Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi dari penelitian ini, yaitu
sebagai berikut:
1. Paul, Bhowmik, Islam, dan Kaium (2013)
Penelitian berjudul “Profitability and Liquidity of Conventional Banking
and Islamic Banking in Bangladesh: A Comparative Study”.Tujuan
penelitian ini untuk melihat perbandingan indikator profitabilitas dan
Liquiditas dari bank – bank konvensional dan islam di Bangladesh pada
tahun 2008-2012. Pengukuran indikator profitabilitas tersebut menggunakan
rasio Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Profit Expense Ratio
(PER), Net Profit Margin (NPM), Earning per Share (EPS), Profit per
Branch, Profit per Employee. Sedangkan indikator likuiditas menggunakan
rasio Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Asset Ratio (LAR). Uji yang
digunakan adalah T-test dan F-test.Hasil dari penelitian ini terdapat
perbedaan yang signifikan pada ROA, ROE, PER, EPS, NPM, Profit per
Branch dan Profit per Employee. Pada indikator likuiditas rasio LDR dan
LAR dari conventional bank lebih baik dibandingkan dengan Islamic bank.
2. Haque (2014)
Penelitian yang berjudul “Comparison of Financial Performance of
Commercial Banks: A Case Study in The Context of India” dengan masa
16
penelitian dari tahun 2009 – 2013. Studi pada perbankan di India untuk
membandingkan posisi keuangan bank dalam negeri dan bank asing (SCB).
Rasio keuangan yang digunakan adalah Return on Asset, Return on Equity,
dan Net Interest Margin. Uji ANOVA untuk mengetahui perbedaan dari
kedua jenis bank tersebut. Hasil dari penelitian ini adalah ROA dan NIM
bank domestik dan bank asing memiliki hasil yang sama (tidak ada
perbedaan). Rasio ROE sendiri memiliki perbedaan yang signifikan.
3. Wibowo dan Limajatini (2015)
Judul dari penelitian ini adalah “Identifikasi Kinerja Keuangan
Perbankan Terbaik di ASEAN (studi komparatif pada: Indonesia, Thailand,
dan Philipine)”. Penelitian dilakukan pada bank terbaik dari ketiga negara
tersebut. Indikator-indikator yang digunakan antara lain: capital risk; assets
quality; operating efficiency; liquidity risk, profitability; dan growth. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data series dari website yang
berupa laporan keuangan masing-masing bank terbaik tersebut mulai tahun
2009 hingga 2013 dengan uji Kruskal Wallis – Mann whitney U.
Kesimpulan penelian ini terdapat rata-rata rasio perbankan Indonesia yang
lebih baik dibandingkan dengan Thailand dan Filipina yakni: NPL; ROA;
ROE. Rata-rata rasio perbankan Indonesia yang kurang baik dibandingkan
dari Thailand dan Filipina adalah CAR, EEA, LDR, dan AGR.
4. Hasan, Suhadak, dan Sulasmiyati (2016)
Penelitian berjudul “Analisis ASEAN Banking Integration Framework
(ABIF)untuk Kinerja Perbankan di ASEAN”. Menggunakan sampel jenuh,
17
sampelnya 3 bank yang memiliki aset terbesar pada tahun 2014 pada negara
Filiphina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand Uji yang digunakan
dalam penelitian ini berdasarkan distribusi data yang diuji dengan
kolmogorov-Smirnov Test. Penelitian ini menggunakan uji ANOVA dan uji
Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan signifikan
pada rasio CAR, RORA NPL, dan LOA perbankan pada kelima Negara.
Rata – rata rasio keuangan CCA, RORA, NIM, ROA, dan ROE perbankan
Indonesia lebih baik dari keempat negara lainnya. Rasio CAR, NPL, EEA,
LOA, LDR, dan AGR perbankan Indonesia kurang baik disbanding keempat
negara lainnya.
5. Azzahroh, Hidayat, dan Sulasmiyati (2016)
“Analisis Komparatif Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia dan
Malaysia” adalah judul dari penelitian ini. Penelitian ini menggunakan
teknik dokumentasi dalam pengambilan data, sedangkan teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, dan
terpilihlah 6 sampel Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Central
Asia, Maybank, CIMB Group, dan Publik Bank. Penelitian ini mulai dari
tahun 2010 – 2014. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang
signifikan pada seluruh rasio indikator profitabilitas (ROA, ROE, dan NIM)
dan indikator solvabilitas (DR) kinerja keuangan bank umum di Indonesia
dan Malaysia pada tahun 2010 – 2014.
18
19
20
B. Lembaga Keuangan Perbankan
1. Definisi Lembaga Keuangan
“Lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya bidang
keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat,
terutama guna membiayai investasi perusahaan” (SK. Menkeu R.I. no.
792/90). Peranan lembaga keuangan perbankan tidak bisa dipisahkan dari
kegiatan perekonomian. Jika kesehatan perbankan terganggu, maka sistem
perekonomian pun akan terganggu (Tim penyusun FE UI 2006: 133).
Lembaga keuangan merupakan lembaga yang vital bagi sebuah negara.
Sebagai lembaga keuangan yang berkembang semakin pesat, perbankan perlu
untuk terus menjaga kinerjanya agar tetap prima untuk bertahan dan terus
mengikuti perkembangan. Perbankan ini menjadi pengelola dana dari
masyarakat dan untuk pertahanan ketika terjadi gejolak perekonomian.
2. Fungsi Lembaga Keuangan
Fungsi lembaga keuangan adalah sebagai lembaga yang menjembatani
kepentingan kelompok masyarakat yang kelebihan dana (idle funds) yang
umumnya disebut sebagai saver unit dengan kelompok yang membutuhkan
dana atau kekurangan dana (borrowed unit). Sesungguhnya fungsi lembaga
keuangan sangat luas cakupannya, namun pada hakikatnya dapat dikemukakan
disini beberapa fungsi pokok lembaga keuangan antara lain sebagainya
(Latumaerissa 2014:1).
21
3. Pengelompokan Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan (LK) dapat dikelompokkan menjadi lembaga
keuangan bank (LKB) dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB). Lembaga
keuangan bank terdiri dari bank sentral, bank umum, bank perkreditan rakyat
(BPR), dan bank campuran, sedangkan lembaga keuangan bukan bank dapat
dikelompokkam menjadi lembaga pembiayaan dan investasi dan penjualan
surat-surat berharga (development finance corporation) dan (investment
finance corporation), dan lembaga keuangan lainnya (Latumaerissa 2014: 3).
C. Perbankan dan Bank
1. Pengertian Perbankan dan Bank
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya (UU No. 10/1998 pasal 1).
“Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip
kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai
penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf
hidup rakyat banyak. Berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di
Indonesia, terdiri atas bank umum dan BPR. Perbedaan utama bank
umum dan BPR adalah dalam hal kegiatan operasionalnya. BPR tidak
dapat menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan dan kegiatan
operasional yang terbatas. Selanjutnya, dalam kegiatan usahanya dianut
dual bank system, yaitu bank umum dapat melaksanakan kegiatan usaha
bank konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Sementara
prinsip kegiatan BPR dibatasi pada hanya dapat melakukan kegiatan
usaha bank konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.” (Bank
Indonesia, 2013)
22
Gambar 1. Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia
Sumber: www.bi.go.id, 2011
Sedangkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya pada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (UU No. 10/1998 pasal
1).
2. Fungsi Bank
Secara umum terdapat tiga fungsi bank, sebagai berikut:
1) Sebagai penerima kredit (Kredit Pasif) dari masyarakat. Bentuk
dari kredit pasif yang diterima oleh bank berupa simpanan atau
tabungan, deposito, dan giro/ rekening Koran.
2) Sebagai pemberi kredit (Kredit Aktif) kepada masyarakat. Bank
dapat memberikan kredit produktif maupun konsumtif kepada
23
masyarakat. Dana kredit ini berasal dari simpanan/deposito
masyarakat maupun dari bank sendiri.
3) Sebagai perantara lalu lintas moneter. Guna menjalankan fungsi
ini, bank dapat melakukan jasa pengiriman uang (transfer) diskonto,
inkaso, dll (Tim Penyusun FE UI, 2006: 134).
3. Jenis-jenis Bank
Pengelompokkan bank umum berdasarkan lima aspek. Pada aspek
yang pertama, aspek fungsi terdapat lima jenis bank diantaranya
(Latumaerissa 2014:5-7):
1) Bank Sentral, adalah bank yang merupakan badan hukum milik
negara yang tugas pokoknya membantu pemerintah;
2) Bank Umum, adalah bank yang sumber utama dananya berasal dari
simpanan pihak ketiga, serta pemberi kredit jangka pendek dalam
penyaluran dana;
3) Bank Pembangunan, adalah bank yang dalam pengumpulan dananya
berasal dari penerimaan penerimaan simpanan deposito serta
commercial paper;
4) Bank Desa, adalah kantor bank di suatu negara yang tugas utamanya
melaksanakan fungsi perkreditan dan penghimpunan dana dalam
rangka program pemerintah memajukan pembangunan desa;
5) B.P.R, adalah kantor bank di kota kecamatan yang merupakan unsur
penghimpun dana masyarakat maupun menyalurkan dananya di
sektor pertanian dan pedesaan.
Aspek yang kedua adalah Status kepemilikan, dari aspek ini terbagi
menjadi lima jenis bank, diantaranya (Latumaerissa 2014:5-7):
1) Bank Milik Negara, adalah bank yang seluruh modalnya berasal dari
kekayaan negara yang dipisahka dan pendiriannya di bawah undang-
undang tersendiri.
2) Bank Milik Swasta Nasional, adalah bank milik swasta yang
didirikan dalam bentuk hukum perseroan terbatas, dimana seluruh
sahamnya dimiliki oleh WNI dan atau badan-badan hukum
Indonesia.
3) Bank Swasta Asing, adalah bank yang didirikan dalam bentuk
cabang bank yang sudah ada di luar negeri atau dalam bentuk
campuran antara bank asing dengan bank nasional yang ada di
Indonesia.
4) Bank Pembangunan Daerah, adalah bank yang pendiriannya
berdasarkan peraturan daerah provinsi dan sebagian besar sahamnya
dimiliki oleh pemerintah kota dan pemerintah kabupaten , di wilayah
24
bersangkutan dan modalnya merupakan harta kekayaan pemerintah
daerah yang dipisahkan.
5) Bank Campuran, adalah bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh
pihak asing dan pihak swasta nasional.
Aspek ketiga adalah kegiatan operasional, terbagi menjadi dua jenis
bank diantaranya (Latumaerissa 2014:5-7):
1) Bank Devisa, adalah bank yang mempunyai hak dan wewenang yang
diberikan oleh bank Indonesia untuk melakukan transaksi valuta
asing dan lalu lintas devisa serta hubungan koresponden dengan bank
asing di luar negeri;
2) Bank Non Devisa, adalah bank yang dalam operasionalnya hanya
melaksanakan transaksi di dalam negeri, dan tidak melakukan
transaksi valuta asing dan tidak melakukan hubungan dengan bank
asing di luar negeri.
Aspek keempat adalah penciptaan uang giral, terbagi menjadi dua
jenis bank, yaitu (Latumaerissa 2014:5-7):
1) Bank Primer, adalah bank yang dalam kegiatan operasionalnya tidak
sekedar menghimpun dan menyalurkan dana nya, tetapi juga
melaksanakan semua transaksi yang berhubungan langsung dengan
kas.
2) Bank Sekunder, adalah bank yang kegiatan operasionalnya hanya
sekedar melaksanakan transaksi kas secara langsung.
Aspek kelima adalah sistem organisasi, terdapat beberapa jenis bank,
diantaranya (Latumaerissa 2014:5-7):
1) Unit Banking System, adalah bank yang kegiatan operasionalnya
hanya mempunyai satu kantor saja dan melayani masyarakat di
sekitar wilayah itu.
2) Branch Banking System, adalah bank yang kegiatan operasionalnya
di beberapa wilayah dan memiliki beberapa kantor cabang, dimana
sistem organisasi, manajemen, keuangan, dan manajemen sumber
daya manusia terkait dengan kantor pusat.
3) Correspondent Banking, adalah hubungan sistem antar bank dimana
terdapat suatu pengaturan informasi antar bank, sehingga bank-bank
kecil mempunyai deposit pada bank-bank besar untuk membantu
jasa pelayanannya. Bank ini beroperasi baik di dalam suatu daerah,
juga secara nasional maupun internasional.
Aspek keenam adalah skala usaha atau target pasar terbagi menjadi
tiga jenis bank, yaitu (Latumaerissa 2014:5-7):
1) Wholesale Banking, adalah bank yang kegiatan operasionalnya
diarahkan untuk menjaring nasabah-nasabah pada kelompok
masyarakat menengah dan masyarakat atas.
2) Retail Banking, adalah bank yang dalam kegiatan usahanya,
diarahkan untuk menjaring nasabah-nasabah pada kelompok
masyarakat kecil.
25
3) Wholesare dan Retail Banking, adalah bank yang dalam kegiatan
operasionalnya, diarahkan untuk menjaring nasabah-nasabah mulai
dari kelompok masyarakat kecil, masyarakat menengah dan
masyarakat atas.
Aspek terakhir adalah aspek geografis terdapat tiga jenis bank,
diantaranya (Latumaerissa 2014:5-7):
1) Bank Lokal (Community or Local Bank), adalah bank yang
beroperasi secara terbatas di daerah (desa) tertentu.
2) Bank Regional (Regional Bank), bank yang beroperasi di pasar
perkotaan (regional).
3) Bank Multinasional (Money Center of Multinational Banks), adalah
bank yang lingkup operasinya sampai tingkat nasional
maupuninternasional. Contoh: BCCI (Bank of Credit and Company
International) milik Abu Dhabi yang beroperasi di Caymend Island
dan Luxembourg.
Menurut jenisnya bank terdiri dari yang pertama bank umum
bertugas menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/
dalam bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu (UU RI No. 10/
1998 Pasal 5).
Jenis bank yang kedua bank perkreditan rakyat tugasnya
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu (UU RI No. 10/ 1998 BAB III Pasal 13).
D. Kinerja Perbankan
Penilaian kinerja perbankan publik sangat penting untuk dilakukan. Sebab
kegiatan perusahaan perbankan tersebut berpengaruh besar terhadap
perekonomian nasional. Penilaian kesehatan suatu bank merupakan
kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola bank, masyarakat
pengguna jasa bank dan Bank Indonesia selaku otoritas pengawas bank.
26
Kesehatan bank tersebut dinilai berdasarkan perkembangan perbankan yang
pesat sehingga berpengaruh pada peningkatan kompleksitas usaha bank serta
meningkatnya risiko yang dimiliki oleh bank.
Deteksi kinerja keuangan perusahaan dapat mempercepat identifikasi
kondisi perusahaan yang peka akan masalah – masalah ekonomi seperti krisis
moneter dan ekonomi pada tahun 1997 hingga 1988. Penyebab utama dari
krisis ini berasal dari sektor bank, pasar keuangan, nilai tukar, masalah hutang
jangka pendek, perpindahan modal, dan gejolak politik. Industri perbankan di
Indonesia dilanda masalah likuiditas yang sangat serius sejak terjadinya krisis
tersebut (Puspopranoto, 2004:132). Tentunya permasalahan ini juga dialami
oleh negara lain seperti negara tetangga Indonesia yakni Malaysia. Perbedaan
cara mengelola faktor ekonomi dan finansialnya dapat memberi gambaran dan
perbandingan dalam mengantisipasi permasalahan ekonomi dan meningkatkan
kinerja finansialnya.
Menurut Bank Indonesia ( 2017) Bank merupakan suatu perusahaan yang
menjalankan fungsi intermediasi atas dana yang diterima dari nasabah. Jika
sebuah bank mengalami kegagalan, dampak yang ditimbulkan akan meluas
mempengaruhi nasabah dan lembaga-lembaga yang menyimpan dananya atau
menginvestasikan modalnya di bank, dan akan menciptakan dampak ikutan
secara domestik maupun pasar internasional. Karena pentingnya peran bank
dalam melaksanakan fungsinya maka perlu diatur secara baik dan benar. Hal
27
ini bertujuan untuk menjaga kepercayaan nasabah terhadap aktivitas
perbankan.
Pentingnya kinerja keuangan perbankan, pada tahun 1988 BIS
mengeluarkan suatu konsep kerangka permodalan yang lebih dikenal dengan
the 1988 accord (Basel I). Sistem ini dibuat sebagai penerapan kerangka
pengukuran bagi risiko kredit, dengan mensyaratkan standar modal minimum
adalah 8%. Komite Basel merancang Basel I sebagai standar yang sederhana,
mensyaratkan bank-bank untuk memisahkan eksposurnya kedalam kelas yang
lebih luas, yang menggambarkan kesamaan tipe debitur. Eksposur kepada
nasabah dengan tipe yang sama (seperti eksposur kepada semua nasabah
korporasi) akan memiliki persyaratan modal yang sama, tanpa memperhatikan
perbedaan yang potensial pada kemampuan pembayaran kredit dan risiko yang
dimiliki oleh masing-masing individu nasabah (Bank Indonesia, 2017).
Sejalan dengan semakin berkembangnya produk-produk yang ada di
dunia perbankan, BIS (Bank of International Settlements) kembali
menyempurnakan kerangka permodalan yang ada pada the 1988 accord
dengan mengeluarkan konsep permodalan baru yang lebih di kenal dengan
Basel II. Basel II dibuat berdasarkan struktur dasar the 1988 accord yang
memberikan kerangka perhitungan modal yang bersifat lebih sensitif terhadap
risiko (risk sensitive) serta memberikan insentif terhadap peningkatan kualitas
penerapan manajemen risiko di bank. Hal ini dicapai dengan cara penyesuaian
persyaratan modal dengan risiko dari kerugian kredit dan juga dengan
28
memperkenalkan perubahan perhitungan modal dari eksposur yang
disebabkan oleh risiko dari kerugian akibat kegagalan operasional.
E. Pengukuran Kinerja Perbankan
Menurut Menteri Keuangan RI berdasarkan Keputusan No.
740/KMK.00/1989 tanggal 28 Juni 1989, kinerja adalah prestasi yang dicapai
oleh perusahaan selama periode tertentu yang mencerminkan tingkat
kesehatan dari perusahaan tersebut. Tujuan dari pengukuran kinerja ini adalah
untuk mengukur kinerja bisnis dan manajemen dibandingkan dengan tujuan
atas sasaran perusahaan. Kinerja keuangan perbankan dapat diukur dengan
berbagai metode. Masing – masing negara memiliki metode pengukuran
kinerja keuangan perbankan yang berbeda. Meski demikian tetap terdapat
kemiripan dari faktor yang diteliti.
Menurut Munawir ( 2007 : 68 ) berdasarkan tujuan penganalisa angka
rasio dapat digolongkan antara lain: rasio-rasio likuiditas (liquidity), rasio-
rasio profitabilitas (profitability), rasio-rasio solvabilitas (leverage), dan rasio
lain yang sesuai dengan kebutuhan penganalisa, misal rasio aktivitas.
Penelitian ini menggunakan indikator likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas
yang diproksikan dengan rasio – rasio keuangan bank. Penggunaan rasio
keuangan sesuai dengan yang dikembangkan Azzahroh, Hidayat, dan
Sulasmiyati (2016) dan peneliti lainnya. Pengukuran indikator – indikator
bank tersebut adalah sebagai berikut:
29
a. Indikator Likuiditas
Analisis indikator risiko likuiditas dimaksudkan untuk mengukur
seberapa besar kemampuan bank untuk mampu membayar hutang –
hutangnya dan membayar kembali kepada deposannya serta dapat
memenuhi kredit yang diajukan oleh debiturnya tanpa terjadi
penangguhan. Menurut Sawir (2009:28) bank dikatakan likuid
apabila:
1. Bank memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang
digunakan untuk memenuhi likuiditasnya;
2. Bank memiliki cash assets yang lebih kecil dari yang
tersebut diatas, tetapi yang bersangkutan juga memiliki aset
lainnya (khususnya surat – surat berharga) yang dapat
dicairkan sewaktu – waktu tanpa mengalami penurunan nilai
pasarnya;
3. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan
cash assets melalui berbagai bentuk hutang.
Tingkat likuiditas bank diproksikan dengan rasio: (SE BI No.
13/30/DPNP/2011)
1. Loan to Assets (LOA) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑜𝑎𝑛𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑋 100%
Rasio ini mengukur tingkat risiko likuiditas bank sehubungan dengan
pemberian kredit kepada debitur dengan aset yang tersedia, jadi semakin
rendah rasio ini menunjukkan tingkat risiko likuiditas bank yang baik.
2. Loan to Deposit Ratio (LDR) =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑜𝑎𝑛𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑋 100%
Rasio ini berguna untuk mengukur tingkat kemampuan bank dalam
membayar kembali kewajibannya kepada nasabah bank yang telah
menanamkan dananya dengan menarik kembali kredit – kredit yang
30
telah diberikan bank kepada pata debiturnya, jadi semakin tinggi rasio
ini menunjukkan tingkat likuiditas bank yang lebih baik.
b. Indikator Profitabilitas
Analisis indikator profitabilitas untuk mengukur kemampuan bank
dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan untuk mengukur
tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional
bank.Menurut Sutojo (1997:56) rasio dari indikator profitabilitas bank
ada 3 yaitu NIM, ROA, dan ROE. Diperkuat oleh SE BI No.
13/30/DPNP/2011 bahwa tingkat profitabilitas bank diproksikan dengan
rasio:
1. Return on Assets(ROA) = 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑋 100%
Rasio ini menunjukkan kemampuan dari bank dalam mengelola
aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan laba, jadi semakin tinggi
rasio ini menunjukkan hasil profitabilitas yang semakin baik.
2. Return on Equity (ROE) = 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝑋 100%
Rasio ROE ini menunjukkan kemampuan bank dalam
menghasilkan laba ditinjau terhadap equity capital, jadi semakin
tinggi rasio ini menunjukkan hasil profitabilitas yang semakin baik.
3. Net Interest Margin (NIM) = 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑜𝑎𝑛 𝑋 100%
Rasio ini mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net
interest income dari pengelolaan aktiva produktif bank. NIM
31
dihasilkan dari selisih antara penerimaan bunga dan pembayaran
bunga dibagi aktiva produktif, jadi semakin tinggi nilai rasio NIM
bank maka hasilnya akan semakin bagus dan menunjukkan tingkat
efisiensi operasional yang baik.
c. Indikator Solvabilitas
Solvabilitas adalah rasio yang menggmbarkan kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangya / kewajiban –
kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Menurut Sawir (2008:13)
solvabilitas bank dapat diproksikan dengan rasio Debt Ratio (DR). Debt
Ratio atau Total Asset to Total Debt Ratio merupakan rasio yang
memperlihatkan proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh
kekayaan yang dimiliki. Rasio ini merupakan perbandingan antara total
hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana
hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Rumus dari rasio ini adalah:
Debt Ratio= Total Hutang
Total Aktiva𝑋 100%
Apabila DR semakin tinggi, tetapi proporsi total aktiva tidak berubah,
maka hutang yag dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang
semakin besar berarti risiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan
pinjaman juga semakin tinggi. Apabila DR semakin kecil, maka hutang
yang dimiliki perusahaan juga semakin kecil dan ini berarti risiko
kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman juga semakin
tinggi.
32
F. Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:1) laporan keuangan bank
meliputi bagian dari proses laporan keuangan. Laporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan (dapat disajikan dengan berbagai
cara, misalnya sebagai laporan arus kas), catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:5-8), laporan keuangan yang
berguna bagi pemakai informasi bahwa harus terdapat empat karakteristik
kualitatif pokok yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat
diperbandingkan. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan
keputusan ekonomi (PSAK No. 1, 2009). “Setiap bank diwajibkan
menyampaikan laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan laba / rugi
berdasarkan waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia” (UU RI
No.7 Tahun 1992, pasal 34).
Menurut Kasmir (2002:173) secara umum tujuan dari pembuatan laporan
keuangan adalah yang pertama memberikan informasi keuangan tentang
jumlah aktiva, kewajiban, dan modal bank pada waktu tertentu. Kedua,
sebagai informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan yang
diperoleh dan biaya – biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu. Ketiga,
memberikan informasi tentang perubahan – perubahan yang terjadi dalam
33
aktiva, kewajiban, dan modal suatu bank. Terakhir memberikan informasi
tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode.
Adapun pihak – pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan
keuangan ini menurut Kasmir (2002:174) adalah pemilik / pemegang saham,
pemerintah, manajemen, karyawan, masyarakat luas. Guna laporan keuangan
bagi pemegang saham adalah untuk melihat kemajuan perusahaan dalam
menciptakan laba dan mengembangkan perusahaan. Pemerintah perlu untuk
melihat laporan keuangan bank sebab untuk mengetahui kemajuan dan
kepatuhan bank dalam melaksanakan kebijakan moneter dan pengembangan
sektor – sektor industri tertentu. Manajemen bank perlu melihat laporan
keuangan untuk menilai kinerja manajemen bank dalam mencapai target –
target yang telah ditetapkan. Manfaat laporan keuangan yang terakhir bagi
masyarakat luas adalah untuk jaminan terhadap uang yang disimpan di bank,
pemilik dana dapat mengetahui kondisi bank yang bersangkutan dengan
melihat angka – angka pada laporan keuangan.
Tujuan laporan keuangan suatu bank secara umum adalah sebagai berikut
(Kasmir, 2008:256):
1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis –
jenis aktiva yang dimiliki.
2. Memberikan informasi laporan keuangan tentang jumlah
kewajiban dan jenis – jenis kewajiban bank jangka pendek (lancar)
maupun jangka panjang.
3. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis –
jenis modal bank pada waktu tertentu.
4. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari
jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber – sumber
pendapatan bank tersebut.
5. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya – biaya
berikut jenis – jenis biaya yang dikeluarkan untuk periode tertentu.
34
6. Memberikan informasi tentang perubahan – perubahan yang terjadi
dalam aktiva, kewajiban, dan modal suatu bank.
7. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu
periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan
Adapun komponen laporan keuangan bank yang pertama adalah Neraca
Bank merupakan laporan mengenai jumlah harta atau kekayaan, jumlah
modal, dan juga jumlah kewajiban atau hutang dari sebuah bank. Komponen
kedua adalah Laporan Rugi / Laba Bank yang berisi pendapatan sebuah bank
maupun beban biaya yang harus ditanggung dalam periode waktu tertentu.
Ketiga adalah Laporan Kontingensi dan Komitmen berupa tagihan ataupun
kewajiban dari bank yang tidak akan mempengaruhi neraca aktiva dan pasiva
ketika tanggal pembuatan. Komponen terakhir adalah Laporan Rasio
Keuangan Bank merupakan analisis finansial yang dilakukan untuk melihat
hubungan antara laporan periode tertentu dengan periode sebelumnya.
Lembaga perbankan secara sistematis memberikan informasi bagi pihak –
pihak berkepentingan dengan perbankan baik internal maupun eksternal.
Terdapat beberapa hal yang membedakan laporan keuangan perbankan dan
laporan keuangan umum diantaranya adalah yang pertama akun – akunnya
khusus untuk lembaga keuangan. Kedua, laporan keuangan harus meliputi
tambahan yang menyimpan data transaksi, namun belum mempengaruhi
neraca tapi harus sudah diperhitungkan oleh bank yaitu laporan rekening
administrasi (P. Golrida, 2013: 5 – 6).
Jadi laporan keuangan ini perlu dibuat oleh semua perusahaan, terutama
dalam hal ini perbankan. Laporan keuangan perbankan berisi rasio – rasio
35
keuangan dari perbankan yang merefleksikan kinerja dari perbankan tersebut.
Pemegang saham, pemerintah, manajemen dari perbankan sendiri, masyarakat
luas, bahkan karyawan dari bank itu sendiri perlu untuk melihat laporan
keuangan tersebut guna melaksanakan kepentingannya masing – masing.
Sebagai perbankan yang baik perlu untuk menyampaikan laporan keuangan
dengan mempertimbangkan terpenuhinya informasi – informasi bagi semua
pihak yang memiliki kepentingan terhadap bank.
G. Model Konsep
Model konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Gambar 2. Model Konsep
Sumber: diolah oleh peneliti, 2017
Likuiditas
Indonesia
Likuiditas
Malaysia
Profitabilitas
Indonesia
Profitabilitas
Malaysia
Solvabilitas
Indonesia Solvabilitas
Malaysia
Uji Beda
Uji Beda
Uji Beda
36
H. Model Hipotesis
Model hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Gambar 3. Model Hipotesis
Sumber: diolah peneliti, 2017
I. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada penelitian dan teori-teori terdahulu, bahwa indikator-
indikator ekonomi makro dapat mempengaruhi kinerja perbankan. Penelitian
ini menggunakan indikator ekonomi diantaranya inflasi, suku bunga, dan
pengangguran untuk menilai kinerja keuangan. Hipotesis bagi kinerja
keuangan perbankan di Indonesia, dan Malaysia dapat dirumuskan sebagai
berikut:
H1 :Terdapat perbedaan yang signifikan pada indikator likuiditas perbankan di
Indonesia dan Malaysia
H1
H2
H3
Likuiditas
Indonesia
Likuiditas
Malaysia
Profitabilitas
Indonesia
Profitabilitas
Malaysia
Solvabilitas
Indonesia
Solvabilitas
Malaysia
37
H2 :Terdapat perbedaan yang signifikan pada indikator profitabilitas
perbankan di Negara Indonesia dan Malaysia.
H3 :Terdapat perbedaan yang signifikan pada indikator solvabilitas perbankan
di Negara Indonesia dan Malaysia.