27
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan pelajaran artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam sekelompok belum menguasai bahan pembelajaran. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah : 1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajarnya. 6

BAB II

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui

penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat

kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap

anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan

pelajaran artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam

sekelompok belum menguasai bahan pembelajaran.

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah :

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk

menyelesaikan materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah.

3. Bilamana mungkin, anggota kelompok juga berasal dari ras,

budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda.

4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.

Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja,

tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus

yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif

6

Page 2: BAB II

berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan

kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar

anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan

membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.

Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut antara lain :

1. Keterampilan kooperatif tingkat awal.

a. Menggunakan kesepakatan.

b. Menghargai kontribusi.

c. Mengambil giliran dan berbagai tugas.

d. Berada dalam kelompok.

e. Berada dalam tugas.

f. Mendorong partisipasi.

g. Mengundang orang lain untuk berbicara.

h. Menyelesaikan tugas pada waktunya.

i. Menghormati perbedaan individu.

2. Keterampilan tingkat menengah.

a. Menunjukkan penghargaan.

b. Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima.

c. Mendengarkan dengan aktif.

d. Membuat ringkasan.

e. Menafsirkan.

f. Mengatur dan mengorganisir.

g. Menerima tanggung jawab.

7

Page 3: BAB II

h. Mengurangi ketegangan.

3. Keterampilan tingkat mahir.

a. Mengelaborasi.

b. Memeriksa dengan cermat.

c. Menanyakan kebenaran.

d. Menetapkan tujuan.

e. Berkompromi.

Pada dasarnya pembelajaran kooperatif mempunyai 6 (enam)

langkah utama yaitu :

Fase 1. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan

Fase 3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok

belajar.

Fase 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

Fase 5. Evaluasi tentang apa yang sudah dipelajari sehingga masing-

masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. tujuan

dan memotivasi siswa untuk belajar.

Fase 2. Menyajikan informasi dalam bentuk demonstrasi atau melalui

bahan bacaan.

Fase 6. Memberikan penghargaan baik secara kelompok maupun

individu.

8

Page 4: BAB II

b. Unsur - unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson dalam bukunya Lie

(2002:30) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap

sebagai perkembangan kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal,

ada 5 unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu :

a. Saling ketergantungan yang positif

b. Saling interaksi tatap muka

c. Setiap individu bertanggungjawab

d. Adanya komunikasi antar anggota

e. Evaluasi proses kelompok

(Lie 2002 : 30)

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha tiap

anggotanya, sehingga seluruh anggota diharapkan mampu untuk

memberikan peran aktif dalam kegiatan kelompok. Untuk menciptakan

kelompok kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian

rupa sehingga pada akhirnya seluruh anggota kelompok bisa mencapai

tujuan mereka.

Dalam kegiatan kelompok setiap anggota kelompok, harus

diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Dengan

menyatakan pendapat akan terbentuk sinergi positif yaitu adanya saling

menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi

kekurangan masing-masing.

9

Page 5: BAB II

Pola penilaian dan penugasan dalam pembelajaran kooperatif,

membuat setiap siswa merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang

terbaik. Kunci keberhasilan terletak pada persiapan dan penyusunan

tugas pembelajaran yang harus dilakukan oleh tiap-tiap anggota

kelompoksecara betanggung jawab, agar tugas selanjutnya dapat

dilaksanakan. Anggota kelompok yang tidak melaksanakan tugas akan

diketahui dengan jelas dan mudah. Hal ini menimbulkan dorongan dari

teman-teman dalam satu kelompok untuk melaksanakan tugas agar tidak

menghambat yang lain.

Sebelum penugasan siswa, guru perlu mengajarkan cara-cara

berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesediaan

para anggota untuk saling mendengarkan dan mengeluarkan

pendapatnya. Evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama perlu

direncanakan oleh guru. Waktu evaluasi tidak perlu setiap kali ada kerja

kelompok, namun dapat dilakukan selang beberapa waktu setelah

beberapa kali pembelajaran.

c. Macam Model Pembelajaran Kooperatif

1. JIGSAW

Metode  jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di

mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar

dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah

mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan

menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin

10

Page 6: BAB II

diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi

sendirian.

2. Student Team Game Tournament (STAD)

Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah

satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa

ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang

merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan

suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim

untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai

pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang

materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling

membantu.

3. Team Games Tournament (TGT)

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

menempatkan siswa dalam kelompok – kelompok belajar yang

beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,

jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda.

4. Kelompok Investigasi

Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai

metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan

dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak

perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk

mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa

11

Page 7: BAB II

untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun

dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills).

5. Pendekatan Struktural

Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan

kawan- kawannya. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan

pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada

penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi

pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen

ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas

tradisional, seperti resitasi, di mana guru mengajukan pertanyaan

kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah

mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur yang dikembangkan oleh

Kagen ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam

kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif,

daripada penghargaan individual.

Ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan

perolehan isi akademik, dan ada struktur yang dirancang untuk

mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok. Dua

macam struktur yang terkenal adalah think-pair-share dan numbered-

head-together, yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan

isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi

tertentu. Sedangkan active listening dan time token, merupakan dua

12

Page 8: BAB II

contoh struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan

keterampilan sosial.

d. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Slavin (pembelajaran kooperatif model STAD, siswa

dikelompokkan dalam kelompok belajar yang beranggotakan empat atau

lima orang siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik

yang berbeda,sehingga setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi

tinggi,sedang dan rendah.

Pada model STAD siswa dikelompokkan secara

heterogen,kemudian siswa yang pandai menjelaskan kepada anggota

yang lain sampai mengerti.

Model kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan yang

menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling

memotifasi dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran

guna mencapai prestasi yang maksimal.

e. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Karakteristik pembelajaran STAD ( Student Team

Achievement Division) antara lain :

1. Menyampaikan materi pelajaran

2. Membagi siswa dalam kelompok kooperatif yang beranggotakan 4

atau 5 siswa

3. Menjelaskan langkah-langkah kerja kelompok

4. Membimbing siswa dalam kerja kelompok

13

Page 9: BAB II

5. Menugasi siswa melaporkan hasil kerja kelompok

6. Membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran

Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya:

1. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi

akademis.

2. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang

berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.

3. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif

berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.

4. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada

individu.

http://www.linkpdf.com/ebook-viewer.php?url=http://www.sd-

binatalenta.com/arsipartikel/artikel_ina.pdf

f. Tahap – tahap Pembelajaran Tipe STAD

1. Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok.

Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan

dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-

kelompok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam

kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 - 6 orang, aturan

heterogenitas dapat berdasarkan pada :

a. Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah) Yang

didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu

diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap

14

Page 10: BAB II

kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat

prestasi seimbang.

b. Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat

(pendiam dan aktif), dll.

2. Penyajian materi pelajaran, ditekankan pada ha-hal berikut :

a. Pendahuluan

Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari

siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting

untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep

yang akan mereka pelajari.

b. Pengembangan

Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang

akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar

untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-peranyaan

diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah

memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain.

c. Praktek terkendali

Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi

dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil

siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah

agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan

menyita waktu lama.

15

Page 11: BAB II

3. Kegiatan kelompok

Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai

bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi

pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi

bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan

menjawab pertanyaan.

4. Evaluasi

Dilakukan selama 45 - 60 menit secara mandiri untuk

menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam

kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan

individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok

5. Penghargaan kelompok

Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada

prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti

kelompok baik, hebat dan super.

6. Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok

Satu periode penilaian (3 – 4 minggu) dilakukan perhitungan ulang

skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru.

Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat

bekerja dengan teman yang lain.

Menurut salvin ( dalam Zainuris,2007:8)mengemukakan

langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah :

a. Guru menyampaikan materi pelajaran

16

Page 12: BAB II

b. Guru membentuk beberapa kelompok,setiap kelompok terdiri dari

empatsampai lima orang siswa dengan kemampuan yang berbeda-

beda

c. Bahan atau materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam

kelompok untuk mencapai kompetensi dasar

d. Guru memfasilitasi siwa dalam bentuk rangkuman, mengarahkan,

dan memberikan penegasan pada pada materi pelajaran yang telah

dipelajari

e. Guru memberikan tes /kuis kepada siswa secara individu

f. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan

perolehan nilai hasil belajar individu dari skor dasar ke skor kuis

berikutnya.

Nurasma (2006:51) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran

model STAD terdiri dari enam langkah yaitu :

a. Persiapan pembelajaran

b. Penyajian materi

c. Belajar kelompok

d. Tes

e. Penentuan skor peningkatan individual dan

f. Penghargaan kelompok.

g. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Tipe STAD

Landasan yang mendasari model pembelajaran kooperatif dalam

pendidikan adalah falsafah homo homini socius. Falsafah ini

17

Page 13: BAB II

menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Dengan bekerja sama

maka kelangsungan hidup dapat terpenuhi.

Sampai saat ini model pembelajaraan kooperatif belum banyak

diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Kebanyakan pengajar enggan

untuk menerapkan sistem ini karena beberapa alasan. Menurut Kagan

ataupun Slavin dalam bukunya Kauchak (1998:136,137) mengatakan

adanya masalah menetapkan strategi belajar bersama di kelas yaitu

ramai, gagal untuk saling mengenal, perilaku yang salah dan penggunaan

waktu yang tidak efektif.

Ramai, biasanya yang dihasilkan dalam interaksi siswa yang

produktif. Ketika menerapkan strategi belajar bersama, kita harus

berharap agar kelas lebih ramai sedikit karena siswa bekerja dan

berbicara dalam kelompok kecil. Namun sesuatu yang berkelebihan,

bagaimanapun akan mengganggu guru dan mengganggu fungsi

kelompok dan kelas lainnya.

Gagal untuk menyatu, biasanya terjadi pada siswa yang

terisolasi secara sosial. Dalam kegiatan belajar, siswa duduk diam

terisolir dari siswa-siswa lainnya. Belajar bersama mengharuskan

mereka berbicara, mendengarkan dan membantu lainya untuk belajar.

Proses biasanya dibuat lehih rumit oleh keheterogenan kelompok

tersebut. Perilaku yang salah, biasanya timbul karena adanya

ketidaktahuan siswa tentang apa yang harus dilakukan dalam

pembelajaran kooperatif. Hal ini yang menimbulkan peningkatan

18

Page 14: BAB II

masalah manajemen pada siswa sehingga memerlukan solusi untuk

masalah potensial yang menantang, pemikiran lebih, penyusunan dan

pengawasan agenda dan pengawasan siswa dengan hati-hati.

Penggunaan waktu yang tidak efektif oleh siswa terjadi karena siswa

yang bergurau dan bermain sendiri sedangkan siswa lainnya sibuk

melakukan aktivitas kelompok. Pengawasan guru yang tidak cermat

dalam mengawasi kinerja guru selama pembelajaran kelompok tidak

efektif. Selain masalah-masalah yang kemungkinan terjadi, menurut

disertasinya Soewarso (1998:23) kelemahan-kelemahan yang mungkin

terjadi adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk

memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil.

b. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berfikir tidak

dapat berlatih belajar mandiri.

c. Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga

target pencapaian kurikulum tidak dapat dipenuhi.

d. Pembelajaaran kooperatif tidak dapat menerapkan materi pelajaran

secara cepat.

e. Penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah

menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya

Meskipun banyaknya kelemahan yang timbul, menurut

disertasinya Soewarso (1998:22) pembelajaran kooperatif juga memiliki

keuntungan. Keuntungan ini meliputi:

19

Page 15: BAB II

a. Pelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran

yang sedang dibahas.

b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa

mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa

dibantu oleh anggota kelompoknya.

c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat,

belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang

bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.

d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang

tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan

teman sebaya.

e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan akan memberikan

dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

f. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu

pengetahuannya.

g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk

memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.

Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD menurut Davidson

(dalam Nurasma,2006:26) :

a. Meningkatkan kecakapan individu

b. Meningkatkan kecakapan kelompok

c. Meningkatkan komitmen

d. Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya

20

Page 16: BAB II

e. Tidak bersifat kompetitif

f. Tidak memiliki rasa dendam

Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD menurut Slavin

(dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu:

a. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang

b. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena

peran anggota yang pandai lebih dominan.

2. Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan

peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan

konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hakikat negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan

modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang

pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau

nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa

depan bersama di bawah satu negar yang sama walaupun warga

masyarakat tersebut berbeda-beda agama,ras,etnik,atau golongannya.

( Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(PPKI), Jakarta : Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1988)

21

Page 17: BAB II

Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan

semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

perlu ditingkatkan secar terus menerus untuk memberikan pemahaman

yang mendalam tentang diciptakan sebagai Negara Kesatuan dengan

Bentuk Republik.

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata

pelajran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang

memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk

menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, termpil, dan berkarakter

yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

2.2 Kerangka Pemikiran

Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dengan

siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan lingkungan, guru dengan

lingkungan. Dalam proses ini terjadi kegiatan belajar siswa dengan kegiatan

mengajar guru. Belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan pada

individu yang mencangkup pengetahuan, perasaan, kognitif, afektif dan

psikomotor dalam jangka waktu yang relatif lama. Mengajar adalah

menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh seorang guru sebagai pengajar.

Dalam pembelajaran, mata pelajaran PKn memiliki tujuan agar siswa

mampu berfikir kritis, rasional, dan kreatif. Dengan demikian, sesuai dengan

tujuan mata pelajaran PKn peneliti berusaha untuk meneliti beberapa factor

22

Page 18: BAB II

yang dapat memberikan sumbangan positif agar tujuan mata pelajaran PKn

dapat terlaksana diantaranya melalui model pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

23