonik Tegangan
Tegangan Bus Harmonik Individu
(%)
Total harmonik distorsi THD
(%)
V ≤ 1,0 kV 5,0 8,0
1 kV < V ≤ 69 kV 3,0 5,0
69 kV < V ≤ 161 kV 1,5 2,5
161 kV < V 1,0 1,5
Tabel 2.2 Standar Batas Distorsi Harmonik Arus
Distorsi Harmonisa Arus Maksimum dalam Persen terhadap IL
Isc/IL Orde Harmonisa Individual (Harmonisa Orde Ganjil) THD
(%) 3≤h<11 11≤h<17 17≤h<23 23≤h35 35≤h<50
<20 4 2 1,5 0,6 0,3 5
20<50 7 3,5 2,5 1 0,5 8
50<100 10 4,5 4 1,5 0,7 12
100<1000 12 5,5 5 2 1 15
>1000 15 7 6 2,5 1,4 20
2.2.4 Buck Converter
Buck Converter adalah konverter yang menghasilkan tegangan keluaran yang lebih
kecil dari tegangan masukannya (Tohir, 2016). Keluaran dari Buck Converter memiliki
polaritas yang sama dengan sumbernya dan sering juga disebut dengan step-down
converter.
Gambar 2.6 Gambar Rangkaian Buck Converter (Ejury, 2013)
Buck Converter terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian power dan kontrol yang memiliki
fungsi berbeda. Bagian power merupakan bagian yang berfungsi untuk melakukan
konversi tegangan. Sedangkan bagian kontrol berfungsi sebagai pengontrol kondisi Buck
Converter, yang terbagi menjadi dua mode, yaitu ON dan OFF.
15
2.2.4.a Prinsip Kerja Buck Converter
Buck Converter memiliki 2 kondisi, yaitu ON dan OFF. Ketika berada pada kondisi
ON, arus dari sumber akan mengalir melalui konduktor menuju keluaran beban sehingga
tegangan keluaran sama dengan tegangan masukan (pada kondisi ideal). Pada saat kondisi
ON, arus yang mengalir melewati induktor akan disimpan, hal ini disebut proses
pengisian. Pada kondisi OFF terjadi pemutusan antara sumber dengan induktor. Akibatnya
arus yang tersimpan di induktor dialirkan ke beban dan disebut dengan proses
pengosongan. Kedua kondisi inilah yang menyebabkan tegangan keluaran selalu lebih
rendah dari tegangan masukan konverter. Untuk lebih jelasnya, rangkaian pada saat
kondisi on dan off dapat dilihat pada Gambar 2.7 berikut :
Gambar 2.7 Gambar Kondisi On dan Off Buck Konverter
Besar tegangan keluaran dari Buck Converter ditentukan oleh lamanya kondisi ON
dibanding dengan waktu total satu periode ON-OFF atau yang disebut dengan Duty Cycle.
2.2.4.b Continous Conduction Mode
Continous conduction mode (CCM) merupakan salah satu mode pengoperasian
Buck Converter dimana arus yang mengalir pada induktor tidak pernah bernilai nol.
Gambar 2.8 Mode CCM (Ejury, 2013)
Sedangkan lawan dari mode CCM adalah Discontinous conduction mode (DCM)
yang arus mengalir para induktor akan bernilai nol pada periode tertentu.
16
Gambar 2.9 Mode DCM (Ejury, 2013)
2.2.4.c Induktor dan Kapasitor
Induktor merupakan bagian dari Buck Converter yang berfungsi untuk menyimpan
arus sementara dalam bentuk medan magnet. Pada kondisi ON arus dari sumber akan
disimpan oleh induktor. Arus yang disimpan tersebut kemudian digunakan untuk
mensuplai beban ketika Buck Converter berada dalam kondisi OFF.
Sedangkan pemilihan nilai kapasitor bertujuan untuk mengurangi riak tegangan
keluaran dari Buck Converter. Kapasitor akan menampung muatan dalam bentuk tegangan
ketika saklar ON dan akan melepaskan muatan tersebut menuju ke beban ketika saklar
OFF. Hal ini membuat tegangan pada beban menjadi lebih stabil dan mengurangi riak
tegangan.
2.2.4.d Buck Converter Bertingkat Dengan Satu Saklar
Buck Converter bertingkat dengan satu Saklar dikembangkan sebagai solusi untuk
mengatasi keterbatasan dari Buck Converter konvensional dalam melalukan konversi
tegangan dengan rasio yang lebih luas. Secara teori, rasio konversi yang lebih luas dapat
diperoleh dengan menyesuaikan kontrol modulasi sinyal kontrol pada konverter. Namun
dalam praktiknya, nilai maksimum dan minimum dari rasio konversi yang dapat dicapai
oleh konverter dibatasi oleh karakteristik dari komponen pensaklaran itu sendiri.
Gambar 2.10 Rangkaian Buck Converter Bertingkat Satu Saklar (Ortiz-Lopez,2007)
17
Pada konverter jenis ini, ketika saklar M dalam keadaan ON, maka D2,D4,...,D2n-2
dihidupkan secara serentak, mengkonduksi arus iD2 = IL2-IL1, iD4=IL3-IL2, ...., iDn=ILn-ILn-1
masing-masing. Arus rata-rata pada saklar setara dengan ILn x U. Ketika saklar M dalam
keadaan ON, D1, D3, ...., D2n-1 dalam keadaan mati. Saat saklar M dalam keadaan OFF, D1
akan menjadi jalur untuk arus IL1, D3 untuk arus IL2 dan seterusnya hingga tingkat terakhir,
dimana D2n-1 menjadi jalur arus ILn. Pada Buck Converter jenis ini, nilai tegangan keluaran
dapat dicari menggunakan persamaan :
(2. 6)
dimana : E = Tegangan masukan
U = Duty Cycle
Sedangkan nilai induktor minimum untuk mendapatkan mode kerja CCM adalah :
( )
( ) (2. 7)
dimana : Li = nilai Induktor ke-i
n = jumlah tingkatan Buck Converter
i = 1, 2, 3, ……
Dan untuk riak tegangan adalah :
( )
(2. 8)
dimana : Ci = Nilai kapasitor ke-i
2.2.5 Solid State Transformer
Solid State Transformer (SST) adalah sebuah komponnen yang terdiri dari beberapa
tingkat konverter elektronika daya yang terisolasi dengan transformator frekuensi tinggi
(Ashok, 2015). Solid State Transformer merupakan salah satu dari sepuluh teknologi yang
paling banyak muncul pada review teknologi oleh Massachusetts Institute of Technology
(MIT) di tahun 2010. Teknologi Solid State Transformer muncul untuk menggantikan
peran transformator distribusi konvensional saat ini.
18
Gambar 2.11 Gambar Susunan SST (She, 2013)
Ide dasar dari Solid State Transformer adalah untuk mendapatkan transformasi
tegangan dengan isolasi frekuensi menengah hingga tinggi, untuk mengurangi volume dan
berat jika dibandingkan dengan transformator tradisional (She,2013). Prinsip kerja dari
SST dapat dilihat pada Gambar 2.11 di atas. Tegangan AC 50 atau 60 Hz dirubah menjadi
tegangan dengan frekuensi tinggi yang umumnya berkisar antara beberapa KHz hingga
puluhan KHz. Kemudian tegangan frekuensi tinggi ini dinaikkan atau diturunkan
menggunakan transformator frekuensi tinggi dengan volume dan berat yang jauh lebih
rendah. selanjutnya tegangan frekuensi tinggi yang sudah dinaikkan atau diturunkan
tersebut dirubah kembali menjadi tegangan frekuensi rendah, sebesar 50 atau 60 Hz untuk
mensuplai beban.
Solid State Transformer sendiri memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan
dengan transformator konvensional. Pertama adalah penggunaan perangkat dan rangkaian
semikonduktor membuat regulasi tegangan dan arus mungkin dilakukan. Hal ini membuat
beberapa keuntungan menjanjikan seperti pengontrolan aliran daya, kompensasi jatuh
tegangan, membatasi gangguan arus, dan lain-lain. Yang ke dua adalah sumber tegangan
konverter yang terhubung dari terminal sekunder pada Solid State Transformer dapat
digunakan untuk saluran tegangan DC, yang mana dapat terhubung dengan jaringan listrik
skala kecil yang menggunakan tegangan DC. Hal ini dapat membawa kita pada
pengembangan arsitektur jaringan listrik kecil yang baru.
Walaupun Solid State Transformer memiliki konsep yang tergolong mudah, desain
dan implementasinya tidaklah semudah yang diperkirakan. Sejatinya Solid State
Transformer merupakan sebuah rangkaian elektronik dengan tegangan dan daya yang
tinggi, sehingga desain dan pengoperasiannya memberikan tantangan tersendiri bagi para
insinyur. Selain transformator frekuensi tinggi, pada Solid State Transformer juga terdapat
19
banyak komponen lain, seperti gate driver, heatsink, rangkaian kontrol, sistem pendingin,
perangkat daya dan perangkat lainnya. Solid State Transformer memiliki beberapa
arsitektur seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.12 berikut :
Gambar 2.12 Gambar Arsitektur SST (Ashok,2015)
Dari Gambar 2.12 di atas dapat dilihat bahwa terdapat 4 jenis arsitektur dalam
merancang sebuah Solid State Transformer, yaitu satu tahap (tipe A), dua tahap dengan
sambungan DC tegangan rendah (tipe B), dua tahap dengan sambungan DC tegangan
tinggi (tipe C), dan yang terakhir adalah tiga tahap (tipe D). Walau memiliki empat jenis
arsitektur, pada dasarnya Solid State Transformer tersusun dari 3 bagian :
1. Bagian Penyearah
Bagian pertama dari sebuah Solid State Transformer adalah bagian Penyearah.
Bagian ini berfungsi untuk merubah tegangan AC dari sumber menjadi tegangan DC.
2. Bagian Konversi Tegangan
Bagian ini merupakan tempat dimana tegangan diturunkan atau dinaikkan.
Umumnya bagian ini menggunakan transformator frekuensi tinggi untuk dapat
menurunkan atau menaikkan tegangan.
3. Bagian Inversi
Bagian terakhir dari susunan Solid State Transformer adalah bagian inversi. Bagian
ini berfungsi untuk merubah tegangan keluaran DC dari bagian sebelumnya menjadi
tegangan AC dengan frekuensi 50/60 Hz.
Sebagian besar Solid State Transformer yang telah dirancang di lapangan sejauh
ini mengadopsi arsitektur tipe D. Tipe D memiliki lebih banyak topologi yang tersedia
untuk setiap bagiannya, hal ini membuat tipe D memiliki ruang yang cukup banyak untuk
20
mengoptimalkan kinerjanya. Beberapa fitur yang dapat dikembangkan pada tipe D antara
lain adalah kompensasi penurunan tegangan, integrasi penyimpanan energi untuk sumber
daya energi terbarukan dan lain-lain. Tabel 2.3 menunjukkan perbandingan dari
fungsionalitas masing-masing arsitektur SST. Dari Tabel 2.3 ini dapat dilihat bahwa tipe
D (SST Tiga Tahap) memiliki lebih banyak fungsionalitas dibandingkan dengan tipe yang
lain.
Tabel 2.3 Perbandingan Fungsionalitas Tipe-tipe SST
Fungsionalitas Satu Tahap Dua Tahap Tiga Tahap
Pengaturan HVDC Link Tidak Ya Ya
Pengaturan LVDC Link Tidak Ya Ya
Pengaturan Tegangan Output Jelek Baik Baik
Pengaturan Arus Masukan Tidak Baik Sangat Baik
Pembatasan Arus Masuk Tidak Ya Ya
Pembatasan Arus Keluar Tidak Ya Ya
Proteksi HVDC Tegangan
Lebih Tidak Tidak Ya
Proteksi HVDC Tegangan
Kurang Tidak Tidak Ya
Proteksi LVDC Tegangan
Lebih Tidak Ya Ya
Proteksi LVDC Tegangan
Kurang Tidak Ya Ya
Independen Frekuensi Tidak Ya Ya
Implementasi Mudah Sulit Mudah
2.2.6 Penyearah
Menurut Dokic (2015), Penyearah atau Rectifier adalah sebuah rangkaian yang dapat
digunakan untuk merubah / mengkonversi tegangan AC menjadi tegangan DC. Dimana
rangkaian ini pada umumnya digunakan untuk menghubungkan antara sumber daya utama
dengan kontroller DC/DC. Sebuah Penyearah umumnya tersusun dari dioda dan atau
tyristor. Pada Penyearah terkendali, tegangan dan arus keluaran dapat dikontrol dengan
cara mengontrol sudut penyalaan dari tyristor. Sedangkan pada Penyearah yang
menggunakan dioda, kontrol tidak dapat dilakukan sehingga disebut Penyearah tidak
terkendali.
Penyearah juga terbagi menjadi Penyearah setengah gelombang dan Penyearah
gelombang penuh. Penyearah setengah gelombang yang paling sederhana hanya
21
menggunakan sebuah dioda, dimana dioda hanya akan konduksi ketika setengah siklus
positif tegangan sumber. Pada setengah siklus negatif tegangan sumber, dioda terblok
sehingga tidak ada arus yang akan mengalir. Sedangkan pada Penyearah gelombang
penuh, beberapa buah dioda akan konduksi bergantian pada setengah siklus positif dan
setengah siklus.
(a) (b)
Gambar 2.13 Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang (a)
Dan Gelombang Penuh (b) (Dokic, 2015)
Selain dari jenis yang disebutkan di atas, terdapat tipe Penyearah gelombang penuh
lainnya, yaitu Graetz bridge rectifier atau Penyearah jembatan. Rangkaian ini
menggunakan empat buah dioda yang dirangkai menjadi sebuah sirkuit jembatan. Dalam
setiap setengah siklus, sepasang dioda akan berkonduksi dan pasangan lainnya tidak. Arus
pada tiap siklus mengalir ke arah yang sama sehingga tegangan keluaran memiliki
polaritas yang sama.
Gambar 2.14 Rangkaian Penyearah Jembatan (Dokic, 2015)
Pada aplikasi dunia industri, dimana tegangan AC tiga fasa tersedia, penggunaan
Penyearah tiga fasa lebih direkomendasikan. Hal ini karena pada Penyearah jenis ini bila
22
dibandingkan dengan Penyearah satu fasa memiliki nilai komponen DC yang lebih tinggi,
riak tegangan keluaran lebih rendah dan daya keluaran lebih tinggi. Penyearah tiga fasa
banyak digunakan untuk peralatan dan instalasi yang membutuhkan daya yang besar,
dimana arus dan tegangan DC yang relatif sangat tinggi dibutuhkan. dan jenis yang paling
sering digunakan untuk Penyearah tiga fasa adalah Penyearah gelombang penuh.
Gambar 2.15 Rangkaian Penyearah Tiga Fasa (Dokic, 2015)
Berdasarkan Gambar rangkaian di atas, arus keluaran akan mengalir melalui satu
dioda pada grup di sisi atas dan satu dioda pada grup di sisi bawah. Dioda pada sisi atas
dengan potensial paling tinggi pada sisi anoda akan konduksi, sedangkan dua lainnya akan
berada pada kondisi reverse bias sehingga akan tidak aktif. Sedangkan pada sisi bawah,
hanya dioda dengan potensial paling rendah pada sisi katoda yang akan konduksi.
2.2.7 Inverter
Menurut Samman (2015), Inverter merupakan rangkaian elektronika daya yang
digunakan untuk mengkonversikan atau mengubah tegangan searah ke tegangan bolak-
balik. Berdasarkan jumlah fasanya, Inverter terbagi menjadi Inverter satu-fasa dan
banyak-fasa, yang salah satunya adalah Inverter tiga-fasa yang selama ini merupakan jenis
Inverter yang digunakan untuk menginterkoneksi keluarannya ke jala-jala sistem tenaga
listrik (grid). Pemakaian jenis tersebut dipilih didasarkan pada tempat penerapannya.
Pada umumnya Inverter Tiga Fasa bekerja dengan prinsip switched mode yang
rangkaian dasarnya seperti terlihat pada Gambar 2.15. Saklar-saklar pada Gambar tersebut
bekerja sedemikian rupa, sehingga bentuk tegangan keluaran (A, B,& C) dan membentuk
tegangan tiga fasa.
23
Gambar 2.16 Rangkaian Inverter Tiga Fasa
Setiap transistor akan aktif (berkonduksi) selama interval 180˚ terhadap siklus
gelombang, dengan masing-masing keluaran dari setiap kakinya dibuat berbeda 120˚,
artinya terdapat 3 buah fasa dari tegangan yang masing-masing berbeda 120˚. Pergeseran
fasa ini dihasilkan dari urutan pengaktifan transistor, yaitu pada suatu interval yang teratur
sebesar 60˚. Pengaktifan transistor tersebut berlangsung secara terus-menerus dan
berurutan untuk menyelesaikan satu siklus dari gelombang tegangan keluaran.
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Tugas akhir ini merancang dan menganalisa penggunaan Buck Converter bertingkat
sebagai penurun tegangan pada sebuah rangkaian Solid State Transformer (SST) untuk
menggantikan peran ransformator dengan lilitan dan inti besi. Prinsip kerja dari SST pada
penelitian ini terbagi menjadi tiga. Pertama adalah bagian konversi AC/DC, yaitu bagian
yang merubah tegangan AC dari sistem menjadi tegangan DC yang kemudian digunakan
pada bagian berikutnya. Tegangan AC 20 kV dari saluran distribusi primer disearahkan
menjadi tegangan DC menggunakan rangkaian Penyearah. Selanjutnya adalah bagian
konversi tegangan DC, yaitu bagian untuk menurunkan tegangan DC keluaran Penyearah.
Tegangan DC keluaran dari Penyearah akan menjadi tegangan masukan untuk Buck
Converter. Dimana Buck Converter akan menurunkan tegangan tersebut menjadi 600
Volt. Dan bagian terakhir adalah bagian konversi tegangan DC/AC, yaitu proses merubah
tegangan DC kembali menjadi tegangan AC yang dibutuhkan sistem. Tegangan DC yang
sudah diturunkan oleh Buck Converter akan dirubah kembali menjadi tegangan AC
menggunakan Inverter tiga fasa menjadi 380V/220V yang mewakili besar tegangan
jaringan tegangan rendah pada saluran distribusi.
Gambar 3.1 Blok Diagram Solid State Transformer
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksananakan pada bulan September 2020 hingga
bulan Januari 2021 di Fakultas Teknik, Universitas Mataram.
25
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
3.4.2 Alat Penelitian
Perangkat keras yang digunakan pada penelitian ini adalah sebuah Laptop ASUS
dengan Sistem Operasi Windows 10 Pro 64-bit spesifikasi AMD A9 up to 3 Ghz, Ram 4
GB lengkap dengan peralatan pendukung lainnya. Perangkat lunak yang digunakan dalam
penelitian ini adalah MATLAB R2013a beserta tool-tool yang terdapat di dalamnya.
3.4.3 Bahan Penelitian
Bahan Penelitian ini berupa rangkaian Penyearah, Buck Converter bertingkat serta
Inverter yang berasal dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya maupun dari
buku-buku refrensi yang ada. Selain itu terdapat pula data berupa tegangan keluaran
Penyearah yang didapatkan dari hasil pengujian awal rangkaian Penyearah yang sudah
ada.
3.4 Proses Penelitian
Penyelesaian tugas akhir ini dilakukan melalui beberapa tahapan atau langkah-
langkah sebagai berikut:
3.4.2 Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan proses menggali dan mempelajari informasi tentang
rangkaian Solid State Transformer, Penyearah, Inverter dan Buck Converter bertingkat
melalui handbook, e-book, dan sebagainya dengan tujuan untuk mendapatkan rangkaian
refrensi yang akan digunakan pada penelitian guna membantu penyelesaian tugas akhir.
3.4.2 Perencanaan Solid State Transformer
Selanjutnya adalah proses perencanaan jenis rangkaian Solid State Transformer yang
akan digunakan dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk merancang sebuah SST
yang dapat menggantikan peran Transformator pada saluran distribusi, yang
menghubungkan antara jaringan tegangan menengah 20 kV dengan jaringan tegangan
rendah 380/220 V. Gambar 3.2 menunjukkan letak SST yang dirancang pada sebuah
sistem kelistrikan, dimana SST terletak di antara Gardu Induk dan Beban.
26
Gambar 3.2 Sistem Kelistrikan dengan SST yang dirancang
Untuk melakukan proses konversi tegangan 20 kV menjadi 380/220V, pada
penelitian ini digunakan SST dengan arsitektur tiga tahap, dimana penurunan tegangan 20
kV ke 380/200 V pada jenis ini dilakukan melalui proses penyarahan tegangan AC
menjadi DC menggunakan rangkaian penyarah, penurunan tegangan DC menggunakan
Buck Converter bertingkat dan terakhir inversi tegangan DC menjadi AC mengunakan
Inverter.
3.4.3 Perancangan Penyearah
Penyearah ini berfungsi untuk merubah tegangan AC dari sumber, menjadi tegangan
DC yang selanjutnya akan digunakan sebagai masukan untuk Buck Converter bertingkat.
Dimana pada penelitian ini, jenis Penyearah yang digunakan adalah Penyearah tiga fasa
gelombang penuh tidak terkendali. Rancangan Penyearah yang digunakan dirangkai
menggunakan 6 buah dioda dan 1 buah filter kapasitor yang disusun seperti pada Gambar
3.3 berikut :
Gambar 3.3 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh
Pada rancangan Penyearah tiga fasa ini, tiga pasangan dioda pada bagian atas yaitu
D1, D3 dan D5 akan menjadi jalur untuk tegangan positif dari sumber menuju ke beban.
Dioda bagian atas akan terkonduksi menurut besar tegangan siklus positif dari sumber,
27
dimana dioda yang terhubung dengan fasa yang memiliki nilai tegangan (positif) paling
besar pada sisi anoda akan konduksi sehingga dapat melewatkan arus menuju beban,
sedangkan kedua dioda lainnya akan berada pada kondisi tidak aktif. Untuk tiga pasangan
dioda bawah, yaitu D4, D6 dan D2 akan menjadi jalur untuk tegangan negatif dari beban.
Dioda yang terhubung dengan fasa yang memiliki tegangan (negatif) paling besar pada
sisi katoda akan konduksi dan yang lainnya akan berada pada kondisi reverse bias.
Kombinasi kerja dari dioda bagian atas dan bawah ini kemudian akan menghasilkan
tegangan DC yang dapat digunakan untuk mensuplai Buck Converter.
Pada rangkaian ini, dalam proses Penyearahan setiap dioda akan bekerja selama 120˚
(dari siklus 360˚) dan secara keseluruhan setiap dioda sisi atas akan bekerja berpasangan
dengan dioda sisi bawah. Pasangan-pasangan dioda tersebut adalah D1-6, D1-2, D3-2, D3-4,
D5-4, D5-6. Setiap pasangan dioda akan bekerja selama 60˚. Pada rangkaian juga terdapat
sebuah filter yang berfungsi untuk mengurangi riak tegangan keluaran dari Penyearah agar
tegangan keluaran yang dihasilkan lebih mendekati tegangan DC murni.
3.4.4 Perancangan Inverter
Inverter berperan dalam mengubah tegangan DC keluaran Buck Converter menjadi
tegangan AC kembali. Pada penelitian ini digunakan sebuah Inverter tiga fasa untuk
merubah tegangan DC dari Buck Converter menjadi tegangan AC tiga fasa.
Gambar 3.4 Rangkaian Inverter Tiga Fasa
Rangkaian Inverter tiga fasa terdiri dari enam buah switch yang tersusun dari
komponen mosfet seperti pada Gambar 3.4 di atas. Dimana komponen mosfet dapat
28
bekerja pada frekuensi yang sangat tinggi. Switch pada Inverter ini dikontrol
menggunakan metode Pulse Width Modulation (PWM). Dimana setiap saklar akan aktif
selama total interval 180˚ dalam satu siklus gelombang. Dalam setiap periode 60˚ saklar
akan diaktifkan berpasangan dan membentuk aliran arus. Urutan pasangan pengaktifan
saklar pada rangkaian Inverter ini ditunjukkan oleh Tabel 3.1 di bawah.
Tabel 3.1 Tabel Pengurutan Saklar Inverter
Urutan
Ke- Saklar
Kondisi Tiap Fase Tegangan
Yang
Dihasilkan Fase A Fase B Fase C
1 Mosfet1-Mosfet6-Mosfet4 + - - Fase A +
2 Mosfet6-Mosfet3-Mosfet1 + + - Fase C -
3 Mosfet3-Mosfet6-Mosfet2 - + - Fase B +
4 Mosfet2-Mosfet3-Mosfet5 + - + Fase A-
5 Mosfet5-Mosfet4-Mosfet2 - - + Fase C+
6 Mosfet4-Mosfet1-Mosfet5 - + + Fase B-
Rangkaian Inverter tiga fasa pada Gambar 3.4 memiliki satu masukan yang berasal
dari Buck Converter dan memiliki tiga keluaran yang mewakili masing-masing fasa dari
sistem distribusi jaringan tegangan rendah. Pada keluaran Inverter terdapat sebuah filter
berupa filter pasif yang tersusun dari komponen induktor dan kapasitor. Filter berfungsi
untuk menyaring tegangan keluaran Inverter sehingga tegangan keluaran yang dihasilkan
dapat mendekati sinusoidal murni.
3.4.5 Perancangan Buck Converter Bertingkat
Buck Converter berfungsi untuk menurunkan tegangan DC. Tegangan masukan Buck
Converter berasal dari tegangan keluaran Penyearah. Sedangkan keluaran Buck Converter
akan menjadi masukan untuk Inverter. Karena rasio antara tegangan masukan dan
keluaran Buck Converter sangat besar, maka pada penelitian ini jenis Buck Converter yang
dirancang adalah Buck Converter bertingkat. Pada penelitian ini akan dirancang tiga buah
Buck Converter bertingkat satu saklar dengan berbagai tingkatan dan kemudian melihat
kinerja dari masing-masing tingkatan, baik untuk rangkaian tunggal Buck Converter
maupun setelah Buck Converter bekerja dalam sebuah Solid State Transformer.
Spesifikasi Buck Converter bertingkat yang dirancang diperlihatkan pada Tabel 3.2
berikut ini :
29
Tabel 3.2 Tabel Parameter Rancangan Buck Converter
No Parameter Nilai
1 Tingkatan Buck Converter 2, 3 dan 4
2 Tegangan masukan 20 kV
3 Tegangan keluaran 600 V
4 Frekuensi 20 kHz
5 Riak tegangan 5%
6 Resistor Beban 1 Ohm
3.4.5.a Pemilihan Komponen Saklar
Saklar memegang peran penting dalam perancangan Buck Converter karena
merupakan komponen utama Buck Converter. Saklar berperan dalam proses memutus dan
menghubungkan rangkaian Buck Converter demi mendapatkan tegangan keluaran yang
diinginkan. pemilihan komponen saklar didasarkan pada tegangan, arus dan frekuensi
kerja yang akan dilakukan oleh Buck Converter. Untuk saat ini komponen saklar dengan
rating tegangan dan arus kerja tertinggi adalah IGBT. Selain itu frekuensi kerja 20 kHz
juga masih dalam rentang frekuensi kerja IGBT. Oleh karena itu IGBT dipilih dalam
perancangan Buck Converter yang akan dilakukan.
3.4.5.b Menghitung Duty Cycle
Menghitung Duty Cycle untuk Buck Converter bertingkat satu switch dapat
dilakukan menggunakan Persamaan 2.6 berikut :
U = n√Vout/E
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan nilai Duty Cycle untuk
ketiga tingkat Buck Converter yang ditampilkan pada Tabel 3.3 :
Tabel 3.3 Tabel Nilai Duty Cycle
Tingkatan Buck
Converter
Nilai Duty
Cycle
2 0,17
3 0,31
4 0.42
30
3.4.5.c Menentukan Nilai Induktor
Pada rangkaian Buck Converter bertingkat satu switch n tingkat, terdapat n buah
induktor yang dipasang secara seri. Nilai minimum untuk masing-masing induktor ini
dapat dicari menggunakan Persamaan 2.7 :
( )
( )
Dari hasil perhitungan yang dilakukan, didapatkan nilai komponen induktor
minimum untuk masing-masing tingkat Buck Converter seperti terlihat pada Tabel 3.4
berikut :
Tabel 3.4 Tabel Nilai Induktor
Tingkat Nilai Induktor (H)
L1 L2 L3 L4
2 6,9 x 10-4
2 x 10-5
- -
3 1,85 x 10-3
1,7 x 10-4
1,7 x 10-5
-
4 2,8 x 10-3
8,5 x 10-4
8,4 x 10-4
1,26 x 10-5
3.4.5.d Menentukan Nilai Kapasitor
Perhitungan nilai kapasitor diperlukan untuk menentukan besar kapasitor agar
mendapat riak tegangan yang diinginkan. Pada perancangan ini diinginkan riak tegangan
maksimal keluaran Buck Converter sebesar 5% (30 V). Untuk menghitung nilai kapasitor
minimum yang harus digunakan dapat melalui Persamaan 2.8 :
( )
Dari hasil perhitungan yang dilakukan, didapatkan nilai komponen kapasitor untuk
masing-masing tingkat Buck Converter ditampilkan pada Tabel 3.5 berikut :
Tabel 3.5 Tabel Nilai Induktor
Tingkat Nilai Kapasitor (F)
C1 C2 C3 C4
2 1,4 x 10-4
8,3 x 10-4
- -
3 6,5 x 10-5
2,15 x 10-4
6,9 x 10-4
-
4 3,05 x 10-5
6,15 x 10-5
2,43 x 10-4
5,8 x 10-4
31
3.4.5.e Pengujian Rangkaian Buck Converter
Setelah rangkaian dibuat, selanjutnya adalah melakukan pengujian. Pengujian
dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kinerja dari Buck Converter bertingkat yang
dirancang. Pada pengujian ini dilihat apakah rancangan Buck Converter sebelumnya dapat
menurunkan tegangan dari 20 kV ke 600 Volt dengan nilai Duty Cycle yang sudah
ditentukan sebelumnya. Selain itu diperhatikan juga arus dari keluaran Buck Converter
apakah berada pada mode CCM dan apakah nilai riak tegangan keluaran Buck Converter
kurang dari 5%. Ketiga parameter acuan dalam pengujian ini dilihat menggunakan
komponen scope dan display pada simulink matlab.
3.4.6 Melakukan Pengujian Rangkaian SST
Selanjutnya adalah melakukan pengujian rangkaian Solid State Transformer.
Pengujian ini dilakukan dengan menambahkan rangkaian Penyearah pada sisi masukan
Buck Converter dan Inverter pada sisi keluaran Buck Converter. Pengujian ini mewakili
sebuah sistem SST pada jaringan distribusi, mulai dari sumber tegangan AC 20 kV dari
jaringan tegangan menengah hingga keluaran Inverter berupa tegangan 380/220 V untuk
jaringan distribusi tegangan rendah. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan Buck Converter bertingkat pada sebuah rangkaian SST serta mengetahui
perbandingan antar tingkatan Buck Converter yang diuji. Hal-hal yang diperhatikan pada
pengujian ini adalah apakah rangkaian SST dapat menghasilkan tegangan AC 380/220 V
dengan frekuensi 50 Hz, dan bagaimana nilai Total Harmonic Distortion (THD) pada
tegangan keluaran Inverter. Pengujian nilai THD ini dilakukan menggunakan tool FFT
analysis yang disediakan oleh Matlab.
32
3.5 Diagram Alir
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan yang digambarkan dalam diagram
alir seperti pada Gambar 3.5. Sedangkan Gambar 3.6 menunjukkan tahapan-tahapan
perancangan Buck Converter yang digunakan.
Gambar 3.5 Diagram Alir Penelitian
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Penyearah Tiga Fasa
Pengujian Penyearah tiga fasa dilakukan untuk mengetahui apakah Penyearah tiga
fasa pada rancangan dapat bekerja untuk mengubah tegangan AC dari sumber menjadi
tegangan DC. Pengamatan hasil pengujian dilakukan dengan melihat tegangan keluaran
Penyearah pada scope. Pengujian dilakukan pada rangkaian Penyearah sebelum
ditambahkan filter dan pada rangkaian Penyearah setelah ditambahkan filter berupa
kapasitor sebesar satu Farad yang dirangkai secara paralel dengan beban. Hal ini untuk
mengetahui pengaruh pemasangan filter terhadap tegangan keluaran Penyearah. Hasil dari
pengujian dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini.
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.1 Hasil Pengujian Penyearah Tiga Fasa
35
Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa Penyearah dapat merubah tegangan AC 50 Hz
dari sumber menjadi tegangan DC. Pada tegangan keluaran tanpa filter (Gambar 4.1 b),
dapat dilihat bahwa tegangan keluaran memiliki riak yang cukup besar. Tegangan rata-rata
keluaran Penyearah adalah sebesar 26.950 V dimana tegangan minimumnya adalah
24.457 Volt dan tegangan maksimum 28.211 V sehingga riak yang dihasilkan adalah
sebesar 14%.
Sedangkan pada tegangan keluaran dengan filter (Gambar 4.1 c), tegangan DC yang
dihasilkan lebih baik, dimana riak tegangan yang dihasilkan mengalami penurunan yang
cukup signifikan. Tegangan rata-rata keluaran Penyearah dengan filter adalah sebesar
27.980 V dengan riak tegangan yang dihasilkan sebesar 0,24 %. Dari hasil ini diketahui
bahwa pemasangan filter kapasitor dapat memperbaiki kualitas tegangan yang dihasilkan
oleh Penyearah.
4.2 Pengujian Inverter Tiga Fasa
Pengujian Inverter tiga fasa dilakukan untuk mengetahui apakah rancangan Inverter
dapat merubah tegangan DC menjadi tegangan AC 50 Hz. Pengamatan hasil pengujian
dilakukan dengan melihat tegangan keluaran Inverter melalui scope. Pengujian dilakukan
pada tegangan keluaran Inverter sebelum ditambahkan filter dan setelah ditambahkan
filter. Hasil dari pengujian dapat dilihat pada Gambar 4.2 dibawah ini :
(a) (b)
(c)
Gambar 4.2 Hasil Pengujian Rangkaian Inverter
36
Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa pada tegangan keluaran tanpa filter (Gambar
4.2 b) yang dihasilkan oleh Inverter, tegangan keluaran yang dihasilkan tidak berbentuk
sinusoidal murni. Berbeda dengan hasil keluaran pada Inverter dengan filter (Gambar 4.2
c). Sedangkan untuk Gambar spektrum THD dari pengujian yang dilakukan ditunjukkan
oleh Gambar 4.3. Sumbu X merepresentasikan nomor harmonik, yang dimulai dari
harmonik ke nol dan seterusnya, sedangkan sumbu Y merepresentasikan magnitud dari
masing-masing komponen harmonik pada gelombang. Didapatkan bahwa untuk tegangan
keluaran tanpa filter memiliki nilai THD sebesar 62,76% (Gambar 4.3 a) sedangkan untuk
tegangan keluaran dengan filter sebesar 1,15 % (Gambar 4.3 b).
a
b
Gambar 4.3 Gambar Spektrum Harmonisa Tegangan Keluaran Inverter
37
Untuk spektrum THD arus keluaran inverter, ditunjukkan oleh Gambar 4.4. dimana
dari Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa inverter menghasilkan arus dengan nilai THD sebesar
1,53%.
Gambar 4.4 Spektrum Harmonisa Arus Keluaran Inverter
Dari hasil pengujian yang ditunjukkan oleh Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 diketahui
bahwa pengaruh pemasangan filter yang tersusun dari komponen induktor dan kapasitor
cukup baik dalam memperbaiki bentuk keluaran tegangan dan arus dari inverter.
4.3 Perancangan Rangkaian Buck Converter Bertingkat
Rangkaian Buck Converter untuk setiap tingkat dapat dilihat pada Gambar 4.5 untuk
Buck Converter dua tingkat, Gambar 4.6 untuk Buck Converter tiga tingkat dan Gambar
4.7 untuk Buck Converter empat tingkat.
Gambar 4.5 Rangkaian Buck Converter Dua Tingkat
38
Gambar 4.6 Rangkaian Buck Converter Tiga Tingkat
Gambar 4.7 Rangkaian Buck Converter Empat Tingkat
Dari Gambar 4.5, Gambar 4.6 dan Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa setiap tingkatan
Buck Converter sama-sama memiliki satu buah saklar dan sebuah beban. Sedangkan
untuk jumlah komponen penyusun lainnya tergantung dari tingkatan Buck Converter.
Buck Converter dua tingkat tersusun dari 3 dioda, 2 kapasitor dan 2 induktor. Untuk Buck
Converter tiga tingkat tersusun dari 5 dioda, 3 kapasitor dan 3 induktor. Terakhir Buck
Converter empat tingkat tersusun dari 7 dioda, 4 kapasitor dan 4 induktor.
Setelah membuat rangkaian Buck Converter pada simulink, selanjutnya dilakukan
pengujian untuk menguji apakah Buck Converter yang dirangkai dapat bekerja sesuai
spesifikasi yang diberikan sebelumnya. Parameter-parameter yang diperhatikan dalam
pengujian yang dilakukan adalah nilai tegangan keluaran, arus keluaran dan riak tegangan
keluaran dari Buck Converter.
4.3.1 Tegangan Keluaran Buck Converter
Untuk mengetahui nilai dan bentuk tegangan keluaran dari Buck Converter yang
dirancang, digunakan komponen voltage measurement pada simulink, yang hasilnya
39
kemudian ditampilkan pada display dan scope. Scope berfungsi untuk menampilkan
bentuk gelombang keluaran dari Buck Converter, sedangkan display berfungsi untuk
menampilkan nilai tegangan keluarannya. Nilai tegangan keluaran yang ditampilkan
merupakan nilai tegangan keluaran rata-rata. Bentuk gelombang keluaran dari masing-
masing tingkatan Buck Converter dapat dilihat pada Gambar 4.8, Gambar 4.9 dan Gambar
4.10.
(a) (b)
Gambar 4.8 Bentuk Gelombang Keluaran Buck Converter Dua Tingkat
Berdasarkan Gambar 4.8 dapat dilihat pada Buck Converter dua tingkat, terdapat
dua tegangan keluaran yang ditampilkan. Gambar 4.8 a merupakan tegangan yang terukur
pada C1 yang merupakan tingkatan pertama dari proses penurunan tegangan. Pada bagian
ini nilai tegangan yang terukur adalah sebesar 3389 V. Sedangkan Gambar 4.8 b
merupakan tegangan keluaran yang terukur pada beban, yang merupakan tegangan
keluaran dari Buck Converter dengan nilai tegangan yang terukur adalah sebesar 605 V.
(a) (b)
(c)
Gambar 4.9 Bentuk Gelombang Keluaran Buck Converter Tiga Tingkat
40
Gambar 4.9 merupakan Gambar gelombang tegangan untuk Buck Converter tiga
tingkat. Gambar 4.9 a merupakan gelombang tegangan pada C1 yang terukur sebesar 6050
V. Gambar 4.9 b merupakan gelombang tegangan pada C2 yang terukur sebesar 2032 V.
Dan Gambar 4.9 c merupakan gelombang tegangan pada sisi beban dan merupakan
tegangan keluaran Buck Converter, yang terukur sebesar 661 V.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 4.10 Bentuk Gelombang Keluaran Buck Converter Empat Tingkat
Pada Buck Converter empat tingkat, terdapat empat buah gelombang tegangan,
dimana terjadi penurunan besar tegangan pada setiap tingkat. Gambar 4.10 a merupakan
gelombang tegangan pada C1 dan terukur sebesar 8035 V. Untuk Gambar 4.10 b
merupakan bentuk gelombang pada C2 yang terukur sebesar 3651 V. Dan Gambar 4.10 c
merupakan bentuk gelombang pada C3 yang nilainya terukur sebesar 1652 V. Sedangkan
Gambar 4.10 d merupakan bentuk tegangan pada sisi beban dan merupakan tegangan
keluaran dari Buck Converter yang bernilai 724 V.
Dari hasil pengujian tegangan diketahui bahwa proses penurunan tegangan yang
dilakukan oleh Buck Converter tergantung dari tingkatan Buck Converter yang digunakan.
Dimana dengan semakin banyaknya tingkatan Buck Converter, maka semakin banyak pula
siklus penurunan tegangan yang terjadi. Hal ini menyebabkan semakin jauh pula rasio
tegangan yang bisa diturunkan oleh Buck Converter.
41
4.3.2 Arus Keluaran Buck Converter
Pada perancangan ini, diinginkan sebuah Buck Converter yang bekerja pada mode
continous conduction (CCM) dimana mode ini ditandai dengan nilai arus yang tidak
pernah bernilai nol. Pada pengujian ini, digunakan componen current measurement untuk
mengetahui nilai arus keluaran Buck Converter yang kemudian ditampilkan melalui scope.
Tampilan scope akan menunjukkan bentuk gelombang arus keluaran, sehingga dapat
diketahui apakah nilai arus bernilai nol atau tidak. Tampilan scope dari masing-masing
rangkaian ditunjukkan pada Gambar 4.11 berikut :
(a) (b)
(c)
Gambar 4.11 Bentuk Gelombang Arus Keluaran Buck Converter Dua Tingkat (a),
Tiga Tingkat (b) dan Empat Tingkat (c)
Dari Gambar 4.11 di atas dapat dilihat bahwa ketiga rangkaian memiliki bentuk arus
keluaran yang mirip dimana terdapat nilai overshoot di awal sebelum akhirnya nilai arus
keluaran mulai stabil. Rangkaian Buck Converter dua tingkat memerlukan waktu sekitar
0,012 detik untuk mencapat keadaan stabil, sama dengan Buck Converter tiga tingkat.
Sedangkan untuk Buck Converter empat tingkat perlu waktu 0,014 detik agar mencapai
keadaan stabil.
Selain itu, dari Gambar 4.11 tidak ditemukan arus yang menyentuh nilai nol,
sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga rancangan Buck Converter bekerja dalam keadaan
continous conduction mode. Hasil pengujian yang sudah dilakukan menunjukan bahwa
pemilihan nilai induktor untuk masing-masing rangkaian sudah tepat. Dimana induktor
42
yang terpasang dengan nilai sesuai hasil perhitungan dapat menyimpan arus pada kondisi
saklar ON dengan jumlah yang cukup sehingga dapat disalurkan ke beban ketika saklar
OFF. Hal ini menyebabkan beban selalu teraliri oleh arus dan Buck Converter bekerja
pada continous conduction mode.
4.3.3 Riak Tegangan Buck Converter
Pada rancangan ini, riak tegangan dari tegangan keluaran Buck Converter yang
diinginkan tidak lebih dari 5%. Untuk mengetahui nilai riak tegangan yang dihasilkan oleh
Buck Converter, digunakan komponen voltage measurement pada simulink yang
kemudian ditampilkan melalui scope. Nilai riak tegangan didapatkan dengan cara
mengurangi nilai tegangan keluaran maksimum pada kondisi stabil dengan nilai tegangan
minimumnya. Hasil pengujian untuk riak tegangan Buck Converter dapat dilihat pada
Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Riak Tegangan Masing-masing Buck Converter
Tingkatan
Buck
Converter
Tegangan
Rata-rata
(V)
Tegangan
Maksimum
(V)
Tegangan
Minimum
(V)
Riak
Tegangan
(V)
Riak
Tegangan
(%)
2 605 609 600 9 1,49
3 661 666 654 12 1,82
4 724 732 717 15 2,07
Berdasarkan data Tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa nilai riak tegangan ketiga
Buck Converter tidak melebihi nilai 5%, dimana nilai riak terkecil adalah 1,49% dan yang
paling besar adalah 2,07%. Dari hasil pengujian ini diketahui bahwa nilai kapasitor yang
digunakan berdasarkan perhitungan dapat menghasilkan riak tegangan di bawah batas
yang diinginkan. Hal ini berarti bahwa kapasitor dapat menyimpan muatan yang cukup
pada saat saklar ON dan kemudian menyalurkannya ke beban ketika saklar berada pada
kondisi OFF.
4.3.4 Efisiensi Buck Converter
Nilai efisiensi pada rangkaian Buck Converter dapat diketahui dengan cara
membandingkan daya yang masuk ke Buck Converter dengan daya keluarannya. Nilai
43
daya dapat diketahui dengan menggunakan data arus dan tegangan yang terukur. Hasil
pengujian efisiensi rangkaian Buck Converter ditampilkan pada Tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Efisiensi Buck Converrter Bertingkat
Tingkat
Buck
Converter
Duty
Cycle
Vin
(kV)
Iin
(A)
Pin
(kW)
Vout
(V)
Iout
(A)
Pout
(kW)
Eff
(%)
2 0,17 20 29 580 605 605 366 63
3 0,31 20 54 1080 661 661 437 40,5
4 0,42 20 80 1600 724 724 524 33
Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa Buck Converter dua tingkat dengan nilai Duty
Cycle 0,17 memiliki nilai efisiensi tertinggi dengan nilai efisiensi mencapat 63%.
Sedangkan Buck Converter tiga tingkat memiliki nilai efisiensi 40,5% dan Buck Converter
empat tingkat memiliki efisiensi sebesar 33%. Nilai efisiensi pada Buck Converter ini
dipengaruhi oleh nilai Duty Cycle. Gambar 4.12 menunjukan grafik perbandingan antara
nilai Duty Cycle terhadap nilai efisiensi dari Buck Converter.
Gambar 4.12 Grafik Pengaruh Duty Cycle Terhadap Efisiensi
Dari Gambar 4.12 di atas dapat dilihat bahwa nilai efisiensi Buck Converter
meningkat seiring dengan meningkatnya nilai Duty Cycle. Diketahui bahwa semakin besar
nilai Duty Cycle yang digunakan, maka efisiensi dari rangkaian Buck Converter akan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 99
Effi
sie
nsi
(%
)
Duty Cycle (%)
2 Tingkat 3 Tingkat 4 Tingkat
44
semakin tinggi. Selain itu, pada pengaturan Duty Cycle rendah, Buck Converter dua
tingkat memiliki efisiensi yang paling tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini
menunjukan bahwa semakin tinggi tingkatan Buck Converter, maka efisiensi pada Duty
Cycle rendah juga semakin kecil. Sedangkan pada pengaturan Duty Cycle tinggi, ketiga
tingkatan Buck Converter memiliki efisiensi yang cukup tinggi, mencapai lebih dari 90%.
Tabel 4.3 menunjukkan keseluruhan hasil dari pengujian yang sudah dilakukan pada
ketiga rangkaian Buck Converter :
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Ketiga Rangkaian Buck Converter
Tingkat
Buck
Converter
F
(kHz)
Vin
(kV)
Duty
Cycle
Vout
(V)
Riak Tegangan Mode
Arus
Eff
(%) Vmax
(V)
Vmin
(V)
Riak
(%)
2 20 20 0,17 605 609 600 1,49 CCM 63
3 20 20 0,31 661 666 654 1,82 CCM 40,5
4 20 20 0,42 724 732 717 2,07 CCM 33
Dari Tabel 4.3 didapatkan perbandingan hasil pengujian antara Buck Converter
bertingkat, dimana pengujian dilakukan menggunakan nilai frekuensi yang sama, yaitu 20
kHz dan tegangan masukan 20 kV. Dari pengujian yang dilakukan, didapatkan bahwa
ketiga tingkatan Buck Converter dapat menurunkan tegangan 20 kV menjadi sekitar 600 V
dengan menggunakan nilai Duty Cycle hasil perhitungan sebelumnya dan bekerja pada
continous conduction mode (CCM). Untuk riak tegangan yang dihasilkan, Buck Converter
dua tingkat memiliki tegangan keluaran yang paling halus, dengan persentase riak
tegangan sebesar 1,49% dari total tegangan keluaran rata-rata yang terukur. Hal ini
disebabkan oleh komponen kapasitor penyusun Buck Converter dua tingkat bernilai lebih
besar dibandingkan dengan nilai kapasitor penyusun Buck Converter lainnya dimana
kapasitor berperan dalam proses menurunkan riak tegangan yang dihasilkan.
4.4 Pengujian Solid State Transformer
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keluaran dari rancangan SST
yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pengujian dilakukan dengan cara menghubungkan
rangkaian Penyearah, Buck Converter dan Inverter seperti yang ditunjukan pada Gambar
4.13 di bawah ini:
45
Gambar 4.13 Rangkaian Solid State Transformer
Gambar 4.13 merupakan Gambar rangkaian dari Solid State Transformer (SST)
menggunakan Buck Converter dua tingkat sebagai penurun tegangan. Rangkaian Solid
State Transformer di atas tersusun mulai dari sumber tegangan tiga fasa di ujung sebelah
kiri sebagai masukan dari SST yang akan diuji dan 6 buah dioda serta 1 buah filter
kapasitor sebesar 1000 mF yang merupakan rangkaian Penyearah tiga fasa. Rangkaian
Penyearah tersebut terhubung dengan rangkaian Buck Converter dua tingkat. Keluaran
dari Buck Converter kemudian terhubung dengan rangkaian Inverter tiga fasa yang
terhubung dengan filter. Di ujung akhir kanan rangkaian terdapat sebuah beban tiga fasa
yang mewakili beban di sistem distribusi.
Pengujian dilakukan untuk masing-masing tingkatan Buck Converter, dimana pada
pengujian ini parameter-parameter yang menjadi perhatian adalah bagaimana tegangan
keluaran dari Buck Converter jika dibandingkan dengan pengujian menggunakan sumber
DC murni. Serta bagaimana pengaruh penggunaan masing-masing tingkatan Buck
Converter terhadap tegangan keluaran Inverter.
4.4.1 Tegangan Keluaran Buck Converter
Pada pengujian SST yang dilakukan, nilai Duty Cycle diatur berbeda-beda untuk
setiap tingkatan Buck Converter. Nilai Duty Cycle ini menyesuaikan dengan nilai keluaran
Inverter yang ingin dihasilkan, yaitu sekitar 380 V rms. Nilai Duty Cycle untuk masing-
masing tingkatan adalah 0,15 untuk Buck Converter dua tingkat, 0,27 untuk tiga tingkat
dan 0,35 untuk empat tingkat. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 4.14 berikut ini:
46
(a) (b)
(c)
Gambar 4.14 Gambar Keluaran Buck Converter 2 Tingkat (a) Tiga Tingkat (b)
Empat Tingkat (c)
Dari Gambar 4.14 dapat dilihat bentuk gelombang keluaran ketiga Buck Converter
hampir sama. Nilai tegangan keluaran masing-masing Buck Converter juga hampir sama,
berada pada rentang antara 600 V dan 800 V. Untuk tegangan pada Buck Converter dua
tingkat, nilai tegangan rata-rata yang terukur adalah sebesar 661 V dengan riak tegangan
sebesar 2,12%. Untuk tegangan pada Buck Converter tiga tingkat, tegangan nilai tegangan
rata-rata yang terukur adalah 663 V dengan riak tegangan sebesar 2,87%. Sedangkan
untuk Buck Converter empat tingkat, tegangan yang terukur adalah sebesar 656 V dengan
riak tegangan sebesar 3,51%. Untuk lebih jelasnya, nilai keluaran Buck Converter dapat
dilihat pada Tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4 Keluaran Buck Converter Pada Pengujian SST
Tingkat
Buck
converter
Tegangan
Rata-rata
(V)
Tegangan
Maksimal
(V)
Tegangan
Minimal
(V)
Riak
Tegangan
(V)
Riak
Tegangan
(%)
2 661 668 654 14 2,12%
3 663 680 661 19 2,87%
4 656 677 654 23 3,51%
Dari pengujian yang sudah dilakukan diketahui bahwa riak tegangan pada pengujian
Solid State Transformer lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pengujian rangkaian
Buck Converter (Tabel 4.1). Hal ini disebabkan oleh jenis masukan pada kedua pengujian
tersebut berbeda dimana masukan pada pengujian Buck Converter menggunakan tegangan
47
20 kV DC murni. Sedangkan pada pengujian Solid State Transformer masukan untuk
rangkaian Buck Converter merupakan tegangan keluaran dari penyearah yang juga
memiliki riak tegangan (Gambar 4.1 c) yang menyebabkan tegangan keluaran Buck
Converter pada pengujian Solid State Transformer memiliki riak tegangan yang lebih
tinggi. Hal ini dapat diatasi dengan memperbesar nilai kapasitor sehingga mendapatkan
tegangan Buck Converter dengan riak yang diinginkan.
4.4.2 Tegangan Keluaran Inverter
Rancangan Inverter yang direncanakan, diharapkan dapat mengubah tegangan DC
dari keluaran Buck Converter menjadi tegangan AC 50 Hz, dengan nilai tegangan sesuai
dengan standar tegangan distribusi, yaitu sekitar 380 V rms daengan nilai Total Harmonic
Distortion kurang dari 5%. Keluaran dari Inverter selanjutnya dihubungkan dengan sebuah
filter agar keluaran Inverter menjadi lebih baik, yaitu semakin mendekati tegangan
sinusoidal murni, seperti yang ditunjukkan pada pengujian sebelumnya (Gambar 4.2).
Hasil pengujian untuk tegangan keluaran Inverter dapat dilihat pada Gambar 4.15.
(a) (b)
(c)
Gambar 4.15 Gelombang Keluaran Inverter Pada Pengujian SST
Gambar 4.15 menunjukkan bentuk gelombang keluaran Inverter untuk masing-
masing tingkatan Buck Converter yang digunakan sebagai sumber tegangan DC. Gambar
4.15 a menunjukkan bentuk gelombang keluaran Inverter dengan Buck Converter dua
tingkat sebagai sumber. Gambar 4.15 b untuk Buck Converter tiga tingkat, dan Gambar
4.15 c untuk Buck Converter empat tingkat.
48
Dari Gambar 4.15 dapat dilihat bahwa Inverter dapat merubah tegangan DC dari
Buck Converter menjadi tegangan AC 50 Hz. Bentuk gelombang ketiga Inverter sudah
mendekati sinusoidal murni walaupun terjadi distorsi gelombang pada awal siklus. Untuk
nilai tegangan maksimum masing-masing Inverter secara berurutan adalah 563,1 V (398 V
rms), 567,6 V (401 V rms) dan 562 V (397,3 V rms). Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa
nilai tegangan keluaran Inverter sesuai dengan standar jaringan distribusi tegangan rendah
yang ada. Sedangkan untuk nilai Total Harmonic Distortion pada tiap-tiap Inverter dengan
filter dapat dilihat pada Gambar 4.16, Gambar 4.17 dan Gambar 4.18 berikut ini:
Gambar 4.16 Nilai THD Tegangan Dengan Buck Converter Dua Tingkat
Gambar 4.17 Nilai THD Tegangan Dengan Buck Converter Tiga Tingkat
49
Gambar 4.18 Nilai THD Tegangan Dengan Buck Converter Empat Tingkat
Gambar 4.16 menunjukkan nilai THD pada tegangan keluaran Inverter yang
menggunakan buck converter dua tingkat sebagai komponen tegangan. Sedangkan Ganbar
4.17 untuk inverter dengan buck converter tiga tingkat dan Gambar 4.18 untuk inverter
dengan buck converter empat tingkat. Pada ketiga gambar tersebut, sumbu X
merepresentasikan frekuensi harmonik yang dimulai dari frekuensi 0 Hz yang menunjukan
harmonik nol, kemudian dilanjutkan dengan frekuensi fundamental dan frekuensi
harmonik selanjutnya. Sedangkan sumbu Y merepresentasikan magnitud dari masing-
masing komponen harmonik. Frekuensi fundamental memiliki nilai tertinggi yang
menunjukkan bahwa harmonik pada gelombang keluaran inverter cukup kecil. Dari ketiga
gambar tersebut dapat diketahui bahwa harmonik orde ganjil yaitu harmonik ke-5 dan ke-
7 memiliki magnitud yang paling besar diantara harmonik lainnya.
Gambar 4.16 menunjukkan nilai THD pada tegangan keluaran Inverter dengan Buck
Converter dua tingkat sebagai sumber sebesar 1,56%. Gambar 4.17 menunjukkan nilai
THD pada tegangan keluaran Inverter dengan Buck Converter tiga tingkat sebagai sumber
yang nilainya 1,87%. Dan Gambar 4.18 menunjukkan nilai THD pada tegangan keluaran
Inverter dengan Buck Converter empat tingkat sebagai sumber yang bernilai paling besar,
yaitu sebesar 2,51%. Perubahan nilai THD yang semakin besar ini disebabkan oleh
kenaikan riak tegangan keluaran Buck Converter. Dapat diketahui bahwa berdasarkan
Tabel 4.3, semakin tinggi tingkatan Buck Converter yang digunakan, semakin tinggi pula
50
riak tegangan keluaran yang dihasilkan, sehingga nilai THD keluaran Inverter yang
dihasilkan juga semakin besar.
Gambar 4.19 Grafik Perbandingan THD Arus Terhadap Duty Cycle
Gambar 4.19 menunjukan grafik perbandingan antara nilai THD pada tegangan
keluaran inverter terhadap perubahan Duty Cycle. Dari gambar tersebut didapatkan bahwa
nilai THD tegangan keluaran inverter fluktuatif terhadap perubahan Duty Cycle. Pada
ketiga grafik tersebut didapatkan nilai THD yang paling rendah berada pada Duty Cycle
yang paling dekat dengan nilai Duty Cycle acuan dalam perancangan Buck Converter.
Sehingga dapat dianalisis bahwa nilai THD tegangan yang fluktuatif ini disebabkan oleh
perubahan nilai Duty Cycle yang tidak diikuti dengan perubahan nilai komponen lainnya
seperti induktor maupun kapasitor pada rangkaian.
4.4.3 Arus Keluaran Inverter
Selain bentuk tegangan, bentuk arus keluaran dari inverter juga dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh pengunaan Buck Converter sebagai penurun
tegangan terhadap kualitas arus yang dihasilkan. Gambar 4.14 menunjukkan bentuk arus
keluaran yang dihasilkan oleh inverter untuk masing-masing tingkatan Buck Converter
yang digunakan.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 99
THD
Te
gan
gan
(%
)
Duty Cycle (%)
2 Tingkat 3 Tingkat 4 Tingkat
51
(a) (b)
(c)
Gambar 4.20 Gelombang Arus Keluaran Inverter Pada Pengujian SST
Gambar 4.20 menunjukkan bentuk gelombang arus keluaran Inverter untuk masing-
masing tingkatan Buck Converter yang digunakan sebagai sumber tegangan DC. Gambar
4.20 a menunjukkan bentuk gelombang arus keluaran Inverter dengan Buck Converter dua
tingkat sebagai sumber. Gambar 4.20 b untuk Buck Converter tiga tingkat, dan Gambar
4.20 c untuk Buck Converter empat tingkat. Dari Gambar 4.20 dapat dilihat bahwa arus
keluaran dari inverter berupa arus bolak balik yang mendekati sinusoidal murni. Untuk
nilai THD arus keluaran inverter ditunjukkan oleh Gambar 4.21, Gambar 4.22 dan
Gambar 4.23 berikut:
Gambar 4.21 Nilai THD Arus Inverter Dengan Buck Converter Dua Tingkat
52
Gambar 4.22 Nilai THD Arus Inverter Dengan Buck Converter Tiga Tingkat
Gambar 4.23 Nilai THD Arus Inverter Dengan Buck Converter Empat Tingkat
Gambar 4.21, Gambar 4.22 dan Gambar 4.23 menunjukkan nilai THD arus keluaran
Inverter untuk masing-masing tingkatan Buck Converter yang digunakan sebagai sumber
tegangan DC untuk Inverter. Gambar 4.21 menunjukkan nilai THD pada arus keluaran
Inverter dengan Buck Converter dua tingkat sebagai sumber yang nilainya 3,07%. Gambar
4.22 menunjukkan nilai THD pada arus keluaran Inverter dengan Buck Converter tiga
tingkat sebagai sumber yang nilainya 3,09%. Dan Gambar 4.23 menunjukkan nilai THD
pada arus keluaran Inverter dengan Buck Converter empat tingkat sebagai sumber yang
nilainya 3,09 %. Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa nilai THD arus tidak terlalu
terpengaruh oleh perbedaan tingkatan Buck Converter, hal ini dapat dilihat dari nilai THD
arus yang nilainya hampir sama untuk setiap tingkatan Buck Converter yang diuji. Adapun
53
untuk grafik pengaruh perubahan Duty Cycle terhadap nilai THD arus dapat dilihat pada
Gambar 4.24 berikut :
Gambar 4.24 Grafik Perbandingan THD Arus Terhadap Duty Cycle
Gambar 4.24 menunjukan grafik perbandingan antara nilai Harmonik Distorsi Total
pada arus keluaran inverter dengan perubahan nilai Duty Cycle. Dari gambar tersebut
didapatkan bahwa nilai THD arus keluaran inverter pada Duty Cycle yang mendekati nilai
Duty Cycle acuan dalam perancangan Buck Converter lebih rendah dibandingkan dengan
pada nilai Duty Cycle lainnya. Hasil pengujian ini menunjukan bahwa hal ini disebabkan
oleh perubahan nilai Duty Cycle tidak diikuti dengan perubahan nilai komponen induktor
dan kapasitor pada rangkaian yang menyebabkan bentuk tegangan keluaran Buck
Converter berubah dan mempengaruhi nilai THD arus keluaran inverter.
Dari pengujian yang sudah dilakukan, dapat lihat performa untuk masing-masing
tingkatan Buck Converter yang digunakan untuk menurunkan tegangan pada rangkaian
SST. Keseluruhan hasil dari pengujian yang sudah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.5
berikut :
Tabel 4.5 Hasil Pengujian SST
Tingkat
Buck
Converter
F
(kHz)
Vin
(kV)
Duty
Cycle
Vdc
(V)
Riak
Tegangan
(%)
Vout
rms
(V)
Nilai
THD
Tegangan
(%)
Nilai
THD
Arus
(%)
2 20 20 0,15 661 2,12% 398 1,56 3,07
3 20 20 0,27 663 2,87% 401 1,87 3,09
4 20 20 0,35 656 3,51% 397,3 2,51 3,09
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 99
THD
Aru
s (%
)
Duty Cycle (%)
2 Tingkat 3 Tingkat 4 Tingkat
54
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pengujian dan analisa data yang sudah dilakukan dapat diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Rangkaian Buck Converter dua, tiga dan empat tingkat dengan satu saklar terbukti
dapat menurunkan tegangan DC dari 20 kV menjadi 600 V dan menghasilkan arus
yang bersifat kontinyu dengan riak tegangan masing-masing sebesar 1,49%, 1,82%
dan 2,07%. Sedangkan untuk nilai efisiensi didapatkan sebesar 63% untuk Buck
Converter dua tingkat, 40,5% untuk Buck Converter tiga tingkat dan 33% untuk Buck
Converter empat tingkat.
2. Dari pengujian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa dalam penggunaan Buck
Converter bertingkat pada rangkaian Solid State Transformer dapat menghasilkan
tegangan line to line mendekati nilai 400 V rms. Dimana untuk penggunaan Buck
Converter dua tingkat, didapatkan nilai tegangan keluaran Buck Converter sebesar 661
V dengan tegangan keluaran Inverter sebesar 398 V rms. Untuk penggunaan Buck
Converter tiga tingkat, nilai tegangan keluaran Buck Converter sebesar 663 V dengan
tegangan keluaran Inverter sebesar 401 V rms. Dan untuk pengujian Buck Converter
empat tingkat, didapatkan nilai tegangan keluaran Buck Converter sebesar 656 V
dengan tegangan keluaran Inverter sebesar 397 V rms
3. Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa penggunaan Buck Converter
bertingkat pada rangkaian Solid State Transformer mempengaruhi harmonik arus dan
tegangan keluaran yang dihasilkan. Dimana Buck Converter dua tingkat menghasilkan
nilai Total Harmonic Distortion tegangan sebesar 1,56% dan Total Harmonic
Distortion arus sebesar 3,07%. Sedangkan untuk Buck Converter tiga tingkat
menghasilkan nilai Total Harmonic Distortion tegangan sebesar 1,87% dan Total
Harmonic Distortion arus sebesar 3,09%. Dan untuk Buck Converter empat tingkat
menghasilkan nilai Total Harmonic Distortion tegangan sebesar 2,51% dan Total
Harmonic Distortion arus 3,09%.
55
5.2 Saran
1. Perlu penelitian lebih lanjut terkait pengaruh Duty Cycle dan efisiensi dari rangkaian
Buck Converter bertingkat dengan satu saklar, sehingga dapat diketahui penggunaan
yang lebih optimal untuk rangkaian ini.
2. Perlu penelitian lebih lanjut dalam hal kontrol tegangan keluaran pada rangkaian
Buck Converter bertingkat sehingga dapat dilakukan pengaturan tegangan secara
otomatis kedepannya.
56
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, J. F. Analisis Unjuk Kerja Harmonik Di Instalasi Listrik Industri Dan Upaya
Penanggulanggannya. Jurnal Teknologi Elektro, 6(3).
Ahmed, K. Y., Yahaya, N. Z., Asirvadam, V. S., & Ibrahim, O. (2015). Modeling and
simulation of power electronic distribution transformer based on a three level
converter. In Applied Mechanics and Materials (Vol. 785, pp. 151-155). Trans
Tech Publications Ltd.
Arrillaga, J., & Watson, N. R. (2004). Power system harmonics. John Wiley & Sons.
Ashok, S., & EED, N. Solid State Transformer (SST).
Branko, L. D., & Branko, B. (2015). Power electronics: converters and regulators.
Ejury, J. (2013). Buck Converter design. Infineon Technologies North America (TFNA)
Corn Desion Note, 1.Mohan, N., Undeland, T. M., & Robbins, W. P.
(2003). Power electronics: converters, applications, and design. John wiley &
sons.
Falcones, S., Mao, X., & Ayyanar, R. (2010, July). Topology comparison for Solid State
Transformer implementation. In IEEE PES General Meeting (pp. 1-8). IEEE.
Harlow, J. H. (2003). Electric power transformer engineering. CRC press.
IEEE Std. 519-2014., 2014, IEEE Guide for Harmonic Control and Reactive
Compensation of Static Power Converter. Internet.
Ortiz-Lopez, M. G., Leyva-Ramos, J., Carbajal-Gutierrez, E. E., & Morales-Saldana, J. A.
(2008). Modelling and analysis of switch-mode cascade converters with a single
active switch. IET Power Electronics, 1(4), 478-487.
Ramadoni, S. (2017). Transmisi dan Distribusi Tenaga Listrik. Yogyakarta: LP3M UMY.
Rashmil Dahanayake (2020). 3 Phase Inverter (https://www.mathworks.com/
matlabcentral/fileexchange/44676-3-phase-inverter), MATLAB Central File
Exchange. Retrieved September 2, 2020
57
Sankaran, C. (2002). Power quality. CRC press.
Satiawan, I. N. W., Citarsa, I. B. F., & Suksmadana, I. M. B. (2020, July). Design and
Control a High Gain Synchronous Buck Converter for a Solid State Distribution
Transformer. In Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1569, No. 3, p.
032090). IOP Publishing.
She, X., Huang, A. Q., & Burgos, R. (2013). Review of solid-state transformer
technologies and their application in power distribution systems. IEEE journal of
emerging and selected topics in power electronics, 1(3), 186-198.
Suhadi, S. M. K. (2008). Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid III. Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta.
Tiro, J., & Ruslan, L. (2019). Analisis Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan
Jatuh Tegangan Di PT PLN (Persero) ULP Malino. Jurnal Teknologi
Elekterika, 16(2), 69-72.
Tohir, N. I. (2016). Rancang Bangun Catu Daya Digital Menggunakan Buck Converter
Berbasis Mikrokontroler Arduino. The Design of Power Supply Digital Using
Buck Converter Based on Microcontroller Arduino, 10(10)