12
DESAIN & EKOLOGI (STUDI KASUS) PAPER II ARSITEKTUR & LINGKUNGAN Ayu Panji Wilda K. 3213204901 Petty Debriana Austin 3213204902

DESAIN & EKOLOGI

  • Upload
    its

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

DESAIN & EKOLOGI (STUDI KASUS)

PAPER II

ARSITEKTUR & LINGKUNGAN

Ayu Panji Wilda K. 3213204901

Petty Debriana Austin 3213204902

Berdasarkan sumber rujukan :

1. “Designing With Nature”

The Ecological Basis for Architectural Design

By Ken Yeang, 1995

2. “Dasar-Dasar eko Arsitektur” (Seri Eko-Arsitektur 1) Konsep Arsitektur berwawasan lingkungan serta kualitas konstruksi & bahan

bangunan untuk rumah sehat dan dampaknya atas kesehatan manusia.

By Heinz Frick & FX. Bambang Suskiyanto, 1998

Studi Kasus

Munculnya isu-isu lingkungan yang berkembang dewasa ini, sudah

selayak nya kita sebagai penerus bangsa peka terhadap keadaan yang benar-

benar terjadi saat ini, seperti Global Warming, Perubahan Iklim dan bencana-

bencana alam lainnya. Di mulai dengan pemberian pendidikan pengetahuan

dasar ekologi di harapkan manusia dapat lebih berhati-hati dalam mengolah isi

bumi demi keberlangsungan kehidupan di bumi ke depannya.

Studi Kasus yang kami ambil untuk paper 2 ini adalah Green School Bali,

karena berdasarkan pengetahuan dan informasi yang ada Green School Bali

menerapkan desain arsitektur yang memiliki dasar-dasar desain ekologi yang

kuat. Hal ini yang menurut kelompok kami patut untuk di ulas dan di teliti

dalam paper ini.

Di sini kami mencoba menemukan dan menangkap konsep ekologi yang

diterapkan pada Green School Bali, dan membandingkan dengan konsep

ekologi yang di terapkan oleh Ken Yeang dan Heinz Frick pada buku mereka.

Apakah konsep mereka ini memiliki suatu benang merah yang dapat

menghasilkan satu tujuan atau mungkin konsep ekologi Ken Yeang dan heinz

Frick telah benar-benar di terapkan pada desain arsitektur Green School Bali.

GREEN SCHOOL BALI

Green School Bali ini berada di Desa Sibang Kaja yang berlokasi 30 Km dari Kota Denpasar. Merupakan sekolah unik yang digagas oleh John Hardy, desainer dan pengusaha perhiasan. Berdiri pada tahun 2008 silam dengan dua kurikulum ternamanya : Green Studies dan Creative Art.

Dalam proses pengajarannya, mereka memiliki dua kontribusi penting : kesadaran akan lingkungan global serta perspektif khususnya mengenai isu-isu sosial dan budaya. Tahun 2008, diinformasikan bahwa untuk dapat

menyekolahkan anak-anak ke sana, diperlukan sekitar $9.500 /tahun.John Hardy menjelaskan bahwa ide dasar pembangunan sekolah di atas

areal seluas 8 hektar itu adalah untuk menerapkan ajaran Trihita Karana. Oleh

karena itu, tidak ada bahan buatan pabrik atau zat kimia yang dipergunakan di

sekolah ini. Merokok pun tidak diperkenankan.

Secara tipologi (bentuk tipe bangunan), sekolah ini melakukan inovasi dengan melepaskan fisik mereka dari bentuk-bentuk sebuah sekolah yang banyak dipakai. Image yang biasa kita temukan pada bangunan sekolah, tidak akan kita temukan pada bangunan sekolah unik yang satu ini.

Green school ini hanya menggunakan material bambu, alang-alang, rumput

gajah, dan tanah liat di atasnya. Bisa dipastikan, semua material konstruksi

nya merupakan material alam dengan nilai lokal dan dapat didaurulang. Ini

merupakan bentukan penting sebagai konsekuensi dari penerapan konsep

desain ekologi terkait penyelamatan bumi tersebut.

GREEN SCHOOL Sebenarnya apa yang dimaksud dengan Green School itu?

Green School adalah konsep pendidikan yang digabungkan dengan konsep

lingkungan sehingga akan menciptakan lingkungan yang sehat. Konsep hijau pada sebuah sekolah bukan lagi sebuah tren, tetapi sebuah metode yang menyediakan gaya hidup sehat, suasana yang nyaman, dan produktif mempelajari lingkungan sembari menyelamatkan energi, sumber daya alam, dan tentu saja uang.

Green School menyediakan fasilitas yang ramah lingkungan, menyegarkan,

menyehatkan, penyediaan transportasi alternatif, tempat rekreasi pilihan, dan kesempatan bagi para pelajarnya. Keuntungannya sudah jelas, yaitu mengurangi gas-gas berbahaya bagi atmosfer, meningkatkan kemampuan belajar para siswa, meningkatkan kesehatan para siswa seperti menghindarkan penyakit diabetes, asma, atau penyakit pernapasan lainnya, meningkatkan kepekaan sosial, dan lain-lain.

Green School akan memaksimalkan potensi anak-anak sehingga mereka bisa

berpikir secara kreatif bagaimana menciptakan lingkungan yang optimum. Isu lingkungan adalah isu terbesar saat ini.

Semua kurikulum bisa disinergikan dengan masalah lingkungan, dari matematika dan ilmu pasti sampai bahasa Inggris dan kesenian.

Pendidikan lingkungan tidak hanya mengajarkan masalah lingkungan semata di dalam kelas, tetapi juga memberikan keberanian pada siswa untuk mengeksplorasi lingkugan yang ada di luar kelas. Perlu diketahui bahwa 40% dari peserta ‘Science Fair‘ selalu berhubungan dengan masalah lingkungan dan 50% beasiswa yang dikeluarkan oleh perusahaan nasional ditujukan pada masalah lingkungan. Komite Penasihat The National Science Foundation untuk Penelitian Lingkungan dan Pendidikan pernah menuliskan sebuah laporan pada 2003, “In the coming decades, the public will more frequently be called upon to understand complex environmental issues, assess risk, evaluate proposed environmental plans and understand how individual decisions affect the environment at local and global scales. Creating a scientifically informed citizenry requires a concerted, systematic approach to environmental education.”

“Secara umum, selain sebagai inovasi dalam architecture, Green School Bali ini juga merupakan bangunan yang mengadopsi bentuk dan material

kebudayaan lokal Bali sebagai inspirasi desain arsitekturalnya”

DESAIN EKOLOGIS

Konsep umum

“Desain ekologis adalah segala bentuk desain yang meminimalisasi dampak destruktif terhadap lingkungan dengan mengintegrasikan diri dengan proses terkait makhluk hidup. Desain ekologis membantu menghubungkan keterkaitan antara arsitektur hijau, pertanian berkelanjutan, teknik ekologis, restorasi

ekologis, dan bidang lainnya.”

(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Desain_ekologis)

Berdasarkan konsep umum di atas, Green School Bali ini dapat di katakan telah

menerapkan Desain Ekologis karena Green School Bali ini menggunakan konsep

arsitektur hijau yang mana dari proses pembuatannya awal (meliputi

material, kualitas konstruksi, pemanfaatan energy, typologi, teknik, limbah

dll) sampai pada sistem yang berlangsung di dalam nya berlandaskan sebuah

tujuan yakni mengurangi dampak destruktif terhadap lingkungan demi

keberadaan dan keutuhan lingkungan di masa depan.

Dapat di lihat juga dari keinginan pemilik sekolah, John Hardy, yang ingin dalam

proses pengajarannya, mereka memiliki dua kontribusi penting : kesadaran

akan lingkungan global serta perspektif khususnya mengenai isu-isu sosial

dan budaya.

Sistem yang berlangsung di dalam nya pun sangat mendukung ekologi.

Salah satunya dengan ada nya Kurikulum Green Studies, dimana di sediakan

Misi Green School adalah untuk area pertanian dan berkebun di dalam lokasi.

memberikan generasi warga global yang memiliki pengetahuan tentang dan

terinspirasi untuk mengambil tanggung jawab untuk keberlanjutan dunia

Dengan cara :

Mengembangkan tanggung jawab sosial, Menanamkan integritas, kejujuran ,

etika dan kasih sayang sebagai nilai-nilai inti yang mendasar, Menyadari

pentingnya pendidikan holistik.

Adapun tujuan dari kurikulum ini

Untuk menumbuhkan rasa hormat terhadap alam

Untuk meningkatkan kesadaran lingkungan pada siswa

Untuk mengembangkan nilai-nilai ekologis yang mendalam

Untuk memahami dan memraktekkan permaculture sebagai integrasi

harmonis tanah dan keberadan orang-orang untuk menyediakan makanan,

tempat tinggal dan energi secara berkelanjutan.

Jika kita lihat secara keseluruhan dapat di simpulkan sekilas, bahwa green

school ini merupakan sekolah yang di desain/di rancang berdasarkan desain

ekologis yang berlandaskan pengetahuan ekologi, demi tercapainya suatu

tujuan yakni menyelamatkan bumi ke depannya.

Di sini secara umum Green school dapat di katakan menerapkan desain

berbasis ekologi, tidak hanya dari wujud bangunan tetapi juga dengan

sistem-sistem yang berjalan di dalamnya.

Ken Yeang (Designing with nature-The ecological basis for Architectural Design) Green Architecture atau arsitektur berkelanjutan adalah istilah yang cukup berbeda dengan merancang dengan alam dan merancang dengan memperhatikan lingkungannya sekitar, meningkatnya kekhawatiran atas gangguan sistem alam bumi telah menimbulkan berbagai reaksi dari desainer, sehingga mengakibatkan banyak desainer memiliki pandangan ke arah desain ekologis responsif.

“ini dicontohkan dalam konsep keberlanjutan, yang digambarkan sebagai memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi

mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri"

Salah satu kutipan kalimat di dalam buku Ken Yeang : “desain dan perencanaan yang dibuat pada saat ini tidak hanya memiliki efek langsung pada masyarakat manusia, tetapi juga dapat mempengaruhi kualitas lingkungan untuk generasi berikutnya.”

Jika kita hendak merancang dengan cara memperhatikan ekologi atau dengan cara yang bertanggung jawab, kita perlu mengetahui struktur dan fungsi ekosistem itu sendiri. Khususnya dari sudut pandang desainer. Jadi yang perlu kita ketahui pula adalah:

• Aspek-aspek ekologi yang mempengaruhi proses desain • Setelah mengetahui aspek-aspek tersebut barulah kita dapat membuat

keputusan sebuah desain. Karena tanpa pengetahuan tersebut akan menyebabkan kerusakan lingkungan pada akhirnya.

sumber : “ Designing with Nature “ by Ken Yeang

“Pendekatan ekologi pada perancangan arsitektur”

Ada berbagai cara yang di lakukan dari pendekatan ekologi pada perancangan

arsitektur , tetapi pada umumnya mempunyai inti yang sama, antara lain :

Yeang (2006) mendefinisikan sebagai :

• ecological design is bioclimatic design,

• design with the climate of the locality and low energy design.

Yeang menekankan pada integrasi kondisi ekologi setempat, iklim makro

& mikro, kondisi tapak, program bangunan, konsep desain dan sistem yang

tanggap pada iklim, penggunaan energy yang rendah, di awali dengan upaya

perancangan secara pasif dengan mempertimbangkan bentuk dan, konfigurasi,

fasad, orientasi bangunan , vegetasi, ventilasi alam, warna.

Integrasi tersebut dapat di capai melalui 3 tingkatan: