Transcript
Page 1: laporan penelitian ASI Eksklusif

LAPORAN HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF

DENGAN PERILAKU ASI EKSKLUSIF

DI PUSKESMAS RENDANG KARANGASEM TAHUN 2018

Oleh :

Made Lady Adelaida Purwanta (1702612089)

Alvi Laili Zahra (1702612148)

Pembimbing :

dr. I Made Dwi Ariawan

dr. I Made Sudarma Yasa

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN ILMU

KEDOKTERAN PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2018

Page 2: laporan penelitian ASI Eksklusif

ii

LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF

DENGAN PERILAKU ASI EKSKLUSIF

DI PUSKESMAS RENDANG KARANGASEM TAHUN 2018

Telah diujikan dihadapan Panitia Ujian Laporan Penelitian

Pada tanggal 15 Oktober 2018

Menyetujui,

Pembimbing

dr. I Made Dwi Ariawan

Page 3: laporan penelitian ASI Eksklusif

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas

karunia-Nya, Laporan Penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang ASI

Eksklusif dengan Perilaku ASI Eksklusif di Puskesmas Rendang Karangasem

2018” ini dapat diselesaikan. Laporan Penelitian ini disusun dalam rangka

mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu

Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang

dilaksanakan tanggal 17 September 2018 – 13 Oktober 2018 bertempat di UPT

Kesmas Rendang, Kabupaten Karangasem.

Semua tahapan Laporan Penelitian ini dapat diselesaikan dengan sebaik-

baiknya berkat dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. I Made Dwi Ariawan, selaku Dosen Pembimbing, atas segala nasehat,

bimbingan, dan masukannya untuk menyelesaikan Laporan Penelitian ini.

2. dr. I Made Sudarma Yasa selaku Kepala Puskesmas Rendang Karangasem.

3. Ibu Witari selaku pemegang program Kesehatan Ibu dan Anak di

Puskesmas Rendang Karangasem atas segala informasi dan kerja sama

terkait dengan penyusunan Laporan Penelitian ini.

4. Para pemegang program dan seluruh staf di Puskesmas Rendang

Karangasem.

Diharapkan hasil laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca

dan dapat menjadi inspirasi dalam perencanaan kegiatan dalam pembangunan

kesehatan di Indonesia dan khususnya di Bali.

Denpasar, Oktober 2018

Penulis

Page 4: laporan penelitian ASI Eksklusif

iv

ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI ASI

EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS RENDANG, KARANGASEM TAHUN 2018

Made Lady Adelaida Purwanta, Alvi Laili Zahra Kepaniteraan Klinik Madya (KKM) Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu

Kedokteran Pencegahan (IKK/IKP), Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana ASI eksklusif selain sebagi upaya untuk membentuk generasi Bangsa

Indonesia yang berkualitas juga untuk menekan risiko kematian bayi yang kini angkanya masih fluktuatif. Meski telah dicanangkan dalam Peraturah Pemerintah, cakupan ASI eksklusif di Indonesia per tahun 2017 masih jauh dari angka target minimal 80%. Di Puskesmas Rendang sendiri ASI eksklusif belum mencapai target cakupan minimal 50% dan dalam dua tahun terakhir cakupan justru menurun secara berturut-turut dari 30% pada tahun 2016 menjadi 27,03% pada tahun 2017. Padahal program penyuluhan dan edukasi terkait ASI eksklusif sudah sering dilakukan, namun belum ada data output yang menunjukkan status pengetahuan masyarakat Rendang mengenai ASI eksklusif, sehingga penelitian mengenai tingkat pengetahuan yang juga sekaligus menghubungkan dengan perilaku ASI eksklusif perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab sebenarnya dari permasalahan cakupan yang rendah.

Penelitian ini menggunakan rancangan studi observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 83 responden. Responden merupakan ibu dengan anak usia 6-24 bulan yang datang ke Puskesmas Rendang ataupun posyandu, tidak memiliki riwayat penyakit menular melalui ASI dan anak tidak lahir prematur. Responden dikumpulkan dengan consecutive sampling dan didata berdasarkan kuisioner. Analisis data dilakukan dengan uji univariat dan bivariat untuk mengetahui korelasi antar variabel. Pada studi ini ditemukan rerata usia ibu yaitu 25,90 tahun (CI95% 25,14-26,67) dengan tingkat pendidikan tinggi 43,4%, sekitar 84,3% merupakan ibu rumah tangga, sebagian besar sudah menikah 97,6% dan primipara 55,4%. Pengetahuan mengenai ASI eksklusif tidak berasosiasi signifikan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif (p>0,05), begitu juga dengan karakteristik demografi ibu seperti umur, tingkat pendidikan, pekerjaan dan jumlah paritas tidak berhubungan dengan perilaku (p>0,05). Hanya faktor dukungan sosial dari suami dan keluarga yang berasosiasi signifikan dengan perilaku (p<0,01). Hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai ASI eksklusif di Puskesmas Rendang sudah cukup baik dan bukan penyebab utama dari rendahnya cakupan ASI eksklusif, melainkan faktor dukungan sosial dalam pemberian ASI eksklusif. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan untuk mengetahui lebih luas penyebab faktor dukungan yang rendah dan bagi para tenaga kesehatan di lingkungan Puskesmas Rendang agar lebih menekankan konseling untuk menggali hambatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif selain KIE reguler terkait pengetahuan umum ASI eksklusif. Kata kunci: ASI eksklusif, pengetahuan, perilaku

Page 5: laporan penelitian ASI Eksklusif

v

ABSTRACT ASSOCIATION OF KNOWLEDGE OF EXCLUSIVE BREAST

FEEDING WITH BEHAVIOR OF EXCLUSIVE BREAST FEEDING IN RENDANG PUBLIC HEALTH CENTER, KARANGASEM, 2018

Made Lady Adelaida Purwanta, Alvi Laili Zahra Kepaniteraan Klinik Madya (KKM) Department of Community and Public

Medicine, Faculty of Medicine, Udayana University

Exclusive breastfeeding in addition to an effort to form excellent generation of the future Indonesia as well as to reduce the risk of infant mortality which is now still fluctuating. Although it has been announced by the Government Regulation, exclusive breastfeeding coverage in Indonesia by 2017 is still far from the target of at least 80%. In Rendang Public Health Center, exclusive breast feeding has also yet achieved a minimum coverage target of 50% and in the last two years coverage has actually decreased consecutively from 30% in 2016 to 27.03% in 2017. Eventhough education programs related to exclusive breastfeeding have been frequently done, there is still no output data which shows the societies knowledge of exclusive breastfeeding, so a research focused at the level of knowledge of exclusive breast feeding that also relates it to the behavior of breast feeding needs to be performed to determine the cause of the low number of exclusive breast feeding in the area.

This research is an analytic observational study with a cross sectional approach involving 83 respondents. Respondents were mothers with children aged 6-24 months who came to the Rendang public health center or posyandu, had no history of breast feeding-transmitted infectious disease and children were not born premature. Respondents were collected by consecutive sampling and data collected based on questionnaires. Data analysis was performed by univariate and bivariate analysis to determine the correlation between variables.

The average age of mother was 25.90 years (CI95% 25.14-26.67) with a high education level of 43.4%, around 84.3% were housewives, 97.6% were married and primipara 55.4%. Knowledge of exclusive breastfeeding was not significantly associated with exclusive breastfeeding behavior (p> 0.05), as well as maternal demographic characteristics such as age, education level, occupation and total parity, all were not related to behavior of breast feeding (p> 0.05). Only social support factors from husband and family were significantly associated with behavior (p <0.01). These results indicate that the knowledge of exclusive breastfeeding at Rendang Public Health Center was in fact, sufficient and not the main cause of the low number of exclusive breastfeeding, but the factor of social support in exclusive breastfeeding. Subsequent researches need to be considered to find out more about the causes of low social support factors. Recommendations for the healthcare provider in the Rendang Public Health Center would be to emphasize on the counseling with means to explore the barriers of mother to give exclusive breastfeeding, in addition to the regular education and information regularly done to share basic knowledge of exclusive breastfeeding. Keywords: exclusive breastfeeding, knowledge, behavior

Page 6: laporan penelitian ASI Eksklusif

vi

DAFTAR ISI Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii ABSTRAK ........................................................................................................... iv DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4 2.1 Air Susu Ibu ................................................................................................... 4 2.1.1 Pengertian ASI ........................................................................................... 4 2.1.2 Persiapan ASI ............................................................................................. 6 2.1.3 Komposisi ASI ........................................................................................... 7 2.1.4 ASI Eksklusif ............................................................................................. 8 2.1.5 Pemberian ASI bukan Eksklusif ................................................................ 9 2.1.6 Sikap Terhadap ASI Eksklusif ................................................................... 10 2.1.7 Perilaku ASI Eksklusif ................................................................................ 10 2.1.8 Dukungan ASI Eksklusif ............................................................................ 11 2.2 Tingkat Pengetahuan ..................................................................................... 12 2.3 Karakteristik Demografis .............................................................................. 14 2.3.1 Umur Ibu ..................................................................................................... 14 2.3.2 Jumlah Paritas ............................................................................................ 14 2.3.3 Pekerjaan Ibu .............................................................................................. 14 2.3.4 Pendidikan .................................................................................................. 15 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN ................... 17 3.1 Kerangka Berpikir ......................................................................................... 17 3.2 Konsep Penelitian .......................................................................................... 18 BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 19 4.1 Rencana Penelitian ........................................................................................ 19 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 19 4.2.1 Tempat Penelitian ........................................................................................ 19 4.2.2 Waktu Penelitian ......................................................................................... 19 4.3 Populasi dan sampel ...................................................................................... 19 4.3.1 Populasi Target ............................................................................................ 19 4.3.2 Populasi Terjangkau .................................................................................... 19 4.3.3 Kriteria Subjek ............................................................................................ 20

Page 7: laporan penelitian ASI Eksklusif

vii

4.3.4 Cara Pengambilan Sampel .......................................................................... 20 4.3.5 Besar Sampel Penelitian .............................................................................. 20 4.4 Variabel Penelitian ........................................................................................ 21 4.5 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 23 4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ........................................... 24 4.7 Ruang Lingkup ............................................................................................... 24 4.8 Analisa Data ................................................................................................... 24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ...................................... 26 5.1 Distribusi Karakteristik Demografi ................................................................ 26 5.2 Distribusi Variabel Penelitian ........................................................................ 27 5.3 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Mengenai ASI Eksklusif, Persepsi dengan Perilaku ASI Eksklusif ............................................................. 28 5.4 Hubungan Antara Karakteristik Demografi, Faktor Dukungan dengan Perilaku ASI Eksklusif ......................................................................................... 30 5.5 Kelemahan Penelitian ..................................................................................... 32 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 33 Daftar Pustaka ...................................................................................................... 34 LAMPIRAN .........................................................................................................

Page 8: laporan penelitian ASI Eksklusif

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu target yang dicanangkan dalam Milenium Development Goals

(MDGs) dan Sustainable Development Goals (SDGs) adalah penanggulangan

kematian ibu dan bayi. Akan tetapi, hingga saat ini capaian angka kematian bayi

masih bersifat fluktuatif dengan data pada 2015 menunjukkan angka 22,23

kematian dari 1.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Salah satu upaya menekan risiko kematian bayi adalah dengan pemberian

ASI eksklusif. ASI ekslusif sendiri adalah pemberian air susu ibu (ASI) pada bayi

sejak masa pernatal yang dimulai dengan IMD hingga bayi berusia enam bulan

tanpa supelementasi makanan lain dan dilanjutkan hingga usia 2 tahun dengan

tambahan makanan (Pemerintah RI, 2012).

Akan tetapi, cakupan ASI eksklusif di Indonesia masih rendah.

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017, cakupan ASI eksklusif di

Indonesia berada pada posisi 35,73% dengan Bali 31,57% (Kementrian Kesehatan

RI, 2017), angka ini belum mencapai target minimal ASI eksklusif di Indonesia

yaitu 80% (Kementerian Kesehatan RI, 2004).

Sementara itu, kondisi serupa dialami pada masyarakat wilayah pelayanan

Puskesmas Rendang. Cakupan ASI eksklusif yang terdata melalui program

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) selama dua tahun terakhir tidak pernah melampaui

35%. Bahkan, ditemukan kecenderungan cakupan ini menurun dengan data tahun

2016 dan 2017 secara berturut-turut yaitu 30% dan 27,03%.

Dalam mendukung target MDGs, WHO dan UNICEF telah

mempromosikan pemberian ASI eksklusif yang dimulai dengan inisiasi menyusui

dini (IMD) sejak tahun 2007 (Depkes, 2017). Usaha promosi dari WHO dan

UNICEF ini juga diteruskan Pemerintah Indonesia dengan penyusunan 10

Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui atau LMKM (Kementrian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, 2011)

Page 9: laporan penelitian ASI Eksklusif

2

Program ini pun telah diteruskan dan dilaksanakan di Puskesmas Rendang.

Melalui program KIA, Puskesmas Rendang secara rutin telah melakukan edukasi

mengenai ASI eksklusif pada ibu hamil selama kunjungan antenatal care dan ibu

dengan bayi juga selalu diingatkan mengenai IMD dan ASI eksklusif pasca

persalinan dan saat kunjungan poliklinik rutin masa nifas. Selain itu, kegiatan

posyandu juga biasanya diisi dengan penyuluhan mengenai ASI eksklusif. Akan

tetapi, dapat dilihat cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Rendang tetap rendah.

Berdasarkan kepustakaan, pengetahuan tentang ASI eksklusif terkait

dengan kebiasaan pemberian ASI eksklusif. Rachmaniah (2014) menemukan

adanya ibu yang memberikan ASI eksklusif memiliki pengetahuan umum tentang

ASI eksklusif yang lebih baik dari pada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif.

Akan tetapi, penelitian tersebut tidak menganalisa peran faktor lain, seperti

demografi dan dukungan, terhadap kebiasaan pemberian ASI eksklusif.

Dari sini kami berusaha menganalisa penyebab dari rendahnya cakupan

ASI di Puskesmas Rendang. Terdapat dua kemungkinan yang dapat terjadi yakni

pertama, edukasi dan promosi kesehatan dari pihak puskesmas tidak efektif

sehingga pengetahuan masayarakat, khususnya ibu dengan bayi, tetap rendah, atau

yang kedua, terdapat kesenjangan antara pengetahuan dan tindakan pemberian

ASI eksklusif. Kesenjangan tersebut mungkin dapat terjadi apabila terdapat

faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebiasaan ASI eksklusif selain

pengetahuan.

Adanya kekurangan data yang menunjang independensi pengetahuan

sebagai faktor yang mempengaruhi perilaku ASI eksklusif melatarbelakangi

perlunya diadakan penelitian ini. Berdasarkan kekurangan data tersebut, kami

merumuskan penelitian ini untuk mengisi relung yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif

dengan perilaku pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Rendang, Karangasem?

Page 10: laporan penelitian ASI Eksklusif

3

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI

Eksklusif dengan perilaku pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Rendang,

Karangasem

1.4 Manfaat Penelitian

1. Akademik

Untuk mengetahui adanya kemungkinan pengaruh lain yang potensial

selain pengetahuan terhadap kebiasaan pemberian ASI Eksklusif dan sebagai

referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya terkait ASI Eksklusif

2. Puskesmas

Diharapkan menjadi referensi untuk puskesmas dalam optimalisasi

pelaksanaan program KIA, dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

kebiasaan pemberian ASI Eksklusif pada para ibu di Puskesmas Rendang,

Page 11: laporan penelitian ASI Eksklusif

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Susu Ibu

2.1.1 Pengertian ASI

ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar

payudara wanita mealui proses laktasi. ASI merupakan hal yang mudah dan

murah untuk meningkatkan kesehatan dan keberlangsungan hidup bayi (Cohen,

2002). ASI terdiri dari berbagai komponen gizi dan non gizi, komposisinya tidak

sama selama periode menyusui (Proverawati, 2009).

Hormon prolaktin dari plasenta meningkat selama kehamilan namun ASI

belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Kadar

estrogen dan progesterone turun drastis sehingga pengaruh prolaktin lebih

dominan pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga mulai terjadi

sekresi ASI. Memberikan ASI lebih dini akan merangsang puting susu,

terbentuklah prolaktin oleh hipofisis sehingga sekresi ASI semakin lancar

(Kristiyanasari, 2009).

Terdapat 3 proses pembentukan ASI yaitu mammogenesis, laktogenesis

dan galaktogenesis. Mammogenesis terjadi pada kehamilan, pertumbuhan duktus,

lobules dan alveolus kelihatan jelas akibat pengaruh hormone luteal dan placental

sex steroid, placental lactogen, prolaktin, serta hormon chorionic gonadotropin.

Pada fase kehamilan banyak prolaktin dilepaskan dan menstimulasi pertumbuhan

epitel dan menyebabkan sekresi. Prolaktin ini meningkat perlahan mulai

pertengahan trimester pertama dan pada trimester ke 3 kadar prolaktin dalam

darah 3 hingga 5 kali lebih tinggi dari normal dan epitel ke payudara mulai

memproduksi protein. Minggu ke 3 hingga 4 kehamilan sebagai akibat pengaruh

estrogen terjadi duktus yang bentuknya bercabang-cabang dan selain itu terjadi

juga pertumbuhan lobulus. Pada minggu ke 5 hingga 8 terjadi pembesaran

payudara yang jelas akibat proses sebelumnya, terjadi pelebaran vena superfisial,

payudara terasa memberat dan nipple areola menghitam. Pada trimester kedua, di

Page 12: laporan penelitian ASI Eksklusif

5

bawah pengaruh progesterone terjadi pertumbuhan lobules-lobulus dan duktus-

duktus secara cepat. Di bawah pengaruh prolaktin alveolus memproduksi

kolostrum nonfat. Setelah pertengahan trimester ke-2, pertambahan ukuran

payudara bukan karena pertumbuhan atau proliferasi epitel, akan tetapi akibat

pelebaran alveoli dengan kolostrum, jadi akibat hipertrofi miopitel sel, jaringan

ikat dan jaringan lemak. Laktasi mulai adekuat setelah minggu ke-16 kehamilan

(Prawirohardjo, 2014).

Pada awal trimester ke-2, alveolus payudara melepas lapisan superficial

cell A. pada trimester ke 2 dan 3 lapisan ini berdiferensiasi menjadi lapisan sel-sel

kolostrum dan eosinifilik sel, sel plasma dan lekosit di sekitar alveoli. Seiring

berlanjutnya kehamilan terjadi deskuamasi sel-sel epitel yang menumpuk.

Agregasi limfosit, sel-sel bundar dan deskuamasi sel-sel fagosit alveoli dapat

ditemukan dalam kolostrum (Prawirohardjo, 2014).

Fase laktogenesis akan memproduksi hormon prolaktin hingga epitel

kelenjar payudara (mammary epithelial cell) dari fase presecretory berubah

menjadi fase secretory. Dalam 4-5 hari pertama pascapersalinan, payudara

membesar sebagai akibat akumulasi dari sekresi alveolus dan duktulus payudara.

Sekresi pertama dinamakan kolostrum yang berwarna kekuningan dan sedikit

kental, kemudian menjadi serous. Kolostrum berisi laktoglobulin yang identik

dengan immunoglobulin. Proses sintesis air susu ibu dan sekresi dipengaruhi oleh

hormone prolaktin, pelepasan prolaktin ini dipengaruhi oleh proses pengisapan

karena melepaskan kortikotropin. Galaktogenesis merupakan proses pengendalian

dan mempertahankan laktasi (Prawirohardjo, 2014).

Dalam proses laktasi terdapat dua reflex yang penting, yaitu reflex

prolaktin dan reflex aliran yang timbul akibat perasangan puting susu oleh bayi.

Refleks prolaktik terjadi ketika bayu menyusui ujung saraf peraba yang terdapat

pada puting susu terangsang. Serabut afferent membawa rangsangan tersebut ke

hipotalamus di dasar otak, kemudian memacu hipofise anterior mengeluarkan

hormon prolaktin ke dalam darah, Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar

(alveoli) untuk memproduksi air susu. Stimuli isapan baik frekuensi, intensitas

dan lamanya bayi menghisap mempengaruhi jumlah prolaktin yang disekresi dan

jumlah susu yang diproduksi. Sedangkan rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi

Page 13: laporan penelitian ASI Eksklusif

6

ketika menyusu, selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone

prolaktin juga juga mempengruhi hipofise posterior mengeluarkan hormone

oksitosin. Setelah oksitosin dilepas kedalam darah maka akan mengacu otot-otot

polos yang mengelilingi alveoli dan duktus serta sinus menuju puting susu.

Refleks let-down merupakan sensasi kesemutan. Atau dapat juga dirasakan

tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Kejiwaan ibu sangat

diadu oleh reflex tersebut.

2.1.2 Persiapan ASI

Persiapan pemberian ASI pada ibu terjadi bersamaan dengan kehamilan,

dimulai dari payudara ibu yang semakin padat karena retensi air, lemak dan

berkembangnya kelenjar-kelenkar payudara yang terasa tegang dan sakit. Korpus

luteum berkembang dan mengeluarkan estrogen dan progesteron sehingga pada

waktunya dapat memberikan ASI. Estrogen akan mempersiapkan kelenjar dan

saluran ASI dalam bentuk proliferasi, deposit lemak, air dan elektrolit. Jaringan

ikat semakin banyak dan miopitel di sekitar kelenjar mamae semakin membesar,

sedangkan kematangan kelenjar mamae semakin meningkat karena progesteron

(Manuaba, 1998).

Hormon prolaktin berperan dalam pembentukan ASI. Namun fungsi untuk

mengeluarkan ASI dihalangi oleh hormone estrogen, progesterone dan human

placental lactogen hormone. Terjadi peningkatan oksitosin dari hipofisis posterior

namun belum berfungsi mengeluarkan ASI karena terhalangi oleh hormone

estrogen dan progesterone. Seiring dengan perkembangan kehamilan, persiapan

untuk memberikan ASI semakin tampak dengan payudara yang semakin

membesar, puting susu semakin menonjol, pembuluh darah semakin tampak dan

areola mamae yang semakin menghitam.

Setelah persalinan hormone estrogen, progesterone dan human plasental

lactogen hormone dikeluarkan oleh plasenta berfungsi menghalangi peranan

prolaktin dan oksitosin menurun. Untuk mempercepat pengeluaran ASI, setelah

persalinan bahkan saat tali pusat belum dipotng bayi diletakkan di dada ibu dan

dibiarkan mencari puting susu hingga bayi mampu mengisap puting susu ibu agar

terjadi refleks pengeluaran prolaktin dan oksitosin. Isapan bayi sangat

Page 14: laporan penelitian ASI Eksklusif

7

menguntungkan karena dapat mempercepat pelepsan plasenta, serta dapat

mengurangi perdarahan postpartum (Manuaba, 1998).

Prolaktin dapat berfungsi membentuk ASI dan mengeluarknya ke dalam

alveoli bahkan hingga duktus kelenjar ASI setelah plasenta lahir dengan

menurunnya hormone estrogen, progesterone dan human placental lactogen

hormone. Isapan langsung pada puting susu ibu menyebabkan let down refleks

yang dapat mengeluarkan oksitosin dan hipofisis sehingga miopitel yang terdapat

di sekitar alveoli dan duktus kelenjar ASI berkontraksi dan mengeluarkan ASI ke

dalam sinus.

2.1.3 Komposisi ASI

Komposisi ASI berbeda dengan susu formula karena bersifat khas untuk

bayi jika dilihat dari susunan kimianya, nilai biologisnya dan ASI memiliki

substansi yang spesifik (Manuaba, 1998).

ASI yang keluar pertama kali setelah proses persalinan yaitu kolostrum.

Pengeluaran kolostrum berlangsung sekitar dua tiga hari. Kolostrum berwarna

kuning jernih dengan protein berkadar tinggi. Kolostrum mengandung

immunoglobulin, laktoferin, lemak, ion-ion seperti Na, Ca, K, Zn, dan Fe, vitamin

A, E, K dan D serta rendah laktosa. Terdapat beberapa pengertian yang salah

mengenai kolostrum yang sering dikira sebagai ASI yang kotor dan buruk

sehingga tidak patut diberikan pada bayi, padahal kolostrum merupakan pembuka

jalan agar bayi dapat menerima ASI penuh. Kolostrum banyak mengandung

antibodi dan anti-infeksi serta dapat menumbuhkan flora normal pada usus bayi

untuk siap menerima ASI. Tidak ada ASI yang tidak berguna, semuanya telah

dipersiapkan untuk tumbuh kembang bayi hingga empat bulan setelah kelahiran.

Pengeluaran kolostrum diikuti oleh ASI transisi (antara), berwarna putih

bening dengan kandungan yang disesuaikan kebutuhan bayi dan kemapuan usus

bayi mencerna. Setelah itu, keluarlah ASI sempurna yaitu ASI penuh yang sesuai

dengan perkembangan usus bayi sehingga dapat menerim susunan ASI sempurna.

Page 15: laporan penelitian ASI Eksklusif

8

2.1.4 ASI Eksklusif

a. Pengertian ASI Eksklusif

ASI Eksklusif merupakan makanan pertama dan utama yang terbaik bagi

bayi (Nurkhasanah, 2011). Pemberian ASI secara Eksklusif merupakan langkah

awal bagi bayi agar tumbuh dan tercipta sumber daya manusia yang tangguh,

sehat dan memiliki kecerdasan emosional dan sosial yang lebih unggul.

Memberikan ASI setelah persalinan memberikan perlindungan bayi baru lahir

terhadap infeksi dan pengaturan suhu tubuh dari bayi. Disebut ASI Eksklusif

apabila pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman tambahan lain.

ASI Eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan. (WH0, 2007).

Pemberian ASI sedini mungkin dan secara eksklusif akan membantu mencegah

berbagai penyakit pada anak seperti gangguan lambung dan saluran nafas serta

asma pada anak, disebabkan karena adanya antibodi yang terkandung dalam

kolustrum ASI, hal ini yang akan melindungi dan mencegah bayi baru lahir dari

timbulnya alergi. Sehingga kolostrum penting untuk dikonsumsi oleh bayi

(Rahmi, 2005). ASI Eksklusif diberikan dalam jangka waktu setelah bayi lahir

hingga 6 bulan pertama kelahiran. Kemudian setelah bayi berumur lebih dari 6

bulan, bayi baru boleh diperkenalkan dengan makanan tambahan dan ASI dapat

terus diberikan hingga usia 2 tahun atau lebih (Roesli,2008).

b. Manfaat pemberian ASI Eksklusif

Manfaat pemberian ASI eksklusif tidak hanya untuk bayi namun juga

terdapat manfaat untuk ibu. Konsumsi ASI eksklusif bayi akan mendapatkan

kolostrum, cairan kental berwarna kekuningan yang keluar beberapa jam setelah

ibu melahirkan, kolustrum mengandung zat kekebalan tubuh terutama

Immuniglobulin A (IgA) yang dapat melindungi bayi dari berbagai infeksi yang

dapat menyerang tubuh dan menyebabkan penyakit seperti diare. Selain itu

kolostrum dapat membantu pengeluaran meconium atau kotoran pertama bayi

(Roesli, 2005). ASI eksklusif secara tidak langsung dapat menyelamatkan

kehidupan bayi karena ASI eksklusif merupakan makanan terlengkap untuk bayi,

yang terdiri dari proporsi yang seimbang dan memiliki kuantitas zat gizi yang

diperlukan untuk kehidupan selama 6 bulan pertama (Bhandari,dkk, 2003).

Page 16: laporan penelitian ASI Eksklusif

9

Pemberian ASI Eksklusif merupakan pilihan yang tepat sebab ASI selalu

bersih, selalu siap sedia dalam suhu yang sesuai, mudah dicerna dan diserap.

Tidak ada yang perlu dikhwatirkan dalam pemberian ASI Eksklusif karena

pemberian ASI akan melindungi bayi baru labir dari berbagai penyakit terutama

gangguan pencernaan dan alergi sebab ASI tidak mengandung zat yang dapat

menimbulkan alergi (Mahtab, 2007). Sedangkan manfaat ASI Eksklusif bagi ibu

diantaranya pemberian ASI memberikan 98% kontrasepsi yang efiseien selama 6

bulan pertama setelah kelahiran apabila belum terjadi menstruasi kembali (Roesli,

2005). Pemberian ASI segera setelah melahirkan dalam kurun waktu 60 menit

akan membantu meningkatkan produksi ASI dan proses laktasi, membantu

mencegah payudara bengkak, serta membantu pengeluaran plasenta karena

isapan bayi merangsang kontraksi rahim, sehingga pemberian ASI dapat

menurunkan resiko pasca persalinan (Roesli,2008). Pemberian ASI dapat

membantu mengurangi beban kerja ibu karena selalu tersedia, bersih dan suhunya

cocok serta ekonomis. Yang paling penting adalah ASI dapat meningkatkan

hubungan batin antara ibu dan bayi.

2.1.5 Pemberian ASI bukan Eksklusif

Pemberian ASI bukan eksklusif dikatakan bila ASI diberikan oleh ibu

tidak secara penuh selama 6 bulan awal kelahiran tetapi diselingi oleh susu

formula, air atau makanan pendamping ASI (Yudha, 2010). Pemberian ASI bukan

eksklusif disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu, pemahaman tentang ASI

eksklusif, kurangnya dukungan anggota keluarga khususnya suami dan pengaruh

promosi susu formula. ASI eksklusif berkaitan dengan pengaruh penambahan

berat badan bayi. Pada penelitian menunjukkan bayi yang diberikan ASI eksklusif

akan mengalami penambahan berat badan dalam waktu 1 bulan sebanyak 300

gram lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI bukan eksklusif

(Alvarado, 2005).

Page 17: laporan penelitian ASI Eksklusif

10

2.1.6 Persepsi Mengenai ASI Eksklusif

Persepsi merupakan sebuah pandangan yang menimbulkan kecenderungan

untuk bertingkah laku atau bentuk respon evaluatif yaitu suatu respon yang telah

ada dalam pertimbangan individu (Soemarno, 1994).

Tingkatan persepsi seseorang dalam menerima masalah dapat dibagi

menjadi empat, diantaranya tingkat penerimaan (receiving), penjawaban

(responding), pemberian nilai (valuing) dan pengorganisasian (organization).

Tingkat penerimaan artinya bahwa seseorang ingin dan memperlihatkan stimuli

yang diberikan (objek). Pada tingkat penjawaban subjek akan memberikan

jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

Subjek akan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan

orang lain terhadap suatu masalah pada tingkat pemberian nilai. Yang terakhir,

tingkat pengorganisasian yaitu subjek siap untuk bertanggung jawab terhadap

segala sesuatu resiko yang telah dipilihnya (Ngatimin, 2003).

2.1.7 Perilaku ASI Eksklusif

Perilaku merupakan tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan

atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Perilaku dalam pandangan biologis

merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan yang dapat

diamati atau bahkan dapat dipelajari (Notoatmodjo, 2003).

Klasifikasi perilaku jika dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu perilaku tertutup dan perilaku terbuka. Perilaku

tertutup merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung

atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada

perhatian, persepsi, pengetahuan, dan kesadaran yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas. Sedangkan

perilaku terbuka merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam

bentuk tindakan atau praktek yang dapat mudah diamati ataupun dipelajari

(Notoatmojo, 2003).

Page 18: laporan penelitian ASI Eksklusif

11

Faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan perilaku dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor psikologi mendasari ibu dan pendukunhnya untuk keberhasilan menyusui,

termasuk percaya diri ibu dan komitmen menyusui, terdapat kepuasan tersendiri

ketika bayi merasa kenyang. Faktor psikologi ibu juga bisa dipengaruhi oleh

dukungan keluarga dan tenaga kesehatan antara lain memberi dukungan informasi

termasuk bagian dari pengetahuan tentang keuntungan menyusui dan cara

menyusui yang tepat. Dukungan emosi termasuk memberi pengertian,

membesarkan hati dan menyayangi. Dukungan pertolongan termasuk memberikan

pertolongan fisik untuk dapat menyusui bayinya. Pemberi dukungan termasuk

keluarga, teman dan suami ataupun teman dekat, tenaga kesehatan dan lingkungan

sekitar.

2.1.8 Dukungan ASI Eksklusif

Dukungan dapat ditentukan oleh faktor penguat yang diberikan oleh

beberapa pihak seperti keluarga, teman, guru dan petugas kesehatan. Dukungan

keluarga dan petugas kesehatan menunjukkan hubungan yang signifikan dengan

keinginan ibu untuk memberikan ASI eksklusif, sehingga semakin besar

dukungan semakin besar pula peluang ibu menyusui eksklusif. Dukungan teman

juga merupakan faktor penguat dan berpengaruh terhadap perilaku pemberian ASI

eksklusif (Ferawati, 2010).

Keluarga memberikan peran penting untuk keberhasilan ASI eksklusif.

Penelitian di lapangan menunjukkan kebanyakan ibu hamil dan ibu menyusui

yang telah mendapatkan penyuluhan tentang ASI tidak mempraktekkan

pengetahuan yang didapat karena lebih memilih saran yang diberikan oleh

keluarga. Strategi untuk memotivasi praktek pemberian ASI eksklusif yaitu

dengan meningkatkan keterlibatan suami, mertua serta anggota keluarga lainnya

(Widiastuti, 2004) Dari semua dukungan yang terima oleh ibu, dukungan suami

merupakan dukungan yang berarti bagi ibu. Suami dapat berperan aktif dalam

keberhasilan pemberian ASI eksklusif berupa dukungan secara emosional dan

bantuan-bantuan praktis seperti bergantian dalam mengasuh, mengganti popok

dan beberapa kegiatan lainnya (Roesli, 2009).

Page 19: laporan penelitian ASI Eksklusif

12

Teman atau masyarakat sekitar tempat tinggal menjadi lingkungan kedua

setelah keluarga yang paling dekat dengan ibu. Pengaruh yang kuat dari teman

dan masyarakat sekitar dapat berfungsi mendorong atau bahkan menghambat

seorang ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi, khususnya untuk teman

yang dinilai lebih berpengalaman dalam mengasuh. Teman-teman yang

mempunyai pengalaman atau pengetahuan tentang manfaat ASI dan

pemberiannya akan memberikan pengaruh atau dampak yang baik bagi sang ibu

begitu juga sebaliknya.

Sementara itu, faktor pengetahuan yang terbatas dapat mengakibatkan

pemberian ASI belum secara optimal diberikan, selain itu kurangnya ketrampilan

petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan mengenai cara pemberian ASI

yang benar kepada ibu dan keluarga juga merupakan salah satu faktor penyebab

capaian ASI eksklusif belum optimal. Petugas kesehatan merupakan ujung

tombak keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Hal ini dapat diawali dengan

keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini serta pemberian motivasi untuk memberikan

ASI kepada ibu dan keluarga.

2.2 Tingkat Pengetahuan

2.2.1 Definisi Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan akan terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indra manusia baik indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2005). Pengetahuan atau kognitif

merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan dibutuhkan sebagai dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa

percaya diri maupun dengan dorongan perilaku setiap orang sehingga dapat

dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang

(Notoatmodjo, 2005).

Tingkat pengetahuan terdiri dari enam tingkat yaitu tahu (know),

memahami (comprehension), aplikasi (application), analisa (analysis), sintesis

(synthesis) dan evaluasi (evaluation).

Page 20: laporan penelitian ASI Eksklusif

13

Tahu (know) diartikan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Yang termasuk mengingat kembali tahap suatu yang spesifik dari keseluruhan

badan yang dipelajari atau rangsangan. Tingkat ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Tingkat ke dua yaitu memahami

(comprehension), yaitu suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Tingkat ke tiga yaitu aplikasi yang diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan suatu materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real.

Tingkat yang lebih tinggi adalah analisa, dimana punya kemampuan untuk

menjabarkan materi suatu objek di dalam struktur organisasi tersebut dan masih

ada kaitannya satu sama lain. Kemudian sintesis, menunjukkan pada suatu

kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun suatu formulasi

baru dari formulasi yang ada. Sedangkan evaluasi berkaitan dengan pengetahun

untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Dimana evaluasi

merupakan tingkat pengetahuan yang paling tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan, media

masa atau sumber informasi, sosial budaya, lingkungan dan pengalaman.

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Media

masa sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti televise,

radio, surat kabar, majalah dan internet mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan opini dan kepercayaan orang. Sosial budaya merupakan kebiasaan

dan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukan baik atau buruk. Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada

disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Sedangkan

pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

diperoleh dalam memecah masalah yang dihadapi masa lalu.

Page 21: laporan penelitian ASI Eksklusif

14

2.3 Karakteristik Demografis

2.3.1 Umur Ibu

Masa produksi wanita pada dasarnya dibagi menjadi tiga periode yaitu

reproduksi muda (15-19 tahun), reproduksi sehat (20-35 tahun) dan reproduksi tua

(36-45 tahun). Pembagian tersebut berdasarkan atas data epidemiologi bahwa

resiko kehamilan rendah pada kurun reproduksi sehat dan meningkat lagi secara

tajam pada kurun reproduksi tua.

Masyarakat yang mempunyai kebiasaan kawin muda, dianjurkan untuk

menunda kehamilan dulu hingga paling sedikit berumur 18 tahun. Karena jika

hamil pada usia kurang dari 18 tahun sering melahirkan berat bayi rendah (BBLR)

dimana angka kesakitan dan kematiannya tinggi, hal tersebut terjadi dipengaruhi

oleh pemberin ASI dan resiko terhadap ibu tinggi. Demikian pula dianjurkan

untuk tidak hamil sesudah umur 35 tahun, karena resiko untuk ibu dan bayi

semakin meningkat (Atabik, 2013).

2.3.2 Jumlah Paritas

Paritas merupakan klasifikasi wanita berdasarkan banyaknya mereka yang

melahirkan bayi yang usia gestasinya lebih dari 24 minggu. Dalam sejumlah

penelitian didapatkan terdapat hubungan antara paritas dengan pemberian ASI

Eksklusif. Paritas sangat berpengaruh sekali terhadap penerimaan seseorang

terhadap pengetahuan, semakin banyak pengalaman seorang ibu maka penerimaan

akan pengetahuan akan semakin mudah. Dimana sesuatu yang dialami seseorang

akan menambah pengetahuan yang didapat. Pengalaman sebagai sumber

pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan

cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan

masalah yang dihadapi di masa lalu. (Mabud, 2014)

2.3.3 Pekerjaan Ibu

Dalam kehidupan manusia selalu dilakukan bermacam-macam aktivitas.

Salah satu aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan-gerakan yang dinamakan kerja.

Bekerja mengandung arti melaksanakn suatu tugas yang diakhiri dengan buah

karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan (esther, 2013).

Page 22: laporan penelitian ASI Eksklusif

15

Waktu kerja yang dimaksud yaitu 7 jam sehari dan 40 jam seminggu untuk

6 hari kerja dalam seminggu atau 8 jam sehari atau 40 jam seminggu untuk 5 hari

kerja dalam seminggu. Ibu yang bekerja merupakan salah satu kendala dalam

peningkatan pemberian ASI secara eksklusif yang menyebabkan penggunaan susu

formula secara dini sehingga menggeser atau menggantikan ASI (Depkes RI,

2002). Namun, seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara

eksklusif bila memiliki pengetahuan dan motivasi yang benar tentang menyusui,

perlengkapan memerh ASI dan dukungan lingkungan kerja yang positif, sehingga

bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif yang

harus dijalani selama enam bulan tanpa intervensi makanan dan minuman lain

meskipun hanya mendapatkan cuti hamil selama tiga bulan (Utami, 2000). Hal

terpenting untuk ibu bekerja yaitu dukungan untuk melakukan menyusui secara

eksklusif dalam enam bulan pertama dan melanjutkan menyusui setelah pemberin

makanan pendamping (Depkes RI, 2002).

2.3.4 Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan

masyarakat. Pendidikan merupakan suatu proses pengalaman karena kehidupan

adalah pertumbuhan. Pendidikan artinya membantu pertumbuhan batin tanpa

dibatasi oleh usia. Secara umum mudah diduga bahwa tingkat pendidikan ibu

mempengaruhi pengetahuan dan kebiasaan ASI eksklusif serta keadaan gizi anak.

Ibu dengan tingkat pendidikan lebih tinggi umumnya yang akan mempunyai

pengetahuan tentang gizi yang lebih baik, demikian juga halnya dalam

pemahaman akan manfaat ASI untuk anak, secara umum dinyatakan bahwa ibu

yang memiliki pendidikan lebih memiliki tingkat pemahaman yang tinggi pula

(Ratna, 2000). Dalam suatu kondisi, seorang ibu yang hanya tamat SD belum

tentu tidak mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi

dibandingkan dengan orang yang lebih tinggi pendidikannya. Ibu yang memiliki

pendidikan kurang pun tidak mustahil memiliki pengetahuan gizi yang lebih baik

Page 23: laporan penelitian ASI Eksklusif

16

bila rajin mendengarkan TV, radio serta penyuluhan. Hal yang harus diingat dan

dipertimbangkan adalah faktor tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang diperolehnya. Kejadian

gizi buruk dapat dihindari apabila ibu memiliki pengetahuan yang cukup tentang

cara memelihara gizi dan mengatur makanan anak. Memburuknya gizi anak dapat

terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai tata cara pemberian ASI kepada

anaknya. Keadaan tersebut akan membawa pengaruh buruk terhadap tingkat gizi

anak (Ratna,2000).

Page 24: laporan penelitian ASI Eksklusif

17

BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

ASI eksklusif penting untuk diterapkan untuk membangun sumber daya

manusia Indonesia yang berkualitas dan sebagai salah satu upaya untuk

mengurangi risiko kematian bayi. Meskipun telah dimandatkan dalam Peraturan

Pemerintah, cakupan ASI Eksklusif di Indonesia hingga saat ini masih rendah.

Kesenjangan yang terjadi baik dimulai dari tingkat pengetahuan yang masih

rendah hingga berbagai macam faktor lainnya seperti faktor pekerjaan, budaya

dan istiadat yang dapat memengaruhi perilaku ASI Eksklusif pada ibu. Berbagai

macam faktor tersebut menyebabkan pengetahuan yang baik akan ASI Eksklusif

tidak selalu diikuti dengan perilaku ASI Eksklusif yang baik pula, begitu juga

sebaliknya.

Puskesmas Rendang, Karangasem mengalami penurunan cakupan ASI

Eksklusif selama 3 bulan terakhir, hal tersebut membuat penelitian ini semakin

penting untuk dilakukan untuk menelusuri masalah yang sebenarnya terjadi di

lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kembali tingkat

pengetahuan mengenai ASI Eksklusif secara umum dan mencaritahu faktor-faktor

potensial yang berpengaruh terhadap perilaku ASI Eksklusif pada para ibu di

wilayah kerja Puskesmas Rendang, Karangasem.

Page 25: laporan penelitian ASI Eksklusif

18

3.2 Konsep Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, dapat disusun kerangka

konsep penelitian sebagai berikut:

Gambar 3.1 Konsep Penelitian

Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa variabel bebas dalam penelitian ini

adalah tingkat pengetahuan mengenai ASI eksklusif dan variabel terikat adalah

perilaku pemberian ASI eksklusif. Variabel perancu dalam penelitian ini

merupakan karakteristik demografi ibu, persepsi ibu mengenai ASI eksklusif dan

faktor dukungan dalam pemberian ASI eksklusif yang berasal dari suami dan

anggota keluarga. Adanya kemungkinan hubungan antara karakteristik demografi

dengan tingkat pengetahuan mengenai ASI eksklusif tidak diteliti. Selain itu,

kemungkinan adanya hubungan antara pengetahuan dengan persepsi ASI

eksklusif juga tidak diteliti dalam penelitian ini.

Page 26: laporan penelitian ASI Eksklusif

19

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional

dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang dilakukan

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang ASI eksklusif

dengan kebiasaan pemberian ASI eksklusif pada ibu dengan anak usia 6-24 bulan

di wilayah kerja Puskesmas Rendang, Karangasem tahun 2018.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Rendang,

Karangasem

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari proses perancangan tema, penyusunan proposal,

pelaksanaan penelitian, pengumpulan dan analisis data yang dilakukan pada bulan

September hingga Oktober 2018 yang kemudian dikaji dan dibuat dalam bentuk

laporan.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi Target

Populasi target dalam penelitian ini adalah ibu dengan satu anak atau lebih

yang berusia 6-24 bulan.

4.3.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah ibu dengan satu anak atau

lebih yang berusia 6-24 bulan yang mendatangi Puskesmas Rendang dan

Posyandu Puskesmas Rendang, Karangasem dari bulan September hingga oktober

2018.

Page 27: laporan penelitian ASI Eksklusif

20

4.3.3 Kriteria Subjek

A. Kriteria Inklusi Sampel:

Ibu dengan satu anak atau lebih yang berusia 6-24 bulan yang tinggal

serumah bersama anaknya dan bersedia untuk menjadi responden

penelitian

B. Kriteria Eksklusi Sampel

a) Ibu memiliki riwayat penyakit menular melalui ASI seperti

HIV/AIDS, Hepatitis B dan lain-lain

b) Anak lahir prematur

4.3.4 Cara Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini pemilihan sampel dilakukan dengan teknik consecutive

sampling, di mana peneliti akan mendatangi puskesmas induk dan posyandu di

banjar desa kemudian menerima siapapun calon responden yang memenuhi

kriteria inklusi sampel dan tidak memenuhi kriteria eksklusi sampai memenuhi

jumlah sampel minimal atau waktu pengumpulan sampel telah selesai.

4.3.5 Besar Sampel Penelitian

Untuk menentukan besar sampel pada penelitian ini digunakan rumus

besar sampel dua kelompok independen berdasarkan variabel kategorik sebagai

berikut:

Keterangan:

N1/N2 = Jumlah sampel minimal

Zα = Deviat baku alfa = 1,96

Zβ = Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20%, maka Zβ= 0,84

P2 = Proporsi ibu dengan anak usia 6-24 bulan yang memiliki pengetahuan

baik mengenai ASI eksklusif dan memberikan ASI eksklusif = 0,40 (Rachmaniah,

2014)

P1 = Proporsi ibu dengan anak usia 6-24 bulan yang memiliki pengetahuan

kurang baik mengenai ASI eksklusif dan memberikan ASI eksklusif = 0,13

(Rachmaniah, 2014)

Page 28: laporan penelitian ASI Eksklusif

21

P1-P2 = selisih minimal proporsi yang dianggap bermakna ditetapkan sebesar

0,27.

N1 = N2 = 40,70 = 41

Maka, diperoleh jumlah sampel yang diperlukan untuk penelitian ini

adalah 82 subjek.

4.4 Variabel Penelitian

1. Umur Ibu

Merupakan lama hidup dalam satuan tahun dari lahir sampai saat

penelitian sesuai pengakuan responden dalam kuesioner.

Alat ukur: kuisioner

Skala: kontinyu

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan terakhir yang diterima responden sampai tamat. Tingkat

pendidikan dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu Tidak Sekolah, Tamat

SD, Tamat SMP, Tamat SMA, Tamat S1/D4/D3 dan Tamat S2/S3.

Tingkat pendidikan kemudian dibagi lagi menjadi kategori yang lebih

sederhana yaitu tingkat pendidikan rendah (tidak sekolah sampai tamat

SMP) dan tingkat pendidikan tinggi (tamat SMA sampai tamat S2/S3).

Alat ukur: kuisioner

Skala: ordinal

3. Pekerjaan

Mata pencarian utama responden atau pekerjaan rutin yang dilakukan

dalam upaya memenuhi kehidupan keluarga. Jenis-jenis pekerjaan

dikelompokkan menjadi Ibu Rumah Tangga, PNS / TNI / Polri /

BUMN / BUMD, Pegawai Swasta, Wiraswasta, Petani, Buruh, dan

lainnya. Pekerjaan ini kemudian dibagi menjadi kategori tidak bekerja

bagi ibu rumah tangga dan bekerja bagi pilihan pekerjaan lainnya.

Alat ukur: kuisioner

Page 29: laporan penelitian ASI Eksklusif

22

Skala: nominal

4. Status Perkawinan

Status pernikahan menurut pengakuan responden yang dikategorikan

menjadi menikah dan belum menikah/janda

Alat ukur: kuisioner

Skala: nominal

5. Jumlah Paritas

Jumlah anak yang lahir hidup pada saat penelitian sesuai pengakuan

responden dalam kuisioner

Alat ukur: kuisioner

Skala: nominal

6. Umur Bayi

Lama hidup anak dalam satuan bulan dari lahir hingga saat penelitian

berdasarkan pengakuan ibu dan melihat buku Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA)

Alat ukur: kuisioner

Skala: kontinyu

7. Jenis Kelamin Bayi

Merupakan karakteristik biologis yang dilihat dari penampilan luar dan

berdasarkan pengakuan ibu sebagai responden

Alat ukur: kuisioner

Skala: nominal

8. Tingkat Pengetahuan

Merupakan variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu segala sesuatu

yang diketahui oleh responden mengenai ASI Eksklusif. Adapun

tingkat pengetahuan ASI Eksklusif yang diteliti merupakan

pengetahuan umum yang mencakup komponen definisi, manfaat ASI

eksklusif dan tata laksana ASI eksklusif yang baik dan benar.

Pengetahuan dibagi menjadi pengetahuan kurang dan pengetahuan baik.

Alat ukur: kuisioner

Skala: nominal

9. Perilaku ASI Eksklusif

Page 30: laporan penelitian ASI Eksklusif

23

Merupakan variabel terikat dalam penelitian ini, yaitu tindakan ibu

dalam memberikan ASI pada anaknya saat berusia 0-6 bulan tanpa

pemberian makanan atau minuman tambahan, termasuk air putih.

Perilaku dibagi menjadi perilaku tidak ASI eksklusif dan perilaku ASI

eksklusif.

Alat ukur: kuisioner

Skala: nominal

10. Persepsi ASI Eksklusif

Merupakan pemikiran ibu mengenai ASI eksklusif yang bersifat

individual dapat dipengaruhi baik oleh pengetahuan, hubungan sosial,

kebudayaan dan istiadat. Persepsi dibagi menjadi persepsi baik dan

persepsi kurang baik.

Alat ukur: kuisioner

Skala: nominal

11. Faktor Dukungan ASI Eksklusif

Adalah sumber dukungan sosial yang dapat memotivasi ibu untuk

memberikan ASI eksklusif. Dukungan sosial ini berasal dari orang-

orang yang paling sering bertemu ibu dan mempunyai pengaruh dalam

kehidupannya seperti suami dan anggota keluarga suami dan/atau istri.

Faktor dukungan dibagi menjadi dukungan kurang dan dukungan baik.

Alat ukur: kuisioner

Skala: nominal

4.5 Instrumen Penelitian

Kuisioner yang digunakan mencakup pertanyaan mengenai pengetahuan

dasar tentang ASI eksklusif mencakup definisi, manfaat dan tata laksana ASI

eksklusif; perilaku ASI eksklusif; persepsi ASI eksklusif dan faktor dukungan

dalam pemberian ASI eksklusif. Skor maksimal untuk tingkat pengetahuan

yaitu 14, untuk persepsi ASI eksklusif yaitu 20 dan faktor dukungan

sebanyak 28. Sementara perilaku diinterpretasikan sebagai perilaku tidak ASI

eksklusif dan perilaku ASI eksklusif, di mana bagi ibu yang tidak

memberikan ASI secara eksklusif ditanyakan lebih lanjut mengenai makanan

Page 31: laporan penelitian ASI Eksklusif

24

pengganti. Seluruh total skor untuk masing-masing variabel akan dicari cut-

off point nya berdasarkan sebaran data hasil kuisioner. Dalam kuisioner ini

juga terdapat pertanyaan mengenai sumber informasi ASI eksklusif yang

sampai saat ini telah didapatkan oleh responden. Kuisioner dapat diisi sendiri

atau dibantu oleh peneliti apabila responden berkenan.

4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data

1. Peneliti datang ke Puskesmas Induk Rendang/Posyandu di lingkungan

Puskesmas Rendang

2. Peneliti menyeleksi calon responden berdasarkan kriteria inklusi dan

eksklusi

3. Peneliti meminta kesediaan masyarakat yang memenuhi kriteria inklusi

dan tidak memenuhi kriteria eksklusi untuk menjadi responden dalam

penelitian dengan menandatangani informed consent

4. Peneliti meminta responden untuk mengisi kuisioner atau peneliti

membantu membacakan kuisioner untuk dijawab oleh responden

5. Data yang telah diisi oleh responden melalui kuisioner, kemudian

dikumpulkan dan dianalisis secara statistik untuk mengetahui tingkat

pengetahuan para ibu di lingkungan Puskesmas Rendang mengenai ASI

eksklusif dan hubungannya dengan perilaku pemberian ASI eksklusif.

4.7 Ruang Lingkup

Penelitian ini memiliki ruang lingkup yaitu semua ibu dengan anak berusia

6-24 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Rendang dan posyandu Puskesmas

Rendang, Karangasem pada bulan September hingga Oktober 2018 yang bersedia

untuk terlibat dalam penelitian.

4.8 Analisis Data

Data yang di dapat kemudian dimasukkan dalam tabel kerja dan dianalisis:

1. Analisis univariat

Analisis univariat digunakkan untuk mengetahui distribusi variabel-

variabel pada sampel dan menentukan cut-off point yang akan digunakan

Page 32: laporan penelitian ASI Eksklusif

25

untuk variabel kategorikal pengetahuan ASI eksklusif, persepsi, perilaku

dan faktor pendukung dalam pemberian ASI eksklusif

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mempelajari hubungan variabel bebas

(pengetahuan ASI eksklusif) dan variabel perancu (usia, tingkat

pendidikan, pekerjaan ibu, persepsi dan faktor pendukung ASI eksklusif)

dengan variabel terikat (perilaku dalam pemberian ASI eksklusif). Analisis

bivariat yang dilakukan antara lain chi-square atau fisher-exact tergantung

pada distribusi data.

3. Analisis multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mengontrol pengaruh variabel-

variabel perancu dalam mempelajari hubungan antara variabel bebas

dengan terikat yang terbukti signifikan melalui analisis bivariat, di mana

dalam penelitian ini usia ibu terhadap hubungan tingkat pengetahuan ASI

eksklusif dengan perilaku ASI eksklusif. Analisis multivariat yang

dilakukan yaitu multiple regression.

Page 33: laporan penelitian ASI Eksklusif

26

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

5.1 Distribusi Karakteristik Demografi

Penelitian ini dilakukan pada ibu dengan anak berusia 6-24 bulan yang

mendatangi puskesmas atau posyandu di wilayah kerja Puskesmas Rendang,

Karangasem. Adapun responden penelitian berasal dari wilayah Desa Besakih,

Desa Menanga, Desa Rendang, Desa Nongan dan Desa Pempatan sebanyak 83

orang. Responden dipilih dengan menggunakan metode consecutive sampling,

yaitu semua responden yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi

kriteria eksklusi pada setiap waktu pengumpulan sampel akan diterima sebagai

responden hingga jumlah sampel minimal telah terpenuhi atau waktu penelitian

habis. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner terstruktur

yang dapat diisi sendiri oleh responden ataupun dibacakan oleh peneliti.

Berdasarkan hasil analisis univariat data karakteristik demografi, maka didapatkan

hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Demografi Ibu dan Anak Usia 6-24 Bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Rendang, Karangasem Pada Bulan September-Oktober 2018

Karakteristik Demografi Frekuensi

(n = 83) Proporsi

(%) Rerata CI95%

Umur Ibu (Tahun) 83 25,90 25,14-26,67 Pendidikan Ibu

Pendidikan rendah Pendidikan tinggi

47 36

56,6 43,4

Pekerjaan Ibu Tidak bekerja Bekerja

70 13

84,3 15,7

Status Perkawinan Tidak menikah/janda Menikah

2

81

2,4

97,6

Jumlah Paritas Satu anak Lebih dari satu anak

46 37

55,4 44,6

Umur Bayi Terakhir (Bulan) 13,70 12,26-15,13 Jenis Kelamin Bayi Terakhir

Laki-laki Perempuan

43 40

51,8 48,2

Page 34: laporan penelitian ASI Eksklusif

27

Sebanyak 83 orang responden telah berhasil dikumpulkan. Rerata usia

responden adalah 25,9 tahun dengan CI95% 25,14 tahun hingga 26,67 tahun.

Empat puluh tujuh responden atau 56,6% berpendidikan kurang dari tamat SMA

dan sebagian besar (84,4%) tidak bekerja atau bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Sebagian besar responden (97,6%) berstatus menikah dan 55,4% di antaranya saat

ini merawat anak pertama. Adapun bayi responden sebagian besar berjenis

kelamin laki-laki (51,8%) dengan rerata usia 13,7 bulan (CI95% 12,6 – 15,13).

5.2 Distribusi Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam studi ini yaitu tingkat pengetahuan mengenai

ASI Eksklusif, persepsi ASI eksklusif, perilaku ASI Eksklusif dan faktor

dukungan dalam pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan distribusi total skor dari

masing-masing variabel, maka ditentukan cut-off point untuk mengelompokkan

masing-masing kategori variabel. Seluruh variabel penelitian menunjukkan

distribusi tidak normal, maka cut-off point ditentukan berdasarkan nilai median

dari masing-masing total skor.

Tingkat pengetahuan dibagi menjadi pengetahuan kurang dan pengetahuan

baik di mana 69,9% dari sampel memiliki pengetahuan yang baik mengenai ASI

eksklusif. Persepsi ASI eksklusif yang baik mendominasi dengan 74,7%, diikuti

dengan perilaku tidak ASI eksklusif yaitu 79,5% dari seluruh sampel. Lebih dari

setengah sampel yaitu 55,4% mengaku mendapatkan dukungan yang baik dalam

memberikan ASI eksklusif.

Adapun beberapa alasan utama bagi para responden yang tidak

memberikan ASI eksklusif yaitu dimulai dari ASI yang dianggap tidak dapat

keluar atau keluar sedikit, bayi yang tidak mau meminum ASI dan alasan

pekerjaan ibu. Ibu yang tidak memberikan ASI nya secara eksklusif mengganti

ASI dengan susu formula saja atau ditambah dengan bubur ataupun nasi tim (data

tidak ditampilkan).

Page 35: laporan penelitian ASI Eksklusif

28

Tabel 2. Distribusi Variabel Penelitian Tingkat Pengetahuan Ibu, Kebiasaan ASI

Eksklusif dan Faktor Pendukung dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah

Kerja Puskesmas Rendang, Karangasem Pada Bulan September-Oktober 2018

Variabel Penelitian Frekuensi

(n = 83)

Proporsi

(%)

Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan kurang

Pengetahuan baik

25

58

30,1

69,9

Persepi terhadap ASI Eksklusif

Persepsi kurang baik

Persepsi baik

21

62

25,3

74,7

Perilaku ASI Eksklusif

Perilaku tidak ASI eksklusif

Perilaku ASI eksklusif

66

17

79,5

20,5

Faktor Dukungan ASI Eksklusif

Dukungan kurang

Dukungan baik

37

46

44,6

55,4

5.3 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Mengenai ASI Eksklusif,

Persepsi dengan Perilaku ASI Eksklusif

Kami melakukan tabulasi silang dengan analisa Chi-Square untuk

memeriksa asosiasi antara pengetahuan umum tentang ASI eksklusif dengan

perilaku ASI eksklusif responden. Hasilnya kami menemukan tidak ada asosiasi

signifikan antara kedua variabel tersebut dengan nilai p sebesar 0,209 (lihat Tabel

3).

Page 36: laporan penelitian ASI Eksklusif

29

Tabel 3. Hasil Uji Analisis Chi-Square Variabel Pengetahuan Mengenai ASI Eksklusif dan Perilaku ASI Eksklusif

Perilaku tidak ASI eksklusif (%)

Perilaku ASI eksklusif

(%)

Pearson Chi-Square Nilai p

Pengetahuan kurang

Pengetahuan baik

22 (88,0)

44 (75,9)

3 (12,0)

14 (24,1) 1,580 0,209

Analisa dilanjutkan dengan mencari hubungan antara persepsi dengan

perilaku ASI eksklusif. Keduanya juga tidak berasosiasi signifikan. Nilai korelasi

Chi-Square persepsi dan perilaku yaitu 1,130 dengan nilai p keduanya lebih dari

0,05 (lihat Tabel 4).

Tabel 4. Hasil Uji Analisis Chi-Square Variabel Persepsi dan Perilaku ASI Eksklusif

Perilaku tidak ASI eksklusif (%)

Perilaku ASI eksklusif

(%)

Pearson Chi-Square Nilai p

Persepsi kurang baik

Persepsi baik

15 (71,4)

51 (82,3)

6 (28,6)

11 (17,7) 1,130 0,288

Kedua hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mengenai ASI

eksklusif yang baik pada sampel penelitian di Puskesmas Rendang belum tentu

diikuti dengan perilaku ASI yang eksklusif. Begitu pula dengan persepsi yang

berperan sebagai variabel perancu, tidak berhubungan dengan perilaku ibu

menyusu. Hasil ini berbeda dengan temuan sebelumnya. Penelitian oleh Chezem

dkk menemukan tingkat pengetahuan berasosiasi signifikan dengan keinginan

atau niat untuk memberikan ASI eksklusif dan signifikan (p < 0.0001) berasosiasi

dengan durasi ASI eksklusif (Chezem, 2003). Sementara itu, Stuebe dan Bonuck

secara spesifik menemukan pengetahuan mengenai komparasi manfaat susu

formula dan ASI terkait dengan niat dan kebiasaan memberikan ASI eksklusif

(Stuebe dan Bonuck, 2011).

Page 37: laporan penelitian ASI Eksklusif

30

Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara pengetahuan yang

dimiliki oleh ibu dengan perilaku ASI eksklusif. Tingkat pengetahuan mengenai

ASI eksklusif yang cukup baik di Puskesmas Rendang membuktikan bahwa

program penyuluhan ASI eksklusif memang sudah dilakukan dengan efektif,

sehingga pengetahuan sesungguhnya bukan lagi masalah yang menyebabkan

terhambatnya keberhasilan ASI eksklusif di Puskesmas Rendang. Kesenjangan

antara pengetahuan dan perilaku ASI eksklusif yang ditemukan justru

memperkuat dugaan adanya pengaruh dari berbagai faktor lainnya secara

kompleks, baik secara internal seperti persepsi dan keyakinan dari ibu itu sendiri,

(dimana telah dibuktikan tidak berhubungan signifikan) dan eksternal seperti

faktor sosial dan budaya.

5.4 Hubungan Antara Karakteristik Demografi, Faktor Dukungan dengan

Perilaku ASI Eksklusif

Dari seluruh karakteristik demografi yang diteliti, tidak ada satupun yang

berhubungan signifikan dengan perilaku ASI eksklusif (lihat Tabel 5). Hal ini

berlawanan dengan studi-studi sebelumnya yang menyatakan bahwa usia yang

lebih matang dan siap, multipara, tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan

meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif (Atabik, 2013; Mabud, 2014; Ratna,

2000), dan ibu yang lebih sibuk bekerja akan terhambat untuk memberikan ASI

nya secara eksklusif (Utami, 2000). Kami kemudian mencoba menganalisis

kemungkinan variabel perancu lainnya yaitu faktor dukungan dalam memberikan

ASI eksklusif.

Faktor dukungan sosial yang berasal dari suami dan keluarga ditemukan

signifikan berhubungan dengan perilaku ASI eksklusif. Di mana ibu dengan

suami maupun keluarga besar yang memberikan dukungan atau motivasi yang

besar menunjukkan kebiasaan ASI eksklusif yang lebih baik dibandingkan mereka

yang tidak mendapatkan dukungan sosial yang cukup (p < 0,01) (lihat Tabel 6).

Hasil ini sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya, di mana sebuah

penelitian di Australia menemukan bahwa dukungan dari suami berpengaruh

positif terhadap keberhasilan dan durasi ASI eksklusif (Tohota, 2009). Selain itu,

Page 38: laporan penelitian ASI Eksklusif

31

dukungan sebaya dari ibu menyusui lain di lingkungannya serta dukungan dari

keluarga perempuan dari ibu menyusui seperti ibu, ibu mertua, serta nenek juga

mendukung keberhasilan dan durasi ASI eksklusif (Arlotti, 1998). Temuan

signifikan hanya pada satu variabel mengindikasikan tidak perlunya dilakukan uji

analisis multivariat untuk mengontrol variabel perancu lainnya.

Tabel 5. Hasil Uji Analisis Mann-Whitney Karakteristik Demografi Umur Ibu dan

Perilaku ASI Eksklusif

Variabel Grup N Mean Rank Nilai p

Umur Ibu

Ibu dengan perilaku tidak ASI eksklusif

Ibu dengan perilaku ASI eksklusif

66

17

42,82

38,82

0,541

Perilaku tidak ASI

eksklusif (%)

Perilaku ASI eksklusif (%)

Pearson Chi-Square Nilai p

Tingkat Pendidikan Ibu

Pendidikan rendah

Pendidikan tinggi

10 (21,3)

14 (38,9)

37 (78,7)

22 (61,1)

3,076 0,079

Pekerjaan Ibu

Tidak bekerja

Bekerja

20 (28,6)

4 (30,8)

50 (71,4)

9 (69,2)

0,026 0,872

Jumlah Paritas

Satu anak

Lebih dari satu anak

11 (23,9)

13 (35,1)

35 (76,1)

24 (64,9)

1,256 0,262

Tabel 6. Hasil Uji Analisis Chi-Square Masing-masing Karakteristik Demografi

(Kecuali Umur Ibu), Faktor Dukungan dalam Pemberian ASI Eksklusif dan

Perilaku ASI Eksklusif

Page 39: laporan penelitian ASI Eksklusif

32

*nilai p<0,05

5.5 Kelemahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode non-probability sampling yaitu

consecutive sampling yang di mana responden yang datang ke Puskesmas

Rendang ataupun Posyandu tidak diacak. Selain itu, penelitian ini tidak meneliti

tingkat pengetahuan mengenai ASI eksklusif secara komponen yang terbagi,

sehingga belum mampu membuktikan secara spesifik hubungan setiap komponen

pengetahuan dengan perilaku ASI eksklusif.

Pengaruh faktor dukungan tidak diteliti lebih lanjut terkait alasan para ibu

yang mengaku tidak mendapatkan dukungan sosial yang cukup dalam menyusu

secara eksklusif, di mana hal ini seharusnya dapat dihubungkan dengan

karakteristik demografi, contohnya ibu yang terlalu sibuk bekerja sehingga hanya

mengandalkan pada susu formula, sehingga suami dan anggota keluarga jarang

mengingatkan untuk memberikan ASI kembali. Persepsi ASI eksklusif yang juga

ditemukan tidak berhubungan dengan perilaku ASI eksklusif dalam penelitian ini

menunjukkan suatu kesenjangan dari teori, belum diteliti lebih lanjut terkait faktor

penyebabnya. Hal ini juga apabila ditelusuri dapat dihubungkan dengan

karakteristik demografi ibu sehingga dapat menjelaskan kesenjangan yang terjadi.

Faktor Pendukung ASI Eksklusif

Dukungan kurang

Dukungan baik

21 (56,8)

3 (6,5)

16 (43,2)

43 (93,5)

25,176 0,000*

Page 40: laporan penelitian ASI Eksklusif

33

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan

mengenai ASI eksklusif pada ibu di wilayah kerja Puskesmas Rendang tidak

berasosiasi dengan perilaku ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan bahwa

pengetahuan bukanlah penyebab utama dari masih rendahnya cakupan ASI

eksklusif di Puskesmas Rendang, melainkan adanya potensi faktor-faktor lain

yang mempengaruhi secara kompleks perilaku ibu dalam menyusu, di mana

dalam penelitian ini ditemukan faktor dukungan sosial dari suami dan keluarga.

Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa para ibu di lingkungan

Puskesmas Rendang telah mendapatkan penyuluhan atau edukasi yang baik

mengenai ASI eksklusif, hal ini terbukti dari tingginya proporsi ibu yang

mendapatkan informasi mengenai ASI eksklusif dari tenaga kesehatan sejak masa

kehamilan, setelah persalinan hingga saat melakukan kunjungan poliklinik rutin

setelah melahirkan.

6.2 Saran

Penelitian selanjutnya terkait ASI eksklusif di Puskesmas Rendang agar lebih

menekankan pada pembagian komponen pengetahuan dan mencaritahu hubungan

tiap komponen pengetahuan dengan perilaku ASI eksklusif. Selain itu,

kesenjangan yang terjadi antara persepsi dan perilaku perlu diteliti untuk lebih

menjelaskan potensi hubungan kausal yang terjadi, sehingga mampu

membuktikan faktor-faktor penyebab dari masih rendahnya cakupan ASI

eksklusif di Puskesmas Rendang.

Selain itu, saran bagi para tenaga kesehatan di lingkungan Puskesmas

Rendang adalah untuk lebih menekankan pada konseling ibu dibandingkan

memberikan edukasi terkait pengetahuan umum saja guna mengetahui hambatan

dan keluhan ibu yang sebenarnya dalam memberikan ASI eksklusif. Para ibu di

lingkungan Puskesmas Rendang telah memiliki tingkat pengetahuan dasar

mengenai ASI eksklusif yang baik, sehingga konseling yang mendalam mungkin

lebih dibutuhkan untuk mengetahui masalah yang sebenarnya terjadi di lapangan.

Page 41: laporan penelitian ASI Eksklusif

34

DAFTAR PUSTAKA

Arlotti JP, Cottrell BH, Lee SH, Curtin JJ. Breastfeeding among low-income

women with and without peer support. Journal of community health

nursing. 1998 Sep 1;15(3):163-78.

Bhandari N, Bahl R, Mazumdar S, Martines J, Black RE, Bhan MK. Effect of

community-based promotion of exclusive breastfeeding on diarrhoeal

illness and growth: a cluster randomized controlled trial. Infant Feeding

Study Group. Lancet 2003; 361: 1418 –1423.

(Abstract)

Chezem J, Friesen C, Boettcher J. Breastfeeding knowledge, breastfeeding

confidence, and infant feeding plans: effects on actual feeding practices.

Journal of Obstetric, Gynecologic, & Neonatal Nursing. 2003 Jan;32(1):40-

7.

Cohen R, Lange L, Slusser W. A description of a male-focused

breastfeeding promotion corporate lactation program. J Hum Lact

2002; 18: 61–65.

Ferawati, 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian ASI

Eksklusif Pada Anak Umur 6-24 bulan di Kelurahan Pondok Cina

Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2010, skripsi, FKM UI, Depok.

Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta.

Mahtab S, 2007; Maternal nutrition status and practice & perinatal, neonatal

mortality in rural Andhara Pradesh, India., Indian J Med Res 127, January

2008, pp 44-51

Notoatmojo, s. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta. PT Renika

Cipta.

Prawirohardjo dkk, Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. PT Bina Sarwono

Prawirohardjo, 2014

Proverawati, A. Asfuah, S. 2009. Buku Ajar Gizi dan Kebidanan. Nuha Medika,

Yogyakarta

Page 42: laporan penelitian ASI Eksklusif

35

Rahmi, Halohalo parenting guide, Menyusui Dini Cegah Kematian Balita. Selasa,

29-Januari-2008 20:36:07

Roesli, Mengenal ASI Ekkslusif seri 1, PT Pustaka Pembangunan Swadaya

Nusantara, 2005.

Stuebe AM, Bonuck K. What predicts intent to breastfeed exclusively?

Breastfeeding knowledge, attitudes, and beliefs in a diverse urban

population. Breastfeeding Medicine. 2011 Dec 1;6(6):413-20.

Tohotoa J, Maycock B, Hauck YL, Howat P, Burns S, Binns CW. Dads make a

difference: an exploratory study of paternal support for breastfeeding in

Perth, Western Australia. International breastfeeding journal. 2009

Dec;4(1):15.

Widiastuti, 2004, Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian

ASI EKsklusif pada bayi usia 0-4 bulan di kecamatan Balik bukit kabupaten

Lampung Barat, FKM UI. Depok

WHO. Evidence for the Ten Steps to Successful Breastfeeding. Geneva,

Switzerland: Family and reproductive health, Division of child health and

development, WHO, 1998.

Page 43: laporan penelitian ASI Eksklusif

Kue

sion

er P

enel

itian

H

ubun

gan

Tin

gkat

Pen

geta

huan

Ten

tang

ASI

Eks

klus

if D

enga

n K

ebia

saan

Pem

beri

an A

SI E

kskl

usif

Pada

Ibu

Den

gan

Ana

k U

sia

0-24

Bul

an D

i Pus

kesm

as R

enda

ng T

ahun

201

8 Ta

ngga

l:

N

o. U

rut:

INFO

RM

ED

CO

NSE

NT

PE

RK

EN

AL

AN

: Se

lam

at

pagi

/sia

ng/s

ore.

K

ami

adal

ah

mah

asis

wa

dari

Faku

ltas

Ked

okte

ran

Uni

vers

itas

Uda

yana

, D

enpa

sar

yang

sed

ang

bertu

gas

di P

uske

smas

Ren

dang

, K

aran

gase

m. S

aat i

ni k

ami s

edan

g m

enja

lank

an p

enel

itian

men

gena

i Hub

unga

n T

ingk

at P

enge

tahu

an T

enta

ng A

SI E

kskl

usif

Den

gan

Keb

iasa

an P

embe

rian

A

SI E

kskl

usif

Pada

Ibu

Den

gan

Ana

k U

sia

0-24

Bul

an. K

ami

mem

butu

hkan

w

aktu

dan

kes

edia

an Ib

u un

tuk

men

jaw

ab b

eber

apa

perta

nyaa

n ya

ng b

erhu

bung

an

deng

an h

al t

erse

but.

Info

rmas

i ya

ng I

bu b

erik

an s

ekar

ang

diha

rapk

an a

kan

berm

anfa

at b

agi

Pusk

esm

as R

enda

ng,

Kar

anga

sem

seb

agai

sum

ber

data

dal

am

usah

a un

tuk

men

ilai

dan

men

ingk

atka

n pr

ogra

m p

uske

smas

. Id

entit

as y

ang

Ibu

berik

an a

kan

dira

hasi

akan

dan

tid

ak a

kan

dipu

blik

asik

an.

Han

ya p

enel

iti y

ang

akan

men

geta

hui

info

rmas

i ya

ng t

erda

pat

dala

m K

uesi

oner

ini

. Ib

u tid

ak h

arus

m

enja

wab

pe

rtany

aan

yang

tid

ak

ingi

n Ib

u ja

wab

da

n da

pat

men

gakh

iri

waw

anca

ra s

etia

p sa

at.

Nam

un d

emik

ian,

jaw

aban

juj

ur y

ang

Ibu

berik

an a

kan

sang

at m

emba

ntu

dan

sang

at k

ami

hara

pkan

, A

pabi

la I

bu b

erse

dia,

moh

on

men

anda

tang

ani k

olom

baw

ah in

i: N

ama

:

U

mur

:

Ala

mat

:

Sete

lah

men

dapa

tkan

inf

orm

asi

sepe

nuhn

ya m

enge

nai

tuju

an d

an k

erug

ian

yang

m

ungk

in t

imbu

l da

ri ke

giat

an i

ni,

saya

men

yata

kan

setu

ju u

ntuk

men

giku

ti ke

giat

an in

i.

.....

......

......

......

......

......

201

8

( ....

......

......

......

......

......

......

... )

I. ID

EN

TIT

AS

RE

SPO

ND

EN

Li

ngka

rila

h ja

wab

an y

ang

men

urut

And

a se

suai

dan

isi

lah

pert

anya

an d

i ba

wah

in

i! 1.

Apa

kah

pend

idik

an te

rakh

ir ya

ng te

lah

anda

tam

atka

n?

a.

Tida

k Se

kola

h

b.

Tida

k ta

mat

SD

c.

Ta

mat

SD

d.

Ta

mat

SM

P e.

Ta

mat

SM

A

f. Ta

mat

S1/

D4/

D3

g.

Tam

at S

2/S3

2.

Apa

kah

peke

rjaan

uta

ma

And

a?

a.

Ibu

Rum

ah T

angg

a b.

PN

S/TN

I/Pol

ri/B

UM

N/B

UM

D

c.

Pega

wai

Sw

asta

d.

W

irasw

asta

e.

Pe

tani

f.

Bur

uh

g.

Lain

nya

……

.. 3.

Apa

kah

stat

us p

erka

win

an a

nda?

a.

M

enik

ah

b.

Jand

a c.

B

elum

Men

ikah

4.

Um

ur b

ayi

: bu

lan

5. Je

nis K

elam

in b

ayi:

a.

Laki

-laki

b.

Pe

rem

puan

II

. KU

ISIO

NE

R

A.

Peng

etah

uan

1.

Apa

yang

dim

aksu

d de

ngan

ASI

(air

sus

u ib

u)?

a.

A

SI a

dala

h se

jeni

s m

akan

an y

ang

dica

mpu

r de

ngan

bua

h ya

ng

suda

h di

halu

skan

(0)

Page 44: laporan penelitian ASI Eksklusif

b.

ASI

ada

lah

air

susu

ibu

yan

g m

erup

akan

mak

anan

ser

ta m

inum

an

bagi

bay

i (1)

c.

A

SI a

dala

h se

jeni

s min

uman

yan

g di

cam

pur d

enga

n m

adu

(0)

d.

ASI

ad

alah

ca

iran

yang

ba

nyak

m

enga

ndun

g za

t gi

zi

yang

di

perlu

kan

ibu

(0)

2.

Ap

a sa

ja k

andu

ngan

dal

am A

SI?

a.

V

itam

in d

an m

iner

al (0

) b.

K

arbo

hidr

at, p

rote

in, l

emak

, min

eral

dan

vita

min

(1)

c.

Lem

ak (0

) d.

Pr

otei

n (0

)

3.

Apa

yang

dim

aksu

d de

ngan

ASI

eks

klus

if?

a.

Mem

berik

an A

SI t

anpa

mak

anan

tam

baha

n se

lam

a us

ia 0

-6 b

ulan

(1

) b.

M

embe

rikan

ASI

dan

bub

ur le

mbe

k se

lam

a us

ia 0

-6 b

ulan

(0)

c.

Mem

berik

an A

SI t

anpa

mak

anan

tam

baha

n se

lam

a us

ia 0

-4 b

ulan

(0

) d.

M

embe

rikan

ASI

dan

mad

u, b

uah

yang

sud

ah d

ihal

uska

n se

lam

a us

ia 0

-6 b

ulan

(0)

4.

K

apan

bay

i har

us s

eger

a di

beri

kan

ASI p

erta

man

ya?

a.

Ket

ika

bayi

men

angi

s (0)

b.

M

enun

ggu

ibu

bena

r-be

nar s

iap

mem

berik

an A

SI (0

) c.

Se

tela

h ba

yi

dibe

ri su

su

form

ula

untu

k la

tihan

m

engh

isap

, ke

mud

ian

baru

dib

erik

an A

SI (0

) d.

Se

gera

sete

lah

bayi

lahi

r ata

u m

aksi

mal

1 ja

m se

tela

h la

hir (

1)

5.

Ap

a is

tilah

unt

uk A

SI y

ang

kelu

ar p

erta

ma

kali

sete

lah

mel

ahir

kan?

a.

K

olos

trum

(1)

b.

Mek

oniu

m (0

) c.

O

ksito

sin

(0)

d.

Prol

aktin

(0)

6.

Apak

ah

pera

nan

dari

AS

I ya

ng

kelu

ar

pert

ama

kali

sete

lah

mel

ahir

kan?

a.

K

olos

trum

har

i per

tam

a di

buan

g, k

olos

trum

har

i ked

ua d

an s

eter

us

bole

h di

berik

an p

ada

bayi

(0)

b.

Har

us s

eger

a di

kelu

arka

n da

n di

buan

g ka

rena

mer

upak

an A

SI y

ang

basi

(0)

c.

Men

gand

ung

bany

ak z

at g

izi

yang

dap

at m

emba

ntu

keke

bala

n tu

buh

bayi

(1)

d.

Kol

ostru

m

tidak

bo

leh

dim

inum

te

tapi

di

tam

pung

ke

mud

ian

dica

mpu

rkan

den

gan

mak

anan

tam

baha

n (0

)

7.

Di

baw

ah i

ni m

anak

ah y

ang

mer

upak

an m

anfa

at d

ari

ASI

eksk

lusi

f ba

gi b

ayi?

a.

A

gar b

ayi t

idak

men

angi

s (0)

b.

A

gar b

ayi b

isa

mem

akan

mak

anan

tam

baha

n (0

) c.

A

gar

bayi

men

dapa

tkan

cuk

up g

izi

dan

terli

ndun

gi d

ari

peny

akit

diar

e, ju

ga m

emba

ntu

men

ingk

atka

n ke

cerd

asan

(1)

d.

Aga

r bay

i dap

at m

inum

susu

form

ula

(0)

8.

Ap

akah

ASI

eks

klus

if da

pat m

elin

dung

i bay

i dar

i pen

yaki

t?

a.

Ben

ar (1

) b.

Sa

lah

(0)

c.

Rag

u-ra

gu (0

) d.

Ti

dak

tahu

(0)

9.

M

anak

ah

di

baw

ah

ini

yang

m

erup

akan

m

anfa

at

pem

beri

an

ASI

eksk

lusi

f yan

g be

rhub

unga

n de

ngan

kes

ehat

an r

epro

duks

i ibu

?

a.

Men

ghem

at p

enge

luar

an u

ntuk

mem

beli

mak

anan

dan

sus

u fo

rmul

a (0

) b.

A

gar p

ayud

ara

tidak

ben

gkak

(0)

c.

Men

cega

h pe

rdar

ahan

set

elah

per

salin

an,

mem

perc

epat

pen

geci

lan

rahi

m se

rta d

apat

ber

pera

n se

baga

i kon

trase

psi /

KB

ala

mi (

1)

d.

Ibu

men

jadi

tida

k bi

sa m

enga

mbi

l pek

erja

an (0

)

Page 45: laporan penelitian ASI Eksklusif

10.

Apak

ah A

SI e

kskl

usif

dapa

t m

empe

rera

t hu

bung

an e

mos

iona

l an

tara

ib

u da

n an

ak?

a.

Ben

ar (1

) b.

Sa

lah

(0)

c.

Rag

u-ra

gu (0

) d.

Ti

dak

tahu

(0)

11

. Ap

a ya

ng p

erlu

dila

kuka

n ib

u se

belu

m m

embe

rika

n AS

I kep

ada

bayi

?

a.

Men

cuci

tan

gan,

mem

bers

ihka

n pa

yuda

ra, A

SI d

ikel

uark

an s

edik

it ke

mud

ian

diol

eska

n pa

da p

utin

g su

su d

an b

agia

n hi

tam

sek

itarn

ya

(1)

b.

Mem

bers

ihka

n pa

yuda

ra,

kem

udia

n m

engo

lesi

put

ing

susu

dan

ba

gian

hita

m se

kita

rnya

den

gan

krim

(0)

c.

Men

cuci

tan

gan,

kem

udia

n m

embe

rsih

kan

putin

g su

su d

an b

agia

n hi

tam

seki

tarn

ya d

enga

n sa

bun

(0)

d.

Men

cuci

tan

gan,

kem

udia

n m

embe

rsih

kan

putin

g su

su d

an b

agia

n hi

tam

seki

tarn

ya d

enga

n al

koho

l (0)

12.

Apa

yang

dila

kuka

n bi

la b

ayi s

edan

g m

enga

lam

i dia

re (b

erak

-ber

ak)?

a.

A

SI h

arus

dig

anti

deng

an su

su fo

rmul

a (0

) b.

A

SI h

arus

teta

p di

berik

an p

ada

bayi

(1)

c.

ASI

dib

erik

an d

enga

n ta

mba

han

mak

anan

lain

(0)

d.

ASI

dih

entik

an se

men

tara

dan

dib

iark

an sa

mpa

i dia

re b

erhe

nti (

0)

13

. Ja

dwal

pem

beri

an A

SI k

epad

a ba

yi s

ebai

knya

ada

lah…

a.

D

iatu

r set

iap

satu

jam

(0)

b.

Dia

tur s

etia

p du

a ja

m (0

) c.

D

ises

uaik

an d

enga

n ke

mau

an/k

eing

inan

ibu

(0)

d.

Dis

esua

ikan

den

gan

kem

auan

/kei

ngin

an b

ayi (

1)

14

. M

enur

ut I

bu k

apan

seb

aikn

ya m

akan

an d

an m

inum

an ta

mba

han

dapa

t di

beri

kan?

a.

Se

tela

h ba

yi b

erus

ia le

bih

dari

6 bu

lan

(1)

b.

Seja

k ba

yi b

aru

lahi

r (0)

c.

Sete

lah

bayi

ber

usia

lebi

h da

ri 4

bula

n (0

) d.

Se

tela

h ba

yi b

erus

ia le

bih

dari

2 ta

hun

(0)

B

. Su

mbe

r In

form

asi

1.

Apak

ah i

bu m

enda

patk

an i

nfor

mas

i da

n ed

ukas

i m

enge

nai

ASI

eksl

usif

saat

ham

il?

a.

Iya

b.

Tida

k c.

Lu

pa

2.

Sebe

rapa

ser

ing

ibu

men

dapa

tkan

info

rmas

i dan

edu

kasi

men

gena

i ASI

ek

sklu

sif?

a.

Se

tiap

kali

mel

akuk

an A

NC

/pem

erik

saan

keh

amila

n, s

aat

sete

lah

pers

alin

an

dan

mel

akuk

an

kunj

unga

n ke

po

liklin

ik

sete

lah

mel

ahirk

an

b.

Han

ya sa

at se

tela

h pe

rsal

inan

c.

H

anya

saat

mel

akuk

an k

unju

ngan

ke

polik

linik

sete

lah

mel

ahirk

an

3.

Dar

i man

a Ib

u m

enge

tahu

i ten

tang

ASI

eks

klus

if? (

Bole

h m

emili

h le

bih

dari

1)

a.

Petu

gas p

uske

smas

b.

K

ader

pus

kesm

as

c.

Dok

ter

d.

Kel

uarg

a / t

etan

gga

e.

Lain

-lain

(kor

an, T

V, m

ajal

ah, r

adio

, dll)

C.

Sika

p 1.

Apak

ah ib

u se

tuju

bila

bay

i dib

erik

an A

SI e

kskl

usif?

a.

Sa

ngat

setu

ju (4

) b.

Se

tuju

(3)

c.

Tida

k Se

tuju

(2)

d.

Sang

at ti

dak

setu

ju (1

) 2.

Ap

akah

ibu

set

uju

bahw

a su

su f

orm

ula

atau

mak

anan

tam

baha

n su

dah

cuku

p ba

ik u

ntuk

men

ggan

tikan

ASI

? a.

Sa

ngat

setu

ju (1

) b.

Se

tuju

(2)

Page 46: laporan penelitian ASI Eksklusif

c.

Tida

k Se

tuju

(3)

d.

Sang

at ti

dak

setu

ju (4

) 3.

Ap

akah

ibu

set

uju

bahw

a AS

I ya

ng p

erta

ma

kali

kelu

ar p

erlu

di

beri

kan

untu

k ba

yi?

a.

Sang

at se

tuju

(4)

b.

Setu

ju (3

) c.

Ti

dak

Setu

ju (2

) d.

Sa

ngat

tida

k se

tuju

(1)

4.

Apak

ah

ibu

setu

ju

pem

beri

an

ASI

dipe

rluk

an

keah

lian

atau

pe

rlak

uan

khus

us?

a.

Sang

at se

tuju

(1)

b.

Setu

ju (2

) c.

Ti

dak

Setu

ju (3

) d.

Sa

ngat

tida

k se

tuju

(4)

5.

Apak

ah ib

u se

tuju

ASI

har

us d

iber

ikan

ses

erin

g m

ungk

in, w

alau

pun

bayi

tert

idur

seh

ingg

a ha

rus

diba

ngun

kan

untu

k di

beri

ASI

?

a.

Sang

at se

tuju

(1)

b.

Setu

ju (2

) c.

Ti

dak

Setu

ju (3

) d.

Sa

ngat

tida

k se

tuju

(4)

D.

Peri

laku

ASI

Eks

klus

if 1.

Ap

akah

ibu

mem

beri

kan

ASI

eksk

lusi

f pa

da b

ayi

ibu

sela

ma

6 bu

lan?

a.

Y

a (1

) b.

Ti

dak

(0)

2.

Apab

ila ja

wab

an n

o. 1

tida

k, a

paka

h al

asan

ibu

tidak

mem

beri

kan

ASI e

kskl

usif

sela

ma

6 bu

lan?

__

____

____

____

____

____

____

____

____

____

____

___

3.

Mak

anan

ap

a se

lain

AS

I te

rseb

ut

yang

di

beri

kan

pada

ba

yi

(sila

hkan

lew

ati j

ika

tidak

ada

)?

____

____

____

____

____

____

____

____

____

____

____

_ E

. Fa

ktor

Duk

unga

n A

SI E

kskl

usif

1.

Apak

ah s

uam

i ata

u pa

sang

an m

engi

ngat

kan

ibu

untu

k m

embe

rika

n AS

I?

a.

Sela

lu (4

) b.

B

iasa

nya

(3)

c.

Kad

ang-

kada

ng (2

) d.

Ti

dak

pern

ah (1

) 2.

Ap

akah

su

ami

atau

pa

sang

an

mem

beri

kan

ibu

wak

tu

untu

k m

enyu

sui?

a.

Se

lalu

(4)

b.

Bia

sany

a (3

) c.

K

adan

g-ka

dang

(2)

d.

Tida

k pe

rnah

(1)

3.

Apak

ah

suam

i at

au

pasa

ngan

m

embe

rika

n ib

u ru

ang

untu

k m

enyu

sui?

a.

Se

lalu

(4)

b.

Bia

sany

a (3

) c.

K

adan

g-ka

dang

(2)

d.

Tida

k pe

rnah

(1)

4.

Apak

ah

kelu

arga

(o

rang

tu

a ka

ndun

g,

mer

tua,

sa

udar

a)

mem

beri

kan

ibu

wak

tu u

ntuk

men

yusu

i te

ruta

ma

saat

ber

kum

pul

deng

an k

elua

rga?

a.

Se

lalu

(4)

b.

Bia

sany

a (3

) c.

K

adan

g-ka

dang

(2)

d.

Tida

k pe

rnah

(1)

5.

Apak

ah

kelu

arga

(o

rang

tu

a ka

ndun

g,

mer

tua,

sa

udar

a)

mem

beri

kan

ibu

ruan

g un

tuk

men

yusu

i te

ruta

ma

saat

ber

kum

pul

deng

an k

elua

rga?

a.

Se

lalu

(4)

b.

Bia

sany

a (3

) c.

K

adan

g-ka

dang

(2)

d.

Tida

k pe

rnah

(1)

6.

Apak

ah i

bu d

an /

ata

u su

ami

mem

iliki

kep

erca

yaan

ter

tent

u un

tuk

tidak

men

yusu

i?

Page 47: laporan penelitian ASI Eksklusif

a.

Ada

(1)

b.

Tida

k ad

a (4

) 7.

Ap

akah

ibu

dan

/ a

tau

kelu

arga

mem

iliki

kep

erca

yaan

ter

tent

u un

tuk

mem

beri

kan

mak

anan

tam

baha

n se

lain

ASI

? a.

A

da (1

) b.

Ti

dak

ada

(4)