26
57 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ASI Eksklusif 2.1.1 Pengertian ASI eksklusif ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2004). Menurut WHO tahun 2011 masa pemberian ASI diberikan secara eksklusif pada 6 bulan, kemudian dianjurkan untuk tetap diberikan setelah 6 bulan bersamaan dengan makanan pendamping ASI sampai anak 2 tahun. 2.1.2 Komposisi ASI Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi (Proverawati dan Rahmawati, 2010). Komponen ASI dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: a. Kolostrum Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu pada hari pertama sampai hari keempat-delapan setelah bayi lahir yang berbeda karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150-300 ml/hari. Kolostrum berwarna kuning keemasan atau krem (creamy), lebih kental dibandingkan dengan cairan susu tahap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ASI Eksklusif . 2.1.1 Pengertian ASI eksklusif . ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja, tanpa tambahan

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 57

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 ASI Eksklusif

    2.1.1 Pengertian ASI eksklusif

    ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja, tanpa tambahan

    cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan

    tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu,

    biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2004).

    Menurut WHO tahun 2011 masa pemberian ASI diberikan

    secara eksklusif pada 6 bulan, kemudian dianjurkan untuk tetap

    diberikan setelah 6 bulan bersamaan dengan makanan pendamping

    ASI sampai anak 2 tahun.

    2.1.2 Komposisi ASI

    Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini

    berdasarkan stadium laktasi (Proverawati dan Rahmawati, 2010).

    Komponen ASI dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

    a. Kolostrum

    Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar

    payudara ibu pada hari pertama sampai hari keempat-delapan

    setelah bayi lahir yang berbeda karakteristik fisik dan

    komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150-300

    ml/hari. Kolostrum berwarna kuning keemasan atau krem

    (creamy), lebih kental dibandingkan dengan cairan susu tahap

  • 34

    berikutnya. Kolostrum mempunyai kandungan yang tinggi protein,

    vitamin yang terlarut dalam lemak, mineral dan imunoglobulin.

    Imunoglobulin ini merupakan antibodi dari ibu untuk bayi yang

    juga berfungsi sebagai imunitas pasif untuk bayi. Imunitas pasif

    akan melindungi bayi dari berbagai bakteri dan virus yang

    merugikan. Kolostrum juga merupakan pembersih usus bayi yang

    membersihkan mikonium sehingga mukosa usus bayi yang baru

    lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan

    bayi sering defekasi dan feses berwarna hitam.

    b. ASI Peralihan

    ASI peralihan ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8 – 20 hari)

    dimana kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut air lebih tinggi dan

    kadar protein, mineral lebih rendah, serta mengandung lebih

    banyak kalori daripada kolostrum.

    c. ASI Matur

    ASI matur adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah

    melahirkan dengan volume bervariasi 300 – 850 ml/hari

    tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. ASI matur 90%

    nya adalah air yang diperlukan untuk memelihara hidrasi bayi.

    Sedangkan 10% kandungannya adalah karbohidrat, protein dan

    lemak yang diperlukan untuk kebutuhan hidup dan perkembangan

    bayi. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah

    disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan. Volume

  • 35

    ASI pada tahun pertama adalah 400 – 700 ml/24 jam, tahun

    kedua 200 – 400 ml/24 jam, dan sesudahnya 200ml/24 jam

    Ada 2 tipe ASI matur, yaitu :

    1. Foremilk : jenis ini dihasilkan selama awal menyusui dan

    mengandung air, vitamin-vitamin dan protein.

    2. Hind-milk : jenis ini dihasilkan setelah pemberian awal saat

    menyusui dan mengandung lemak tingkat tinggi dan sangat

    diperlukan untuk pertambahan berat bayi.

    Kedua jenis tersebut di atas sangat dibutuhkan ketika ibu

    menyusui yang akan menjamin nutrisi bayi secara adekuat yang

    diperlukan sesuai tumbuh kembang bayi. Oleh karena itu

    sebaiknya menyusui dilakukan sampai bayi terpuaskan

    (kenyang), sehingga terpenuhi semua kebutuhan gizinya. Lebih

    sering bayi menghisap, lebih banyak ASI yang diproduksi.

    Sebaliknya berkurangnya isapan bayi menyebabkan produksi ASI

    berkurang. Mekanisme ini disebut mekanisme supply and

    demand (Proverawati dan Rahmawati, 2010).

    Nutrisi ASI mengandung beberapa unsur, di antaranya:

    a. Hidrat Arang (Laktosa)

    Produksi dari laktosa adalah galaktosa dan glukosamin.

    Galaktosamin merupakan nutrisi vital untuk pertumbuhan jaringan otak

    dan juga merupakan kebutuhan nutrisi medulla spinalis yaitu untuk

    pembentukan myelin (selaput pembungkus sel saraf) (Purwanti, 2004).

  • 36

    Kadar laktosa yang tinggi akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan

    lactobacillus sebagai penghuni usus dan dapat mencegah terjadinya

    infeksi (Krisnatuti & Yenrina, 2002).

    Laktosa sangat diperlukan untuk pertumbuhan yang merupakan

    sumber kalori bagi serabut saraf otak. Laktosa juga meningkatkan

    penyerapan kalsium, fosfor, dan magnesium yang penting untuk

    pertumbuhan tulang. Laktosa oleh fermentasi diubah menjadi asam

    laktat. Asam laktat ini akan membuat suasana usus menjadi asam,

    kondisi ini menguntungkan karena akan menghambat pertumbuhan

    bakteri yang berbahaya dan menjadi tempat yang subur bagi bakteri

    usus yang baik (Purwanti, 2004).

    b. Protein

    Protein ASI merupakan bahan baku untuk pertumbuhan dan

    perkembangan bayi. Protein ASI sangat cocok karena unsur protein

    didalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi

    (Hubertin. 2004). Dalam 100 mL ASI mengandung 0,9-1,2 g/dL protein

    (Ballard, 2013). Susu sapi mengandung tiga kali lebih banyak protein

    daripada ASI. Sebagian besar berbentuk kasein yaitu sekitar 80% dan

    sisanya berupa protein “whey” yang larut. Kandungan kasein yang

    tinggi dan sifatnya yang mudah menggumpal di dalam lambung yang

    relatif keras bila bayi diberi susu sapi, sehingga sulit untuk dicerna oleh

    enzim proteinase. ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein,

    namun bagian protein “whey”nya lebih banyak, sehingga akan

  • 37

    membentuk gumpalan yang lunak dan lebih mudah dicerna serta

    diserap oleh usus bayi (Purwanti, 2004).

    c. Mineral

    Kandungan mineral dalam susu sapi empat kali lebih banyak

    dibandingkan kandungan mineral dalam ASI. Kandungan mineral yang

    tinggi pada susu sapi akan menyebabkan terjadinya beban osmobar,

    yaitu tingginya kadar mineral dalam tubuh. Akibatnya, bayi menjadi

    sering kencing (Krisnatuti & Yenrina, 2002).

    d. Lemak

    ASI maupun susu sapi mengandung lemak yang cukup tinggi,

    yaitu sekitar 3,5%, namun keduanya memiliki susunan asam lemak

    yang berbeda. ASI lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh,

    sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung asam lemak rantai

    pendek dan asam lemak jenuh (Krisnatuti & Yenrina, 2002). Didalam

    ASI terkandung 6.4- 7.6 lemak (Ballard, 2013).

    e. Vitamin

    Dalam ASI terkandung beberapa vitamin yaitu vitamin K yang

    dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor

    pembekuan. ASI hanya mengandung sedikit vitamin D, tapi dapat

    diatasi dengan menjemur bayi pada sinar matahari pagi yang akan

    mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin

    D. Vitamin E, salah satu fungsi vitamin E adalah untuk ketahanan

    dinding sel darah merah. Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E-

  • 38

    nya tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Vitamin A,

    selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk

    mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan.

    Selain itu hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B,

    asam folat, vitamin C, terdapat dalam ASI.

    2.1.3 Volume ASI

    Dalam kondisi normal, pada hari kedua setelah melahirkan

    volume ASI yang keluar kira-kira 100 ml, dan jumlahnya akan

    meningkat sampai kira-kira 500 ml dalam minggu kedua. Secara

    normal, produksi ASI yang efektif dan terus menerus akan dicapai

    pada kira-kira 10-14 hari setelah melahirkan (Muchtadi, 2006).

    Sedangkan menurut Sjahmien Moehji (2007), apabila tidak ada

    kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan terus bertambah

    mencapai 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua.

    Dalam masa usia satu sampai tiga bulan, apabila ibu sehat maka

    produksi ASI mencapai 600 ml sehari. Ukuran payudara tidak ada

    hubungannya dengan volume air susu yang dapat diproduksi,

    meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama

    yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan, hanya

    memproduksi sejumlah kecil ASI. Emosi, seperti tekanan (stres) atau

    kegelisahan, merupakan faktor penting yang mempengaruhi jumlah

    produksi ASI selama minggu-minggu pertama menyusui (Muchtadi,

    2006).

  • 39

    2.1.4 Manfaat Pemberian ASI

    Menurut Marmi (2012), manfaat pemberian ASI adalah sebagai

    berikut:

    a. Manfaat bagi bayi

    1. ASI mengandung komponen perlindungan terhadap infeksi,

    mengandung protein yang spesifik untuk perlindungan terhadap

    alergi dan merangsang sistem kekebalan tubuh.

    2. Komposisi ASI sangat baik karena mempunyai kandungan

    protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang seimbang.

    3. ASI memudahkan kerja pencernaan, mudah diserap oleh usus

    bayi serta mengurangi timbulnya gangguan pencernaan seperti

    diare atau sembelit.

    4. Bayi yang minum ASI mempunyai kecenderungan memiliki

    berat badan yang ideal.

    5. ASI mengandung zat gizi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan

    dan perkembangan bayi termasuk untuk kecerdasan bayi.

    6. ASI mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi

    dari kerusakan.

    7. Menyusui akan melatih daya hisap bayi dan membantu

    membentuk rahang dan otot pipi yang baik.

    8. ASI bermanfaat untuk perkembangan otak dan IQ bayi.

    9. ASI memberikan keuntungan psikologis.

    10. Suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.

  • 40

    b. Manfaat bagi ibu

    1. Aspek kesehatan ibu

    a) Membantu mempercepat pengembalian uterus ke bentuk

    semula dan mengurangi perdarahan post partum karena

    isapan bayi pada payudara akan merangsang kelenjar

    hipofise untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin

    bekerja untuk kontraksi saluran ASI pada kelenjar air susu

    dan merangsang kontraksi uterus.

    b) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan

    secara bertahap karena pengeluaran energi untuk ASI dan

    proses pembentukannya akan mempercepat kehilangan

    lemak.

    c) Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil

    kejadian karsinoma payudara dan karsinoma ovarium.

    d) Pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan

    segar dengan suhu yang sesuai sehingga dapat diberikan

    kapan dan di mana saja.

    2. Aspek Keluarga Berencana

    Pemberian ASI secara eksklusif dapat berfungsi

    sebagai kontrasepsi karena isapan bayi merangsang hormon

    prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi sehingga

    menunda kesuburan.

  • 41

    3. Aspek psikologi

    Menyusui memberikan rasa puas, bangga dan

    bahagia pada ibu yang berhasil menyusui bayinya dan

    memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.

    4. Aspek ekonomis

    Dengan menyusui secara eksklusif ibu tidak perlu

    mengeluarkan biaya dan makanan bayi sampai sedikitnya

    umur 6 bulan, dengan demikian akan menghemat pengeluaran

    rumah tangga.

    2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI

    a. Makanan Ibu

    Makanan yang dimakan seorang ibu yang dalam masa

    menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun

    jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan

    berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu

    diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak

    mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya

    kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak

    akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan

    berpengaruh terhadap produksi ASI.

    b. Ketentraman jiwa dan pikiran

    Pembentukan dan pengeluaran air susu ibu sangat

    dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan

  • 42

    gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk

    ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui

    bayinya.

    c. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin

    Banyak ahli mengungkapkan adanya pengaruh yang kurang

    baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang

    melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin karena lebih menitik

    beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik,

    ibu dan anak berada dalam keadaan sehat. Masalah pemberian

    ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang

    diberikan justru susu buatan. Hal ini memberikan kesan yang

    tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu

    sapi lebih baik dari ASI.

    d. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan

    progesteron

    Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan

    menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon

    estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI

    bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan

    oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan

    adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD (Intra

    Uterine Device) atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang

    uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan

  • 43

    kadar hormon oksitosin, yaitu hormon yang dapat merangsang

    produksi ASI.

    2.2 Pemberian ASI Eksklusif

    2.2.1 Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif

    Umumnya bayi akan menyusu antara 8-12 kali sehari atau

    setiap 1-3 jam karena volume perut yang sangat kecil. Susui bayi

    sesuai kehendaknya (on demand). Untuk bayi yang termasuk kategori

    bayi kuning biasanya memerlukan frekuensi menyusu yang sangat

    sering untuk menormalkan kembali kadar bilirubinnya. (Roesli, 2004)

    2.2.2 Cara Menyusui Yang Benar

    Menurut Marmi (2012), cara menyusui yang benar adalah

    sebagai berikut:

    a. Posisi madona atau menggendong

    Bayi berbaring menghadap ibu, leher dan punggung atas

    bayi diletakkan pada lengan bawah lateral payudara. Ibu

    menggunakan tangan lainnya untuk memegang payudara jika

    diperlukan.

    b. Posisi football atau mengepit

    Bayi berbaring atau punggung melingkar antara lengan dan

    samping dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga

    bayi, dan ia mungkin menggunakan tangan sebelahnya untuk

    memegang payudara jika diperlukan.

  • 44

    c. Posisi berbaring miring

    Ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini

    merupakan posisi yang paling aman bagi ibu yang mengalami

    penyembuhan dari proses persalinan melalui pembedahan.

    2.2.3 Tahap Tata Laksana Menyusui Yang Benar

    Menurut Marmi (2012), tahap dan tata laksana menyusui yang

    benar adalah sebagai berikut:

    a. Posisi badan ibu dan badan bayi

    1. Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai.

    2. Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar

    kepala.

    3. Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu.

    4. Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah

    payudara ibu.

    5. Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.

    6. Dengan posisi ini maka telinga bayi akan berada dalam satu

    garis dengan leher dan lengan bayi.

    7. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan

    pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam.

    b. Posisi mulut bayi dan puting susu ibu

    1. Keluarkan ASI sedikit oleskan pada puting dan areola.

    2. Pegang payudara dengan pegangan seperti membentuk huruf

    C yaitu payudara dipegang dengan ibu jari di bagian atas dan

  • 45

    jari yang lain menopang di bawah atau dengan pegangan

    seperti gunting (puting susu dan areola dijepit oleh jari

    telunjuk dan jari tengah seperti gunting) di belakang areola.

    3. Sentuh pipi atau bibir bayi untuk merangsang rooting reflek

    (reflek menghisap).

    4. Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan lidah menjulur ke

    bawah.

    5. Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan

    menekan bahu belakang bayi bukan belakang kepala.

    6. Posisikan puting susu di atas bibir atas bayi dan berhadapan

    dengan hidung bayi.

    7. Kemudian arahkan puting susu ke atas menyusuri langit-langit

    mulut bayi.

    8. Usahakan sebagian besar areola masuk ke mulut bayi,

    sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit-langit

    yang keras (palatum durum) dan langit-langit yang lunak

    (palatum molle).

    9. Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan

    gerakan memerah sehingga ASI akan keluar.

    10. Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan

    baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.

    11. Beberapa ibu sering meletakan jarinya pada payudara dengan

    hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi

  • 46

    bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah

    dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi

    dengan lengan ibu.

    12. Dianjurkan tangan ibu yang bebas untuk mengelus-elus bayi.

    2.3 Pengetahuan

    2.3.1 Pengertian

    Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil

    tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

    hidung, telinga dan sebagainya) dengan sendirinya, pada waktu

    penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

    dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek

    indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata)

    (Notoatmodjo, 2010).

    2.3.2 Cara Mendapatkan Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2010), cara memperoleh kebenaran

    pengetahuan dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional (non

    ilmiah) yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern (ilmiah)

    yakni melalui proses penilaian. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan

    sebagai berikut:

    1. Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari:

    a. Cara coba – salah (Trial and Error)

    Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

    mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorang

  • 47

    menghadapi persoalan atau masalah upaya pencegahannya

    dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan

    dengan mengunakan beberapa kemungkinan dalam

    memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak

    berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah

    tersebut dapat di pecahkan.

    b. Secara kebetulan

    Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak di

    sengaja oleh orang yang bersangkutan.

    c. Cara kekuasaan atau otoritas

    Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasan dan

    tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran

    apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasan

    seperti ini bukan hanya terjadi masyarakat tradisional saja,

    melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini

    seolah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang

    mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-

    pemimpin masyarakat baik formal maupun informal. Para

    pemuka agama, pemegang pemeritahan dan lain sebagainya.

    Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan

    pada pemegang otoritas, yakin orang mempunyai wibawa atau

    kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin

    agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.

  • 48

    d. Berdasarkan pengalaman sendiri

    Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah.

    Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu

    merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu

    merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

    pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat

    digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini

    dapat dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman

    yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

    pada masa yang lalu.

    e. Cara akal sehat (common sense)

    Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat

    menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah

    dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak

    orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.

    f. Kebenaran melalui wahyu

    Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang di

    wahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus

    diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan,

    terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.

    Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai

    wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau

    penyelidikan manusia.

  • 49

    g. Kebenaran secara intuitif

    Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat

    sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui

    proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh

    melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak

    menggunakan cara rasional dan yang sistematis.

    h. Melalui jalan pikiran

    Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia

    cara manusia berfikir ikut berkembang. Dari sini manusia

    mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

    pengetahuan. Induksi dan deduksi ada dasarnya merupakan

    cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui

    pernyataanpernyataan yang dikemukakan. Apabila proses

    pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan yang

    khusus kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan

    deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-

    pernyataan umum ke khusus.

    i. Induksi

    Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari

    pernyataan-pernyataan khusus pernyataan yang bersifat

    umum. Hal ini berarti dalam berfikir induksi pembuatan

    kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman

    empiris yang ditangkap oleh indera kemudian disimpulkan ke

  • 50

    dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk

    memahami.

    j. Deduksi

    Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari

    pernyataanpernyataan umum ke khusus. Di dalam proses

    berfikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar

    secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya

    pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk

    dalam kelas itu.

    2. Cara ilmiah atau modern

    Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

    lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode

    penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian (research

    methodology). Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon yang

    mengembangkan metode berfikir induktif kemudian dikembangkan

    oleh Deobold Van Dallen yang menyatakan bahwa dalam

    memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan

    observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan

    terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya.

    Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok:

    a. Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul

    pada saat dilakukan pengamatan.

  • 51

    b. Segala sesuatu yang negatif yakni gejala tertentu yang tidak

    muncul pada saat dilakukan pengamatan.

    c. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-

    gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

    2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu dalam pemberian

    ASI

    a. Umur

    Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

    seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

    pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

    diperolehnya semakin membaik (Notoatmodjo, 2007). Umur ibu

    dapat menentukan kesehatan maternal yang berkaitan dengan

    kondisi kehamilan, persalinan, nifas serta cara mengasuh dan

    menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun atau

    lebih dari 35 tahun disebut usia reproduktif tidak sehat serta masih

    belum matang dan belum siap dalam hal jasmani dan sosial dalam

    menghadapi kehamilan, persalinan, nifas serta cara mengasuh

    dan menyusui bayinya (kaitannya dengan pemberian ASI

    eksklusif). Umur 20-35 tahun disebut usia reproduksi sehat. Usia

    reproduksi sehat merupakan suatu kondisi dimana organ

    reproduksi telah siap atau matang untuk menjalankan proses

    reproduksi kaitannya dalam pemberian ASI Ekslusif atau laktasi

    serta didukung dengan kematangan psikis atau mental. Usia

  • 52

    reproduksi sehat juga dikatakan sebagai masa dewasa sehingga

    mampu untuk menelaah suatu masalah, dan sudah siap dalam hal

    jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan,

    nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayi kaitannya dengan

    pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.

    b. Pendidikan Ibu

    Secara umum mudah diduga bahwa tingkat pendidikan ibu

    mempengaruhi keadaan gizi anak. Ibu dengan tingkat pendidikan

    lebih tinggi umumnya yang mempunyai pengetahuan tentang gizi

    yang lebih baik dan mempunyai perhatian lebih besar terhadap

    kebutuhan gizi anak. Demikian juga halnya dalam pemahaman

    akan manfaat ASI untuk anak, secara umum dinyatakan bahwa

    ibu yang mempunyai tingkat pendidikan lebih, mempunyai tingkat

    pemahaman yang tinggi pula (Ratna Susanti, 2000). Amat sering

    keinginan dan kebutuhan ibu tidak dikenali dan tidak didukung

    kesehatan fisik dan emosional ibu. Pendidikan ibu mempengaruhi

    praktik-praktik menyusui mereka dan aspek-aspek lain dalam

    merawat anak-anaknya (Depkes RI, 2002).

    c. Sosial Budaya

    Pemberian ASI tidak lepas dari tatanan budaya. Ada

    pandangan sebagian masyarakat bahwa menyusui dapat

    merusak payudara seingga mengganggu kecantikan ibu tersebut

    dan sebagian lain beranggapan bahwa menyusui merupakan

  • 53

    perilaku kuno. Bila ingin disebut modern, ibu menggunakan susu

    formula (Ipuk Dwiana Murwanti, 2005).

    Perubahan sosial budaya yang sering terjadi di masyarakat

    akan membawa pengaruh terhadap perubahan tata nilai

    masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan yang sudah ada di masyarakat

    dapat bergeser ke arah positif maupun negatif.

    d. Pekerjaan Ibu

    Pekerjaan sehari-hari kadang-kadang sangat menyibukkan

    ibu dan anak menjadi rewel (Depkes RI, 2005). Waktu kerja yang

    dimaksud adalah 7 jam sehari dan 40 jam seminggu untuk 6 hari

    kerja dalam seminggu, 8 jam sehari atau 40 jam seminggu untuk

    5 hari kerja dalam seminggu (AM Sugeng Budiono,dkk, 2003).

    Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara

    eksklusif, ASI eksklusif harus dijalani selama enam bulan tanpa

    intervensi makanan dan minuman lain meskipun cuti hamil hanya

    tiga bulan. Seorang ibu bekerja dapat tetap memberikan ASI

    secara eksklusif dengan pengetahuan yang benar tentang

    menyusui, perlengkapan memerah ASI dan dukungan lingkungan

    kerja (Utami Roesli, 2004). Ibu bekerja harus mendapat dukungan

    untuk melakukan menyusui eksklusif dalam enam bulan pertama

    dan melanjutkan menyusui setelah pemberian makanan

    pendamping ASI (Depkes RI, 2002). Berbagai kendala yang

    dihadapi dalam peningkatan pemberian ASI eksklusif salah

  • 54

    satunya adalah ibu kembali bekerja setelah cuti bersalin yang

    menyebabkan penggunaan susu botol atau susu formula secara

    dini sehingga menggeser atau menggantikan ASI. Hal ini

    diperberat lagi dengan adanya kecenderungan meningkatnya

    peran ganda wanita dari tahun ke tahun (Depkes RI, 2002).

    2.3.4 Tingkat Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang dicakup

    dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

    1. Tahu (Know)

    Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

    sebelumnya setelah mengamati sesuatu, untuk mengetahui atau

    mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan

    pertanyaan-pertanyaan.

    2. Memahami (Comprehension)

    Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

    tersebut, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan

    secara benar tentang objek yang diketahui orang tersebut.

    3. Aplikasi (Application)

    Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

    dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

    diketahui tersebut pada situasi yang lain.

    4. Analisa (Analysis)

  • 55

    Analisa adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

    memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

    komponen yang terdapat pada suatu masalah atau objek yang

    diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai

    pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat

    membedakan atau memisahkan, mengelompokan, membuat

    diagram (bagan) terhadap pengetahuan objek tersebut.

    5. Sintesis (Synthesis)

    Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

    merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis

    dari suatu komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

    Dengan kata lain, sintesis adalah suatu komponen untuk

    menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi.

    6. Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi berkaitan dengan komponen seseorang untuk melakukan

    justivikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian

    ini dengan sendirinya atau norma-norma yang berlaku di

    masyarakat.

  • 56

    2.4 Kerangka Teori

    Gambar 2.1 Kerangka Teori

    Ibu Menyusui

    Pengetahuan tentang ASI

    Eksklusif :

    - Pengertian ASI Eksklusif

    - Manfaat ASI Eksklusif

    - Komposisi ASI Eksklusif

    - Volume ASI Eksklusif

    - Faktor yang mempengaruhi

    produksi ASI

    Faktor yang mempengaruhi

    Pengetahuan dalam Pemberian

    ASI Eksklusif :

    - Umur

    - Pendidikan

    - Pekerjaan

    - Sosial-Budaya

    Pemberian ASI

    Eksklusif

    - Frekuensi

    - Proses

    - Cara

  • 57

    2.5 Kerangka Konsep

    Keterangan:

    Yang diteliti

    Yang tidak diteliti

    Gambar 2.2 Kerangka Konsep

    Pengetahuan Ibu Menyusui :

    - Pengertian ASI

    Eksklusif

    - Manfaaat ASI Eksklusif

    - Komposisi ASI

    Eksklusif

    - Volume ASI Eksklusif

    - Faktor yang

    mempengaruhi

    produksi ASI

    Pemberian ASI Eksklusif:

    - Setuju

    - Tidak Setuju

    Faktor yang mempengaruhi

    Pengetahuan dalam

    Pemberian ASI Eksklusif :

    - Umur

    - Pendidikan

    - Pekerjaan

    - Sosial-Budaya

  • 58

    2.6 Hipotesis

    Hα : Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu menyusui tentang ASI

    eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif di Dusun Plalar Kulon

    Desa Kopeng.

    Ho: Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ibu menyusui

    tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif di Dusun

    Plalar Kulon Desa Kopeng.