Upload
ubrawijaya
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EKOLOGI ADMINISTRASI
Manfaat Ekologi Administrasi dalam Upaya Pengentasan
Kemiskinan
Di ajukan sebagai take home UTS
Dosen Pembimbing
Dr. Mochamad Makmur, MS
Di susun oleh :
Nama : Mokhammad Chalifal Amri
NIM : 125030100111169
Kelas : F
ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengertian Kemiskinan
Masalah kemiskinan banyak dikaji oleh para ahli dari
berbagai aspek dan dari berbagai disiplin ilmu dengan
menggunakan bermacam-macam ukuran dan konsep. Para ekonom
membahas kemiskinan dengan menggunakan istilah standar hidup,
pendapatan, dan distribusi pendapatan. Para sosiolog
megkajinya dengan menggunakan istilah kelas, stratifikasi,dan
marjinalitas. Sedangkan, para pemerhati masalah-masalah sosial
lebih memperhatikan konsep tingkat hidup yakni melihat tingkat
pendapatan, masalah pendidikan, kesehatan, perumahan, dan
kondisi sosial masyarakat secara umum. Namun, sampai saat ini
belum ada definisi yang baku tentang kemiskinan. Hal ini
menunjukkan bahwa masalah kemiskinan itu sangat kompleks dan
pemecahannya tidak mudah.
Menurut para ahli seperti Andre Bayo Ala (1981),
kemiskinan sangat multidimensional, artinya kemiskinan
mempunyai banyak aspek sebab kebutuhan setiap manusia sangat
beragam. Kemiskinan ditinjau dari sisi kebijakan umum terdiri
dari dua aspek, yaitu primer dan sekunder. Aspek primer
merupakan miskin akan aset, organisasi sosial politik, serta
pengetahuan dan keterampilan. Aspek sekunder merupakan miskin
akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan, dan informasi.
Manifestasi dari dimensi kemiskinan ini dalam bentuk
kekurangan gizi, air bersih, perumahan yang tidak sehat,
pelayanan kesehatan yang kurang memadai dan tingkat pendidikan
masyarakat yang masih rendah. Dimensi-dimensi kemiskinan ini
saling berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung,
yang berarti bahwa kemajuan atau kemunduran pada salah satu
aspek akan menyebabkan kemunduran atau kemajuan aspek lainnya.
Sebenarnya inti dari kemiskinan adalah manusianya, baik secara
individual maupun secara kolektif. Seperti istilah kemiskinan
pedesaan atau kemiskinan perkotaan yang miskin bukan daerah
perkotaan atau desanya, tetapi yang mengalami kemiskinan
adalah penduduk wilayah tersebut.
Pada negara yang dikategorikan miskin biasanya diikuti
pula dengan kondisi yang terbelakang. Oleh karena itu,
kemiskinan dan keterbelakangan dapat dikatakan merupakan
suatu keadaan yang selalu bersamaan. Kedua hal tersebut sangat
melemahkan fisik dan mental manusia dan berdampak terhadap
semua sektor. Oleh sebab itu, pembangunan di negara berkembang
bukan hanya untuk meningkatkan pendapatan nasional saja atau
hanya untuk menambah produksi barang-barang dan jasa, tetapi
pembangunan harus bertujuan pula untuk membangun manusia
jasmaniah, rohaniah dan mengubah nasib manusia untuk keluar
dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
Kemiskinan secara konseptual dapat dipandang dari
berbagai segi. Pertama, segi subsistem, yaitu penghasilan dan
jerih payah seseorang hanya cukup untuk makan saja, bahkan
tidak cukup pula untuk itu. Kedua, segi ketidakmerataan yang
melihat dari posisi relatif dari setiap golongan menurut
penghasilannya terhadap posisi golongan lain. Ketiga, segi
eksternal yang mencerminkan konsekuensi sosial dari kemiskinan
terhadap masyarakat di sekelilingnya, yaitu bahwa kemiskinan
yang berlarut-larut mengakibatkan dampak sosial yang tidak ada
habisnya.
Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu
kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan
karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya
kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa
kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan
kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada
jaman modern. Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi
tidak hanya dialami oleh negara-negara yang sedang berkembang,
tetapi juga negara-negara maju, seperti Inggris dan Amerika
Serikat. Negara Inggris mengalami kemiskinan di penghujung
tahun 1700-an pada era kebangkitan revolusi industri yang
muncul di Eropah. Pada masa itu kaum miskin di Inggris berasal
dari tenaga-tenaga kerja pabrik yang sebelumnya sebagai petani
yang mendapatkan upah rendah, sehingga kemampuan daya belinya
juga rendah. Mereka umumnya tinggal di permukiman kumuh yang
rawan terhadap penyakit sosial lainnya, seperti prostitusi,
kriminalitas, pengangguran.
Amerika Serikat sebagai negara maju juga dihadapi masalah
kemiskinan, terutama pada masa depresi dan resesi ekonomi
tahun 1930-an. Pada tahun 1960-an Amerika Serikat tercatat
sebagai negara adi daya dan terkaya di dunia. Sebagian besar
penduduknya hidup dalam kecukupan. Bahkan Amerika Serikat
telah banyak memberi bantuan kepada negara-negara lain. Namun,
di balik keadaan itu tercatat sebanyak 32 juta orang atau
seperenam dari jumlah penduduknya tergolong miskin. Indonesia
sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya mempunyai
49,5 juta jiwa penduduk yang tergolong miskin (Survai Sosial
Ekonomi Nasional/Susenas 1998). Jumlah penduduk miskin
tersebut terdiri dari 17,6 juta jiwa di perkotaan dan 31,9
juta jiwa di perdesaan. Angka tersebut lebih dari dua kali
lipat banyaknya dibanding angka tahun 1996 (sebelum krisis
ekonomi) yang hanya mencatat jumlah penduduk miskin sebanyak
7,2 juta jiwa di Perkotaan dan 15,3 juta jiwa perdesaan.
Akibat krisis jumlah penduduk miskin diperkirakan makin
bertambah.
Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi,
yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah
terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas,
penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan
"buatan" terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat
membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai
sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia,
hingga mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya para pakar
ekonomi sering mengkritik kebijakan pembangunan yang melulu
terfokus pada pertumbuhan ketimbang pemerataan. Berbagai
persoalan kemiskinan penduduk memang menarik untuk disimak
dari berbagai aspek, sosial, ekonomi, psikologi dan politik.
Aspek sosial terutama akibat terbatasnya interaksi sosial dan
penguasaan informasi. Aspek ekonomi akan tampak pada
terbatasnya pemilikan alat produksi, upah kecil, daya tawar
rendah, tabungan nihil, lemah mengantisipasi peluang. Dari
aspek psikologi terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme,
malas, dan rasa terisolir. Sedangkan, dari aspek politik
berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas
dan kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses
pengambil keputusan.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian:
kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan
kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila
hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak
cukup untak memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang,
kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin
relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun
masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang
miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau
sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki
tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari fihak lain yang
membantunya.
Lebih lanjut, garis kemiskinan merupakan ukuran rata-rata
kemampuan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup
minimum. Melalui pendekatan sosial masih sulit mengukur garis
kemiskinan masyarakat, tetapi dari indikator ekonomi secara
teoritis dapat dihitung dengan menggunakan tiga pendekatan,
yaitu pendekatan produksi, pendapatan, dan pengeluaran.
Sementara ini yang dilakukan Biro Pusat Statistik (BPS) untuk
menarik garis kemiskinan adalah pendekatan pengeluaran.
Menurut data BPS hasil Susenas pada akhir tahun 1998,
garis kemiskinan penduduk perkotaan ditetapkan sebesar Rp.
96.959 per kapita per bulan dan penduduk miskin perdesaan
sebesar Rp. 72.780 per kapita per bulan. Dengan perhitungan
uang tersebut dapat dibelanjakan untuk memenuhi konsumsi
setara dengan 2.100 kalori per kapita per hari, ditambah
dengan pemenuhan kebutuhan pokok minimum lainnya, seperti
sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi. Angka garis
kemiskinan ini jauh sangat tinggi bila dibanding dengan angka
tahun 1996 sebelum krisis ekonomi yang hanya sekitar Rp.
38.246 per kapita per bulan untuk penduduk perkotaan dan Rp.
27.413 bagi penduduk perdesaan. Banyak pendapat di kalangan
pakar ekonomi mengenai definisi dan klasifikasi kemiskinan
ini. Dalam bukunya The Affluent Society, John Kenneth Galbraith
melihat kemiskinan di Amerika Serikat terdiri dari tiga macam,
yakni kemiskinan umum, kemiskinan kepulauan, dan kemiskinan
kasus. Pakar ekonomi lainnya melihat secara global, yakni
kemiskinan massal/kolektif, kemiskinan musiman (cyclical), dan
kemiskinan individu.
Kemiskinan kolektif dapat terjadi pada suatu daerah atau
negara yang mengalami kekurangan pangan. Kebodohan dan
eksploitasi manusia dinilai sebagai penyebab keadaan itu.
Kemiskinan musiman atau periodik dapat terjadi manakala daya
beli masyarakat menurun atau rendah. Misalnya sebagaimana,
sekarang terjadi di Indonesia. Sedangkan, kemiskinan individu
dapat terjadi pada setiap orang, terutama kaum cacat fisik
atau mental, anak-anak yatim, kelompok lanjut usia.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana upaya pemerintah dalam menangani kemiskinan?
b. Apa yang dimaksud ekologi administrasi?
c. Bagaimana manfaat ekologi administrasi dalam upaya
pengentasan kemiskinan?
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu,
1. Guna menambah wawasan dan pengetauan bagi para mahasiswa
mengenai ekologi administrasi dalam penananganan masalah
kemiskinan SDM, SDA.
2. Dapat bermanfaat dan memberikan informasi tentang bagaimana
proses proses penanganan dan penyelesaian masalah mengenai
kemiskinan, SDM, SDA di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebijakan Pemerintah dalam Menangani Kemiskinan
Beberapa program yang tengah digalakkan oleh pemerintah
dalam menanggulangi kemiskinan antara lain dengan memfokuskan
arah pembangunan pada tahun 2008 pada pengentasan kemiskinan.
Fokus program tersebut meliputi 5 hal antara lain pertama
menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok; kedua
mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin; ketiga
menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan
berbasis masyarakat; keempat meningkatkan akses masyarakat
miskin kepada pelayanan dasar; dan kelima membangun dan
menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat
miskin.
Dari 5 fokus program pemerintah tersebut, diharapkan
jumlah rakyat miskin yang ada dapat tertanggulangi sedikit
demi sedikit. Beberapa langkah teknis yang digalakkan
pemerintah terkait 5 program tersebut antara lain:
a. Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok. Fokus
program ini bertujuan menjamin daya beli masyarakat
miskin/keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok terutama
beras dan kebutuhan pokok utama selain beras. Program yang
berkaitan dengan fokus ini seperti :
• Penyediaan cadangan beras pemerintah 1 juta ton
• Stabilisasi/kepastian harga komoditas primer
b. Mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin.
Fokus program ini bertujuan mendorong terciptanya dan
terfasilitasinya kesempatan berusaha yang lebih luas dan
berkualitas bagi masyarakat/keluarga miskin. Beberapa program
yang berkenaan dengan fokus ini antara lain:
• Penyediaan dana bergulir untuk kegiatan produktif skala
usaha mikro dengan pola bagi hasil/syariah dan konvensional.
• Bimbingan teknis/pendampingan dan pelatihan pengelola
Lembaga Keuangan Mikro (LKM)/Koperasi Simpan Pinjam (KSP).
• Pelatihan budaya, motivasi usaha dan teknis manajeman usaha
mikro
• Pembinaan sentra-sentra produksi di daerah terisolir dan
tertinggal
• Fasilitasi sarana dan prasarana usaha mikro
• Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir
• Pengembangan usaha perikanan tangkap skala kecil
• Peningkatan akses informasi dan pelayanan pendampingan
pemberdayaan dan ketahanan keluarga
• Percepatan pelaksanaan pendaftaran tanah
• Peningkatan koordinasi penanggulangan kemiskinan berbasis
kesempatan berusaha bagi masyarakat miskin.
c. Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan
berbasis masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan
sinergi dan optimalisasi pemberdayaan masyarakat di kawasan
perdesaan dan perkotaan serta memperkuat penyediaan dukungan
pengembangan kesempatan berusaha bagi penduduk miskin. Program
yang berkaitan dengan fokus ketiga ini antara lain :
• Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di daerah
perdesaan dan perkotaan
• Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah
• Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus
• Penyempurnaan dan pemantapan program pembangunan berbasis
masyarakat.
d. Meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan
dasar. Fokus program ini bertujuan untuk meningkatkan akses
penduduk miskin memenuhi kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan
prasarana dasar. Beberapa program yang berkaitan dengan fokus
ini antara lain :
• Penyediaan beasiswa bagi siswa miskin pada jenjang
pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah
(MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah
(MTs);
•Beasiswa siswa miskin jenjang Sekolah Menengah Atas/Sekolah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah (SMA/SMK/MA);
• Beasiswa untuk mahasiswa miskin dan beasiswa berprestasi;
• Pelayanan kesehatan rujukan bagi keluarga miskin secara
cuma-cuma di kelas III rumah sakit;
e. Membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial
bagi masyarakat miskin. Fokus ini bertujuan melindungi
penduduk miskin dari kemungkinan ketidakmampuan menghadapi
guncangan sosial dan ekonomi. Program teknis yang di buat oleh
pemerintah seperti :
• Peningkatan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender
(PUG) dan anak (PUA)
• Pemberdayaan sosial keluarga, fakir miskin, komunitas adat
terpencil, dan penyandang masalah kesejahteraan sosial
lainnya.
• Bantuan sosial untuk masyarakat rentan, korban bencana alam,
dan korban bencana sosial.
• Penyediaan bantuan tunai bagi rumah tangga sangat miskin
(RTSM) yang memenuhi persyaratan (pemeriksaan kehamilan ibu,
imunisasi dan pemeriksaan rutin BALITA, menjamin keberadaan
anak usia sekolah di SD/MI dan SMP/MTs; dan penyempurnaan
pelaksanaan pemberian bantuan sosial kepada keluarga
miskin/RTSM) melalui perluasan Program Keluarga Harapan (PKH).
• Pendataan pelaksanaan PKH (bantuan tunai bagi RTSM yang
memenuhi persyaratan).
2.2 Pengertian Ekologi Administrasi
Ekologi Administrasi Negara adalah Serangkaian proses
yang terorganisir darisuatu aktivitas publik atau kenegaraan
yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah publik melalui
perbaikan-perbaikanterutama di bidang organisasi, sumber
danmanusia dan keuangan (Fred. W. Riggs).
Pengertian Ekologi Administrasi Negara adalah serangkaian
proses yang terorganisir dari suatu aktivitas publik atau
kenegaraan yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah
publik melalui perbaikan-perbaikan terutama di bidang
organisasi, sumberdaya manusia, dan keuangan. Dengan demikian
ekologi administrasi publik yaitu suatu ilmu yang mempelajari
adanya proses saling mempengaruhi sebagai akibat adanya
hubungan normatif secara total dan timbal balik antara
pemerintah dengan lembaga-lembaga tertinggi negara maupun
antar pemerintah, vertikal-horisontal, dan dengan
masyarakatnya. Dimensi pemerintahan dapat dikaji berdasarkan
salah satu teori dari Aristoteles, yaitu teori
organisme.Asumsi teori ini menyatakan bahwa negara atau
pemerintahan itu adalah kodrat danmerupakan satu organisme
yang mempunyai kehidupan tersendiri.Dalam bukunya “politics”
Aristoteles menyatakan bahwa negara adalah satu masyarakat
paguyuban (perkumpulan) yang paling tinggi diatas masyarakat
paguyuban lainnya.“Dimana negara bersifat kodrat dan memiliki
semua sifat organisme yang terdapat pada mahluk hidup”.
Tingkatan paguyuban menurut Aristoteles yaitu :
1. keluarga,
2. kehidupan bermasyarakat secara berkelompok,
3. kehidupan bernegara.
Penyesuaian dalam dimensi pemerintahan :
1. Penyesuaian kedaulatan dengan pencapaian tujuan dalam
kehidupan bernegara.
2. Penyesuaian dengan lingkunagannya, baik factor lingkungan
eksternal dan internal.
Disamping penyesuaian kedaulatan tersebut harus ada
keseimbangan diantaranya :
1. Kelompok masyarakat dengan kelompok lain.
2. Kehidupan kelompok dengan kehidupan pereorangan (individu)
3. Hubungan antara individu dengan individu lainnya.
4. Hubungan antara warga dengan sumber daya dan kekayaan alam
yang tersedia.
5. Hubungan warga negara perseorangan dan secara bersama dengan
lingkungansosial, budaya, dan lingkungan alam semesta.
Menurut Prof. F.W. Riggs menyebutkan ada 5 hal yang
mempengaruhi bekerja suatu sistem dalam ekologi administasi :
1. keadaan penduduk,
2. struktur social,
3. sistem ekonomi,
4. ideologi negara, dan
5. sistem politik
Sedangkan menurut Farrel Weady yang mempengaruhi bekerja suatu
sistem dalam ekologi administrasi yaitu :
1. keadaan penduduk,
2. wilayah,
3. teknologi,
4. cita-cita dan harapan, dan
5. kepribadian.
Demikian juga dengan administrasi publik dalam hal
aktivitasnya tidak bisa melepaskan diri dari dari ekologinya
seperti yang dikatakan oleh Ira Sharkansky dalam menjelaskan
pengertoan administrasi publik, melalui kegiatan para
administrator, yang meliputi banyak sekali pekerjaan
pemerintah. Ternyata kegiatan para administrasi tidak dapat
dilukiskan secara seder hana karena sebagian dari mereka
menjalankan tugas rutin, sebagian lagi mengelola pekerjaan
rutin pemerintah dan sebagian lagi terlibat dalam pekerjaan
yang bersifat inovatif. Dengan demikian dapat dikatakan
administrasi publik sebagai arena atau lapangan para
administrator melakukan kegiatan, tugas dan pekerjaan
pemerintah dan administrasi publik berkaitan erat sekali
kebijakan publik.
Selain itu Stahril Edmunds dan John Letey mengatakan
bahwa ekologi administrasi adalah sebuah konsep untuk
mengontrol hubungan manusia dalam hal yang berkaitan tentang
kesehatan biologis, keanekaragaman, dan keseimbangan ekologis
yang akan dipertahankan. Di sisi lain, ekologi administrasi
adalah berkaitan perhatian tentang ke sama kerjaan atau saling
berhubungan antara kegiatan manusia dengan alam. Alam adalah
semua proses biologis yang membuat interrelasi dari organisme
dengan lingkungannya. Keseluruhan dari interaksi antara
organisme dan lingkungannya itu disebut sebagai ekologi, atau
ekosistem. (Stahril Edmunds dan John Letey:1973).
2.3 Manfaat Ekologi Administrasi dalam Upaya Pengentasan
Kemiskinan
Dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia Ekologi Administrasi
mempunyai beberapa cara yang digunakan :
1. Menciptakan SDM yang Berkualitas
Dalam hal pengentasan kemiskinan tentu erat kaitannya
dengan faktor ekologi disekitarnya, salah satunya yaitu sumber
daya manusia atau manusia yang hidup di lingkunagan tersebut.
Kemudian, besarnya dana untuk menangani kemiskinan adalah
merupakan hal yang positif. Dengan dana yang semakin besar,
jumlah penduduk yang bisa dijangkau akan semakin banyak dan
kualitasnya bisa ditingkatkan. Namun, besarnya dana juga mesti
diikuti dengan kualitas sumber daya manusia yang menangani
kemiskinan. Penulis menyebut hal ini dengan penanganan
kemiskinan berbasis sumber daya manusia. Sumber daya manusia
yang berkualitas dalam menangani kemiskinan akan membantu
mempercepat penangan kemiskinan. Hambatan besaran dana
bukanlah suatu hal yang dipermasalahkan selama sumber daya
manusia yang menanganinya berperan optimal, karena dengan
sumber daya manusia yang berperan optimal, diharapkan
pengaruhnya kepada orang miskin pun juga jauh lebih besar dan
bermanfaat.
Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang tepat untuk
menangani kemiskinan, salah satunya adalah dengan melakukan
rekrutmen yang berkualitas dan diikuti dengan penempatan yang
tepat. Jika pemerintah sangat serius untuk menangani
kemiskinan melalui peran aparatur negara, maka sudah
selayaknya pemerintah mengoptimalkan potensi para aparatur
negara pada posisi yang tepat. Jangan sampai aparatur yang
ditempatkan selama ini ternyata tidak cocok potensinya bekerja
di bagian yang menangani kemiskinan. Pekerjaan menangani
kemiskinan harus dilihat sebagai pekerjaan yang profesional
dan bukan kerja sosial semata.
Pekerjaan menangani kemiskinan memiliki kriteria
tertentu, misalnya saja dilihat dari segi inteligensi, minat
dan kepribadian orang yang akan bekerja di sektor yang terkait
dengan penanganan kemiskinan. Individu yang memiliki minat
sosial yang sedang atau tinggi misalnya, dapat memenuhi
kriteria ini. Sementara individu dengan kepribadian tabah,
senang bergaul bisa memenuhi kriteria. Karakter pekerjaan
perlu dirumuskan terlebih dahulu untuk berbagai posisi
pekerjaan yang terkait dengan penanganan kemiskinan. Setelah
itu dirumuskan karakter individu yang akan menempati posisi
yang telah ditentukan. Kemudian dilihat kesesuian antara
karakter pekerjaan dengan karakter individu. Jika terjadi
kesesuaian, maka individu bisa menempati posisi yang telah
ditentukan.
Dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang direkrut
melalui proses rekrutmen yang baik, maka individu tersebut
selanjutnya menjalani pelatihan, pengembangan dan penempatan.
Dengan demikian, sumber daya manusia yang handal telah
dipersiapkan untuk menangani kemiskinan yang merupakan proyek
besar dan membutuhkan kerja keras dan juga berbagai inovasi.
Disamping itu, atas keprofesionalannya dalam bekerja maka para
aparat perlu mendapat gaji dan tunjangan yang baik. Rasulullah
SAW bersabda, “Barang siapa yang loyal kepada kami dalam
pekerjaan, dan dia tidak memiliki rumah; atau tidak memiliki
istri, maka hendaklah dia menikah, atau tidak memiliki
pembantu, hendaklah dia mengambil pembantu; atau tidak
memiliki kendaraan, hendaklah dia mengambil kendaraan; dan
barangsiapa yang mendapatkan sesuatu selain hal tersebut, maka
dia korupsi (HR Ahmad dalam Al Musnad, hadits no. 175554,
175556, 175558, HR Abu Dawud dalam As-Sunan,hadits no. 2945).
Hadits Rasulullah tentang upah ini membicarakan upah untuk
mereka yang bekerja di lembaga negara (Jaribah bin Ahmad Al-
Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin Al-Khathab) dimana perlu ada
sebuah standar kecukupan untuk mereka agar bisa bekerja
optimal dan amanah.
Sementara, bagi masyarakat miskin, sebenarnya mereka pun
memiliki potensi. Namun biasanya terkendala dana. Masyarakat
miskin sangat banyak yang melakukan wirausaha, namun
pendapatan mereka tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarga. Adapun anak-anak mereka, di antaranya ada yang
memiliki kecerdasan tinggi tapi tidak bisa melanjutkan sekolah
karena kendala dana. Untuk anak-anak orang miskin yang
memiliki kecerdasan tinggi, maka pemerintah seharusnya
memberikan beasiswa penuh untuk membiayai pendidikan mereka.
Dengan demikian, orang tua mereka tidak terbebani dengan biaya
pendidikan anaknya. Sementara bagi orang miskin yang anaknya
memiliki kecerdasan rata-rata ataupun di bawah itu, pemerintah
tetap perlu memberi bantuan yang dapat meringankan beban orang
tua.
Sementara bagi orang tua, kemiskinan yang ada pada diri
mereka, meskipun telah berusaha berwirausaha maupun bekerja,
kiranya pemerintah bisa mengadakan semacam asesmen untuk
mengetahui potensi mereka yang bisa dikembangkan. Selama ini
orang miskin banyak yang tidak tahu potensi yang ada dalam
diri mereka, sehingga mereka pun tidak tahu ke arah mana
melakukan pemberdayaan potensi yang dimiliki. Pemerintah
selama ini telah memberikan bantuan kepada orang miskin berupa
bantuan langsung tunai, bantuan pendidikan, bantuan kesehatan,
bantuan modal usaha dan lainnya. Namun belum memberikan
bantuan berupa pengenalan potensi yang dimiliki orang miskin.
2. Peranan Pemerintah dalam Menerapkan Kebijakan yang Dibuat
Mengenai Pemanfaatan SDA
Kemudian manfaat Ekologi Administrasi yang kedua yaitu
pemanfaatan Sumber Daya Alam yang dilakukan secara efisien dan
efektif. Tetapi disisi lain, pemanfaatan SDA secara berlebihan
tanpa memperhatikan aspek pelestariannya dapat meningkatkan
tekanan-tekanan terhadap kualitas lingkungan hidup yang pada
akahirnya akan mengancam swasembada atau kecukupan pangan
semua penduduk di Indonesia. Oleh karena peran pemerintah
dalam memberikan kebjakan tentang peraturan pengelolaan SDA
menjadi hal yang penting sebagai langkah menjaga SDA yang
berkelanjutan.
Kebijakan yang di buat oleh pemerintah tidak hanya
ditetapkan untuk dilaksanakan masyarakat tanpa pengawasan
lebih lanjut dari pemerintah. Pemerintah memiliki peran agar
kebijakan tersebut diterapkan sebagaimana mestinya oleh
masyarakat. Sesuai dengan Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan PP No. 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah
Otonom, dalam bidang lingkungan hidup memberikan pengakuan
politis melalui transfer otoritas dari pemerintah pusat kepada
daerah:
Meletakkan daerah pada posisi penting dalam
pengelolaan lingkungan hidup.
Memerlukan peranan lokal dalam mendesain kebijakan.
Membangun hubungan interdependensi antar daerah.
Menetapkan pendekatan kewilayahan.
Dapat dikatakan bahwa konsekuensi pelaksanaan UU No. 32 Tahun
2004 dengan PP No. 25 Tahun 2000, Pengelolaan Lingkungan Hidup
lebih diprioritaskan di Daerah, maka kebijakan nasional dalam
bidang lingkungan hidup secara eksplisit PROPENAS merumuskan
program yang disebut sebagai pembangunan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup. Program itu mencakup :
Program Pengembangaan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber
Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
Program ini bertujuan untuk memperoleh dan menyebarluaskan
informasi yang lengkap mengenai potensi dan produktivitas
sumberdaya alam dan lingkungan hidup melalui inventarisasi dan
evaluasi, serta penguatan sistem informasi. Sasaran yang ingin
dicapai melalui program ini adalah tersedia dan teraksesnya
informasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup, baik berupa
infrastruktur data spasial, nilai dan neraca sumberdaya alam
dan lingkungan hidup oleh masyarakat luas di setiap daerah.
Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi dan
Rehabilitasi Sumber Daya Alam.
Tujuan dari program ini adalah menjaga keseimbangan
pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan
hidup hutan, laut, air udara dan mineral. Sasaran yang akan
dicapai dalam program ini adalah termanfaatkannya, sumber daya
alam untuk mendukung kebutuhan bahan baku industri secara
efisien dan berkelanjutan. Sasaran lain di program adalah
terlindunginya kawasan-kawasan konservasi dari kerusakan
akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak terkendali dan
eksploitatif
Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran
Lingkungan Hidup.
Tujuan program ini adalah meningkatkan kualitas lingkungan
hidup dalam upaya mencegah kerusakan dan/atau pencemaran
lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan yang rusak akibat
pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan, serta kegiatan
industri dan transportasi. Sasaran program ini adalah
tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat
adalah tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan
sehat sesuai dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan.
Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup.
Program ini bertujuan untuk mengembangkan kelembagaan, menata
sistem hukum, perangkat hukum dan kebijakan, serta menegakkan
hukum untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan
pelestarian lingkungan hidup yang efektif dan berkeadilan.
Sasaran program ini adalah tersedianya kelembagaan bidang
sumber daya alam dan lingkungan hidup yang kuat dengan
didukung oleh perangkat hukum dan perundangan serta
terlaksannya upaya penegakan hukum secara adil dan konsisten.
Progam Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber
Daya alam dan Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup.
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan peranan dan
kepedulian pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan
sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Sasaran program ini adalah tersediaanya sarana bagi masyarakat
dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi
lingkungan hidup sejak proses perumusan kebijakan dan
pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan sampai
pengawasan.
Dari penjelasan di atas sebaiknya peran pemerintah tidak hanya
sebagai pembuat kebijakan (legislatif) dan pengontrol saja,
tetapi ada beberapa hal yang seharusnya dilakukan pemerintah :
Melakukan pembaharuan teknologi yang ramah lingkungan, dengan
mendukung serta memberikan dana bagi institusi atai individu
yang melakukan pembaharuan teknologi tersebut. Misalnya
teknologi Biogas, Biopori, dan minyak biji jarak.
1. Mengajak perusahaan-perusahaan yang bergerak di
bidang lingkungan dan SDA untuk ikut serta menjaga
SDA yang ada, dengan mendorong mereka melakukan
corporate sosial responsibility (CSR) sebagai bentuk tanggung
jawab terhadap eksploitasi SDA yang dilakukan,
dengan membuat UU perihal kewajiban perusahaan
melakukan CSR.
2. Mengkampayekan Cinta Indonesia Cinta Lingkungan,
seperti buang sampah pada tempatnya, tentunya dengan
memberikan sanksi bagi para pelanggar (tanpa pandang
levelitas).
3. Mensosialisasikan dengan tepat kebijakan-kebijakan
kepada seluruh aspek masyarakat, agar dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ikut
berperan serta memelihara dan meningkatkan kualitas
lingkungan.
4. Meningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya
manusia (SDM) seperti pengetahuan serta keteranpilan
SDM dalam pengelolaan dan pengembagan program CSR.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka penulis menarik kesimpulan
yaitu,
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi
geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang
memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh
faktor alam, faktor non-alam maupun faktor manusia yang
menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis yang
dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional
(lihat konsideran UU tersebut).
2. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang tepat untuk
menangani kemiskinan, salah satunya adalah dengan melakukan
rekrutmen yang berkualitas dan diikuti dengan penempatan yang
tepat.
3. Pemanfaatan SDA secara berlebihan tanpa memperhatikan aspek
pelestariannya dapat meningkatkan tekanan-tekanan terhadap
kualitas lingkungan hidup yang pada akahirnya akan mengancam
swasembada atau kecukupan pangan semua penduduk di Indonesia.
3.2 Saran
Adapun saran penulis dalam penulisan makalah ini yaitu,
Dari ketika aspek yaitu Ekologi Geografis, SDM dan SDA yang
paling dominan rawan terjadi konflik yaitu dalam pemanfaatan
SDA. Dimana melihat apa yang terjadi sekarang ini banyak
ketimpangan-ketimapang yang dilakukan oleh pengelolah SDA
tersebut, olehnya pemerintah harus benar-benar memanfaatkan
ekologi administrasi secara konsisten dengan cara membuat
kebijakan itu jangan dijadikan sebagai tameng untuk melindungi
diri hal yang dapat merugikan masyarakat atau rakyat Indonesia
secara universal.
DAFTAR PUSTAKA
Makmu, Mochammad. Ekologi Administrasi Publik, Malang, 2009, hal. 32-
34.
http://id.shvoong.com/business-management/management/1943083-
pemecahan-masalah-dalam-kelompok/