View
11
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
PERBANDINGAN PERSENTASE PERKECAMBAHAN BIJI
KEMIRI (Aleurites moluccana) DENGAN MENGGUNAKAN
METODE PERENDAMAN ASAM SULFAT (H2SO4) DAN
KALIUM NITRAT (KNO3)
SKRIPSI
ASMAUN
105950062615
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
ii
PERBANDINGAN PERSENTASE PERKECAMBAHAN BIJI
KEMIRI (Aleurites moluccana) DENGAN MENGGUNAKAN
METODE PERENDAMAN ASAM SULFAT (H2SO4) DAN
KALIUM NITRAT (KNO3)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Kehutanan
ASMAUN
105950062615
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
iii
iv
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya meyatakan bahwa skripsi “Perbandingan Persentase
Perkecambahan Biji Kemiri (Aleurites moluccana) Dengan Menggunakan Metode
Perendaman Asam Sulfat (H2SO4) dan Kalium Nitrat (KNO3) adalah benar
merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun karya yang tidak diterbitkan telah
disebutkan dalam teks yang di cantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Makassar, Januari 2020
Penulis
vi
Hak Cipta milik Universitas Muhammadiyah Makassar 2020
@Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh
Makassar.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar.
vii
ABSTRAK
ASMAUAN (105950062615). Perbandingan Persentase Perkecambahan Biji
Kemiri (Aleurites moluccana) Dengan Menggunakan Metode Perendaman Asam
Sulfat (H2SO4) dan Kalium Nitrat (KNO3) Di bawah bimbingan Irma Sribianti
dan Muhammad Tahnur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perbandingan Persentase
Perkecambahan Biji Kemiri (Aleurites moluccana) Dengan Menggunakan Metode
Perendaman Asam Sulfat (H2SO4) dan Kalium Nitrat (KNO3) dilihat dari jumlah
kemiri yang berkecambah. Jenis data yang dikumpulkan yakni data primer dengan
percobaan langsung dilapangan dengan menghitung jumlah biji berkecambah
pada setiap perlakauan, percobaan meliputi perendaman biji kemiri dengan
menggunakan Asam Sulfat (H2SO4) 96% selama 10 menit, 15 menit, dan 20
menit, sedangkang biji kemiri yang di rendam menggunakan Kalium Nitrat
(KNO3) 0,2% direndam selama 25 menit, 30 menit, 35 menit. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada metode perendaman menggunakan Asam Sulfat
(H2SO4) pada perlakauan 10 menit, 15 menit, dan 20 menit dan metode
perendaman menggunakan Kalium Nitrat (KNO3) pada perlakuan 25 menit, 30
menit, dan 35 menit. Diketahui bahwa tidak ada pengaruh nyata perlakuan
terhadap perkecambahan biji kemiri, tetapi hasil penelitian menunjukan bahwa
persentase kecambah menggunakan Kalium Nitrat (KNO3) lebih tinggi
dibandingkan dengan Asam Sulfat (H2SO4).
Kata Kunci: Kemiri, Kecambah, Asam Sulfat (H2SO4), Kalium Nitrat (KNO3)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat, karunia, dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Perbandingan Persentase Perkecambahan Biji Kemiri (Aleurites moluccana)
Dengan Menggunakan Metode Perendaman Asam Sulfat (H2SO4) dan Kalium
Nitrat (KNO3)”, Sebagai salah satu syarat mendapat Gelar Sarjana Kehutanan.
Salam dan salawat semoga senantiasa dilimpahkan oleh Allah SWT kapada
junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai suritauladan kepada kita semua.
Penulis berharap apa yang dipaparkan dalam skripsi ini dapat memberikan
informasi baru bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
untuk itu saran dan masukan sangat Penulis hargai.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua saya tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa serta
dorongan moril maupun materil yang tak terhingga.
2. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi.,MP. Selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibunda Dr. Husnah Latifah, S.Hut., M.Si. Selaku Wakil Dekan I Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPM Selaku Ketua Program Studi Kehutanan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Dr. Ir. Irma Sribianti, S.Hut., M. P., IPM. Selaku pembimbing I dan Ir.
Muhammad Tahnur S.Hut., M. Hut.,IPM. Selaku pembimbing II yang telah
ix
memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi, pengetahuan dan
motivasi.
6. Dr.Ir.Hajawa, M.P. selaku penguji I dan Dr.Ir.sultan, S.Hut, M,P, IPM
selaku penguji II yang tak hentinya memberi arahan dan masukan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kehutanan serta staf tata usaha
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
memberikan ilmu selama di bangku perkuliahan.
8. Ichmal, Faisal Basri, Riskawati Marsyam, Miranda Rifdayanti serta
teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
memberikan doa dan dukungan serta partisipasi yang sangat besar dalam
penyusunan Skripsi ini sehingga dapat terselesaikan.
Pada penyusunan Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh
sebab itu Penulis hargai keritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga dapat
mendorong kesempurnaan Skripsi ini. Akhirnya semoga Allah SWT memberikan
rahmat dan kemanfaatan yang banyak atas penulisan Skripsi ini dan menjadikan
kita hamba-Nya yang pandai mensyukuri nikmat-Nya Amin YaRabbal’Alamin.
Makassar, Januari 2020
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.. .............................................................................. iii
HALAMAN KOMISI PENGUJI ........................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................................. v
HAK CIPTA .......................................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR. ....................................................................................... .viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ..x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ .xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
I. PEDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 5
2.1. Kemiri (Aleurites moluccana) ................................................................ 5
2.1.1. Defenisi Kemiri ......................................................................... 5
2.1.2. Klasifikasi Kemiri ..................................................................... 6
2.2. Perkecambahan ....................................................................................... 6
xi
2.3. Asam Sulfat (H2SO4) .............................................................................. 9
2.4. Kalium Nitrat (KNO3) ......................................................................... 10
2.5. Kerangka Pikir ...................................................................................... 12
III. METODE PENELITIAN ................................................................................ 13
3.1. Waktu dan Tempat .............................................................................. 13
3.2. Alat dan Bahan .................................................................................... 13
3.3. Prosedur Penelitian .............................................................................. 13
3.3.1. Pengumpulan Data .................................................................. 13
3.3.2. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 14
3.3.3. Analisis Data ........................................................................... 16
3.3.4. Persentase Perkecambahan ...................................................... 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 18
4.1. Metode Perendaman Asam Sulfat (H2SO4) .......................................... 18
4.2. Metode Perendaman Kalium Nitrat (KNO3) ........................................ 23
4.3. Perbandingan Persentase Perkecambahan Mengunakan
Meteode Perendaman Asam Sulfat (H2SO4) dan Kalaium
Nitrat (KN03) ........................................................................................ 28
V. PENUTUP ....................................................................................................... 31
5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 31
5.2. Saran .................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Jumlah Rata-Rata Berkecambah Menggunakan Asam Sulfat
(H2SO4) ..................................................................................................18
2. Jumlah Kecambah Pada Perendaman Mengguakan Asam Sulfat
(H2SO4) ..................................................................................................20
3. Analisis Sidik Ragam Perlakuan Perendaman Asam Sulfat
(H2SO4) ..................................................................................................21
4. Jumlah Persentase Rata-Rata Berkecambah Menggunakan Asam
Sulfat (H2SO4) .......................................................................................22
5. Jumlah Rata-Rata Berkecambah Menggunakan Kalium Nitrat
(KN03)....................................................................................................24
6. Jumlah Kecambah Pada Perendaman Menggunakan Kalium
Nitrat (KN03) .........................................................................................26
7. Analisis Sidik Ragam Perlakuan Perendaman Kalium Nitrat
(KN03)....................................................................................................26
8. Jumlah Persentase Rata-Rata berkecambah Menggunakan Kalium
Nitrat (KN03) .........................................................................................27
9. Perbandingan Persentase Perkecambahan Menggunakan Metode
Perendaman Asam Sulfat (H2SO4) dan Kalium Nitrat (KN03) ............29
xiii
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Kerangka Pikir .................................................................................... 12
2. Rata-Rata Perkecambahan Menggunakan Metode Perendaman
Asam Sulfat (H2SO4) .......................................................................... 19
3. Persentase Perkecambahan Menggunakan Metode Perendaman
Asam Sulfat (H2SO4) ...........................................................................22
4. Rata-Rata Perkecambahan Menggunakan Metode Perendaman
Kalium Nitrat (KN03) ..........................................................................24
5. Persentase Perkecambahan Menggunakan Metode Perendaman
Kalium Nitrat (KNO3) .........................................................................28
6. Perbandingan Persentase Perkecambahan Menggunakan Asam
Sulfat (H2SO4) dan Metode Perendaman Kalium Nitrat (KNO3) ......29
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Data Primer .........................................................................................34
2. Olah Data Statistik ..............................................................................38
3. Surat Izin Penelitian ............................................................................40
4. Dokumentasi Penelitian ......................................................................41
5. Tabel Distribusi Frekuensi. ................................................................ 46
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman kemiri (Aleurites moluccana) tersebar luas didaerah tropis dan
sub tropis, ada di sebelah timur asia hinggi Fiji di kepulauan fasifik. Tanaman
kemiri adalah tanaman berpohon besar dengan ketinggian dapat mencapai 25-40
meter, dapat tumbuh hingga pada ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut.
(Paimin, F.R., 1994).
Kemiri banyak sekali kegunaannya terutama untuk bumbu masak, bahan
baku kosmetik, bahan dasar cat atau sebagai bahan pengawet kayu dan perabot
rumah tangga bahkan akhir-akhir ini diketahui bahwa kayu kemiri mempunyai
potensi untuk pembuatan batang korek api dan pembuatan kertas. Dilihat dari segi
bercocok tanam, tanaman kemiri berguna sebagai tanaman industri, reboisasi, dan
tanaman utama pada lahan kristis, Karena mampu menekan pertumbuhan alang-
alang. (Khadijah, N., 1996 )
Melihat dari daya guna tanaman kemiri yang begitu banyak tersebut, dapat
dipastikan bahwa komoditi ini sangat berpeluang untuk dikembangkan karena
bernilai ekonomi cukup tinggi. Meskipun demikian tidak semua orang dapat
dengan mudah melakukan pembibitan kemiri karena susahnya kemiri untuk
dikecambahkan, apalagi ketika ingin mendapatkan kecambah biji kemiri dengan
jumlah banyak.
Salah satu masalah dalam perbenihan kemiri adalah faktor dormansi fisik
pada benih, dormansi tersebut disebabkan oleh tebal dan kerasnya kulit benih,
2
sehingga penyerapan air kedalam embrio terhambat dan akibatnya menghambat
pertumbuhan dan perkembangan embrio juga, embrio yang berkembang akan
memecahkan tempurung untuk memunculkan kecambah. Oleh karena itu perlu
adanya perlakuan tertentu terhadap kulit benih, benih sulit berkecambah dalam
waktu 3 – 6 bulan. Dalam waktu yang lama tersebut lembaga atau benih dapat
mengalami kerusakan mekanis, fisiologis ataupun biologis sehingga daya
kecambah benih menjadi sangat rendah, hanya mencapai 50 – 60 %. (Paimin,
1994)
Kulit kemiri mempunyai cangkang yang keras sehingga cangkang kemiri
susah untuk pecah, hal inilah yang membuat biji kemiri susah untuk di
kecambahkan. Salah satu metode untuk menghasilkan kecambah kemiri adalah
dengan menggunakan metode perendaman kemiri menggunkan bahan kimia.
Tujuan perendaman menggunakan bahan kimia ini yaitu untuk memecahkan
dormansi biji sehingga air mudah masuk kedalam biji dan benih cepat
berkecambah, bahan kimia yang digunakan bisa mengunakan Asam Sulfat
(H2SO4) atau Kalium Nitrat (KNO3).
Menurut Paimin (1994) perendaman menggunakan Asam Sulfat (H2SO4)
dengan lama perendaman 15 menit mampu memecahkan dormansi biji kemiri.
perendaman dengan menggunakan Asam Sulfat (H2SO4) 96 % dengan lama
perendaman 15 menit mampu memecahkan dormansi biji kemiri sedangkan
menurut Sunanto (1994 ) Kalium Nitrat (KNO3) 0,2% mampu memecahkan
dormansi biji kemiri dengan lama perendaman 30 menit.
3
Berdasarkan hal tersebut diatas maka dianggap perlu untuk mengetahui
perbandingan persentase perkecambahan kemiri dengan dengan menggunakan
Asam Sulfat (H2SO4) dan dengan menggunakan Kalium Nitrat (KNO3). Untuk itu
diperlukan suatu pengamatan atau analisis terhadap persentase perkecambahan
biji kemiri.
1.2. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Berapa persentase perkecambahan kemiri dengan menggunakan metode
perendaman Asam Sulfat (H2SO4) dan pengaruh lama perendaman Asam
Sulfat (H2SO4) terhadap kecambah kemiri ?
2. Berapa persentase perkecambahan kemiri dengan menggunakan metode
perendaman Kalium Nitrat (KNO3) dan pengaruh lama perendaman
Kalium Nitrat (KNO3) terhadap kecambah kemiri ?
3. Berapa perbandingan persentase perkecambahan kemiri dengan
menggunakan metode perendaman Asam Sulfat (H2SO4) dan Kalium
Nitrat (KNO3)?
1.3. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui persentase perkecambahan kemiri dengan
menggunakan metode perendaman Asam Sulfat (H2SO4) dan pengaruh
lama perendaman Asam Sulfat (H2SO4) terhadap kecambah kemiri.
4
2. Untuk mengetahui persentase perkecambahan kemiri dengan
menggunakan metode perendaman Kalium Nitrat (KNO3) dan pengaruh
lama perendaman Kalium Nitrat (KNO3) terhadap kecambah kemiri.
3. Untuk mengetahui perbandingan persentase perkecambahan biji kemiri
menggunakan metode perendaman Asam Sulfat (H2SO4) dan Kalium
Nitrat (KNO3).
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi mengenai perkecambahan kemiri.
2. Memberikan informasi kepada pembibit kemiri tentang metode yang bisa
digunakan dalam pembibitan kemiri.
3. Sebagai referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kemiri (Aleurites moluccana)
2.1.1. Defenisi Kemiri (Aleurites moluccana)
Kemiri (Aleurites moluccana) merupakan salah satu pohon serbaguna
yang sudah dibudidayakan secara luas di dunia. Jenis ini merupakan jenis asli
Indo-Malaysia dan sudah diintroduksikan ke Kepulauan Pasifik sejak jaman
dahulu. Di Indonesia, kemiri telah lama ditanam, baik untuk tujuan komersial
maupun subsistem untuk menunjang kehidupan masyarakat sehari-hari,
terutama bagi masyarakat Indonesia bagian timur. Jenis ini dapat digunakan
untuk berbagai tujuan. bijinya dapat digunakan sebagai bahan media
penerangan, masakan dan obat-obatan, sedangkan batangnya dapat digunakan
untuk kayu. (Krisnawati.H, 2011)
Kemiri tergolong pohon berukuran sedang dengan tajuk lebar yang
dapat mencapai ketinggian hingga 20 m dan diameter hingga 90 cm. Pada
tempat terbuka, jenis ini umumnya hanya dapat mencapai ketinggian pohon
10-15 m. Umumnya bentuk cabang pohon kemiri adalah berliku, tidak teratur,
membentang lebar dan menggantung pada cabang bagian samping. Pada
lembah yang sempit, pohon kemiri biasanya memiliki sedikit percabangan
dan tumbuh menjulang tinggi. Kulit batangnya berwarna abu-abu coklat dan
bertekstur agak halus dengan garis-garis vertikal yang indah. Daunnya mudah
dikenali dari bentuknya yang khas, umumnya terdiri dari 3-5 helai daun dari
pangkal, berselang-seling dan pinggir daun bergelombang.
6
Menurut Sunanto (1994) Kemiri merupakan salah satu jenis tanaman
yang diprioritaskan untuk hutan tanaman industri (HTI). Dalam era
pembangunan nasional sekarang ini, pohon kemiripun merupakan pohon yang
sangat cocok untuk reboisasi, penghijauan, dan tempat berlindung ternak pada
areal pengembalaan. Pohon kemiri dapat tumbuh dengan baik pada tanah
yang berkapur, tanah berpasir dan tanah podsolik yang subur maupun tidak
subur. Pohon kemiri dapat tumbuh pada iklim yang basah maupun iklim yang
kering.
2.1.2. Klasifikasi Kemiri (Aleurites moluccana)
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Aleurites
Spesies : Aleurites moluccana
2.2. Perkecambahan
Pertumbuhan dan perkembangan pada pertumbuhan biji dimulai dengan
perkecambahan. Hal tersebut terjadi setelah biji mengalami masa dormansi. Masa
dormansi merupakan suatu peristiwa istirahat atau biji tidak aktif untuk
melakukan aktivitas pertumbuhan.
Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil dari biji)
yang merupakan calon individu baru terdapat dari dalam biji yang merupakan
7
hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio, pada saat biji mengalami
perkecambahan, bagian plumula akan tumbuh dan berkembang menjadi batang
sedangkan radikula akan tumbuh menjadi akar. (Indriyanto. 2008.)
Hal ini akan terjadi Jika suatu biji tanaman ditempatkan pada lingkungan
yang menunjang dan memadai. Perkecambahan diawali dengan
penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media
lainnya. Perubahan yang teramat adalah membesarnya ukuran biji yang disebut
tahap imbibisi (berarti "minum"). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya,
baik dari tanah maupun udara dalam bentuk embun atau uap air.
Perkecambahan benih sangat dipengaruhi oleh viabilitas benih dan
lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan bibit. Benih yang
baik akan mulai berkecambah setelah 22-30 hari dan akan mencapai titik
maksimal pada umur 2 bulan. Benih yang sedang berkecambah sangat peka
terhadap penyakit tanaman dan gangguan fisik sehingga selama proses ini sangat
memerlukan perlindungan.
Benih yang telah menunjukkan gejala tumbuh seperti tumbuhnya akar atau
plumula dikatakan sudah ada potensi untuk tumbuh. Potensi tumbuh adalah
persentase benih yang menunjukkan gejala tumbuh dalam pengujian langsung,
dinyatakan hidup apabila akar dan plumula tumbuh dan menembus kulit, potensi
tumbuh sangat dipengaruhi oleh faktor fisiologis, lingkungan dan umur simpan
benih.(Sadjad, 1980)
Biji dari berbagai spesies tumbuhan akan berkecambah apabila, suhu
menguntungkan, persediaan oksigen memadai dan kelembaban media tumbuhan
8
cukup dan kontak secara langsung dengan biji. Pada beberapa spesies walaupun
kondisi di atas terpenuhi tetapi biji tidak dapat berkecambah. Hal tersebut
disebabkan oleh belum tuntasnya masa dormansi (istirahat) biji tersebut. Biji-biji
kelompok ini umumnya berasal dari daerah beriklim sub tropis. Periode dormansi
yang telah dilewati akan menyebabkan perkecambahan biji pada kondisi suhu
yang optimal, adanya persediaan oksigen dan air.
Perkecambahan dapat terjadi walaupun tanah atau media semai tidak
mengandung unsur hara karena di dalam biji sudah mengandung cukup persediaan
makanan agar lembaga dapat tumbuh selama masa persemaian. Benih akan
berkecambah, setelah keluar kotiledon harus ditambahkan air dan beberapa unsur
hara pada media tanamnya. Suhu yang paling optimal untuk perkecambahan biji
adalah 15-38°C. Oksigen bebas sangat diperlukan untuk respirasi yang akan
menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Ketidak
tersediaan oksigen akan memperlambat atau mencegah perkecambahan benih.
Kelembaban media tanam yang terlalu berlebihan akan menghambat proses
perkecambahan. Kondisi inipun akan mempertinggi kemungkinan benih terserang
oleh organisme pengganggu tanaman, terutama dari golongan bakteri dan akan
mengakibatkan benih mati atau tumbuh tidak normal.
Selama proses perkecambahan, air dibutuhkan untuk perkembangan
embrio dan endosperm sedangkan gas-gas seperti oksigen dibutuhkan untuk
respirasi embrio (Kamil, 1979).
Benih harus mendapatkan jumlah air yang tepat untuk berkecambah,
kondisi kelebihan air akan menyebabkan oksigen keluar dari dalam sel dan benih
9
tidak dapat berkecambah. Sebaliknya jika kelembaban media kurang optimal
benih tidak akan dapat menguraikan cadangan makanan dalam biji (jaringan
endosperma) sehingga epikotil dan hipokotil tidak akan tumbuh dan berkembang.
(Nurwardani, P., 2008)
Perlindungan kecambah atau bibit muda sebaiknya dilakukan dengan
memasang pelindung berupa naungan dari plastik atau paranet. Naungan
berfungsi sebagai pelindung kecambah dan bibit muda dari sengatan sinar
matahari, dan organisme pengganggu tanaman.
2.3. Asam Sulfat (H2SO4)
Asam Sulfat (H2SO4) merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat
ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam Sulfat (H2SO4) merupakan
senyawa kimia yang paling banyak diproduksi dibandingkan dengan senyawa
kimia lain. Kegunaan utamanya antara lain pemrosesan bijih mineral, sintesis
kimia, pemrosesan air dan pengilangan minyak. Asam Sulfat (H2SO4) juga biasa
dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk, bahan peledak, detergen, zat
warna, insektisida, obat-obatan, plastik, baja, dan baterai. (Khoirul,A., 2015)
Larutan Asam Sulfat (H2SO4) pekat dapat menyebabkan kerusakan pada
kulit biji, Lamanya perlakuan larutan asam harus benar-benar sesuai karena akan
membuat biji tidak dapat berkecambah. Perendaman dengan menggunakan Asam
Sulfat (H2SO4) pekat kurang dari 1-10 menit tidak akan mampu mematahkan
dormansi biji sedangkan perendaman dengan 60 menit atau lebih akan membuat
kerusakan pada biji. (Wanarni, 2009)
10
Menurut beberapa penelitian sebelumnya perlakuan awal seperti larutan
asam efektif digunakan untuk mengatasi benih dengan dormansi fisik. Teknik
skarifikasi secara kimia dapat dilakukan dengan perendaman. Tujuan dari teknik
ini adalah untuk melunakkan endocarp dan membuang zat penghambat. Zat kimia
yang biasa dipakai adalah Asam Sulfat (H2SO4) pekat. Untuk medapatkan hasil
yang baik harus dipertimbangkan mengenai perbandingan benih dengan larutan
perendaman, suhu, dan lama perendaman. Schmidt (2002) menemukan bahwa
perlakuan awal dengan asam sulfat (95% - 98%) selama 15 sampai 60 menit dapat
memecahkan dormansi.
2.4. Kalium Nitrat (KNO3)
Kalium Nitrat (KNO3) merupakan unsur hara yang mengandung nitrogen
dan kalium. Kalium diserap tanaman dalam bentuk K+, ion ini disalurkan dari
organ dewasa ke organ muda, sedangkan nitrogen diserap tanaman dalam bentuk
NO3-, ion ini diperlukan untuk pertumbuhan tunas, pembentukan klorofil dan
berpengaruh penting terhadap peningkatan hasil produksi.
Kalium pada senyawa Kalium Nitrat (KNO3) lebih banyak dibutuhkan
dibandingkan unsur hara lain, karena kalium berperan penting sebagai katalisator
dalam pengubahan protein menjadi asam amino dan penyusun karbohidrat serta
metabolisme tanaman. Kalium juga berperan dalam memperkuat tubuh tanaman
agar daun tidak mudah layu dan gugur. Hal ini dapat membantu tanaman untuk
tetap tumbuh dengan baik meskipun dalam kondisi lingkungan yang kering.
Kalium Nitrat (KNO3) merupakan salah satu sumber nitrogen terbaik, hal ini
11
dapat dilihat dari hasil produksi kualitas biji yang relatif lebih baik. (Dian, A.P.,
2018)
Kalium Nitrat (KNO3) merupakan bahan kimia yang paling banyak
digunakan untuk mempromosikan perkecambahan benih.. Kalium Nitrat (KNO3)
pada konsentrasi 0,2% dapat meningkatkan perkecambahan benih menjadi 79%..
Konsentrasi yang digunakan untuk berbagai jenis biji tentunya tidak sama,
tergantung kepada karakteristik biji yang bersangkutan. ( Supiniati, 2015 )
12
2.5. Kerangka Pikir
Gambar 1. Kerangka Pikir
Pembibitan Kemiri
Metode perendaman
Asam Sulfat (H2SO4) 96% Kalium Nitrat (KNO3) 0,2%
Lama perendaman 25
menit, 30 menit, 35
menit
Lama perendaman 10
menit, 15 menit, 20
menit
Bedeng Tabur
Persentase Perkecambahan
Biji kemiri (Aleurites
moluccana)
Perendaman dengan air biasa
selama 1 malam
13
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober sampai dengan bulan
November 2019 di CV. Reskita Sejahtera.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan pada penelitan ini adalah:
1. 950 Biji kemiri
2. Asam Sulfat (H2SO4) 96%
3. Kalium Nitrat (KNO3) 0,2%
4. Ember
5. Timbangan digital
6. Cangkul
7. Stopwatch
8. Tali raffia
9. Label
10. Alat tulis menulis
11. Kamera
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting
dalam melakukan sebuah penelitian, karena pada umumnya data yang
dikumpulkan dalam penelitian harus akurat sehingga membutuhkan teknik
14
pengumpulan data yang mampu memperoleh data secara baik. Teknik
pengumpulan data adalah salah satu prosedur yang sistematis dan standar
untuk memperoleh data yang dibutuhkan.
Data yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer, yaitu data
yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti langsung dari subjek atau
objek penelitian. Data yang dikumpulkan berupa hasil pengamatan
perkecambahan kemiri yang dilakukan selama 1 bulan.
3.3.2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu :
1. Pembuatan Media Kecambah
Pembuatan media tabur ini dilakukan dengan cara membuat
bedengan dengan lebar 1 meter dan panjang 2,5 meter. Sutopo (2000)
menyatakan bahwa salah satu faktor penting yang mempengaruhi
perkecambahan adalah media, yaitu harus mempunyai sifat fisik yang
baik, gembur, mempunyai kemampuan menyimpan air dan bebas dari
organisme penyebab penyakit.
2. Persiapan Biji Kemiri
Biji kemiri yang akan di kecambakan terlebih dahulu di pilih yang
masih bagus dengan cara direndam terlebih dahulu, biji kemiri yang
terapung sudah tidak layak untuk di kecambakan. Biji kemiri yang
terapung kemudian di pisahkan dari kemiri yang tenggelam.
3. Perendaman Dengan Asam Sulfat (H2SO4) 96% dan Kalium Nitrat
(KNO3) 0,2%
15
Biji kemiri yang sudah dipilih kemudian direndam menggunakan
Asam Sulfat (H2SO4) 96% selama 10 menit, 15 menit, dan 20 menit,
sedangkang biji kemiri yang di rendam menggunakan Kalium Nitrat
(KNO3) 0,2% direndam selama 25 menit, 30 menit, 35 menit. Setelah
itu biji kemiri dicuci bersih. Kemiri yang sudah dicuci bersih kemudian
di rendam lagi selama 1 malam.
4. Penaburan Biji Kemiri
Biji yang sudah di rendam kemudian disemaikan di bedengan
yang sudah dibuat dan ditutup menggunakan pasir dengan ketebalan 2-3
cm dan kemudian ditutup kembali menggunakan dedaunan untuk
menjaga kelembaban tanah.
5. Perawatan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan berupa penyiraman dan
pembersihan dari tanaman pengganggu yang dilakukan sampai kegiatan
pengamatan selesai dilakukan.
Penyiraman dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pada
pagi dan sore. Volume air yang digunakan pada setiap penyiraman,
disesuaikan pada tingkat kelembapan media kecambah saat kegiatan
penyiraman berlangsung. Hal tersebut dimaksudkan untuk tetap
mempertahankan kelembapan media kecambah.
Pembersihan dari tanaman pengganggu dilakukan dengan cara
manual yaitu dengan mencabut tanaman pengganggu yang hidup di
sekitar benih kemiri.
16
6. Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan cara manual yaitu dengan
mengamati secara langsung respon perkecambahan benih kemiri
terhadap perlakuan yang diberikan.
3.3.3. Analisis Data
Data penelitian ini dianalisis dengan sidik ragam untuk mengetahui
pengaruh perlakuan terhadap jumlah kemiri berkecambah sesuai dengan
metode penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL)
sebagai berikut:
Yij = μ + tI + eij
Dimana:
i = Perlakuan
J = Ulangan
Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ = Nilai tengah umum
tI = Pengaruh perlakuan ke-i
eij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
17
Analisis Sidik Ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F.Hitung
F.Tabel
5% 1%
Perlakuam t-1 JKP KTP KTP/KTG
Galat (t-1)(r-
1) JKG KTG
Total Tr-1 JKT
Keterangan :
Hipotesis untuk perlakuan yang diajukan adalah:
H0 : τ1 = τ2 = τ3 =............ = τt = 0 ( Berarti tidak ada pengaruh perlakuan
terhadap respon )
H1 : τ1 ≠ τ2 ≠ τ3 ≠..............≠ τt ≠ 0 (Berarti ada pengaruh perlakuan
terhadap respon)
3.3.4. Persentase Perkecambahan
Jumlah perkecabahan benih = x 100%
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Metode Perendaman Asam Sulfat (H2SO4)
Berdasaran hasil penelitian yang dilakukan Rata-rata Perkecambahan biji
kemiri terhadap perlakuan perendaman menggunakan Asam Sulfat (H2SO4) yang
dilakukan selama 1 bulan, dengan perlakuan perendaman 10 menit mempunyai
rata-rata 14,33 biji berkecambah dari 50 biji kemiri yang disemaikan, perendaman
menggunakan Asam Sulfat (H2SO4) dengan perlakuan perendaman 15 menit
mempunyai rata-rata 15,00 biji berkecambah dari 50 biji kemiri yang disemaikan,
perendaman menggunakan Asam Sulfat (H2SO4) dengan perlakuan perendaman
20 menit mempunyai rata-rata 18,33 biji berkecambah dari 50 biji kemiri yang
disemaikan. Jumlah rata-rata dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah rata-rata Berkecambah Menggunakan Asam Sulfat (H2SO4)
Perlakuan Total Berkecambah Rata -Rata
10 Menit 43 14,33
15 Menit 45 15,00
20 Menit 55 18,33
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019
19
Gambar 2. Rata-Rata Perkecambahan Menggunakan Metode Perendaman
Asam Sulfat (H2SO4)
Pada Gambar 2. Menunjukkan bahwa jumlah rata-rata terendah yaitu
14,33 kecambah kemiri pada perlakuan perendaman menggunakan Asam Sulfat
(H2SO4) dengan lama perendaman 10 menit dan jumlah rata-rata tertinggi yaitu
18,33 kecambah kemiri pada perlakuan perendaman menggunakan Asam Sulfat
(H2SO4) dengan lama perendaman 20 menit. Hasil ini diakibatkan pengaruh Asam
Sulfat yang membuat cangkang pada kemiri melunak sehinggga air mudah masuk
kedalam embrio biji sehingga terjadi proses perkecambahan, perendaman dengan
waktu yang kurang lama belum mampu memecahkan dormansi biji kemiri.
Hal ini pun sesuai dengan pernyataan Schmidt (2002), bahwa perlakuan
awal seperti larutan asam efektif digunakan untuk mengatasi benih dengan
dormansi fisik. Teknik skarifikasi secara kimia dapat dilakukan dengan
perendaman. Tujuan dari teknik ini adalah untuk melunakkan endocarp dan
membuang zat penghambat. Zat kimia yang biasa dipakai adalah Asam Sulfat
20
(H2SO4) pekat. perlakuan perendaman dengan Asam Sulfat (95%-98%) selama 15
sampai 60 menit dapat memecahkan dormansi. Sedangkan menurut Paimin (1994)
dalam bukunya yang berjudul “Kemiri Budidaya Dan Prospek Bisnis Kemiri”
menjelaskan bahwa perendaman dengan menggunakan Asam Sulfat (H2SO4) 96%
dengan lama perendaman 15 menit mampu memecahkan dormansi biji kemiri.
Namun jumlah kemiri yang berkecambah belum terlalu banyak jika
dengan lama persemain hanya 1 bulan hal itu dapat dilihat dari jumlah
perkecambahan menggunakan Asam Sulfat (H2SO4) pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Kecambah Pada Perendaman Menggunakan Asam Sulfat
(H2SO4)
PERLAKUAN ULANGAN
TOTAL 1 2 3
10 menit 13 14 16 43
15 menit 15 11 19 45
20 menit 17 18 20 55
TOTAL 45 43 55 143
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019
Hasil perhitungan disajikan kedalam analisis sidik ragam untuk
mengetahui adanya pengaruh nyata atau tidak nyata, pada Tabel 3:
21
Tabel 3. Analisis Sidik Ragam Perlakuan Menggunakan Asam Sulfat
(H2SO4)
SK D b JK KT F hit F tabel
5% 1%
Perlakuan 2 27,56 13,78 2,00tn 5,14 10,92
Galat 6 41,33 6,89
Total 8 68,88889
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019
Keterangan : tn = Tidak berpengaruh nyata
Berdasarkan Tabel 3. Analisis sidik ragam untuk mengetahui adanya
pengaruh nyata atau tidak nyata perlakuan terhadap kecambah kemiri, dapat
dilihat dari derajat bebas perlakuan 2, dan derajat bebas galat 6, maka diperoleh
F.Tabel 5 % dengan nilai 5,14 dan F.Tabel 1 % dengan nilai 10,92 dan F.Hitung
2,00, sehingga sumber keragaman perlakuan menunjukkan tidak adanya pengaruh
nyata perlakuan terhadap jumlah kecambah Kemiri (F.Hit perlakuan < F.Tabel 5%
dan 1%).
Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan perendaman tidak terlalu
berpengaruh nyata terhadap jumlah kecambah tetapi penggunaan asam sulfat
sudah mampu memecahkan dormansi walaupun membutuhkan waktu yang lebih
lama lagi untuk disemaikan.
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan selama 1 bulan,
perendaman menggunakan Asam Sulfat (H2SO4) dengan perlakuan perendaman
10 menit mempunyai rata-rata persentase berkecambah 29%, perendaman
menggunakan Asam Sulfat (H2SO4) dengan perlakuan perendaman 15 menit
mempunyai rata-rata persentase berkecambah 30%, perendaman menggunakan
22
Asam Sulfat (H2SO4) dengan perlakuan perendaman 20 menit mempunyai rata-
rata persentase berkecambah 37% . Jumlah rata-rata persentase dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Persentase Rata-Rata Berkecambah Menggunakan Asam
Sulfat (H2SO4)
Perlakuan Total
Berkecambah
Rata –
Rata
Peresentase
Berkecambah
10 Menit 43 14,33 29
15 Menit 45 15,00 30
20 Menit 55 18,33 37
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019
Gambar 3. Persentase Perkecambahan Menggunakan Metode Perendaman
Asam Sulfat (H2SO4)
23
Pada Gambar 3. Dapat dilihat jumlah persentase perkecambahan
menggunakan metode perendaman Asam Sulfat terendah yaitu 29% kecambah
kemiri dengan lama perendaman 10 menit dan jumlah rata-rata tertinggi yaitu
37% kecambah kemiri dengan lama perendaman 20 menit.
Berdasarkan Gambar 3. Diatas menujukkan bahwa persentase kecambah
masih rendah hal ini bisa jadi diakibatkan oleh lingkungan tempat persemaian biji
kemiri. Menurut Nurwardani (2008) perkecambahan akan terjadi Jika
suatu biji tanaman di tempatkan pada lingkungan yang menunjang dan memadai.
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik
tanah, udara, maupun media lainnya. Waktu persemaian juga bisa mengakibatkan
persentase perkecambahan lebih rendah.
Jika biji kemiri langsung ditanam tanpa disemaikan terlebih dahulu maka
biji kemiri baru akan berkecambah sekitar 4-6 bulan dengan maksimal persentase
kecambah 50% sedangkan biji kemiri yang disemaikan terlebih dahulu akan
berkecambah sekitar 1-2 bulan dengan persentase kecambah 75%. Selain itu
faktor utama yang menyebabkan rendahnya kecambah adalah ketebalan kulit
kemiri semakin tebal kulit kemiri maka akan semakin lama pula proses kecambah
terjadi.
4.2. Metode Perendaman Kalium Nitrat (KNO3)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, rata-rata perkecambahan biji
kemiri terhadap perlakuan perendaman menggunakan Kalium Nitrat (KNO3) yang
dilakukan selama 1 bulan, dengan perlakuan perendaman 25 menit mempunyai
rata-rata 22,67 biji berkecambah dari 50 biji kemiri yang disemaikan, perendaman
24
menggunakan Kalium Nitrat (KNO3) dengan perlakuan perendaman 30 menit
mempunyai rata-rata 23,33 biji berkecambah dari 50 biji kemiri yang disemaikan,
perendaman menggunakan Kalium Nitrat (KNO3) dengan perlakuan perendaman
35 menit mempunyai rata-rata 19,00 biji berkecambah dari 50 biji kemiri yang
disemaikan. Jumlah rata-rata dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Rata-Rata Berkecambah Menggunakan Kalium Nitrat
(KN03)
Perlakuan Total Berkecambah Rata -Rata
25 Menit 68 22,67
30 Menit 70 23,33
35 Menit 57 19,00
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019
Gambar 4. Rata-Rata Perkecambahan Menggunakan Metode Perendaman
Kalium Nitrat (KNO3)
Pada Gambar 4. Dapat dilihat jumlah rata-rata terendah menggunakan
metode perendaman Kalium Nitrat (KN03) yaitu 19,00 biji berkecambah dengan
25
lama perendaman 35 menit dan jumlah rata-rata tertinggi yaitu 23,33 biji
berkecambah dengan lama perendaman 30 menit. Perendaman yang terlalu lama
akan membuat biji kemiri menjadi rusak sehingga menurungkan jumlah kecabah.
Hal ini sesuai dengan Sunanto (1994) dalam bukunya yang berjudul
“Budidaya Kemiri Komoditas Ekspor” bahwa Kalium nitrat (KNO3) 0,2% mampu
memecahkan dormansi biji kemiri dengan lama perendaman 30 menit.
Menurut Fahmi (2012), perendaman pada larutan kimia yaitu asam kuat
seperti KNO3 dengan konsentrasi pekat membuat kulit benih menjadi lebih lunak
sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah. Perlakuan perendaman benih
dengan KNO3 menyebabkan kulit benih melunak, sehingga air dapat mudah
masuk dan kadar air dalam benih meningkat.
Menurut Baskin and Baskin (2004), metode pematahan dormansi fisik
sering diasosiasikan dengan keberhasilan pembukaan atau cela pada bagian
tertentu dari kulit biji sedemikian rupa sehingga air dapat masuk kedalam biji
dan diserap oleh embrio.
Jumlah kemiri yang berkecambah tidak terlalu banyak jika dengan lama
persemain hanya 1 bulan hal itu dapat dilihat dari Hasil jumlah kecambah pada
perendaman menggunakan Kalium Nitrat (KNO3) padal Tabel 6.
26
Tabel 6. Jumlah Kecambah Pada Perendaman Menggunakan Kalium
Nitrat (KNO3)
PERLAKUAN ULANGAN
TOTAL 1 2 3
25 memit 20 23 25 68
30 menit 27 20 23 70
35 menit 21 20 16 57
TOTAL 68 63 64 195
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019
Hasil perhitungan disajikan kedalam analisis sidik ragam untuk
mengetahui adanya pengaruh nyata atau tidak nyata, pada Tabel 7.
Tabel 7. Analisis Sidik Ragam Perlakuan Perendaman Kalium Nitrat
(KNO3)
SK Db JK KT F hit F tabel
5% 1%
Perlakuan 2 4,67 2,33 0,18tn 5,14 10,92
Galat 6 79,33 13,22
Total 8 84
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019
Keterangan : tn = Tidak berpengaruh nyata
Berdasarkan Tabel 7. Analisis sidik ragam, untuk mengetahui adanya
pengaruh nyata atau tidak nyata perlakuan terhadap kecambah kemiri dapat dilihat
dari derajat bebas perlakuan 2, dan derajat bebas galat 6, maka diperoleh F.Tabel
5 % dengan nilai 5,14 dan F.Tabel 1 % dengan nilai 10,92 dan F.Hitung 0,18,
sehingga sumber keragaman perlakuan menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata
perlakuan terhadap jumlah kecambah kemiri (F.Hit perlakuan < F.Tabel 5% dan
1%).
27
Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan perendaman tidak berpengaruh
nyata terhadap jumlah kecambah kemiri, tetapi penggunaan Kalium Nitrat
(KNO3) sudah mampu memecahkan dormansi walaupun membutukan waktu yang
lebih lama lagi untuk disemaikan.
Berdasarkan hasil olah data penelitian yang dilakukan persentase
Perkecambahan biji kemiri terhadap perlakuan perendaman menggunakan Kalium
Nitrat (KNO3) yang dilakukan selama 1 bulan, perlakuan perendaman 25 menit
mempunyai rata-rata persentase berkecambah 45%, perendaman menggunakan
Kalium Nitrat (KNO3) dengan perlakuan perendaman 30 menit mempunyai rata-
rata persentase berkecambah 47%, perendaman menggunakan Kalium Nitrat
(KNO3) dengan perlakuan perendaman 35 menit mempunyai rata-rata persentase
berkecambah 35%. Jumlah rata-rata dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Persentase Rata-Rata Berkecambah Menggunakan Kalium
Nitrat (KNO3)
Perlakuan Total
Berkecambah
Rata -
Rata
Peresentase
Berkecambah
25 Menit 68 22,67 45
30 Menit 70 23,33 47
35 Menit 57 19,00 38
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019
28
Gambar 5. Rata-Rata Persentase Perkecambahan Menggunakan Metode
Perendaman Kalium Nitrat (KN03)
Berdasarkan Gambar 5. Menyimpulkan bahwa jumlah rata-rata persentase
perkecambahan menggunakan metode perendaman Kalium Nitrat (KN03)
terendah yaitu 38% biji berkecambah dengan lama perendaman 35 menit dan
jumlah rata-rata tertinggi yaitu 47% biji berkecambah dengan lama perendaman
20 menit. Perendaman yang terlalu lama malah akan membuat biji kemiri menjadi
rusak sehingga menurungkan jumlah kecambah. Menurut Sutopo (2002) setiap
biji tanaman mempunyai kisaran waktu tertentu untuk bisa berkecambah.
4.3. Perbandingan Persentase Perkecambahan Menggunakan Metode
Perendaman Asam Sulfat (H2SO4) dan Kalium Nitrat (KN03).
Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan perbandingan Persentase Rata-
rata Perkecambahan biji kemiri terhadap perlakuan perendaman menggunakan
Asam Sulfat (H2SO4) dan Kalaium Nitrat (KN03) yang dilakukan selama 1 bulan
dapat kita lihat pada Tabel 9.
29
Tabel 9. Perbandingan Persentase Perkecambahan Menggunakan Metode
Perendaman Asam Sulfat (H2SO4) dan Kalium Nitrat (KNO3).
Perlakuan Total
Berkecambah
Rata -
Rata
Peresentase
Berkecambah
H2SO4 143 47,67 32
KNO3 195 65 32
Gambar 6. Perbandingan Persentase Rata-Rata Perkecambahan
Menggunakan Asam Sulfat (H2SO4) dan Kalium Nitrat
(KNO3)
Berdasarkan Gambar 6. Menunjukkan bahwa jumlah persentase
perkecambahan menggunakan metode perendaman Asam Sulfat (H2SO4) yaitu
32% sedangkan Kalium Nitrat (KNO3) yaitu 43%. Hal ini menyimpulkan bahwa
Kalium Nitrat (KNO3) lebih mampu mematahkan dormansi lebih banyak di
bandingkan dengan Asam Sulfat (H2SO4).
30
Hal ini sesuai Menurut Danoesastro (1993) Kalium Nitrat (KNO3)
merupakan garam anorganik yang secara khusus disebut sebagai bahan kimia
yang berpengaruh besar terhadap perlakuan pematahan dormansi. Kalium Nitrat
(KNO3) merupakan senyawa kimia yang sering digunakan untuk memacu
perkecambahan. Kalium pada senyawa Kalium Nitrat (KNO3) lebih banyak
dibutuhkan dibandingkan unsur hara lain, karena kalium berperan penting sebagai
katalisator dalam pengubahan protein menjadi asam amino dan penyusun
karbohidrat serta metabolisme tanaman.
Sedangkan menurut Dian (2018) Kalium juga berperan dalam memperkuat
tubuh tanaman agar daun tidak mudah layu dan gugur. Hal ini dapat membantu
tanaman untuk tetap tumbuh dengan baik meskipun dalam kondisi lingkungan
yang kering. Kalium Nitrat (KNO3) merupakan salah satu sumber nitrogen
terbaik, hal ini dapat dilihat dari hasil produksi kualitas biji yang relatif lebih baik.
Anwar et al, (2008) menyatakan, dengan diberikanya Kalium Nitrat
(KNO3) pada benih maka akan terjadi perubahan konsentrasi antara zat
penghambat dan zat perangsang perkecambahan di dalam benih. Dalam hal ini,
jumlah zat perangsang meningkat dan jumlah zat penghambat tetap, sehinga
terjadi perkecambahan.
31
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Persentase perkecambahan menggunakan Asam Sulfat (H2SO4) paling
tinggi dari beberapa perlakuan adalah 37% dengan lama perlakuan
perendaman 20 menit dan berdasarkan analisis sidik ragam metode
perendaman menggunakan Asam Sulfat (H2SO4) pada berbagai perlakuan
lama perendaman tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kecambah
kemiri.
2. Persentase perkecambahan menggunakan Kalium Nitrat (KNO3) paling
tinggi dari beberapa perlakuan adalah 47% dengan lama perlakuan
perendaman 30 menit dan Berdasarkan analisis sidik ragam metode
perendaman menggunakan Kalium Nitrat (KNO3) pada berbagai perlakuan
lama perendaman tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kecambah
kemiri.
3. Persentase rata-rata perkecambahan menggunakan Asam Sulfat (H2SO4)
adalah 32% dan Persentase rata-rata perkecambahan menggunakan Kalium
Nitrat (KNO3) adalah 43%.
5.2. Saran
Kedua metode perendaman diatas belum mampu menghasilkan jumlah
kecambah kemiri dengan persentase yang tinggi untuk itu diperlukan penelitian
yang lebih lanjut terkait lama perendaman atau kadar bahan kimia.
32
DAFTAR PUSTAKA
Baskin.J.M and Baskin.C.C. 2004. A Classivication System for Seed Dormancy.
Seed Science Research. Department of Biology, University of
Kentucky
Danoesastro, H. 1993. Zat Pengatur Tumbuh Dalam Pertanian. Yayasan Pembina
Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.
Dian, A.P., 2018, Pengaruh Pemberian Senyawa KNO3 (Kalium Nitrat) Terhadap
Pertumbuhan Kecambah Sorgum (Sorghum Bicolor (L.) Moench),
Bandar Lampung.
Fahmi, Z. I. 2012. Studi Perlakuan Pematahan Dormansi Benih Dengan
Skarifikasi Mekanik dan Kimiawi. J. Balai Besar Perbenihan dan
Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya
Indriyanto. 2008. Pengantar Budidaya Hutan. Buku. Bumi Aksara. Jakarta.
Kamil, J. 1979. Teknologi Benih. Angkasa Raya, Padang.
Khadijah, N., 1996, Bercocok Tanam Kemiri, CV Telaga Zamzan, Ujung
Pandang, 67 Hlm.
Khoirul, A., 2015, Kimia Dasar II Asam Sulfat, bali.
Krisnawati, H.Dkk., 2011 Aleurites moluccana (L.) Willd.: Ekologi, Silvikultur
dan Produktivitas. Cifor, Bogor, Indonesia. Hlm 12.
Nurwardani, P., 2008, Teknik Pembibitan Tanaman dan Produksi Benih,
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta.
Paimin, F.R., 1994, Kemiri Budidaya dan Prospek Bisnis Kemiri, PT. Penebar
Sawadaya, Jakarta, hlm 107.
Schmidt, L.2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub
Tropis 2000. Buku. Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
Dept. Kehutanan. Jakarta. 530 hlm.
Sunanto, H., 1994. Budidaya Kemiri Komoditas Ekspor, Kanisius, Yogyakarta,
hlm 67
Supiniati. 2015, Pengaruh Lama Perendaman dan Konsentrasi KNO3 Terhadap
Viabilitas Benih Lengkeng, Aceh Barat.
Sutopo, L. (2000). Teknologi Benih.Jakarta: Rajawali Press.
Wanarni, 2009, Pengaruh Perlakuan Pendahuluan dan Berat Benih Terhadap
Perkecambahan Benih Kayu Afrika ( Maesopsis Emini Engl.), Skiripsi
Fakultas Kehutanan, Institit Pertanian Bogor.
Sadjad, S. 1980. Panduan Mutu Benih Tanaman Kehutanan di Indonesia. Bogor:
IPB
34
1. Data Primer
a) Data biji yang berkecambah menggunakan metode perendaman
H2SO4 96%
METODE PERENDAMAN H2SO4
PERLAKUAN 10
menit
15
menit
20
menit
ULANGAN 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 D 1 E 1 F 1 G 1 H 1 I 1 J 1 K 1 L
2 D 2 E 2 F 2 G 2 H 2 I 2 J 2 K 2 L
3 D 3 E 3 F 3 G 3 H 3 I 3 J 3 K 3 L
4 D 4 E 4 F 4 G 4 H 4 I 4 J 4 K 4 L
5 D 5 E 5 F 5 G 5 H 5 I 5 J 5 K 5 L
6 D 6 E 6 F 6 G 6 H 6 I 6 J 6 K 6 L
7 D 7 E 7 F 7 G 7 H 7 I 7 J 7 K 7 L
8 D 8 E 8 F 8 G 8 H 8 I 8 J 8 K 8 L
9 D 9 E 9 F 9 G 9 H 9 I 9 J 9 K 9 L
10 D 10 E 10 F 10 G 10 H 10 I 10 J 10 K 10 L
11 D 11 E 11 F 11 G 11 H 11 I 11 J 11 K 11 L
12 D 12 E 12 F 12 G 12 H 12 I 12 J 12 K 12 L
13 D 13 E 13 F 13 G 13 H 13 I 13 J 13 K 13 L
14 D 14 E 14 F 14 G 14 H 14 I 14 J 14 K 14 L
15 D 15 E 15 F 15 G 15 H 15 I 15 J 15 K 15 L
16 D 16 E 16 F 16 G 16 H 16 I 16 J 16 K 16 L
17 D 17 E 17 F 17 G 17 H 17 I 17 J 17 K 17 L
18 D 18 E 18 F 18 G 18 H 18 I 18 J 18 K 18 L
19 D 19 E 19 F 19 G 19 H 19 I 19 J 19 K 19 L
20 D 20 E 20 F 20 G 20 H 20 I 20 J 20 K 20 L
21 D 21 E 21 F 21 G 21 H 21 I 21 J 21 K 21 L
22 D 22 E 22 F 22 G 22 H 22 I 22 J 22 K 22 L
23 D 23 E 23 F 23 G 23 H 23 I 23 J 23 K 23 L
24 D 24 E 24 F 24 G 24 H 24 I 24 J 24 K 24 L
25 D 25 E 25 F 25 G 25 H 25 I 25 J 25 K 25 L
26 D 26 E 26 F 26 G 26 H 26 I 26 J 26 K 26 L
27 D 27 E 27 F 27 G 27 H 27 I 27 J 27 K 27 L
28 D 28 E 28 F 28 G 28 H 28 I 28 J 28 K 28 L
29 D 29 E 29 F 29 G 29 H 29 I 29 J 29 K 29 L
30 D 30 E 30 F 30 G 30 H 30 I 30 J 30 K 30 L
31 D 31 E 31 F 31 G 31 H 31 I 31 J 31 K 31 L
32 D 32 E 32 F 32 G 32 H 32 I 32 J 32 K 32 L
33 D 33 E 33 F 33 G 33 H 33 I 33 J 33 K 33 L
34 D 34 E 34 F 34 G 34 H 34 I 34 J 34 K 34 L
35
35 D 35 E 35 F 35 G 35 H 35 I 35 J 35 K 35 L
36 D 36 E 36 F 36 G 36 H 36 I 36 J 36 K 36 L
37 D 37 E 37 F 37 G 37 H 37 I 37 J 37 K 37 L
38 D 38 E 38 F 38 G 38 H 38 I 38 J 38 K 38 L
39 D 39 E 39 F 39 G 39 H 39 I 39 J 39 K 39 L
40 D 40 E 40 F 40 G 40 H 40 I 40 J 40 K 40 L
41 D 41 E 41 F 41 G 41 H 41 I 41 J 41 K 41 L
42 D 42 E 42 F 42 G 42 H 42 I 42 J 42 K 42 L
43 D 43 E 43 F 43 G 43 H 43 I 43 J 43 K 43 L
44 D 44 E 44 F 44 G 44 H 44 I 44 J 44 K 44 L
45 D 45 E 45 F 45 G 45 H 45 I 45 J 45 K 45 L
46 D 46 E 46 F 46 G 46 H 46 I 46 J 46 K 46 L
47 D 47 E 47 F 47 G 47 H 47 I 47 J 47 K 47 L
48 D 48 E 48 F 48 G 48 H 48 I 48 J 48 K 48 L
49 D 49 E 49 F 49 G 49 H 49 I 49 J 49 K 49 L
50 D 50 E 50 F 50 G 50 H 50 I 50 J 50 K 50 L
TOTAL BIJI 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JUMLAH
BERKECAMBAH 13 14 16 15 11 19 17 18 20
PERSENTASE 26 28 32 30 22 38 34 36 40
36
b) Data biji berkecambah menggunakan metode perendaman KNO3 0,2%
METODE PERENDAMAN KN03
PERLAKUAN
25
menit
30
menit
35
menit
ULANGAN 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 M 1 N 1 O 1 R 1 S 1 T 1 U 1 V 1 W
2 M 2 N 2 O 2 R 2 S 2 T 2 U 2 V 2 W
3 M 3 N 3 O 3 R 3 S 3 T 3 U 3 V 3 W
4 M 4 N 4 O 4 R 4 S 4 T 4 U 4 V 4 W
5 M 5 N 5 O 5 R 5 S 5 T 5 U 5 V 5 W
6 M 6 N 6 O 6 R 6 S 6 T 6 U 6 V 6 W
7 M 7 N 7 O 7 R 7 S 7 T 7 U 7 V 7 W
8 M 8 N 8 O 8 R 8 S 8 T 8 U 8 V 8 W
9 M 9 N 9 O 9 R 9 S 9 T 9 U 9 V 9 W
10 M 10 N 10 O 10 R 10 S 10 T 10 U 10 V 10 W
11 M 11 N 11 O 11 R 11 S 11 T 11 U 11 V 11 W
12 M 12 N 12 O 12 R 12 S 12 T 12 U 12 V 12 W
13 M 13 N 13 O 13 R 13 S 13 T 13 U 13 V 13 W
14 M 14 N 14 O 14 R 14 S 14 T 14 U 14 V 14 W
15 M 15 N 15 O 15 R 15 S 15 T 15 U 15 V 15 W
16 M 16 N 16 O 16 R 16 S 16 T 16 U 16 V 16 W
17 M 17 N 17 O 17 R 17 S 17 T 17 U 17 V 17 W
18 M 18 N 18 O 18 R 18 S 18 T 18 U 18 V 18 W
19 M 19 N 19 O 19 R 19 S 19 T 19 U 19 V 19 W
20 M 20 N 20 O 20 R 20 S 20 T 20 U 20 V 20 W
21 M 21 N 21 O 21 R 21 S 21 T 21 U 21 V 21 W
22 M 22 N 22 O 22 R 22 S 22 T 22 U 22 V 22 W
23 M 23 N 23 O 23 R 23 S 23 T 23 U 23 V 23 W
24 M 24 N 24 O 24 R 24 S 24 T 24 U 24 V 24 W
25 M 25 N 25 O 25 R 25 S 25 T 25 U 25 V 25 W
26 M 26 N 26 O 26 R 26 S 26 T 26 U 26 V 26 W
27 M 27 N 27 O 27 R 27 S 27 T 27 U 27 V 27 W
28 M 28 N 28 O 28 R 28 S 28 T 28 U 28 V 28 W
29 M 29 N 29 O 29 R 29 S 29 T 29 U 29 V 29 W
30 M 30 N 30 O 30 R 30 S 30 T 30 U 30 V 30 W
31 M 31 N 31 O 31 R 31 S 31 T 31 U 31 V 31 W
32 M 32 N 32 O 32 R 32 S 32 T 32 U 32 V 32 W
33 M 33 N 33 O 33 R 33 S 33 T 33 U 33 V 33 W
34 M 34 N 34 O 34 R 34 S 34 T 34 U 34 V 34 W
35 M 35 N 35 O 35 R 35 S 35 T 35 U 35 V 35 W
36 M 36 N 36 O 36 R 36 S 36 T 36 U 36 V 36 W
37
37 M 37 N 37 O 37 R 37 S 37 T 37 U 37 V 37 W
38 M 38 N 38 O 38 R 38 S 38 T 38 U 38 V 38 W
39 M 39 N 39 O 39 R 39 S 39 T 39 U 39 V 39 W
40 M 40 N 40 O 40 R 40 S 40 T 40 U 40 V 40 W
41 M 41 N 41 O 41 R 41 S 41 T 41 U 41 V 41 W
42 M 42 N 42 O 42 R 42 S 42 T 42 U 42 V 42 W
43 M 43 N 43 O 43 R 43 S 43 T 43 U 43 V 43 W
44 M 44 N 44 O 44 R 44 S 44 T 44 U 44 V 44 W
45 M 45 N 45 O 45 R 45 S 45 T 45 U 45 V 45 W
46 M 46 N 46 O 46 R 46 S 46 T 46 U 46 V 46 W
47 M 47 N 47 O 47 R 47 S 47 T 47 U 47 V 47 W
48 M 48 N 48 O 48 R 48 S 48 T 48 U 48 V 48 W
49 M 49 N 49 O 49 R 49 S 49 T 49 U 49 V 49 W
50 M 50 N 50 O 50 R 50 S 50 T 50 U 50 V 50 W
TOTAL BIJI 50 50 50 50 50 50 50 50 50
JUMLAH
BERKECAMBAH 20 23 25 27 20 23 21 20 16
PERSENTASE 40 46 50 54 40 46 42 40 32
38
2. Olah Data Statistik
1) Metode Perendaman Menggunakan Kalium Nitrat
A A. Derajat bebas (dB)
dBt = N-1 = 8
dBp = t-1 = 2
dBg = t(r-1) = 6
B. Faktor Koreksi (FK)
FK = Yij^2/rt
= 4225
C. Jumlah Kuadrat (JK)
Jumlah Kuadrat Total
(JKT)
JKT = Ʃ(Yij)²-FK
= 84
Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)
JKP = ((Ʃ(Ʃyij)²)/r)-FK = 32,67
Jumlah Kuadrat Galat
(JKG)
JKG = JKT-JKG
= 51,33
D. Kuadrat Tengah (KT)
KTP = JKP/dbp = 16,33
KTG = JKG/dpg = 8,56
E. F Hitung
Fhit = KTP/KTG = 1,91
39
2) Metode Perendaman Menggunakan Asam Sulfat
A. Derajat bebas (dB)
dBt = N-1 = 8
dBp = t-1 = 2
dBg = t(r-1) = 6
B. Faktor Koreksi (FK)
FK = Yij^2/rt
= 2272,111
C. Jumlah Kuadrat (JK)
Jumlah Kuadrat Total (JKT)
JKT = Ʃ(Yij)²-FK
= 68,88889
Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)
JKP = ((Ʃ(Ʃyij)²)/r)-FK = 27,56
Jumlah Kuadrat Galat (JKG)
JKG = JKT-JKG
= 41,33
D. Kuadrat Tengah (KT)
KTP = JKP/dbg = 13,78
KTG = JKG/dpg = 6,89
E. F Hitung
Fhit = KTP/KTG = 2,00
40
3. Surat Izin Penelitian
41
4. Dokumentasi Penelitian
Bahan Media Tanam
Pembuatan Media Beden Tabur
42
Pemilihan biji kemiri yang masih bagus
Perendaman Dengan Mengunkan Asam Sulfat dan Kalium Nitrat
43
Penaburan Biji Kemiri Pada Bedeng Tabur
Penutupan bedeng tabur dengan dedaunan
44
Penyiraman
Biji kemiri yang berkecambah
45
Kemiri berkecambah pada metode perendaman KN03
Kemiri berkecambah pada metode perendaman H2S04
46
5. Table Distribusi Frekuensi
a) F. Tabel 5 %
47
b) F. Tabel 1 %
RIWAYAT HIDUP
ASMAUAN (105950062615) dengan judul Skripsi
“Perbandingan Persentase Perkecambahan Biji Kemiri
(Aleurites moluccana) Dengan Menggunakan Metode
Perendaman Asam Sulfat (H2SO4) dan Kalium Nitrat
(KNO3)” Di bawah bimbingan Irma Sribianti dan
Muhammad Tahnur.
Penulis Lahir pada tanggal 03 September 1997 di Lingkungan Mosso, Kelurahan
Mosso Dhua, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat.
Penulis merupakan anak ke tiga dari delapan bersaudara, dari pasangan Bapak
Alhamsih dan Ibu Saripahana. Penulis pertama kali menyelesaikan pendidikan
formal di SDN 1 Mosso pada Tahun 2004 dan tamat pada tahun 2009. Pada tahun
yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 5 Sendana dan tamat
pada tahun 2012, Penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Sendana
dan tamat pada tahun 2015. Dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar Fakultas Pertanian Jurusan
Kehutanan.
Recommended