KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan referat Bedah yang berjudul
STRUMA ini dapat terselesaikan sebagai salah satu syarat menyelesaikan kepaniteraan klinik
Ilmu Bedah RSPAU dr.Esnawan Antariksa.
Banyak terima kasih penulis sampaikan kepada pembimbing penulis, dr. Aplin
Ismunanto, Sp. B, atas segenap waktu, tenaga, dan pikiran yang telah diberikan selama proses
pembuatan referat ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh rekan-
rekan kepaniteraan klinik Ilmu Bedah RSPAU dr. Esnawan Antariksa atas kebersamaan dan
kerja sama yang terjalin selama ini.
Seiring dengan perkembangan jaman, banyak sekali perubahan di bidang
pengetahuan medis yang mengarah kepada kemajuan dan perbaikan kualitas kesehatan,
banyak data dan fakta yang signifikan perlu diketahui terutama oleh tenaga medis untuk
menegakkan diagnose dengan baik. Sebagai tenaga medis yang berkualitas, diperlukan
pengetahuan yang cukup agar dapat memberikan penanganan yang tepat. Untuk itu melalui
referat ini penulis mencoba untuk sedikit menjabarkan mengenai penyakit Struma, yang
mungkin akan ditemukan dipraktek sehari-hari.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun akan sangat diharapkan demi
penyempurnaannya. Semoga referat ini dapat member informasi yang berguna bagi para
pembaca.
Jakarta, Desember 2011
1
DAFTAR ISI
Bab I
Pendahuluan ……………………………………………………………...........................….
Bab II
Pembahasan ………………………………………………………………............................
Bab III
Kesimpulan ………………………………………………………………...........................
Daftar pustaka
2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Struma adalah tumor atau pembesaran pada kelenjar tiroid. Biasanya dianggap
membesar bila kelenjar tiroid lebih dari 2x ukuran normal (Arif Mansjoer, 2000). Hyperthyroid
disebabkan oleh hypersekresi dari hormon-hormon thyroid tetapi yang mempengaruhi adalah
faktor : umur, temperatur, iklim yang berubah, kehamilan, infeksi, kekurangan yodium dan
lain-lain. Survey epidemiologi untuk struma endemik sering ditemukan di daerah pegunungan
seperti pengunungan Alpen, Himalaya, Bukit Barisan, dan sebagainya dan juga terlihat di
dataran rendah seperti Finlandia, Belanda, dan sebagainya (http://nersgoeng. blogspot.com).
Sekitar 2,25 miliar penduduk di muka bumi ini masih berisiko terkena gangguan
akibat kurang yodium (GAKY). Kondisi itu ironis dengan membaiknya pemahaman dan
kesadaran masyarakat global terhadap pentingnya yodium bagi kesehatan. Menurut guru
besar neuorolgi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Prof Dr dr
Bambang Hartono Sp.S (K), data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan GAKY
termasuk masalah kesehatan dunia yang menonjol, sebab tercatat 130 negara di dunia
mengalami problem ini (http://cyberwoman.cbn.net.id)
Dilihat dari benua dan wilayahnya, populasi yang berisiko GAKY adalah 48
persen tinggal di Afrika, 25 persen di Amerika, 74 persen di Mediterania Timur, 32 persen di
Eropa, 31 persen di Pasifik Barat, dan 41 persen di Asia Tenggara. Pada 1980-1982 dalam
survei struma nasional di Indonesia, ditunjukkan bahwa dua pertiga dari seluruh kabupaten
adalah daerah endemik berat, dengan prevalensi struma mencapai 80-90 persen di beberapa
kabupaten dan kretin endemik mencapai 10-15 persen dari populasi pada beberapa wilayah.
Melalui program penanggulangan, pada 1988 prevalensi struma turun menjadi 25 persen,
kemudian menjadi 9,8 persen pada 1998. Laporan terakhir pada 2003, kata Bambang, terjadi
perbaikan pada beberapa daerah walaupun ada kecenderungan memburuk di beberapa daerah
lainnya (http://cyberwoman.cbn )
Untuk struma toksika prevalensinya 10 kali lebih sering pada wanita dibanding
pria. Di Inggris, prevalensi Hypertiroidisme pada praktek umum adalah 25 – 35 kasus dalam
10.000 wanita, sedang di rumah sakit didapatkan 3 kasus dalam 10.000 pasien. Pada wanita
ditemukan 20 – 27 kasus dalam 1.000 wanita, sedangkan pria 1 – 5 per 1.000 pria. Data dari
Whickham Survey pada pemeriksaan penyaring kesehatan dengan menggunakan Free
3
Thyroxine Index (FT4) menunjukkan prevalensi Hipertiroidisme pada masyarakat sebanyak
2% ( http://wadheomara.blogspot.com/2010/04/struma.html)
Hasil Survei Nasional Pemetaan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
1996/1998 menunjukkan prevalensi struma (Total Goitre Rate/TGR) anak Indonesia rata-rata
sembilan persen. Angka ini lebih rendah dari target
akhir Pelita VI sebesar 18 persen. Namun demikian perlu ditekan sampai
kurang dari lima persen untuk mencapai eliminasi GAKY
tahun 2000. Data itu dikemukakan Koordinator Survei Nasional Pemetaan GAKY yang juga
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi didapat hasil ekskresi yodium urin (EYU)
pada ibu hamil 147 mikrogram per liter. Hasil ini cukup baik karena di atas nilai median 100
mikrogram per liter (Kompas, Jumat, 18 Desember 1998).
Data yang diperoleh dari Rekam Medik Rumah Sakit RK Charitas Palembang
diperoleh data penderita Struma pada tahun 2008 sebanyak 50 orang, tahun 2009 sebanyak 42
orang, dan periode Januari sampai dengan Juni 2010 sebanyak 19 orang.
Dari latar belakang di atas dapat kita lihat bahwa penyakit akibat kekurangan
yodium seperti struma masih merupakan ancaman kesehatan bagi masyarakat kita, peran
perawat dalam memberikan perawatan dan penyuluhan tentang penyakit struma ini tentunya
sangat menentukan dalam menekan angka prevalensi yang setiap tahunnya cendrung tidak
mengalami penurunan, oleh karena itu penulis melakukan asuhan keperawatan terhadap
penderita gangguan system endokrin dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul, “Asuhan
Keperawatan pada Klien Ny.”N” dengan Gangguan Sistem Endokrin; Pre dan Post Operasi
Struma di Pavilyun Lukas 17-2 Rumah Sakit RK Charitas Palembang”
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Struma adalah tumor atau pembesaran pada kelenjar tiroid. Biasanya dianggap
membesar bila kelenjar tiroid lebih dari 2 kali ukuran normal (Arif Mansjoer,
2000).Pembesaran kelenjar tiroid sebagai akibat pertambahan ukuran sel/jaringan
(http://as-kep.blogspot.com, 2009).
Struma adalah pembesaran kelenjar struma yang disebabkan oleh penambahan
jaringan kelenjar struma yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah banyak
sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar - debar, keringat, gemetaran, bicara
jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata membesar, penyakit ini dinamakan
hipertiroid (Agung Santoso, 2009).
2. Anatomi Fisiologi
Gambar 2.1. Kelenjar Tiroid
5
Anatomi
Kelenjar tiroid terletak di leher, antara fasia koli media dengan prevertebralis. Di
ruang yang sama terletak trakea, esofagus, pembuluh darah besar dan saraf. Kelenjar tiroid
melekat pada trakea sambil melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran.
Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid.
Tetapi lokasi dan, mungkin juga, jumlah kelenjar ini sering bervariasi.
Arteri karotis komunis, arteri jugularis interna, dan nervus vagus terletak bersama di
dalam sarung tertutup di laterodorsal tiroid. Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum
masuk laring. Nervus frenikus dan trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam ruang antara
fasia media dan prevertebralis. Perdarahan kelenjar tiroid yang kaya berasal dari empat
sumber yaitu a. karotis eksterna (a. tiroidea superior) dan kedua a. brakhialis (a. tiroidea
anterior).
Fisiologi
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tirotoksin (T4). Bentuk aktif
hormon ini adalah triyodotironin (T3), yang sebagian besar berasal dari konversi hormon T4
di perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tiroid. Yodida inorganik yang
diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid. Zat ini dipekatkan kadarnya
menjadi 30-40 kali secara selektif dalam kelenjar tiroid. Yodida inorganik mengalami
oksidasi menjadi bentuk organik dan selanjutnya menjadi bagian dari tirosin yang terdapat
dalam tiroglobulin sebagai monoyodotirosin (MIT) atau diyodotirosin (DIT). Senyawa DIT
yang terbentuk dari MIT menghasilkan T3 atau T4 yang disimpan di dalam koloid kelenjar
tiroid. Sebagian besar T4 dilepaskan ke dalam sirkulasi, sedangkan sisanya tetap di dalam
kelenjar yang kemudian mengalami deyodisasi untuk selanjutnya menjalani daur ulang.
Dalam sirkulasi, hormon tiroid terikat pada glonulin, globulin pengikat tiroid (thyroid-
binding globulin, TBG) atau prealbumin pengikat tiroksin (thyroxine-binding pre-albumin,
TBPA).
Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid (thyroid
stimulating hormone, TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar
ini secara langsung dipengaruhi dan diatur oleh kadar hormon tiriod dalam sirkulasi, yang
6
bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap lobus anterior hipofisis, dan terhadap
pelepasan tirotropin (thyrotropine releasing hormone, TRH) dari hipotalamus. Hormon tiroid
mempunyai pengaruh yang bermacam-macam terhadap jaringan tubuh yang berhubungan
dengan metabolisme sel. Kelenjar tiroid juga mengeluarkan kalsitonin dan parafolikuler.
Kalsitonin adalah peptida yang menurunkan kadar kalsium serum, mungkin melalui
pengaruhnya terhadap tulang.
3. Etiologi
Penyebab kelainan ini bermacam-macam diantaranya adalah defisiensi yodium.
Pada setiap orang dapat dijumpai masa di mana kebutuhan terhadap tiroksin bertambah,
terutama masa pertumbuhan, pubertas, menstruasi, kehamilan, laktasi, menopause, infeksi, atau
stres lain. Pada masa-masa tersebut dapat ditemui hiperplasi dan involusi kelenjar tiroid.
Penambahan ini dapat menimbulkan nodularitas kelenjar timid serta kelainan arsitektur yang
dapat berlanjut dengan berkurangnya aliran darah di daerah tersebut sehingga terjadi iskemia.
4. Klasifikasi Struma
Berdasarkan Fisiologisnya
Berdasakan fisiologisnya struma dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Eutiroidisme
Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang
disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan kelenjar
hipofisis menghasilkan TSH dalam jumlah yang meningkat. Goiter atau struma semacam ini
biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher yang jika terjadi secara
berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.
b. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid sehingga
sintesis dari hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari kelenjar untuk
mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormon. Beberapa pasien hipotiroidisme
mempunyai kelenjar yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat
pembedahan/ablasi radioisotop atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang beredar
dalam sirkulasi. Gejala hipotiroidisme adalah penambahan berat badan, sensitif terhadap
7
udara dingin, dementia, sulit berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit kasar, rambut
rontok, mensturasi berlebihan, pendengaran terganggu dan penurunan kemampuan bicara.
Gambar penderita hipotiroidisme dapat terlihat di bawah ini.
Gambar 2.2 Hipotiroidisme
c. Hipertiroidisme
Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan sebagai
respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan.
Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibodi dalam darah yang merangsang
kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi hormon yang berlebihan tetapi ukuran kelenjar
tiroid menjadi besar. Gejala hipertiroidisme berupa berat badan menurun, nafsu makan
meningkat, keringat berlebihan, kelelahan, leboh suka udara dingin, sesak napas. Selain itu
juga terdapat gejala jantung berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian atas, mata melotot
(eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi otot. Gambar penderita
hipertiroidisme dapat terlihat di bawah ini.
8
Gambar 2.3. Hipertiroidisme
Berdasarkan Klinisnya
Secara klinis pemeriksaan klinis struma toksik dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :
a. Struma Toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan struma
nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan bentuk anatomi
dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak diberikan
tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba
satu atau lebih benjolan (struma multinoduler toksik).30
Struma diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena jaringan tubuh
dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah. Penyebab tersering adalah
penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exophtalmic goiter), bentuk tiroktosikosis yang paling
banyak ditemukan diantara hipertiroidisme lainnya.
Perjalanan penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun telah diiidap selama berbulan-
bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor TSH beredar dalam sirkulasi darah, mengaktifkan
reseptor tersebut dan menyebabkan kelenjar tiroid hiperaktif.
Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung menyebabkan peningkatan pembentukan
antibodi sedangkan turunnya konsentrasi hormon tersebut sebagai hasilpengobatan penyakit
ini cenderung untuk menurunkan antibodi tetapi bukan mencegah pembentukyna. Apabila
gejala gejala hipertiroidisme bertambah berat dan mengancam jiwa penderita maka akan
9
terjadi krisis tirotoksik. Gejala klinik adanya rasa khawatir yang berat, mual, muntah, kulit
dingin, pucat, sulit berbicara dan menelan, koma dan dapat meninggal.
b. Struma Non Toksik
Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi menjadi struma
diffusa non toksik dan struma nodusa non toksik. Struma non toksik disebabkan oleh
kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma endemik,
atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah yang air minumya kurang sekali
mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat sintesa hormon oleh zat kimia.
Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka pembesaran ini disebut
struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme dan hipotiroidisme
disebut struma nodusa non toksik. Biasanya tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan
berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa. Kebanyakan penderita tidak mengalami
keluhan karena tidak ada hipotiroidisme atau hipertiroidisme, penderita datang berobat
karena keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian pasien mengeluh
adanya gejala mekanis yaitu penekanan pada esofagus (disfagia) atau trakea (sesak napas),
biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul.
Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik, berat ringannya
endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium urin. Dalam keadaan seimbang maka
yodium yang masuk ke dalam tubuh hampir sama dengan yang diekskresi lewat urin. Kriteria
daerah endemis gondok yang dipakai Depkes RI adalah endemis ringan prevalensi gondok di
atas 10 %-< 20 %, endemik sedang 20 % - 29 % dan endemik berat di atas 30 %.
5. Patofisi o logi
Patogenesis struma adalah hipertrofi dan hiperplasia sel folikel tiroid akibat
Meningkatnya kadar TSH. Pada sebagian besar kasus, perubahan tersebut pada awalnya
menyebabkan pembesaran difus simetrik kelenjar (struma nontoksik difus). Folikel dilapisi
oleh sel kolumnar yang berdesakan, yang mungkin bertumpuk-tumpuk dan membentuk
tonjolan serupa dengan yang ditemukan pada penyakit Graves. Jika kemudian yodium
dalam makanan ditingkatkan, atau jika kebutuhan hormon tiroid berkurang, epitel folikel
yang terstimulasi tersebut akan mengalami involusi membentuk kelenjar besar yang kaya
koloid (struma koloid).
10
Struma terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat pembentukan
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid sehingga terjadi pula penghambatan dalam pembentukan
TSH oleh hipofisis anterior. Hal tersebut memungkinkan hipofisis mensekresikan TSH dalam
jumlah yang berlebihan. TSH kemudian menyebabkan sel-sel tiroid mensekresikan
tiroglobulin dalam jumlah yang besar (kolid) ke dalam folikel, dan kelenjar tumbuh makin
lama makin bertambah besar. Akibat kekurangan yodium maka tidak terjadi peningkatan
pembentukan T4 dan T3, ukuran folikel menjadi lebih besar dan kelenjar tiroid dapat
bertambah berat sekitar 300-500 gram.
Selain itu struma dapat disebabkan kelainan metabolik kongenital yang
menghambat sintesa hormon tiroid, penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia
(goitrogenic agent), proses peradangan atau gangguan autoimun seperti penyakit Graves.
Pembesaran yang didasari oleh suatu tumor atau neoplasma dan penghambatan sintesa
hormon tiroid oleh obat-obatan misalnya thiocarbamide, sulfonylurea dan litium, gangguan
metabolik misalnya struma kolid dan struma non toksik (struma endemik)nvolusi yang
berulang menyebabkan pembesaran tiroid yang iregular dan mungkin berkaitan dengan
kemampuan diferensial sel epitel tiroid normal untuk membelah diri sebagai respon terhadap
TSH. Mungkin variasi potensi pertumbuhan sel ini dapat menyebabkan terbentuknya nodul
terjadi pajanan TSH kadar tinggi yang siklis dan berkepanjangan.
Pada struma multinodular, kelenjar memiliki banyak asimetrik dan membesar yang
mungkin mencapai ukuran masif . Pada permukaan potongan, tampak nodul iregular yang
mengandung koloid gelatinosa cokelat dalam jumlah bervariasi. Perubahan regresif cukup sering
ditemukan, terutama pada lesi lama, dan berupa fibrosis, perdarahan, dan pembentukan kista.
Gambaran mikroskopik adalah folikel kaya koloid yang dilapisi oleh epitel gepeng inaktif dan
daerah hipertrofi dan hiperplasia epitel folikel, disertai oleh perubahan regresif seperti telah
disebutkan.
Diluar kelainan bawaan, kelainan kelenjar tiroid dapat digolongkan menjadi dua
kelompok besar, yaiu penyakit yang menyebabkan perubahan fungsi, seperti hipertiroidisme dan
penyakit yang menyebabkan perubahan jaringan dan bentuk kelenjar, seperti struma noduler,
tiroiditis hashimoto ataupun karsinoma tiroid. Fungsi tiroid dapat pula rendah (hipo), normal (eu),
atau meningkat (hiper).
Menurunnya fungsi tiroid atau hipotiroidisme dapat disebabkan kelainan pada
hipotalamus, kerusakan kelenjar hipofisis, defisiensi yodium, penggunaan obat anti tiroid atau
11
tiroiditis. Juga tedapat keadaan yang dikenal dengan hipotiroidisme iatrogenik yang terjadi
sesudah tiroidektomi atau sesudah pengobatan denga yodium radioaktif.
Hipertiroidi dapat terjadi pada struma toksik difus (penyakit Graves), struma nodosa
toksik, pengobatan berlebihan dengan tiroksin, permulaan tiroiditis, struma ovarium (jarang), dan
pada metastasis ekstensif karsinoma tiroid berdiferensiasi baik.
Gangguan auto imun dengan atau tanpa reaksi inflamasi dapt menyebabkan
terjadinya penyakit Graves dengan gejala hipertiroidi dan tiroiditid Hashimoto yang akhirnmya
mengakibatkan hipotiroidi. Contohnya kelainan hiperplasia yang lain ialah struma koloid dan
struma endemik. Keganasan primer pada kelenjar tiroid adalah suatu adenokarsinoma yang
bervariasi mulai dari yang berdiferensiasi baik, sampai dengan yang bersifat anaplastis.
6. Tanda dan Gejala
Pada penyakit Graves gejala dan tanda yang timbul merupakan manifestasi dari
peningkatan metabolisme di semua sistem tubuh dan organ yang mungkin secara klinis
terlihat jelas. Peningkatan metabolisme menyebabkan peningkatan kebutuhan kalori, dan
seringkali asupan (intake) kalori tidak mencukupi kebutuhan sehingga terjadi penurunan berat
badan secara drastis. Peningkatan metabolisme pada sistem kardiovaskular terlihat dalam
bentuk peningkatan sirkulasi darah, antara lain dengan peningkatan curah jantung samapi
dua-tiga kali normal, dan juga dalam keadaan istirahat. Irama nadi naik dan tekanan denyut
jantung bertambah sehingga penderita akan mengalami takikardi dan palpitasi. Pada saluran
cerna sekresi maupun peristaltis meningkat sehingga sering timbul defekasi dan diare.
Hipermetabolisme susunan saraf dapat menyebabkan tremor, sulit tidur, sering terbangun di
waktu malam. Penderita mengalami ketidakstabilan emosi, kegelisahan, kekacauan pikiran
dan ketakutan yang tidak beralasan, yang sangat mengganggu. Pada saluran napas,
hipermetabolisme menimbulkan dispnea dan takipnea yang tidak terlalu mengganggu.
Kelemahan otot-otot terutama otot bagian proksimal biasanya cukup mengganggu dan sering
muncul secara tiba-tiba. Hal ini disebabkan oleh ganguan elektrolit yang dipacu hipertiroidi
tersebut. Gangguan menstruasi dapat berupa amenorea dan methotargi. Kelainan mata
disebabkan oleh reaksi autoimun berupa ikatan antibodi terhadap reseptor pada jaringan ikat
dan otot ekstrabulbi di dalam rongga mata. Jaringan ikat dengan jaringan lemaknya menjadi
hiperplastik sehingga bola mata terdorong keluar dan otot mata terjepit. Akibatnya terjadi
eksoftalmus.
12
Pada struma endemis biasanya dalam bentuk struma nodosa atau struma
adenomatosa. Pada struma nodosa tidak mempunyai keluhan karena tidak terdapat hipo atau
hipertiroidisme. Sedangkan pada struma adenomatosa benigna keluhan yang sering timbul
ialah rasa berat di leher, adanya benjolan yang bergerak naik turun waktu menelan dan alasan
kosmetik. Pada struma adenomatosa jarang ditemukan hipertiroidi.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium terdiri atas pemeriksaan biokimia untuk menetaokan
fungsi kelenjar tiroid, pemeriksaan klinis dan fisik untuk menentukan kelainan morfologi
kelenjar tiroid, dan pemeriksaan sitologi atau histologi untuk menentukan perubahan
patologis. Pemeriksaan biokimia secara radioimunoesai dapat memberikan gambaran fungsi
tiroid, yaitu dengan mengukur kadar T4, T3, FT4, TBG, dan TSH dalam plasma. Kadar
T4/FT4 total di dalam serum adalah refleksi tepat untuk fungsi kelenjar tiroid. Kadar T3
serum selalu tinggi pada penderita tirotoksikosis. Penentuan kadar TBG kadang kala
diperlukan untuk interpretasi kadar T4 dan sampai tingkat tertentu berlaku untuk kadar T3.
Kadar TSH di dalam serum merupakan pemeriksaan penyaring yang peka untuk
hipotiroidisme.
Antibodi mikrosom dan antibodi tiroglobulin umumnya meningkat pada penderita
dengan tiroidiris autoimun. Imunoglobulin perangsang tiroid (thiroid syimulating
immunoglobulins,TSI) dapat ditemukan pada penderita penyakit Graves. Tiroglobulin dapat
ditemukan padfa serum orang normal, dan kenaikan kadar tiroglobulin dapat digunakan untuk
mengetahui rekurensi karsinoma tiroid sesudah tiroidektomi total.
Sidik radioaktif / thiroscan dengan unsur radioaktif teknesium (Tc99m) atau
yodium 131 (I 131) dapat manunjukan gambaran fungsional jaringan tiroid dengan melihat
kemampuan up take terhadap unsur radio aktif tersebut. Cara ini berguna untuk menen ukan
apakah nodul dalam kelenjar tiroid bersifat hiperfungsi nodul panas (hot nodule), hipofungsi
(nodul dingin / cold nodule) atau normal (nodul hangat = warm nodul). Kemungkinan
keganasa ternyata pada nodul dingin walaupun karsinoma tiroid dapat juga ditemukan pada
nodul hangat atau bahkan nodul panas seperti pada anak-anak.
Teknik ultrasonografi digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid, baik
yang teraba pada palpasi maupun tidak, merupakan nodul tunggal ataupun multiple padat
atau kistik. Pemeriksaan ultrasonografi ini terbatas nilainya dalam menyingkirkan
13
kemungkinan keganasan dan hanya dapat mendeteksi nodul yang berpenampang lebih dari
setengan sentimeter.
Pemeriksaan sitologi nodul tiroid diperoleh dengan biopsi aspirasi jarum halus
(fina needle aspiration biopsy, FNA). Craa pemerikasaan ini cukup akurat untuk menentukan
karsinoma tirod, tiroiditi satau limfoma. Biopsi aspirasi jarum halus adalah cara terbaik untuk
untuk mendiagnosis kemungkinan keganasan dalam nodul tiroid, dan dianggap sebagi cara
diagnosis yang lebih akurat dibandingkan pemeriksaan radioaktif maupun ultrasonografi.
8. Komplikasi
a. Obstruksi jalan nafas
b. Infeksi luka
c. Hipokalsemia
d. Ketidakseimbangan hormone tiroid
9. Penatalaksanaan Medis
Ada beberapa macam untuk penatalaksanaan medis jenis-jenis struma antara lain sebagai
berikut :
1. Operasi/Pembedahan
Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering
dibandingkan dengan yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien hipotiroidisme
yang tidak mau mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak dapat diterapi dengan obat-
obat anti tiroid. Reaksi-reaksi yang merugikan yang dialami dan untuk pasien hamil dengan
tirotoksikosis parah atau kekambuhan. Pada wanita hamil atau wanita yang menggunakan
kontrasepsi hormonal (suntik atau pil KB), kadar hormon tiroid total tampak meningkat. Hal
ini disebabkan makin banyak tiroid yang terikat oleh protein maka perlu dilakukan
pemeriksaan kadar T4 sehingga dapat diketahui keadaan fungsi tiroid.
Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum
pembedahan tidak perlu pengobatan dan sesudah pembedahan akan dirawat sekitar 3 hari.
Kemudian diberikan obat tiroksin karena jaringan tiroid yang tersisa mungkin tidak cukup
memproduksi hormon dalam jumlah yang adekuat dan pemeriksaan laboratorium untuk
menentukan struma dilakukan 3-4 minggu setelah tindakan pembedahan.
14
2. Yodium Radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar
tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka
pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50 %. Yodium radioaktif
tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga memperkecil penyinaran terhadap jaringan
tubuh lainnya. Terapi ini tidak meningkatkan resiko kanker, leukimia, atau kelainan
genetik35 Yodium radioaktif diberikan dalam bentuk kapsul atau cairan yang harus diminum
di rumah sakit, obat ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah operasi, sebelum
pemberian obat tiroksin.
3. Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid
Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini bahwa
pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu untuk menekan
TSH serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga diberikan untuk mengatasi
hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid
(tionamid) yang digunakan saat ini adalah propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Gardjito, Widjoseno et al (editor). 1997. Sistem Endokrin, dalam Buku Ajar Ilmu
Bedah. Hal. 925-945. Penerbit EGC. Jakarta
2. Mulinda, James R, MD, FACP, FACE. 25 september 2007. Goiter. Diambil dari
http://emedicine.medscape.com/article/120034-overview
3. Wikipedia. 29 april 2009. Goitre. Diambil dari http://en.wikipedia.org/wiki/Goitre
4. Medical Encyclopedia. 17 juni 2008. Giter. Diambil dari
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001178.htm
5. 9 maret 2009. Struma. Diambil dari struma : http://www.bedahugm.net/Bedah-
Tumor/Struma.html
6. Sharma, K Pramod, MD. 7 november 2007. Complication of Thyroid Surgery.
Diambil dari http://emedicine.medscape.com/article/852184-overview
16