Upload
dhiyaul-ihsanti
View
223
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH KIMIA ORGANIK
EKSTRAKSI JAHE DENGAN METODE SOXHLETASI
( Untuk Memenuhi Tugas Kimia Organik )
Disusun Oleh :
DHIYA’UL HELMI IHSANTI
113141010
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2012
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat dan disusun untuk
memenuhi tugas yang diberikan serta untuk menambah pengetahuan pembaca tentang
“Ekstraksi padat cair pada tanaman jahe”, mata kuliah Kimia Organik.
Kami ucapkan terima kasih kepada bapak Sigit Udjiana, DRS., MSI, yang
telah membimbing kami dalam mempelajari mata kuliah kimia organik, serta bapak M.
Syarwani, DRS., MMT selaku dosen pembimbing praktikum kimia organik. Kemudian kepada
teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Tetapi kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Semoga makalah
ini dapat memberikan wawasan dan ilmu yang lebih luas serta menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas segala
kekurangan dalam penyajian makalah ini, maka dari itu kritik dan saran sangat diharapkan
demi perbaikan pembuatan makalah di masa yang akan datang.
Malang, 4 Juli 2012
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................1I.1 Latar Belakang............................................................1I.2 Tujuan.........................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................3II.1 Jahe............................................................................3II.2 Oleoresin Jahe............................................................3II.3 Metode sochletasi.......................................................
BAB III METODOLOGI...................................................................III.1 Alat............................................................................III.2 Bahan .......................................................................III.3 Prosedur Kerja ..........................................................III.4 Skema kerja ..............................................................
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN .................................................IV.1 Hasil Percobaan........................................................IV.2 Pembahasan ............................................................
BAB V PENUTUP .........................................................................V.1 Kesimpulan ...............................................................V.2 Saran..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................
BAB I
3
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Jahe (Zingiber officinale ), adalah tanaman rimpang yang sangat populer
sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang
menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa
keton bernama zingeron.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil jahe (Zingiber officinal)
terbesar di dunia. Jumlah produksi jahe di Indonesia meningkat dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2003, produksi jahe nasional adalah sebesar 112.290 ton.
Dengan tingkat kenaikan produksi sebesar 3.28 % tiap tahun maka pada tahun
2009 jumlah produksi jahe di Indonesia diperkirakan sebesar 136.388,1 ton.
Jumlah jahe yang melimpah justru menimbulkan permasalahan tersendiri yaitu
turunnya nilai ekonomi jahe. Selain itu teknologi pasca panen yang tidak tepat
menyebabkan jumlah jahe yang membusuk juga besar karena tidak termanfaatkan
secara optimal
Jahe mengandung oleoresin yang banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi dan
makanan. Meningkatnya kebutuhan oleoresin ini merupakan salah satu peluang
untuk meningkatkan nilai ekonomi jahe yaitu dengan mengambil ekstrak oleoresin jahe.
Selain itu dengan teknologi ini diharapkan komoditas jahe yang banyak dihasilkan di
Indonesia dapat termanfaatkan secara optimal.
I.2 TUJUAN
Percobaan ini bertujuan untuk :
1. Melakukan ekstraksi untuk pemisahan dan pemurnian zat padat organik yaitu jahe
denan metode sochletasi
2. Mengetahui kandungan kimia pada tanaman jahe
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 JAHE
Jahe (Zingiber officinale Rosc) adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi
30–60 cm. Daun tanaman jahe berupa daun tunggal, berbentuk lanset dan berujung runcing.
Mahkota bunga berwarna ungu, berbentuk corong dengan panjang 2 – 2,5 cm. Sedangkan
buah berbentuk bulat panjang berwarna cokelat dengan biji berwarna hitam. Berdasarkan
ukuran dan warna rimpangnya, jahe dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) varietas, yaitu jahe besar
(jahe gajah), jahe kecil (jahe emprit), dan jahe merah (jahe sunti). Jahe merah dan jahe kecil
banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Sedangkan jahe besar dimanfaatkan sebagai
bumbu masak (Matondang, 2005).
(a) Tanaman jahe (b) Rimpang Jahe
Jahe memiliki kandungan aktif yaitu oleoresin. Oleoresin jahe mengandung komponen gingerol, shogaol, zingerone, resin dan minyak atsiri. Berikut adalah kandungan jahe :
Kandungan Jahe (%) (Sazalina, 2005)
Kandungan Presentase (%)
Tepung
Protein
Lemak
Oleoresin
Volatile Oil
Bahan lain
40-60
10
10
4-7,5
1-3
9.5
Kegunaan ekstrak jahe antara lain yaitu sebagai obat sakit kepala, obat batuk, masuk
angin, untuk mengobati gangguan pada saluran pencernaan, stimulansia, diuretik, rematik,
5
menghilangkan rasa sakit, obat antimual dan mabuk perjalanan, karminatif (mengeluarkan gas
dari perut), kolera, diare, sakit tenggorokan, difteria, neuropati, sebagai penawar racun ular dan
sebagai obat luar untuk mengobati gatal digigit serangga, keseleo, bengkak, serta memar.
Banyaknya kegunaan ekstrak jahe merupakan sebuah peluang yang sangat baik untuk
dikembangkan (Ravindran et al. ,2005).
II.2 OLEORESIN JAHE
Oleoresin berasal dari kata oleol yang berarti minyak dan resin yang berarti damar. Jadi
oleoresin adalah minyak dan damar yang merupakan campuran minyak atsirisebagai pembawa
aroma dan sejenis damar sebagai pembawa rasa. Oleoresin merupakansuatu gugusan kimia
yang cukup komplek susunan kimianya. Oleoresin berupa minyak berwarna cokelat tua sampai
hitam dan mengandung kadar minyak atsiri 15 sampai 35 persen yang di ekstraksi dari bubuk
jahe.
Oleoresin jahe mengandung komponen gingerol, shogaol, zingerone, resin dan minyak
atsiri. Persenyawaan zingerone tidak dalam bentuk persenyawaan keton bebas, melainkan
dalam bentuk persenyawaan aldehid alifatis jenuh, terutama senyawa n-heptanal. Sehingga
penambahan NaOH, zingerol akan menghasilkan zingerone bebas dengan rumus C11H14O3
dengan titik cair 40o C (Ravindran et al. ,2005).
Rumus struktur gingerol, shogaol dan zingerone adalah sebagai berikut :
Rumus Struktur Gingerol, Shogaol Dan Zingerone ( Sazalina, 2005)
Oleoresin terdiri dari campuran fixed oil, minyak atsiri dan lain-lain.
1. Fixed Oil
6
Jahe kering mengandung fixed oil 3 – 4 persen. Senyawa ini terdiri dari gingerol, shogaol,
resin dan lain-lain yang menyebabkan rasa pedas pada jahe.
2. Minyak Atsiri
Jahe mengandung minyak atsiri dalam jumlah 1 – 3 persen. Minyak ini dapat dipisahkan
dengan cara distilasi uap.
(Ravindran et al. ,2005)
Dalam dunia perdagangan, kualitas oleoresin telah diatur oleh The Essentials Oil
Association of America (EOA). Standar mutu oleoresin dari jahe menurut EOA seperti yang
tertera pada tabel di bawah ini :
Tabel Standar Mutu Oleoresin Jahe Menurut EOA
Karakteristik Persyaratan
Warna
Bentuk
Aroma
Kadar minyak atsiri
Indeks bias minyak
Putaran optik minyak
Cokelat tua – hitam
Cairan kental
Khas jahe
18 – 35 ml/100 gram
1,488 – 1,497
(-30o) - (-60o)
III.3 EKSTRAKSI SOXLETASI
a. Pengertian
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan
yang lainnya pelarut organik.
Soxhletasi merupakan ekstraksi padat-cair yang berkesinambungan.
Ekstraksi ini biasanya dilakukan dengan suatu alat yang dinamakan Soxhlet.
b. Prinsip dasar ekstraksi dan soxhletasi
7
Prinsip dasar ekstraksi adalah distribusi zat terlarut dalam dua pelarut yg
tidak bercampur. Prinsip metoda ini didasarkan pasa distribusi zat terlarut
dengan pe rband ingan t e r t en tu an t a r a dua pe l a ru t yang
s a l i ng tidak bercampur. Batasnya adalah zat terlarut dapat ditransfer dalam
jumlah yang berbeda dalam kedua fasa pelarut.
Prinsip Soxhletasi : Penyairan secara berkesinambungan, dimana cairan
penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan akan terkondensasi molekul-
molekul cairan penyari oleh pendingin balik dengan turun ke dalam klonsong
menyari simplisia dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu alas bulat setelah
melewati pipa siphon, proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif menjadi
sempurna.
c. Proses ekstraksi soxhletasi pada minyak kemiri
Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut
dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat
fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula
tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan
jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi
berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut.
Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya.
Dalam pelaksanaan proses ekstraksi, faktor-faktor yang mempengaruhi
laju ekstraksi adalah:
Tipe persiapan sampel
Waktu ekstraksi
Kuantitas pelarut
Suhu pelarut
Tipe pelarut
Adapun syarat pelarut untuk ekstraksi:
Beda polaritas antara solvent dan solute kecil
Titik didih rendah (minyak akan rusak pada suhu tinggi)
Mudah menguap
Tidak berbahaya, tidak beracun, tidak mudah meledak/terbakar
Inert: Tidak bereaksi dengan solute
8
Murah (terutama untuk industri)
Soxhlet ditemukan oleh Franz Ritter von Soxhlet, seorang ahli kimia dari
Jerman. Pada ekstraktor Soxhlet, pelarut dipanaskan dalam labu didih sehingga
menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil
dan keluar dalam fasa cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong berisi
padatan. Pelarut akan membasahi padatan dan tertahan di dalam selongsong
sampai tinggi pelarut dalam pipa sifon sama dengan tinggi pelarut di selongsong.
Kemudian pelarut seluruhnya akan menggejorok masuk kembali ke dalam labu
didih dan begitu seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek sifon.
Dalam pelaksanaannya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara
lain :
Tinggi timbel hendaknya di bawah pipa samping tetapi di atas sifon.
Hal ini dimaksudkan agar tidak menghalangi uap pelarut yang masuk
ke dalam pendingin, dan mencegah keluarnya serbuk dari timbel.
Bahan yang telah diserbuk halus dimasukkan ke dalam timbel
sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan terjadinya saluran –
saluran pada penmabahan pelarut.
Tinggi bahan hendaknya di bawah sifon agar bahan tersebut dapat
selalu terendam dengan pelarut.
Untuk mencegah terjadinya percikan - percikan bahan hendaknya
ditutup dengan kertas saring.
Jumlah pelarut yang ditambahkan adalah sedemikian rupa sehingga
labu penampung terisi cairan minimal sepertiganya.
Untuk membantu proses pendidihan pada labu penmapung
ditambahkan beberapa butir batu didih.
Setelah hal – hal ditas dilaksanakan, ekstraksi dapat dilaksanakan.
Ekstraksi dihentikan apabila :
Cairan yang tersirkulasi sudah tidak berwarna lagi ( bagi suatu bahan
yang disekstraksi mula – mula memberikan cairan yang berwarna ).
9
Cairan yang tidak memberikan rasa yang sesuai denga rasa substransi
yang diekstraksi.
Memberikan reaksi yang negatif bila dilakukan reaksi identifikasi.
Keuntungan dari metode ini antara lain :
Menggunakan penyari yang sedikit sebab penyari itu jugs yang akan
digunakan kembali untuk mengulang percobaan.
Uap panas tidak melalui simplisia, tetapi melalui pipa samping.
Kerugian dari metode ini, :
Tidak dapat menggunakan bahan yang mempunyai tekstur yang keras.
Pengerjaannya rumit dan agak lama, karena harus diuapkan di
rotavapor untuk mmeperoleh ekstrak kental.
Dalam pelaksanaan proses ekstraksi, faktor-faktor yang mempengaruhi
laju ekstraksi adalah:
Tipe persiapan sampel
Waktu ekstraksi
Tipe dan kuantitas pelarut
Suhu pelarut
BAB III
METODOLOGI
III.1 ALAT
10
1. Alat Soxhletasi lengkap 2. Gelas kimia 100ml
3. Erlenmeyer 4. Kertas saring
III. 2 BAHAN
1. Pelarut etanol 70% : 200 ml
2. Jahe : 100 gram
III.3 LANGKAH KERJA
1. Bungkus bahan yang akan diekstrak dengan kertas saring dan ikat dengan
benang, jumlah secukupnya asal mudah dimasukkan ke dalam tabung
soxhlet
2. Lakukan ekstraksi soxhletasi ikuti petunjuk bimbingan
3. Perhatikan aliran air pendingin harus lancar dan tidak terlalu besar
4. Setelah selesai, pisahkan ekstraksi cair, uapkan dan simpan ekstrak padat
yang diperoleh untuk percobaan kromatografi
III.4 SKEMA KERJA
11
JAHE
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 HASIL PERCOBAAN
12
- Membungkus dengan kertas saring- Memasukkan dalam tempat ekstraktor soxhlet- Mengisi 300 mL pelarut etanol dan batu didih dalam
RBF- Mengalirkan pendingin air- Memanaskan labu alas bulat dengan penangas air- Mengekstaksi selama 3 jam- Mendinginkan labu alas bulat
Destilat Residu jahe
30 gram jahe
- Memotong kecil-kecil- Menggerus hingga halus- Menimbang sebanyak 30 gram
Berat jahe
- menimbang
Hasil percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
Bahan yang digunkana : jahe
Massa bahan : 100 gram
Volume pelarut : 250 ml (etanol)
Pergantian cairan : 4 kali siklus
Waktu ekstraksi : 120 menit ( 2 jam )
Warna larutan : kuning agak kecoklatan
Volume ekstraksi : 230 ml
IV. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini tentang pemisahan dan pemurnian zat adat,
ekstraksi padat cair dengan metode soxhletasi menggunakan bahan jahe dan
pelarut etanol. Ekstraksi padat cair digunakan untuk memisahkan analit yang
terdapat dalam jahe dengan pelarut organik etanol. Jahe yang akan diekstrak
terlebih dahulu dikeringkan, ekstraksi ini dilakukan dengan memanaskan etanol
hingga semua analit terekstrak.
Pada ekstraksi soxhletasi ini pelarut dipanaskan dalam labu didih hingga
menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke dalam kondensor melalui
pipa kecil dan keluar pada fasa cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam
selongsong berisi padatan. Pelarut akan membasahi sampel jahe dan tertahan di
dalam selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa sifone sama dengan tinggi
pelarut di selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan menggerosok masuk
kembali ke dalam labu didih dan begitu seterusnya.
Cara soxhlet ini dipilih karena berdasarkan beberapa faktor, yaitu proses
ekstraksi simplicia sempurna. Pelarut yang digunakan sedikit, dan proses
isolasinya juga lebih cepat. Namun selain mempunyai kelebihan, ekstraksi soxhlet
juga mempunyai kekurangan, yaitu tidak dapat digunakan mengisolasi senyawa
dan termolabil atau tumbuhan yang pecah terhadap suhu dan cara ini juga
memerlukan energi listrik.
13
Pada praktikum ini bahan yang digunakan atau yang akan diekstraksi
adalah jahe. Kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman jahe ini adalah
lemak, protein, pati, damar, asam organik, oleoresin ( gingerin ), dan minyak
terbang ( zingeron, zingerol, zingiberol, zingiberin, borneol, sineol, dan feladron ).
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 250 ml. Dimana etanol
memiliki karakteristik mudah menguap, karena memilii titik didih 78,4 0C dan
larut dalam air.
Langkah pertama dalam ekstraksi ini adalah, jahe dikeringkan terlebih
dahulu, agar kandungan air di dalam jahe berkurang. Setelah itu dalam keadaan
kering, dipotong kecil-kecil dan dibungkus dengan menggunakan kertas saring
diikat dengan benang. Membungkusnya disesuaikan dengan ukuran timbal
( wadah sampel ), kemudian proses ekstraksi dapat dilakukan. Pada saat proses
ekstraksi berlangsung kita harus memperhatikan aliran air pendingin yang harus
lancar dan tidak terlalu besar, dan harus diamati pula pergerakan siklusnya. Dalam
praktikum ini dapat diakhiri apabila sudah mencapai 4 siklus dimana diperlukan
waktu kurang lebih 120 menit atau 2 jam. Dan hasil dari 100 gram jahe adalah
230 ml. Larutan yang dihasilkan berwarna kuning agak kecoklatan.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 99,8% pada suhu 40o
C selama 2 jam dengan 4 siklus.
14
2. Kandungan air dalam jahe sangat tinggi
3. Dari analisis ANOVA diperoleh bahwa variabel yang paling berpengaruh
adalah waktu ekstraksi, diikuti variabel konsentrasi etanol dan suhu ekstraksi.
V.2 Saran
Dalam melakukan analisa ekstrak oleoresin jahe dalam pelarut etanol,
hendaknya agar dapat dilakukan dengan segera untuk menghindari tingkat
penguapan pelarut.
15
16
17
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonym,2012.pengertian ekstraksi.online http://id.wikipedia.org/wiki/Ekstraksi
Gugule ,2005. Pengertian soxhletasi.online http://chemical-richo17.blogspot.com/
lukum,astin. P. 2012. Modul praktikum dasar – dasar pemisahan analitik.prinsip dasar ekstraksi.Gorontalo: UNG
lukum,astin. P. 2012. Modul praktikum dasar – dasar pemisahan analitik. Prinsip dasar soxhletasi. Gorontalo : UNG
Lucas, Howard J, David Pressman. Principles and Practice In Organic Chemistry
20
21