3
Teruntuk Hadiahku di ulangtahunku yang ke 20 26 Desember 2013 Sudah sewindu... Aku mengenal mu... warna kulit putih sewarna dengan awan putih di pagi hari, rambut ikal hitam lebat menghidupkan rona wajahnya. goresan bibir tipis berwarna pink dengan garis hijau yg menjulur dari pipi sampai dahinya dengan gurat yang jelas . Tahun Pertama,,, Ketika awal berjumpa , di samping sebelah kiri dia duduk diantara barisan kayu yang sejajar dan tersusun rapi,,, aku berbisik pada teman sebelahku “sepertinya” dia pintar. Tak lama kami saling berbincang namun di tengah kata kata yg telah menyeruak di antara pembicaraan kami , tiba- tiba aku kehilangan pita yang biasa ku ikatkan diantara rambutku agar tak membiarkannya terjatuh hingga menutupi pundak.. Hilang???? Aku sejenak menoleh ke belakang . terlihat dia sedang menggoyang – goyangkan rajutan benang berwarna diantara jemarinya... Oh God :”dia mengambilnya lagii!!! Aku berteriak pada teman disampingku ketika itu. Dan mulai melangkahkan kaki lebih cepat demi mengambilnya kembali... itu terjadi berkali kali di sepanjang tahun pertama aku mengenalnya. Tahun ke Dua,,, Dia memang pintaar bukan...! apa ku bilang yoan” , sebutan nama temanku yang setiap saat selalu disampingku itu. Dia tinggal Tepat disamping kiriku kali ini, aku bersyukur...karna aku bisa melihatnya setiap saat setiap waktu aku ingin menolehkan bola mataku kesebelah kiri. Ini tragedi yang paling menyakitkan ,lembaran kertas buram ini harus segera di isi katanya wanita berkerudung coklat yang sudah kami anggap orang tua itu di kelas . ”aku harus memulainya dari mana”.. lalu aku menoleh ke kiri dan melihat miliknya telah dipenuhi goresan pinsil, bodohnya aku ketika itu? Aku mengatainya dan akhirnya kami malah saling melempar ejekan kertas buram ini... yoan temanku dia meleraii kami dan berkata padanya “yasudah aku lihat dong” . Dia memberikan tumpukan kertas buram itu pada yoan dan berkata “nih, tappi jangan pernah diberikan pada dia (itu adalah aku) !!!” ucapnya dengan mata melotot.. bodoh nya aku malah menitikkan air mata dihadapan Yoan, rasanya aku telah melakukan hal memalukan. Tahun ke Tiga,,, Bukankah aku memang sering berbincang dengannya ketika itu melalui kotak berwarna biru ini yang bertuliskan NOKIA diatasnya... tutur kata yang begitu jamak aneh didengar dengan kebiasaanku berbicara seadaanya..lalu apa arti sayang bagi anak seumur jagung yang terlontar diantara kita . Semakin ahli saja dia menggoyangkan jemarinya diantara tombol-tombol yang mencetak beberapa alpabeth di setiap digitnya, aku menikmatinya terakhir ketika bel tanda pulang itu berbunyi dan kami masih diantara beberapa bangku dan duduk bersebelahan dengan kata maniss serta rangkulan hangat. Cinta anak berumur 15thn .

Sudah sewindu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

by Winny K Anjani

Citation preview

Page 1: Sudah sewindu

Teruntuk Hadiahku di ulangtahunku yang ke 20

26 Desember 2013Sudah sewindu...

Aku mengenal mu... warna kulit putih sewarna dengan awan putih di pagi hari, rambut ikal hitam lebat menghidupkan rona wajahnya. goresan bibir tipis berwarna pink dengan garis hijau yg menjulur dari pipi sampai dahinya dengan gurat yang jelas .

Tahun Pertama,,,

Ketika awal berjumpa , di samping sebelah kiri dia duduk diantara barisan kayu yang sejajar dan tersusun rapi,,, aku berbisik pada teman sebelahku “sepertinya” dia pintar.

Tak lama kami saling berbincang namun di tengah kata kata yg telah menyeruak di antara pembicaraan kami , tiba- tiba aku kehilangan pita yang biasa ku ikatkan diantara rambutku agar tak membiarkannya terjatuh hingga menutupi pundak.. Hilang???? Aku sejenak menoleh ke belakang . terlihat dia sedang menggoyang – goyangkan rajutan benang berwarna diantara jemarinya... Oh God :”dia mengambilnya lagii!!! Aku berteriak pada teman disampingku ketika itu. Dan mulai melangkahkan kaki lebih cepat demi mengambilnya kembali... itu terjadi berkali kali di sepanjang tahun pertama aku mengenalnya.

Tahun ke Dua,,,

Dia memang pintaar bukan...! apa ku bilang yoan” , sebutan nama temanku yang setiap saat selalu disampingku itu.

Dia tinggal Tepat disamping kiriku kali ini, aku bersyukur...karna aku bisa melihatnya setiap saat setiap waktu aku ingin menolehkan bola mataku kesebelah kiri.

Ini tragedi yang paling menyakitkan ,lembaran kertas buram ini harus segera di isi katanya wanita berkerudung coklat yang sudah kami anggap orang tua itu di kelas . ”aku harus memulainya dari mana”.. lalu aku menoleh ke kiri dan melihat miliknya telah dipenuhi goresan pinsil, bodohnya aku ketika itu? Aku mengatainya dan akhirnya kami malah saling melempar ejekan kertas buram ini... yoan temanku dia meleraii kami dan berkata padanya “yasudah aku lihat dong” .

Dia memberikan tumpukan kertas buram itu pada yoan dan berkata “nih, tappi jangan pernah diberikan pada dia (itu adalah aku) !!!” ucapnya dengan mata melotot.. bodoh nya aku malah menitikkan air mata dihadapan Yoan, rasanya aku telah melakukan hal memalukan.

Tahun ke Tiga,,,

Bukankah aku memang sering berbincang dengannya ketika itu melalui kotak berwarna biru ini yang bertuliskan NOKIA diatasnya... tutur kata yang begitu jamak aneh didengar dengan kebiasaanku berbicara seadaanya..lalu apa arti sayang bagi anak seumur jagung yang terlontar diantara kita .

Semakin ahli saja dia menggoyangkan jemarinya diantara tombol-tombol yang mencetak beberapa

alpabeth di setiap digitnya, aku menikmatinya terakhir ketika bel tanda pulang itu berbunyi dan kami masih diantara beberapa bangku dan duduk bersebelahan dengan kata maniss serta rangkulan hangat. Cinta anak berumur 15thn .

Page 2: Sudah sewindu

Tahun ke Empat,,,

Kupikir menyedihkan harus berpisah jarak kali ini dengannya, walau sejak tingkat tiga ketika kita memakai seragam biru aku memutuskan benang kisah manis antara kita, aku tahu itu kali pertama aku “menyakitinya”. Tak ku sangka ternyata di antara seragam abu ini kami masih tetap dalam satu lingkungan,kini tempatku menimba ilmu di waktu yang akan berlanjut cukup lamanya sama seperti ketika aku melewatkan hari bersamanya...

Sayangnya beberapa jajaran tembok tebal menghalangi pandanganku saat itu,tak sama seperti sebelumnya. Namun aku senang di antara ruang udara, tembok abu, lapangan sekolah dan pepohonan dihalaman sekolah. aku masih bisa melihatnya di sebrang garis pintu itu.. bersebrangan jarak pandang aku masih merasa dia masih memandangiku dari balik celah udara dan diantara garis garis cahaya , aku hanya memandanginya lewat garis pintu ruangan belajarku, dan tak lama dari balik seragamku terdengar deringan ponselku .. kulihat itu pesan darinya “aku tak menyangka, rambut mu sepanjang itu” pesannya! Lalu aku membalasnya dengan kata “memang sudah sejak lama bukan?” sambil tersenyum ke arah celah pintu ruangan belajarnya.. aku tak pernah merasa kehilangannya mulai saat itu karna pembicaraan kita terus berlanjut di waktu setelahnya ...

Tahun ke Lima,,,

Segala kegiatan di sekolah dan organisasiku mulai menghabiskan waktuku,namun Aku hanya merasa dia mulai tau segala hal tentang aku, aku menikmatinya walaupun dia melakukannya dengan caranya

sendiri

Apakah ini tandaaa.......????

Tahun ke Enam,,,

Hari itu adalah hari yang tak terlupakan bagiku

Dia memahami segala kegiatan organisasiku yang begitu padat, disela waktu aku mengirimi pesan untuk mengantarku ke suatu acara, hari yang melelahkan mengurut semua energiku, aku menyadari seharian itu dia menungguku,,malam ketika ku sampai di depan pintu rumahku , aku mengajaknya masuk, terlihat suasana rumah terang dengan lampu putih tak berpenghuni “mamah papap belum pulang” silahkan masuk..

aku ingat sekali , celana hitam topi serta jaket berwarna merah,,”aku harus pulang sekarang takut kemaleman” ucapnya,aku terdiam ingin berusaha menahannya pergi di antara jalan menuju pintu keluar rumahku. bahkan aku sempat menghalangginya saat dia akan menggapai gagang pintu rumahku .

itu adalah kali pertama aku paham bahwa dia mencintaiku, aku bingung mesti bagaimana,,, namun, saat itu aku yakin bahwa di antara kitaa sudah bukan dalam hubungan pertemanan lagi...

Tahun ke Tujuh,,,

Beratnya menjalani hari dengan memetik setangkai bunga yang ku petik saat lama dan di taman yang telah lama tak kujumpai, sekejap aku berjalan dan mengambil bunga yang terus kusimpan diantara lembaran kertas yg telah dibukukan. dimana setiap malam aku masih terus mengukir banyak tulisan tentang nya..

Page 3: Sudah sewindu

Lalu aku dihadapkan pada hamparan kebun bunga yg begitu cantik, seribu bunga kulihat disana masih segar , cantik dan menawan... aku membawa bunga yg telah kusimpan yang kini warnanya sudah tak merona lagi, pelepahnya menguning hampir mendekati coklat bahkan dahannya telah rapuh. Aku memegangnya tepat dihadapan ke dua bola mataku dan diantara seribu bunga yang menawan. Dan aku menjatuhkannya lalu memetik bunga yang lebih indah di taman itu yang warna nya masih merona dan setiap pelepahnya sangat segar, tanpa kufikir apa yang terjadi pada bunga yang t’lah layu itu aku jatuhkan dan entah kemana ia pergi ditiup angin tanpa aku mempedulikannya lagi.

Tahun ke Delapan,,,

Ternyata bukanlah hal yang mudah menjalani waktu tanpa bayang-bayang penyesalan,,, dia masih datang dan pergi melewati bayang dalam kehidupanku. Namun dia takkan pernah bisa menyadari kejujuran sorot matanya...aku syukuri itu kamu masih menyimpan nya bahkan masih utuh tersimpan dalam hatinya.

Hingga saat, aku terhentak melihat beberapa tulisan di ponselnya dan saling melemparkan ucapan yang menyakitkan tentangku. barulah ku menyadari, jika dia akan terus membohongi hatinya,sebab segala yang t’lah kuperbuat padanya,bahkan ia akan melakukan segala cara untuk membohongi hatinya sendiri, walau dengan melemparkan duri dari belakang yang akan hancurkan seluruh indraku. Benda berbentuk lingkaran yang akan disematkan dintara jemariku dihari menginjak umurku yang dewasa ini, namun Tuhan maha adil bukan, Ia tak menciptakan kebohongan yang ada di dalamnya untuk ku. juga tak menciptakan duri yang dengan picik ditancapkan tanpa aku bisa sedikitpun melihatnya.

“tapi cita-citaku itu tinggal selamanya cita-cita, sebab engkau sendiri yang menutupkan pintu di hadapanku; saya kau larang masuk, sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu, yang selalu menghamba-hamba perasaan cinta yang suci. Lantaran membalaskan dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam, engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung... (Hamka, 1994: 205).”

Maka Berharaplah kau kan bahagia dengan segala ketidak jujuran pada hatimu,itu akan sulit dan menyakitkan.ingatlah ini bukan hanya sepenuhnya kesalahanku maka tidak hanya Tuhan ciptakan hukuman untukku tapi untukmu jua... karna aku selalu berharap akan ada perempuan yang mampu mencintai kamu dengan tulus,yang memiliki hati dan sesatu yang berharga dalam hatinya,seberharga cinta yang ada di dalam hatiku untukkmu sebelum semua pengharapanku kau renggut.

Dan malam ini aku sadari,aku akhiri semua ceritaku berasamanya, tidak menyimpan dalam hati yang terdalam namun menulisya dalam kertas dan memasukkannya dalam botol yang akan ku lemparkan jauh ke samudra sana , seseorang berkata padaku “menulis itu merapihkan kenangan...” ,

Aku menutup semua perasaan dan pengharapanku ini Sudahkah rapih kenanganku? biarlah ini berkelana ketempat nanjauh disana dan sadari semua itu takkan kembali lagi..

Tuhan...aku bersyukur memiliki kenangan ini ,Terimakasih.