25
1 HUBUNGAN KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DENGAN MOTIVASI KERJA GURU TK DI KECAMATAN TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN KABUPATEN ROKAN HILIR A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek kehidupan yang terkena dampak dari perubahan zaman adalah dunia pendidikan. Lembaga pendidikan yang tidak ingin keberadaannya tergeserkan, terus berupaya mempertahankan eksistensinya dengan cara menawarkan berbagai pelayanan yang berkualitas dan up to date (Suryanto, 2008:5). Fenomena ini berakibat pada ketatnya persaingan antar sekolah. Persaingan tersebut ditandai dengan banyaknya sekolah yang mencoba menawarkan berbagai bentuk pelayanan yang bervariasi mulai dari kemasan kurikulum, penyajian materi pembelajaran, sarana dan prasarana, serta pelayanan yang diupayakan dengan semenarik mungkin agar sekolah dapat terus berlangsung karena diminati oleh para pelanggannya. Maka dapat dikatakan bahwa mutu merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kelangsungan sebuah sekolah. Goetsh dan Davis (Tjiptono, 1994:51) mengungkapkan bahwa: "...mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan". Hal ini berarti bahwa aspek yang cukup menentukan baik atau tidaknya mutu sebuah sekolah selain produk, jasa, proses, dan lingkungan, adalah terletak pada manusia sebagai pelaku pendidikan langsung.

Sudah Insyaalla

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sudah Insyaalla

1

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH

DENGAN MOTIVASI KERJA GURU TK DI KECAMATAN TANAH

PUTIH TANJUNG MELAWAN KABUPATEN ROKAN HILIR

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu aspek kehidupan yang terkena dampak dari perubahan

zaman adalah dunia pendidikan. Lembaga pendidikan yang tidak ingin

keberadaannya tergeserkan, terus berupaya mempertahankan

eksistensinya dengan cara menawarkan berbagai pelayanan yang

berkualitas dan up to date (Suryanto, 2008:5). Fenomena ini berakibat pada

ketatnya persaingan antar sekolah. Persaingan tersebut ditandai dengan

banyaknya sekolah yang mencoba menawarkan berbagai bentuk pelayanan

yang bervariasi mulai dari kemasan kurikulum, penyajian materi

pembelajaran, sarana dan prasarana, serta pelayanan yang diupayakan

dengan semenarik mungkin agar sekolah dapat terus berlangsung karena

diminati oleh para pelanggannya. Maka dapat dikatakan bahwa mutu

merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kelangsungan

sebuah sekolah. Goetsh dan Davis (Tjiptono, 1994:51) mengungkapkan

bahwa: "...mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan

produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan". Hal ini berarti bahwa aspek yang cukup menentukan baik atau

tidaknya mutu sebuah sekolah selain produk, jasa, proses, dan lingkungan,

adalah terletak pada manusia sebagai pelaku pendidikan langsung.

Page 2: Sudah Insyaalla

2

Hal penting yang harus terus diperhatikan untuk mempertahankan

mutu sekolah adalah sumber daya manusia (SDM), dalam hal ini Kepala

Sekolah dan guru. Kepala Sekolah yang merupakan pemegang kendali,

harus memiliki visi jauh ke depan agar mampu membawa organisasi yang

dipimpinannya ke arah yang jelas. Menurut Rodney Overton (Sudrajat,

2008:2) "... pemimpin harus berorientasi pada tujuan, namun realistis".

Lebih lanjut dijelaskan dalam butir tersebut bahwa: "...di bawah

kepemimpinannya, segenap usaha organisasi harus diarahkan pada

pencapaian tujuan pendidikan dengan menjalankan fungsi-fungsi

manajemen beserta seluruh substansinya".

Guru sebagai key person tidak kalah pentingnya dari posisi Kepala

Sekolah. Guru merupakan orang yang berhubungan langsung dengan

peserta didik dan orang tua murid. Untuk itu seorang guru harus mampu

menampilkan yang terbaik dalam menjalankan setiap aktivitas tugas dan

pelayanannya. Kunci agar guru mau dan mampu menjalankan tugasnya

secara optimal adalah adanya motivasi. Cara yang dapat dilakukan Kepala

Sekolah untuk memotivasi guru adalah dengan menyusun visi sekolah yang

dirumuskan bersama-sama dengan stakeholder yang ada (salah satunya guru)

(Sudrajat, 2008:2). Kepala Sekolah harus memiliki kemampuan untuk melihat

setiap kemungkinan perubahan yang akan terjadi pada masa yang akan

datang agar dapat memberikan gambaran terhadap para penyusun visi tentang

segala sesuatu yang harus dilakukan sebagai langkah antisipasi menghadapi

masa yang akan datang. Dengan adanya visi yang sesuai dengan kebutuhan

zaman dan dirumuskan dengan jelas, diharapkan dapat memberikan

Page 3: Sudah Insyaalla

3

gambaran kepada para guru tentang arah dan tujuan yang akan dicapai oleh

sekolah, sehingga guru memiliki target kerja dan memiliki motivasi yang

kuat untuk mencapai sebuah target yang telah disepakati bersama, dan guru

cendrung untuk beraktivitas yang dimulai dari dorongan dalam dirinya

(drive) dan diakhiri dengan penyesuaian diri. Penyesuaian diri dikatakan

untuk mememuaskan diri. Inilah karakter penting yang harus dimiliki Kepala

Sekolah yang terangkum pada konsep Kepemimpinan Visioner.

Kepemimpinan visioner adalah pola kepemimpinan yang ditujukan

untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama

oleh para anggota organisasi dengan cara memberi arahan dan makna pada

kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas (Kartanegara,

2003:3). Kepemimpinan Visioner memerlukan kompetensi tertentu.

Pemimpin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci

sebagaimana dikemukakan oleh Nanus dalam Bush dan Coleman (2006:40),

yaitu (1) Penentu arah (2) Agen perubahan (3) Juru bicara (4) Pelatih.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis pada beberapa TK

yang ada di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir, 1) Masih banyak

Kepala Sekolah yang belum memahami arti penting visi yang harus

dimiliki sekolah. 2) sehingga kepala sekolah masih sering disibukkan dengan

aktivitas rutin harian tanpa tujuan dan arah yang jelas. 3) Guru-guru yang

kurang memiliki motivasi karena ketidakjelasan arah dan tujuan yang ingin

dicapai bersama. 4) terdapat beberapa sekolah dengan tingkat keluar masuk

guru yang cukup tinggi. 5) juga masih ditemukan tingkat harmonisasi yang

rendah antar guru, dan kepala sekolah dengan guru.

Page 4: Sudah Insyaalla

4

Bertitik tolak dari pemikiran di atas, penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui gambaran “Hubungan antara gaya kepemimpinan visioner

Kepala Sekolah dengan motivasi kerja guru TK di Kecamatan Tanah

Putih Kabupaten Rokan Hilir”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

penulis mengidentifikasikan permasalahan yang ada sebagai berikut:

1. Kepala sekolah TK di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir belum

dapat tampil didepan saat menghadapi persoalan internal maupun eksternal

sekolah, menunjukkan bahwa kepala sekolah belum mampu berperan sebagai

juru bicara yang mewakili kepentingan sekolah.

2. Kepala sekolah TK di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir belum

memiliki kemampuan dalam memotivasi guru, hal ini berkaitan dengan

kompetensi sebagai pelatih yang harus dimiliki pemimpin yang visioner.

3. Kepela sekolah tidak terbiasa dalam perencanaan dalam menyusun strategi

perbaikan kegiatan sekolah, menunjukkan bahwa peran sebagai agen

perubahan dan penentu arah belum dimiliki kepala sekolah. Kepala sekolah

hanya disibukkan dengan kegiatan rutin sekolah yang bersifat administratif.

4. Guru TK di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir masih memiliki

motivasi yang rendah dalam mengajar.

Page 5: Sudah Insyaalla

5

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka penulis membatasi masalah

pada:

1. Analisis gaya kepemimpinan visioner kepala sekolah di TK se-Kecamatan

Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir.

2. Analisis Motivasi kerja guru TK se-Kecamatan Tanah Putih Kabupaten

Rokan Hilir.

3. Analisis Hubungan kepemimpinan visioner kepala sekolah dengan

motivasi kerja guru TK se-Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir.

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah disampaikan di atas, ada beberapa

rumusan yang bisa diambil:

1. Bagaimana gambaran mengenai kepemimpinan visioner Kepala Sekolah di

lingkungan Taman Kanak-kanak di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten

Rokan Hilir?

2. Bagaimana gambaran motivasi kerja guru TK di lingkungan Taman Kanak-kanak

di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir?

3. Apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan visioner kepala sekolah dengan motivasi

kerja guru?

Page 6: Sudah Insyaalla

6

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh informasi yang akurat dan aktual mengenai gambaran

kepemimpinan visioner kepala sekolah TK se-Kecamatan Tanah Putih

Kabupaten Rokan Hilir.

2. Untuk memperoleh informasi akurat dan aktual mengenai gambaran

motivasi kerja guru di TK se-Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan

Hilir.

3. Untuk memperoleh informasi yang jelas dan akurat mengenai

hubungan kepemimpinan visioner kepala sekolah dengan motivasi kerja

guru TK se-Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir.

F. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara

lain:

a. Manfaat Teoritis

1. Menjadi sumbangan pemikiran guna meningkatkan kualitas

kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru Taman Kanak-

kanak di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir.

2. Memberi kontribusi dalam pengembangan keilmuan Pedidikan Anak Usia

Dini.

b. Manfaat Praktis

1. Memberikan informasi tentang gaya kepemimpinan dari para kepala sekolah

Page 7: Sudah Insyaalla

7

TK di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir

2. Memberikan informasi mengenai gambaran motivasi kerja guru TK saat ini

yang ada di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir

3. Memberikan informasi kepada stakeholder sekolah TK di Kecamatan

Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir mengenai hubungan antara

kepemimpinan visioner kepala sekolah dengan motivasi kerja guru yang

untuk selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam menentukan

indikator pemilihan kepala sekolah.

G. Kajian Pustaka

1. Konsep Kepemimpinan Visioner

a. Kepemimpinan Visioner

Kepemimpinan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam sebuah

organisasi. Pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya secara efektif

dapat menggerakan orang atau personil ke arah tujuan yang dicita-citakan

bersama. Sebaliknya pimpinan yang keberadaanya hanya sebagai pigur, juga

memiliki pengaruh, kepemimpinanya dapat mengakibatkan lemahnya kinerja

organisasi, yang pada akhirnya dapat menciptakan keterpurukan.

Kepemimpinan begitu kuat mempengaruhi kinerja organisasi sehingga

sangat masuk akal apabila keterpurukan kedudukan salah satunya disebabkan

karena kinerja kepemimpinan yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan

perubahan dan juga tidak membuat strategi pendidikan yang adaptif terhadap

perubahan. Tilaar mengungkapkan yang dikutif oleh Komariah dan Triatna

(2005:81) bahwa "keterpurukan bidang pendidikan nasional adalah salah

Page 8: Sudah Insyaalla

8

satunya disebabkan karena belum adanya visi strategis yang menempatkan

pendidikan sebagai leading sector". Hal ini memberikan makna betapa

kuatnya visi pendidikan mempengaruhi kinerja pendidikan.

Orang yang bertanggung jawab merumuskan visi adalah pemimpin

melalui kinerja kepemimpinannya. Visi dirumuskan bukan semata-mata, untuk

menciptakan sistem pendidikan berkualitas yang mampu bertahan dan

berkembang memenuhi tuntutan perubahan idealisme, tetapi dapat

mengakomodasi kepentingan hubungan baik diantara personil dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya serta dalam meniti jenjang karirnya.

Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin dalam mencipta,

merumuskan, mengkomunikasikan/ mensosialisasikan/

mentransformasikan, dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal

yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota

organisasi dan stakeholder yang diyakini sebagai cita-cita organisasi di

masa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua

personil Tilaar (1997).

b. Langkah-langkah Kepemimpinan Visioner

Adapun langkah-langkah kepemimpinan visioner adalah sebagai

berikut:

a) Penciptaan visi

Sebuah visi lahir dari adanya kemampuan kreatif seorang pemimpin

dalam melihat kebutuhan masa depan yang merupakan aplikasi dari

pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang dimiliki yang

Page 9: Sudah Insyaalla

9

disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang butuhkan

b) Perumusan visi

Diperlukan kesadaran akan pentingnya visi dari kepemimpinan

visioner yang dirumuskan dalam statement yang jelas agar menjadi

komitmen semua personil dalam mewujudkannya sehingga pemimpin

berupaya mengkolaborasi informasi, cita-cita, dan keinginan pribadi

dipadukan dengan cita-cita gagasan personil lain dalam forum komunikasi

intensif sehingga terwujud sebuah visi organisasi.

c) Transformasi visi

Transformasi visi merupakan kemampuan membangun kepercayaan

melalui komunikasi yang intensif dan efektif.

Sanusi (1990) mengungkapkan bahwa kita bukan saja perlu

mengadakan introspeksi melainkan terutama mencoba mengadakan

penyesuaian, lalu meluruskan, menjernihkan, dan mengembangkan visi kita

masing-masing dan visi kita bersama (shared vision) mengenai

penyelenggaraan pendidikan. Visi seharusnya dapat tercermin di dalam

setiap aktivitas organisasi dengan cara ditransformasikan dengan

melakukan upaya berbagi visi dan diharapkan terjadi difusi visi yang

kemudian menimbulkan komitmen seluruh pesonil. Sering kali terjadi

kegagalan dalam melakukan transformasi visi karena berbagai

permasalahan.

Page 10: Sudah Insyaalla

10

d) Implementasi visi

Implementasi visi merupakan kemampuan pemimpin dalam

menjabarkan, menerjmahkan, dan menerapkan visi ke dalam setiap

tindakan organisasi.

Visi yang tidak diimplementasikan hanya merupakan slogan dan

simbol-simbol yang tidak berbunyi dan tidak banyak berpengaruh

terhadap kinerja. Dapat dikatakan bahwa visi sebenarnya bukanlah visi

apabila statement-statement yang diyakini sebagai visi tidak

diimplementasikan dalam setiap gerak dan nafas organisasi. Visi harus

diwujudkan dalam kerja kepemimpinan. Kepemimpinan yang bervisi

bekerja dalam empat pilar sebagai mana dikatakan Nanus (2001), yaitu

sebagai berikut:

1) Penentu arah

Pemimpin yang memiliki visi berperan sebagai penentu arah

organisasi. Disaat organisasi sedang menemui kebingungan menghadapi

berbagai permasalahan kepemimpinan visioner tampil sebagai pelopor yang

menentukan arah yang dituju melalui pikiran-pikiran rasional dan cerdas

tentang sasaran-sasaran yang akan dituju dan mengarahkan perilaku-

perilaku bergerak maju kearah yang diinginkan.

Pemimpin berperan sebagai penentu arah, yang berarti memberikan

kejelasan kepada pengikutnya cara-cara atau upaya yang mesti dilakukan,

langkah-langkah mana yang dapat diambil dan langkah-langkah mana yang

harus dihindari demi tercapainya tujuan secara efektif dan efesien.

Page 11: Sudah Insyaalla

11

Peran kepemimpinan visioner adalah untuk membingbing bawahan

dan menetapkan arah yang harus dituju dalam mengimplementasikan visi

sekolah.

2) Agen perubahan

Kepemimpinan visioner berperan sebagai agen perubahan. pemimpin

bertanggung jawab untuk merangsang perubahan dilingkungan internal.

Kepemimpinan visioner tidak puas dengan yang telah ada, ia ingin memiliki

keunggulan dari yang ada seperti berpikir bagai mana mengembangkan

inopasi pembelajaran, manajemen persekolahan, hubungan kerja sama

dengan dunia usaha, dan sebagainya.

Tantangan yang dilontarkan para praktisi maupun akademisi

pendidikan untuk menjadi sekolah unggulan, dengan cepat direspons

lalu menjadi kekuatan terdepan dalam mencoba dan melaksanakan gagasan

keunggulan. Tentu saja untuk menghasilkan inovasi-inovasi yang terpercaya

pemimpin harus mampu mengantisipasi berbagai perkembangan dunia luar.

3) Juru bicara

Kepemimpinan visioner berperan sebagai juru bicara. Seorang

pemimpin tidak saja memiliki kemampuan meyakinkan orang dalam

kelompok internal, tetapi lebih jauhnya adalah bagaimana pemimpin dapat

akses pada dunia luar, memperkenalkan dan mensosialisasikan keunggulan-

keunggulan dan visi organisasinya yang akan berimplikasi pada kemajuan

organisasi. Dari hasil negosiasi-negosiasi diharapkan dapat berakhir dengan

kerja sama mutualisme yang menyenangkan secara moril maupun materil.

Page 12: Sudah Insyaalla

12

4) Pelatih

Kepemimpinan visioner berperan sebagai pelatih. Sebagai pelatih

dituntut kesadaran dan suri teladan (yang didasari kemampuan /keahlian

dan akhlak mulia). Sebagai pelatih yang efektif harus mampu berkomunikasi,

mensosialisasikan, sekaligus bekerja sama dengan orang-orang unruk

membangaun, mempertahankan, dan mengembangkan visi yang

dianutnya.Peran kepemimpinan visioner adalah untuk memberikan contoh

atau cara kerja strategis dalam mengimplementasikan visi.

Mengacu dari teori-teori di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa

beberapa aspek yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin visioner

adalah sebagai berikut:

1. Pencipta visi

2. Perumus visi

3. Transformator visi

4. Pengimplementasi visi:

a. Penentu arah

b. Agen perubahan

c. Juru bicara

d. Pelatih

2. Tinjauan Mengenai Motivasi Kerja

Hasibuan (2003:140) mengemukakan bahwa motivasi berasal dari kata

latin “mover” yang berarti dorongan atau yang meggerakkan. Motivasi

(motivation) dalam manajemen hanya ditujukan untuk sumber daya manusia

Page 13: Sudah Insyaalla

13

umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana

caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan agar mau bekerjasama

secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah

ditentukan.

Siswanto Sastrohadiwiryo (2002:266) mengemukakan bahwa motivasi

merupakan istilah yang lazim digunakan untuk mengetahui maksud seseorang

atas suatu hal untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya uang, keselamatan,

prestise, dan sebagainya. Namun demikian, tujuan khusus yang tampaknya

diperjuangkan banyak orang dalam analisis kerapkali berubah menjadi alat

untuk mencapai tujuan lain, yang lebih dipandang fundamental. Dengan

demikian, kekayaan, rasa aman (keselamatan), status, dan segala macam

tujuan lain yang dipandang sebagai “kausalitas” perilaku hanya merupakan

hiasan semata-mata untuk mencapai tujuan akhir setiap orang, yakni menjadi

dirinya sendiri.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disentesakan bahwa tidak

ada motivasi jika tidak dirasakan adanya kebutuhan dan kepuasan serta

ketidakseimbangan. Rangsangan terhadap hal termaksud akan menumbuhkan

tingkat motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh akan merupakan dorongan

untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan atau pencapaian keseimbangan

motiv merupakan suatu dorongan kebutuhan dari dalam diri karyawan yang

perlu dipenuhi agar karyawan tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap

lingkungannya, sedangkan motivasi adalah kondisi yang menggerakkan

karyawan agar mampu mencapai tujuan dari motivnya.

Husaini Usman (2006 : 222) mengemukakan bahwa motivasi kerja

Page 14: Sudah Insyaalla

14

dapat diartikan sebagai keinginan atau kebutuhan yang melatarbelakngi

seseorang sehingga ia terdorong untuk bekerja. Motivasi merupakan proses

psikis yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat

berasal dari dalam diri maupun luar diri seseorang. Dalam memotivasi

bawahannya, manajer atau leader berhadapan dengan dua hal yang

mempengaruhi orang dalam pekerjaan, yaitu kemauan dan kemampuan.

Kemauaan dapat diatasi dengan pemberian motivasi, sedangkan kemampuan

dapat diatasi dengan mengadakan diklat. Pandji Anoraga (1992 : 35)

mengemukakan bahwa motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja.

Sehubungan dengan kebutuhan sebagai dasar dari motivasi menurut

Herzberg (dalam usmara, 2006:35), motivasi merupakan faktor intrinsic, yang

lebih banyak dilakukan oleh karyawan. Sedangkan faktor kesehatan yang

merupakan faktor ekstrinsik adalah :

1. Faktor – faktor pertumbuhan atau motivator intrinsik terhadap

pekerjaan adalah :

a. Prestasi

b. Pengakuan atas prestasi

c. Kerja itu sendiri

d. Pertumbuhan atau kemajuan

2. Faktor – faktor usaha

a. Status sosial

b. Supervisi

c. Peraturan – peraturan perusahaan dan administrasi

Page 15: Sudah Insyaalla

15

d. Hubungan antar manusia

e. Jaminan dalam perusahaan

f. Kondisi kerja

g. Gaji

h. Kehidupan pribadi

Hal senada dikemukakan oleh Pandji Anoraga (2001 : 40) kebutuhan –

kebutuhan dalam golongan Hygiene, bila tidak mendapat pemuasan akan

menimbulkan ketidak puasan dalam bekerja. Namun bila terpuaskan, orang

belum akan puas; artinya iya belum benar – benar motivated terhadap

pekerjaannya. Yang akam menimbulkan motivasi kerja yang tinggi adalah

pemenuhan kebutuhan – kebutuhan yang termasuk dalam golongan

Motivational Factors. Atau disebut juga Motivators. Motivators inilah yang

akan memberikan kepuasaan kerja.

Bila kita cermati beberapa pengertian motivasi diatas, kelihatan

bahwa motivasi selalu dikaitkan dengan kebutuhan, dorongan dan tujuan.

Ketiga unsur tersebutlah menjadi dasar motivasi atau merupakan komponen

dari motivasi. Seseorang berindak atau berbuat karna adanya suatu

kebutuhan dalam dirinya, sehingga ia terdorong untuk melakukan sesuatu

hal untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.

Sehubungan dengan kebutuhan sebagai dasar dari motivasi menurut

Herzberg ( dalam Pandji Anoraga 2001 : 39), sistem kebutuhan –

kebutuhan oaring yang mendasri motivasinya, dapat dibagi menjadi 2

golongan:

1. Hygiene Faktors

Page 16: Sudah Insyaalla

16

a. Status sosial

b. Supervisi

c. Peraturan – peraturan perusahaan dan administrasi

d. Hubungan antar manusia

e. Jaminan dalam perusahaan

f. Kondisi kerja

g. Gaji

h. Kehidupan pribadi

2. Motivational Factors

a. Pekerjaan sendiri

b. Prestasi

c. Pengmbangan kemampuan

d. Tanggung jawab

e. Kemajuan dalam jabatan

f. Pengakuan

Sagir (dalam Sastrohadiwiryo, 2002 : 269) mengemukakan unsur – unsur

penggerak motivasi, antara lain:

1. Kinerja ( Achievement)

2. Penghargaan ( Recognition)

3. Tantangan (Challenge)

4. Tanggung jawab ( Responsibility)

5. Pengembangan (Development)

6. Keterlibatan (Involment)

7. Kesempatan ( Opportunity)

Page 17: Sudah Insyaalla

17

Berdasarkan keterangan diatas dapat disentesakan bahwa motifasi

kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja baik

yang bersumber dari dalam diri (intrinsik), ataupun dorongan yang berasal

ataupun dorongan yang berasal dari luar diri (ekstrinsik). Motivasi kerja tiap

individu berbeda karena setiap individu mempunyai tingkat kebutuhan dan

perseepsi yang berbeda – beda pula. Kuat dan lemahnya motivasi kerja

seseorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecilnya prestasinya.

Motivasikerja dapat ditunjukkan oleh indicator 1) tanggung jawab, 2) gaji

yang diterima, 3) keinginan berprestasi dan 4) keterlibatan dan 5)

kesempatan.

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : “Terdapat

hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan visioner kepala

sekolah dengan motivasi kerja guru TK di Kecamatan Tanah Putih Tanjuang

Melawan Kabupaten Rokan Hilir”.

I. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah korelasional yang bertujuan menguji dua

variable untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel

independen (X) dengan variabel dependen (Y). Untuk itu jenis penelitian ini

tergolong pada penelitian korelasional. Menurut Anas (2004: 179) “ korelasi

adalah hubungan antar dua variabel atau lebih, jadi penelitian korelasi adalah

penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih”.

Page 18: Sudah Insyaalla

18

J. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generasi yang terjadi dari objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu oleh penelitian untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sugiono (2007:90).

Mengingat keterbatasan peneliti dari segi biaya dan waktu, maka peneliti

menetapkan populasi penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru Taman

Kanak-kanak Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir yaitu sebanyak

28 guru dan 6 orang kepala sekolah yang berasal dari 6 TK. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel. 1. Populasi penelitian

No Nama TK Populasi (Orang)

1 TK Bahrul Ulum 5

2 TK 2 Putri 4

3 TK Gemilang 5

4 TK Cahaya Bunda 5

5 TK Kecamatan 6

6 TK Arafah 5

7 TK Permata Hati 4

Jumlah 34

Sumber: UPTD, Kecamatan Tanah Putih 2013

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Sugiyono (2005:90). Untuk menentukan sampel penelitian

Page 19: Sudah Insyaalla

19

ini maka peneliti menggunakan sampling jenuh yaitu teknik penentuan

sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini

sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil. Dengan demikian

jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 34 orang.

K. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas

(independen) dan Variabel terikat (dependen).

1. Variabel bebas (X) : kepemimpinan visioner kepala sekolah.

2. Variabel terikat (Y) : motivasi kerja guru.

L. Definisi Operasional

1. Kepemimpinan Visioner

Kepemimpinan visioner dalam penelitian ini adalah gaya

kepemimpinan para kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya sebagai

leader yang mampu menentukan arah dan tujuan sekolah, merumuskan

visi yang akan dicapai oleh organisasi, mentransfer visi terhadap

bawahannya, dan mengimplementasikan visi ke dalam kegiatan-kegiatan

sekolah. Agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan tujuan

organisasi,tergambar pada perolehan scor melalui angket kepada responden

yang diukur dengan indikator 1) Pemahaman konsep isi 2) pemahaman

karakteristik dan unsur visi 3) pemahaman tujuan visi

2. Motivasi Kerja

Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau

Page 20: Sudah Insyaalla

20

dorongan kerja, tergambar pada perolehan skor melalui angket kepada

responden yang diukur dengan indikator, 1) tanggung jawab 2) keinginan

berprestasi 3) keterlibatan 4) gaji yang diterima.

M. Data dan Alat Pengumpulan Data

1. Data

Data dalam penelitian ini adalah tentang kepemimpinan visioner kepala

sekolah. Untuk memperoleh data tentang kepemimpinan visioner kepala

sekolah dan memotivasi, maka guru diminta untuk mengisi angket tentang

kepemimpinan kepala sekolah dengan indikator: 1) Pemahaman konsep isi

2) pemahaman karakteristik dan unsur visi 3) pemahaman tujuan visi.

Sedangkan data mengenai motivasi kerja guru TK di tunjukkan oleh

indikator 1) tanggung jawab 2) keinginan berprestasi 3) keterlibatan 4) gaji

yang diterima.

2. Alat Pengumpulan data

Alat yang digunakan untuk menjaring data tentang kepemimpinan

visioner kepala sekolah dan motivasi kerja guru adalah angket (kuisioner).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table kisi – kisi angket berikut ini:

Page 21: Sudah Insyaalla

21

Tabel 2. Kisi-kisi Angket Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah

Variabel Indikator Sub Indikator Item

Kepemimpinan

visioner kepala

sekolah

Pemahaman

Konsep isi

1. Memikirkan masa

depan sekolah

2. Menciptakan

budaya dan prilaku

organisasi yang

maju dan antisipatif

3. Berupaya

mewujudkan

sekolah yang

berkualitas

1,8,6

3,5,7

2,4,9

pemahaman

karakteristik dan

unsur visi

1. Memperjelas arah

dan tujuan sekolah

2. Mencerminkan cita

– cita yang tinggi

3. Menumbuhkan

inspirasi

4. Menyiratkan nilai –

nilai daam

organisasi

10,14,18

12,17,15

11,13,19,16

20,23,25

pemahaman tujuan

visi

1. Memotivasi guru

2. mengkoordinasi

21,24,28

22,26,27

Page 22: Sudah Insyaalla

22

Tabel 3. Kisi-kisi Angket Motivasi Kerja Guru

Variabel Indikator Sub Indikator Item

Motivasi kerja

guru

tanggung jawab 1. pelaksanaan tugas

dan kewajiban

2. tanggung jawab

dalam bekerja

1,4,6

2,5,3

Gaji yang diterima 1. Gaji yang diterima

2. Bonus

7,12,9

10,11,8

keinginan

berprestasi

1. Mencapai prestasi

kerja sesuai

keinginan

2. Memperoleh

penghargaan

13,18,15

16,17,14

Keterlibatan 1. Keterlibatan dalam

pengambilan

keputusan

2. Keterlibatan dalam

pelaksanaan tugas

dan tanggung

jawab

19,24,21

22,20,23

N. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui gambaran gaya kepemimpinan visioner kepala

sekolah dan motivasi kerja guru TK menggunakan teknik analisis korelasi

Product Moment yang dikembangkan Karl Pearson, sebagai berikut:

Keterangan:

rxy = nilai korelasi Produk Moment

X = skor total tiap butir pertanyaan

Y = skor total seluruh butir pertanyaan

Page 23: Sudah Insyaalla

23

N = sample

XY = skor pertanyaan X skor total

Selanjutnya menfsirkan besarnya koefisien korelasi berdasarkan kriteria yang

dikemukakan Sugiono (2005:214) sebagai berikut :

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0.199

0.20 – 0.399

0.40 – 0.599

0.60 – 0.799

0.80 – 1.00

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Kuat

Sangat kuat

Melakukan pengujia hipotesis penelitian berdasarkan hipotesis

statistik. Taraf signifikansi atau keberartian yang digunakan dalam analisis

dan pengujian 0,05. Selanjutnya didapatkan t hitung kemudian dibandingkan

dengan skor ideal. Jika t hitung lebih besar dari skor ideal berarti hipotesis di

terima, tetapi bila t hitung lebih kecil dari t table maka hipotesis di tolak

(Sugiono,2005:150). Berikut adalah rumus untuk melihat signifikansi atau

keberartian antar fariabel.

Keterangan :

t = t hitung

r = angka koefisien korelasi

n = jumlah sampel

r2

= Koefisien korelasi kuadrat

Page 24: Sudah Insyaalla

24

DAFTAR PUSTAKA

Suharsimi Arikunto,. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Edisi

Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1998. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Poerwadarminta, W.J.S. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Purwanto., M. Ngalim. 2006. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung:

Remaja Rosda Karya.

Soemiarti., 2000. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

Suparlan.Suhartono., 2008. Wawasan Pendidikan: Sebuah Pengantar

Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Widarmi Wijana., D. 2006. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Dirgantoro, Crown. (2001). Manajemen Stratejik: Konsep, Kasus, dan

Implementasi. Jakarta: Grasindo.

Pandji Anoraga. 2001. Pisikologi Kerja. Jakarta. Rineka Cipta.

Siswanto Sastrohadiwiryo. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Pendekatan

Administrasi dan Operasional. Jakarta. Bumi Aksara, 2002

Hasibuan. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Gunung

Agung

Page 25: Sudah Insyaalla

25

Komariah, Aan dan Cepi Triatna. (2005). Visionary Leadership: Menuju Sekolah

Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Manullang. (1992). MAnajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia. .

Nanus, B. (2001). Kepemimpinan Visioner: Menciptakan Kesadaran akan Arab

dan Tujuan di dalam Organisasi. Jakarta: Prenhallindo.

Nazir. (1985). Metode Penelitian: Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pidarta. (1995). Peranan KS pada Pendidikan Dasar. Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Saragih. (2007). Persepsi Guru SMAK BPK Penabur Jakarta terhadap

Kepemimpinan, Komunikasi dan Kerjasama. Jurnal Pendidikan Penabur

(Online), No.09/29 halaman (11 Februari 2009)