24
Desain Kriya Kontemporer © 2014 Kuntari Eri Murti | 1 DESAIN KRIYA KONTEMPORER Kuntari Eri Murti 1 PENDAHULUAN Dalam bahasa Sansekerta, Kriyā artinya tindakan atau usaha, kebanyakan digunakan dalam konteks kegiatan yang lengkap dalam mempraktekkan yoga untuk mencapai hasil yang spesifik. Arti kriya yang lain adalah manifestasi dari kekuatan kundalini, misalnya gerakan tubuh spontan yang berkaitan dengan aliran energi tubuh. Sebagai contoh, Kriya Shakti adalah kekuatan berpikir (Blavatsky, 1888). Kriya juga diartikan sebagai kegiatan seni, menitik-beratkan kepada keterampilan tangan untuk mengolah bahan baku yang sering ditemukan di lingkungan menjadi benda-benda yang tidak hanya bernilai pakai, tetapi juga bernilai estetis (wikipedia.org). Hasil kerja kriya bisa berupa karya seni fungsional maupun dekoratif dengan bahan tekstil, kayu, tanah liat, logam, kulit, berbagai bahan serat alam serta kombinasi dari berbagai bahan tersebut. Perguruan tinggi yang memiliki program studi kriya mendefinisikan kriya dari berbagai sudut pandang. Kriya adalah bidang keilmuan mempelajari pengetahuan, keterampilan dan kreatifitas berkarya rupa, yang bertolak dari pendekatan medium, kepekaan estetik, kebutuhan keseharian (utiliatrian) dan mengandalkan keterampilan manual (manual dexterity). Hasil karya kriya diutamakan mengandung nilai keunikan konseptual, tema, imajinatif, emosional dan inderawi (visual, tactile, olfactory). Kriya juga merupakan metoda berkarya sekaligus mendesain produk yang mengutamakan nilai kualitas estetika, fungsional, keunikan, tema, makna dan pesan filosofis (www.fsrd.itb.ac.id). Kriya adalah salah satu cabang Seni Rupa yang tumbuh dan berkembang berdasar pada akar budaya bangsa yang menciptakan karya-karya Seni yang memenuhi kebutuhan fungsional dan atau non fungsional yang dalam mewujudkanya dilaksanakan secara kreatif, inovatif, serta dengan craftsmanship yang tinggi, baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, maupun eksklusif (isi.ac.id). 1 Kuntari Eri Murti,Trainer Manajemen Pemasaran, Manajemen Seni dan Desain, Desain Interior dan Desain Produk, PPPPTK SB, Jogjakarta.

DESAIN KRIYA KONTEMPORER

Embed Size (px)

Citation preview

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 1

DESAIN KRIYA KONTEMPORER

Kuntari Eri Murti1

PENDAHULUAN

Dalam bahasa Sansekerta, Kriyā artinya tindakan atau usaha, kebanyakan digunakan

dalam konteks kegiatan yang lengkap dalam mempraktekkan yoga untuk mencapai hasil yang

spesifik. Arti kriya yang lain adalah manifestasi dari kekuatan kundalini, misalnya gerakan tubuh

spontan yang berkaitan dengan aliran energi tubuh. Sebagai contoh, Kriya Shakti adalah

kekuatan berpikir (Blavatsky, 1888). Kriya juga diartikan sebagai kegiatan seni, menitik-beratkan

kepada keterampilan tangan untuk mengolah bahan baku yang sering ditemukan di lingkungan

menjadi benda-benda yang tidak hanya bernilai pakai, tetapi juga bernilai estetis

(wikipedia.org). Hasil kerja kriya bisa berupa karya seni fungsional maupun dekoratif dengan

bahan tekstil, kayu, tanah liat, logam, kulit, berbagai bahan serat alam serta kombinasi dari

berbagai bahan tersebut.

Perguruan tinggi yang memiliki program studi kriya mendefinisikan kriya dari berbagai

sudut pandang. Kriya adalah bidang keilmuan mempelajari pengetahuan, keterampilan dan

kreatifitas berkarya rupa, yang bertolak dari pendekatan medium, kepekaan estetik, kebutuhan

keseharian (utiliatrian) dan mengandalkan keterampilan manual (manual dexterity). Hasil karya

kriya diutamakan mengandung nilai keunikan konseptual, tema, imajinatif, emosional dan

inderawi (visual, tactile, olfactory). Kriya juga merupakan metoda berkarya sekaligus mendesain

produk yang mengutamakan nilai kualitas estetika, fungsional, keunikan, tema, makna dan

pesan filosofis (www.fsrd.itb.ac.id). Kriya adalah salah satu cabang Seni Rupa yang tumbuh dan

berkembang berdasar pada akar budaya bangsa yang menciptakan karya-karya Seni yang

memenuhi kebutuhan fungsional dan atau non fungsional yang dalam mewujudkanya

dilaksanakan secara kreatif, inovatif, serta dengan craftsmanship yang tinggi, baik untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari, maupun eksklusif (isi.ac.id).

1 Kuntari Eri Murti,Trainer Manajemen Pemasaran, Manajemen Seni dan Desain, Desain Interior dan Desain Produk, PPPPTK SB, Jogjakarta.

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 2

Selain produk kriya dengan konten tradisional, saat ini kriya kontemporer

(contemporary craft) sedang berkembang di Eropa, Australia, Amerika dan negara-negara maju

lainnya tidak ketinggalan di Indonesia. Pendidikan kriya kontemporer menjadi favorit, karena

hasil karyanya bisa mencapai pasar dunia di pasar konvensional maupun pasar online. Sebagai

ilustrasi, pendidkan kriya komtemporer di Inggris misalnya, telah menghasilkan desainer-

desainer kriya kelas dunia, dan tergabung dalam Contemporary Crafts Network (CCN). CCN

menyelenggarakan pameran reguler untuk mempromosikan karya-karya kriya kontemporer.

Demikian pula karya desainer kriya kontemporer Amerika sudah di pamerkan secara reguler di

Fuller Craft Museum (fullercraft.org). Sebagai tambahan, desain kriya kontemporer saat ini,

sebagian sudah menjadi produk manufaktur yang bisa dimiliki oleh setiap orang.

PERKEMBANGAN DESAIN KRIYA KONTEMPORER

Desain kriya kontemporer berkembang seriring dengan perkembangan pendidikan

desain kriya kontemporer. Di Inggris, mahasiswa jurusan krya kontemporer pada tingkat

pendidikan tinggi mengalami peningkatan 13 persen untuk bachelor degrees dan 22 persen

untuk Certificate dan diploma. Jumlah mahasiswa dari luar Inggris sebanyak 46 persen pada

tingkat undergraduate dan 79 persen pada tingkat postgraduate. Partisipan dari golongan kulit

hitam dan etnik minoritas mengalami peningkatan dari 16 persen menjadi 58 persen untuk

Certificate dan diploma dan dari 9 persen ke 18 persen untuk tingkat bachelor. Di Indonesia,

belum ada data hasil riset tentang perkembangan jumlah mahasiswa seni kriya untuk

perguruan tinggi seni. Namun dari data yang tersedia, jumlah mahasiswa seni kriya mengalami

pasang surut dari tahun ke tahun. Sebagai ilustrasi Institut Teknologi Bandung, pada tahun

2008, jumlah mahasiswa seni kriya mencapai 6 orang, tahun 2009 ada 12 orang, tahun 2010

terdapat 30 orang, 2011 mencapai 46 orang, dan 2012 diminati oleh 42 orang. Perguruan tinggi

lain yang membuka jurusan kriya belum ditemukan datanya di internet.

Desain kriya kontemporer berkembang pesat sejalan dengan perkembangan masyarakat

urban (perkotaan). Desain urban diperkenalkan oleh V. Gordon Childe (1950). Childe

mensintesakan data arkeologi untuk mengembangkan konsep urbanisme, dan mengenali

transformasi sosial radikal yang menjadi asal usul perkotaan dan kawasan (Smith, 2009).

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 3

Konsep desain urban ini menitik beratkan pada upaya menyesuaikan kawasan dan perkotaan

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat penggunanya, baik yang berkunjung, maupun yang

tinggal dan bekerja di tempat tersebut. Pengunjung dan masyarakat yang tinggal dan bekerja di

kawasan dan perkotaan tersebut, tentunya memiliki struktur kebutuhan dasar sampai

kebutuhan untuk mengaktualiasasi diri (Maslow, 1954). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,

para desainer menghubungkan konsep desain produk dengan konsep desain urban, untuk

menciptakan desain produk yang memiliki citarasa perkotaan dan dibutuhkan oleh masyarakat

urban. Masyarakat urban memiliki keterbatasan lahan untuk mendirikan tempat tinggal,

kawasan perbelanjaan dan berbagai fasilitas lain yang digunakan untuk mendukung kegiatan

mereka. Keterbatasan lahan menciptakan standard minimal, bentuk bangunan vertikal dan

multifungsi, untuk memberikan keamanan dan kenyamanan kepada penghuninya (Department

of the Environment, Transport and the Regions, 2000). Konsep minimalis, vertikal, dan

multifungsi memberikan peluang kepada desainer produk untuk menciptakan desain produk

dengan konsep yang sama sehingga menghasilkan produk yang sesuai untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat urban.

Desain urban melibatkan desain bangunan, kelompok bangunan, kawasan dan lansekap,

di desa, di perkampungan dan di kota, serta menetapkan kerangka kerja dan roses yang

memfasilitasi keberhasilan pengembangan. Desain urban termasuk didalamnya keamanan

masyarakat, dan bagaimana penampilannya. Desain urban juga bertanggungjawab atas

keterhubungan antara orang dan tempat, bentuk dan gerakan perkotaan, alam dan manufaktur

dan proses untuk memastikan keberhasilan suatu desa, perkampungan dan perkotaan.

Desain urban merupakan kunci untuk menciptakan pengembangan berkelanjutan dan

penggunaan sumber daya alam yang hati-hati dan untuk pengembangan masyarakat dan

peningkatan perekonomian rakyat. Good design dapat membantu menciptakan tempat yang

penuh kehidupan dengan karakter unik. Good design juga menciptakan ruang-ruang yang aman

dan nyaman serta berskala manusia. Pencapaian good design snagat bergantung pada

kemampuan desainer untuk menjaga komitmen dan bertanggungjawab terhadap

pengembangan baru.

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 4

Tujuan desain urban adalah abstrak. Desain urban memiliki dampak pada kehidupan

manusia hanya dengan menerjemahkannya ke dalam pengembangan. Bentuk bangunan,

struktur dan ruang merupakan ekspresi fisik dari desain urban. Desain inilah yang

mempengaruhi pola penggunaan, kegiatan dan pola gerak di tempat tersebut, dan memberikan

pengalaman kepada orang yang berkunjung, hidup dan bekerja di tempat tersebut. Konsep

desain urban yang diterapkan untuk kawasan dan perkotaan, selanjutnya diadaptasi untuk

menciptakan produk-produk yang digunakan oleh masyarakat urban (perkotaan) dan para

pengunjungnya yang hidup dan bekerja di tempat tersebut.

KARAKTERISTIK DESAIN KRIYA KONTEMPORER

Karakteristik desain kriya kontemporer mengadaptasi karakter desain produk yang

digunakan oleh penduduk urban.

Menciptakan Keseimbangan Lokal dan Modern

1. Desain kriya kontemporer mencerminkan karakter lokal untuk meunjukkan identitas

sebuah kawasan. Karakteristik tersebut meliputi lansekap, materi, tradisi, pola

kehidupan lokal, dan faktor lain yang membuat desain kriya tersebut berbeda

dengan desain kriya lainnya. Kriya kontemporer yang paling baik adalah kriya yang

memiliki kenangan, dan karakter yang dapat diapresiasi oleh masyarakat dengan

mudah.

2. Mempertimbangkan keseimbangan antara lingkungan bergaya lama dengan

lingkungan bergaya baru, supaya mencapai keselarasan, dan menciptakan

perbedaan.

3. Merespon budaya lokal, untuk menciptakan desain kriya baru, sehingga ada

keterkaitan antara budaya lokal dan desain kriya kontemporer yang baru.

4. Menggunakan bahan-bahan lokal, metode dan detil desain untuk memperkaya

perbedaan lokal.

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 5

Mengutamakan Mualitas

Desain kriya kontemporer juga bisa menghiasi area publik. Kriya kontemporer ini bisa

dalam bentuk furnitur jalanan (street furniture) yang terintegrasi dengan kawasan publik untuk

menciptakan identitas dan memperkaya kesan kawasan urban. Koordinasi elemen seni dan

kawasan urban sangat penting, untuk menghindari kebingungan masyarakat pengguna. Elemen

ini meliputi grafik, pencahayaan, railling (pegangan bagi pejalan kaki orang tua dan penderita

cacat), keranjang sampah, pengerasan jalan (paving), tempat duduk, halte bus, kios-kios, jalur

sepeda, patung-patung dan pancuran air minum (fountains). Desain kriya kontemporer yang

dipaparkan di kawasan urban tersebut harus terintegrasi dengan proses desain kawasan untuk

mencapai hasil yang efektif. Demikian pula furniture dan bangku-bangku yang ditempatkan di

kawasan dan halte bus harus dapat diduduki dengan aman dan nyaman.

Kemudahan Gerak

Area urban yang berhasil adalah area yang menyenangkan, nyaman, dan aman untuk

bepergian tinggal dan bergerak diantara padatnya bangunan. Jalan-jalan diantara padatnya

bangunan di area urban tidak lebih dari lalulintas untuk kendaraan, harus memberikan

kenyamanan, keamanan sekaligus daya tarik untuk pengguna. Jalan yang didesain dengan baik

akan mendorong orang untuk menggunakannya dan memiliki pengalaman yang penuh

kedamaian dan rasa yang menyenangkan.

Berkenaan dengan situasi jalan di area urban yang pada umumnya sempit, pejalan kaki,

pengendara sepeda dan kendaraan bermotor harus sama-sama dapat menikmati lingkungan

disekitarnya. Orang yang lalulalang di jalan, suatu ketika bisa berhenti dan duduk duduk

menikmati lalulintas di jalan, atau menikmati pertunjukan yang ada di lingkungan tersebut.

Konsep ini menciptakan ide-ide untuk mendesain furnitur jalanan (street furniture) yang

nyaman, aman, bernilai seni dan menyenangkan bagi pengguna jalan, serta terintegrasi dengan

suasana lingkungan sekitarnya.

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 6

Gambar 1: (a) John Cederquist (American, b 1946), “Couchabunga,” 1992; (b) Urban Street Furniture Sumber: The Daphne Farago Collection. Courtesy Museum of Fine Arts, Boston; http://movementbureau.blogs.com/

Kemudahan untuk Dimengerti

Desain urban membutuhkan citra semacam landmarks, gateways dan focal points yang

membantu orang menemukan jalan. Tanda-tanda ini harus didesain sesuai dengan nuansa lokal

yang dapat dikenali dengan baik oleh para pengunjung dan orang-orang yang tinggal dan

bekerja di area tersebut. Peranan desainer urban sangat penting untuk memberikan visualisasi

pencitraan lokal yang mudah dimengerti oleh para pengunjung.

Proses desain yang berhubungan dengan landmark, gateways dan focal point tersebut

haruslah memperhitungkan bahwa tidak semua orang mau membaca, menginterpretasikan

dan menikmati area tersebut dengan cara yang sama. Laki-laki, perempuan, anak-anak, dewasa,

tua, muda, penghuni, dan pengunjung dari berbagai budaya akan memiliki pengalaman yang

berbeda dan didoring untuk merasakan dengan mudah melalui berbagai aspek. Dengan

demikian pengembangan desain yang ditujukan untuk mempermudah orang dalam

memahaminya, harus mempertimbangkan aspek kebaruan, konektivitas budaya, dan dapat

membantu orang untuk menemukan jalan atau objek yang dicari. Desain, lokasi, fungsi dan

asesoris dapat memperkuat identitas dan karakter rute dan area yang di gunakan publik. Desain

yang baik akan meningkatkan kemudahan dengan menciptakan ketertarikan visual dan

memberikan kontribusi kepada identitas yang unik dan berbeda. Sifat-sifat kemudahan ini

dapat ditingkatkan melalui:

1. Desain yang mudah dipahami

2. Detail yang kaya, khususnya di level bawah, yang dapat dijangkau orang dengan meraba.

3. Material yang beragam dan unik serta memiliki kualitas intrinsik

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 7

Adaptif

Suatu area bisa mengalami perubahan dengan cepat. Meskipun tinggal, bekerja dan

melakukan perjalanan dengan berbagai cara yang berbeda, namun struktur dasar dari bentuk

fisik memiliki pola yang tidak berubah sesuai dengan pola kehidupan manusia. Dengan

demikian, area urban yang berhasil, akan menghindari pengembangan-pengembangan yang

bersifat destruktif dan memiliki tujuan yang sempit untuk tujuan yang sangat khusus. Sebagai

ilustrasi, sebuah rumah memenuhi permintaan yang berbeda sehingga akan dapat menampung

kegiatan penghuninya, dari kelahiran seorang anak sampai menginjak dewasa. Kota dan kota

besar harus beradaptasi dengan peningkatan dan penurunan industri, permintaan perumahan

dan perubahan tata cara bekerja serta usia bangunan dan infrastruktur. Dengan demikian,

diperlukan desain yang adaptif untuk interior rumah tinggal, sehingga dapat disesuaikan

dengan perubahan kebutuhan penghuninya. Tempat-tempat umum juga harus memiliki

fleksiblitas untuk berbagai kegiatan yang dibutuhkan oleh publik. Perubahan terus menerus ini

diadaptasi oleh desain kriya kontemporer dengan menciptakan berbagai pola dan bentuk yang

disukai oleh masyarakat urban tersebut. Sebagai ilustrasi, berbagai motif kain tenun lurik klasik

yang dimodifikasi untuk memenuhi selera pasar konsumen urban.

Gambar 2: Adaptasi kalin lurik tradisional menjadi lurik modern Sumber: jogjareview.net; radarjogja.co.id; fashionbeautytrends.com

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 8

Mengakomodasi Keragaman

Konsep desain urban juga harus dapat mengakomodasi keragaman, sehingga dapat

digunakan secara bersamaan untuk berbagai kegiatan (mix of uses), baik untuk area publik di

luar (outdoor) maupun di dalam (indoor). Suatu tempat bisa diubah sebagai tempat tinggal,

toko, ruang untuk kegiatan publik atau diubah sebagai asrama. Semakin banyak ragam kegiatan

yang dapat dilakukan di suatu area, maka tempat tersebut menjadi semakin ekonomis dan

memiliki faktor kegunaan (use factors) yang tinggi. Pengembangan mixed-use ini dapat

memberikan peluang yang lebih banyak untuk menciptakan karya desain kriya kontemporer

selaras dengan trend desain di tempat tersebut. Konsep mix of uses menginspirasi furniture,

desain produk, dekorasi dan asesoris multi-fungsi. Sebagai ilustrasi karya kriya kontemporer

Katie Almond (Inggris) bisa difungsikan sebagai mug atau jar, dan bisa juga digunakan sebagai

hiasan dekorasi interior, atau asesoris untuk interior café.

Gambar 3: Mug dan jar keramik oleh KatieAlmond Sumber: madebyhandonline.com

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 9

Desain kriya kontemporer yang diturunkan dari desain urban, akan mengisi ruang-ruang

di area publik (enclosure), di jalan dan di dalam ruang-ruang privat (perumahan). Desain kriya

kontemporer merupakan refleksi dari kearifan lokal (local wisdom) dan konteks lokal (local

context) yang digunakan oleh masyarakat perkotaan dan sekitarnya. Kriya kontemporer

cenderung dikemas menjadi desain kriya fungsional dan mengedepankan estetika. Dibawah ini

beberapa contoh hasil karya desain kriya kontemporer masa kini.

Ann Povey

Keamik dan gelas

Julie Willoughby Quilt dan aplikasi tekstil

Liz Pearson Gelas dan enamel

Lyn Jenkins

Felt

Lynn Baker Gelas

Sheena Maxwell Gelas

Ann Povey (glass and ceramics),

Jeanette Killner (metal) and Caroline Mattaei (ceramics).

Margherita Marchioni Pensil

Laurie Herrick Tenun

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 10

PEMASARAN KRIYA KONTEMPORER DAN PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

Ekonomi kreatif diperkenalkan secara luas oleh John Howkins pada tahun 2001 dalam

bukunya yang berisi tentang: bagaimana orang memperoleh uang dari ide. Selanjutnya, pada

tahun 2008, Departemen Perdagangan Republik Indonesia mensosialisasikan cetak biru

Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2025. Dalam makalahnya disebutkan bahwa

Indonesia mencanangkan pengembangan 14 subsektor ekonomi kreatif, meliputi industri

periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kriya, desain, fesyen, film, video dan fotografi,

permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer

dan piranti lunak dan radio dan televisi.

Ekonomi Kreatif adalah wujud dari upaya mencari pengembangan yang berkelanjutan

melalui kreatifitas. Pengembangan berkelanjutan adalah suatu iklim perekonomian yang

berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan (Pangestu, 2009). Ekonomi

kreatif sangat penting dikembangkan di Indonesia karena (1) memberikan kontribusi ekonomi

yang signifikan, (2) menciptakan iklim bisnis yang positif, (3) membangun citra dan identitas

bangsa, (4) berbasis pada sumber daya yang terbarukan, (5) menciptakan inovasi dan kreatifitas

yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa, dan (6) memberikan dampak sosial yang

positif (Pangestu, 2009). Pada tahun 2012, ekonomi Kreatif menempati posisi ke tujuh dari

sepuluh sektor ekonomi nasional dengan menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) 6,9

persen atau senilai 573,89 Triliun Rupiah dari total kontribusi ekonomi nasional pada 2012. PDB

Industri Kreatif banyak disumbangkan oleh kelompok fesyen, kerajinan, periklanan dan desain

dengan rata-rata nilai PDB kelompok industri kreatif tersebut tahun 2002-2006 secara berturut-

turut adalah 46 triliun rupiah (44,18 persen), 29 triliun rupiah (27,72 persen), 7 triliun rupiah

(7,03 persen), dan 7 triliun rupiah (6,82 persen).

Sektor ekonomi kreatif berada di posisi ke sepuluh dan menyumbang 0,7 persen atau

62,13 triliun rupiah dari total kontribusi ekonomi nasional; sektor pengangkutan dan

komunikasi di posisi ke sembilan, menyumbang 6,5 persen atau 542,25 triliun rupiah dari total

kontribusi ekonomi nasional; dan keuangan, real estate, dan jasa perusahaan di posisi ke

delapan menyumbang 6,7 persen atau 554,68 triliun rupiah dari total ekonomi nasional.

Ekonomi kreatif menyumbang 11.799.568 tenaga kerja atau 10,65 persen pada total angkatan

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 11

kerja nasional yang mencapai 110.808.154 orang. Tiga sektor yang berada di atas ekonomi

kreatif adalah: Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan di posisi pertama dengan

38.882.134 tenaga kerja atau 35,1 persen dari total angkatan kerja nasional; jumlah ini lebih

dari dua kali lipat tenaga kerja sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang berada pada

posisi kedua dengan 17.631.338 tenaga kerja atau 15,9 persen dari total angkatan kerja

nasional; dan sektor Jasa-Jasa di posisi ketiga dengan 16.245.691 orang atau 14,7 persen dari

total angkatan kerja nasional.

Riset yang dilakukan oleh Departemen Perdagangan tahun 2007 menunjukkan bahwa

penyerapan tenaga kerja di sektor industri kreatif mencapai 5,4 juta pekerja dengan tingkat

partsipasi 5,8 persen. Sedangkan nilai ekspor mencapai 81,4 triliun rupiah dan berkontribusi

sebesar 9,13 persen terhadap total nilai ekspor nasional. Pada tahun 2012, tenaga kerja di

sektor ekonomi kreatif melonjak mencapai 11.799.568 orang atau 10,65 persen dari total

tenaga kerja nasional. Dalam waktu lima tahun, tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif ini

meningkat dua kali lipat. Di masa krisis ekonomi tahun 1998, hampir semua perusahaan makro

yang bergerak di sektor perbankan, industri dasar dan industri berat mengalami permasalahan

finansial, dan banyak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) ribuan karyawannya.

Sedangkan sektor ekonomi kreatif tidak terpengaruh krisis sama sekali, bahkan tetap

melakukan kegiatan ekonomi seperti biasa. Bertahannya industri kreatif di masa krisis

memberikan pelajaran yang berharga bahwa sektor industri kreatif cukup signifikan

memberikan dampak positif bagi pengembangan ekonomi berkelanjutan.

Perkembangan ekonomi kreatif sangat didukung oleh perkembangan industri kreatif.

Industri kreatif, merujuk pada seperangkat sektor industri yang saling mengunci (interlocking)

dan merupakan bagian yang sedang tumbuh di era ekonomi global. Industri kreatif sering

dikaitkan dengan cultural industries (industri budaya) namun sebenarnya industri budaya

adalah sektor tambahan dari industri kreatif, termasuk di dalamnya (a) wisata budaya dan

peninggalan sejarah, (b) museum dan perpustakaan dan (c) olahraga dan kegiatan outdoor.

Industri budaya lebih mengarah pada menyampaikan nilai selain nilai moneter kepada

masyarakat, antara lain kesejahteraan sosial, studi budaya dan pendidikan budaya. Industri

kreatif merupakan industri yang fokus pada kegiatan mengkreasikan dan mengeksploitasi

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 12

produk kekayaan intelektual seperti seni, film, permainan, desain fesyen, atau layanan kreatif

untuk antar perusahaan misalnya iklan. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi kreatif sangat

didukung oleh interaksi sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan perkembangan berkelanjutan.

Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep berbasis pada aspek kreatif yang memiliki

potensi untuk menghasilkan pertumbuhan dan pengembangan ekonomi (UNCTAD, 2010).

Ekonomi kreatif (1) meningkatkan penghasilan, menciptakan pekerjaan dan meningkatkan

ekspor, dengan melibatkan aspek sosial, keragaman budaya dan pengembangan sumber daya

manusia, (2) menyiapkan aspek ekonomi, budaya dan sosial agar dapat berinteraksi dengan

teknologi, kekayaan intelektual dan pariwisata, (3) merupakan kegiatan ekonomi yang berbasis

pada pengetahuan dengan dimensi pengembangan yang memiliki keterhubungan dengan

ekonomi mikro dan makro, (4) merupakan pilihan untuk mengembangkan kebijakan antar

kementrian yang inovatif dan multidisiplin (5) memiliki industri kreatif sebagai jantungnya.

Ekonomi kreatif merujuk pada rentang kegiatan ekonomi yang menitikberatkan pada

eksploatasi pengetahuan (en.wikipedia.org/wiki/Creative_economy, diunduh Mei 2013).

Ekonomi kreatif merupakan evolusi konsep ekonomi yang didasarkan pada kreativitas

didalam mengelola bisnis untuk mengembangkan ekonomi yang berkelanjutan. Didalam bisnis,

menggunakan kreativitas adalah cara yang paling efektif untuk mencapai keunggulan

kompetitif. Berkompetisi hanya pada harga, bukan merupakan strategi yang berhasil,

dibandingkan dengan berkompetisi dengan menciptakan produk dan jasa yang orijinal dan

inventif. Di sektor industri kreatif, kreativitas dapat menjadi akar untuk menciptakan produk

yang lebih inovatif dan eisien untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Kreativitas bukan

merupakan hadiah yang datang begitu saja untuk seorang jenius atau pelaku industri kreatif.

Kreativitas adalah sesuatu yang setiap orang bisa melakukan. Kreativitas adalah tentang

menghasilkan gagasan baru dan menemukan solusi untuk mengatasi masalah dengan

melakukan pemikiran yang berbeda. Kreativitas penting bagi pelaku industri kreatif, apalagi

setelah mereka menemukan informasi yang ‘kering’ tentang kebutuhan konsumen, untuk

diolah menjadi produk dan jasa aktual dan mutakhir. Pekerjaan pelaku industri kreatif akan

menjadi lebih mudah dan bekerja lebih efektif, ketika mereka bekerjasama dengan orang-orang

yang mengadopsi pemikiran yang hampir sama, dibandingkan dengan jika memperlakukan

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 13

dirinya terisolasi dan bekerja sendiri. Dalam sektor industri kreatif, pelaku industri kreatif

berinteraksi dengan masyarakat lainnya untuk menciptakan produk dan jasa layanan baru yang

memberikan manfaat lebih kepada konsumen. Karena konsumen memiliki berbagai segmen

dan latar belakang budaya yang berbeda, dengan tingkat kebutuhan teknologi yang berbeda.

Dengan demikian pelaku industri kreatif akan sangat terbantu jika mereka bekerjasama dengan

orang-orang yang berkecimpung di bidang budaya, sosial, teknologi dan lingkungan yang

berkelanjutan.

Pengendali Ekonomi Kreatif

Pengendali utama ekonomi kreatif adalah (1) teknologi, (2) kebutuhan akan karya kreatif

dan (3) pariwisata. Didalam lingkup ekonomi kreatif, pengetahuan baru merupakan rantai

perkembangan ilmu dan teknologi yang mengendalikan kreatifitas dalam menciptakan jasa dan

karya kreatif.

Teknologi

Produk berteknologi dan inovasi proses dalam menciptakan karya dan jasa kreatif

didalam lingkup ekonomi kreatif adalah konstan, karena penelitian karya kreatif akan diikuti

dengan perkembangan teknologi dan inovasi. Demikian seterusnya, ketika diciptakan jasa dan

karya kreatif yang baru, akan membutuhkan teknologi dan inovasi yang lebih unggul daripada

teknologi yang digunakan sebelumnya. Semakin inovatif suatu jasa dan karya kreatif, semakin

tinggi teknologi yang digunakan. Sebagai contoh, sebuah telepon seluler mengalami

perkembangan teknologi yang inovatif karena didorong oleh adanya kebutuhan fitur yang lebih

lengkap dan sistem operasi lebih kompatibel terhadap platform dan operator telepon seluler

yang beragam. Contohnya semakin canggih seluler semakin kompatibel tehadap sistem operasi

android dan windows, dan bahkan bisa menggunakan dua sistem secara bergantian.

Permintaan Karya Kreatif

Ekonomi kreatif juga didorong oleh peningkatan kebutuhan konsumen akan jasa dan

karya kreatif. Semakin tinggi kebutuhan akan karya kreatif semakin tinggi peningkatan ekonomi

kreatif. Beberapa faktor mendasari dorongan kebutuhan ini. Pertama peningkatan pendapatan

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 14

riil di negara-negara industri, telah meningkatkan kebutuhan akan produk dan jasa yang

bersifat rekreatif (income elastic products). Artinya, semakin tinggi pendapatan seseorang,

semakin tinggi pula kebutuhan akan jasa dan produk kreatif yang bersifat rekreatif. Sebagai

ilustrasi, jika pendapatan seseorang meningkat, maka kebutuhan makan akan menjadi

kebutuhan yang bersifat rekreatif, yaitu makan di rumah makan mewah, atau café ternama.

Kedua, perubahan pola konsumsi produk budaya juga merupakan pendorong pertumbuhan

ekonomi kreatif. Perkembangan teknologi komunikasi mendasari transformasi ini. Saat ini,

konsumen dari generasi baru dari seluruh benua menggunakan internat, telepon seluler, dan

media digital. Budaya ini tidak hanya memperluas pengalaman budaya, tetapi juga

mentrasformasi budaya pasif menjadi budaya aktif yaitu menciptakan isi produk budaya.

Sebagai contoh, disediakannya portal youtube, seseorang tidak hanya menjadi penikmat

isi produk budaya yang disajikan oleh protal youtube, tetapi mereka juga bisa mengunggah isi

budaya ke portal youtube tersebut. Penyebarluasan isi produk budaya ini merupakan

pendorong utama peningkatan kebutuhan akan koneksi internet, komputer dan alat

komunikasi lainnya (gadget) dan pada akhirnya akan meningkatkan ekonomi kreatif.

Pertumbuhan konsumen menjadi pencipta dan ko-pencipta isi produk budaya menstimulasi

sejumlah besar interaksi budaya dan pertukaran informasi. Sebagai contoh, sebuah perusahaan

yang melibatkan konsumen dalam memproduksi produk atau jasa kreatif adalah produsen

perangkat lunak bebas akses (open source software) dan informasi yang diproduksi antar rekan

(peer-producced information) antara lain dropbox dan webblog.

Pariwisata

Demografik merupakan elemen lain yang secara positif mempengaruhi kebutuhan akan

karya kreatif. Data tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah penduduk dunia adalah

7.017.846.922 (internetworldstats.com, diunduh Mei 2013), dan akan tumbuh menjadi lebih

dari 9 miliar pada tahun 2050 (UNCTAD, 2010). Pada saat itu, populasi penduduk pensiun juga

akan mengalami peningkatan. Mereka biasanya memanfaatkan waktu luangnya untuk

melakukan kegiatan rekreatif, berwisata, dan akan lebih banyak melakukan kegiatan budaya,

serta membelanjakan uangnya untuk produk dan jasa kreatif. Dengan demikian, kebutuhan

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 15

akan jasa dan produk kreatif bertumbuh setiap tahun, baik untuk generasi muda maupun

generasi tua.

Dimensi Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif memiliki empat dimensi utama yaitu (1) ekonomi, (2) budaya, (3) sosial

dan (4) pengembangan berkelanjutan (UNCTAD, 2010). Masing-masing dimensi dijelaskan

berikut ini.

Ekonomi

Ekonomi kreatif berakar dari perekonomian nasional. Tenaga kerja dan pertumbuhan

ekonomi yang berasal dari sektor jasa dan manufaktur menghasilkan diversifikasi ekonomi,

pendapatan, perdagangan dan inovasi. Hal ini juga akan membuka dan mengembangkan area

pedesaan sekaligus mempromosikan konservasi lingkungan pedesaan dan peninggalan budaya.

Konribusi ekonomi kreatif pada tahun 2010 terhadap ekonomi global masih sulit di hitung

secara akurat. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pendekatan dan klasifikasi sektor kreatif di

setiap negara dan peringkat dunia. Cara yang sering digunakan untuk mengukur kontribusi

ekonomi kreatif pada ekonomi nasional suatu negara adalah dengan mengukur pertambahan

nilai (value added). Jumlah pertambahan nilai dari seluruh industri sama dengan produk

domestik bruto (PDB) yang merupakan ukuran standard ekonomi domestik suatu negara.

Belum adanya klasifikasi standard industri kreatif dan data resmi dari pemerintah

mengakibatkan kesulitan dalam mengestimasikan kontribusi ekonomi kreatif terhadap

perkembangan ekonomi dunia.

Sosial

Dampak sosial ekonomi kreatif adalah kontribusi tenaga kerjanya. Industri kreatif

membutuhkan ketrampilan spesifik dan kualifikasi tenaga kerja yang cukup tinggi, khususnya

untuk pekerjaan kreatif dengan konsentrasi tinggi, antara lain produksi film dan teater.

Kontribusi ekonomi kreatif terhadap ketenagakerjaan sangat signifikan, yaitu sekitar dua

sampai delapan persen tenaga kerja bekerja untuk sektor ekonomi kreatif. Potensi penciptaan

pekerjaan di sektor ekonomi kreatif ini menjadi penting dalam arti politis, antara lain strategi

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 16

untuk mengembangkan kawasan industri di beberapa negara, menetapkan industri kreatif

sebagai cara efektif untuk memberdayaan tenaga kerja, karena setiap orang adalah pelaku

industri kreatif.

Data Badan Pusat Statistik tidak menyebutkan secara rinci jumlah tenaga kerja

Indoensia yang bekerja untuk setiap subsektor industri kreatif, hanya disebutkan jumlah tenaga

kerja di industri pada tahun 2012 adalah 15.367.242 orang. Ada kemungkinan, tenaga kerja di

sektor industri kreatif juga dimasukkan dalam klasifikasi Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan

Perorangan, karena ada sebagian industri perorangan yang diklasifikasikan sebagai industri

kreatif, antara lain fotografer, penulis, sasterawan, pemain film, pelukis dan pekerja seni

lainnya. Klasifikasi Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan menyerap tenaga kerja

sebanyak 17.100.896 orang tahun 2012. Dengan demikian, jika dua klasifikasi tersebut meliputi

subsektor industri kreatif, maka jumlah tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif menjadi

32.468.138, atau 29,30 persen dari total angkatan kerja di Indonesia, atinya kontribusi ekonomi

kreatif di Indonesia terhadap angkatan kerja cukup signifikan.

Budaya

Dimensi budaya merupakan dimensi penting dalam perkembangan ekonomi kreatif.

Budaya diinterpretasikan sebagai berbagi nilai dan tradisi yang memberi indetitas suatu

komunitas atau suatu bangsa dan merupakan kesatuan. Dalam arti fungsional, budaya berarti

praktik suatu kesenian. Ekonomi kreatif merupakan dampak dari kegiatan budaya tersebut.

Nilai-nilai budaya sangat penting sebagai identitas suatu bangsa, kota, pedesaan atau

komunitas. Keragaman budaya dari seluruh dunia menjadi semakin jelas dan dominan. Ketika

proses globalisasi budaya terus berjalan, nilai keragaman budaya menjadi lebih nyata berperan

dalam industri kreatif. Keragaman budaya merupakan dimensi kunci untuk pengembangan dan

perdamaian yang berkelanjutan. Keragaman budaya juga merupakan kunci untuk meguji empat

aspek yang mempengaruhi evolusi keragaman budaya yaitu bahasa, pendidikan, komunikasi

dan isi budaya, serta kreatifitas dan pasar karya kreatif. Keragaman budaya ini merupakan

dimensi ekonomi kreatif yang akan memberikan banyak manfaat dalam pengembangan

komunitas internasional. Keberlangsungan budaya berpengaruh pada proses perawatan semua

aset budaya, dari bahasa dan ritual tradisi sampai ke pekerjaan seni, artefak dan lokasi serta

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 17

bangunan cagar budaya. Aset budaya tersebut berpengaruh pada industri kreatif yang

berkaitan dengan kebijakan budaya tentang strategi untuk menjaga investasi untuk

mengembangkan dan mempromosikan industri budaya melalui cara-cara yang berkelanjutan.

Industri kreatif berpartisipasi langsung dalam menjaga pengembangan berkelanjutan, dan

berimplikasi pada (1) kesetaraan antar generasi, (2) kesetaraan intra generasi, (3) perlindungan

keragaman budaya dan keragaman hayati, (4) peraturan keselamatan cagar budaya, dan (5)

keterhubungan ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan.

Pengembangan Berkelanjutan

Dimensi pengembangan berkelanjutan merupakan dimensi keempat dari ekonomi

kreatif. Industri kreatif juga memberikan kontribusi kepada pengembangan bekelanjutan.

Konsep berkelanjutan memiliki lingkup yang lebih luas dari sekedar aplikasinya di lingkup

lingkungan. Modal budaya yang riil dan terhitung (tangible) maupun yang tidak riil (intangble)

dari suatu komunitas, daerah maupun negara, merupakan modal untuk generasi mendatang

sebagai sumberdaya alam dan kebutuhan ekosistem yang harus dijaga untuk memastikan

keberlangsungan bagi kehidupan manusia di planet ini.

Pemasaran Kriya Kontemporer

Kriya kontemporer merupakan produk industri kreatif yang berperan sangat penting

dalam peningkatan ekonomi kreatif dan pada akhirnya akan meningkatkan PDB (produk

domestik bruto). Di beberapa negara maju karya-karya kriya kontemporer berkembang pesat

atas dukungan pemerintah dan pihak swasta. Dukungan tersebut berupa fasilitas untuk

berkarya dan arena promosi produk kriya kontemporer secara berkelanjutan. Data

menyebutkan bahwa 116 negara menyelenggarakan pemasaran kriya kontemporer secara

reguler setiap tahun, termasuk Indonesia (10times.com). Hasil karya kriya kontemporer pada

umumnya di promosikan di area craft fair atau craft festival. Beberapa contoh kegiatan promosi

kriya kontemporer di Inggris, Amerika dan Australia disajikan berikut ini.

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 18

Gambar 4: The Contemporary Craft Festival Shop, Littlecote, Fore Street, Bovey Tracey, TQ13 9AD Sumber: http://craftsatboveytracey.co.uk/

Gambar 5: Contemporary craft fair Brightstripe – Cultural Health C.I.C. College Road Campus, College Road, Hereford

HR1 1EB Sumber: http://www.brightstripe.co.uk/

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 19

Gambar 6: Contemporary craft fair - Salisbury Rotary Club and Salisbury Chamber of Commerce Sumber: salisburycraftfayre.org

Gambar 7: Arts and Crafts Fair Chicago 2014 Sumber: http://www.eastwoodgallery.com/

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 20

Gambar 8: Melbourne art fair 2014 Sumber: http://melbourneartfair.com.au/

Gambar 9: Adelaide craft fair 2014 Sumber: http://www.craftfair.com.au/

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 21

PENUTUP

Desain kriya kontemporer merupakan pengembangan dari produk kriya masa lalu yang

cenderung mengutamakan konten tradisional. Kriya kontemporer saat ini mengisi kawasan

urban dan dapat dikenali dengan mudah, karena mempertimbangkan budaya urban. Budaya

urban merupakan hasil percampuran budaya penduduk aseli yang tinggal di perkotaan,

pendatang, pekerja dari kawasan lain dan para wisatawan yang berkunjung di kota tersebut.

Semakin banyak ragam budaya di suatu kawasan urban, maka semakin kaya budaya yang

diadaptasi untuk menciptakan desain-desain kriya kontemporer tersebut. Karya kriya

kontemporer sudah memiliki psosisi kuat di pasar dunia. Hal ini dibuktikan dengan meluasnya

promosi untuk memasarkan karya kriya kontemporer tersebut, bahkan sampai 116 negara. Di

Indonesia, pemerintah dan pihak swasta menyelenggarakan promosi untuk memasarkan karya

kriya kontemporer secara reguler setiap tahun, di berbagai wilayah yaitu Jakarta, Bali,

Yogyakarta dan Bandung. Kriya kontemporer akan tetap menjadi produk masa kini dan masa

datang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat urban yang semakin meluas.

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 22

DAFTAR PUSTAKA

Blavatsky, Helena Petrovna (1888), The Secret Doctrine, London Theosophical Pub. House, ISBN 0-900588-74-8.

Childe, V. Gordon (1950) The Urban Revolution, The Town Planning Review, Vol. 21, No. 1, pp. 3-17.

De Bono, Edward (1992) Sur/Petition: Going Beyond Competition, London, Harper Collins Publisher.

Design Council (2007) Lesson from Europe, Report on the Design Council/HEFCE fact-finding, Visit to Netherland, Denmark and Finland, 5-10 September.

Dyer, Jeffrey H.; Gregersen, Hal B., and Christensen, Clayton M. (2009) The innovator’s DNA, Harvard Business Review, December 2009, pp. 1-10.

Hamidi, Daniel Yar; Wennberg, Karl and Berglund, Henrik. (2008) Creativity in entrepreneurship education, Journal of Small Business and Enterprise Development, Vol. 15 No. 2, pp. 304-320.

Hisrich, Robert D., Peters, Michael P. and Shepherd, Dean A. (2005) Entrepreneurship, 6 ed., New York: McGraw-Hill Irwin.

http://10times.com/contemporary-crafts-market, diunduh Oktober 2014. http://antiquesandthearts.com/news/2013/03/05/farago-s-contemporary-craft-gift-mfa-

boston-larges/170175#.VDtbqJRLXdc, diunduh Oktober 2014 http://craftsatboveytracey.co.uk/, diunduh Oktober 2014 http://fullercraft.org/craft-directory-resources/, diunduh Oktober 2014 http://isi.ac.id/program/sarjana/seni-rupa/jurusan-kriya/, diunduh Oktober 2014 http://lincolnschoolofartanddesign.blogspot.com/2011/02/nineteen-artists-from-

contemporary.html, diunduh Oktober 2014 http://mocoloco.com/archives/016540.php, diunduh Oktober 2014 http://salisburycraftfayre.org/, diunduh Oktober 2014 http://www.brightstripe.co.uk/services/herefordshire-contemporary-craft-fair/, diunduh

Oktober 2014 http://www.craftfair.com.au/wp/Adelaide/gallery/#sthash.KwZBc0uR.dpbs, diunduh Oktober

2014 http://www.craftscouncil.org.uk/about/press/crafts-council-research-into-craft-education-

reveals-reduction-in-participa/, DIUNDUH Oktober 2014. http://www.finecraftnetwork.com/cat/glass_index.html, diunduh Oktober 2014 http://www.fsrd.itb.ac.id/?page_id=12, diunduh Oktober 2014 http://www.greatnorthernevents.co.uk/homepage-gnccf.aspx, diunduh Oktober 2014 http://www.madebyhandonline.com/news/article/madebyhandonline_sponsors_the_great_no

rthern_contemporary_craft fair/, diunduh Oktober 2014. http://www.oregonlive.com/art/index.ssf/2011/03/art_review_weaver_laurie_herri.html,

diunduh Oktober 2014 http://www.southaustralia.com/info.aspx?id=9003003&rs=b%7cAU%7cAU, diunduh Oktober

2014 http://www.thesteelrooms.com/art-gallery/new-exhibition-contemporary-crafts-network-ccn-

7-june-23-july-2014/#lightbox[auto_group1]/0/, diunduh Oktoer 2014

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 23

Kotler, Philip and Keller, Kevin, Lane (2006) Marketing Management” 12th Ed., NJ, Pearson Education.

Maslow, Abraham Harold (1954) Motivation and Personality, 3rd edition, Harper and Row Publisher Inc.

Maslow, Abraham Harold (1954) Motivation and Personality, 3rd edition, Harper and Row Publisher Inc.

McLennan, J. F. (2004), The Philosophy of Sustainable Design, Packham, Gary; Jones, Paul; Miller, Christopher; Pickernell, David and Thomas, Brychan. (2010)

Attitudes towards entrepreneurship education: a comparative analysis, Education and Training, Vol. 52 No. 8/9, pp. 568-586.

Rahutami, Ika dan Erimurti, Kuntari (2007) “Pemampuan knowledge management dalam meningkatkan kinerja usaha mikro, kecil dan menengah”, dalam Immovation 2007, Bank Indonesia, Jakarta

Rasmussen, Einar A., dan Sørheim, Roger (2006) Action-based entrepreneurship education, Technovation, No. 26, pp. 185–194.

Schiavone, Francesco; Pierini, Marco and Eckert, Vincent (2008) “Strategy-based approach to eco-design: an innovative methodology for systematic integration of ecologic /economic considerations into product development process,” International Journal of Sustainable Design, Vol. 1, No. 1, pp. 29-44.

Smith, Michael E. (2009) V. Gordon Childe and the Urban Revolution: a historical perspective on a revolution in urban studies, Centenary Paper, TPR, 80 (1), pp. 3-29.

Smith, Michael E. (2009) V. Gordon Childe and the Urban Revolution: a historical perspective on a revolution in urban studies, Centenary Paper, TPR, 80 (1), pp. 3-29.

StarNewsOnline.com diakses Januari 2008. Walker, Stuart (2008) “Extant objects: designing things as they are,” International Journal of

Sustainable Design, Vol. 1, No. 1, pp: 4-12. www.adaptinternational.it

Desain Kriya Kontemporer

© 2014 Kuntari Eri Murti | 24

DATA PENULIS

Nama

Kuntari Eri Murti

NIP 19580109 198603 2 002 Pendidikan 1982, S1 Desain Interior, STSRI ASRI 2000, S2 Magister Manajemen, UGM 2012, S3 Manajemen Pemasaran, UGM Instansi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga

Kependidikan Seni dan Budaya Yogyakarta Telepon +62(0)811253980 Email [email protected]