48
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media mengandung istilah sebagai sebuah lembaga milik swasta maupun pemerintah yang mempunyai tugas memberikan informasi. Saat ini media merupakan faktor sentral dalam membentuk opini publik, salah satu dari beragam media yang cukup berperan adalah televisi. Dunia broadcasting (penyiaran) dalam hal ini televisi, berkembang pesat seiring dengan tingkat peradaban manusia dan kemajuan teknologi komunikasi. Televisi merupakan salah satu media yang cukup berperan dalam hal ini yang bisa membentuk opini publik, karena mampu menjangkau khalayak yang jumlahnya relatif banyak. Oleh sebab itu perannya sangat dibutuhkan. Sejatinya media massa memilki target audiens yang berbeda-beda. Karena setiap individu memiliki kebutuhan informasi yang berbeda pula. Audiens bebas memilih dan selektif terhadap media massa yang akan mereka konsumsi. Tidak semua informasi dari media massa dibutuhkan bagi audiens. Di sini audienslah yang menjadi penentu mau tidaknya mereka untuk

Proposal Sudah Seminar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proposal Sudah Seminar

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media mengandung istilah sebagai sebuah lembaga

milik swasta maupun pemerintah yang mempunyai tugas

memberikan informasi. Saat ini media merupakan faktor

sentral dalam membentuk opini publik, salah satu dari

beragam media yang cukup berperan adalah televisi. Dunia

broadcasting (penyiaran) dalam hal ini televisi, berkembang

pesat seiring dengan tingkat peradaban manusia dan

kemajuan teknologi komunikasi. Televisi merupakan salah

satu media yang cukup berperan dalam hal ini yang bisa

membentuk opini publik, karena mampu menjangkau

khalayak yang jumlahnya relatif banyak. Oleh sebab itu

perannya sangat dibutuhkan.

Sejatinya media massa memilki target audiens yang

berbeda-beda. Karena setiap individu memiliki kebutuhan

informasi yang berbeda pula. Audiens bebas memilih dan

selektif terhadap media massa yang akan mereka konsumsi.

Tidak semua informasi dari media massa dibutuhkan bagi

audiens. Di sini audienslah yang menjadi penentu mau

tidaknya mereka untuk menikmati media. Jika di dunia

broadcasting khusunya televisi, audienslah yang memegang

remote. Sebagaimana dikemukakan Totok Djuroto (2000:6)

jika penyajian pers tidak sesuai dengan kebutuhannya,

jangankan untuk membaca, membeli pun tidak. Minat baca

Page 2: Proposal Sudah Seminar

2

masyarakat terhadap suatu produk pers sangat berpengaruh

terhadap kehidupan pers itu sendiri.

Pada hakikatnya pers itu bernaung dalam sebuah

lembaga atau organisasi yang memilki manajemen.

Manajemen pers tidak hanya manajemen di bidang

administrasi dan keuangan saja, namun ada manajemen

redaksi. Sehubungan dengan manajemen redaksi, Ashadi. S

dan Rondang. P, (2000:161) mengemukakan bahwa

komponen kegiatan keredaksian mencakup kegiatan

perencanaan isi, pengumpulan bahan informasi, pengolahan

dan penyiapan informasi, serta penyuntingan. Sebagaimana

lazimnya dalam pengelolaan mendapat perhatian terpenting

karena setiap kegiatan pengelolaan di arahkan untuk

menghasilkan produk media yang berkualitas.

Sebagai lembaga, pers telah diatur penerbitannya oleh

pemerintah Indonesia. Menurut peraturan Menteri

Penerangan nomor 01/PER/MENPEN/1988 tentang ketentuan-

ketentuan Surat Izin Penerbitan Pers (SIUPP) (sebelum

Departemen Penerangan pada awal pemerintahan Gus Dur)

menyatakan bahwa yang dimaksud penerbitan pers adalah

surat kabar harian, surat kabar mingguan, majalah, bulletin

berkala lainnya yang diselenggarakan oleh perusahaan pers

dan penerbitan kantor berita (Totok Djuroto, 2000:4).

Dalam perkembangannya, Onong Effendy (1993: 160)

mengatakan bahwa pers mengalami kemajuan yang sangat

pesat. sebelum ada siaran radio dan televisi, jurnalistik hanya

dikenal dalam media cetak (printed media), terutama dalam

bentuk surat kabar harian. Apabila sesudah ada siaran radio

Page 3: Proposal Sudah Seminar

3

timbul jurnalistik radio (radio journalism), maka sesudah ada

siaran televisi, muncul jurnalistik televisi (television

journalism). Siaran televisi sendiri telah diatur dalam Surat

Keputusan Menteri Penerangan RI Nomor:

54/KEP/MENPEN/1971 tentang penyelenggaraan siaran

televisi di Indonesia.

Di Indonesia sendiri, perkembangan media massa

sangat pesat. Apalagi sejak era reformasi, kebebasan

mengakses dan memeproleh informasi dibuka lebar oleh

pemerintah. Hal itu mempunyai potensi besar dalam

mempengaruhi masyarakat. Seiring dengan hal tersebut kini

banyak muncul media massa lokal dan tentunya pers lokal.

Dari mulai berbentuk koran lokal, hingga televisi lokal. Siaran

televisi lokal menyiarkan berita berita lokal. Berita lokal

mengandung elemen nilai berita yang disebut proximity1

(Septiawan Santana K, 2005:18). Hal tersebut yang

mendorong para pelaku media untuk mendirikan stasiun

televisi lokal. Undang-Undang penyiaran menyatakan, bahwa

stasiun penyiaran lokal dapat didirikan di lokasi tertentu

dalam wilayah negara Republik Indonesia dengan wilayah

jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut.2

Terkait dengan siaran televisi lokal serta munculnya

jurnalisme lokal menurut Deddy Mulyana (2004:129-130) pers

lokal merupakan pers yang dibangun oleh dan untuk orang-

orang lokal. Lokal di sini dapat berarti satu kota, kabupaten,

1 Proximity yang dimaksud adalah keterdekatan peristiwa dengan khalayak dalam keseharian hidup mereka. Melalui unsur ini pula, tergambarkan keberhasilan media lokal yang dikelola dengan baik. Mereka mencari perkembnagan kota atau provinsi yang menjadi lahan kehidupan terdekat mereka.2 Lihat Pasal 31 (5) Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002.

Page 4: Proposal Sudah Seminar

4

atau provinsi, atau wilayah yang dihuni suatu kelompok atau

suku dalam suatu wilayah geografis yang lebih besar. Fungsi

pers lokal pada dasarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat yang bersangkutan, apakah itu kebutuhan dari

segi pendidikan, segi informasi, atau hiburan. Akan tetapi

fungsi pers lokal yang terpenting menurut Deddy Mulyana

(2004) adalah untuk membangun dan mengembangkan jati-

diri (identitas) masyarakat lokal tersebut.

Jurnalisme televisi menurut Septiawan Santana K.

(2005:132-133) memiliki kerumitan teknologi audio visual.

Mekanisme redaksional pemberitaanya memilki karakter

khusus di dalam susunan program siaran, meliputi persiapan,

pengambilan gambar dan pengolahannya, dengan perangkat

teknologi yang kompleks. Televisi sedang berada pada fase

perkembangannya yang pesat. Itulah mengapa kajian tentang

aspek khusus dan aturan-aturannya sangat-sangat penting.

Kebijakan pemberitaan sebuah stasiun televisi menentukan

popularitas stasiun pemberitaanya dan peringkat acara yang

diminati masyarakat. Bahkan, menentukan iklim penyiaran

dan persepsi view of the world masyarakat. Dalam hal inilah,

visi, misi, dan konsep pemberitaan stasiun televisi ditentukan

oleh para pengelolanya.

Hal tersebut berkaitan dengan konsep personifikasi

informasi yang ditetapkan oleh pengelola jurnalisme televisi

tatkala memusatkan perhatian pemirsa. Bagaimana pengelola

jurnalisme televisi memebentuk gaya dan citra tayangan

pemberitaannya berdasar prinsip-prinsip, aturan, dan cita

rasa tertentu. Bagaimana gagasan dan sikapnya ketika

Page 5: Proposal Sudah Seminar

5

mengonsepsi nilai-nilai spiritual dan moral, serta perannya

dalam masyarakat. Hal itu tercermin dalam struktur, isi, dan

bentuk pemberitaannya. Jurnalis televisi menginformasikan

fakta, peristiwa, dan fenomena. Kualitas pribadi jurnalis

televisi ditentukan pada setiap bentuk penyiaran.

Bagaiamana ia mempengaruhi pemirsa dengan tayangan

yang memiliki keistimewaan personalitas (Septiawan Santana

K., 2005:133).

Sejalan dengan hal itu, stasiun televisi lokal seperti

Agropolitan Televisi (ATV) yang didirikan sejak 2003 oleh

pemerintah kota Batu menjadi salah satu media massa yang

berusaha membangun dan mengembangkan identitas lokal.

Hal tersebut dilakukan melalui program-program siarannya,

salah satunya adalah Agropoltitan News. Program ini adalah

program news (berita). Di mana berita yang disiarkan berisi

tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di kota Batu dan

Malang Raya.

Berdasarkan pengamatan peneliti, program Agropolitan

News termasuk program berita yang cukup baik di tingkat TV

lokal, dibanding dengan program berita TV lokal lainnya. Hal

ini tentu saja didukung oleh manajemen di dalamnya.

Manajemen yang baik dalam memilih sumber daya manusia

juga akan mempengaruhi kualitas penyajian program ini.

Selain hal itu, yang terpenting mengapa peneliti memeilih

ATV sebagai subyek penelitian, karena ATV adalah stasiun TV

lokal yang konsisten dalam mengembangkan nilai-nilai lokal.

Hal itu tak ada dalam stasiun TV lokal lain di kota Batu.

Page 6: Proposal Sudah Seminar

6

Melalui manajemen , seluruh aktifitas kerja dilakukan

oleh pelaku ranah broadcasting khususnya televisi lokal akan

lebih sistematis dan terukur. Manajemen ini tidak hanya

berlaku sebatas pengatur fungsi kerja masing-masing struktur

yang ada dalam lembaga televisi. Namun, manajemen ini juga

harus berlaku dalam menyusun program. Karena itu,

manajemen yang profesional sangat dibutuhkan mulai dari

pengaturan fungsi kerja sumber daya manusia hingga

penyusunan program. Ibaratnya, dari hal terkecil hingga yang

paling besar, harus didasari prinsip-prinsip manajemen yang

professional.

Manajemen sangat penting bagi sebuah organisasi atau

lembaga. Apalagi untuk sebuah organisasai media dalam

bidang redaksi. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen yang

cerdas. Menurut Sugiyono (2005:133) Manajemen yang

cerdas adalah manajemen yang bekerjanya berdasarkan

keilmuan. Selanjutnya fungsi manajemen secara umum

adalah Perencanaan (Planning) Pengorganisasian

(Organizing), Pelaksanaan (Actuating) dan Pengendalian

(Controlling).

Manajemen media sangat berpengaruh bagi esksistensi

media itu sendiri. Eksistensi suatu media menurut (Asep

Syamsul M. Romli, 1999:74) bergantung pada kondisi internal

media itu sendiri. Media yang baik dan dan porspektif untuk

maju dan besar harus memperhatikan tiga kerangka dasar

sebuah media, (1) Sehat SDM yakni tenaga-tenaga

pengelolaan media tersebut berkualitas dan professional di

bidangnya, yang ditunjang dengan gaji yang memadai bagi

Page 7: Proposal Sudah Seminar

7

mereka; (2) Sehat manajemen yakni manajemen media

tersebut dilakukan dengan baik terencana, terarah dan

terkendali; (3) Sehat sarana yakni terpenuhinya sarana atau

segala fasilitas yang diperlukan bagi kelancaran kerja media

tersebut.

Maka dari itu, peneliti ingin melakukan penelitian

tentang “Manajamen Produksi Berita Agropolitan News”

dengan studi newsroom pada ATV Kota Batu. Kata kunci

dalam penelitian ini adalah manajemen dan newsroom studi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah

manajemen produksi berita Agropolitan News ATV?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen

produksi berita Agropolitan News di ATV Kota Batu.

D. Manfaat Penelitan

Setiap penelitian diharapkan memilki manfaat, baik

manfaat akademis maupun manfaat praktis.

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

akademisi dan peneliti selanjutnya, khususnya yang

sedang mempelajari studi media.

2. Manfaat Praktis

Page 8: Proposal Sudah Seminar

8

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran

bagi masyarakat umum, khususnya yang berkecimpung

dalam manajemen produksi berita televisi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi Massa

Nurudin (2009:4) banyak definisi tentang komunikasi

massa yang telah dikemukakan oleh para ahli komunikasi.

Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Namun,

dari sekian banyak definisi itu ada benang merah kesamaan

definisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa

adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan

elektronik).

Bittner (1980) dalam (Morissan, 2008:21) menyebutkan

: “ Mass communication is message communicated through a

mass medium to a large number of people” (Komunikasi

Page 9: Proposal Sudah Seminar

9

massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media

massa pada sejumlah besar orang).

Bentuk media massa antara lain adalah media eletronik

(televisi, radio, internet), media cetak (surat kabar, majalah,

tabloid), buku, dan film. Media-media tersebut menjadi

channel (saluran) informasi untuk disebarkan kepada

khalayak (massa).

Adapun ciri-ciri komunikasi massa menurut Nurudin

(2009) adalah (1) Komunikator dalam komunikasi massa

melembaga yang artinya gabungan antar berbagai macam

unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga; (2)

Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen. Jika

ditinjau dari asalnya menurut Herbert Blumer, mereka berasal

dari berbagai kelompok dalam masyarakat dan berisi individu-

individu yang tidak tahu dan tidak mengenal satu sama lain;

(3) Pesannya bersifat umum. Artinya pesan dalam media

massa ditujukan pada khalayak yang plural karena pesan

tersebut tidak ditujukan kepada satu orang atau satu

kelompok masyarakat tertentu; (4) Komunikasi massa

menimbulkan keserempakan. Artinya dalam komunikasi

massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-

pesannya; (5) Komunikasinya berlangsung satu arah. Ciri

komunikasi memang pernah ada. Namun sekarang

komunikasi massa tak lagi berlangsung satu arah, namun dua

arah. Audiens bisa memberikan feedback saat itu juga. Hal itu

karena adanya teknologi komunikasi dan informasi yang

canggih saat ini. Audiens bisa member feedback melalui surat

kepada redaksi, SMS (Short Message Service), telepon

Page 10: Proposal Sudah Seminar

10

interaktif, dan internet; (6) Komunikasi massa mengandalkan

peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya

pemancar dan satelit untuk media elektronik. Apalagi televisi

tak lepas dari pemancar; (7) Komunikasi massa dikontrol oleh

Gatekeeper. Gatekeeper adalah orang yang sangat berperan

dalam penyebaran informasi melalui media massa. Fungsi

gatekeeper disini sebagai orang yang ikut menambah atau

mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua

informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Oleh

karena itu, keberadaan gatekeeper menjadi keniscayaan

dalam media massa dan menjadi salah satu cirinya.

B. Televisi

Prinsip televisi ditemukan oleh Paul Nipkow dari

Jerman pada tahun 1884, namun baru tahun 1928 Vladimir

Zworkyn (Amerika Serikat) menemukan tabung kamera atau

iconoscope yang bisa menangkap dan mengirim gambar ke

kotak bernama televise. Iconoscope bekerja mengubah

gambar dari bentuk gambar optis ke dalam sinyal elektronis

untuk selanjutnya diperkuat dan ditumpangkan ke dalam

gelombang radio. Zworkyn dengan bantuan Philo Farnsworth

berhasil menciptakan pesawat televise pertama yang

dipertunjukkan kepada umum pada pertemuan World’s Fair

pada tahun 1939 (Morissan, 2008:6).

Munculnya televisi berwarna mulai diperkenalkan

kepada publik pada tahun 1950-an. Siaran televisi berwarna

dilaksanakan pertama kali oleh stasiun televisi NBC pada

Page 11: Proposal Sudah Seminar

11

tahun 1960 dengan menayangkan program siaran berwarna

selama tigajam setiap harinya.

Di Indonesia sendiri siaran televisi itu menurut Mila

Day (2004) dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan

langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia

yang ke-17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung

itu masih terhitung sebagai siaran percobaan. Siaran resmi

TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 jam 14.30 WIB yang

menyiarkan secara langsug upacara pembukaan Asian Games

ke-4 dari stadion utama Gelora Bung Karno (Morissan, 2008:

9).

Media penyiaran sebagai salah satu bentuk media

massa memilki ciri dan sifat yang berbeda dengan media

massa lainnya, bahkan antara sesama media penyiaran,

misalnya antara radio dan televisi, terdapat berbagai

perbedaan sifat. J.B Wahyudi (1992) dalam bukunya Teknologi

Informasi dan Produksi Citra Bergerak menyebutkan beberapa

sifat televisi yaitu : (1) Dapat didengar dan dilihat bila ada

siaran (audiovisual); (2) Dapat dilihat dan didengar kembali,

bila diputar kembali; (3) Daya rangsang sangat timggi; (4)

Elektris; (5) Sangat mahal; (6) Daya jangkau besar (Morissan,

2008: 11).

Morissan (2008:12) mengelompokkan televisi dan

radio dapat dikelompokkan sebagai media yang menguasai

ruang tetapi tidak menguasai waktu, sedangkan media cetak

menguasai waktu tetapi tak menguasai ruang. Septiawan

Santana K. (2005: 127) kelebihan televisi, selain menjadi

tempat orang menerima kebenaran dan akurasi informasi,

Page 12: Proposal Sudah Seminar

12

ialah menjadi penyampai nilai-nilai atraktif kepada sejumlah

besar orang, secara serentak dan luas, melalui hitungan bisnis

media yang menguntungkan.

Sekalipun wartawan televisi tidak mampu membuat

terpaku publik secara tune in, public masih bisa ditarik tune in

perhatiannya untuk melihat pictures. Berbagai peristiwa

hidup, dikreasikan kembali, direka-tayangkan seolah hadir

didepan mata kita sendiri. Televisi menjadi sebuah ”panggung

berita”, news staging.

C. Broadcast Journalism3

Untuk saat ini, mari kita lihat lebih dekat pada apa

yang kita namakan jurnalisme siaran (broadcast jouralism).

Yang dimaksud adalah jurnalisme dalam semua bentuk

televisi –TV siaran, kabel, dan satelit. Keuntungan dari

medium ekspansif ini adalah berita dan informasi dapat

menjangkau banyak orang dalam satu waktu, siang, dan

malam.

Berita televisi –mulai dari siaran berita setengah jam

sampai acara TV berita 24 jam –masih menjadi andalan utama

saat orang mencari berita. Medium ini telah berkembang

pesat sekali, dan tampaknya tidak akan berhenti. Meski ada

persaingan dari Internet dan media tradisional lainnya yang

masuk ke online, televisi masih kuat.

Gambar dan kata-kata merupakan hal penting dalam

jurnalisme TV. Kamera menjadi mata pemirsa dalam melihat

kejadian. Detil-detil peristiwa, raut orang yang kesakitan atau

3 Christoper K. Passante, The Complete Idea’s Journalism, Prenada, Jakarta, 2008, hlm. 165.

Page 13: Proposal Sudah Seminar

13

bahagia, tingkah riil selebritis atau tokoh public, kondisi banjir

atau gempa bumi yang tengah terjadi, bahkan ledakan

pesawat atau runtuhnya gedung pencakar langit, semuanya

direkam kamera, semuanya menjadi mata pemirsa dalam

melihat fakta-fakta (Septiawan Santana K., 2008:112).

Keunggulan jurnalisme TV adalah ketersediannya.

Pemirsa bisa memilih semua jenis berita sesuai keinginannya,

di semua jam dalam sehari. Berbeda dengan produk cetak, di

mana Anda harus pergi ke luar untuk membeli, perangkat

pesawat TV sudah ada di rumah –dan semua acara bisa diatur

dengan remote. Jangkauannya yang luas dan seketika

menyebabkannya menjadi medium yang amat relevan.

Keunggulan lainnya adalah berita televisi bisa dibagi ke dalam

beberapa acara regular.

D. Manajemen

Manajemen menurut George R. Terry dalam bukunya Principle of

Management (1990) adalah suatu proses tertentu yang terdiri dari Planning,

Organizimg, Actuating, Controlling yang dilakukan untuk menentukan dan

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan

sumber daya lain. Suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan

bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan

organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juga adalah

suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan

bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalam kata lain seni adalah

kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta

kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.

Page 14: Proposal Sudah Seminar

14

Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena

tanpa manajemen, semua usaha akan sia-sia dan pencapaian

tujuan akan lebih sulit. Ada tiga alasan utama diperlukannya

manajemen yaitu, (1) Untuk mencapai tujuan, (2) Untuk

menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling

bertentangan, (3) Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas.4

(T. Hani Handoko, 2003:6-7).

Stoner (1982) dikutip (T. Hani Handoko, 2003:8)

mendefinisikan manajemen sebagai berikut : Manajemen

adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan

dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan

penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya

agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

E. Manajemen Produksi

Manajemen produksi pada dasarnya adalah merupakan penerapan

konsep manajemen dalam bidang produksi. Menurut Stoner manajemen

adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian,

dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber

daya organisasi lainnya agar tercapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan

(Sri Joko, 2001: 1).

Penekanan manajemen produksi acara televisi tidak terlepas dari

pentingnya menyajikan informasi-informasi yang diperoleh dari pemilihan

4 Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Sedangkan efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (T. Hani Handoko, 2003:7).

Page 15: Proposal Sudah Seminar

15

data. Artinya untuk mengetahui tingkat keberhasilan secara intern (lembaga

TV), termasuk pengelolaan organisasinya (AZ Tamadjoe, 1989: vii). Dalam

ilmu manajemen perencanaan merupakan landasan utama, sedangkan untuk

mengetahui perencanaan itu berhasil atau tidak dalam pelaksanaanya

dibutuhkan pengawasan artinya pengawasan juga dapat menentukan

tercapainya tujuan yang direncanakan. Atau dengan kata lain pengawasan

merupakan alat pengendali dari berhasilnya sebuah perencanaan (AZ

Tamadjoe, 1989: 30).

Penekanan manejemen pada produksi acara televisi tidak terlepas dari

pentingnya menyajikan informasi-informasi yang diperoleh dari pemilihan data,

artinya untuk mengetahui tingkat keberhasilan secara interen, termasuk

pengelolahan organisasinya (AZ Tamadjoe, 1989: vii).

Kaitan empat fungsi manajemen (planning, organizing, actuating dan

controlling) menurut George R Terry dan SOP menurut Alan Wurtzel adalah :

1. Planning

Pre production planning termasuk fungsi planning dikarenakan

tahapan pre production planning merupakan proses awal dari sebuah

kegiatan yang akan datang, yang disebut sebgai tahap perencanaan.

Pre production planning meliputi konsep, menetapkan tujuan dan

pendekatan produksi, penulisan naskah serta rapat bersama anggota

inti. Hal ini sesuai degnan fungsi planning sebagai kegiatan yang

menentukan berbagai tujuan dan penyebab tindakan-tindakan

selanjutnya.

2. Organizing

Dalam pre production planning terdapat tahapan penetepan tujuan dan

pendekatan produksi. Dalam menetapkan tujuan dan pendekatan

produksi umumnya produser mempertimbangkan berbagai faktor yang

sekiranya akan berpengaruh terhadap keberhasilan produksi dan

Page 16: Proposal Sudah Seminar

16

mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk bahan pengembangan

gagasan diantaranya adalah pemilihan anggota tim dan artis

pendukung yang tepat. Hal ini sesuai dengan fungsi organizing sebagai

kegiatan yang membagi pekerjaan diantara anggota kelompok dan

membentuk ketentuan dalam hubungan-hubungan yang diperlukan.

3. Actuating

Prosedur kerja untuk memproduksi suatu program disebut four stage of

television production. Keempat tahapan tersebut adalah pre production

planning, setup and rehearsal, production, dan post production.

Keempat tahapan ini masuk dalam fungsi manajemen yang ketiga,

yaitu Actuating. Actuating merupakan kegiatan yang menggerakkan

angota-anggota kelompok untuk melaksanakan pekerjaan sesuai

dengan tugas masing-masing.

4. Controlling

Post production atau tahap akhir merupakan tahap penyelesaian, salah

satu hal yang dilakukan dalam tahap akhir adalah melakukan evaluasi

terhadap hasil produksi, hasil produksi pada evaluasi ini dapat

dikatakan layak siar atau masih diberi beberapa catatan. Evaluasi pada

tahap post production masuk dalam fungsi manejemen yang keempat,

yaitu controlling. Controlling adalah kegiatan penyesuaian antara

pelaksanaan dan rencana-rencana yang telah ditentukan.

Manajemen produksi televisi merupakan pembahasan manajemen yang

berkaitan dengan produksi acara televisi dan menitik beratkan bagaimana suatu

acara televisi diproduksi dengan mempertimbangkan parameter produksi yang

ada. Dan pembahasan manajemen produksi televisi diarahkan pada

pengembangan wawasan sebelum suatu produksi dimulai serta selama

berlangsungnya kegiatan produksi (Harmen Harry, 2003 : 205).

Page 17: Proposal Sudah Seminar

17

Fred Wibowo dalam bukunya Dasar-Dasar Produksi Program Televisi

menyatakan bahwa untuk merencakan sebuah program televisi, seorang

produser akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan pikiran

mendalam seperti materi produksi, sarana produksi (equipment), biaya produksi

(financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi.

F. Program Berita

Dalam pengertian sederhana program news berarti suatu sajian laporan

berupa fakta dan kejadian yang mempunyai nilai berita (unusual, factual,

essential) dan disiarkan dalam berita bersifat obyektif. Liputan gambar dari

kejadian, biasanya diambil dengan memperhatikan hal-hal yang sekiranya

tidak membuat shock. Dari sudut mana kejadian diambil sebenarnya telah

menjadi subyektifitas peliput.

Hal lain yang mempengaruhi program news sebagai program yang

tidak murni obyektif adalah broadcasting station policy atau kebijakan stasiun

pemancar yang dilaksanakan oleh bagian siaran pemberitaan dengan editorial

policy atau news policy (kebijakan pemberitaan). Ideologi stasiun pemancar

sangat mempengaruhi seluruh corak program acara termasuk program berita.

Karena itu kebijakan bagian program siaran pemberitaan (news department)

akan sesuai dengan kebijakan stasiun pemancar.

Di dalam program berita, ideologi, orientasi, dan sikap tampak nyata

terekspresi dalam tekanan-tekanan susunan materi visual pada setiap kejadian

dan tekanan-tekanan dalam susunan penulisan berita.

Kebijakan keredaksian menentukan acuan komposisi dari setiap rubrik

berita (newscast). Rumusan dari karakter rubrik dapat berdasarkan informasi

lingkup kawasan (lokal, kewanitaan, dan pariwisata). Rumusan karakter

rubrik disusun menjadi block-block, ditata dengan mempertimbangkan

kemungkinan perhatian dari audiens. Urutannya disusun berdasarkan tangga

dramatik. Dalam hal ini aktualitas dan humanitas dijadikan titik tolak dalam

Page 18: Proposal Sudah Seminar

18

dalam menillai berita. Di dalam program berita terdapat bermacam-macam

cara menyajikan berita dan corak penyajian berita. Batasan yang umum untuk

jenis atau macam program berita terletak pada waktu aktual singkat dan aktual

yang panjang. Berita yang terikat (time concern) disebut berita harian,

sedangkan berita yang tidak terikat waktu (time less) disebut berita berskala

(Fred Wibowo, 1997 : 85).

G. Proses Produksi Berita Televisi

Berita yang kita nikmati di televisi tidak hadir begitu saja, tetapi

berita tersebut melalui jalan yang panjang. Setiap stasiun televisi pasti

memiliki SOP (Standard Operational Procedure) tersendiri untuk menjaga

kulitas beritanya. Pada tahap-tahap atau proses produksi berita ada dua macam

prosedur yakni prosedur Digital/Tapeless Editting dan prosedur Tape/Linear.

Perbedaan kedua prosedur tersebut terletak pada prosedur teknis pasca

peliputan lapangan. Berikut ini adalah skema proses produksi berita dengan

prosedur digital/tapeless editing yang dikutip dari blog seorang news

producer TransTV, Satrio Aris Munandar di

http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2004/08/proses-pembuatan-berita-di-

stasiun.html (Diakses 1 September 2012):

Page 19: Proposal Sudah Seminar

19

1. Produser Program menghimpun gagasan berita yang didapat dari kru melalui riset, temuan lapangan, informasi, dan sebagainya, untuk dibahas dalam rapat redaksi.

2.Agenda berita, rundown, serta penugasan dibahas dalam rapat redaksi. Rapat juga dihadiri oleh reporter, juru kamera, periset, asisten produksi, dan koordinator peliputan.

3.Hasil rapat redaksi dituangkan dalam notulen. Rapat juga membuat lembar penugasan yang menjadi acuan Produser Program dan Koordinator Peliputan.

4.Producer Program dapat membuat TOR, yang akan menjadi panduan penugasan reporter, juru kamera, dan periset, serta memberikan TOR tersebut kepada tim yang bertugas.

5.Jika dibutuhkan grafis untuk mendukung tampilan berita yang ditayangkan, permohonan grafis, foto, dan animasi pendukung berita diajukan oleh Producer Program atau Associate Producer kepada Tim Grafis. Grafis yang dihasilkan oleh tim tersebut lalu dimasukkan ke dalam server.

6.Reporter dan juru kamera mengimplementasikan penugasan, dengan melakukan liputan di lapangan. Tim lapangan tersebut juga wajib mengembangkan dan memperkaya informasi. Periset membantu mengumpulkan data pendukung untuk diberikan kepada reporter.

7.Dalam perjalanan kembali ke studio, reporter dan juru kamera dapat mendiskusikan hasil liputan dengan Producer yang bersangkutan. Draft naskah dan shot list juga disiapkan.

8Juru kamera memindahkan rekaman shot list ke dalam browsing server. Setelah itu –untuk kepentingan bank data, ia juga wajib membuat log sheet dari semua hasil rekaman gambar yang dibuat. Kaset dan log sheet kemudian diserahkan kepada Perpustakaan.

9. Berdasarkan gambar dan grafis yang sudah tersedia dalam server, Reporter membuat skrip dan first edit.

10. Associate Producer dan Produser Program memeriksa dan memperbaiki first edit.

11. Reporter melakukan dubbing untuk narasi.

12. Dari craft editing server, Editor membuat final edit.

13.Dari item-item berita yang sudah masuk ke dalam server, Produser Program menyusun rundown akhir untuk keperluan on air.

Page 20: Proposal Sudah Seminar

20

Prosedur Tape/ Linear

1. Sesudah melakukan liputan di lapangan, Reporter dan juru kamera mendiskusikan hasil liputan dengan Producer Program atau Associate Producer yang bersangkutan. Keputusan akhir mengenai angle dan content ditentukan dalam rapat kecil tersebut.

2. Juru kamera wajib membuat log sheet/ shot list sekembali dari liputan. Log sheet dan kaset master diserahkan kepada reporter, untuk pembuatan naskah dan proses editing. Copy log sheet juga diberikan kepada Associate Producer.

3. Reporter menyerahkan naskah kasar (draft) kepada Associate Producer untuk diperiksa.4. Associate Producer memeriksa kelengkapan laporan dan mengedit naskah. Jika diperlukan, Associate Producer dapat meminta grafis pendukung dari Tim Grafis dan menyerahkannya kepada Reporter.

5. Reporter membawa naskah yang sudah disetujui dan kaset master/ file/ grafis ke ruang edit, untuk memulai proses dubbing dan editing. Juru kamera mendampingi proses editing.

6. Kaset hasil editing diserahkan Reporter kepada Associate Producer.

7. Seusai proses editing, kaset master/ file/ grafis berikut log sheet dibawa editor ke Perpustakaan untuk dimasukkan ke dalam inventory.

8. Producer Program (atau biasanya dibantu Asisten Produksi) mengumpulkan dan memeriksa naskah serta kaset-kaset hasil editing dari Associate Producer, untuk dicocokkan dengan rundown final. Jika semua lengkap, rundown, naskah, dan kaset-kaset tersebut dibawa ke ruang Master Control dan Program Director. Copy rundown dan naskah juga diberikan kepada Anchor/Presenter.

Page 21: Proposal Sudah Seminar

21

H. Newsroom Study

Dalam buku Journalism In The Digital Age, yang

dikemukakan oleh John Herbert (2000) menjelaskan para

pegawai dalam newsroom lebih baik bekerja pada ruang

redaksi atau manajer daripada bekerja di perusahaan.

Karenanya manajemen newsroom sering berdasar pada kode

professional jurnalisme, etika dan komitmen pada batas akhir

berita (deadlines). Para pengelola harus menyadari

bahwasannya inilah cara kerja seorang jurnalis, dan cara yang

dilakukan oleh seorang jurnalis.

Semua perbedaan pendapat mengenai orang yang

bekerja pada bidang jurnalis seperti wartawan, reporter selalu

membawa pengaruh dalam manajemen newsroom dan

kreatifitas personil di dalamnya. Karena itu sudah menjadi

tradisi selalu ada konflik antara bagian berita dengan bagian

yang lainnya.

Gaye Tuchmann menjelaskan newsroom study

merupakan studi tentang peran jurnalisme dalam ruang

redaksi, baik media cetak maupun televisi dalam membangun

ruang publiknya dalam mempelajari dan menganalisa semua

berita yang masuk keruang redaksi, yaitu suatu berita yang

potensial yang layak untuk disiarkan keseluruh penjuru dunia,

baik lokal maupun nasional (Oliver Boyd, 1995:294). Segala

proses yang berhubungan dengan kegiatan operasional

televisi yang berkenaan dengan ruang redaksi dimana

bermula dari proses dan pola pencarian berita hingga berita

tersebut disiarkan oleh penyiar.

Page 22: Proposal Sudah Seminar

22

Newsroom perannya sangat penting untuk membangun

ruang publik yang berfungsi sebagai kontrol media, di mana

kontrol media tersebut mampu mengatur para pekerja media

untuk bisa bekerja secara maksimal dalam mencari,

mengolah dan mengemas sebuah paket berita sebelum

disiarkan.

Menurut pernyatan Warren Breed (Oliver Boyd, 1995:

277) dalam newsroom terdapat pengawasan sosial atau

publik kontrol sebagai pertimbangan untuk menyesuaikan diri

dari kebijakan ruang publik itu sendiri antara lain; (a) Otoritas

kelembagaan dan sanksi penerbitan dalam memberikan

perlindungan dan kekuasaan terhadap hak untuk memperoleh

berita. (b) Obligasi dan penghargaan, dalam newsroom

terdapat kriteria penilaian memberi penghargaan terhadap

redaksi yang mampu menyiarkan berita teraktual. (c)

Mobilitas tinggi, sebagai respon dari berbagai keinginan,

kreatifitas dan imajinasi kru-kru yang terdapat di newsroom

dalam mendukung kebijakan untuk mampu memperoleh

pengakuan dari publik secara universal.

Tujuan utama adanya kontrol sosial dalam newsroom

adalah untuk mendapatkan berita yang telah menguasai dari

ketidaksetujuan dari masing-masing individu dari organisasi

media tersebut, disini social control meliputi sensor editorial,

yang memilki peran penting dalam keseluruhan berita, yang

mampu memberi pengaruh internal terhadap newsroom

untuk memutuskan berita mana yang dapat diterima dan

berita mana yang tidak, sebelum berita tersebut disiarkan.

Page 23: Proposal Sudah Seminar

23

Habermas dalam newsroom terdapat segala argumen

dan pandangan dinyatakan melalui diskusi rasional. Hal ini

menyiratkan bahwa pilihan berita yang rasional akan terwujud

jika ruang publik pertama kalinya menawarkan pendapat

yang jernih dalam berbagai alternatif yang dapat dipilih

setiap orang dalam ikut serta memutuskan berita yang akan

ditayangkan (Oliver Boyd, 1995: 235).

I. Fokus Penelitian

Untuk memfokuskan penelitian ini, maka penelitian ini

dibatasi oleh hal-hal berikut ini : Pertama, penelitian ini

menyoroti tentang aspek manajemen yang dilakukan pada

sebuah produksi berita. Manajemen produksi di sini bukanlah

manajemen produksi pada umumnya, tetapi manajemen

produksi acara berita (news). Hal-hal yang berhubungan

dengan manajemen produksi berita menjadi hal yang ingin

digali dalam penelitian. Kaitan fungsi manajemen diantaranya

Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Kedua,

penelitian ini mengamati apa saja kegiatan produksi berita

televisi. Kegiatan tersebut dimulai dari melakukan rencana

peliputan, menyusun materi berita, menentukan tujuan

produksi berita, menentukan strategic planning, membagi

tugas masing-masing anggota manajemen, melaksanakan

proses produksi berita, serta melakukan penyesuaian antara

pelaksanaan dan rencana yang telah ditentukan . Dengan

memaksimalkan sumber daya manusia seefisirn dan seefektif mungkin. Data

mengenai hal-hal tersebut di atas akan diperoleh melalui

penelitian di kantor redaksi Agropolitan Televisi Kota Batu.

Page 24: Proposal Sudah Seminar

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pada prinsipnya penelitian ini berparadigma

penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

Page 25: Proposal Sudah Seminar

25

triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan

hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

daripada generalisasi . Penelitian kualitatif secara umum

dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan

masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi

organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain (Sugiyono, 2008:

1).

Oleh karena itu, tipe penelitian kajian ini

merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Seperti yang

dikemukaan oleh Jalaluddin Rakhmat (2009:24), penelitian

deskriptif yaitu penelitian yang hanya memaparkan situasi

dan peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau

menjelaskan, tidak menguji atau membuat prediksi.

Peneliti menggunakan tipe deskriptif kualitatif

karena peneliti akan mendeskripsikan atau

mengkonstruksi wawancara-wawancara mendalam

terhadap subjek penelitian. Dan peneliti bertindak selaku

fasilitator dan realitas konstruksi oleh subjek penelitian

dan peneliti bertindak sebagai aktivis yang ikut memberi

makna secara kritis pada realitas yang dikonstruksi oleh

media (Rakhmat Kriyantono, 2006:385).

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakasanakan di kantor

redaksi yang terletak di Jalan TVRI No. 1000 Desa Oro Oro

Ombo Kecamatan Junrejo Kota Batu. Lokasi penelitian

dipilih dengan pertimbangan karena kesesuaiannya

dengan apa yang akan diteliti dan karena ATV merupakan

Page 26: Proposal Sudah Seminar

26

stasiun televisi lokal yang memiliki program berita lokal

yang pertama di Kota Batu. Mengingat sebuah program

berita merupakan program pokok dari sebuah stasiun

televisi. Maka kebutuhan informasi masyarakat akan lebih

terpenuhi jika ada stasiun TV lokal yang memilki program

berita. Dan ATV hadir sebagai media yang memberikan

informasi kepada masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Juli 2012 hingga selesai.

3. Jenis dan Sumber Data

Ada dua jenis data yang diperlukan dalam

penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Data

primer merupakan data yang diperoleh langsung dari

subyek penelitian atau sumber informan, sedangkan data

sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen,

arsip, atau video.

4. Subjek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, sumber datanya disebut

subjek penelitian5. Teknik pengambilan sumber datanya

menggunakan teknik total sampling. Dilihat dari jumlah unit

populasi (total sampling) terbatas jumlahnya, sehingga tidak dilakukan

pengambilan subjek penelitian secara tertentu. Subjek penelitian pada

penelitian ini adalah keseluruhan subyek populasi yang berjumlah 10

orang. Hal ini sesuai dengan pertimbangan penentuan subjek penelitian

5 Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaanya (“atribut”-nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang ada dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian. (http://www.dwipurnomoikipbu.wordpress.com).

Page 27: Proposal Sudah Seminar

27

seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:134) yaitu apabila

subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian subjek secara keseluruhan.

5. Alat Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2005:29) kualitas data sangat

ditentukan oleh (1) Metode pengumpulan data yang

digunakan; dan (2) Alat (instrument) yang digunakan

dalam pengumpulan data tersebut. Pawito (2007)

mengatakan bahwa dalam paradigma kualitatif,

instrumenn utama pengumpulan data adalah peneliti itu

sendiri, sedangkan metode pengumpulan data yang

relevan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.

Metode pencarian data didasarkan pada prinsip purposive

sampling, yaitu pencarian informasi ke pihak pihak

tertentu, informan dipilih dengan pertimbangan-

pertimbangan tertentu. Informan dalam teknik ini dianggap

paling tahu tentang apa yang kita harapkan (Muslimin

Machmud, 2011:23).

B. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Pengamatan atau observasi merupakan langkah awal

dalam mengumpulkan data. Observasi dilakukan di

lapangan, di ruang redaksi dan di studio tempat penyiaran

berita. Seperti menurut Nasution (1988) (dikutip dalam

Sugiyono, 2008:64) observasi adalah dasar dari ilmu

pengetahuan. Untuk mengumpulkan data, peneliti

melakukan observasi terlebih dahulu. Observasi yang

Page 28: Proposal Sudah Seminar

28

digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi

partisipasi (participant observation) dimana peneliti

terlibat dengan kegiatan jurnalis ATV secara langsung.

Selain itu peneliti juga ikut menulis berita dan disiarkan

pada acara news tersebut. Dengan observasi partispasi ini,

maka data yang diperoleh akan lebih lengkap dan tajam.

Adapun target dalam teknik observasi ini adalah untuk

memperoleh data primer yakni data yang diperoleh dari

sumbernya langsung yang terkait dengan masalah

penelitian. Masalah penelitian ini adalah bagaimana

manajemen produksi bertia ATV dilakukan. Untuk

mengenal pasti lingkungan kerja redaksi ATV, maka

peneliti menggunakan metode observasi.

2. Wawancara

Target dalam teknik wawancara yakni untuk

mendapatkan data penelitian yang terkait dengan masalah

penelitian. Data yang diperoleh dari metode wawancara

merupakan data primer yang diperoleh langsung dari

narasumbernya. Jenis wawancara yang digunakan oleh

peneliti adalah wawancara semistruktur (semisructured

interview). Sebagaimana dijelaskan Sugiyono (2008: 73)

bahwa jenis wawancara ini sudah termasuk dalam,

kategori in-depth interview, yang dalam pelaksanaannya

lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur.

Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan

permasalahan secara terbuka, di mana pihak yang diajak

wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.

Page 29: Proposal Sudah Seminar

29

3. Dokumentasi

Sementara itu untuk mendapatkan data pendukung,

peneliti menggunakan metode dokumentasi yang datanya

bersumber dari arsip-arsip, data dari lembaga atau

instansi ATV itu sendiri, dan bahan pustaka lain.

Sebagaimana yang dikemukakan (Hamidi, 2007:140)

bahwa teknik dokumentasi merupakan teknik yang berupa

informasi berasal dari catatan penting baik lembaga atau

organisasi maupun perorangan. Data yang diperoleh

merupakan data dari catatan (data) yang telah tersedia

atau telah dibuat oleh pihak lain.

C. Teknik Analisis Data

Dalam paradigma penelitian kualitatif dikenal berbagai

teknik analisis data yang dapat digunakan, namun prinsip

penggunaannya disesuaikan dengan tujuan kajian yang

hendak dicapai. Analisis data yang dimaksudkan untuk

memberikan suatu makna (making sense of); menafsirkan

(interpreting) dan mentransformasikan (transforming) temuan

data ke dalam bentuk-bentuk pengisahan (naration).

Penjelasan dari analisis hasil penelitian diwujudkan dalam

bentuk kenyataan (proposition), ilmiah (thesis) hingga

berbagai kesimpulan (Muslimin Machmud, 2011: 24).

Miles and Huberman (1984) mengemukakan bahwa

aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara dalam analisis data, yaitu

data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification (Sugiyono, 2008:91). Selanjutnya model

Page 30: Proposal Sudah Seminar

30

interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar 1.4

berikut :

Gambar 1.1 Komponen dalam Analisis data (interactive model), (Sumber : Miles M.B & Huberman, A.M., 1984: 20 )

Penjelasan bagan diatas adalah sebagai berikut :

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup

banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti

dan teliti. Mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-

hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya

adalah mendisplaykan data. Penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

Data Reduction

Data Clloection

Data Display

Conclusions :

Drawing/Verifying

Page 31: Proposal Sudah Seminar

31

hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Denga mendisplaykan data, maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa

yang telah difahami tersebut. “ looking at displays

help us to understand what is happening and to do

some thing-further help us to understand what is

happening and to do some thing-further analysis or

caution on that understanding” Miles and Huberman

(1984).

3. Conclusion Drawing/ verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif

menurut Miles and Huberman adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat

yang mendukung. Dalam verifikasi peneliti

menggunakan metode induktif dengan

mempertimbangkan berbagai pola data yang ada

atau kecenderungan dari penyajian data yang telah

dibuat.

D. Pengujian Kredibilitas Data

Triangulasi

Triangulation is qualitative cross-validation. It assesses

the sufficiency of the data according to the convergence of

multiple data sources or multiple data collection procedures

Page 32: Proposal Sudah Seminar

32

(William Wiersma, 1986). Triangulasi dalam pengujian

kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi

teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono, 2008: 125).

Adapun jenis triangulasi yang digunakan dalam

pengujian keabsahan data pada penelitian ini adalah

triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Triangulasi sumber menurut Sugiyono (2008:127)

adalah triangulasi yang bertujuan untuk menguji kredibiltas

data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber dengan teknik yang

sama. Sejalan dengan hal itu, Muslimin Machmud (2011:28)

mengemukakan bahwa penyelidik berupaya untuk

mengakses dari sumber-sumber yang bervariasi guna

memperoleh data yang berkenan dengan persoalan yang

serupa (data diperoleh dari berbagai informan). Berikut model

triangulasi sumber dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 1.2 Triangulasi "Sumber" Pengumpulan data. (Suatu teknik pengumpulan data pada bermacam-macam sumber data A, B, C). Sumber : (Sugiyono, 2009: 83).

Wawancara mendalam

A

B

C

Page 33: Proposal Sudah Seminar

33

Triangulasi teknik menurut Sugiyono (2005:127) adalah

pengujian kredibilitas data yang dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan

wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau

kuesioner. Bila dengan tiga teknik tersebut, menghasilkan

data yang berbeda-beda, maka peneliti melekukan diskusi

lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau

yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap

benar. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada model berikut

ini :

Gambar 1.3 Triangulasi "teknik" pengumpulan data. (Suatu teknik pengumpulan data pada bermacam-macam teknik observasi, wawancara, dokumentasi). Sumber : (Sugiyono, 2009 : 84).

AObservasi

Wawancara

Dokumentasi

Page 34: Proposal Sudah Seminar

34

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Barret, Oliver Boyd. 1995. Approaches to Media A Reader. USA: Arnold.

Djuroto, Totok. 2000. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: PT. Rosda Karya.

Effendy, Onong Uchjana. 1993. Televisi Siaran Teori dan Praktek. Bandung: Mandar

Maju.

Hamidi, 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press.

Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta: BPFE

Harry, Harmen, dkk, 2002. Manajemen Produksi Acara Televisi: 40 tahun TVRI Dari

Pembebasan Menuju PencerahanM Jakarta: FSP TVRI

Joko, Sri, 2001. Manajamen Produksi dan Operasi. Malang: UMM Press.

Krisyantono, Rakhmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada

Media.

Machmud, Muslimin. 2011. Komunikasi Tradisional: Pesan Kearifan Lokal

Masyarakat Sulawesi Selatan Melalui Berbagai Media Warisan.

Yogyakarta: Buku Litera.

Morissan. 2004. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Bogor: Ghalia Indonesia.

Morissan. 2009. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi.

Jakarta: Kencana.

Page 35: Proposal Sudah Seminar

35

Mulyana, Deddy. 2004. Komunikasi Populer: Kajian Komunikasi dan Budaya

Populer. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Nurudin. 2009. Pengantar Komunikasi Massa. Yogyakarta: Rajawali Pers

Passante, Christopher K. 2008. The Complete Ideal’s Guides: Journalism. Jakarta:

Prenada Media.

Pareno, Sam Abede. 2005. Manajemen Berita Antara Idealisme dan Realita:

Surabaya: Papyrus.

Rakhmad, Jalaludin. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Romli, Asep Syamsul M. 1999. Jurnalistik Praktis. Bandung: Rosda Karya.

Sastro, Darwanto Subroto, 1991. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Multi Media

Training Center (MMTC)

Septiawan, Santana K. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Buku Obor.

Siregar, Ashadi dan Rondang Pasaribu. 2000. Bagaimana Mengelola Media

Korporasi-Organisasi. Yogyakarta: Kanisius.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta :

Medpress.

Taher, Tarmizi. 1982. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UIP

Tamadjoe, AZ. 1989. Peranan Manajemen Dalam Produksi Acara Radio Televisi.

Yogyakarta: Departemen Penerangan RI Pendidikan dan Pelatihan Ahli

Multimedia.

Page 36: Proposal Sudah Seminar

36

Wibowo, Fred. 1997. Dasar-dasar Produksi Program Televisi. Jakarta : PT Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Sumber Rujukan Lainnya

http://www.dwipurnomoikipbu.wordpress.com (Diakses pada 30 Mei 2012)

http://agustuslima.wordpress.com/2009/02/14/manajemen-broadcast-dan-produksi-

televisi/ (Diakses pada 2 Juni 2012)

http://ajijakarta.org/news/2011/08/10/84/proses_produksi_berita_televisi.html

(Diakses pada 2 Juni 2012)

http://ekabinafsi.wordpress.com/2009/11/06/proses-produksi-berita/ (Diakses pada 2

Juni 2012)

http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2004/08/proses-pembuatan-berita-di-

stasiun.html (Diakses 1 September 2012).