117
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai dua tahun merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh ibu. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004, ditemukan berbagai alasan ibu-ibu menghentikan pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya, diantaranya produksi ASI kurang (32%), ibu bekerja (16%), ingin dianggap modern (4%), masalah pada puting susu (28%), pengaruh iklan susu formula (16%) dan pengaruh orang lain terutama suami (4%) (Depkes RI, 2005;Tasya, 2008). 1

Ikm Sudah Bagus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ikm Sudah Bagus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai dua tahun merupakan hal yang

sangat penting diperhatikan oleh ibu. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT) Tahun 2004, ditemukan berbagai alasan ibu-ibu menghentikan

pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya, diantaranya produksi ASI kurang

(32%), ibu bekerja (16%), ingin dianggap modern (4%), masalah pada puting susu

(28%), pengaruh iklan susu formula (16%) dan pengaruh orang lain terutama

suami (4%) (Depkes RI, 2005;Tasya, 2008).

Sumber: Susenas 2004-2009

Menyikapi permasalahan pentingnya pemberian ASI bagi bayi, pemerintah

Indonesia telah menggalakkan beberapa program pemberian ASI Esklusif, salah

satunya adalah program yang dicanangkan sejak tahun 1990 yang dikenal dengan

1

Page 2: Ikm Sudah Bagus

Gerakan Nasional Peningkatan Air Susu Ibu (PP-ASI). Sehubungan dengan itu

telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan

No.450/MENKES/IV/2004 serta Peraturan Pemerintah tahun 2012 tentang

pemberian ASI eksklusif pada bayi Indonesia (Depkes RI, 2005). Pada tahun 2007

program pemerintah lainnya juga melibatkan kerjasama antara pemerintah

Indonesia dengan Asian Development Bank mengenai Nutrition Improvement

through Comunity Empowerment Project atau yang sering disebut program NICE.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Yankes dan Gizi Dinas Kesehatan

Provinsi NTB 2007 cakupan ASI Eksklusif di Wilayah Kabupaten Lombok Barat

sendiri pada tahun 2007 mencapai 80.26 %. Sementara itu, di wilayah kerja

Puskesmas Narmada pencapaian ASI Eklusif tahun 2011 sudah mencapai target

yaitu 82,6% dari 80% yang ditargetkan. Namun demikian dari sebelas desa,

terdapat 4 desa yang masih perlu mendapat perhatian dengan pencapaian masih di

bawah target yaitu desa Dasan Tereng (69%), desa Tanak Beak (78,8%) desa

Lembuak (60%) dan desa Narmada (75%).

Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuan ibu

terhadap menyusui dan ASI, yang dipengaruhi juga oleh faktor-faktor seperti

faktor sosial, ekonomi, dan budaya (Escamilla 1995; Nordenhall dan Ramberg

1997). Banyak penelitian menunjukkan bahwa intervensi tidak berhasil karena

kurang memperhatikan sistem dan kebiasaan masyarakat setempat tersebut.

Peranan keluarga terhadap berhasil tidaknya subjek memberikan ASI Eksklusif

sangat besar. Selain itu kebiasaan memberikan MP-ASI dini telah dilakukan turun

temurun dan tidak pernah menimbulkan masalah. Faktor-faktor penguat berupa

2

Page 3: Ikm Sudah Bagus

peranan tenaga kesehatan, dukun bayi, dan keluarga sebagian besar bersifat

negatif sehingga terjadi kegagalan pemberian ASI Eksklusif (Diana, 2007).

Dari keempat desa tersebut, desa Tanak Beak merupakan satu-satunya

desa akseptor program NICE yang justru memiliki pencapaian di bawah target.

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan,

sikap, dan prilaku ibu terhadap rendahnya cakupan ASI eksklusif berdasarkan

data tahun 2011 pada desa dengan program NICE (nutritional improvement

through community empowerment) di kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok

Barat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas, rumusan

masalah penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan pengetahuan, sikap, dan

prilaku ibu terhadap rendahnya cakupan ASI eksklusif berdasarkan data tahun

2011 pada desa dengan program NICE (Nutritional Improvement Through

Community Empowerment) di Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan,

sikap, dan prilaku ibu terhadap rendahnya cakupan ASI eksklusif berdasarkan

data tahun 2011 pada desa dengan program NICE (Nutritional Improvement

Through Community Empowerment) di Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok

Barat

3

Page 4: Ikm Sudah Bagus

1.4 Manfaat Penelitian

Sebagai bahan informasi dan pengembangan bagi peneliti sejenis dan

berkelanjutan yang dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan cakupan ASI

eksklusif

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi

masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesadaran ibu untuk memberikan ASI

secara eksklusif kepada bayi sampai umur 6 bulan; dan mendorong "supportive

group" dari ibu tersebut atau masyarakat untuk menciptakan iklim yang kondusif

dimana ASI eksklusif mungkin diberikan

Menekankan kepada pembuat kebijakan tingkat kecamatan dan kabupaten untuk

menerapkan hasil dan rekomendasi penelitian Bagi Puskesmas

4

Page 5: Ikm Sudah Bagus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian ASI Eksklusif

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun

2012 tentang pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, Air Susu Ibu (ASI) didefinisikan

sebagai cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu (Depkes.go.id, 2012).

Air susu Ibu adalah makanan paling sempurna bagi bayi. Sebagai

makanan tunggal yang mengandung seluruh zat gizi yang diperlukan bayi, ASI

juga mengandung zat untuk meningkatkan daya tahan (kekebalan) tubuh dari

berbagai infeksi. Notoatmodjo (2003) menyatakan, Air susu Ibu (ASI) adalah

makanan utama bayi oleh sebab itu, maka untuk menjamin kecukupan ASI bagi

bayi. ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan

bayi baik fisik, psikologi, sosial, maupun spiritual (Pikawati, 2010; Notoatmodjo,

2003)

Seperti yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, ASI eksklusif

didefinisikan sebagai ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6

(enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau

minuman lain (Depkes.go.id, 2012).

ASI Ekslkusif adalah pemberian hanya Air Susu Ibu (ASI) saja kepada

bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman

lain, kecuali obat, vitamin dan mineral Hal yang lain dikemukakan oleh WHO

bahwa ASI eksklusif merupakan pemberian ASI sedini mungkin setelah

5

Page 6: Ikm Sudah Bagus

persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya

air putih sampai bayi burumur 6 bulan (WHO, 2001).

2.2. Data untuk Pemberian ASI Eksklusif

Nuary (2011) mengemukakan bahwa dari berbagai hasil survei yang

diperoleh dari beberapa negara menunjukkan adanya faktor kurangnya pemberian

ASI. Walaupun dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan akan tetapi tidak

dapat dipungkuri bahwa kondisi tersebut telah menjadi masalah tidak hanya di

Indonesia tetapi diseluruh dunia.

Angka ASI eksklusif di dunia sangat bervariasi dan tidak berbanding lurus

dengan kemajuan suatu negara. Jepang dan Inggris adalah contoh negara maju

dengan angka ASI eksklusif yang rendah. Susu formula, sosial budaya, dan wanita

bekerja menjadi alasan pemakaian susu formula yang rendah.

G.J. Ebrahim dalam Nuary (2011) juga mengemukakan bahwa pemberian

ASI dirasakan sangat menurun dibeberapa negara industri dan menurun sangat

cepat di negara-negara berkembang. Bukti penurunan ibu dalam pemberian ASI di

negara-negara maju misalnya Amerika pada awal abad ke-20 kira-kira 71% ibu

yang memberi ASI dan menurun menjadi 25%.

Tingginya angka kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh beberapa

faktor diantaranya faktor penyakit infeksi dan kekurangan gizi sedangkan

penyebab lainnya adalah berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah yang

salah satunya dengan cara memberikan ASI secara eksklusif (Roesli, 2000).

6

Page 7: Ikm Sudah Bagus

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007) menunjukkan

penurunan jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif hingga 7,2%. Pada saat yang

sama, jumlah bayi dibawah 6 bulan yang diberi susu formula dari 16,7% pada

tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007. UNICEF menyimpulkan cakupan

ASI eksklusif 6 bulan di Indonesia masih jauh dari rata-rata dunia yaitu 38%.

Banyaknya kasus kurang gizi pada anak-anak berusia dibawah 2 tahun yang

sempat melanda beberapa wilayah Indonesia dapat diminimalisir melalui

pemberian ASI secara eksklusif. Oleh sebab itu ASI eksklusif dijadikan sebagai

prioritas program negara berkembang ini (Nuryati, 2008).

2.3. Komposisi ASI

ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih

telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim,

zat kekebalan, dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara proporsional dan

seimbang satu dengan yang lainnya (Roesli, 2000).

Komposisi ASI antara lain mengandung 88,1% air, 3,8% lemak, 0,9%

protein, 7,0% laktosa, dan zat gizi lain 0,2%. Salah satu fungsi utama air adalah

untuk menguras kelebihan bahan-bahan larut melalui air seni. Zat-zat yang dapat

larut (misalnya sodium, potasium, nitrogen, dan klorida) disebut sebagai bahan-

bahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya belum sempurna hingga usia tiga

bulan, mampu mengeluarkan kelebihan bahan larut lewat air seni untuk menjaga

keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya. Oleh karena ASI mengandung sedikit

bahan larut, maka bayi tidak membutuhkan air sebanyak anak-anak atau orang

dewasa

7

Page 8: Ikm Sudah Bagus

a. Lemak

Lemak merupakan sumber kalori utama dalam ASI dengan kadar yang cukup

tinggi yaitu seberat 50%. Salah satu keunggulan lemak ASI adalah

kandungan lemak esensial.

b. Protein

Protein adalah bahan baku untuk tumbuh. Kualitas protein sangat penting

selama tahun pertama kehidupan bayi, karena pada saat pertumbuhan bayi

paling cepat. ASI mengandung bayi manusia.

c. Karbohidrat

Karbohidrat utama (kadar paling tinggi) dalam ASI adalah laktosa yang

mempertinggi penyerapan kalsium yang dibutuhkan bayi.

d. Vitamin

ASI mengandung vitamin yang lengkap dan dapat mencukupi kebutuhan bayi

hingga berusia 6 bulan. Vitamin juga dibutuhkan untuk pertumbuhan sel-sel

otak.

e. Garam dan Mineral

ASI merupakan susu dengan kadar garam dan mineral yang rendah sehingga

tidak merusak fungsi ginjal bayi. Berikut beberapa mineral yang terdapat

dalam ASI:

Zat besi

Jumlah zat besi dalam ASI termasuk sedikit mudah diserap. Zat besi

berguna untuk pembentukan myelin yang berfungsi untuk kecepatan hantar

syaraf untuk kecepatan, pemrosesan informasi dan kecerdasan.

8

Page 9: Ikm Sudah Bagus

Seng

Seng diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan dan imunisasi. Selain

itu juga diperlukan untuk mencegah penyakit kulit dan system pencernaan

yang fatal bagi bayi .

Tabel 2.1. Faktor Kekebalan ASI

Perubahan pada komposisi ASI bergantung pada lamanya kehamilan. ASI

yang dihasilkan oleh seorang ibu sangat baik untuk bayi yang dilahirkannya,

termasuk bayi yang lahir prematur. Pada minggu pertama kandungan proteinnya

lebih banyak dibandingkan ASI yang dihasilkan oleh ibu dengan bayi yang lahir

cukup bulan, begitu juga dengan kandungan antibodinya. Hal ini menunjukkan

bahwa hanya ASI makanan yang tepat bagi tiap bayi yang baru lahir, baik dalam

keadaan cukup bulan maupun prematur (Vinther dan Helsing, 1997).

9

Page 10: Ikm Sudah Bagus

Gambar 2.1. Proporsi Komposisi ASI

2.4. Manfaat ASI

1. ASI sebagai Nutrisi

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang

dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi

yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan terlaksananya

menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi

kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, bayi

harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan sampai usia 2

tahun atau lebih (Roesli, 2000).

2. ASI Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Bayi

Air Susu Ibu (ASI) tetap merupakan makanan terbaik untuk bayi karena selain

memberikan semua unsur gizi yang dibutuhkan, ASI mengandung komponen

yang sangat spesifik, dan telah disiapkan untuk memenuhi kebutuhan dan

perkembangan bayi. ASI mengandung antibodi (zat kekebalan tubuh) yang

merupakan perlindungan alami bagi bayi baru lahir (Badan POM RI, 2008). Bayi

10

Page 11: Ikm Sudah Bagus

yang baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan tubuh dari ibunya melalui

ari-ari. Namun kadar zat ini akan menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi

sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar

protektif pada waktu berusia sekitar 9-12 bulan (Roesli, 2007). Bayi ASI

Eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan

bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Anak yang sehat tentu akan lebih

berkembang kepandaiannya dibanding anak yang sering sakit terutama sakitnya

berat.

3. ASI Eksklusif Meningkatkan Kecerdasan

Perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan partumbuhan otak.

Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak anak adalah nutrisi yang

diterima saat petumbuhan otak (Danuatmadja, 2007).

Terdapat dua faktor penentu kecerdasan, yaitu:

• Faktor Genetik atau faktor bawaan menentukan potensi genetik atau bawaan

yang diturunkan oleh orang tua.

• Faktor lingkungan adalah faktor yang menentukan potensi genetik akan

dapat tercapai secara optimal. Secara garis besar terdapat tiga jenis

kebutuhan untuk faktor lingkungan yaitu:

Kebutuhan untuk pertumbuhan fisik-otak (ASUH)

Kebutuhan untuk perkembangan emosional dan spiritual (ASIH), serta

Kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi (ASAH).

ASI Eksklusif meningkatkan kecerdasan. Dengan memberikan ASI secara

eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan

potensi kecerdasan anak secara optimal. Nutrisi yang diperlukan untuk

11

Page 12: Ikm Sudah Bagus

pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu seri,

antara lain:

Taurin, yaitu suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat di ASI

Laktosa, merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit

sekali terdapat pada susu sapi.

Asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, omega-3, omega-6),

merupakan asam lemak utama dari ASI yang hanya terdapat sedikit

dalam susu sapi.

4. ASI Eksklusif Meningkatkan Jalinan Kasih Sayang

Menyusui memberikan manfaat psikologis kepada bayi karena melalui menyusui

bayi dapat merasakan kehangatan dan kedekatan fisik ibunya, menikmati suara

dan wajah ibunya, sekaligus memuaskan kebutuhan untuk menghisap.

Selain memberi keuntungan pada bayi, menyusui juga memberikan

keuntungan pada ibu. Beberapa manfaat bagi ibu adalah sebagai berikut:

1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan

Hal ini dikarenakan pada ibu menyusui terjadinya peningkatan kadar

oksitosin yang berguna juga untuk kontraksi/penutupan pembuluh darah

sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan

angka kematian ibu yang melahirkan.

2. Mengurangi terjadinya anemia

Mengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau anemia karena

kekurangan zat besi, menyusui mengurangi perdarahan.

12

Page 13: Ikm Sudah Bagus

3. Sebagai kontrasepsi

Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan,

sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum

dikenal sebgai Metode Amenore Laktasi (MAL).

4. Mengecilkan rahim

Kadar oksitosin ibu yang menyusui yang meningkat akan sangat membantu

rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses mengecilkan ini akan lebih

cepat dibandingkan pada ibu yang tidak menyusui.

5. Lebih cepat langsing kembali

Oleh karena menyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya

dari lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu

yang menyusui akan cepat turun atau langsing kembali.

6. Mengurangi kemungkinan menderita kanker

Beberapa penilitian menemukan juga bahwa menyusui akan melindungi ibu

dari penyakit kanker indung telur salah satu dari penelitian ini menunjukkan

bahwa resiko terkena kanker indung telur pada ibu yang menyusui berkurang

sampai 20-25%.

7. Lebih ekonomis/murah

Dengan memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula,

perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan minum susu formula.

8. Tidak merepotkan dan hemat waktu

ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau memasak

air, juga harus mencuci botol, dan tanpa menunggu agar susu tidak terlalu

panas.

13

Page 14: Ikm Sudah Bagus

9. Portable dan praktis

Mudah dibawa kemana-mana (portable) sehingga saat berpergian tidak perlu

membawa berbagai alat untuk minum susu formula dan tidak perlu membawa

alat listrik untuk memasak dan menghangatkan susu.

10. Mengurangi resiko keropos tulang (osteoporosis)

Penelitian mengidentifikasibahwa perempuan dengan banyak anak dan

periode yang panjang memiliki kepandatan mineral tulang lebih tinggi/sama

dari resiko patah tulang lebih rendah/sama dibandingkan dengan yang tidak

pernah melahirkan dan menyusui (Roesli, 2007).

2.5. Jenis-jenis ASI

1. Kolostrum

Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara, disekresi

oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat.

Komposisi kolostrum ini dari hari kehari selalu berubah, warnanya kekuning-

kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan susu matur. Kolostrum merupakan

protein yang sangat tinggi, antibodi, karbohidrat dan lemak, mineral lebih tinggi

dibandingkan dengan ASI matur. Kolostrum merupakan nutrisi pertama yang

paling penting bagi bayi karena mengandung sejumlah besar antibodi yang

melindungi bayi dari infeksi beberapa faktor pertumbuhan dan pematangan

saluran pencernaan.

2. ASI Transisi/Peralihan

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur

disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada pula

14

Page 15: Ikm Sudah Bagus

pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ketiga

sampai kelima. Kadar protein makin rendah sedangkan kadar karbohidrat dan

lemak makin meninggi, dan juga volume ASI akan makin meningkat.

3. ASI Matur

Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 atau hari ke-14 dan seterusnya,

komposisinya relative konstan. ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang

paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Susu ini lebih cair dan

lebih encer dari pada susu transisi tetapi dikeluarkan dalam kuantitas yang

meningkat.

2.6. Pola Pemberian ASI

Agar pemberian ASI eksklusif dapat berhasil, selain tidak memberikan

makanan lain perlu pula diperhatikan cara menyusui yang baik dan benar yaitu

tidak dijadwal, ASI diberikan sesering mungkin termasuk menyusui pada malam

hari. Ibu menggunakan payudara kiri dan kanan secara bergantian tiap kali

menyusui. Disamping itu, posisi ibu bisa duduk atau tiduran dengan suasana

tenang dan santai. Bayi dipeluk dengan posisi menghadap ibu. Isapan mulut bayi

pada puting susu harus baik yaitu sebagian besar areola (bagian hitam sekitar

puting) masuk kemulut bayi. Apabila payudara terasa penuh dan bayi belum

mengisap secara efektif, sebaiknya ASI dikeluarkan dengan menggunakan tangan

yang bersih (Depkes RI, 2005).

Keadaan gizi ibu yang baik selama hamil dan menyusui serta persiapan

psikologi selama kehamilan akan menunjang keberhasilan menyusui. Seorang ibu

yang menyusui harus menjaga ketenangan pikiran, menghindari kelelahan,

15

Page 16: Ikm Sudah Bagus

membuang rasa khawatir yang berlebihan dan percaya diri bahwa ASI-nya

mencukupi untuk kebutuhan bayi (Depkes RI, 1996).

2.7. Faktor-faktor yang Terkait Pemberian ASI Eksklusif

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI

1. Kondisi Ibu

Ibu yang melahirkan sesar dapat menyusui segera setelah ibu pulih (sesuai

petunjuk dokter), demikian juga halnya bagi ibu yang sakit pada umumnya

dapat terus menyusui bayinya. Bagi ibu yang menderita infeksi saluran

pernapasan bagian atas harus memakai masker untuk mencegah penularan.

Ibu hamil juga dapat meneruskan menyusui bayinya dan jangan lupa untuk

makan lebih banyak. Selanjutnya bayi disapih secara bertahap agar anak tidak

merasa diterlantarkan ibu karena akan ada adik baru yang memerlukan

perhatian ibu. Pekerjaan sehari-hari kadang-kadang sangat menyibukkan ibu

dan anak menjadi rewel. Usahakan agar ibu lebih banyak istirahat dan santai,

sehingga ibu dapat menyusui lagi dan memenuhi kebutuhan bayi. Dukungan

dan pengertian keluarga (suami dan orang tua) sangat diperlukan untuk

ketentraman ibu menyusui, disamping itu nasehat dari mereka yang lebih

berpengalaman akan membantu keberhasilan menyusui.

2. Kondisi bayi

Bayi dalam keadaan sakit apapun harus tetap diberi ASI, termasuk diare. Bagi

bayi kembar, ASI tetap mencukupi sesuai kebutuhan bayi. Posisi sepak bola

(football position) dapat digunakan untuk menyusui bayi kembar. Demikian

juga dengan bayi prematur, kalau bayi dapat menghisap langsung dari

16

Page 17: Ikm Sudah Bagus

payudara ibu, kalau tidak dengan sendok atau lainnya. Produksi ASI harus

dipertahankan dengan mengeluarkan ASI dan apabila keadaan bayi sudah

memungkinkan, bayi dapat menyusu langsung dari ibu.

3. Umur

Umur mempengaruhi bagaimana ibu menyusui mengambil keputusan dalarn

pemberian ASI eksklusif, semakin bertambah umur (tua) maka pengalaman

dan pengetahuan semakin bertambah (Notoatmodjo, 2003). Selain itu, umur

ibu sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan dengan kondisi

kehamilan, persalinan dan nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya.

lbu yang berumur kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap

dalam hal jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan serta

dalam membina bayi yang dilahirkan (Depkes RI, 1994). Menurut pendapat

Hurlock B.E. (2002), bahwa semakin meningkatnya umur tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang dalam berfikir dan bekerja akan lebih

matang.

4. Pendidikan

Seorang ibu yang memiliki pendidikan formal yang rendah belum tentu tidak

mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandigka

dengan orang yang lebih tinggi pendidikan formalnya. Perlu menjadi

pertimbangan bahwa faktor tingkat pendidikan turut menentukan mudah

tidaknya menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang ibu peroleh

(Suharyono, 1992).

17

Page 18: Ikm Sudah Bagus

a. Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah pendidikan yang mempunyai bentuk atau

organisasi tertentu seperti di sekolah atau di universitas. Adanya organisasi

yang ketat dan nyata. Misalnya tentang adanya penjenjangan cara atau

metode mengajar di sekolah (Kusuma,1996)

b. Pendidikan in Formal

Pendidikan in formal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di

rumah dalam bentuk lingkungan keluarga. Pendidikan ini berlangsung

tanpa pendidik, tanpa suatu program yang harus diselesaikan dalam jangka

waktu tertentu tanpa evaluasi yang formal berbentuk ujian (Kusuma, 1996)

c. Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal adalah usaha khusus yang diselenggarakan secara

terorganisir diutamakan bagi generasi muda dan orang dewasa yang tidak

dapat sepenuhnya mengikuti pendidikan sekolah dapat memiliki

pengetahuan praktis dan keterampilan dasar yang mereka perlukan sebagai

warga masyarakat produktif (Kusuma, 1996). Pendidikan bertujuan untuk

mengubah pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-konsep,

mengubah sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku/kebiasaan

yang baru pada pendidikan rendah serta meningkatkan pengetahuan yang

cukup/kurang bagi responden yang masih memakai adat istiadat lama

(Notoatmodjo, 1993).

5. Pekerjaan

Pekerjaan ibu juga diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan

kesempatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan responden

18

Page 19: Ikm Sudah Bagus

yang bekerja lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahuan responden

yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan karena ibu yang bekerja di luar

rumah (sektor formal)memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai

informasi, termasuk mendapatkan informasi tentang pemberian ASI

eksklusif. Hasil penelitian Soekirman pada tahun 1994 mengungkapkan

bahwa kemungkinan seorang ibu menyusui bayinya secara eksklusif hingga

usia 4 bulan dan diteruskan hingga usia 2 tahun, rata-rata 38% jika ibu

bekerja dan angka tersebut naik menjadi 91% jika ibu tidak bekerja (Ginting,

2007).

6. Pendapatan

Tingkat ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan

pola pemberian ASI. Di daerah pedesaan keadaan ini tidak cukup nyata. Di

daerah perkotaan keadaan ini cukup nyata, makin tinggi tingkat ekonomi

makin berkurang prevalensi menyusui. Namun di negara-neraga industri

frekuensi menyusui lebih tinggi di kalangan tingkat sosial atas. Menurut

penelitian Sanjaya (2000), ada perbedaan bermakna dalam pemberian ASI

dan penyapihan dengan penghasilan atau pendapatan keluarga, jadi semakin

tinggi pendapatan keluarga, semakin cepat menyapih. Disini orang yang

berpenghasilan tinggi akan lebih mudah untuk menggantikan ASI dengan

susu Formula. (Fathimah 2008).

7. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Jumlah kehamilan dan persalinan mempengaruhi kesehatan ibu dan anak.

Semakin banyak jumlah anak yang dilahirkan dan semakin pendek jarak

kelahiran akan menyita perhatian ibu yang diberikan dalam hal pengasuhan

19

Page 20: Ikm Sudah Bagus

maupun pendidikan anak. BKKBN (1998) menganjurkan agar kesehatan ibu

selam hamil dapat optimal, dan dalam menyongsong persalinannya maka

jumlah persalinan dianjurkan tidak lebih dari dua kali. Oleh karena itu

dianjurkan agar jarak kelahiran bayi yang satu dengan kelahiran berikutnya

minimal 2 tahun, sesuai dengan masa menyusui anak.

8. Dukungan Keluarga

Kunci keberhasilan menyusui yang utama adalah niat yang kuat seorang ibu

untuk menyusui bayinya. Secara psikologis ibu dengan dukungan keluarga

terutama suami punya pengaruh yang cukup besar dalam keberhasilan

pemberian ASI eksklusif.

9. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas RB/RS sebenarnya sangat mendukung pelaksanaan ASI eksklusif

karena sebagian besar telah memiliki fasilitas rawat gabung. Namun karena

biasanya pasien berada di tempat bersalin hanya 1 atau 2 hari maka

penjelasan tentang menyusui dan perawatan payudara kurang dapat

disampaikan dengan baik.

10. Dukungan petugas kesehatan

Peranan petugas kesehatan sangat penting dalam melindungi, meningkatkan,

dan mendukung usaha menyusuki harus dapat dilihat dalam segi

keterlibatannya yang luas dalam aspek sosial. Sebagai individu yang

bertanggung jawab dalam gizi bayi dan perawatan kesehatan, petugas

kesehatan mempunyai posisi unik yang dapat mempengaruhi organisasi dan

fungsi pelayanan kesehatan ibu, baik sebelum, selama maupun setelah

kahamilan dan persalinan.

20

Page 21: Ikm Sudah Bagus

Beberapa faktor yang menghambat pemberian ASI esklusif :

a. Kemajuan teknologi dan canggihnya komunikasi serta gencarnya promosi susu

formula pengganti ASI  membuat masyarakat kurang percaya akan keampuhan

ASI dan tergiur untuk memilih susu formula.

b. Umumnya diperkotaan melahirkan di RS dan RB yang tidak menganjurkan

menyusui dan menerapkan pelayanan Rawat Gabung serta tidak menyediakan

fasilitas Klinik Laktasi, Pojok Laktasi dan sejenisnya.

c. Pengaruh kemajuan teknologi pada perubahan sosial budaya mengakibatkan

ibu-ibu diperkotaan umumnya bekerja diluar rumah dan makin meningkat daya

belinya.

d. Semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja wanita di berbagai sektor,

sehingga semakin banyak ibu yang haras meninggalkan bayinya sebelum

berusia 6 bulan, setelah habis cuti bersalin. Hal ini menjadi kendala tersendiri

bagi kelangsungan pemberian ASI eksklusif.

e. Kurangnya rasa percaya diri ibu bahwa ASI cukup untuk bayina dilihat kotor

dan diangnya.ap membahayakan kesehatan bayinya.

f. Perilaku ibu-ibu yang membuang kolustrum (air susu yang pertama kali

keluar).

2.8. Sepuluh Langkah Keberhasilan Pemberian ASI

Langkah-langkah yang terpenting dalam persiapan keberhasilan menyusui

secara eksklusif menurut Departemen Kesehatan RI (2005) adalah sebagai berikut

:

21

Page 22: Ikm Sudah Bagus

1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui.

2. Melatif semua staf pelayanan kesehatan dengan keterampilan.

3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan

penatalaksanaannya, melalui unit rawat jalan kebidanan dengan memberikan

penyuluhan : manfaat ibu hamil, KB, senam hamil dan senam payudara.

4. Membantu ibu-ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit setelah

melahirkan, yang dilakukan diruang bersalin.

5. Memperlihatkan kepada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan cara

mempertahankannya dengan cara penyuluhan.

6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi

baru lahir sampai usianya 6 bulan.

7. Melaksanakan rawat gabung yang merupakan tanggung jawab bersama antra

dokter, bidan, perawat dan ibu.

8. Memberikan ASI kepada bayi tanpa jadwal.

9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi.

10. Membentuk dan membantu pengembangan kelompok pendukung ibu

menyusui, seperti adanya Pojok Laktasi.

2.9. Tingkat Pengetahuan mengenai ASI Eksklusif

Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal

budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat

atau dirasakan sebelumnya (Wales, 2009).

22

Page 23: Ikm Sudah Bagus

Akibat kehilangan kesempatan memperoleh ASI Eksklusif, lebih dari 5

juta balita menderita kurang gizi serta 1,7 juta balita menderita gizi buruk. Hal ini

disebabkan karena rendahnya pengetahuan para ibu tentang ASI (Ayu, 2008).       

Pengetahuan sangat penting peranannya dalam memberikan wawasan

terhadap terbentuknya sikap dan akan diikuti dengan tindakan dalam hal

pelaksanaan pemberian ASI. Jika ibu sudah mengetahui stimulus atau obyek

kesehatan tentang pengertian ASI, manfaat ASI, manajemen laktasi, dan

keuntungan ASI, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang

diketahuinya maka akan timbul perilaku pemberian ASI Eksklusif (Ayu, 2008).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahayuningsih (2005),  ada

hubungan yang cukup kuat antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian

ASI Eksklusif. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wahyuningrum  (2007) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif.

2.10. Sikap Ibu mengenai ASI Eksklusif

Sikap adalah perasaan seseorang tentang obyek, aktivitas, peristiwa dan

orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau tidak

sukanya (positif, negatif, atau netral) seseorang pada sesuatu . Sikap muncul dari

berbagai bentuk penilaian. Sikap dikembangkan dalam tiga model, yaitu afeksi,

kecenderungan perilaku, dan kognisi. Respon afektif adalah respon fisiologis yang

mengekspresikan kesukaan individu pada sesuatu. Kecenderungan perilaku adalah

indikasi verbal dari maksud seorang individu. Respon kognitif adalah

23

Page 24: Ikm Sudah Bagus

pengevaluasian secara kognitif terhadap suatu objek sikap. Kebanyakan sikap

individu adalah hasil belajar sosial dari lingkungannya. (Wales, 2009).

Sikap ibu mempunyai peran penting terhadap pelaksanaan pemberian ASI,

Secara teori dikatakan bahwa ibu yang mempunyai sikap positif terhadap

pemberian ASI maka pelaksanaan pemberian ASI meningkat.

Sikap ibu terhadap pemberian ASI  dapat  dipengaruhi oleh berbagai

informasi yang diperoleh tentang kekurangan pemberian ASI dan keunggulan

susu formula. Dari kenyataan yang dilihat bahwa bayi yang diberi susu formula

lebih gemuk dari bayi yang hanya diberikan ASI.

2.11. NICE (National Improvement Through Community Empowerment) (Asian

Development Bank, NICE 2007)

NICE (Nutrition Improvement through Community Empowerment) adalah

proyek perbaikan gizi masyarakat dengan dana pinjaman dari Asian Development

Bank (ADB) untuk tahun 2008 – 2012. Proyek ini dilaksanakan di 6 propinsi, 24

kabupaten/kota dan 1800 desa/kelurahan di seluruh Indonesia. Di setiap

desa/kelurahan dibentuk Kelompok Gizi Masyarakat (KGM), yang akan

menyusun sebuah proposal Paket Gizi Masyarakat (PGM). Paket Gizi Masyarakat

mendapat dana sebesar Rp 150 juta/desa/kelurahan untuk pelaksanaannya. Proyek

NICE juga merekrut Fasilitator Masyarakat (FM), yang bekerja sama dengan

KGM dalam pelaksanaan PGM. Rata-rata setiap FM membina dua

desa/kelurahan.

NICE (Nutritional Improvement Through Community Empowerment)

merupakan suatu proyek kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan ADB (Asian

24

Page 25: Ikm Sudah Bagus

Development Bank) dalam mengentaskan dan mencegah malnutrisi pada 1,48 juta

balita dan 500.000 ibu hamil dan menyusui pada 4000 desa miskin, termasuk

daerah urban pada 24 daerah dan kota di provinsi NTT, NTB, Sumatera Utara,

Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Barat. Proyek ini untuk

memperkuat layanan berbasis komunitas, pemberdayaan komunitas, dan

mobilisasi social dalam menigkatkan nutrisi, higienitas dan sanitasi.

Proyek ini akan mencakup sekitar 4.000 desa/kelurahan di 18 kabupaten,

dan 6 kota di 6 provinsi. Provinsi lokasi proyek dipilih dan disetujui oleh

Pemerintah, ADB berdasarkan kriteria sebagai berikut.

a. Prevalensi kurang gizi

b. Angka kemiskinan

c. Kesediaan Pemda untuk menyediakan dana kontribusi

Proyek diperkirakan akan mempunyai suatu hasil yang nyata, yang dapat

direplikasi sebagai intervensi gizi ke provinsi lainnya.

Tabel 2.2. Prevalensi Kurang Gizi pada anak balita di Lokasi Proyek.

25

Page 26: Ikm Sudah Bagus

Malnutrisi menghambat pertumbuhan ekonomi dan melestarikan

kemiskinan. Hal ini merupakan focus terpenting yang dapat menghambat

tercapainya Millenium Developnment Goals (MDGs). Status nutrisi pada anak

Indonesia meningkat sejak akhir tahun 1970an hingga 1997 karena keberhasilan

program nutrisi keluarga dan menurun pada tahun 2000-an akibat desentralisasi

dan terpaan krisis moneter pada tahun 1997 mengakibatkan penurunan cakupan

nutrisi pada anak Indonesia yang berimplikasi pada gagalnya program

suplementasi makanan nasional, penurunan jumlah atensi ibu dan anak pada

posyandu akibat penurunan kualitas layanan, serta penurunan pemberdayaan

strategi akibat penelitian, pencatatan dan evaluasi yang tidak adekuat. Akibatnya

prevalensi balita dengan malnutrisi meningkat dari 24,6% pada tahun 2000

menjadi 27,3% pada tahun 2003 terhadap 5 juta balita Indonesia.

Biaya proyek diperkirakan US$ 71,4 juta, termasuk pajak dan lain-lain.

Terdiri dari US$ 9,07 juta (14%) dalam valuta asing dan US$ 62,3 juta (86%)

dalam rupiah. Sumber pembiayaan adalah Asian Development Bank US$ 50,0 juta

(70%) dan Pemerintah Indonesia 21,4 % (30%). Pinjaman sebesar US$ 50,0 juta

berasal dari dana khusus (Special Funds) ADB yang akan berakhir selama 32

tahun, termasuk grace period selama 8 tahun. Besar bunganya adalah sebesar 1%

per tahun selama tenggat waktu dan 1,5% setelahnya. Pemerintah akan

meneruskan dana proyek ini ke daerah lokasi proyek melalui dana dekonsentrasi,

dengan dasar bahwa proyek ini akan menguntungkan secara langsung anak-anak

dan ibu dari keluarga miskin dan terfokus dalam pelayanan gizi yang penting dan

intervensi berbasis masyarakat yang akan meningkatkan status gizi dan hygiene,

26

Page 27: Ikm Sudah Bagus

tidak menghasilkan keuntungan berupa uang. Pemerintah kabupaten/kota akan

menyediakan

Dana sebesar 10% (mulai 2008) dari nilai paket gizi masyarakat melalui APBD

kabupaten/kota untuk membiayai kegiatan yang searah dengan tujuan proyek.

Konfirmasi kesediaanya untuk mereplikasi beberapa kegiatan proyek ke 10%

desa/kelurahan lainnya yang tidak menerima paket gizi masyarakat di lokasi

proyek (mulai 2010).

Masyarakat akan memberi kontribusinya berupa tenaga dalam kegiatan

gizi berbasis masyarakat.

Manfaat utama dari proyek ini adalah (i) berkurangnya gizi kurang dan

meningkatnya kesehatan pendidikan di area proyek ; (ii) meningkatnya

pemberdayaan masyarakat dan pengetahuan ibu dan pengasuh anak tentang gizi

dan hygiene yang baik ; dan (iii) peningkatan kapasitas Pemda dalam perencanaan

dan pengelolaan program gizi dan pelaksanaan pelayanan gizi. Ibu dan anak

adalah sasaran utama dari proyek ini. Proyek akan mencakup lebih kurang 1,48

juta anak balita dan sekitar 500.000 ibu hamil dan menyusui dan sekitar 110.000

anak sekolah.

Meningkatnya status gizi ibu dan anak akan mempunyaidampak langsung

untuk pencapaian MDGs yang berhubungan dengan kemiskinan dan kelaparan

(MDGs 1), pendidikan dasar (MDGs 2), kesamaan gender (MDGs 3), kematian

anak (MDGs 4), kesehatan ibu (MDGs 5), dan penanggulangan HIV/AIDS,

malaria dan penyakit lain (MDGs 6).

Risiko malnutrisi pada balita paling besar terjadi selama kehamilan atau

pada saat anak usia kurang dari 2 tahun. Berat badan lahir anak di Indonesia

27

Page 28: Ikm Sudah Bagus

berada dibawah standar Internasional, serta semakin memburuk terkait usia

khususnya dari usia 6 bulan dimana pemberian ASI eksklusif menjadi tidak

adekuat dalam mencukupi intake nutrisi bayi. Cakupan ASI Eksklusif yang

menurun di berbagai daerah di Indonesia mengakibatkan bayi tidak memiliki

perlindungan dan nutrisi yang penting guna mencegah infeksi dimana proteksi ini

dapat diberikan oleh ASI.

Proyek diharapkan dapat menurunkan jumlah gizi kurang dan defisiensi

mikronutrien dan defisiensi vitamin A pada wanita hamil dan balita yang

kemudian akan meningkatkan tingkat pengetahuan ibu hamil, menyusui, dan

perawatan ANC, laktasi, dan peningkatan cakupan ASI serta MP-ASI.

Peningkatan nutrisi akan berkontribusi pada peningatan produktivitas,

perkembangan ekonomi, mengurangi kemiskinan yang dapat meningkatkan

kapasitas kerja, perkembangan kognitif, prestasi sekolah dan mengurangi angka

morbisitas dan mortalitas.

Perlu kita ingat kembali bahwa proyek NICE yang ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam hal gizi ini mempunyai sasaran

yaitu perempuan dan anak. Beberapa program kerja diantaranya adalah pemberian

suplemen zat besi bagi ibu hamil dan menyusui, pemberian garam beryodium,

pemberian vitamin A pada balita, pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6

bulan, kampanye tentang pentingnya antenatal care (pemeriksaan kehamilan) bagi

ibu hamil dalam mempersiapkan persalinannya sampai pada pendirian warung

sehat dalam rangka “menghidupi” program kader selanjutnya agar lebih

berkelanjutan dan tidak bergantung pada funding (donatur). Ide tersebut muncul

28

Page 29: Ikm Sudah Bagus

dalam rangka memberdayakan para perempuan dalam mencipta dan mengolah

makanan tradisional yang bergizi guna terwujudnya KGM dan Posyandu Mandiri.

Dalam bekerja secara lintas sektor seperti kegiatan yang dilakukan di

kelurahan, staf kantor kelurahan bekerja sama dengan fasilitator gizi yang ada di

tiap desa, petugas gizi Puskesmas dan juga dihadiri oleh para kader. Kegiatan

yang dilakukan adalah meningkatkan keterampilan dan inovasi KGM dalam

mengolah makanan bergizi untuk keluarga melalui penyuluhan gizi dan demo

masak menu gizi seimbang.

Kinerja proyek akan dimonitoring dan dievaluasi 3 bulanan melalui

monitoring dan evaluasi proyek (M&E) sistem. M&E akan dikerjakan oleh

internal (yang dikerjakan oleh orang yang terlibat dalam pelaksanaan proyek), dan

eksternal (yang dikerjakan oleh perusahaan independent dan/atau individu yang

tidak terlibat dalam pelaksanaan proyek). Internal M&E akan memonitor

kemajuan pelaksanaan intervensi terhadap indikator dan target dari proyek.

Pemerintah dan ADB akan melaksanakan review bersama kemajuan

proyek sekurang-kurangnya 2 kali setahun. Review pertengahan waktu yang

lengkap (midterm review) akan dilaksanakan oleh pemerintah, ADB dan auditor

dari luar yang cocok setelah lebih kurang 400 proposal dari desa/kelurahan yang

telah disetujui untuk dilaksanakan, dan sekitar 200 telah selesai.

29

Page 30: Ikm Sudah Bagus

BAB III

PROFIL PUSKESMAS

3.1 Keadaan Geografis

Puskesmas Perawatan Narmada merupakan salah satu Puskesmas yang

terdapat di Kecamatan Narmada, terletak sekitar 12 Km dibagian Timur Kota

Mataram yaitu di Jalan Raya Ahmad Yani, Kec.Narmada, Kabupaten Lombok

Barat, dengan batas-batas wilayah :

Sebelah Timur: Wilayah kerja Puskesmas Sedau Kecamatan Narmada

Sebelah Barat : Wilayah kerja Puskesmas Cakranegara Kecamatan Cakranegara

Sebelah Utara : Wilayah kerja Puskesmas Lingsar Kecamatan Lingsar

Sebelah Selatan: Wilayah kerja Puskesmas Kediri Kecamatan Kediri

Puskesmas Perawatan Narmada dibangun pada tahun 2010 di areal seluas

48,2 m2, dengan luas bangunan 7,644 m2. Melayani 42.062 jiwa penduduk. Luas

Wilayah kerja Puskesmas Narmada yaitu 19.21 Km2 yang terbagi menjadi 10

Desa dan 55 Dusun dengan rata-rata waktu tempuh masyarakat ke Puskesmas

antara 15 – 30 menit atau sekitar 3 Km. Wilayah kerja tersebut mencakup :

1. Desa Dasan Tereng dengan luas wilayah 1.77 Km2

2. Desa Gerimax Indah dengan luas wilayah 3.23 Km2

3. Desa Sembung dengan luas wilayah 1.64 Km2

4. Desa Badrain dengan luas wilayah 1.59 Km2

5. Desa Tanak Beak dengan luas wilayah 3.21 Km2

6. Desa Batu Kuta dengan luas wilayah 1.63 Km2

7. Desa Kerama Jaya dengan luas wilayah 1.01 Km2

30

Page 31: Ikm Sudah Bagus

8. Desa Lembuak dengan luas wilayah 3. 30 Km2

9. Desa Nyurlembang dengan luas wilayah 1.83 Km2

10. Desa Narmada dengan luas wilayah 2.14 Km2

PETA WILAYAH KERJA

Gambar 3.1. Peta Wilayah Kerja

3.2 Keadaan Demografi

Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Narmada adalah 42.062 jiwa

dengan jumlah KK 13.042 dan kepadatan penduduk 2535 jiwa/km2. Sebagian besar

31

Page 32: Ikm Sudah Bagus

penduduk di Kecamatan Narmada bekerja dalam bidang pertanian, yaitu sekitar 44%

sedangkan sisanya terbagi dalam beberapa bidang antara lain: perdagangan,

angkutan, jasa, industri, konstruksi, dan pertambangan dan penggalian.

Dalam bidang pendidikan dari 42.062 jiwa penduduk yang masuk dalam

wilayah kerja Puskesmas Narmada, baru 18.286 jiwa penduduk (43%) saja yang

mengenyam pendidikan baik tingkat Sekolah Dasar, SLTP, SMU, maupun Akademi

dan Perguruan Tinggi. Sedangkan sisanya adalah tidak sekolah atau belum sekolah.

Adapun distribusi luas wilayah, jumlah dusun, jumlah penduduk, jumlah

rumah tangga dan kepadatan penduduk selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Luas Wilayah, Jumlah Dusun, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah

Tangga dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Wilayah Kerja Puskesmas

Narmada Tahun 2012.

No Desa

Luas

Wilayah

(km2)

Jumlah

Dusun

Jumlah

PendudukJumlah KK

Rata-rata

Jiwa/KK

Kepadatan

Penduduk/km2

1 Sembung 1,64 9 3671 1104 3,4 2238

2 Badrain 1,59 6 4558 1294 3,4 2867

3 Batu Kuta 1,63 4 3292 989 3,4 2020

4 Kerama Jaya 1,01 5 4811 1312 3,3 4763

5 Tanak Beak 3,21 7 4811 1634 3,3 1499

6 Nyurlembang 1,83 4 2996 1064 3,5 1637

7 Lembuak 4,32 6 4304 1510 3,6 996

8 Dasan Tereng 1,77 6 5528 1725 3,5 3123

9 Gerimax Indah 3,23 4 4558 1274 3,5 1411

32

Page 33: Ikm Sudah Bagus

10 Narmada 2,14 4 3503 1136 3,4 531

JUMLAH 22,34 55 42062 13042 3,4 21085

3.3 Sarana Dan Prasarana

3.3.1 Sarana Kesehatan

Jumlah Puskesmas 1 buah yang terbagi menjadi ruang UGD 24 jam,

Pelayanan Rawat Jalan, Pelayanan Rawat Inap, Ruang Perawatan Bersalin, Ruang

PONED, Ruang Konseling, Laboratorium Sederhana, serta dilengkapi dengan

Perpustakaan, Aula, Dapur Umum, dan Rumah Dinas Dokter dan Paramedis. Selain

itu, dalam operasionalnya, Puskesmas Narmada ditunjang oleh Puskesmas Pembantu,

Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan beberapa Posyandu yang tersebar dalam setiap

dusun di wilayah kerja Puskesmas Narmada, seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Jumlah Dusun, Pustu, Poskesdes dan Posyandu di Wilayah Kerja

Puskesmas Narmada

No DesaJumlah

Dusun

Jumlah

Pustu

Jumlah

Poskesdes

Jumlah

Posyandu

1 Sembung 8 1 1 5

2 Badrain 6 - 1 6

3 Batu Kuta 4 1 1 4

4 Kerama Jaya 6 - 1 6

5 Tanak Beak 7 1 1 7

6 Nyurlembang 4 - 1 4

7 Lembuak 6 - 1 10

33

Page 34: Ikm Sudah Bagus

8 Dasan Tereng 6 1 1 6

9 Gerimax Indah 4 - 1 4

10 Narmada 4 - 1 -

JUMLAH 55 4 10 52

3.3.2 Sarana Pendidikan

Adapun sarana pendidikan di wilayah kerja Puskemas Narmada dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.3 Jumlah SD, MI, SMP, MTS, SMA, dan Ponpes di Wilayah Kerja

Puskesmas Narmada Tahun 2010

No DesaJumlah

SD MI SMP MTS SMA Ponpes

1 Sembung 1 - 1 - - -

2 Badrain 2 1 - 1 - -

3 Batu Kuta 1 1 - 1 - 1

4 Kerama Jaya 2 - - - - -

5 Tanak Beak 2 2 - - - -

6 Nyurlembang 1 - - - 1 -

7 Lembuak 5 - 1 - 1 2

8 Dasan Tereng 3 - - - - -

9 Gerimax Indah 2 - - - - -

10 Narmada 2 - - - 1 -

34

Page 35: Ikm Sudah Bagus

JUMLAH 21 4 2 2 3 3

3.4 Personalia

Jumlah tenaga kerja dalam Puskesmas Narmada tahun 2010 adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.4 Tenaga Kerja dan Status Tenaga Kerja Puskesmas Narmada

Keterangan Jumlah

(orang)

Tenaga Medik

Dokter Umum 3

Dokter Gigi 1

Paramedis Perawatan

AKPER 7

S. Kep. 2

S.Kep. Nurse 1

SPK 17

SPR 2

D.I-Kebidanan 4

D.III-Kebidanan 13

D.IV-Kebidanan 3

Paramedis Non Perawatan

Penilik Kesehatan (APK) 2

Akademik Gizi (AKZI) 3

D.III-Kesmas 1

35

Page 36: Ikm Sudah Bagus

SPPH 1

SKM 1

SPAG -

SMAK 2

SMF 2

SPRG 2

Tenaga Non Medis

Sarjana/Sarmuda 1

SMA 8

SMP 4

SD 2

3.5 Sumber Dana Puskesmas

Sejalan dengan pemberlakuan Otonomi Daerah dan perubahan Biaya

Anggaran Pembangunan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, khususnya

dibidang kesehatan, saat ini beberapa sumber dana yang digunakan untuk

menunjang pelaksanaan operasional Puskesmas Narmada, adalah sebagai berikut :

1. DAU (Dana Alokasi Umum)

2. Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat)

3. BOK (Bantuan Operasional Kesehatan)

36

Page 37: Ikm Sudah Bagus

DATA DAN INFORMASI

KEPALA PUSKESMAS

TATA USAHAUNIT TEKNIS FUNGSIONAL

UPAYA KESEHATANPERORANGAN

UPAYA KESEHATANMASYARAKAT

PERENCANAAN KEUANGAN UMUM DANKEPEGAWAIAN

PUSKESMAS PEMBANTU POSKESDES

PUSTU BATU KUTAPUSTU TANAK BEAKPUSTU SEMBUNGPUSTU DASAN TERENG

PUSKESMAS KELILING

POSKESDES BATU KUTAPOSKESDES NYURLEMBANGPOSKESDES TANAK BEAKPOSKESDES LEMBUAKPOSKESDES SEMBUNGPOSKESDES DASAN TERENGPOSKESDES BADRAINPOSKESDES GERIMAX INDAHPOSKESDES NARMADAPOSKESDES KERAMA JAYA

3.6 Struktur Puskesmas

STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS PERAWATAN NARMADA

37

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Puskesmas Perawatan Narmada

Page 38: Ikm Sudah Bagus

PASIENDATANG

Jam Kerja ?

LoketPerlu

Rujuk ?

UGDGawat Darurat ?

Rujuk

PelayananPoliklinik

Ti

dak

Tidak

Poli Anak

Poli Umum

Poli KIA

Poli Gigi

Tid

ak

Perlu Laboratorium

PerluRujuk ?

PerluRawat Inap

Tid

ak

Laboratorium

YaYa Ya

Ya

PerluKonseling

Ya

Ya

Ya

Ya

Ti

dak

Rujuk

Rawat Inap

P. Konseling1.KlinikSanitasi2.Gizi3.Kespro (PMS &HIV AIDS)

Tida

k

ApotikPULANG

ALUR PELAYANAN PUSKESMAS PERAWATAN NARMADA

38

Gambar 3.2. Alur Pelayanan Puskesmas Perawatan Narmada

Page 39: Ikm Sudah Bagus

3.7.1. Program Puskesmas

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni

terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggungjawab

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang

keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan

tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:

3.7.2 Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan

komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk

peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus

diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan

wajib tersebut adalah:

1. Upaya Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan : Memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar mampu menumbuhkan

perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.

Arah Kebijakan : Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam upaya menumbuhkan

PHBS dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.

Pokok-pokok Kegiatan :

Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan

edukasi (KIE).

Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat, seperti Pos Pelayanan

Terpadu (Posyandu), Pondok Bersalin Desa (Polindes), dan Usaha Kesehatan Sekolah

dan Generasi Muda.

39

Page 40: Ikm Sudah Bagus

Peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat.

Indikator Kerja :

Meningkatnya proporsi keluarga yang hidup secara bersih dan sehat.

Jumlah Posyandu Purnama dan Mandiri : 40 %

Rumah Tangga Sehat ( PHBS ) : 65 %

Upaya Penyuluhan P3 NAPZA oleh petugas kesehatan : 15 %

Puskesmas melaksanakan manajemen PKM : 100 %

Bayi yang mendapat ASI ekslusif : 80 %

Sekolah yang melaksanakan UKS : 80 %

Murid SD / MI yang diperiksa gigi dan mulut : 100 %

Pencapaian

Diwilayah kerja Puskesmas Narmada pencapaian ASI Eklusif tahun 2011 didapatkan

hasil presentase sebesar 49.18 % . Pencapaian ini sangat rendah bila dibandingkan

dengan target yang diharapkan yaitu 80 % bayi yang mendapat ASI Eklusif.Hal ini

disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penting nya ASI

eklusif. Untuk meningkatkan cakupan perlu dilakukan promosi ASI Eklusif melalui

sosialisasi di tingkat masyarakat ,terbentuknya kelompok peduli ASI dan promosi

yang dilakukan melalui media.

Tidak merokok dalam ruangan, dari hasil survey yang dilakukan terlihat bahwa

indikator tidak merokok dalam ruangan mencapai 38.27 % .Hal ini dapat terlihat

bahwa kesadaran masyarakat untuk tidak merokok dalam ruangan masih rendah.

Cuci tangan dengan sabun dari hasil survey didapatkan 67.91 % masyarakat telah

melakukan cuci tangan menggunakan sabun sebelum melakukan aktifitas

40

Page 41: Ikm Sudah Bagus

makan ,setelah BAB . Tetapi dari hasil tersebut masih perlu dilakukan promosi melalui

sekolah – sekolah agar kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun menjadi

budaya yang positif dalam upaya menjaga kesehatan pribadi yang dimulai sejak usia

dini.

Penyuluhan tentang NAPZA yang dilakukan diwilayah Puskesmas Narmada masih

minim , yaitu totalnya hanya 1 kali ditahun 2011 sehingga masih sangat jauh dibawah

target yang ditentukan yaitu 15 % dalam setahun. Dalam hal ini diperlukan kordinasi

lintas sektor agar saling proaktif dalam memerangi Narkoba , baik melalui kegiatan

penyuluhan , poster maupun deteksi dini melalui tes urine sehingga program

memerangi dan menanggulangi narkoba / NAPZA dapat berjalan dengan baik

Strata Posyandu, disini peran serta masyarakat dibidang kesehatan sangat besar.

Bentuk peran serta masyarakat antara lain muncul dan berkembang nya upaya

kesehatan bersumberdaya masyarakat ( UKBM ), misalnya posyandu. Sebagai

indikator peran serta aktif masyarakat melalui pengembangan UKBM digunakan

presentase desa yang memiliki posyandu. Posyandu merupakan wahana kesehatan

bersumberdaya masyarakat yang memberikan pelayanan 5 kegiatan utama ( KIA,

GIZI, Imunisasi dan P2 Diare ) . Di wilayah kerja Puskesmas Narmada jumlah

posyandu yang ada untuk tahun 2011 sebanyak 52 buah yang tersebar di 10 desa .

Adapun jumlah posyandu madya mencapai 37 ( 71 % ) dan purnama 15 ( 29 % ).

Melihat uraian diatas masih perlu ditingkatkan strata posyandu agar dapat mencapai

posyandu mandiri. Peran serta lintas sektor sangat diharapkan dalam upaya

meningkatkan tercapainya strata posyandu ketingkat yang lebih baik.

41

Page 42: Ikm Sudah Bagus

Cakupan murid SD / MI yang diperiksa gigi dan mulutnya baru mencapai 23.08 %

atau ( 6 dari 26 SD / MI ) . Ini disebabkan karena dana yang belum cukup untuk

melakukan kegiatan tersebut. Begitu juga pelaksanaan UKS baru 24 dari 26 SD/MI

yang ada (92.3 % )

Desa Siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk

mencegah dan mengatasi masalah – masalah kesehatan meliputi : Kesehatan

Lingkungan , KIA, GIZI , Promosi Kesehatan , Pencegahan Penyakit Menular dan

Pelayanan Kesehatan Dasar. Diwilayah kerja Puskesmas Narmada yang terdiri dari 10

desa semua sudah terbentuk Desa Siaga, dan sudah terbangun Poskesdes di semua

Desa serta ditempati oleh bidan desa. Sehingga target Indonesia Sehat 2010 bahwa

seluruh desa di kecamatan harus menjadi Desa Siaga sudah tercapai.

2. Upaya Kesehatan Lingkungan

Tujuan : Mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan

sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan

kesehatan.

Tujuan Khusus :

Mewujudkan perlindungan kesehatan masyarakat dari kesakitan yang disebabkan

lingkungan yang tidak mendukung serta kenyamanan lingkungan tempat-tempat

umum.

Mewujudkan Kabupaten Sehat yang terlaksana atas peranan dan tanggung jawab

bersama lintas sektoral dalam pengelolaanya.

42

Page 43: Ikm Sudah Bagus

Arah kebijakan :

Meningkatkan mutu sumber daya lingkungan yang seimbang antara lingkungan

pemukiman, tempat-tempat umum, industri, dan kawasan pariwisata dan kualitas air.

Mengupayakan terwujudnya Kabupaten Lombok Barat Sehat yang ditandai oleh

penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, mempraktekkan PHBS, mampu

menyediakan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sehingga

memiliki derajat kesehatan yang tinggi.

Indikator Kerja :

Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan :

Cakupan sarana air bersih 70 %

Cakupan Jamban Keluarga 60 %

Cakupan Rumah Sehat 65 %

Institusi yang dibina kesehatan lingkungan 70 %

Cakupan TTU sehat 80 %

Pencapaian :

Cakupan Jamban Keluarga dari target 60 % dari KK yang ada, baru 51.13 % yang

memiliki dan memanfaatkan jamban keluarga. Yal ini disebabkan karena faktor

kemiskinan, perilaku dan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya jamban

keluarga serta kesehatan lingkungan.

Jumlah sarana air bersih diwilayah kerja Puskesmas Narmada mencapai 78.19 % dari

target 70 % sudah mencapai target.

Jumlah tempat-tempat umum belum memenuhi syarat kesehatan yaitu baru mencapai

50 % dari targt yang ditetapkan yaitu 80 % . Hal ini disebabkan karena pengetahuan

43

Page 44: Ikm Sudah Bagus

pengelola yang belum paham akan penting pengelolaan tempat – tempat umum yang

mempengaruhi kesehatan.

3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

Tujuan : Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup

sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk

atau mempercepat pencapaian target Pembangunan Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia

Sehat 2010, serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh

kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

Tujuan Khusus

Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam mengatasi

kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam

upaya pembinaan kesehatan keluarga, Desa Wisma, penyelenggaraan Posyandu dan

sebagainya.

Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri

di dalam lingkungan keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan Karang Balita, serta di

sekolah TK.

Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu

bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui.

Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu

menyusui, bayi dan anak balita.

Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh

anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama

melalui peningkatan peran ibu dalam keluarganya.

44

Page 45: Ikm Sudah Bagus

Pokok-pokok Kegiatan :

Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak

prasekolah.

Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.

Pemantauan tumbuh kembang balita.

Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG, DPT 3 kali, Polio 3 kali

dan campak 1 kali pada bayi.

Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.

Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam-macam

penyakit ringan.

Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan serta

bayi-bayi yang lahir ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari)

Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi serta

kader-kader kesehatan

Indikator Kerja :

Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) : 95%

Cakupan Komplikasi Kebidanan : 80 %

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan : 90%

Cakupan Pelayanan Nifas : 90%

Cakupan Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi : 80%

Cakupan Kunjungan Bayi : 90 %

Cakupan Imunisasi Bayi (Universal Child Immunization): 100 %

Cakupan Pelayanan Anak Balita : 90 %

45

Page 46: Ikm Sudah Bagus

Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI : 100 %

Cakupan Perawatan Balita Gizi Buruk : 100 %

Cakupan Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar : 100 %

Pencapaian:

Cakupan kunjungan K1 ibu hamil sudah mencapai target yaitu 96.3 % dari target yang

ditetapkan yaitu 95 %

Cakupan kunjungan K4 ibu hamil 82.5 % belum mencapai target yang diharapkan

yaitu 95 % .Ini terjadi karena beberapa hal seperti tingginya angka abortus yaitu 40

kasus , ANC yang kurang berkualitas yaitu penemuan ibu hamil baru pada kehamilan

lebih dari trimester I sehingga ini menyebabkan terjadinya DO K1 dan K4.

Penemuan dan penanganan komplikasi maternal sudah mencapai target yaitu 86.4 %

dari target yang diharapkan 82 %.

Persalinan oleh tenaga kesehatan dari target yang diharapkan yaitu 80 % sudah

mencapai target yaitu 84.1 %.

Cakupan kunjungan Neonatal ( KN 1 dan KN 3 ) belum mencapai target 90 % KN 1

baru mencapai 87.35 % dan KN 3 85.54 %. Ini disebabkan karena rendah nya cakupan

K4 sehingga ibu hamil yang bersalin sedikit dan ini mempengaruhi cakupan KN.

Kasus Neonatal dan Bayi cukup banyak yaitu pada tahun 2011 ini total kasus neonatal

73 yang meninggal 5 orang ( penyebab BBLR 2 orang, aspiksia 1 orang, ikterus 1

orang, cacat bawaan 1 orang ) dan kasus bayi sebanyak 177 yang meninggal 2 orang

( penyebab pnemonia 1 orang,lain-lain 1 orang )

Cakupan KB baru tahun 2011 seperti cakupan IUD sebanyak 165 orang dan Implan

sebanyak 111 orang

46

Page 47: Ikm Sudah Bagus

4. Upaya Perbaikan Gizi

Tujuan : Meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi

masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan anak balita.

Tujuan Khusus : Terwujudnya keluarga mandiri sadar gizi ( KADARZI ) dalam upaya

meningkatkan status gizi individu, keluarga dan masyarakat yang optimal.

Arah Kebijakan : Meningkatkan kualitas penduduk melalui peningkatan status gizi,

pengendalian kelahiran, memperkecil angka kematian dan peningkatan kualitas program

Upaya Kesehatan Keluarga.

Pokok-pokok Kegiatan :

Peningkatan pendidikan Gizi

Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat

Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A dan kekurangan zat gizi mikro lainnya.

Peningkatan surveilans gizi

Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi

Indikator Kerja :

Balita dapat Vitamin A 2 kali setahun : 90 %

Cakupan konsumsi garam yodium RT : 90 %

Desa dengan garam beryodium baik : 90 %

Cakupan MP – ASI Balita Gakin : 100 %

Balita Gizi Buruk dapat perawatan : 100 %

Jumlah Balita naik berat badannya ( N/D ) : 90 %

Jumlah Balita dengan Berat Badan di Bawah Garis Merah ( BGM ) : <15 %

47

Page 48: Ikm Sudah Bagus

Pemantauan status Gizi murid SD/MI

Partisipasi masyarakat ( D/S ) : 80 %

Pencapaian

Pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi yang digunakan pada PWS –GIZI adalah

pemberian kapsul Vitamin dosis tinggi pada bayi , balita dan ibu nifas. Cakupan

distribusi Vitamin A pada bayi 6-11 bulan 98.1 % sudah mencapai target dari yang

diharapkan yaitu 90 % . Cakupan distribusi vitamin A untuk balita mencapai target

yaitu 95.2 % dan cakupan Vitamin A untuk ibu nifas 84.13 % belum mencapai target

yaitu dari target yang diharapkan 90 % .Ini karena cakupan persalinan juga rendah.

Cakupan D/S Puskesmas Narmada tahun 2011 sudah mencapai 82.8 % dari target 80

% . Dilihat dari hasil cakupan sudah mencapai target hasil ini diharapkan bisa

meningkat lagi.Disamping itu juga diperlukan upaya dari lintas sektor dan para aparat

pemerintahan Desa dan jajaran nya serta Tokoh Agama dan Masyarakat untuk

mengerahkan sasaran ke Posyandu.

Jumlah kasus bumil Anemia dan KEK tahun 2011 yaitu 76 kasus dan 115 kasus. Dari

jumlah kasus yang ditemukan , bumil KEK yang diberi PMT 90 hma berjumlah 8

orang. Setelah mendapatkan penanganan hasil yang didapat adalah bayi yang

dilahirkan tidak mengalami BBLR dan ibu melahirkan dengan sehat dan selamat.

Target posyandu yang terlaporkan sudah memenuhi yaitu 100% . Cakupan N/D yaitu

57.23 % , belum mencapai target yang diharapkan yaitu 80 %. Ini disebabkan kurang

nya kesadaran masyarakat untuk memantau perkembangan gizi /kondisi kesehatan

anaknya.

48

Page 49: Ikm Sudah Bagus

Kasus BGM terjadi penurunan yaitu tahun 2010 7.81% menjadi 6.1 % pada tahun

2011.BGM merupakan salah satu indikasi untuk peringatan dini KLB gizi . Dari data

yang ada diharapkan kegiatan pemantauan pertumbuhan balita diposyandu harus lebih

ditingkatkan.

Kasus gizi buruk dari 19 kasus yang ditemukan 14 adalah kasus yang pertama kali

ditemukan pada tahun 2011 dan 5 kasus adalah kasus 2010 yang telah mendapat

penanganan tetapi kembali mengalami gizi buruk. Dari seluruh kasus yang ditangani (

19 kasus ) , yang menjadi normal 5 balita, menjadi kurus 6 balita, tetap kurus sekali 7

balita dan meninggal 1 balita

Jumlah kasus gizi kurus berjumlah 60 kasus dan telah mendapatkan perawatan ( rawat

jalan ) dengan pemberian PMT 90 hari makan. Setelah di beri PMT dari 60 kasus telah

terjadi penurunan menjadi 42 kasus dimana seluruhnya sedang dalam penanganan

dengan PMT Pemulihan selama 90 hma yang dimulai pada bulan Desember dan akan

dilanjutkan pada bulan Januari 2012.

49

Page 50: Ikm Sudah Bagus

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian oservasional analitik dengan desain potong

lintang (cross sectional) untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan prilaku ibu,

serta dukungan keluarga terhadap rendahnya cakupan ASI eksklusif berdasarkan data tahun

2011 pada desa dengan program NICE (Nutritional Improvement Through Community

Empowerment) di Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat

4.2 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanak Beak, Kecamatan Narmada, Kabupaten

Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Lokasi ini dipilih karena merupakan desa

akseptor program NICE tetapi memiliki tingkat cangkupan ASI Ekslusif terendah pada

tahun 2011. Waktu penelitian yaitu pada bulan Juli hingga Agustus tahun 2012.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah semua ibu dari bayi dan balita yang lahir pada Januari

hingga Desember 2011 yang berdomisili di Desa Tanak Beak Kecamatan Narmada.

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang bertempat tinggal di Desa Tanak Beak yang

mempunyai bayi dan balita yang telah tercatat sebagai akseptor ASI di Puskesmas

Narmada, Lombok Barat berdasarkan data pada tahun 2011.

Besar sampel penelitian dihitung dengan rumus (Notoatmodjo, 2005)

50

Page 51: Ikm Sudah Bagus

n= N

1+N (d2)

n= 112

1+112(0,12)

n=52 orang

Keterangan:

n = Besar sampel.

N = Besar populasi (jumlah ibu dari bayi dan balita yang lahir pada bulan januari 2011

hingga Desember 2011 di wilayah kerja puskesmas Narmada yaitu 112 orang)

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (90%)

4.4. Jenis dan Cara Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan meliputi Data Primer dan Data Sekunder.

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapatkan langsung oleh peneliti dari para ibu

dan balita. Pengumpulan data dilakukan dengan cata melakukan wawancara langsung

dengan ibu balita berdasarkan kuesioner. Data primer yang dikumpulkan meliputi data

tentang status kerja ibu, pendidikan formal ibu, pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dan

pemberian ASI Eksklusif.

Adapun data dari status kerja didapat dari jawaban ibu terhadap pertanyaan dari

kuesioner, data pendidikan diperoleh dalam bentuk jenjang pendidikan formal yang

ditempuh, data pengetahuan diperoleh dengan menghitung jumlah skor yang didapatkan

51

Page 52: Ikm Sudah Bagus

dari jawaban ibu terhadap pertanyaan kuesioner. Sedangkan pemberian ASI Eksklusif

diperoleh dari jawaban terhadap pertanyaan tentang pemberian ASI Eksklusif

Kuesoner yang digunakan terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Riwayat pemberian ASI

2. Pengetahuan mengenai ASI Eksklusif

3. Pola pemberian ASI

4. Pengetahuan tentang komposisi ASI

5. Pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi ASI

6. Cara Pemberian ASI

7. Kebiasaan ibu saat menyusui

8. Cara Pengeluaran ASI

9. Cara penyimpanan ASI

10. Status imunisasi

11. Sikap Ibu terhadap pemberian ASI

Data pengetahuan tentang ASI Ekslusif yang telah terkumpul diedit, kemudia

digunakan sistem skor. Bila jawaban benar diberi skor 1, jawaban salah diberi nilai 0.

Selanjutnya dilakukan penjumlahan skor dari tiap pertanyaan sehingga diperoleh skor nilai

pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif. Pengetahuan dikategorikan menjadi:

Kategori pengetahuan Skor

Baik > 80%

Sedang 60-80 %

Kurang < 60%

(Sumber: Khomsan, 2000)

52

Page 53: Ikm Sudah Bagus

2. Data sekunder

Data sekunder meliputi data monografi kecamatan, antara lain keadaan umum, jumlah

penduduk, mata pencaharian dan pendidikan dan sebagainya, serta data tentang

cakupan ASI Ekslusif, data bayi yang mendapatkan ASI Ekslusif yang diperoleh

berdasarkan data Puskesmas Narmada.

4. 5. Definisi Operasional

1. ASI Eksklusif

Adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam)

bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain

(PP-ASI Eksklusif, 2012).

2. Cakupan ASI Eksklusif

Adalah persentase bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan

di Desa Tanak Beak pada tahun 2011.

3. Pemberian ASI Eksklusif

Adalah memberikan hanya ASI tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada

bayi sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Dikategorikan

menjadi 2 yaitu:

a. Diberi ASI Eksklusif

b. Tidak diberi ASI Eksklusif

4. Status kerja ibu

Adalah predikat yang disandang ibu bayi dan balita yang berkaitan dengan pekerjaan.

Adapaun pekerjaan adalah segala sesuatu yang menyangkut aktivitas ibu yang diakui

keberadaannya yang bisa dijadikan tambahan penghasilan keluarga, baik dilakukan di

53

Page 54: Ikm Sudah Bagus

rumah maupun diluar rumah. Selanjutnya dikategorikan menjadi kerja dan tidak kerja.

5. Pendidikan Formal Ibu

Adalah jenjang pendidikan terakhr ibu yang dilalui dalam masa pendidikan formal.

Dlam penelitian ini pendidikan formal dikategorikanmenurut jenjangnya, yaitu:

a. Pendidikan dasar, yaitu tamat SD dan tamat Sekolah lanjutan tingkat pertama

b. Pendidikan menengah, yaitu tamat sekolah lanjutan tingkat atas

c. Pendidikan tinggi, yaitu tamat akademi dan universitas

6. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu. Dalam proses mencari tahu ini

mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan

maupun melalui pengalaman. Dalam penelitian ini pengetahuan yang dimaksudkan

adalah pengetahuan ibu terkait ASI Eksklusif .

7. Pengetahuan ibu

Adalah hasil proses bejlajar pada tingkat kognitif yang tercermin atas jawaban

kuesioner dengan benar yang diintepretasikan dalam skor. Selanjutnya dikategorikan

menjadi pengetahuan baik, sedang dan kurang.

8. Bayi

Definisi bayi dalam penelitian ini adalah anak yang memperoleh ASI

berusia 0-1 tahun.

9. Balita

Definisi balita dalam penelitian ini adalah anak yang masih memperoleh ASI berusia

1-2 tahun

10. Sikap

54

Page 55: Ikm Sudah Bagus

Sikap didefinisikan sebagai sebuah kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara

tertentu dalam terhadap suatu stimulus atau situasi yang dihadapi, yang merupakan

penentu yang sangat penting dalam tingkah laku manusia. Dalam penelitian ini sikap

yang dimaksudkan adalah sikap orang tua pasien yang terkait dengan ASI Eksklusif.

11. Perilaku

Perilaku merupakan reaksi atau respon dari seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek. Dalam penelitian ini perilaku yang dimaksudkan adalah perilaku pasien dan

keluarga pasien yang dapat mempengaruhi ASI Eksklusif

4.6 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

4.6.1 Kriteria Inklusi

Ibu bayi dan balita yang bertempat tinggal di Desa Tanak Beak yang mempunyai bayi

dan balita yang telah tercatat sebagai akseptor ASI di Puskesmas Narmada, Lombok

Barat berdasarkan data pada tahun 2011

Ibu bayi dan balita yang melahirkan secara normal pada kurun waktu Januari hingga

Desember 2011.

Ibu dari bayi atau balita yang tidak memiliki keterbatasan fisik (cacat) yang

menghalanginya untuk memberikan ASI Eksklusif (mis. Palatoschizis, dll)

Orang tua dari bayi/balita tersebut bersedia menandatangani informed consent.

Orang tua dari bayi/balita mudah diwawancara

Orang tua bayi atau balita yang tidak memiliki keterbatasan fisik untuk memberikan

ASI Eksklusif (mis. Inversi putting susu, dll).

4.6.2 Kriteria Eksklusi

55

Page 56: Ikm Sudah Bagus

Orang tua dari bayi/balita yang tidak bersedia menandatangani informed consent

Ibu dari bayi atau balita yang memiliki keterbatasan fisik (cacat) yang menghalanginya

untuk memberikan ASI Eksklusif (mis. Palatoschizis, dll)

Orang tua bayi atau balita yang memiliki keterbatasan fisik untuk memberikan ASI

Eksklusif (mis. Inversi putting susu, dll).

4.7 Pengolahan Data dan Analisis Data

Pada penelitian ini data yang didapatkan akan disajikan dengan bantuan tabel dan

grafik serta dijelaskan secara deskriptif, kemudian dianalisis dengan bantuan perangkat

lunak SPSS. Pengujian dilakukan menggunakan fungsi korelasi ganda SPSS 12 dimana

fungsi tersebut dapat mengukur tingkat hubungan dari dua atau lebih variable independent

terhadap variable dependen. Selain itu, dilakukan pengujian korelasi antara masing-masing

variable dependent terhadap variable independent menggunakan uji bivariate korelatif

BAB V

56

Page 57: Ikm Sudah Bagus

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai tanggal 4 sampai 11 Agustus 2012. Jumlah subjek

yang terlibat dari awal hingga akhir penelitian adalah sebanyak 52 Ibu. Adapun hal yang diteliti

adalah hubungan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku Ibu terhadap rendahnya cakupan ASI

eksklusif, dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian.

Tabel 5.1. Karakteristik Usia dan Pendidikan Orang Tua

KARAKTERISTIK N (%)

Usia Ayah

<20 0 0

20-30 24 42

30-40 26 46

> 40 2 12

Total 52 100

USIA IBU

<20 5 9

20-30 28 54

30-40 17 33

> 40 2 4

Total 52 100

PENDIDIKAN AYAH

Tidak pernah sekolah 7 14

Tidak tamat SD 7 13

Tamat SD 14 27

Tamat SMP 12 23

Tamat SMA 11 21

Tamat PT 1 2

Total 52 100

57

Page 58: Ikm Sudah Bagus

PENDIDIKAN IBU

Tidak pernah sekolah 1 2

Tidak tamat SD 14 27

Tamat SD 15 29

Tamat SMP 10 19

Tamat SMA 10 19

Tamat PT 2 4

Total 52 100

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan mengunakan kuesioner diperoleh data

sampel sebanyak 52 orang yang seluruhnya berstatus sebagai Ibu sekaligus pengasuh bayi dan

balita sehari-hari. Beberapa karakteristik yang dinilai pada penelitian ini antara lain usia dan

pendidikan orang tua, pekerjaan dan penghasilan keluarga, jumlah anggota keluarga serta

karakteristik bayi dan balita yang menjadi sampel penelitian.

Adapun data mengenai usia ayah pada sampel penelitian ini didapatkan sebanyak 24

orang (42%) berusia 20-40 tahun, 26 orang (46%) berusia 30-40 tahun dan hanya 7 orang (12%)

yang berusia lebih dari 40 tahun. Ini menunjukkan bahwa usia ayah yang menjadi sampel

penelitian ini sebagian besarnya merupakan usia produktif. Sementara itu usia ibu dibawah 20

tahun berjumlah 5 orang (9%), usia 20-30 tahun sebanyak 28 orang (54%), usia 30-40 tahun

sebanyak 17 orang (33%) serta usia diatas 40 tahun berjumlah 2 orang (4%). Angka tersebut

cukup bervariasi dan sebagian besar merupakan usia reproduksi.

Pada karakteristik tingkat pendidikan ayah, didapatkan data yang bervariasi. Sebanyak 7

orang (14%) mengaku tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali, sedangkan 7 orang

lainnya (13%) tidak tamat Sekolah Dasar, 14 orang (27%) tamat Sekolah Dasar, 12 orang (23%)

tamat Sekolah Menengah Pertama, 11 orang (21%) tamat Sekolah Menengah Atas dan hanya 1

58

Page 59: Ikm Sudah Bagus

orang (2%) yang tamat perguruan tinggi setara S1. Untuk pendidikan ibu, didapatkan data hanya

1 orang (2%) yang tidak pernah sekolah sama sekali, sedangkan 14 orang (27%) ibu mengaku

tidak tamat SD, 15 orang (29%) tamat SD, 10 orang (19%) ibu tamat SMP begitu pula dengan

jumlah yang tamat SMA dan hanya 2 orang (4%) ibu yang mengaku tamat perguruan tinggi.

Tabel 5.2. Karakteristik Pekerjaan dan Penghasilan Orang Tua

KARAKTERISTIK n (%)

PEKERJAAN AYAH

Buruh 10 24

Petani 16 38

Pedagang 6 14

TKI 2 5

Lainnya 8 19

Total 52 100

PEKERJAAN IBU

Buruh 8 15

Petani 6 11

Pedagang 6 12

IRT 28 54

Lainnya 4 8

Total 52 100

PENGHASILAN KELUARGA

<100.000 0 0

100.000-250.000 11 26

250.000-500.000 17 40

500.000-1000.000 10 24

1000.000-5.000.000 4 10

>5.000.000 0 0

Total 52 52

59

Page 60: Ikm Sudah Bagus

Sesuai dengan data yang tersaji pada tabel 2, diperoleh data mengenai pekerjaan Ayah

dimana sebanyak 10 orang (24%) bermatapencaharian sebagai buruh, 16 orang (38%) sebagai

petani, 6 orang (14%) sebagai pedagang, 2 orang (5 %) sebagai Tenaga Kerja Indonesia dan 8

orang (19%) bermatapencaharian lainnya. Terdapat 8 ibu (15%) bermatapencaharian sebagai

buruh, masing-masing 6 orang bekerja sebagai petani dan pedagang, dan 28 orang (54%)

merupakan ibu rumah tangga, sementara 4 orang (8%) bermatapencaharian lainnya. Dari

matapencaharian yang dimiliki oleh orang tua, kemudian dikumpulkan pula data mengenai

penghasilan keluarga perbulannya untuk melihat status ekonomi tiap keluarga. Dari 52 keluarga,

didapatkan 11 keluarga (26%) berpenghasilan Rp. 100.000,- hingga Rp.250.000,-, 17 keluarga

(40%) berpenghasilanRp. 250.000,- hingga Rp. 500.000,-, 10 orang (24%) berpenghasilan Rp.

500.000,- hingga Rp. 1.000.000,-dan hanya 4 orang 10% saja yang berpenghasilan

Rp.1.000.000,- hingga Rp. 5.000.000,-. Berdasarkan angka tersebut dapat dilihat bahwa

sebagaian besar keluarga yang menjadi sampel penelitian berada pada status ekonomi menengah

ke bawah.

Tabel 5.3. Karakteristik Jumlah Anggota Keluarga yag Tinggal dalam Satu Rumah

KARAKTERISTI

K

n (%)

JUMLAH ANGGOTA KELUARGA

60

Page 61: Ikm Sudah Bagus

≤ 4 26 50

> 4 26 40

Total 52 100

JUMLAH BALITA DLM KELUARGA

1 49 94

2 2 4

3 1 2

Total 52 100

Berdasarkan data pada tabel 3, diperoleh jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam

satu rumah sebanyak kurang dari empat orang adalah 26 keluarga (54%), sedangkan yang

memiliki anggota keluarga lebih dari 4 orang sejumlah 23 keluarga (46%).

Tabel 5.4. Karakteristik Bayi dan Balita

KARAKTERISTIK n (%)

USIA BALITA

61

Page 62: Ikm Sudah Bagus

8 BLN - 12 BLN 28 56

13 - 20 BLN 24 44

Total 52 100

BERAT BADAN LAHIR

< 2.500 1 2

2500-3500 50 96

>3500 1 2

Total 52 100

JENIS KELAMIN

Laki 25 49

Perempuan 27 51

Total 52 100

Sebanyak 28 bayi yang menjadi sampel penelitian saat ini berusia 8 hingga 12 bulan,

sedangkan sisanya sebanyak 20 balita (42%) berusia 13 bulan hingga 20 bulan. Mereka adalah

bayi dan balita yang lahir di Tahun 2011 dimana sebagian besarnya yaitu 50 orang (96%)

memiiki berat badan lahir normal 2.500 hingga 3.500 gram. Terdapat masing-masing 1 orang

(2%) yang lahir dengan berat badan dibawah 2.500 gram dan di atas 3.500 gram. Pada penelitian

ini terdapat 25 orang (49%) bayi dan balita yang berjenis kelamin laki-laki dan 27 orang (51%)

sisanya adalah perempuan.

Dari penelitian lapangan yang telah dilakukan diperoleh data bahwa 67% dari seluruh

responden (35 ibu) tidak memberikan ASI Eksklusif terhadap bayinya. Sementara sisanya, yaitu

33% responden (17 ibu) memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Kuesioner telah dipergunakan sebagai instrument pengukuran tingkat pengetahuan, sikap

dan perilaku masyarakat. Dari beberapa pertanyaan yuang diajukan kepada para responden untuk

mengukur tingkat pengetahuannya tentang ASI, didapatkan hasil sebagai berikut.

62

Page 63: Ikm Sudah Bagus

Tabel 5.5 Nilai Pengetahuan Responden

Nilai N %

Baik (≥ 80) 7 13

Cukup (65-79) 22 42

Buruk (< 64) 23 44

Total 52 100

Dari tabel 5.5 diatas, terlihat bahwa hanya 7 orang responden (14%) yang memiliki

pengetahuan tentang ASI yang baik, sementara 22 orang responden (42%) memiliki tingkat

pengetahuan cukup, dan sebanyak 23 orang responden (44%) memiliki tingkat pengetahuan yang

rendah/buruk. Hal ini dapat menggambarkan tingkat pengetahuan akan arti penting dan manfaat

dari ASI belum diketahui dan diresapi dengan baik oleh sebagian besar ibu bayi dan balita di

desa Tanaq Beaq.

Tabel 5.6 Penilaian Sikap

Nilai N %

Baik (≥ 80) 2 4

63

Page 64: Ikm Sudah Bagus

Cukup (65-79) 28 54

Buruk (< 64) 22 42

Total 52 100

Dari tabel 5.6, terlihat bahwa sebagian responden memiliki sikap atau kecenderungan

yang cukup baik yaitu sebesar 54% (28 orang). Sisanya memiliki sikap yang buruk yaitu sebesar

42% (22 orang) dan hanya sebesar 4% (2 orang) responden yang memiliki sikap terhadap

pemberian ASI yang dapat dikategorikan baik. Hal ini dapat menggambarkan kecenderungan

dari ibu bayi dan balita desa Tanaq beaq untuk bertingkah laku dalam hal pemberian ASI berada

pada tingkatan cukup baik.

Tabel 5.7 penilaian perilaku

Nilai n %

Baik (≥ 80) 12 23%

Cukup (65-79) 16 31%

Buruk (< 64) 24 46%

Dari tabel 5.7, terlihat bahwa 12 orang responden (23%) memiliki perilaku yang baik,

dan 16 orang responden (31%) memiliki perilaku yang cukup, sementara terdapat 24 orang

responden (46%) memiliki perilaku yang buruk. Hal ini menunjukkan bahwa respon atau

tindakan seseorang terhadap stimulus berupa kewajiban pemberian ASI eksklusif masih rendah,

dimana 46% atau hampir setengah dari jumlah responden memiliki respon/tindakan yang buruk.

64

Page 65: Ikm Sudah Bagus

5.2 Analisis Data

5.2.1. Tabel korelasi ganda hubungan variabel independen (pengetahuan, sikap, dan

perilaku) terhadap variabel dependen

R

Independen .698

Tabel diatas merupakan hasil analisis data hasil kuesioner kami menggunakan model

korelasi ganda untuk mengetahui hubungan dari ketiga faktor independen (pengetahuan, sikap

dan perilaku) terhadap faktor dependent (cakupan ASI). Dari table diatas, dapat diambil

kesimpulan bahwa terdapat korelasi yang cukup bermakna dari ketiga variable independent

dalam mempengaruhi variable dependennya. Hal ini dapat dilihat dari nilai R sebesar 0,698,

dimana korelasi dari variable independent terhadap variable dependent akan semakin kuat bila

nilai R mendekati 1.

65

Page 66: Ikm Sudah Bagus

5.2.1 Hubungan masing-masing variable independent (pengetahuan, sikap dan perilaku)

terhadap variable dependen (cakupan ASI Eksklusif) responden tentang Air Susu Ibu

(ASI)

5.2.1.1. Uji normalitas variable independent (pengetahuan) terhadap variable dependent

Kolmogorov-

Smirnov(a)

N Sig.

PENGETAHUAN 52 .000

CAKUPAN 52 .005

Table diatas merupakan hasil analisis uji normalitas variable pengetahuan terhadap variable

independen didapatkan hasil p < 0,05 (p=0,005) yang berarti distribusi data pada penelitian ini

tidak normal. Oleh karena itu, maka analisis data dilanjutkan menggunakan uji korelasi

Spearman.

5.2.1.2. Uji korelasi variable independent (pengetahuan) terhadap variable dependent

PENGETAHUAN

CAKUPAN

(p)

Spearman's rho PENGETAHUAN .000

N 52

Dari hasil analisa korelasi diatas didapatkan nilai p < 0,05 (p=0,000) yang berarti terdapat

korelasi bermakna antara pengetahuan ibu dengan rendahnya cakupan ASI eksklusif.

66

Page 67: Ikm Sudah Bagus

5.2.1.2. Uji normalitas variable independent (sikap) terhadap variable dependent

Kolmogorov-Smirnov(a)

N Sig.

SIKAP 52 .000

CAKUPAN 52 .000

Tabel diatas merupakan hasil analisis uji normalitas variable pengetahuan terhadap

variable independen didapatkan hasil p < 0,05 (p=0,000) yang berarti distribusi data pada

penelitian ini tidak normal. Oleh karena itu, maka analisis data dilanjutkan menggunakan uji

korelasi Spearman.

5.2.1.2. Uji korelasi variable independent (sikap) terhadap variable dependent

SIKAP CAKUPAN

Spearman's rho SIKAP Correlation

Coefficient.000

Sig. (2-tailed) .

N 52 52

Dari hasil analisa korelasi diatas didapatkan nilai p < 0,05 (p=0,000) yang berarti terdapat

korelasi bermakna antara sikap ibu dengan rendahnya cakupan ASI eksklusif.

67

Page 68: Ikm Sudah Bagus

5.2.1.3. Uji normalitas variable independent (perilaku) terhadap variable dependent

Kolmogorov-Smirnov(a)

N Sig.

PERILAKU 52 .000

CAKUPAN 52 .000

Tabel diatas merupakan hasil analisis uji normalitas variable perilaku terhadap variable

independen didapatkan hasil p < 0,05 (p=0,000) yang berarti distribusi data pada penelitian ini

tidak normal. Oleh karena itu, maka analisis data dilanjutkan menggunakan uji korelasi

Spearman.

PERILAKU CAKUPAN

Spearman's rho PERILAKU Correlation

Coefficient.000

Sig. (2-tailed)

N 52 52

Dari hasil analisa korelasi diatas didapatkan nilai p < 0,05 (p=0,000) yang berarti terdapat

korelasi bermakna antara perilaku ibu dengan rendahnya cakupan ASI eksklusif.

5.3. Pembahasan

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian observasional analitik dengan

desain potong lintang (cross sectional) untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan

prilaku ibu, serta dukungan keluarga terhadap rendahnya cakupan ASI eksklusif berdasarkan

68

Page 69: Ikm Sudah Bagus

data tahun 2011 pada desa dengan program NICE (Nutritional Improvement Through

Community Empowerment) di Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat.

Dalam penelitian ini kami memilih desa Tanaq Beaq sebagai lokasi penelitian karena

desa tersebut merupakan desa akseptor NICE dengan tingkat cakupan terendah sepanjang

2011, yaitu sebesar 32% (dikes Prov. NTB, 2011). Selain itu sistem capor (pencatatan dan

pelaporan) yang baik merupakan alasan kami memilih desa Tanaq Beaq sebagai lokasi

penelitian jika dibandingkan dua desa lainnya, yaitu desa Badrain dan desa Kerama Jaya yang

masing-masing merupakan desa yang juga terpilih sebagai desa akseptor NICE di kecamatan

Narmada, kabupaten Lombok Barat.

Jumlah sampel sebesar 52 orang yang diperoleh dari rumus penghitungan sampel

dengan tingkat kepercayaan (α) sebesar 90%. Instrumen penelitian yang kami gunakan berupa

kuesioner yang meliputi pertanyaan mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku dari responden

dimana ketiga variabel tersebut tergambar dalam pertanyaan riwayat pemberian ASI,

pengetahuan mengenai ASI Eksklusif, pola pemberian ASI, pengetahuan tentang komposisi

ASI, pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi ASI, cara pemberian ASI, kebiasaan

ibu saat menyusui, cara pengeluaran ASI, cara penyimpanan ASI, status imunisasi, dan sikap

Ibu terhadap pemberian ASI. Skor dari kuesioner tersebut digunakan untuk

mengelompokkan para responden kedalam kelompok dengan pengetahuan, sikap dan

perilaku baik, cukup dan sedang.

Dari kuesioner tersebut diperoleh gambaran usia ibu dibawah 20 tahun berjumlah 5

orang (9%), usia 20-30 tahun sebanyak 28 orang (54%), usia 30-40 tahun sebanyak 17 orang

(33%) serta usia diatas 40 tahun berjumlah 2 orang (4%). Angka tersebut cukup bervariasi

dan sebagian besar merupakan usia reproduksi.Pada karakteristik tingkat pendidikan ibu,

69

Page 70: Ikm Sudah Bagus

didapatkan data hanya 1 orang (2%) yang tidak pernah sekolah sama sekali, sedangkan 14

orang (27%) ibu mengaku tidak tamat SD, 15 orang (29%) tamat SD, 10 orang (19%) ibu

tamat SMP begitu pula dengan jumlah yang tamat SMA dan hanya 2 orang (4%) ibu yang

mengaku tamat perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu di

daerah Tanaq Beak cukup rendah.

Sementara karakteristik pekerjaan ibu menunjukkan bahwa sebagian besar dari

responden berprofesi sebagai ibu rumah tangga (IRT) dan sebagian lagi bekerja sebagi

petani sehingga menggambarkan tingkat pendapatan bulanan keluarga dimana sebagian

besar responden mengaku memiliki pendapatan bulanan sebesar 100.000 hingga 500.000.

Dari penelitian lapangan yang telah dilakukan diperoleh data bahwa 67% dari

seluruh responden (35 ibu) tidak memberikan ASI Eksklusif terhadap bayinya.Sementara

sisanya, yaitu 33% responden (17 ibu) memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hal ini

sangat disayangkan mengingat pemberian ASI secara Eksklusif memiliki banyak manfaat

baik bagi ibu maupun bagi bayinya, seperti yang diungkapkan oleh Darmayanti (2009)

bahwa memberikan ASI Eksklusif berarti memberi manfaat bagi ibu dan bayi. Berikut

manfaat terpenting yang diperoleh oleh bayi sebagai nutrisi, mengandung nutrisi lengkap

yang dibutuhkan oleh bayi sampai 6 bulan, memiliki daya tahan tubuh lebih baik karena

kolostrum yang terdapat pada ASI mengandung zat lebih terutama zat Imunoglobulin A (Ig

A) untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit, selain itu ASI juga mengandung

komposisi taurin, DHA, AA, yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak sehingga

bayi yang diberi ASI Eksklusif lebih cerdas. Dilihat begitu pentingnya manfaat dari

pemberian ASI eksklusif ini, seharusnya ibu-ibu yang menyusui dapat memberikan ASI

pada bayinya secara eksklusif. Tenaga kesehatan harus lebih aktif dalam upaya

70

Page 71: Ikm Sudah Bagus

meningkatkan pemberian ASI Eksklusif melalui penyuluhan-penyuluhan dan konseling serta

memberikan arahan yang benar bagi ibu menyusui.

Dari 52 responden.7 orang responden (14%) yang memiliki pengetahuan tentang

ASI yang baik, sementara 22 orang responden (42%) memiliki tingkat pengetahuan cukup,

dan sebanyak 23 orang responden (44%) memiliki tingkat pengetahuan yang rendah/buruk.

Hal ini dapat menggambarkan tingkat pengetahuan akan arti penting dan manfaat dari ASI

belum diketahui dan dipahami dengan baik oleh sebagian besar ibu bayi dan balita di desa

Tanaq Beak. Data ini kemudian dilakukan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov pada

masing-masing variable independen dan didapatkan distribusi yang tidak normal (p <

0,05). Oleh karena itu, analisa dilanjutkan menggunakan uji korelasi Spearmann. Dari

model korelasi Spearmann variable pengetahuan diperoleh tingkat signifikansi sebesar

0,000 (p<0,05) sehingga menunjukkan hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan responden dengan rendahnya kesadaran pemberian ASI Eksklusif pada ibu

bayi dan balita. Hasil korelasi sigifikan pada variabel sikap menunjukkan angka

signifikansi sebesar 0,000 (p<0.05). Begitu pula dengan hasil korelasi sigifikan pada

variabel sikap menunjukkan angka signifikansi sebesar 0,000 (p<0.05). Hal ini

menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap, serta perilaku

responden terhadap ASI yang menyebabkan rendahnya cakupan ASI di desa Tanak Beak.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna dari

rendahnya tingkat pengetahuan responden (ibu bayi dan balita) terhadap rendahnya

kesadaran memberikan ASI secara Eksklusif (cakupan ASI Eksklusif) dengan nilai

signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Hal ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Elinofia dkk, 2011 mengenai hubungan pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, dan

71

Page 72: Ikm Sudah Bagus

dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Sawah Lebar Kota

Bengkulu. Dimana berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh ibu (100%)  

yang memiliki pengetahuan kurang, tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya,

dan ibu yang memiliki pengetahuan cukup terdapat lebih dari sebagian (51,1%) tidak

memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya.

Pengetahuan ibu dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan  informasi yang didapat

oleh ibu tentang ASI eksklusif. Pengetahuan atau kognitif merupakan hal yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang, salah satunya kurang memadainya

pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif yang menjadikan penyebab atau masalah dalam

peningkatan  pemberian ASI eksklusif. Salah satu kondisi yang menyebabkan rendahnya

pemberian ASI eksklusif adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat dibidang

kesehatan. Khususnya ibu-ibu yang mempunyai bayi dan tidak menyusui secara eksklusif.

Melihat dari hasil penelitian, maka perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan

pengetahuan ibu tentang  manfaat pemberian ASI eksklusif, dukungan Dokter, Bidan,

Petugas kesehatan lainnya atau kerabat dekat sangat dibutuhkan terutama untuk ibu yang

baru pertama menyusui dalam pemberian ASI eksklusif.

Model korelasi ganda kami gunakan untuk mengetahui hubungan dari ketiga faktor

independen (pengetahuan, sikap dan perilaku) terhadap faktor dependent (cakupan ASI).

Melalui fungsi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa terdapat korelasi/hubungan yang

cukup bermakna antara variabel independen (pengetahuan, sikap, dan perilaku) terhadap

variabel dependen (cakupan ASI) dimana diperoleh nilai R = 0, 698. Nilai R menentukan

korelasi dari multi variabel independen dimana semakin mendekati angka 1, maka semakin

bermakna hubungan antara variabel tersebut.

72

Page 73: Ikm Sudah Bagus

Banyak ibu-ibu tidak menyusui bayinya karena merasa ASInya tidak cukup, encer,

atau tidak keluar sama sekali. Padahal, menurut WHO hanya ada satu dari seribu orang

yang tidak bisa menyusui (Widjaya,2004). Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan

berpendapat, faktor sosial budaya merupakan  faktor utama yang mempengaruhi pemberian

ASI eksklusif pada bayi dan balita di Indonesia, seperti ketidaktahuan ibu, gencarnya

promosi susu formula, minimnya dukungan keluarga.

Pemahaman yang rendah juga mengakibatkan munculnya pendapat bahwa ASI ibu

tidak cukup, menyusui mengurangi keindahan tubuh dan nilai-nilai yang mendorong untuk

tidak memberikan ASI eksklusif. Satu hambatan terbesar pemberian ASI Eksklusif adalah

pemasaran susu formula, pemasaran susu formula sudah diatur dengan KepMenKes No.

237/1997 tentang Pemasaran Susu Formula. Dengan pelarangan tersebut, pemberian susu

formula untuk bayi melalui iklan media eletronik, maupun cetak telah berkurang akan

tetapi upaya pengetahuan individu masih sangat gencar. Sampai saat ini, dipasaran masih

beredar susu dengan label untuk anak 0-6 bulan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Notoadmodjo (2005) yang mengungkapkan bahwa

prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak

didasari pengetahuan. Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat mempengaruhi ibu

dalam memberikan ASI eksklusif. Semakin baik pengetahuan ibu tentang manfaat ASI

eksklusif, maka seorang ibu akan memberikan ASI eksklusif pada anaknya, begitu juga

sebaliknya. Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pada ibu yang telah memiliki

pengetahuan cukup tentang ASI eksklusif masih terdapat lebih dari sebagian ibu (51,1%)

yang tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya.

73

Page 74: Ikm Sudah Bagus

Hal ini Sejalan dengan pendapat Roesli (2006), seiring dengan perkembangan

zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat.

Selain itu, Roesli (2000),  juga mengungkapkan bahwa fenomena kurangnya pemberian

ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan ibu yang kurang

memadai tentang ASI eksklusif, beredarnya mitos yang kurang baik, serta kesibukkan ibu

bekerja dan singkatnya cuti melahirkan, merupakan alasan yang diungkapkan oleh ibu

yang tidak menyusui secara eksklusif.

NICE (Nutritional Improvement Through Community Empowerment) merupakan

suatu proyek kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan ADB (Asian Development Bank)

dalam mengentaskan dan mencegah malnutrisi pada 1,48 juta balita dan 500.000 ibu hamil

dan menyusui pada 4000 desa miskin, termasuk daerah urban pada 24 daerah dan kota di

provinsi NTT, NTB, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan

Barat. Proyek ini untuk memperkuat layanan berbasis komunitas, pemberdayaan

komunitas, dan mobilisasi social dalam menigkatkan nutrisi, higienitas dan sanitasi.

Proyek diharapkan dapat menurunkan jumlah gizi kurang dan defisiensi

mikronutrien dan defisiensi vitamin A pada wanita hamil dan balita yang kemudian akan

meningkatkan tingkat pengetahuan ibu hamil, menyusui, dan perawatan ANC, laktasi, dan

peningkatan cakupan ASI serta MP-ASI. Peningkatan nutrisi akan berkontribusi pada

peningatan produktivitas, perkembangan ekonomi, mengurangi kemiskinan yang dapat

meningkatkan kapasitas kerja, perkembangan kognitif, prestasi sekolah dan mengurangi

angka morbisitas dan mortalitas.

Output proyek NICE yang diharapkan yaitu : (i) pengembangan kebijakan,

program, dan surveillans gizi, (ii) pelayanan gizi terpadu, (iii) pemberdayaan gizi

74

Page 75: Ikm Sudah Bagus

masyarakat, (iv) fortifikasi pangan, (v) penguatan program gizi, perencanaan dan

manajemen. Bentuk output proyek NICE yang telah dilaksanakan di Desa Tanaq Beak,

dibentuk suatu kelompok gizi masyarakat (KGM). Bentuk kegiatan yang telah

dilaksanakan di Desa Tanaq Beak yaitu pemberian makanan tambahan (PMT), penyuluhan

gizi dan PHBS, demo masak, kelas ibu. Untuk mensukseskan program ASI Ekslusif bagi

bayi di Desa Tanaq Beak, sejak hamil para ibu telah diberikan penyuluhan mengenai ASI

Ekslusif. Hal ini dilakukan melalui kegiatan ANC. Setelah bayi lahir, kader pendamping

ASI Eksklusif, kemudian melakukan pemantauan dan kunjungan rumah ASI Eksklusif.

Kegiatan telah dilakukan secara berkala sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh

fasilitator masyarakat (FM). Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan cakupan ASI

Ekslusif dapat sesuai target, yaitu di atas 40%.

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hubungan bermakna antara pengetahuan,

sikap, dan prilaku dengan cakupan ASI Ekslusif. Hal ini menunjukkan walaupun telah

dilakukan serangkaian kegiatan untuk mendukung peningkatan target cakupan ASI

Ekslusif berdasarkan proyek NICE untuk meningkatkan pengetahuan ibu serta

memperbaiki prilaku dan sikap ibu dalam pemberian ASI Eksklusif, target cakupan ASI

tetap di bawah target. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tidak maksimalnya

penyerapan ibu terhadap penyuluhan dan informasi tentang ASI Eksklusif yang telah

diberikan.

75

Page 76: Ikm Sudah Bagus

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Lebih dari separuh responden (67 %) tidak memberikan ASI Eksklusif terhadap bayinya.

Sementara sisanya, yaitu 33% responden memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

2. Dari 52 responden.7 orang responden (14%) yang memiliki pengetahuan tentang ASI yang

baik, sementara 22 orang responden (42%) memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan

sebanyak 23 orang responden (44%) memiliki tingkat pengetahuan yang rendah/buruk

3. Terdapat hubungan yang bermakna dari rendahnya tingkat pengetahuan responden

terhadap rendahnya kesadaran memberikan ASI secara Eksklusif.

4. Terdapat hubungan yang bermakna antara sikap responden terhadap ASI yang

menyebabkan rendahnya cakupan ASI.

5. Tidak terdapat hubungan antara variabel perilaku dengan rendahnya pemberian ASI secara

eksklusif.

6.2. Saran

1. Kepada pihak Puskesmas Narmada Kabupaten Lombok Barat hendaknya meningkatkan

kelengkapan dari sistem pencatatan dan pelaporan terpadu untuk masing-masing program.

2. Kepada peneliti lain yang tertarik untuk melanjutkan penelitian ini agar dapat meneliti lebih

lanjutmengenai cakupan ASI eksklusif dengan penambahan jumlah sampel serta adanya

penggunaan desa lain sebagai pembanding. 

76

Page 77: Ikm Sudah Bagus

3.  Kepada petugas kesehatan (kecamatan/Kabupaten), hendaknya memperbanyak penyuluhan

kepada keluarga yang memiliki bayi tentang manfaat dan tujuan ASI Eksklusif bagi bayi dan

ibu sehingga keluarga terutama ayah dan orang terdekat dapat mendorong ibu agar mau

memberikan ASI Eksklusif kepada bayi mereka. Dan diharapkan agar kader-kader yang ada

lebih aktif mengajak para ibu menyusui untuk datang ke posyandu sehingga dapat

memberikan penyuluhan tentang ASI Eksklusif sehingga pengetahuan ibu menyusui tentang

ASI Eksklusif meningkat.

77

Page 78: Ikm Sudah Bagus

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2000.Pemberian ASI Eksklusif atau ASI saja : Satu-Satunya Sumber Cairan yang

Dibutuhkan Bayi Usia Dini.Available from : http://www.linkagesproject.org/

(Accessed : 2012, August13)

Anonim. (2007). Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : DepKes RI.

Asian Development Bank. 2007. Proyek Perbaikan Gizi Melalui Pemberdayaan Masyarakat

(Nutrition Improvement through Community Nutrition/ NICE Project).

Notoatmodjo, Soekidjo (2005), Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. RHINEKA CIPTA,

Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu

Ibu Eksklusif. 2012. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Pikawati, S dan Ahmad Syafiq. 2010. Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu

Eksklusif dan Inisiasi Menyusu Dini di Indonesia Makara, Kesehatan. Vol. 14. No. 1 Juni

2010: 17-24

Purwanti, Hubertin. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Rahayuningsih, Tri. 2005. Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang asi dengan

pemberian kolostrum dan asi eksklusif Di kelurahan purwoyoso kecamatan ngaliyan.

Available from : http://digilib.unnes.ac.id/ (Accessed : 2012, August13)

Roesli, Utami. 2000. Seri 1 Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya

78

Page 79: Ikm Sudah Bagus

Vinther, Tine and Elisabet Helsing. 1997. Breastfeeding how to support success. A practical

guide for health workers. World Health Organization Regional Office For Europe

Copenhagen

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta

Roesli, U. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: PT. Pustaka Pembangunan

World Health Organization. 2001. The Optimal Duration of Exclusive Breastfeeding: Report of

an Expert Consultation. Department of Nutrition For Health and Development of WHO

79