SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : Penyakit Bronkitis
Latar belakang :Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran udara ke
paru-paru. Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada
akhirnya akan sembuh sempurna, disebabkan oleh virus,
bakteri dan (terutama) organisme yang menyerupai bakteri
(Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia).Serangan bronkitis
berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit
paru-paru dan saluran pernafasan menahun.Gejalanya dapat
berupabatuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan),
sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan,
sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu), bengek,
lelah, pembengkakan pergelangan kaki, pipi tampak
kemerahan, sakit kepala dan gangguan penglihatan.
Sub Pokok Bahasan : Anatomi fisiologi pernapasan
Pengertian penyakit bronkitis
Penyebab penyakit bronkitis
Patofisiologi bronkitis
Gejala penyakit bronkitis
Pencegahan bronkitis
Sasaran : Mahasiswa
Hari/tanggal : Kamis, 23 Oktober 2014
Waktu : 09.00 - Selesai
Tempat : Aula STIKES MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
I. TIU ( Tujuan Instruksional Umum )
Setelah diberikan penyuluhan mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan mampu
memahami serta dapat menjelaskan tentang penyakit bronkitis.
II. TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
No. TIK Materi Media Metode Evaluasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dapat mengetahui
dan memahami serta menjelaskan anatomi
fisiologi pernapasan
Dapat Mengetahui dan memahami serta
menjelaskan tentang penyakit bronchitis.
Dapat menyebutkan penyebab dari
penyakit bronchitis
Dapat Mengetahui dan memahami serta
menjelaskan tentang patofisiologi penyakit bronchitis.
Dapat menyebutkan gejala dari penyakit bronchitis
Mengetahui dan
memahami serta menjelaskan pencegahan penyakit
bronchitis
Sistem pernapasan
Pengertian penyakit
Penyebab penyakit
Patofisiologi penyakit
Gejala penyakit
Pencegahan penyakit
Leaflet
LCD, Laptop, dan layar LCD
Ceramah dan Tanya
jawab
Mahasiswa
mengetahui dan memahami serta
menjelaskan anatomi fisiologi pernapasan
Mahasiswa mengetahui penyakit
bronchitis
Mahasiswa dapat menyebutkan
penyebab dari penyakit bronchitis
Mahasiswa mengetahui dan
memahami serta menjelaskan tentang patofisiologi penyakit
bronchitis.
Mahasiswa dapat menyebutkan gejala dari penyakit bronkitis
Mahasiswa
Mengetahui dan menjelaskan pencegahan penyakit
bronkitis
III. KEGIATAN
No. Kegiatan Waktu Penyaji Sasaran
1. Pembukaan dan perkenalan kelompok
5 menit Memberi salam
Memperkenalkan diri dan kelompok
Menjelaskan tujuan
penyuluhan
Membuat kontrak waktu
Menjawab salam
Peserta penyuluhan dapat mendengarkan dan
memperhatikan materi yang diberikan.
2. Penyajian materi dan
Tanya jawab
30 menit Menjelaskan tentang :
Sistem pernapasan
Pengertian penyakit
Penyebab penyakit
Patofisiologi penyakit
Gejala penyakit
Pencegahan penyakit
Mahasiswa dan mahasiswi
dapat mendengarkan dan memahami, serta dapat menjelaskan dengan baik
materi yang disampaikan
Mahasiswa dan mahasiswi aktif dalam sesi Tanya
jawab
3. Penutup 10 menit Menyimpulkan materi yang disampaikan
Menjelaskan kembali
hal-hal yang tidak di mengerti dari
penjelasan
Penyaji mengucapkan
terimakasih dan salam penutup
Mendengarkan dan memahami
Menjawab salam
IV. PENGORGANISASIAN
1. Penyaji : Samsuddin
Tugas : Menyampaikan materi penyuluhan
2. Moderator : Khusnul Khatimah
Tugas : Memandu jalannya Penyuluhan Kesehatan
3. Notulen : Reni Rahmawati
Tugas : Membantu penyaji menampung pertanyaan dan menyimpulkan hasil
Penyuluhan Kesehatan
4. Anggota : M. Khoirul Zed, M. Ryan Hidayat, Muhammad Saiful Fadly, Hero
Deswanto, Ari Kurniawan Ramadhani, Gunadi Wijaya, Eka Paryadi,
Hafizhah Hayati, Kurnia Febriani, Reni Rahmawati, Artika
Muslimawati, Rini Lestari Hayati, Erma Yulianti, Maisarah, Apria
Syahnida Fadmi
Tugas : Membagikan Leaflet kepada peserta penyuluhan kesehatan
V. MATERI PENYULUHAN
BRONKITIS
1. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernapasan
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan
adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh
untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 hasil dari metabolisme .
a. Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan
oleh sekat septum nasi.Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara,
debu dan kotoran.Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis
posterior dan konka nasalis media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.
b. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan.
Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat,
juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening.
c. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara.
Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk
ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita
suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis.
d. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri
dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk
mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka.Sebelah dalam diliputi oleh
selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk
mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan.
e. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian
vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek
daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin dan mempunyai 3 cabang.Bronkus
kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang.Cabang bronkus yang
lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung
paru yang disebut alveolli.
f. Paru-paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-
gelembung.Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam
darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
(Anatomi dan fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. 2006)
2. Definisi
Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran udara ke paru-paru.
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna.
Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung
atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.
(Buku saku Patofisiologi Edisi Refisi 3)
Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit
tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas
atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis,
Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya
(Gunadi Santoso, 1994)
3. Etiologi
Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan (terutama)
organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia).
Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-
paru dan saluran pernafasan menahun.
a. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:
2.1.1 Sinusitis kronis
2.1.2 Bronkiektasis
2.1.3 Alergi
2.1.4 Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.
b. Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh:
2.2.1 Berbagai jenis debu
2.2.2 Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen
sulfida, sulfur dioksida dan bromine
2.2.3 Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida
2.2.4 Tembakau dan rokok lainnya.
(Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system pernapasan, edisi 2, 2009)
4. Patofisiologi
Virus (penyebab tersering infeksi) - Masuk saluran pernapasan - Sel
mukosa dan sel silia - Berlanjut - Masuk saluran pernapasan(lanjutan) - Menginfeksi
saluran pernapasan - Bronkitis - Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir -
Pilek 3 – 4 hari - Batuk (mula-mula kering kemudian berdahak) - Riak jernih -
Purulent - Encer - Hilang - Batuk - Keluar - Suara ronchi basah atau suara napas
kasar - Nyeri subsernal - Sesak napas - Jika tidak hilang setelah tiga minggu -
Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama).
(Sumber : dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981)
Apabila bronchitis kongenital patogenesisnya tidak diketahui diduga erat
hubungannya dengan genetic serta factor pertumbuhan dan perkembangan fetus
dalam kandungan. Pada bronchitis yang didapat patogenesisnya diduga melelui
beberapa mekanisme : factor obstruksi bronkus, factor infeksi pada bronkus atau
paru-paru, fibrosis paru, dan factor intrinsik dalam bronkus atau paru.
Patogenesis pada kebanyakan bronchitis yang didapat melalui dua
mekanisme dasar:
1. Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronchitis. Infeksi
pada bronkus atau paru akan diikuti proses destruksi dinding bronkus daerah
infeksi dan kemudian timbul bronchitis.
2. Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronchitis, pada bagian distal
obstruksi dan terjadi infeksi juga destruksi bronkus.
Bronchitis merupakan penyakit paru yang mengenai paru dan sifatnya
kronik. Keluhan-keluhan yang timbul juga berlangsung kronik dan menetap
.keluhan-keluhan yang timbul erat dengan : luas atau banyaknya bronkus yang
terkena, tingkatan beratnya penyakit, lokasi bronkus yang terkena, ada atau tidaknya
komplikasi lanjut.. keluhan-keluhan yang timbul umumnya sebagai akibat adanya
beberapa hal : adanya kerusakan dinding bronkus, akibat komplikasi, adanya
kerusakan fungsi bronkus.
Mengenai infeksi dan hubungannya dengan patogenesis bronchitis, data
dijelaskan sebagai berikut ;
1. Infeksi pertama ( primer )
Kecuali pada bentuk bronchitis kongenital.Masih menjadi pertanyaan
apakah infeksi yang mendahului terjadinya bronchitis tersebut disebabkan oleh
bakteri atau virus.Infeksi yang mendahului bronchitis adalah infeksi bacterial
yaitu mikroorgansme penyebab pneumonia. Dikatakan bahwa hanya infeksi
bakteri saja yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding bronkus sehingga
terjadi bronchitis, sedangkan infeksi virus tidak dapat ( misalnya adenovirus tipe
21, virus influenza, campak, dan sebagainnya ).
2. Infeksi sekunder
Tiap pasien bronchitis tidak selalu disertai infeksi sekunder pada lesi,
apabila sputum pasien yang semula berwarna putih jernih kemudian berubah
warnanya menjadi kuning atau kehijauan atau berbau busuk berarti telah terjadi
infeksi sekunder oleh kuman anaerob misalnya : fusifomis fusiformis,
treponema vincenti, anaerobic streptococci. Kuman yang erring ditemukan dan
menginfeksi bronkus misalnya : streptococcus pneumonie, haemophilus
influenza, klebsiella ozaena.
5. Gejala
Gejalanya berupa:
1. batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
2. sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
3. sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
4. bengek
5. lelah
6. pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
7. wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
8. pipi tampak kemerahan
9. sakit kepala
10. gangguan penglihatan.
Jika anda mengalami bronchitis akut, anda mungkin memiliki batuk yang
tetap ada dalam beberapa minggu setelah bronchitis sembuh.Bagaimanapun gejala
bronchitis dapat membingungkan.Anda dapat tidak memiliki lendir ketika anda
mengalami bronchitis, dan anak-anak sering menelan lendir tersebut sehingga orang
tua mungkin tidak dapat mengetahuinya.Ada dapat mengalami bronchitis kronis
tanpa mengalami bronchitis akut terlebih dahulu. Serta banyak perokok yang harus
membersihkan lendir pada tenggorokannya pada pagi hari ketika bangun dari tidur,
yang jika hal ini berlanjut lebih dari tiga bulan maka mungkin ia mengalami
bronchitis kronis.
Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu
hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri
tenggorokan.
Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya
batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna
putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau
hijau.
Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik,
kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama
beberapa minggu.
1. Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat.
2. Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah batuk.
(Buku saku Patofisiologi Edisi Refisi 3)
6. Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang
yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit.
Menurut Soegito (2007), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan
agar batuk tidak bertambah parah.
a. Membatasi aktifitas/kegiatan yang memerlukan tenaga yang banyak
b. Tidak tidur di kamar yang ber AC dan menggunakan baju hangat kalau bias
hingga sampe leher
c. Hindari makanan yang merangsang batuk sepert i: gorengan, minuman
dingin (es), dan lain-lain.
d. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan memandikan
anak dengan air hangat
e. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
f. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk membantu orang yang telah
sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan
komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan.Pencegahan ini dapat dilakukan
dengan Diagnosis.Diagnosis dari bronkitis dapat ditegakkan bila pada anamnesa
pasien mempunyai gejala batuk yang timbul tiba-tiba dengan atau tanpa sputum
dan tanpa adanya bukti pasien menderita pneumonia, common cold, asma akut
dan eksaserbasi akut.Pada pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak
khas.Dapat ditemukan adanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi
pengiring, atau faring hiperemis.Sejalan dengan perkembangan serta
progresivitas batuk, pada auskultasi dapat terdengar ronki, wheezing, ekspirium
diperpanjang atau tanda obstruksi lainnya. Bila lendir banyak dan tidak terlalu
lengket akan terdengar ronki basah. Dalam suatu penelitian terdapat metode
untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia pada pasien dengan batuk disertai
dengan produksi sputum yang dicurigai menderita bronkitis, yang antara lain bila
tidak ditemukan keadaan sebagai berikut:
1. Denyut jantung > 100 kali per menit
2. Frekuensi napas > 24 kali per menit
3. Suhu badan > 38
4. Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan
peningkatan suara napas.
5. Pemeriksaan fisik
5.1.Keadaan umum baik: tidak tampak sakit berat dan kemungkinan ada
nasofaringitis.
5.2.Keadaan paru : ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau
pindah setelah batuk, wheezing dan krepitasi)
6. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Bila
penyebabnya bakteri, sputumnya akan seperti nanah. Untuk pasien anak
yang diopname, dilakukan dengan tes C-reactive protein kultur pernapasan,
kultur darah, kultur sputum, dan tes serum aglutinin untuk membantu
mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari bakteri atau virus. Jumlah
leukositnya berada > 17.500 dan pemeriksaan lainnya dilakukan dengan cara
tes fungsi paru-paru dan gas darah arteri.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan penderita
bronkitis dengan terapi-terapi yang dapat membantu pernapasan. Pencegahan
tersier untuk penderita bronkitis dapat ditolong dengan terapi farmakologi dan
terapi non farmakologi yaitu:
1. Terapi Farmakologi
1.1.Bronkodilatori
Bronkodilator mempunyai aksi merelaksasi otot-otot polos pada saluran
pernapasan. Ada tiga jenis bronkodilator yaitu : Simpatomimetika,
metilsantin, dan antikolinergik.
1.1.1. Beta-2 agonis (Simpatomimetika)
Obat-obat simpatomimetika merupakan obat yang mempunyai
aksi serupa dengan aktifitas simpatis.Sistem saraf simaptis
memgang peranan penting dalam menentukan ukuran diameter
bronkus. Ujung saraf simpatis yang menghasilkan
norephinepherin, epinefrin dan isoproterenol disebut adrenergik
(Dipiro,et al. 2008).
Adrenergik memiliki dua reseptor yaitu alfa dan beta.Reseptor
beta terdiri beta 1 dan beta 2.Beta 1 adrenergik terdapat pada
jantung, beta 2 adrenergik terdapat pada kelenjar dan otot halus
bronkus.Adrenergik menstimulasi reseptor beta 2 sehingga terjadi
bronkodilatasi.
1.1.2. Metilxantin
Teofilin merupakan golongan metil santin yang banyak
digunakan, disamping kafein dan dyphylline.Kafein dan
dyphylline kurang paten dibandingkan dengan teofilin.Obat
golongan ini menghambat produksi fosfodiesterase.Dengan
penghambatan ini penguraian cAMP menjadi AMP tidak terjadi
sehingga kadat cAMP seluler meningkat.Peningkatan ini
menyebabkan bronkodilatasi. Obat-obat metilsantin antara lain
aminofilin dan teofilin.
2. Terapi Non-farmakologi.
Terapi non-farmakologi dapat dilakukan dengan cara :
2.1.Pasien harus berhenti merokok
2.2.Kalau timbul kesulitan dalam pernapasan atau dadanya bagian tengah
sangat sesak, biarlah dia menghirup uap air tiga kali sehari.
2.3.Taruhlah kompres uap di atas dada pasien dua kali sehari, dan taruhlah
kompres lembab di atas dada sepanjang malam sambil menjaga tubuhnya
jangan sampai kedinginan.
2.4.Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif dengan olahraga dan latihan
pernapasan sesuai yang diajarkan tenaga medis.
2.5.Istirahat yang cukup.
Recommended