Download pdf - Supervisi

Transcript
Page 1: Supervisi

4. Pendekatan Profesional

Asumsi dasar pendekatan professional adalah bahwa karena tugas utama profesi guru

yakni mengajar. Oleh sebab itu sasaran supervisi juga harus mengarahkan pada hal-hal yang

menyangkut tugas mengajar itu, dan bukan tugas guru yang sifatnya adminstratif. Asumsi ini

dikembangkan dalam bentuk praktek di beberapa sekolah di Cianjur, berlangsung antara

tahun 1979-1984, lalu kegiatan ini terkenal dengan nama Proyek Cianjur.

Dari penelitian terbatas tetapi mendalam (illuminative indepth study) yang dilakukan

oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen P dan K pada awal 1979 diketahui

bahwa terdapat kelemahan di berbagai segi pengajaran antara lain:

a. Guru mengalami kesulitan di dalam menyusun persiapan mengajar, melaksanakan

pengajaran di kelas, mengelola kelas, dan mengelola peserta didik.

b. Terdapat kecenderungan bahwa pengajaran menekankan pada pengembangan aspek

kognitif rendah (recall) sehingga tidak atau kurang mengembangkan proses berpikir

divergen.

c. Kurang diperhatikannya perbedaan individual peserta didik sehingga mereka yang lambat

belajar tidak dapat mengikuti pelajaran sedangkan mereka yang berkemampuan lebih

tinggi tidak dapat mencapai hasil optimal.

Secara umum uji coba proyek Cianjur tersebut dapat dibedakan menjadi dua bagian

besar, yaitu:

1) Uji coba pelayanan professional, yang akan diterangkan menurut bentuk dan isinya. Di

dalam perkembangannya, layanan profesional dikenal juga dengan nama Pembinaan

Profesional, dan gerak kerja serta mekanismenya secara keseluruhan disebut Sistem

Pembinaan Profesional (SPP).

2) Uji coba peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan prinsip

Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP).Uji coba ini

juga menekankan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar.

Proyek Cianjur ini dikenal juga dengan Model Supervisi Pendidikan, atau Sistem

Pelayanan Profesional. Lebih populer menunujuk pada dua bagian uji coba sekaligus, yaitu

SPP-CBSA, Sistem Pembinaan Profesional (mengenai peningkatan kualitas belajar melalui)

Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Asumsi dasar itu dikembangkan lebih terinci, sebagai

berikut:

Page 2: Supervisi

a. Kulaitas supervisi harus ditingkatkan dari yang sifatnya tradisional menjadi supervisi

professional (mementingkan hal-hal yang menyangkut tugas pokok guru sebagai

pengajar, bukan sebagai administrator).

b. Supervisi professional hanya dapat berlangsung baik jika hubungan antara guru, kepala

sekolah, dan pengawas sekolah juga baik (bukan sebagai atasan dan bawahan tetapi

sebagai sejawat).

c. Kepala dan pengawas sekolah harus memahami dengan seksama apa yang menjadi

tugas guru dan factor-faktor yang mendukungnya.

d. Pembinaan kepada guru tidak cukup hanya dilakukan oleh kepala dan pengawas sekolah

saja, tetapi juga harus dari sesama sejawat.

e. Apabila terjalin hubungan yang erat di antara sesama guru dan antara guru dengan

kepala/pengawas sekolah maka pemberian supervisi akan semakin mudah dipahami.

Teknik supervisi profesional ialah:

a. Penataran yang diberikan kepada guru harus diberikan bersama dengan kepala sekolah

(dan pengawas). Isi penataran bersama meliputi: 1) metode umum tentang pemanfaatan

waktu belajar, perbedaan individual siswa, belajar aktif, belajar berkelompok, teknik

bertanya dan umpan balik, 2) metode khusus IPA, matematika, IPS, dan bahasa, 3)

pengalaman lapangan para petatar dalam menerapkan metode umum dan metode khusus,

serta 4) pembinaan profesional.

b. Penugasan merupakan teknik pembinaan di dalam masing-masing sekolah maupun di

dalam kelompok sekolah yang berdekatan.

c. KKG, KKKS, KKPS, dan PKG, dipergunakan sebagai wadah pengorganisasian dan

pembinaan guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah untuk melakukan kegiatan

peningkatan kualitas pengajaran.

KKG singkatan dari Kelompok Kerja Guru, berfungsi sebagai wadah untuk

melakukan berbagai kegiatan penunjang kegiatan belajar-mengajar.

KKKS singkatan dari Kelompok Kerja Kepala Sekolah, berfungsi sebagai wadah

koordinasi dalam upaya pembinaan mata pelajaran, proses belajar mengajar, dan hal

lain yang berkenaan dengan pengelolaan sekolah umumnya dan pembinaan

profesional khususnya.

Page 3: Supervisi

KKPS singkatan dari Kelompok Kerja Pengawas Sekolah, berfungsi sebagai wadah

diskusi, tukar menukar informasi dan pengalaman, mencari dan menemukan alternatif

penyelesaian masalah yang dijumpai di sekolah, serta menetapkan keseragaman

tindakan dalam pembinaan.

PKG singkatan dari Pusat Kegiatan Guru, berfungsi sebagai tempat berlangsungnya

KKG, KKKS, maupun KKPS.

Melalui penggugusan, KKG dan PKG maka langkah-langkah kegiatan pembinaan

sebagai berikut:

a. Tahap Prapertemuan.

Dalam tahap ini guru mengumpulkan data mengenai kesulitan pelaksanaan

pengajaran dan dicatat sebagai masalah yang akan dibahas dalam pertemuan sejawat.

b. Tahap Pengajuan Masalah.

Dalam tahap ini masing-masing guru peserta diskusi kelompok KKG

mengajukan permasalahan yang sudah dituliskan di rumah atau di sekolah.

c. Tahap Pembahasan.

Satu demi satu masalah yang diajukan oleh guru dibahas bersama.

d. Tahap Implementasi.

Setelah mendapat alternatif pemecahan masalah dari kelompok diskusi

sejawat, guru mencoba menerapkan alternatif tersebut di dalam praktek.

e. Tahap Pengumpulan Balikan.

Pengalaman dalam mengimplementasikan alternative pemecahan masalah

tersebut, dicatat oleh guru dalam buku tersendiri. Untuk alternatif yang sudah cocok

dengan sasaran, dilaporkan dalam kesempatan diskusi kelompok berikutnya. Untuk

alternatif yang belum cocok dengan sasaran, diajukan lagi dalam pertemuan untuk

disempurnakan atau dicari penggantinya.

5. PERANAN GURU DALAM SUPERVISI

Supervisi pendidikan bertujuan untuk membantu guru dalam memperbaiki proses

belajar mengajar melalui peningkatan kompetensi guru itu sendiri dalam melaksanakan tugas

profesional mengajarnya. Guru hendaknya secara aktif memberikan masukan kepada

supervisor tentang masalah yang dihadapi dalam mengajar.

Di dalam pelaksanaan supervisi, sikap kooperatif guru yang ditunjukkan pada fase

perencanaan masih tetap diperlukan, malahan perlu ditingkatkan. Kesediaan guru untuk

diobservasi dan dianalisis perilaku mengajarnya, serta kesediaan untuk berdialog dengan

Page 4: Supervisi

supervisor harus terus dikembangkan, sehingga guru dapat memperoleh manfaaat sebesar-

besarnya dari proses supervisi.

Dalam penilaian, guru dapat melengkapi data dan informasi dengan mengemukakan

suasana hati, perasaan, serta harapannya, baik pada waktu ia melaksanakan tugas

mengajarnya maupun perasaannya secara umum terhadap sekolah dan supervisor. Dengan

demikian, akan terjadi proses saling memperkaya antara guru dan supervisor dalam usaha

untuk berkembang dalam melaksanakan tugas pendidikan mereka.