Download pdf - REFRAT (HORDEOLUM).docx

Transcript
  • 8/10/2019 REFRAT (HORDEOLUM).docx

    1/12

    1

    REFR T

    STASE MATA RSUD BANGKINANG

    JUDUL : HORDEOLUM

    DISUSUN OLEH :

    TUTI SELI SUGIARTI

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    UNIVERSITAS ABDURRAB

    PEKANBARU

    2014/2015

  • 8/10/2019 REFRAT (HORDEOLUM).docx

    2/12

    2

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. DEFINISI1,2

    Hordeolum adalah peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.

    Bila kelenjar meibom terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut

    hordeolum interna. Hordeolum yang lebih kecil dan lebih superficial

    adalah onfeksi di kelenjar zeis atau moll.

    2. ANATOMI DAN FISIOLOGI4,5

    Orbita adalah sepasang rongga di tulang yang berisi bola mata,otot, saraf, pembuluh, dan lemak yang berhubungan dengan bola mata, dan

    sebagian besar apparatus lakrimalis. Lubang orbita dilindungi oleh dua

    lipatan tipis yang dapat bergerak, yaitu kelopak mata (palpebra).

    Palpebra terletak didepan mata, yang melindungi mata dari cedera

    dan cahaya berlebihan. Palpebra superior lebih besar dan lebih mudah

    bergerak daripada palpebra inferior. Kedua palpebra saling bertemu

    disudut medial dan lateral. Fisura palpebrae adalah lubang berbentuk elips

    diantara palpebra superior dan inferior, yang merupakan tempat masuk

    kedalam saccus conjungtivae. Bila mata ditutup, palpebra superior

    menutup kornea dengan sempurna. Bila mata dibuka dan menatap lurus

    kedepan, palpebra superior hanya menutupi pinggir atas cornea. Palpebra

    inferior terletak tepat dibawah cornea bila mata dibuka, dan hanya naik

    sedikit bila mata ditutup.

  • 8/10/2019 REFRAT (HORDEOLUM).docx

    3/12

    3

    Permukaan superficial palpebra ditutupi oleh kulit dan permukaan

    dalamnya diliputi oleh membrane mukosa yang disebut konjungtiva. Bulu

    mata, yang memendek dan melengkung, terdapat pada pinggir bebas

    palpebra, dan tersusun dalam 2 atau 3 baris pada batas mukokutaneus.

    Glandula sebacea (glandula zeis) bermuara langsung kedalam folikel bulu

    mata. Glandula siliaris (glandula mole) merupakan modufikasi kelenjar

    keringat, yang bermuara secara terpisah diantara bulu mata yang

    berdekatan. Glandula tersalis adalah modifikasi kelenjar sebacea yang

    panjang, yang mengalirkan sekretnya yang berminyak kepinggir palpebra,

    muaranya terdapat dibelakang bulu mata. Bahan berminyak ini mencegah

    lubernya air mata dan membatu menutup mata dengan kuat.

    Sudut lateral fisura palpebra lebih tajam dari yang medial dan

    letaknya berhubungan langsung dengan bola mata. Sudut medial yang

    lebih bulat dipisahkan dari bola mata oleh suatu rongga sempit, yaitu

    laccus lakrimalis. Ditengah rongga ini terdapat tonjolan kecil yang

    berwarna kuning kemerahan, disebut karuncula lacrimalis. Lipatan

    semilunaris kemerahan, yang disebut plica semilunaris, terletak pada sisi

    lateral karunkula.

    Dekat sudut medial mata, bulu mata dan glandula tarsalis

    mendadak berhenti dan terdapat tonjolan kecil, yaitu papilla lacrimalis.

    Pada puncak papilla terdapat lubang kecil, pungtum lakrimalis, yang

    berhubungan dengan kanalikulus lakrimalis. Papilla lakrimalis menonjol

    kedalam lakus, pungkum dan kanalikulus mengalirkan air mata kedalam

    hidung.

    Konjungtiva adalah membrane mukosa tipis yang melapisi

    palpebra, melipat pada fornix superior dan inferior untuk melapisi

    permukaan anterior bola mata. Epitelnya melanjutkan diri dengan epitel

    kornea. Bagian lateral atas fornix superior ditembus oleh duktus glandula

    lakrimalis. Jadi, konjungtiva membentuk ruang potensial, yaitu saccus

    conjungtivalis, yang terbuka pada fisura palpebra.

  • 8/10/2019 REFRAT (HORDEOLUM).docx

    4/12

    4

    Dibawah kelopak mata terdapat alur, sulkus subtarsalis, yang

    berjalan dekat dan parallel dengan pinggir palpebra. Sulkus ini cenderung

    menangkap benda asing kecil yang masuk kedalam saccus konjungtivalis

    dan dengan demikian penting didalam klinik.

    Kerangka fibrosa palpebra dibentuk oleh lembaran membranosa,

    septum orbitale. Septum ini melekat pada pinggir orbita, tempatnya

    menyatu dengan periosteum. Septum orbitale menebal pada pinggir

    kelopak mata untuk membentuk tarsus, yang merupakan lamina jaringan

    ikat padat yang berbentuk bulan sabit. Tarsus superior lebih besar. Ujung

    lateral tarsus dilekatkan oleh sebuah pita, ligamentum palpebra lateral,

    pada tuberkulum tepat disebelah dalam pinggir orbita. Ujung medial tarsus

    dilekatkan oleh sebuah pita, ligamentum palpebrae mediale, Krista osis

    lacrimalis. Glandula tarsalis tertanam didalam permukaan posterior tarsus.

    Permukaan superficial lempeng tarsal dan sptum orbita diliputi

    oleh serabut-serabut palpebra. M.orbicularis oculi. Aponeurosis insersio

    M.levator palpebrae superioris menembus septum orbitale, untuk

    mencapai permukaan anterior lamina tarsalais superior dan kulit.

  • 8/10/2019 REFRAT (HORDEOLUM).docx

    5/12

    5

    3. ETIOLOGI1,3

    Sebagian besar hordeolum disebabkan oleh infeksi stafilokok.

    Bakteri Staphylococcus aureus yang tedapat di kulit 90-95% ditemukan

    pada hordeolum. Bakteri lain yang dapat menyebabkan hordeolum

    antara lain Staphylococcus epidermidis, Streptococcus, dan Eschericia

    coli.

  • 8/10/2019 REFRAT (HORDEOLUM).docx

    6/12

    6

    4. EPIDEMIOLOGI3

    Kesehatan indera penglihatan merupakan hal yang penting

    untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam

    meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, dalam rangka

    mewujudkan manusia Indonesia yang cerdas, produktif, maju, mandiri,

    dan sejahtera lahir batin. Oleh karena itu semua bagian dari mata harus

    dijaga kesehatannya. Salah satu bagian dari mata yang tidak boleh

    dilupakan adalah kelopak mata (palpebra).

    Kelopak mata berperan penting dalam memberikan proteksi fisik

    untuk mata. Selain itu, kelopak mata juga berperan dalam

    mempertahankan film air mata serta drainase air mata. Kasus yang banyak

    dan biasa ditemukan di masyarakat adalah hordeolum. Namun belum

    tersedia data mengenai insidensi dan prevalensi di Indonesia.

    Penelitian mengenai hordeolum pernah dilakukan pada tahun 1988

    di poliklinik Mata RSUP Dr Kariadi Semarang. Pada penelitian tersebut

    didapatkan frekuensi penderita hordeolum sebesar 1,6% dengan usia

    terbanyak pada golongan dewasa muda dan sebanyak 56,25% dari

    penderita mengalami sakit berulang.

    5. FAKTOR RISIKO8

    Berikut merupakan faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan

    hordeolum antara lain :

    Penyakit kronik

    Daya tahan tubuh kurang baik

    Peradangan kelopak mata kronik, seperti blefaritis.

    Diabetes, hiperlipidemia termasuk hiperkolesterolemia.

    Higine dan lingkungan tidak bersih.

    Riwayat hordeolum sebelumnya.

    Kondisi kulit, seperti dermatitis seboroik.

  • 8/10/2019 REFRAT (HORDEOLUM).docx

    7/12

    7

    6. PATOGENENSIS DAN PATOFISIOLOGI2,7

    Infeksi bakteri staphylococcus aureus pada kelenjar yang sempit

    dan kecil, biasanya menyerang kelenjar minyak (meibomian) dan akan

    mengakibatkan pembentukan abses (kantong nanah) kearah dalam kelopak

    mata dan konjungtiva yang disebut hordeolum internum.

    Apabila bakteri staphylococcus aureus menyerang kelenjar zeis

    atau moll maka akan membentuk abses kearah kulit palpebra yang disebut

    hordeolum eksternum. Hordeolum eksternum timbul akibat blokade

    kelenjar zeis atau moll, obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan

    reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya.

    Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan

    pembentukan nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi staphylococcus

    aureus, biasanya mengenai kelenjar pengecilan lumen dan statis hasil

    sekresi kelenjar. Stasis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh

    staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar.

    Secara histology akan tampak gambaran abses, dengan ditemukannya

    PMN dan debris nekrotik. Hordeolum internum terjadi akibat adanya

    infeksi sekunder kelenjar meibom di lempeng tarsal.

    Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti

    bengkak, mengganjal dengan rasa sakit, merah dan nyeri bila ditekan.

    Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar disbanding

    hordeolum eksternum. Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat

    bertambah beratnya kelopak mata sehingga sulit di angkat. Pada pasien

    dengan hordeolum biasanya kelenjar preaurikular turut membesar.

    Seringnya hordeolum membentuk abses dan pecah dengan sendirinya.

    7. MANIFESTASI KLINIS2,9

    Berikut manifestasi klinis hordeolum :

    Biasa berawal dengan kemerahan, nyeri bila ditekan dan nyeri pada

    tepi kelopak mata.

  • 8/10/2019 REFRAT (HORDEOLUM).docx

    8/12

    8

    Mata mungkin berair, peka terhadap cahaya terang dan penderita

    merasa ada sesuatu di dalam matanya.

    Biasanya hanya sebagian kecil di daerah kelopak yang membengkak,

    meskipun ada seluruh kelopak membengkak.

    Di tengah daerah yang membengkak sering kali terlihat bintik kecil

    yang berwarna kekuningan.

    Bisa terbentuk abses yang cenderung pecah dan melepaskan sejumlah

    nanah.

    Untuk hordeolum interna terdapat gejala khusus seperti benjolan pada

    kelopak mata yang dirasakan begitu sakit dan benjolan dapat membesar ke

    posterior (konjungtiva tarsal) atau anterior (kulit).

    Sedangkan untuk hordeolum eksterna terdapat gejala spesifik seperti

    benjolan yang dirasakan sakit pada kelopak di daerah margo palpebra,

    penonjolan mengarah ke kulit palpebra dan kemungkinan terjadi lesi

    multiple

    8.

    DIAGNOSIS BANDING1

    Blefaritis posterior

    Blefaritis posterior adalah peradangan palpebra akibat

    disfungsi kelenjar meibom. Kolonisasi atau infeksi strain

    stafilokok dalam jumlah memadai sering disertai dengan penyakit

    kelenjar meibom dan bisa menjadi salah satu penyebab gangguan

    fungsi kelenjar meibom.

    Lipase bakteri dapat menimbulkan peradangan pada

    kelenjar meibom dan konjungtiva serta menyebabkan

    terganggunya film air mata.Blefaritis posterior bermanifestasi

    dalam aneka macam gejala yang mengenai palpebra, air mata,

    konjungtiva, dan kornea.

    Perubahan pada kelenjar meibom mencakup peradangan

    pada muara meibom, sumbatan muara kelenjar oleh secret yang

    kental, pelebaran kelenjar meibom dalam lempeng tarsus dan

  • 8/10/2019 REFRAT (HORDEOLUM).docx

    9/12

    9

    keluarnya secret abnormal lunak mirip keju bila kelenjar itu

    dipencet.

    Kalazion

    Kalazion adalah radang granulomatosa kronik yang steril

    dan ideopatik pada kelenjar meibom. Umumnya ditandai oleh

    pembengkakan setempat yang tidak terasa sakit dan berkembangdalam beberapa minggu.

    Awalnya dapat berupa radang ringan disertai nyeri tekan

    yang mirip hordeolum, dibedakan dari hordeolum karena tidak ada

    tanda-tanda radang akut. Kebanyakan kalazion mengarah ke

    permukaan konjungtiva, yang mungkin sedikit memerah dan

    meninggi. Jika cukup besarm sebuah kalazion dapat menekan bola

    mata dan menimbulkan astigmatisme.

    9. PEMERIKSAAN PENUNJANG3,6

    Eversi (pembalikan) palpebra untuk memeriksa permukaan bawah

    palpebra superior dapat dilakukan bersama slit lamp atau tanpa alat.

    Pemeriksaan ini harus selalu dilakukan bila diduga ada benda asing.

    Setelah diberi anastesi lokal, pasien duduk didepan slit lamp dan diminta

    melihat kebawah.

    Pemeriksaan dengan hati-hati memegang bulu mata atas dengan

    jari telunjuk dan jempol sementara tangan yang lain meletakkan tangkai

    aplikator tepat di atas tepi superior tarsus. Palpebra dibalik dengan sedikit

  • 8/10/2019 REFRAT (HORDEOLUM).docx

    10/12

    10

    menekat aplikator kebawah, serentak dengan pengangkatan tepian bulu

    mata.

    Pasien tetap melihat kebawah dan bulu mata ditahan dengan

    menekannya pada kulit di atas tepian orbita superior saat aplikator ditarik

    kembali. Konjungtiva tarsal kemudian diamati dengan pembesaran. Untuk

    membalikannya, tepian palpebra dengan lembut diusap kebawah

    sementara pasien melihat keatas.

    10.PENATALAKSANAAN2,6

    Berikut perawatan dasar pada hordeolum :

    Hordeolum bisa diobati dengan kompres hangat selama 10 menit

    sebanyak 4 x sehari.

    Jangan mencoba memecahkan hordeolum, biarkan hordeolum pecah

    sendiri.

    Salep mata sulfasetamide 10%, 4 kali sehari selama 7 hari atau

    Salep polymyxin bacitracin, 4 kali sehari selama 10 hari

    Tetes mata antibiotik dapat digunakan, tetapi memerlukan dosis yang

    lebih sering. Setiap 3 4 jam, dan biasanya kurang efektif.

    Pengangkatan bulu mata dapat memberikan jalan untuk drainase nanah.

    Diberi antibiotik lokal terutama bila berbakat untuk rekuken atau

    terjadinya pembesaran kelenjar preaurikula.

    Antibiotik sistemik yang diberikan berupa eritromisin 250 mg atau

    dikloksasin 125-250 mg 4 kali sehari. Pada nanah dari kantung nanah yang

    tidak dapat dikeluarkan dilakukan insisi.

    Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anastesi topical

    dengan pantokain tetes. Dilakukan anastesi filtrasi dengan prokain atau

    lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi bila.

    Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak

    lurus pada margo palpebra.

    Hordeolum eksterna dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.

  • 8/10/2019 REFRAT (HORDEOLUM).docx

    11/12

    11

    Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohieasi atau kuretasi seluruh

    isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep

    antibiotik.

    11.

    KOMPLIKASI8

    Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang

    merupakan radang jaringan ikat longgar palpebra di depan septum orbita

    dan abses palpebra.

    12.PROGNOSIS1

    Hordeolum biasanya sembuh spontan dalam waktu 1-2 minggu.

    Resolusi lebih cept dengan penggunaan kompres hangat dan di tutup yng

    bersih. Hordeolum interna terkadang berkembang menjadi chalazion, yang

    mungkin memerlukan steroid topical atau itralesi atau bahkan insisi dan

    kuretasi.

  • 8/10/2019 REFRAT (HORDEOLUM).docx

    12/12

    12

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Vaughan, Daniel G. Oftalmologi umumEdisi 17. Jakarta : EGC. 2013

    2. Ilyas, Sidarta.Ilmu Penyakit MataEdisi 4. Jakarta : FKUI. 2012

    3.

    James, Bruce. Oftalmologi Edisi 9. Jakarta : Erlangga : 2009

    4. Snell SR.Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta :

    EGC. 2006.

    5.

    Guyton, Arthur C. Textbook of medical physiology.Ed 11. Pennsylvania:

    Elseiver; 2006

    6.

    Gondhowiardjo, TD dkk. Editor. Panduan manajemen klinis PERMADI.Jakarta : perhimpunan dokter spesialis mata Indonesia. 2006

    7.

    Mailangkay, H.H.B dkk. Editor.Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan

    mahasiswa kedokteran. Edisi 5. Jakarta : Sagung Seto. 2010

    8. Loewenstain, John I. Ophthalmology. New York : medical publiching

    division. 2005.

    9. Kanski, Jack J. Clinical Ophthalmology. Sydney : Butterworth Heinemann.

    2004.