Upload
paidjoe-agung-nugraha
View
29
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui
penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap
anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan
pelajaran artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam
sekelompok belum menguasai bahan pembelajaran.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah :
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menyelesaikan materi belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
3. Bilamana mungkin, anggota kelompok juga berasal dari ras,
budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda.
4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.
Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja,
tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus
yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif
6
berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan
kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar
anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan
membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.
Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut antara lain :
1. Keterampilan kooperatif tingkat awal.
a. Menggunakan kesepakatan.
b. Menghargai kontribusi.
c. Mengambil giliran dan berbagai tugas.
d. Berada dalam kelompok.
e. Berada dalam tugas.
f. Mendorong partisipasi.
g. Mengundang orang lain untuk berbicara.
h. Menyelesaikan tugas pada waktunya.
i. Menghormati perbedaan individu.
2. Keterampilan tingkat menengah.
a. Menunjukkan penghargaan.
b. Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima.
c. Mendengarkan dengan aktif.
d. Membuat ringkasan.
e. Menafsirkan.
f. Mengatur dan mengorganisir.
g. Menerima tanggung jawab.
7
h. Mengurangi ketegangan.
3. Keterampilan tingkat mahir.
a. Mengelaborasi.
b. Memeriksa dengan cermat.
c. Menanyakan kebenaran.
d. Menetapkan tujuan.
e. Berkompromi.
Pada dasarnya pembelajaran kooperatif mempunyai 6 (enam)
langkah utama yaitu :
Fase 1. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan
Fase 3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar.
Fase 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Fase 5. Evaluasi tentang apa yang sudah dipelajari sehingga masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. tujuan
dan memotivasi siswa untuk belajar.
Fase 2. Menyajikan informasi dalam bentuk demonstrasi atau melalui
bahan bacaan.
Fase 6. Memberikan penghargaan baik secara kelompok maupun
individu.
8
b. Unsur - unsur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson dalam bukunya Lie
(2002:30) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
sebagai perkembangan kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal,
ada 5 unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu :
a. Saling ketergantungan yang positif
b. Saling interaksi tatap muka
c. Setiap individu bertanggungjawab
d. Adanya komunikasi antar anggota
e. Evaluasi proses kelompok
(Lie 2002 : 30)
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha tiap
anggotanya, sehingga seluruh anggota diharapkan mampu untuk
memberikan peran aktif dalam kegiatan kelompok. Untuk menciptakan
kelompok kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian
rupa sehingga pada akhirnya seluruh anggota kelompok bisa mencapai
tujuan mereka.
Dalam kegiatan kelompok setiap anggota kelompok, harus
diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Dengan
menyatakan pendapat akan terbentuk sinergi positif yaitu adanya saling
menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi
kekurangan masing-masing.
9
Pola penilaian dan penugasan dalam pembelajaran kooperatif,
membuat setiap siswa merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik. Kunci keberhasilan terletak pada persiapan dan penyusunan
tugas pembelajaran yang harus dilakukan oleh tiap-tiap anggota
kelompoksecara betanggung jawab, agar tugas selanjutnya dapat
dilaksanakan. Anggota kelompok yang tidak melaksanakan tugas akan
diketahui dengan jelas dan mudah. Hal ini menimbulkan dorongan dari
teman-teman dalam satu kelompok untuk melaksanakan tugas agar tidak
menghambat yang lain.
Sebelum penugasan siswa, guru perlu mengajarkan cara-cara
berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesediaan
para anggota untuk saling mendengarkan dan mengeluarkan
pendapatnya. Evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama perlu
direncanakan oleh guru. Waktu evaluasi tidak perlu setiap kali ada kerja
kelompok, namun dapat dilakukan selang beberapa waktu setelah
beberapa kali pembelajaran.
c. Macam Model Pembelajaran Kooperatif
1. JIGSAW
Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di
mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar
dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah
mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan
menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin
10
diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi
sendirian.
2. Student Team Game Tournament (STAD)
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah
satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa
ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang
merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan
suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim
untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai
pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang
materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling
membantu.
3. Team Games Tournament (TGT)
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok – kelompok belajar yang
beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,
jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda.
4. Kelompok Investigasi
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai
metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan
dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk
mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa
11
untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun
dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills).
5. Pendekatan Struktural
Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan
kawan- kawannya. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan
pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada
penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen
ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas
tradisional, seperti resitasi, di mana guru mengajukan pertanyaan
kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah
mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur yang dikembangkan oleh
Kagen ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam
kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif,
daripada penghargaan individual.
Ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan
perolehan isi akademik, dan ada struktur yang dirancang untuk
mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok. Dua
macam struktur yang terkenal adalah think-pair-share dan numbered-
head-together, yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan
isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi
tertentu. Sedangkan active listening dan time token, merupakan dua
12
contoh struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan
keterampilan sosial.
d. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Slavin (pembelajaran kooperatif model STAD, siswa
dikelompokkan dalam kelompok belajar yang beranggotakan empat atau
lima orang siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik
yang berbeda,sehingga setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi
tinggi,sedang dan rendah.
Pada model STAD siswa dikelompokkan secara
heterogen,kemudian siswa yang pandai menjelaskan kepada anggota
yang lain sampai mengerti.
Model kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan yang
menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling
memotifasi dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran
guna mencapai prestasi yang maksimal.
e. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Karakteristik pembelajaran STAD ( Student Team
Achievement Division) antara lain :
1. Menyampaikan materi pelajaran
2. Membagi siswa dalam kelompok kooperatif yang beranggotakan 4
atau 5 siswa
3. Menjelaskan langkah-langkah kerja kelompok
4. Membimbing siswa dalam kerja kelompok
13
5. Menugasi siswa melaporkan hasil kerja kelompok
6. Membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya:
1. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi
akademis.
2. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang
berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
3. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif
berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.
4. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada
individu.
http://www.linkpdf.com/ebook-viewer.php?url=http://www.sd-
binatalenta.com/arsipartikel/artikel_ina.pdf
f. Tahap – tahap Pembelajaran Tipe STAD
1. Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok.
Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan
dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-
kelompok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam
kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 - 6 orang, aturan
heterogenitas dapat berdasarkan pada :
a. Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah) Yang
didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu
diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap
14
kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat
prestasi seimbang.
b. Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat
(pendiam dan aktif), dll.
2. Penyajian materi pelajaran, ditekankan pada ha-hal berikut :
a. Pendahuluan
Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari
siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting
untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep
yang akan mereka pelajari.
b. Pengembangan
Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang
akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar
untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-peranyaan
diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah
memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain.
c. Praktek terkendali
Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi
dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil
siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah
agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan
menyita waktu lama.
15
3. Kegiatan kelompok
Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai
bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi
pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi
bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan
menjawab pertanyaan.
4. Evaluasi
Dilakukan selama 45 - 60 menit secara mandiri untuk
menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam
kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan
individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok
5. Penghargaan kelompok
Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada
prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti
kelompok baik, hebat dan super.
6. Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok
Satu periode penilaian (3 – 4 minggu) dilakukan perhitungan ulang
skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru.
Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat
bekerja dengan teman yang lain.
Menurut salvin ( dalam Zainuris,2007:8)mengemukakan
langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah :
a. Guru menyampaikan materi pelajaran
16
b. Guru membentuk beberapa kelompok,setiap kelompok terdiri dari
empatsampai lima orang siswa dengan kemampuan yang berbeda-
beda
c. Bahan atau materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam
kelompok untuk mencapai kompetensi dasar
d. Guru memfasilitasi siwa dalam bentuk rangkuman, mengarahkan,
dan memberikan penegasan pada pada materi pelajaran yang telah
dipelajari
e. Guru memberikan tes /kuis kepada siswa secara individu
f. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan
perolehan nilai hasil belajar individu dari skor dasar ke skor kuis
berikutnya.
Nurasma (2006:51) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran
model STAD terdiri dari enam langkah yaitu :
a. Persiapan pembelajaran
b. Penyajian materi
c. Belajar kelompok
d. Tes
e. Penentuan skor peningkatan individual dan
f. Penghargaan kelompok.
g. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Tipe STAD
Landasan yang mendasari model pembelajaran kooperatif dalam
pendidikan adalah falsafah homo homini socius. Falsafah ini
17
menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Dengan bekerja sama
maka kelangsungan hidup dapat terpenuhi.
Sampai saat ini model pembelajaraan kooperatif belum banyak
diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Kebanyakan pengajar enggan
untuk menerapkan sistem ini karena beberapa alasan. Menurut Kagan
ataupun Slavin dalam bukunya Kauchak (1998:136,137) mengatakan
adanya masalah menetapkan strategi belajar bersama di kelas yaitu
ramai, gagal untuk saling mengenal, perilaku yang salah dan penggunaan
waktu yang tidak efektif.
Ramai, biasanya yang dihasilkan dalam interaksi siswa yang
produktif. Ketika menerapkan strategi belajar bersama, kita harus
berharap agar kelas lebih ramai sedikit karena siswa bekerja dan
berbicara dalam kelompok kecil. Namun sesuatu yang berkelebihan,
bagaimanapun akan mengganggu guru dan mengganggu fungsi
kelompok dan kelas lainnya.
Gagal untuk menyatu, biasanya terjadi pada siswa yang
terisolasi secara sosial. Dalam kegiatan belajar, siswa duduk diam
terisolir dari siswa-siswa lainnya. Belajar bersama mengharuskan
mereka berbicara, mendengarkan dan membantu lainya untuk belajar.
Proses biasanya dibuat lehih rumit oleh keheterogenan kelompok
tersebut. Perilaku yang salah, biasanya timbul karena adanya
ketidaktahuan siswa tentang apa yang harus dilakukan dalam
pembelajaran kooperatif. Hal ini yang menimbulkan peningkatan
18
masalah manajemen pada siswa sehingga memerlukan solusi untuk
masalah potensial yang menantang, pemikiran lebih, penyusunan dan
pengawasan agenda dan pengawasan siswa dengan hati-hati.
Penggunaan waktu yang tidak efektif oleh siswa terjadi karena siswa
yang bergurau dan bermain sendiri sedangkan siswa lainnya sibuk
melakukan aktivitas kelompok. Pengawasan guru yang tidak cermat
dalam mengawasi kinerja guru selama pembelajaran kelompok tidak
efektif. Selain masalah-masalah yang kemungkinan terjadi, menurut
disertasinya Soewarso (1998:23) kelemahan-kelemahan yang mungkin
terjadi adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk
memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil.
b. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berfikir tidak
dapat berlatih belajar mandiri.
c. Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga
target pencapaian kurikulum tidak dapat dipenuhi.
d. Pembelajaaran kooperatif tidak dapat menerapkan materi pelajaran
secara cepat.
e. Penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah
menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya
Meskipun banyaknya kelemahan yang timbul, menurut
disertasinya Soewarso (1998:22) pembelajaran kooperatif juga memiliki
keuntungan. Keuntungan ini meliputi:
19
a. Pelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran
yang sedang dibahas.
b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa
mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa
dibantu oleh anggota kelompoknya.
c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat,
belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang
bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.
d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang
tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan
teman sebaya.
e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan akan memberikan
dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
f. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuannya.
g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk
memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.
Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD menurut Davidson
(dalam Nurasma,2006:26) :
a. Meningkatkan kecakapan individu
b. Meningkatkan kecakapan kelompok
c. Meningkatkan komitmen
d. Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya
20
e. Tidak bersifat kompetitif
f. Tidak memiliki rasa dendam
Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD menurut Slavin
(dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu:
a. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang
b. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena
peran anggota yang pandai lebih dominan.
2. Pendidikan Kewarganegaraan
a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan
peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan
konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hakikat negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan
modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang
pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau
nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa
depan bersama di bawah satu negar yang sama walaupun warga
masyarakat tersebut berbeda-beda agama,ras,etnik,atau golongannya.
( Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI), Jakarta : Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1988)
21
Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan
semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
perlu ditingkatkan secar terus menerus untuk memberikan pemahaman
yang mendalam tentang diciptakan sebagai Negara Kesatuan dengan
Bentuk Republik.
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, termpil, dan berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
2.2 Kerangka Pemikiran
Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dengan
siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan lingkungan, guru dengan
lingkungan. Dalam proses ini terjadi kegiatan belajar siswa dengan kegiatan
mengajar guru. Belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan pada
individu yang mencangkup pengetahuan, perasaan, kognitif, afektif dan
psikomotor dalam jangka waktu yang relatif lama. Mengajar adalah
menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh seorang guru sebagai pengajar.
Dalam pembelajaran, mata pelajaran PKn memiliki tujuan agar siswa
mampu berfikir kritis, rasional, dan kreatif. Dengan demikian, sesuai dengan
tujuan mata pelajaran PKn peneliti berusaha untuk meneliti beberapa factor
22
yang dapat memberikan sumbangan positif agar tujuan mata pelajaran PKn
dapat terlaksana diantaranya melalui model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
23