BAB IPENDAHULUAN
A. TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH
Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kimia II
semester 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP) Universitas Pangeran
Darma Kesuma Segeran Indramayu jurusan Pendidikan Biologi. Selain itu, ada
beberapa tujuan yang ingin kami capai. Antara lain:
1. Mendalami ilmu tentang Kimia khususnya masalah asam-basa
2. Memberikan wawasan tentang asam-basa
3. Mencari manfaat dan dampak asam-basa dalam kehidupan sehari-hari
B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL
Asam dan basa secara tidak sadar merupakan bagian dari kehidupan kita. Kita
senantiasa berinteraksi dengan asam dan basa setiap hari. Makanan yang kita konsumsi
sebagian besar bersifat asam, sedangkan pembersih yang kita gunakan (sabun,
detergen, dll.) adalah basa. Enzim-enzim dan protein dalam tubuh kita juga merupakan
asam.
Selain itu, asam dan basa sangat berpengaruh terhadap kondisi lingkungan.
Keasaman tanah akan berpengaruh terhadap kondisi tumbuhan yang ada di atasnya.
Kualitas air juga dapat ditentukan dengan mengukur tingkat keasamannya. Suatu
daerah yang dilanda hujan asam akan mengalami kerusakan lingkungan yang cukup
buruk.
Kebanyakan asam dan basa (yang belum bercampur dengan senyawa lain) di alam
berupa liquid (larutan). Karena bentuk inilah yang mudah untuk direaksikan dengan
senyawa lainnya. Meskipun asam dan basa yang kita konsumsi sehari-hari berupa
1
padatan seperti makanan dan sabun, namun pada akhrinya tetap butuh diencerkan juga
(direaksikan atau dicampur dengan air) agar lebih mudah diserap atau digunakan.
Dari hal itulah, penyusun membuat makalah ini dengan judul “Larutan Asam dan
Larutan Basa Serta Peranannya Bagi Kehidupan Manusia”. Alasan lainnya adalah agar
sesuai dengan tema yang diberikan oleh dosen, yaitu asam dan basa.
C. PEMBATASAN MASALAH
Masalah yang akan kami bahas kami batasi hanya hal-hal berikut:
1. Teori asam dan basa
2. Sifat dan pembagian asam basa
3. Perhitungan derajat keasaman (pH)
4. Penetralan larutan asam dan larutan basa
5. Contoh manfaat dan dampak buruk larutan asam dan larutan basa dalam kehidupan
D. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode yang kami gunakan untuk mengumpulkan data adalah mencari sumber dari
buku-buku pelajaran, buku panduan dan internet.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini kami susun dengan sistematika seperti berikut:
1. Kata pengantar
2. Lembar Pengesahan
3. Daftar isi
4. Bab I Pendahuluan
5. Bab II Landasan Teori
6. Bab III Pembahasan
7. Bab IV Penutup
8. Daftar Pustaka
2
BAB IILANDASAN TEORI
A. KONSEP ASAM BASA
1. Asam
Pada tahun 1887, Svante August Arhenius (19 Februari 1859 - 2 Oktober 1927)
seorang ilmuwan Swedia mengemukakan pendapat bahwa asam adalah suatu zat yang
apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion hidronium (H+). Asam umumnya
merupakan senyawa kovalen dan akan bersifat asam bila sudah larut dalam air.
Misalnya, gas HCl bukan merupakan asam, tetapi bila sudah dilarutkan dalam air akan
menghasilkan ion H+. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
HCl (aq) H+ (aq) + Cl- (aq)
Sifat sifat larutan asam:
1. Korosif, yaitu dapat merusak logam dan marmer.
2. Berasa masam
3. Menghasilakn ion H+ jika dilarutkan dalam air
4. Dapat memrahkan kertas lakmus biru
Berdasarkan ion H+ yang dihasilkan, asam dibedakan menjadi asam monoprotik
(menghasilkan satu ion H+ ) dan asam poliprotik (menghasilkan lebih dari satu ion H+).
Contoh: HCl (aq) H+ (aq) + Cl- (aq) (monoprotik)
H2S (aq 2H+ (aq) + S2- (aq) (poliprotik)
Berdasarkan kekuatan ionisasinya, asam dibagi menjadi asam kuat (mudah
terionisi/ terionisasi sempurna) dan asam lemah (sedikit terionisasi/terionisasi
sebagian).
Contoh asam kuat : HCl, HBr, HI, H2SO4
Contoh asam lemah : CH3COOH
3
2. Basa
Masih menurut Arhenius, basa adalah suatu zat yang bila dilarutkan dalam air akan
menghasilkan ion OH-. Umumnya, basa terbentuk dari ikatan ion yang mengandung
gugus hidroksida (OH-). Contoh: NaOH (aq) Na+ (aq) + OH- (aq)
Sifat-sifat basa:
1. Bersifat kaustik (bereaksi dengan kulit)
2. Berasa pahit dan licin
3. Menghasilakn ion OH+ jika dilarutkan dalam air
4. Dapat membirukan kertas lakmus merah
Berdasarkan kekuatan ionisasinya, basa dibedakan menjadi basa kuat (mudah
terionisi) dan basa lemah (sedikit terionisasi).
Contoh asam kuat : KOH, NaOH, Ba(OH)2 dan Ca(OH)2.
Contoh asam lemah : NH3OH dan Al(OH)3.
B. TEORI ASAM BASA
1. Teori asam-basa Brownsted-Lowry
Dalam kenyataannya, gas NH3 dan HCl dapat langsung bereaksi membentuk
garam padat NH4Cl tanpa dilarutkan dalam air (berupa kabut). Hal ini tidak bisa
dijelaskan oleh teori Arhenius yang selalu melibatkan air. Maka perlu diusulkan sebuah
teori baru.
Johannes Nicolaus Bronsted dan Thomas Martin Lowry pada tahun 1923 secara
terpisah mendefinisikan asam-basa sebagai berikut: Asam adalah donor proton (H+)
dan sebaliknya basa disebut sebagai aseptor proton. Konsep asam basa Bronsted-
Lowry tidak menentang konsep asam-basa Arrhenius akan tetapi bisa dikatakan
sebagai perluasan dari konsep tersebut.
4
Contoh: HCl (g) + H2O (l) H3O+ (aq) + Cl- (aq)
Dari bagan diatas, yang berperan sebagai asam adalah HCl karena melepas satu ion
H+, sedangkan yang berperan sebagai basa adalah H2O karena menerima ion H+. Hasil
reaksi berupa sisa asam yang bersifat basa (Cl-) dan asam H3O+.
Dari reaksi tersebut, terdapat pasangan asam-basa konjugasi. HCl dan Cl-
merupakan pasangan asam-basa konjugasi (HCl sebagai asam konjugat dan Cl- sebagai
basa konjugat). H2O dan H3O+ juga merupakan pasangan asam-basa konjugasi.
2. Teori asam-basa Lewis
Konsep asam-basa Bronsted-Lowry memiliki keterbatasan, terutama dalam
menjelaskan reaksi-reaksi yang melibatkan senyawa tanpa proton (H+). Misalnya,
reaksi antara senyawa NH3 dan BF3 dan beberapa reaksi yang melibatkan senyawa
kompleks.
Gilbert N. Lewis pada tahun 1923 mengajukan konsep asam basa berdasarkan teori
ikatan kimia. Menurut konsep tersebut, asam adalah aseptor pasangan elektron bebas
sedangkan basa adalah donor pasangan elektron bebas.
5
Gambar 2.1 Bagan asam menurut Lewis
C. KESETIMBANGAN ION DALAM LARUTAN
1. Kesetimbangan air
Air murni merupakan elektrolit yang sangat lemah karena sbagian molekul air
dapat terionisasi. Persamaan reaksi yang terjadi adalah seperti berikut:
H2O (l) H+ (aq) + OH- (aq)
Menurut hukum kesetimbangan, konstanta air dapat dicari dengan rumus:
[H + ] + [OH - ] [H2O]
K [H2O] = [H+] + [OH-]
Kw = [H+] + [OH-]
Harga Kw akan berubah bila suhu berubah. Pada suhu 25oC, harga Kw adalah 10-14.
bila suhu naik, maka nilai Kw akan lebih besar.
2. Kekuatan asam dan basa
Asam dan basa kuat bila dilarutkan dalam air akan mengalami ionisasi sempurna
(derajat ionisasi α = 1), sedangkan asam dan basa lemah terionisasi sebagian (derajat
ionisasi α < 1). Jumlah H+ dan OH- dalam larutan asam dan basa kuat dapat ditentukan
dengan rumus:
[H+] = a . Ma (asam)
[OH-] = b . Mb (basa)
Untuk asam dan basa lemah, jumlah H+ dan OH- dapat diketahui jika derajat
ionisasi (α) atau tetapan ionisasinya (Ka atau Kb) diketahui. Persamaannya:
[H+] = α . Ma atau [H+] = wKa . Ma , Ka = α2 . Ma
[OH-] = α . Mb atau [OH-] = wKb . Mb , Kb = α2 . Mb
6
K =
D. DERAJAT KEASAMAN (pH)
Besarnya konsentrasi H+ dan OH- merupakan suatu indikator untuk menentukan
keasaman atau kebasaan suatu larutan dalam air. Air sendiri memiliki konsentrasi H+
dan OH-sebanyak 10-7 tiap liternya (pada suhu 25oC). Karena hal itulah, air murni
bersifat netral.
Suatu larutan yang mengandung H+ lebih bsar dari 10-7 maka larutan tersebut
bersifat asam. Sedangkan larutan yang mengandung H+ lebih kecil dari 10-7 maka
larutan tersebut bersifat basa.
Untuk menghindari penggunaan angka yang sangat kecil, Sorent Pieter Lennart
Sorensen (1868 – 1939) seorang ahli biokimia Denmark mengusulkan sebuah
persamaan pada tahun 1909. Persamaan tersebut adalah:
pX = - log X pH = - log [H+] dan pOH = - log [OH-]
Makin besar kandungan H+ maka nilai pH makin kecil. Jika suatu larutan memiliki
konsentrasi H+ sebanyak 2 x 10-3, maka nilai pH-nya adalah:
pH = - log [H+]
pH = - log 2 x 10-3
pH = 3 – log 2
E. INDIKATOR PENGUKUR KEASAMAN SUATU LARUTAN
Untuk meneliti kadar keasaman (pH) suatu larutan dapat mengunakan beberapa
alat. Indikator alami bisa menggunakan kunyit atau daun pandan. Yang umum
digunakan sebagai penentu suatu larutan itu asam atau basa adalah kertas lakmus
merah atau biru. Larutan asam akan membuat warna kertas lakmus biru menjadi merah
atau kuning. Sebaliknya, larutan basa akan membuat warna kertas lakmus merah
menjadi biru atau hijau.
7
Kekurangan kertas lakmus adalah tidak bias mengidentifikasi nilai pH dengan lebih
akurat. Maka diperlukan alat lain yang disebut pH meter. Alat ini menggunakan mesin
digital yang mudah dipergunakan.
8
Gambar 2.2 Kertas lakmus
Gambar 2.3 pH meter
BAB IIIPERANAN ASAM DAN BASA BAGI KEHIDIPAN MANUSIA
A. MANFAAT ASAM DAN BASA
Asam memiliki berbagai kegunaan. Asam sering digunakan untuk menghilangkan
karat dari logam dalam proses yang disebut "pengawetasaman" (pickling). Asam dapat
digunakan sebagai elektrolit di dalam baterai sel basah (accumulator), seperti asam
sulfat yang digunakan di dalam baterai mobil. Pada tubuh manusia dan berbagai
hewan, asam klorida merupakan bagian dari asam lambung yang disekresikan di dalam
lambung untuk membantu memecah protein dan polisakarida maupun mengubah
proenzim pepsinogen yang inaktif menjadi enzim pepsin. Asam juga digunakan
sebagai katalis; misalnya, asam sulfat sangat banyak digunakan dalam proses alkilasi
pada pembuatan bensin.
Banyak buah-buahan yang mengandung senyawa asam. Misalnya jeruk nipis yang
mengandung asam sitrat. Jeruk nipis dapat dimanfaatkan untuk bumbu masakan,
pembersih pakaian atau pemberi aroma. Selain itu, buah asam (terutama asam jawa)
sering dimanfaatkan sebagai bumbu dan sebagai tanaman obat.
Kebanyakan protein yang dikonsumsi tubuh merupakan senyawa asam, seperti
asam linoleat, asam amino, dan asam nukleat. Vitamin C juga merpakan asam.
Senyawa basa dapat ditemukan pada sabun. Sabun dapat digunakan untuk
pembersih pakaian, badan, peralatan rumah tangga dan kendaraan. Kandungan basa
dalam air sabun akan mengikat lemak dan kotoran yang melekat pada benda lalu
mencampurnya dengan air membentuk gelembung-gelembung putih (busa).
Manfaat lain dari basa adalah sebagai antasida. Antasida merupakan obat
penetralisir asam lambung yang menjadi penyebab sakit mag. Kandungan utama
9
antasida berupa magnesium hidroksida (Mg(OH)2). Magneasium hidroksida akan
bereaksi dengan asam lambung. Reaksi ini akan membentuk larutan garam yang netral,
sehingga kondisi lambung tidak terlalu asam.
B. DAMPAK BURUK ASAM DAN BASA BAGI KEHIDUPAN MANUSIA SERTA
CARA MENANGGULANGINYA
Selain manfaat, ternyata asam dan basa memiliki beberapa dampak negatif bagi
kehidupan manusia. Kandungan asam dalam tanah yang berlebih akan membuat tanah
menjadi masam dan tidak subur lagi. Hanya tanaman tertentu yang bias tumbuh,
sehingga tanah jadi tidak produktif. Kandungan asam berlebih pada lambung akan
menyebabkan sakit mag. Konsumsi asam berlebih juga akan menyebabkan diare.
Kandungan basa dalam air akan mempengaruhi kualitas air tersebut. Sisa deterjen
yang tidak diolah atau kurang maksimal pengolahannya dapat mencemari air. Hal ini
akan mengakibatkan biota air terancam kelangsungan hidupnya. Oksigen terlarut akan
berkurang karena digunakan untuk mengurai deterjen. Seai itu, air bawah tanah juga
bisa ikut tercemar sehingga berbahaya untuk dikonsumsi oleh manusia.
Masalah yang sering dibicarakan oleh masyarakat dunia akhir-akhir ini adalah
hujan asam. Hujan asam pertama kali diperkenalkan oleh Angus Smith ketika ia
menulis tentang polusi industri di Inggris (Anonim, 2001). Tetapi istilah hujan asam
tidaklah tepat, yang benar adalah deposisi asam.
Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah. Deposisi
kering ialah peristiwa kerkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam yang ada dalam
udara. Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan karena pencemaran udara akibat
kendaraan maupun asap pabrik. Selain itu deposisi kering juga dapat terjadi di daerah
perbukitan yang terkena angin yang membawa udara yang mengandung asam.
Biasanya deposisi jenis ini terjadi dekat dari sumber pencemaran.
10
Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila
asap di dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun hujan dari awan
tadi, maka air hujan yang turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula terjadi karena
hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut ke dalam
air hujan dan turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash out. Deposisi jenis ini dapat
terjadi sangat jauh dari sumber pencemaran.
Hujan secara alami bersifat asam karena Karbon Dioksida (CO2) di udara yang
larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini
sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan
oleh tumbuhan dan binatang.
Hujan pada dasarnya memiliki tingkat keasaman berkisar pH 5, apabila hujan
terkontaminasi dengan karbon dioksida dan gas klorine yang bereaksi serta bercampur
di atmosphere sehingga tingkat keasaman lebih rendah dari pH 5, disebut dengan hujan
asam.
Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2)
dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran. Akan tetapi
sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer diseluruh dunia terjadi secara alami, misalnya
dari letusan gunung berapi maupun kebakaran hutan secara alami. Sedangkan 50%
lainnya berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat pembakaran BBF, peleburan
logam dan pembangkit listrik. Minyak bumi mengadung belerang antara 0,1% sampai
3% dan batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF di bakar, belerang tersebut beroksidasi
menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas di udara. Oksida belerang itu selanjutnya
berubah menjadi asam sulfat (Soemarwoto O, 1992).
11
Kadar SO2 tertinggi terdapat pada pusat industri di Eropa, Amerika Utara dan Asia
Timur. Di Eropa Barat, 90% SO2 adalah antrofogenik. Di Inggris, 2/3 SO2 berasal dari
pembangkit listrik batu bara, di Jerman 50% dan di Kanada 63% (Anonim, 2005).
Menurut Soemarwoto O (1992), 50% nitrogen oxides terdapat di atmosfer secara
alami, dan 50% lagi juga terbentuk akibat kegiatan manusia, terutama akibat
pembakaran BBF. Pembakaran BBF mengoksidasi 5-50% nitrogen dalam batubara ,
40-50% nitrogen dalam minyak berat dan 100% nitrogen dalam mkinyak ringan dan
gas. Makin tinggi suhu pembakaran, makin banyak Nox yang terbentuk.
Selain itu NOx juga berasal dari aktifitas jasad renik yang menggunakan senyawa
organik yang mengandung N. Oksida N merupakan hasil samping aktifitas jasad renik
itu. Di dalam tanah pupuk N yang tidak terserap tumbuhan juga mengalami kimi-fisik
dan biologik sehingga menghasilkan N. Karena itu semakin banyak menggunakan
pupuk N, makin tinggi pula produksi oksida tersebut.
Senyawa SO2 dan NOx ini akan terkumpul di udara dan akan melakukan
perjalanan ribuan kilometer di atsmosfer, disaat mereka bercampur dengan uap air akan
membentuk zat asam sulphuric dan nitric. Disaat terjadinya curah hujan, kabut yang
membawa partikel ini terjadilah hujam asam. Hujan asam juga dapat terbentuk melalui
proses kimia dimana gas sulphur dioxide atau sulphur dan nitrogen mengendap pada
logam serta mongering bersama debu atau partikel lainnya (Anonim. 2005).
Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan bersifat
global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak
tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik, antara lain :
Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang
bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama
12
mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH dibawah
5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang (Anonim, 2002). Ini disebabkan oleh
pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan berdampak pada keberlangsungan
suatu ekosistem. Tidak semua danau yang terkena hujan asam akan menjadi
pengasaman, dimana telah ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat membantu
menetralkan keasaman.
Tumbuhan dan Hewan
Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan
tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan
melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium, yang akan bercampur didalam
nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan menghambat
pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran, selebihnya pohon-pohon akan
terserang penyakit, kekeringan dan mati. Seperti halnya danau, Hutan juga mempunyai
kemampuan untuk menetralisir hujan asam dengan jenis batuan dan tanah yang dapat
mengurangi tingkat keasaman.
Pencemaran udara telah menghambat fotosintesis dan immobilisasi hasil
fotosintesis dengan pembentukan metabolit sekunder yang potensial beracun. Sebagai
akibatnya akar kekurangan energi, karena hasil fotosintesis tertahan di tajuk.
Sebaliknya tahuk mengakumulasikan zat yang potensial beracun tersebut. Dengan
demikian pertumbuhan akar dan mikoriza terhambat sedangkan daunpun menjadi
rontok. Pohon menjadi lemah dan mudah terserang penyakit dan hama.
Penurunan pH tanah akibat deposisi asam juga menyebabkan terlepasnya aluminium
dari tanah dan menimbulkan keracunan. Akar yang halus akan mengalami nekrosis
sehingga penyerapan hara dan iar terhambat. Hal ini menyebabkan pohon kekurangan
air dan hara serta akhirnya mati. Hanya tumbuhan tertentu yang dapat bertahan hidup
13
pada daerah tersebut, hal ini akan berakibat pada hilangnya beberapa spesies. Ini juga
berarti bahwa keragaman hayati tamanan juga semakin menurun.
Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau coklat pada
permukaan daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
kematian tumbuhan tersebut. Menurut Soemarmoto (1992), dari analisis daun yang
terkena deposisi asam menunjukkan kadar magnesium yang rendah. Sedangkan
magnesium merupakan salah satu nutrisi assensial bagi tanaman. Kekurangan
magnesium disebabkan oleh pencucian magnesium dari tanah karena pH yang rendah
dan kerusakan daun meyebabkan pencucian magnesium di daun.
Sebagaimana tumbuhan, hewan juga memiliki ambang toleransi terhadap hujan
asam. Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati saat pH tanah
meningkat karena sifat hewan mikroskopis adalah sangat spesifik dan rentan terhadap
perubahan lingkungan yang ekstrim. Spesies hewan yang lain juga akan terancam
karena jumlah produsen (tumbuhan) semakin sedikit. Berbagai penyakit juga akan
terjadi pada hewan karena kulitnya terkena air dengan keasaman tinggi. Hal ini jelas
akan menyebabkan kepunahan spesies.
Kesehatan Manusia
Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti, namun belum ada
yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran udara khususnya oleh senyawa
Nox dan SO2. Kesulitan yang dihadapi dkarenakan banyaknya faktor yang
mempengaruhi kesehatan seseorang, termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap
pencemaran yang terjadi. Misalnya balita, orang berusia lanjut, orang dengan status
gizi buruk relatif lebih rentan terhadap pencemaran udara dibandingkan dengan orang
yang sehat.
14
Berdasarkan hasil penelitian, sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan asam juga
dapat bereaksi secara kimia didalam udara, dengan terbentuknya partikel halus suphate,
yang mana partikel halus ini akan mengikat dalam paru-paru yang akan menyebabkan
penyakit pernapasan. Selain itu juga dapat mempertinggi resiko terkena kanker kulit
karena senyawa sulfat dan nitrat mengalami kontak langsung dengan kulit.
Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material
seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman
serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung.
Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat,
meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal
semakin banyak akan merusak batuan.
Upaya Pengendalian Deposisi Asam
Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar yang
mengandung sedikit zat pencemae, menghindari terbentuknya zat pencemar saar
terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan
energi.
a. Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah
Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Masalahnya ialah sampai saat
ini Indonesia sangat tergantung dengan minyak bumi dan batubara, sedangkan
minyak bumi merupakan sumber bahan bakar dengan kandungan belerang yang
tinggi.
Penggunaan gas asalm akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi
kebocoran gas ini dapat menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan
menggunakan bahan bakar non-belerang misalnya metanol, etanol dan hidrogen.
15
Akan tetapi penggantian jenis bahan bakar ini haruslah dilakukan dengan hati-hati,
jika tidak akan menimbulkan masalah yang lain. Misalnya pembakaran metanol
menghasilkan dua sampai lima kali formaldehide daripada pembakaran bensin. Zat
ini mempunyai sifat karsinogenik (pemicu kanker).
b. Mengurangi kandungan Belerang sebelum Pembakaran
Kadar belarang dalam bahan bakar dapat dikurangi dengan menggunakan teknologi
tertentu. Dalam proses produksi, misalnya batubara, batubara diasanya dicuci
untukk membersihkan batubara dari pasir, tanah dan kotoran lain, serta mengurangi
kadar belerang yang berupa pirit (belerang dalam bentuk besi sulfida( sampai 50-
90% (Soemarwoto, 1992).
c. Pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran
Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu pembakaran
telah dikembangkan. Slah satu teknologi ialah lime injection in multiple burners
(LIMB). Dengan teknologi ini, emisi SO2 dapat dikurangi sampai 80% dan NOx
50%.
Caranya dengan menginjeksikan kapur dalam dapur pembakaran dan suhu
pembakaran diturunkan dengan alat pembakar khusus. Kapur akan bereaksi dengan
belerang dan membentuk gipsum (kalsium sulfat dihidrat). Penuruna suhu
mengakibatkan penurunan pembentukan NOx baik dari nitrogen yang ada dalam
bahan bakar maupun dari nitrogen udara.
Pemisahan polutan dapat dilakukan menggunakan penyerap batu kapur atau
Ca(OH)2. Gas buang dari cerobong dimasukkan ke dalam fasilitas FGD. Ke dalam
alat ini kemudian disemprotkan udara sehingga SO2 dalam gas buang teroksidasi
oleh oksigen menjadi SO3. Gas buang selanjutnya "didinginkan" dengan air,
sehingga SO3 bereaksi dengan air (H2O) membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam
16
sulfat selanjutnya direaksikan dengan Ca(OH)2 sehingga diperoleh hasil pemisahan
berupa gipsum (gypsum). Gas buang yang keluar dari sistem FGD sudah terbebas
dari oksida sulfur. Hasil samping proses FGD disebut gipsum sintetis karena
memiliki senyawa kimia yang sama dengan gipsum alam.
d. Pengendalian Setelah Pembakaran
Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran. Teknologi
yang sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD) (Akhadi, 2000.
Prinsip teknologi ini ialah untuk mengikat SO2 di dalam gas limbah di cerobong
asap dengan absorben, yang disebut scubbing (Sudrajad, 2006). Dengan cara ini 70-
95% SO2 yang terbentuk dapat diikat. Kerugian dari cara ini ialah terbentuknya
limbah. Akan tetapi limbah itu dapat pula diubah menjadi gipsum yang dapat
digunakan dalam berbagai industri. Cara lain ialah dengan menggunakan amonia
sebagai zat pengikatnya sehingga limbah yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagi
pupuk.
Selain dapat mengurangi sumber polutan penyebab hujan asam, gipsum yang
dihasilkan melalui proses FGD ternyata juga memiliki nilai ekonomi karena dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misal untuk bahan bangunan. Sebagai
bahan bangunan, gipsum tampil dalam bentuk papan gipsum (gypsum boards) yang
umumnya dipakai sebagai plafon atau langit-langit rumah (ceiling boards), dinding
penyekat atau pemisah ruangan (partition boards) dan pelapis dinding (wall boards).
Amerika Serikat merupakan negara perintis dalam memproduksi gipsum sintetis ini.
Pabrik wallboard dari gipsum sintetis yang pertama di AS didirikan oleh Standard
Gypsum LLC mulai November tahun 1997 lalu. Lokasi pabriknya berdekatan
17
dengan stasiun pembangkit listrik Tennessee Valley Authority (TVA) di
Cumberland yang berkapasitas 2600 megawatt.
Produksi gipsum sintetis merupakan suatu terobosan yang mampu mengubah bahan
buangan yang mencemari lingkungan menjadi suatu produk baru yang bernilai
ekonomi. Sebagai bahan wallboard, gipsum sintetis yang diproduksi secara benar
ternyata memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan gipsum yang diperoleh dari
penambangan. Gipsum hasil proses FGD ini memiliki ukuran butiran yang seragam.
Mengingat dampak positifnya cukup besar, tidak mustahil suatu saat nanti, setiap
PLTU batu bara akan dilengkapi dengan pabrik gipsum sintetis.
e. Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)
Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang, dimana
produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang sehingga jumlah
sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi. Teknologi yang digunakan
juga harus diperhatikan, teknologi yang berpotensi mengeluarkan emisi hendaknya
diganti dengan teknologi yang lebih baik dan bersifat ramah lingkungan. Hal ini
juga berkaitan dengan perubahan gaya hidup, kita sering kali berlomba membeli
kendaraan pribadi, padahal transportasilah yang merupakan penyebab tertinggi
pencemaran udara. Oleh karena itu kita harus memenuhi kadar baku mutu emisi,
baik di industri maupun transportasi
18
BAB IVPENUTUP
A. SIMPULAN
Simpuan yang dapat ditarik dari pembahasan diantaranya:
1. Larutan asam adalah suatu zat yang apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan
ion hidronium (H+), sedangkan larutan basa adalah suatu zat yang bila dilarutkan
dalam air akan menghasilkan ion OH-.
2. Pengemuka teori tentang asam dan basa adalah Svante August Arhenius, Johannes
Nicolaus Bronsted dan Thomas Martin Lowry, dan Gilbert N. Lewis.
3. Asam memiliki pH < 7 dan basa memiliki pH > 7.
4. Asam dan basa dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bahaya hujan asam dapat ditangulangi denga penggunaan bahan bakar dengan
kandungan belerang rendah, pengunaan teknologi pengurang emisi SO2, serta
mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)
B. SARAN
Saran-saran yang dapat penyusun sampaikan antara lain:
1. Penggunaan bahan bakar fosil, terutama batu bara, lebih dikendalikan lagi agar
pencemaran udara bisa berkurang
2. Pembuatan produk dari asam dan basa agar lebih dikembangkan lagi
3. Produk sampingan (limbah) dari produk asam dan basa sebaiknya diolah terlebih
dahulu sebelum dibuang langsung ke alam
4. Pemerintah dan masyarakat harus lebih perhatian dan peduli terhadap masalah-
masalah lingkungan sekitan, terutama yang berkaitan dengan asam dan basa.
19
DAFTAR PUSTAKA
Anshory, Irfan. 2003. Acuan Pelajaran Kimia SMU jilid 2. Jakarta: Erlangga
Choiriyah. 2005. LKE TUNTAS Bahasa Indonesia. Jakarta: Graha Pustaka
Sitorus, Ronald H. dkk. Ringkasan Kimia untuk SMA. Bandung: Yrama Widya
Sudarmo, Unggul. 2006. Kimia SMA 2 untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Phibeta
Tim Penyusun Departemen Agama RI. 2004. Panduan Penulisan Karya Tulis/Karya
Ilmiah Guru Pendidikan Agama Islam (revisi). Jakarta: Departemen Agama RI.
http://www.google.com
http://www.wikipedia.co.id
http://anafio.multiply.com/reviews
http://www.chem-is-try.org/
Catatan pribadi
20
Recommended