50
LEMBAGA-LEMBAGA EKONOMI ISLAM DI INDONESIA

Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

LEMBAGA-LEMBAGA EKONOMI

ISLAM DI INDONESIA

Page 2: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

1. Bank

2. Asuransi

3. Pasar Modal

4. Zakat

5. Wakaf

6. Lembaga gadai

7. Koperasi

8. Perusahaan Pembiayaan

9. Dewan Syariah Nasional

10. Dewan Pengawas Syariah

LEMBAGA-LEMBAGA EKONOMI ISLAM DI

INDONESIA

Page 3: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

VI. PEGADAIAN

Page 4: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Masa VOC

Pemerintah Belanda (VOC) mendirikan Bank van Leening yaitu

lembaga keuangan yang memberikan kredit dengan sistem gadai,

pada tanggal 20 Agustus 1746

Masa Inggris

Bank Van Leening dibubarkan

"liecentie stelsel“ masyarakat diberi keleluasaan untuk

mendirikan usaha pegadaian asal mendapat lisensi dari Pemerintah

Daerah setempat menjadikan praktik rentenir dan dirasakan

kurang menguntungkan pemerintah Inggris

Kemudian diubah menjadi "pacth stelsel" yaitu pendirian pegadaian

diberikan kepada umum yang mampu membayar pajak yang tinggi

kepada pemerintah daerah

PEGADAIAN SEBELUM INDONESIA MERDEKA

Page 5: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Masa Belanda (kembali)

Pacth stelsel tetap dipertahankan memberi dampak yang sama

(rentenir). Pemegang hak ternyata banyak melakukan

penyelewengan dalam menjalankan bisnisnya.

Kemudian diubah menjadi "cultuur stelsel“, berdasar riset tentang

pegadaian, disarankan agar sebaiknya kegiatan pegadaian ditangani

sendiri oleh pemerintah agar dapat memberikan perlindungan dan

manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.

Berdasarkan hasil riset tersebut, pemerintah Hindia Belanda

mengeluarkan Staatsblad No. 131 tanggal 12 Maret 1901 bahwa

usaha Pegadaian merupakan monopoli Pemerintah

Pada tanggal 1 April 1901 didirikan Pegadaian Negara pertama di

Sukabumi, Jawa Barat dengan Wolf Von Westerode sebagai kepala

Pegadaian Negeri pertama

CONT‟D

Page 6: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Masa Jepang

Tidak banyak perubahan kebijakan dan struktur organisasi Jawatan

Pegadaian.

Jawatan Pegadaian disebut „Sitji Eigeikyuku‟,

Pimpinan Jawatan Pegadaian dipegang oleh orang Jepang yang

bernama Ohno-San dengan wakilnya orang pribumi yang bernama M.

Saubari.

CONT‟D

Page 7: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Status Pegadaian mengalami beberapa kali

perubahan, yaitu

Perusahaan Negara (PN) sejak 1 Januari

1961,

Perusahaan Jawatan (Perjan) berdasarkan PP

No.7/1969

Perusahaan Umum (Perum) berdasarkan PP

No.10/1990 diperbaharui dengan PP

No.103/2000)

Perseroan berdasarkan PP No.51/2011

MASA INDONESIA MERDEKA

Page 8: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Perum Pegadaian membentuk Unit Layanan Gadai Syariah

(ULGS) pada tahun 2003 di:

Jakarta

Surabaya

Makassar

Semarang

Surakarta

Yogyakarta

Aceh

Batam

PEGADAIAN SYARIAH

Page 9: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

PP No. 51 Tahun 2011 Pasal 2 ayat (1)

untuk melakukan usaha di bidang gadai dan fidusia,

baik secara konvensional maupun syariah, dan jasa

lainnya di bidang keuangan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan terutama untuk

masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah,

usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah,

serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya

Perseroan dengan menerapkan prinsip perseroan

terbatas.

MAKSUD DAN TUJUAN PERSERO PEGADAIAN

Page 10: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

PP No. 51 Tahun 2011 Pasal 2 ayat (2) dan (3):

a. Penyaluran pinjaman berdasarkan hukum gadai termasuk gadai

efek;

b. Penyaluran pinjaman berdasarkan jaminan fidusia; dan

c. Pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa taksiran, sertifikasi dan

perdagangan logam mulia serta batu adi.

Kegiatan usaha lainnya:

a. Jasa transfer uang, jasa transaksi pembayaran, dan jasa

administrasi pinjaman; dan

b. Optimalisasi sumber daya Perusahaan Perseroan (Persero).

KEGIATAN USAHA

Page 11: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

VII. KOPERASI

Page 12: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Solusi pelaksanaan perbankan syariah (bank dengan bunga

0%) adalah mendirikan Baitul Mal wattamwil (BMT) .

BMT pertama yang didirikan: Baitut Tamwil – Salman di

Bandung

Fungsi dari BMT disamakan dengan sistem perbankan yang

kegiatannya didasarkan pada syariah

Secara organisasi, BMT adalah sebuah Kelompok Simpan

Pinjam atau Kelompok Swadaya Masyarakat berbentuk pra-

koperasi atau koperasi dan beroperasi berdasarkan syariah

yang dibina oleh BI dalam Proyek Hubungan Bank dengan

Kelompok Swadaya Masyarakat

SEJARAH KOPERASI SYARIAH

Page 13: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Pendirian dan kegiatan BMT berada di bawah Menteri

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah karena bentuk badan

hukum dari LKS ini adalah Koperasi

Kelembagaan BMT secara yuridis: Surat Menteri Dalam Negeri

RI cq. Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah (BANGDA),

tanggal 14 April 1997 Nomor 538/PKK/IV/1997 tentang

Status Badan Hukum untuk Lembaga Keuangan Syariah jo.

Surat dari Menteri Dalam Negeri RI cq. Direktorat Jenderal

Pembangunan Daerah (BANGDA) jo. UU No. 25 Th. 1992

tentang Perkoperasian

CONT‟D

Page 14: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Baitul Mal wa Tamwil termasuk dalam jenis Koperasi Simpan

Pinjam (KSP) yang kegiatan usahanya hanya usaha simpan

pinjamKeputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil

dan Menengah No. 138/KEP/M.UKM/X/2003 tentang

Petunjuk Teknis Program Perkuatan KSP/USP Koperasi Pola

Syariah Untuk Pemberdayaan Usaha Kecil dan Mikro Pasal 1

angka 3

KEGIATAN BMT

Page 15: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Perkembangan selanjutnya BMT termasuk jenis Koperasi

Jasa Keuangan Syariah (KJKS) yang kegiatan usahanya

meliputi pembiayaan, investasi, dan simpanan dengan pola

bagi hasil (syariah): Keputusan Menteri Negara Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah No. 91/KEP/M.KUKM/IX/2004

tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa

Keuangan Syariah

CONT‟D

Page 16: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Koperasi adalah

badan hukum yang didirikan oleh orang

perseorangan atau badan hukum Koperasi,

dengan pemisahan kekayaan para anggotanya

sebagai modal untuk menjalankan usaha,

yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan

bersama di bidang ekonomi, sosial, dan

budaya sesuai dengan nilai dan prinsip

Koperasi

UU NO. 17 TAHUN 2012 TENTANG

PERKOPERASIAN

Page 17: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Pasal 1 angka 16

Unit Simpan Pinjam adalah salah satu unit

usaha Koperasi non-Koperasi Simpan Pinjam

yang dilaksanakan secara konvensional atau

syariah

Pasal 87 ayat (3)

Koperasi dapat menjalankan usaha atas dasar

prinsip ekonomi syariah.

SYARIAH DALAM UU PERKOPERASIAN

Page 18: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

a. Koperasi konsumen

menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang penyediaan barang kebutuhan Anggota dan non-Anggota.

b. Koperasi produsen

menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang pengadaan sarana produksi dan pemasaran produksi yang dihasilkan Anggota kepada Anggota dan non-Anggota.

c. Koperasi jasa

menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan jasa non-simpan pinjam yang diperlukan oleh Anggota dan non-Anggota.

d. Koperasi Simpan Pinjam

menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu-satunya usaha yang melayani Anggota.

JENIS KOPERASI

Page 19: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Lembaga Keuangan Mikro:

lembaga keuangan yang khusus didirikan

untuk memberikan jasa pengembangan usaha

dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui

pinjaman atau pembiayaan dalam usaha

skala mikro kepada anggota dan masyarakat,

pengelolaan simpanan, maupun pemberian

jasa konsultasi pengembangan usaha yang

tidak semata-mata mencari keuntungan

UU NO. 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA

KEUANGAN MIKRO

Page 20: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Pasal 1 angka 4

Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh LKM kepada masyarakat yang harus dikembalikan sesuai dengan yang diperjanjikan dengan prinsip syariah

Pasal 12

1) Penyaluran Pinjaman atau Pembiayaan dan pengelolaan Simpanan oleh LKM dilaksanakan setara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.

2) Kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah wajib dilaksanakan sesuai dengan fatwa syariah yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia.

Pasal 13

1) Untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah LKM wajib membentuk dewan pengawas syariah.

2) Dewan pengawas syariah bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi atau pengurus serta mengawasi kegiatan LKM agar sesuai dengan prinsip syariah.

SYARIAH DALAM UU LKM

Page 21: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Pasal 39

1) Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Bank Desa, Lumbung

Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Badan Kredit Desa (BKD), Badan

Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK),

Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi

Desa (BKPD), Badan Usaha Kredit Pedesaan (BUKP), Baitul Maal

wa Tamwil (BMT), Baitul Tamwil Muhammadiyah (BTM), dan/atau

lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu tetap

dapat beroperasi sampai dengan 1 (satu) tahun terhitung sejak

Undang-Undang ini berlaku.

2) Lembaga-lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

memperoleh izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan paling lama 1

(satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini berlaku.

BMT DALAM UU LKM

Page 22: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

VIII. PERUSAHAAN

PEMBIAYAAN

Page 23: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Industri pembiayaan (multifinance) di Indonesia mulai

tumbuh tahun 1974 , didasarkan pada SKB tiga menteri:

Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri

Perdagangan

Tahun 1975 berdiri PT Pembangunan Armada Niaga Nasional,

yang kemudian menjadi PT (Persero) PANN Multi Finance

Tahun 1988, pemerintah memberi kesempatan luas kepada

masyarakat melalui Keputusan Presiden No. 61 Th. 1988

tentang Lembaga Pembiayaan, yang ditindaklanjuti dengan

SK Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988, untuk

melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk kegiatan usaha

sewa guna usaha (leasing), modal ventura, perdagangan

surat berharga, anjak piutang (factoring), kartu kredit, dan

pembiayaan konsumen (consumer finance ).

SEJARAH INDUSTRI PEMBIAYAAN

Page 24: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Keputusan Presiden No. 61 Th. 1988, Pasal 1 angka 2: lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.

Kegiatan usaha dari lembaga pembiayaan ini dapat dilakukan oleh bank, lembaga keuangan bukan bank, dan perusahaan pembiayaan

Bank adalah Bank Umum, Bank Tabungan dan Bank Pembangunan

Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan menyalurkannya ke dalam masyarakat guna membiayai investasi perusahaan-perusahaan

Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan

CONT‟D

Page 25: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

PP No. 9 Th. 2009 tentang Lembaga Pembiayaan

Ruang lingkup kegiatan usaha lembaga pembiayaan dapat dilakukan oleh tiga bentuk perusahaan yaitu perusahaan pembiayaan, perusahaan modal ventura, dan perusahaan pembiayaan infrastruktur

Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan/atau usaha kartu kredit

Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (investee company) untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha

Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur adalah badan usaha yang didirikan khusus untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada proyek infrastruktur

CONT‟D

Page 26: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Perusahaan pembiayaan yang berdasarkan prinsip syariah

dapat dilakukan oleh

perusahaan pembiayaan yang melaksanakan sistem syariah secara

keseluruhan

perusahaan pembiayaan yang melaksanakan sistem konvensional

dengan membuka unit usaha syariah pada perusahaannya.

PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH

Page 27: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Perusahaan pembiayaan syariah

PT Amanah Finance

PT Al Ijarah Finance Indonesia

Unit usaha syariah dari perusahaan pembiayaan konvensional , di antaranya:

PT Woka International Finance,

PT Nusa Surya Cipta Dana,

PT Federal International Finance,

PT Mandala Multifinance,

PT Trust Finance Indonesia,

PT Wahana Ottomitra Multiartha,

PT Fortuna Multi Finance,

PT Capitalinc Finance,

PT Trihamas Finance

PT Semesta Citra Dana

CONT‟D

Page 28: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Keputusan Menteri Keuangan No. 448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan

Pasal 7

“Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Perusahaan Pembiayaan dapat melakukan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah.”

Pasal 1 huruf i, Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah

“pembiayaan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Perusahaan Pembiayaan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan pembiayaan tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”.

Pasal 1 huruf j, Prinsip Syariah adalah

“aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Perusahaan Pembiayaan dengan pihak lain untuk melakukan pembiayaan sesuai dengan syariah”.

KETENTUAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

SYARIAH

Page 29: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK.012/2006 tentang

Perusahaan Pembiayaan, Pasal 26 mengatur bahwa

Perusahaan Pembiayaan dapat memperoleh pendanaan

syari‟ah melalui:

1. Pendanaan Mudharabah Mutlaqah (unrestricted investment);

2. Pendanaan Mudharabah Muqayyadah (restricted investment)

3. Pendanaan Mudharabah Musytarakah

4. Pendanaan Musyarakah (equity participation), dan

5. Pendanaan lainnya yang sesuai dengan Prinsip Syariah.

CONT‟D

Page 30: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

1. Sewa Guna Usaha yang dilakukan berdasarkan ijarah atau

ijarah muntahiyah bittamlik ,

2. Anjak Piutang yang dilakukan berdasarkan akad wakalah

bil ujrah ,

3. Pembiayaan Konsumen yang dilakukan berdasarkan

murabahah , salam atau istishna ,

4. Usaha Kartu Kredit yang dilakukan sesuai dengan Prinsip

Syariah, dan

5. Kegiatan pembiayaan lainnya yang dilakukan sesuai Prinsip

Syariah.

KEGIATAN USAHA PERUSAHAAN

PEMBIAYAAN

Page 31: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

IX. DEWAN SYARIAH

NASIONAL

Page 32: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Pembentukan Dewan Pengawas Syariah pada setiap

perusahaan syariah sebagai konsultan dan pengawas

pelaksanaan syariah

DPS memberikan OPINI menjadi dasar pelaksanaan

kegiatan

Negara atau pemerintah tidak memberi fasilitas pendukung

pelaksanaan kegiatan ekonomi syariah

EKONOMI SYARIAH

Page 33: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Lokakarya Ulama tentang Reksadana Syariah tanggal 29-30

Juli 1997 merekomendasikan pendirian lembaga sebagai

wadah kebutuhan praktisi ekonomi syariah

MUI, melalui SK MUI No. Kep. 754/MUI/II/1999, dibentuk

Dewan Syariah Nasional

CONT‟D

Page 34: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

1. Menumbuh-kembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam

kegiatan perekonomian pada umumnya dan keuangan pada

khususnya

2. Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan

3. Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah

4. Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan

TUGAS DSN

Page 35: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

1. Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS di masing-masing

LKS dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait

2. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi

ketentuan/peraturan yang dikeluarkan oleh instansi yang

berwenang

3. Memberikan rekomendasi dan/atau mencabut rekomendasi

nama-nama yang akan duduk sebagai DPS pada suatu LKS

KEWENANGAN DSN

Page 36: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

4. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah

yang diperlukan dalam pembahasan ekonomi syariah

5. Memberi peringatan kepada LKS untuk menghentikan

penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN

6. Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk

mengambil tindakan apabila peringatan tidak diindahkan

CONT‟D

Page 37: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Usulan atau Pertanyaan

DPS atau DSN menerima usulan atau pertanyaan

Ketua BPH DSN menerima usulan atau pertanyaan

Ketua BPH DSN, Anggota DSN dan

Staf Ahli membahas usulan atau pertanyaan

Memorandum

Rapat Pleno BPH DSN

Pengesahan Fatwa DSN oleh Ketua BPH

DSN

Fatwa DSN ditetapkan oleh

Ketua dan Sekretaris MUI

PROSES PENETAPAN FATWA DSN

Page 38: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Tahun Nomor Fatwa DSN Jumlah

2000 1 – 18 18

2001 19 – 21 3

2002 22 – 39 18

2003 40 1

2004 41 – 44 4

2005 45 – 49 5

2006 50 – 54 5

2007 55 – 64 10

2008 65 – 73 9

2009 74 – 75 2

2010 76 – 78 3

2011 79 – 82 4

2012 83 – 84 2

JUMLAH FATWA DSN

Page 39: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

X. DEWAN PENGAWAS

SYARIAH

Page 40: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

1. PP No. 72 Th. 1992 Pasal 5

1) Bank berdasarkan prinsip bagi hasil wajib memiliki Dewan Pengawas Syari'at yang mempunyai tugas melakukan pengawasan atas produk perbankan dalam menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat agar berjalan sesuai dengan prinsip Syari'at.

2) Pembentukan Dewan Pengawas Syari'at dilakukan oleh Bank yang bersangkutan berdasarkan hasil konsultasi dengan lembaga yang menjadi wadah para ulama Indonesia MUI

3) Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Pengawas Syariat berkonsultasi dengan lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).

2. SEBI No. 25/4/BPPP tanggal 29 Februari 1993 ditentukan pula bahwa bank berdasarkan prinsip bagi hasil (bank syariah) wajib memiliki DPS

DASAR PEMBENTUKAN DPS

Page 41: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Dewan Pengawas Syari'at bersifat independen dan terpisah

dari kepengurusan bank sehingga tidak mempunyai akses

terhadap operasional bank

Pembatasan akses DPS tersebut adalah untuk memenuhi

tugas DPS sebagai pengawas kepatuhan secara syariah,

bukan menginterfensi pelaksanaan operasional bank

tersebut.

CONT‟D

Page 42: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Keputusan DSN-MUI No. 03 Tahun 2000 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Penetapan Anggota Dewan Pengawas Syariah

Pada Lembaga Keuangan Syariah, Bagian Kelima.

1. Lembaga keuangan syariah mengajukan permohonan

penempatan anggota DPS kepada DSN. Permohonan tersebut

dapat disertai usulan nama calon DPS.

2. Permohonan tersebut dibahas dalam rapat BPH-DSN.

3. Hasil rapat BPH-DSN kemudian dilaporkan kepada pimpinan DSN.

4. Pimpinan DSN menetapkan nama-nama yang diangkat sebagai

anggota DPS.

PROSEDUR PENETAPAN ANGGOTA DPS

Page 43: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

1. UU No. 21 Th. 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 32

1) Dewan Pengawas Syariah wajib dibentuk di Bank Syariah dan

Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS.

2) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham atas rekomendasi

Majelis Ulama Indonesia.

3) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta

mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah.

DPS DALAM PERUNDANG-UNDANGAN

Page 44: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

2. UU No. 40 Th. 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 109.

1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah selain mempunyai Dewan Komisaris wajib mempunyai

Dewan Pengawas Syariah.

2) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas seorang ahli syariah atau lebih yang diangkat oleh

RUPS atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia.

3) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

bertugas memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta

mengawasi kegiatan Perseroan agar sesuai dengan prinsip

syariah.

CONT‟D

Page 45: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

3. PP No. 39 Th. 2008, Pasal I angka 3 yang merubah Pasal 3,

“Perusahaan perasuransian dalam melaksanakan kegiatan usahanya

harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

...

f. Untuk Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang

menyelenggarakan seluruh atau sebagian usahanya berdasarkan

prinsip syariah, memiliki dewan pengawas syariah.”

CONT‟D

Page 46: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

4. Peraturan Ketua Bapepam dan LK No. Per. -03/BL/2007

tentang Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip

Syariah,

DPS ditempatkan pada perusahaan-perusahaan pembiayaan

CONT‟D

Page 47: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Keputusan DSN MUI No. 03 Th. 2000 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Penetapan Anggota Dewan Pengawas Syariah

Pada Lembaga Keuangan Syariah :

1. Mengikuti fatwa-fatwa DSN.

2. Mengawasi kegiatan usaha LKS agar tidak menyimpang dari

ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan oleh DSN.

3. Melaporkan kegiatan usaha dan perkembangan lembaga

keuangan yang diawasinya secara rutin kepada DSN, sekurang-

kurangnya dua kali dalam satu tahun.

KEWAJIBAN DPS

Page 48: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

Keputusan DSN MUI No. 02 Th. 2000 tentang Pedoman Rumah

Tangga Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia :

1. Memberikan nasihat dan saran kepada direksi, pimpinan unit

usaha syari‟ah dan pimpinan kantor cabang lembaga keuangan

syari‟ah mengenai hal -hal yang berkaitan dengan aspek syari‟ah.

2. Melakukan pengawasan, baik secara aktif maupun secara pasif,

terutama dalam pelaksanaan fatwa DSN serta memberikan

pengarahan/pengawasan atas produk/jasa dan kegiatan usaha

agar sesuai dengan prinsip syari‟ah.

3. Sebagai mediator antara lembaga keuangan syari‟ah dengan DSN

dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk

dan jasa dari LKS yang memerlukan kajian dan fatwa dari DSN.

TUGAS POKOK DPS

Page 49: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

SEBI No. 8/19/DPbs tanggal 24 Agustus 2006 DPS, tugas,

wewenang, dan tanggung jawab DPS adalah:

1. Memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional

bank terhadap fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUI.

2. Menilai aspek syariah terhadap pedoman operasional, dan produk

yang dikeluarkan bank.

3. Memberikan opini dari aspek syariah terhadap pelaksanaan

operasional bank secara keseluruhan dalam laporan publikasi

bank.

4. Mengkaji produk dan jasa baru yang belum ada fatwa untuk

dimintakan fatwa kepada DSN-MUI.

5. Menyampaikan hasil pengawasan syariah sekurang-kurangnya

setiap 6 (enam) bulan kepada Direksi, Komisaris, DSN-MUI dan BI.

TUGAS, WEWENANG &

TANGGUNG JAWAB DPS

Page 50: Lembaga Keuangan Islam di Indonesia

TERIMAKASIH