of 47 /47
LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS RENDANG KARANGASEM TAHUN 2018 Oleh : Made Lady Adelaida Purwanta (1702612089) Alvi Laili Zahra (1702612148) Pembimbing : dr. I Made Dwi Ariawan dr. I Made Sudarma Yasa DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2018

laporan penelitian ASI Eksklusif

  • Author
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of laporan penelitian ASI Eksklusif

Microsoft Word - laporan penelitian ASI Eksklusif.docDENGAN PERILAKU ASI EKSKLUSIF
Oleh :
Alvi Laili Zahra (1702612148)
DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN ILMU
KEDOKTERAN PENCEGAHAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF
DENGAN PERILAKU ASI EKSKLUSIF
Telah diujikan dihadapan Panitia Ujian Laporan Penelitian
Pada tanggal 15 Oktober 2018
Menyetujui,
Pembimbing
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya, Laporan Penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang ASI
Eksklusif dengan Perilaku ASI Eksklusif di Puskesmas Rendang Karangasem
2018” ini dapat diselesaikan. Laporan Penelitian ini disusun dalam rangka
mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu
Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang
dilaksanakan tanggal 17 September 2018 – 13 Oktober 2018 bertempat di UPT
Kesmas Rendang, Kabupaten Karangasem.
baiknya berkat dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. I Made Dwi Ariawan, selaku Dosen Pembimbing, atas segala nasehat,
bimbingan, dan masukannya untuk menyelesaikan Laporan Penelitian ini.
2. dr. I Made Sudarma Yasa selaku Kepala Puskesmas Rendang Karangasem.
3. Ibu Witari selaku pemegang program Kesehatan Ibu dan Anak di
Puskesmas Rendang Karangasem atas segala informasi dan kerja sama
terkait dengan penyusunan Laporan Penelitian ini.
4. Para pemegang program dan seluruh staf di Puskesmas Rendang
Karangasem.
kesehatan di Indonesia dan khususnya di Bali.
Denpasar, Oktober 2018
EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS RENDANG, KARANGASEM TAHUN 2018
Made Lady Adelaida Purwanta, Alvi Laili Zahra Kepaniteraan Klinik Madya (KKM) Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu
Kedokteran Pencegahan (IKK/IKP), Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana ASI eksklusif selain sebagi upaya untuk membentuk generasi Bangsa
Indonesia yang berkualitas juga untuk menekan risiko kematian bayi yang kini angkanya masih fluktuatif. Meski telah dicanangkan dalam Peraturah Pemerintah, cakupan ASI eksklusif di Indonesia per tahun 2017 masih jauh dari angka target minimal 80%. Di Puskesmas Rendang sendiri ASI eksklusif belum mencapai target cakupan minimal 50% dan dalam dua tahun terakhir cakupan justru menurun secara berturut-turut dari 30% pada tahun 2016 menjadi 27,03% pada tahun 2017. Padahal program penyuluhan dan edukasi terkait ASI eksklusif sudah sering dilakukan, namun belum ada data output yang menunjukkan status pengetahuan masyarakat Rendang mengenai ASI eksklusif, sehingga penelitian mengenai tingkat pengetahuan yang juga sekaligus menghubungkan dengan perilaku ASI eksklusif perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab sebenarnya dari permasalahan cakupan yang rendah.
Penelitian ini menggunakan rancangan studi observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 83 responden. Responden merupakan ibu dengan anak usia 6-24 bulan yang datang ke Puskesmas Rendang ataupun posyandu, tidak memiliki riwayat penyakit menular melalui ASI dan anak tidak lahir prematur. Responden dikumpulkan dengan consecutive sampling dan didata berdasarkan kuisioner. Analisis data dilakukan dengan uji univariat dan bivariat untuk mengetahui korelasi antar variabel. Pada studi ini ditemukan rerata usia ibu yaitu 25,90 tahun (CI95% 25,14-26,67) dengan tingkat pendidikan tinggi 43,4%, sekitar 84,3% merupakan ibu rumah tangga, sebagian besar sudah menikah 97,6% dan primipara 55,4%. Pengetahuan mengenai ASI eksklusif tidak berasosiasi signifikan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif (p>0,05), begitu juga dengan karakteristik demografi ibu seperti umur, tingkat pendidikan, pekerjaan dan jumlah paritas tidak berhubungan dengan perilaku (p>0,05). Hanya faktor dukungan sosial dari suami dan keluarga yang berasosiasi signifikan dengan perilaku (p<0,01). Hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai ASI eksklusif di Puskesmas Rendang sudah cukup baik dan bukan penyebab utama dari rendahnya cakupan ASI eksklusif, melainkan faktor dukungan sosial dalam pemberian ASI eksklusif. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan untuk mengetahui lebih luas penyebab faktor dukungan yang rendah dan bagi para tenaga kesehatan di lingkungan Puskesmas Rendang agar lebih menekankan konseling untuk menggali hambatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif selain KIE reguler terkait pengetahuan umum ASI eksklusif. Kata kunci: ASI eksklusif, pengetahuan, perilaku
v
ABSTRACT ASSOCIATION OF KNOWLEDGE OF EXCLUSIVE BREAST
FEEDING WITH BEHAVIOR OF EXCLUSIVE BREAST FEEDING IN RENDANG PUBLIC HEALTH CENTER, KARANGASEM, 2018
Made Lady Adelaida Purwanta, Alvi Laili Zahra Kepaniteraan Klinik Madya (KKM) Department of Community and Public
Medicine, Faculty of Medicine, Udayana University
Exclusive breastfeeding in addition to an effort to form excellent generation of the future Indonesia as well as to reduce the risk of infant mortality which is now still fluctuating. Although it has been announced by the Government Regulation, exclusive breastfeeding coverage in Indonesia by 2017 is still far from the target of at least 80%. In Rendang Public Health Center, exclusive breast feeding has also yet achieved a minimum coverage target of 50% and in the last two years coverage has actually decreased consecutively from 30% in 2016 to 27.03% in 2017. Eventhough education programs related to exclusive breastfeeding have been frequently done, there is still no output data which shows the societies knowledge of exclusive breastfeeding, so a research focused at the level of knowledge of exclusive breast feeding that also relates it to the behavior of breast feeding needs to be performed to determine the cause of the low number of exclusive breast feeding in the area.
This research is an analytic observational study with a cross sectional approach involving 83 respondents. Respondents were mothers with children aged 6-24 months who came to the Rendang public health center or posyandu, had no history of breast feeding-transmitted infectious disease and children were not born premature. Respondents were collected by consecutive sampling and data collected based on questionnaires. Data analysis was performed by univariate and bivariate analysis to determine the correlation between variables.
The average age of mother was 25.90 years (CI95% 25.14-26.67) with a high education level of 43.4%, around 84.3% were housewives, 97.6% were married and primipara 55.4%. Knowledge of exclusive breastfeeding was not significantly associated with exclusive breastfeeding behavior (p> 0.05), as well as maternal demographic characteristics such as age, education level, occupation and total parity, all were not related to behavior of breast feeding (p> 0.05). Only social support factors from husband and family were significantly associated with behavior (p <0.01). These results indicate that the knowledge of exclusive breastfeeding at Rendang Public Health Center was in fact, sufficient and not the main cause of the low number of exclusive breastfeeding, but the factor of social support in exclusive breastfeeding. Subsequent researches need to be considered to find out more about the causes of low social support factors. Recommendations for the healthcare provider in the Rendang Public Health Center would be to emphasize on the counseling with means to explore the barriers of mother to give exclusive breastfeeding, in addition to the regular education and information regularly done to share basic knowledge of exclusive breastfeeding. Keywords: exclusive breastfeeding, knowledge, behavior
vi
DAFTAR ISI Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii ABSTRAK ........................................................................................................... iv DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4 2.1 Air Susu Ibu ................................................................................................... 4 2.1.1 Pengertian ASI ........................................................................................... 4 2.1.2 Persiapan ASI ............................................................................................. 6 2.1.3 Komposisi ASI ........................................................................................... 7 2.1.4 ASI Eksklusif ............................................................................................. 8 2.1.5 Pemberian ASI bukan Eksklusif ................................................................ 9 2.1.6 Sikap Terhadap ASI Eksklusif ................................................................... 10 2.1.7 Perilaku ASI Eksklusif ................................................................................ 10 2.1.8 Dukungan ASI Eksklusif ............................................................................ 11 2.2 Tingkat Pengetahuan ..................................................................................... 12 2.3 Karakteristik Demografis .............................................................................. 14 2.3.1 Umur Ibu ..................................................................................................... 14 2.3.2 Jumlah Paritas ............................................................................................ 14 2.3.3 Pekerjaan Ibu .............................................................................................. 14 2.3.4 Pendidikan .................................................................................................. 15 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN ................... 17 3.1 Kerangka Berpikir ......................................................................................... 17 3.2 Konsep Penelitian .......................................................................................... 18 BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 19 4.1 Rencana Penelitian ........................................................................................ 19 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 19 4.2.1 Tempat Penelitian ........................................................................................ 19 4.2.2 Waktu Penelitian ......................................................................................... 19 4.3 Populasi dan sampel ...................................................................................... 19 4.3.1 Populasi Target ............................................................................................ 19 4.3.2 Populasi Terjangkau .................................................................................... 19 4.3.3 Kriteria Subjek ............................................................................................ 20
vii
4.3.4 Cara Pengambilan Sampel .......................................................................... 20 4.3.5 Besar Sampel Penelitian .............................................................................. 20 4.4 Variabel Penelitian ........................................................................................ 21 4.5 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 23 4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ........................................... 24 4.7 Ruang Lingkup ............................................................................................... 24 4.8 Analisa Data ................................................................................................... 24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ...................................... 26 5.1 Distribusi Karakteristik Demografi ................................................................ 26 5.2 Distribusi Variabel Penelitian ........................................................................ 27 5.3 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Mengenai ASI Eksklusif, Persepsi dengan Perilaku ASI Eksklusif ............................................................. 28 5.4 Hubungan Antara Karakteristik Demografi, Faktor Dukungan dengan Perilaku ASI Eksklusif ......................................................................................... 30 5.5 Kelemahan Penelitian ..................................................................................... 32 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 33 Daftar Pustaka ...................................................................................................... 34 LAMPIRAN .........................................................................................................
1
(MDGs) dan Sustainable Development Goals (SDGs) adalah penanggulangan
kematian ibu dan bayi. Akan tetapi, hingga saat ini capaian angka kematian bayi
masih bersifat fluktuatif dengan data pada 2015 menunjukkan angka 22,23
kematian dari 1.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Salah satu upaya menekan risiko kematian bayi adalah dengan pemberian
ASI eksklusif. ASI ekslusif sendiri adalah pemberian air susu ibu (ASI) pada bayi
sejak masa pernatal yang dimulai dengan IMD hingga bayi berusia enam bulan
tanpa supelementasi makanan lain dan dilanjutkan hingga usia 2 tahun dengan
tambahan makanan (Pemerintah RI, 2012).
Akan tetapi, cakupan ASI eksklusif di Indonesia masih rendah.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017, cakupan ASI eksklusif di
Indonesia berada pada posisi 35,73% dengan Bali 31,57% (Kementrian Kesehatan
RI, 2017), angka ini belum mencapai target minimal ASI eksklusif di Indonesia
yaitu 80% (Kementerian Kesehatan RI, 2004).
Sementara itu, kondisi serupa dialami pada masyarakat wilayah pelayanan
Puskesmas Rendang. Cakupan ASI eksklusif yang terdata melalui program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) selama dua tahun terakhir tidak pernah melampaui
35%. Bahkan, ditemukan kecenderungan cakupan ini menurun dengan data tahun
2016 dan 2017 secara berturut-turut yaitu 30% dan 27,03%.
Dalam mendukung target MDGs, WHO dan UNICEF telah
mempromosikan pemberian ASI eksklusif yang dimulai dengan inisiasi menyusui
dini (IMD) sejak tahun 2007 (Depkes, 2017). Usaha promosi dari WHO dan
UNICEF ini juga diteruskan Pemerintah Indonesia dengan penyusunan 10
Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui atau LMKM (Kementrian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, 2011)
2
Program ini pun telah diteruskan dan dilaksanakan di Puskesmas Rendang.
Melalui program KIA, Puskesmas Rendang secara rutin telah melakukan edukasi
mengenai ASI eksklusif pada ibu hamil selama kunjungan antenatal care dan ibu
dengan bayi juga selalu diingatkan mengenai IMD dan ASI eksklusif pasca
persalinan dan saat kunjungan poliklinik rutin masa nifas. Selain itu, kegiatan
posyandu juga biasanya diisi dengan penyuluhan mengenai ASI eksklusif. Akan
tetapi, dapat dilihat cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Rendang tetap rendah.
Berdasarkan kepustakaan, pengetahuan tentang ASI eksklusif terkait
dengan kebiasaan pemberian ASI eksklusif. Rachmaniah (2014) menemukan
adanya ibu yang memberikan ASI eksklusif memiliki pengetahuan umum tentang
ASI eksklusif yang lebih baik dari pada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif.
Akan tetapi, penelitian tersebut tidak menganalisa peran faktor lain, seperti
demografi dan dukungan, terhadap kebiasaan pemberian ASI eksklusif.
Dari sini kami berusaha menganalisa penyebab dari rendahnya cakupan
ASI di Puskesmas Rendang. Terdapat dua kemungkinan yang dapat terjadi yakni
pertama, edukasi dan promosi kesehatan dari pihak puskesmas tidak efektif
sehingga pengetahuan masayarakat, khususnya ibu dengan bayi, tetap rendah, atau
yang kedua, terdapat kesenjangan antara pengetahuan dan tindakan pemberian
ASI eksklusif. Kesenjangan tersebut mungkin dapat terjadi apabila terdapat
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebiasaan ASI eksklusif selain
pengetahuan.
sebagai faktor yang mempengaruhi perilaku ASI eksklusif melatarbelakangi
perlunya diadakan penelitian ini. Berdasarkan kekurangan data tersebut, kami
merumuskan penelitian ini untuk mengisi relung yang ada.
1.2 Rumusan Masalah
dengan perilaku pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Rendang, Karangasem?
3
Eksklusif dengan perilaku pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Rendang,
Karangasem
selain pengetahuan terhadap kebiasaan pemberian ASI Eksklusif dan sebagai
referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya terkait ASI Eksklusif
2. Puskesmas
pelaksanaan program KIA, dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kebiasaan pemberian ASI Eksklusif pada para ibu di Puskesmas Rendang,
4
2.1.1 Pengertian ASI
ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar
payudara wanita mealui proses laktasi. ASI merupakan hal yang mudah dan
murah untuk meningkatkan kesehatan dan keberlangsungan hidup bayi (Cohen,
2002). ASI terdiri dari berbagai komponen gizi dan non gizi, komposisinya tidak
sama selama periode menyusui (Proverawati, 2009).
Hormon prolaktin dari plasenta meningkat selama kehamilan namun ASI
belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Kadar
estrogen dan progesterone turun drastis sehingga pengaruh prolaktin lebih
dominan pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga mulai terjadi
sekresi ASI. Memberikan ASI lebih dini akan merangsang puting susu,
terbentuklah prolaktin oleh hipofisis sehingga sekresi ASI semakin lancar
(Kristiyanasari, 2009).
lobules dan alveolus kelihatan jelas akibat pengaruh hormone luteal dan placental
sex steroid, placental lactogen, prolaktin, serta hormon chorionic gonadotropin.
Pada fase kehamilan banyak prolaktin dilepaskan dan menstimulasi pertumbuhan
epitel dan menyebabkan sekresi. Prolaktin ini meningkat perlahan mulai
pertengahan trimester pertama dan pada trimester ke 3 kadar prolaktin dalam
darah 3 hingga 5 kali lebih tinggi dari normal dan epitel ke payudara mulai
memproduksi protein. Minggu ke 3 hingga 4 kehamilan sebagai akibat pengaruh
estrogen terjadi duktus yang bentuknya bercabang-cabang dan selain itu terjadi
juga pertumbuhan lobulus. Pada minggu ke 5 hingga 8 terjadi pembesaran
payudara yang jelas akibat proses sebelumnya, terjadi pelebaran vena superfisial,
payudara terasa memberat dan nipple areola menghitam. Pada trimester kedua, di
5
duktus secara cepat. Di bawah pengaruh prolaktin alveolus memproduksi
kolostrum nonfat. Setelah pertengahan trimester ke-2, pertambahan ukuran
payudara bukan karena pertumbuhan atau proliferasi epitel, akan tetapi akibat
pelebaran alveoli dengan kolostrum, jadi akibat hipertrofi miopitel sel, jaringan
ikat dan jaringan lemak. Laktasi mulai adekuat setelah minggu ke-16 kehamilan
(Prawirohardjo, 2014).
Pada awal trimester ke-2, alveolus payudara melepas lapisan superficial
cell A. pada trimester ke 2 dan 3 lapisan ini berdiferensiasi menjadi lapisan sel-sel
kolostrum dan eosinifilik sel, sel plasma dan lekosit di sekitar alveoli. Seiring
berlanjutnya kehamilan terjadi deskuamasi sel-sel epitel yang menumpuk.
Agregasi limfosit, sel-sel bundar dan deskuamasi sel-sel fagosit alveoli dapat
ditemukan dalam kolostrum (Prawirohardjo, 2014).
Fase laktogenesis akan memproduksi hormon prolaktin hingga epitel
kelenjar payudara (mammary epithelial cell) dari fase presecretory berubah
menjadi fase secretory. Dalam 4-5 hari pertama pascapersalinan, payudara
membesar sebagai akibat akumulasi dari sekresi alveolus dan duktulus payudara.
Sekresi pertama dinamakan kolostrum yang berwarna kekuningan dan sedikit
kental, kemudian menjadi serous. Kolostrum berisi laktoglobulin yang identik
dengan immunoglobulin. Proses sintesis air susu ibu dan sekresi dipengaruhi oleh
hormone prolaktin, pelepasan prolaktin ini dipengaruhi oleh proses pengisapan
karena melepaskan kortikotropin. Galaktogenesis merupakan proses pengendalian
dan mempertahankan laktasi (Prawirohardjo, 2014).
Dalam proses laktasi terdapat dua reflex yang penting, yaitu reflex
prolaktin dan reflex aliran yang timbul akibat perasangan puting susu oleh bayi.
Refleks prolaktik terjadi ketika bayu menyusui ujung saraf peraba yang terdapat
pada puting susu terangsang. Serabut afferent membawa rangsangan tersebut ke
hipotalamus di dasar otak, kemudian memacu hipofise anterior mengeluarkan
hormon prolaktin ke dalam darah, Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar
(alveoli) untuk memproduksi air susu. Stimuli isapan baik frekuensi, intensitas
dan lamanya bayi menghisap mempengaruhi jumlah prolaktin yang disekresi dan
jumlah susu yang diproduksi. Sedangkan rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi
6
oksitosin. Setelah oksitosin dilepas kedalam darah maka akan mengacu otot-otot
polos yang mengelilingi alveoli dan duktus serta sinus menuju puting susu.
Refleks let-down merupakan sensasi kesemutan. Atau dapat juga dirasakan
tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Kejiwaan ibu sangat
diadu oleh reflex tersebut.
Persiapan pemberian ASI pada ibu terjadi bersamaan dengan kehamilan,
dimulai dari payudara ibu yang semakin padat karena retensi air, lemak dan
berkembangnya kelenjar-kelenkar payudara yang terasa tegang dan sakit. Korpus
luteum berkembang dan mengeluarkan estrogen dan progesteron sehingga pada
waktunya dapat memberikan ASI. Estrogen akan mempersiapkan kelenjar dan
saluran ASI dalam bentuk proliferasi, deposit lemak, air dan elektrolit. Jaringan
ikat semakin banyak dan miopitel di sekitar kelenjar mamae semakin membesar,
sedangkan kematangan kelenjar mamae semakin meningkat karena progesteron
(Manuaba, 1998).
placental lactogen hormone. Terjadi peningkatan oksitosin dari hipofisis posterior
namun belum berfungsi mengeluarkan ASI karena terhalangi oleh hormone
estrogen dan progesterone. Seiring dengan perkembangan kehamilan, persiapan
untuk memberikan ASI semakin tampak dengan payudara yang semakin
membesar, puting susu semakin menonjol, pembuluh darah semakin tampak dan
areola mamae yang semakin menghitam.
Setelah persalinan hormone estrogen, progesterone dan human plasental
lactogen hormone dikeluarkan oleh plasenta berfungsi menghalangi peranan
prolaktin dan oksitosin menurun. Untuk mempercepat pengeluaran ASI, setelah
persalinan bahkan saat tali pusat belum dipotng bayi diletakkan di dada ibu dan
dibiarkan mencari puting susu hingga bayi mampu mengisap puting susu ibu agar
terjadi refleks pengeluaran prolaktin dan oksitosin. Isapan bayi sangat
7
mengurangi perdarahan postpartum (Manuaba, 1998).
Prolaktin dapat berfungsi membentuk ASI dan mengeluarknya ke dalam
alveoli bahkan hingga duktus kelenjar ASI setelah plasenta lahir dengan
menurunnya hormone estrogen, progesterone dan human placental lactogen
hormone. Isapan langsung pada puting susu ibu menyebabkan let down refleks
yang dapat mengeluarkan oksitosin dan hipofisis sehingga miopitel yang terdapat
di sekitar alveoli dan duktus kelenjar ASI berkontraksi dan mengeluarkan ASI ke
dalam sinus.
Komposisi ASI berbeda dengan susu formula karena bersifat khas untuk
bayi jika dilihat dari susunan kimianya, nilai biologisnya dan ASI memiliki
substansi yang spesifik (Manuaba, 1998).
ASI yang keluar pertama kali setelah proses persalinan yaitu kolostrum.
Pengeluaran kolostrum berlangsung sekitar dua tiga hari. Kolostrum berwarna
kuning jernih dengan protein berkadar tinggi. Kolostrum mengandung
immunoglobulin, laktoferin, lemak, ion-ion seperti Na, Ca, K, Zn, dan Fe, vitamin
A, E, K dan D serta rendah laktosa. Terdapat beberapa pengertian yang salah
mengenai kolostrum yang sering dikira sebagai ASI yang kotor dan buruk
sehingga tidak patut diberikan pada bayi, padahal kolostrum merupakan pembuka
jalan agar bayi dapat menerima ASI penuh. Kolostrum banyak mengandung
antibodi dan anti-infeksi serta dapat menumbuhkan flora normal pada usus bayi
untuk siap menerima ASI. Tidak ada ASI yang tidak berguna, semuanya telah
dipersiapkan untuk tumbuh kembang bayi hingga empat bulan setelah kelahiran.
Pengeluaran kolostrum diikuti oleh ASI transisi (antara), berwarna putih
bening dengan kandungan yang disesuaikan kebutuhan bayi dan kemapuan usus
bayi mencerna. Setelah itu, keluarlah ASI sempurna yaitu ASI penuh yang sesuai
dengan perkembangan usus bayi sehingga dapat menerim susunan ASI sempurna.
8
ASI Eksklusif merupakan makanan pertama dan utama yang terbaik bagi
bayi (Nurkhasanah, 2011). Pemberian ASI secara Eksklusif merupakan langkah
awal bagi bayi agar tumbuh dan tercipta sumber daya manusia yang tangguh,
sehat dan memiliki kecerdasan emosional dan sosial yang lebih unggul.
Memberikan ASI setelah persalinan memberikan perlindungan bayi baru lahir
terhadap infeksi dan pengaturan suhu tubuh dari bayi. Disebut ASI Eksklusif
apabila pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman tambahan lain.
ASI Eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan. (WH0, 2007).
Pemberian ASI sedini mungkin dan secara eksklusif akan membantu mencegah
berbagai penyakit pada anak seperti gangguan lambung dan saluran nafas serta
asma pada anak, disebabkan karena adanya antibodi yang terkandung dalam
kolustrum ASI, hal ini yang akan melindungi dan mencegah bayi baru lahir dari
timbulnya alergi. Sehingga kolostrum penting untuk dikonsumsi oleh bayi
(Rahmi, 2005). ASI Eksklusif diberikan dalam jangka waktu setelah bayi lahir
hingga 6 bulan pertama kelahiran. Kemudian setelah bayi berumur lebih dari 6
bulan, bayi baru boleh diperkenalkan dengan makanan tambahan dan ASI dapat
terus diberikan hingga usia 2 tahun atau lebih (Roesli,2008).
b. Manfaat pemberian ASI Eksklusif
Manfaat pemberian ASI eksklusif tidak hanya untuk bayi namun juga
terdapat manfaat untuk ibu. Konsumsi ASI eksklusif bayi akan mendapatkan
kolostrum, cairan kental berwarna kekuningan yang keluar beberapa jam setelah
ibu melahirkan, kolustrum mengandung zat kekebalan tubuh terutama
Immuniglobulin A (IgA) yang dapat melindungi bayi dari berbagai infeksi yang
dapat menyerang tubuh dan menyebabkan penyakit seperti diare. Selain itu
kolostrum dapat membantu pengeluaran meconium atau kotoran pertama bayi
(Roesli, 2005). ASI eksklusif secara tidak langsung dapat menyelamatkan
kehidupan bayi karena ASI eksklusif merupakan makanan terlengkap untuk bayi,
yang terdiri dari proporsi yang seimbang dan memiliki kuantitas zat gizi yang
diperlukan untuk kehidupan selama 6 bulan pertama (Bhandari,dkk, 2003).
9
Pemberian ASI Eksklusif merupakan pilihan yang tepat sebab ASI selalu
bersih, selalu siap sedia dalam suhu yang sesuai, mudah dicerna dan diserap.
Tidak ada yang perlu dikhwatirkan dalam pemberian ASI Eksklusif karena
pemberian ASI akan melindungi bayi baru labir dari berbagai penyakit terutama
gangguan pencernaan dan alergi sebab ASI tidak mengandung zat yang dapat
menimbulkan alergi (Mahtab, 2007). Sedangkan manfaat ASI Eksklusif bagi ibu
diantaranya pemberian ASI memberikan 98% kontrasepsi yang efiseien selama 6
bulan pertama setelah kelahiran apabila belum terjadi menstruasi kembali (Roesli,
2005). Pemberian ASI segera setelah melahirkan dalam kurun waktu 60 menit
akan membantu meningkatkan produksi ASI dan proses laktasi, membantu
mencegah payudara bengkak, serta membantu pengeluaran plasenta karena
isapan bayi merangsang kontraksi rahim, sehingga pemberian ASI dapat
menurunkan resiko pasca persalinan (Roesli,2008). Pemberian ASI dapat
membantu mengurangi beban kerja ibu karena selalu tersedia, bersih dan suhunya
cocok serta ekonomis. Yang paling penting adalah ASI dapat meningkatkan
hubungan batin antara ibu dan bayi.
2.1.5 Pemberian ASI bukan Eksklusif
Pemberian ASI bukan eksklusif dikatakan bila ASI diberikan oleh ibu
tidak secara penuh selama 6 bulan awal kelahiran tetapi diselingi oleh susu
formula, air atau makanan pendamping ASI (Yudha, 2010). Pemberian ASI bukan
eksklusif disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu, pemahaman tentang ASI
eksklusif, kurangnya dukungan anggota keluarga khususnya suami dan pengaruh
promosi susu formula. ASI eksklusif berkaitan dengan pengaruh penambahan
berat badan bayi. Pada penelitian menunjukkan bayi yang diberikan ASI eksklusif
akan mengalami penambahan berat badan dalam waktu 1 bulan sebanyak 300
gram lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI bukan eksklusif
(Alvarado, 2005).
Persepsi merupakan sebuah pandangan yang menimbulkan kecenderungan
untuk bertingkah laku atau bentuk respon evaluatif yaitu suatu respon yang telah
ada dalam pertimbangan individu (Soemarno, 1994).
Tingkatan persepsi seseorang dalam menerima masalah dapat dibagi
menjadi empat, diantaranya tingkat penerimaan (receiving), penjawaban
(responding), pemberian nilai (valuing) dan pengorganisasian (organization).
Tingkat penerimaan artinya bahwa seseorang ingin dan memperlihatkan stimuli
yang diberikan (objek). Pada tingkat penjawaban subjek akan memberikan
jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
Subjek akan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah pada tingkat pemberian nilai. Yang terakhir,
tingkat pengorganisasian yaitu subjek siap untuk bertanggung jawab terhadap
segala sesuatu resiko yang telah dipilihnya (Ngatimin, 2003).
2.1.7 Perilaku ASI Eksklusif
merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan yang dapat
diamati atau bahkan dapat dipelajari (Notoatmodjo, 2003).
Klasifikasi perilaku jika dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu perilaku tertutup dan perilaku terbuka. Perilaku
tertutup merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan, dan kesadaran yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas. Sedangkan
perilaku terbuka merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktek yang dapat mudah diamati ataupun dipelajari
(Notoatmojo, 2003).
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor psikologi mendasari ibu dan pendukunhnya untuk keberhasilan menyusui,
termasuk percaya diri ibu dan komitmen menyusui, terdapat kepuasan tersendiri
ketika bayi merasa kenyang. Faktor psikologi ibu juga bisa dipengaruhi oleh
dukungan keluarga dan tenaga kesehatan antara lain memberi dukungan informasi
termasuk bagian dari pengetahuan tentang keuntungan menyusui dan cara
menyusui yang tepat. Dukungan emosi termasuk memberi pengertian,
membesarkan hati dan menyayangi. Dukungan pertolongan termasuk memberikan
pertolongan fisik untuk dapat menyusui bayinya. Pemberi dukungan termasuk
keluarga, teman dan suami ataupun teman dekat, tenaga kesehatan dan lingkungan
sekitar.
beberapa pihak seperti keluarga, teman, guru dan petugas kesehatan. Dukungan
keluarga dan petugas kesehatan menunjukkan hubungan yang signifikan dengan
keinginan ibu untuk memberikan ASI eksklusif, sehingga semakin besar
dukungan semakin besar pula peluang ibu menyusui eksklusif. Dukungan teman
juga merupakan faktor penguat dan berpengaruh terhadap perilaku pemberian ASI
eksklusif (Ferawati, 2010).
Penelitian di lapangan menunjukkan kebanyakan ibu hamil dan ibu menyusui
yang telah mendapatkan penyuluhan tentang ASI tidak mempraktekkan
pengetahuan yang didapat karena lebih memilih saran yang diberikan oleh
keluarga. Strategi untuk memotivasi praktek pemberian ASI eksklusif yaitu
dengan meningkatkan keterlibatan suami, mertua serta anggota keluarga lainnya
(Widiastuti, 2004) Dari semua dukungan yang terima oleh ibu, dukungan suami
merupakan dukungan yang berarti bagi ibu. Suami dapat berperan aktif dalam
keberhasilan pemberian ASI eksklusif berupa dukungan secara emosional dan
bantuan-bantuan praktis seperti bergantian dalam mengasuh, mengganti popok
dan beberapa kegiatan lainnya (Roesli, 2009).
12
Teman atau masyarakat sekitar tempat tinggal menjadi lingkungan kedua
setelah keluarga yang paling dekat dengan ibu. Pengaruh yang kuat dari teman
dan masyarakat sekitar dapat berfungsi mendorong atau bahkan menghambat
seorang ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi, khususnya untuk teman
yang dinilai lebih berpengalaman dalam mengasuh. Teman-teman yang
mempunyai pengalaman atau pengetahuan tentang manfaat ASI dan
pemberiannya akan memberikan pengaruh atau dampak yang baik bagi sang ibu
begitu juga sebaliknya.
pemberian ASI belum secara optimal diberikan, selain itu kurangnya ketrampilan
petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan mengenai cara pemberian ASI
yang benar kepada ibu dan keluarga juga merupakan salah satu faktor penyebab
capaian ASI eksklusif belum optimal. Petugas kesehatan merupakan ujung
tombak keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Hal ini dapat diawali dengan
keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini serta pemberian motivasi untuk memberikan
ASI kepada ibu dan keluarga.
2.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan akan terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia baik indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2005). Pengetahuan atau kognitif
merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Pengetahuan dibutuhkan sebagai dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa
percaya diri maupun dengan dorongan perilaku setiap orang sehingga dapat
dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2005).
memahami (comprehension), aplikasi (application), analisa (analysis), sintesis
(synthesis) dan evaluasi (evaluation).
Yang termasuk mengingat kembali tahap suatu yang spesifik dari keseluruhan
badan yang dipelajari atau rangsangan. Tingkat ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Tingkat ke dua yaitu memahami
(comprehension), yaitu suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Tingkat ke tiga yaitu aplikasi yang diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan suatu materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real.
Tingkat yang lebih tinggi adalah analisa, dimana punya kemampuan untuk
menjabarkan materi suatu objek di dalam struktur organisasi tersebut dan masih
ada kaitannya satu sama lain. Kemudian sintesis, menunjukkan pada suatu
kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun suatu formulasi
baru dari formulasi yang ada. Sedangkan evaluasi berkaitan dengan pengetahun
untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Dimana evaluasi
merupakan tingkat pengetahuan yang paling tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan, media
masa atau sumber informasi, sosial budaya, lingkungan dan pengalaman.
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Media
masa sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti televise,
radio, surat kabar, majalah dan internet mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Sosial budaya merupakan kebiasaan
dan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakukan baik atau buruk. Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada
disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Sedangkan
pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecah masalah yang dihadapi masa lalu.
14
Masa produksi wanita pada dasarnya dibagi menjadi tiga periode yaitu
reproduksi muda (15-19 tahun), reproduksi sehat (20-35 tahun) dan reproduksi tua
(36-45 tahun). Pembagian tersebut berdasarkan atas data epidemiologi bahwa
resiko kehamilan rendah pada kurun reproduksi sehat dan meningkat lagi secara
tajam pada kurun reproduksi tua.
Masyarakat yang mempunyai kebiasaan kawin muda, dianjurkan untuk
menunda kehamilan dulu hingga paling sedikit berumur 18 tahun. Karena jika
hamil pada usia kurang dari 18 tahun sering melahirkan berat bayi rendah (BBLR)
dimana angka kesakitan dan kematiannya tinggi, hal tersebut terjadi dipengaruhi
oleh pemberin ASI dan resiko terhadap ibu tinggi. Demikian pula dianjurkan
untuk tidak hamil sesudah umur 35 tahun, karena resiko untuk ibu dan bayi
semakin meningkat (Atabik, 2013).
Paritas merupakan klasifikasi wanita berdasarkan banyaknya mereka yang
melahirkan bayi yang usia gestasinya lebih dari 24 minggu. Dalam sejumlah
penelitian didapatkan terdapat hubungan antara paritas dengan pemberian ASI
Eksklusif. Paritas sangat berpengaruh sekali terhadap penerimaan seseorang
terhadap pengetahuan, semakin banyak pengalaman seorang ibu maka penerimaan
akan pengetahuan akan semakin mudah. Dimana sesuatu yang dialami seseorang
akan menambah pengetahuan yang didapat. Pengalaman sebagai sumber
pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan
cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan
masalah yang dihadapi di masa lalu. (Mabud, 2014)
2.3.3 Pekerjaan Ibu
Salah satu aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan-gerakan yang dinamakan kerja.
Bekerja mengandung arti melaksanakn suatu tugas yang diakhiri dengan buah
karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan (esther, 2013).
15
Waktu kerja yang dimaksud yaitu 7 jam sehari dan 40 jam seminggu untuk
6 hari kerja dalam seminggu atau 8 jam sehari atau 40 jam seminggu untuk 5 hari
kerja dalam seminggu. Ibu yang bekerja merupakan salah satu kendala dalam
peningkatan pemberian ASI secara eksklusif yang menyebabkan penggunaan susu
formula secara dini sehingga menggeser atau menggantikan ASI (Depkes RI,
2002). Namun, seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara
eksklusif bila memiliki pengetahuan dan motivasi yang benar tentang menyusui,
perlengkapan memerh ASI dan dukungan lingkungan kerja yang positif, sehingga
bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif yang
harus dijalani selama enam bulan tanpa intervensi makanan dan minuman lain
meskipun hanya mendapatkan cuti hamil selama tiga bulan (Utami, 2000). Hal
terpenting untuk ibu bekerja yaitu dukungan untuk melakukan menyusui secara
eksklusif dalam enam bulan pertama dan melanjutkan menyusui setelah pemberin
makanan pendamping (Depkes RI, 2002).
2.3.4 Pendidikan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. Pendidikan merupakan suatu proses pengalaman karena kehidupan
adalah pertumbuhan. Pendidikan artinya membantu pertumbuhan batin tanpa
dibatasi oleh usia. Secara umum mudah diduga bahwa tingkat pendidikan ibu
mempengaruhi pengetahuan dan kebiasaan ASI eksklusif serta keadaan gizi anak.
Ibu dengan tingkat pendidikan lebih tinggi umumnya yang akan mempunyai
pengetahuan tentang gizi yang lebih baik, demikian juga halnya dalam
pemahaman akan manfaat ASI untuk anak, secara umum dinyatakan bahwa ibu
yang memiliki pendidikan lebih memiliki tingkat pemahaman yang tinggi pula
(Ratna, 2000). Dalam suatu kondisi, seorang ibu yang hanya tamat SD belum
tentu tidak mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi
dibandingkan dengan orang yang lebih tinggi pendidikannya. Ibu yang memiliki
pendidikan kurang pun tidak mustahil memiliki pengetahuan gizi yang lebih baik
16
bila rajin mendengarkan TV, radio serta penyuluhan. Hal yang harus diingat dan
dipertimbangkan adalah faktor tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang diperolehnya. Kejadian
gizi buruk dapat dihindari apabila ibu memiliki pengetahuan yang cukup tentang
cara memelihara gizi dan mengatur makanan anak. Memburuknya gizi anak dapat
terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai tata cara pemberian ASI kepada
anaknya. Keadaan tersebut akan membawa pengaruh buruk terhadap tingkat gizi
anak (Ratna,2000).
3.1 Kerangka Berpikir
manusia Indonesia yang berkualitas dan sebagai salah satu upaya untuk
mengurangi risiko kematian bayi. Meskipun telah dimandatkan dalam Peraturan
Pemerintah, cakupan ASI Eksklusif di Indonesia hingga saat ini masih rendah.
Kesenjangan yang terjadi baik dimulai dari tingkat pengetahuan yang masih
rendah hingga berbagai macam faktor lainnya seperti faktor pekerjaan, budaya
dan istiadat yang dapat memengaruhi perilaku ASI Eksklusif pada ibu. Berbagai
macam faktor tersebut menyebabkan pengetahuan yang baik akan ASI Eksklusif
tidak selalu diikuti dengan perilaku ASI Eksklusif yang baik pula, begitu juga
sebaliknya.
Puskesmas Rendang, Karangasem mengalami penurunan cakupan ASI
Eksklusif selama 3 bulan terakhir, hal tersebut membuat penelitian ini semakin
penting untuk dilakukan untuk menelusuri masalah yang sebenarnya terjadi di
lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kembali tingkat
pengetahuan mengenai ASI Eksklusif secara umum dan mencaritahu faktor-faktor
potensial yang berpengaruh terhadap perilaku ASI Eksklusif pada para ibu di
wilayah kerja Puskesmas Rendang, Karangasem.
18
konsep penelitian sebagai berikut:
Gambar 3.1 Konsep Penelitian
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa variabel bebas dalam penelitian ini
adalah tingkat pengetahuan mengenai ASI eksklusif dan variabel terikat adalah
perilaku pemberian ASI eksklusif. Variabel perancu dalam penelitian ini
merupakan karakteristik demografi ibu, persepsi ibu mengenai ASI eksklusif dan
faktor dukungan dalam pemberian ASI eksklusif yang berasal dari suami dan
anggota keluarga. Adanya kemungkinan hubungan antara karakteristik demografi
dengan tingkat pengetahuan mengenai ASI eksklusif tidak diteliti. Selain itu,
kemungkinan adanya hubungan antara pengetahuan dengan persepsi ASI
eksklusif juga tidak diteliti dalam penelitian ini.
19
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang ASI eksklusif
dengan kebiasaan pemberian ASI eksklusif pada ibu dengan anak usia 6-24 bulan
di wilayah kerja Puskesmas Rendang, Karangasem tahun 2018.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1 Tempat Penelitian
Karangasem
pelaksanaan penelitian, pengumpulan dan analisis data yang dilakukan pada bulan
September hingga Oktober 2018 yang kemudian dikaji dan dibuat dalam bentuk
laporan.
4.3.1 Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah ibu dengan satu anak atau lebih
yang berusia 6-24 bulan.
4.3.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah ibu dengan satu anak atau
lebih yang berusia 6-24 bulan yang mendatangi Puskesmas Rendang dan
Posyandu Puskesmas Rendang, Karangasem dari bulan September hingga oktober
2018.
20
A. Kriteria Inklusi Sampel:
Ibu dengan satu anak atau lebih yang berusia 6-24 bulan yang tinggal
serumah bersama anaknya dan bersedia untuk menjadi responden
penelitian
HIV/AIDS, Hepatitis B dan lain-lain
b) Anak lahir prematur
4.3.4 Cara Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini pemilihan sampel dilakukan dengan teknik consecutive
sampling, di mana peneliti akan mendatangi puskesmas induk dan posyandu di
banjar desa kemudian menerima siapapun calon responden yang memenuhi
kriteria inklusi sampel dan tidak memenuhi kriteria eksklusi sampai memenuhi
jumlah sampel minimal atau waktu pengumpulan sampel telah selesai.
4.3.5 Besar Sampel Penelitian
berikut:
Keterangan:
Zβ = Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20%, maka Zβ= 0,84
P2 = Proporsi ibu dengan anak usia 6-24 bulan yang memiliki pengetahuan
baik mengenai ASI eksklusif dan memberikan ASI eksklusif = 0,40 (Rachmaniah,
2014)
P1 = Proporsi ibu dengan anak usia 6-24 bulan yang memiliki pengetahuan
kurang baik mengenai ASI eksklusif dan memberikan ASI eksklusif = 0,13
(Rachmaniah, 2014)
0,27.
adalah 82 subjek.
4.4 Variabel Penelitian
1. Umur Ibu
Merupakan lama hidup dalam satuan tahun dari lahir sampai saat
penelitian sesuai pengakuan responden dalam kuesioner.
Alat ukur: kuisioner
pendidikan dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu Tidak Sekolah, Tamat
SD, Tamat SMP, Tamat SMA, Tamat S1/D4/D3 dan Tamat S2/S3.
Tingkat pendidikan kemudian dibagi lagi menjadi kategori yang lebih
sederhana yaitu tingkat pendidikan rendah (tidak sekolah sampai tamat
SMP) dan tingkat pendidikan tinggi (tamat SMA sampai tamat S2/S3).
Alat ukur: kuisioner
dalam upaya memenuhi kehidupan keluarga. Jenis-jenis pekerjaan
dikelompokkan menjadi Ibu Rumah Tangga, PNS / TNI / Polri /
BUMN / BUMD, Pegawai Swasta, Wiraswasta, Petani, Buruh, dan
lainnya. Pekerjaan ini kemudian dibagi menjadi kategori tidak bekerja
bagi ibu rumah tangga dan bekerja bagi pilihan pekerjaan lainnya.
Alat ukur: kuisioner
menjadi menikah dan belum menikah/janda
Alat ukur: kuisioner
Jumlah anak yang lahir hidup pada saat penelitian sesuai pengakuan
responden dalam kuisioner
Alat ukur: kuisioner
6. Umur Bayi
Lama hidup anak dalam satuan bulan dari lahir hingga saat penelitian
berdasarkan pengakuan ibu dan melihat buku Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA)
berdasarkan pengakuan ibu sebagai responden
Alat ukur: kuisioner
yang diketahui oleh responden mengenai ASI Eksklusif. Adapun
tingkat pengetahuan ASI Eksklusif yang diteliti merupakan
pengetahuan umum yang mencakup komponen definisi, manfaat ASI
eksklusif dan tata laksana ASI eksklusif yang baik dan benar.
Pengetahuan dibagi menjadi pengetahuan kurang dan pengetahuan baik.
Alat ukur: kuisioner
dalam memberikan ASI pada anaknya saat berusia 0-6 bulan tanpa
pemberian makanan atau minuman tambahan, termasuk air putih.
Perilaku dibagi menjadi perilaku tidak ASI eksklusif dan perilaku ASI
eksklusif.
kebudayaan dan istiadat. Persepsi dibagi menjadi persepsi baik dan
persepsi kurang baik.
Alat ukur: kuisioner
Adalah sumber dukungan sosial yang dapat memotivasi ibu untuk
memberikan ASI eksklusif. Dukungan sosial ini berasal dari orang-
orang yang paling sering bertemu ibu dan mempunyai pengaruh dalam
kehidupannya seperti suami dan anggota keluarga suami dan/atau istri.
Faktor dukungan dibagi menjadi dukungan kurang dan dukungan baik.
Alat ukur: kuisioner
Kuisioner yang digunakan mencakup pertanyaan mengenai pengetahuan
dasar tentang ASI eksklusif mencakup definisi, manfaat dan tata laksana ASI
eksklusif; perilaku ASI eksklusif; persepsi ASI eksklusif dan faktor dukungan
dalam pemberian ASI eksklusif. Skor maksimal untuk tingkat pengetahuan
yaitu 14, untuk persepsi ASI eksklusif yaitu 20 dan faktor dukungan
sebanyak 28. Sementara perilaku diinterpretasikan sebagai perilaku tidak ASI
eksklusif dan perilaku ASI eksklusif, di mana bagi ibu yang tidak
memberikan ASI secara eksklusif ditanyakan lebih lanjut mengenai makanan
24
pengganti. Seluruh total skor untuk masing-masing variabel akan dicari cut-
off point nya berdasarkan sebaran data hasil kuisioner. Dalam kuisioner ini
juga terdapat pertanyaan mengenai sumber informasi ASI eksklusif yang
sampai saat ini telah didapatkan oleh responden. Kuisioner dapat diisi sendiri
atau dibantu oleh peneliti apabila responden berkenan.
4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data
1. Peneliti datang ke Puskesmas Induk Rendang/Posyandu di lingkungan
Puskesmas Rendang
eksklusi
penelitian dengan menandatangani informed consent
4. Peneliti meminta responden untuk mengisi kuisioner atau peneliti
membantu membacakan kuisioner untuk dijawab oleh responden
5. Data yang telah diisi oleh responden melalui kuisioner, kemudian
dikumpulkan dan dianalisis secara statistik untuk mengetahui tingkat
pengetahuan para ibu di lingkungan Puskesmas Rendang mengenai ASI
eksklusif dan hubungannya dengan perilaku pemberian ASI eksklusif.
4.7 Ruang Lingkup
Penelitian ini memiliki ruang lingkup yaitu semua ibu dengan anak berusia
6-24 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Rendang dan posyandu Puskesmas
Rendang, Karangasem pada bulan September hingga Oktober 2018 yang bersedia
untuk terlibat dalam penelitian.
4.8 Analisis Data
Data yang di dapat kemudian dimasukkan dalam tabel kerja dan dianalisis:
1. Analisis univariat
variabel pada sampel dan menentukan cut-off point yang akan digunakan
25
dan faktor pendukung dalam pemberian ASI eksklusif
2. Analisis bivariat
pendidikan, pekerjaan ibu, persepsi dan faktor pendukung ASI eksklusif)
dengan variabel terikat (perilaku dalam pemberian ASI eksklusif). Analisis
bivariat yang dilakukan antara lain chi-square atau fisher-exact tergantung
pada distribusi data.
3. Analisis multivariat
variabel perancu dalam mempelajari hubungan antara variabel bebas
dengan terikat yang terbukti signifikan melalui analisis bivariat, di mana
dalam penelitian ini usia ibu terhadap hubungan tingkat pengetahuan ASI
eksklusif dengan perilaku ASI eksklusif. Analisis multivariat yang
dilakukan yaitu multiple regression.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
5.1 Distribusi Karakteristik Demografi
Penelitian ini dilakukan pada ibu dengan anak berusia 6-24 bulan yang
mendatangi puskesmas atau posyandu di wilayah kerja Puskesmas Rendang,
Karangasem. Adapun responden penelitian berasal dari wilayah Desa Besakih,
Desa Menanga, Desa Rendang, Desa Nongan dan Desa Pempatan sebanyak 83
orang. Responden dipilih dengan menggunakan metode consecutive sampling,
yaitu semua responden yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi
kriteria eksklusi pada setiap waktu pengumpulan sampel akan diterima sebagai
responden hingga jumlah sampel minimal telah terpenuhi atau waktu penelitian
habis. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner terstruktur
yang dapat diisi sendiri oleh responden ataupun dibacakan oleh peneliti.
Berdasarkan hasil analisis univariat data karakteristik demografi, maka didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Demografi Ibu dan Anak Usia 6-24 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Rendang, Karangasem Pada Bulan September-Oktober 2018
Karakteristik Demografi Frekuensi
(n = 83) Proporsi
Pendidikan rendah Pendidikan tinggi
70 13
84,3 15,7
2
81
2,4
97,6
46 37
55,4 44,6
Umur Bayi Terakhir (Bulan) 13,70 12,26-15,13 Jenis Kelamin Bayi Terakhir
Laki-laki Perempuan
43 40
51,8 48,2
Sebanyak 83 orang responden telah berhasil dikumpulkan. Rerata usia
responden adalah 25,9 tahun dengan CI95% 25,14 tahun hingga 26,67 tahun.
Empat puluh tujuh responden atau 56,6% berpendidikan kurang dari tamat SMA
dan sebagian besar (84,4%) tidak bekerja atau bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Sebagian besar responden (97,6%) berstatus menikah dan 55,4% di antaranya saat
ini merawat anak pertama. Adapun bayi responden sebagian besar berjenis
kelamin laki-laki (51,8%) dengan rerata usia 13,7 bulan (CI95% 12,6 – 15,13).
5.2 Distribusi Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalam studi ini yaitu tingkat pengetahuan mengenai
ASI Eksklusif, persepsi ASI eksklusif, perilaku ASI Eksklusif dan faktor
dukungan dalam pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan distribusi total skor dari
masing-masing variabel, maka ditentukan cut-off point untuk mengelompokkan
masing-masing kategori variabel. Seluruh variabel penelitian menunjukkan
distribusi tidak normal, maka cut-off point ditentukan berdasarkan nilai median
dari masing-masing total skor.
Tingkat pengetahuan dibagi menjadi pengetahuan kurang dan pengetahuan
baik di mana 69,9% dari sampel memiliki pengetahuan yang baik mengenai ASI
eksklusif. Persepsi ASI eksklusif yang baik mendominasi dengan 74,7%, diikuti
dengan perilaku tidak ASI eksklusif yaitu 79,5% dari seluruh sampel. Lebih dari
setengah sampel yaitu 55,4% mengaku mendapatkan dukungan yang baik dalam
memberikan ASI eksklusif.
Adapun beberapa alasan utama bagi para responden yang tidak
memberikan ASI eksklusif yaitu dimulai dari ASI yang dianggap tidak dapat
keluar atau keluar sedikit, bayi yang tidak mau meminum ASI dan alasan
pekerjaan ibu. Ibu yang tidak memberikan ASI nya secara eksklusif mengganti
ASI dengan susu formula saja atau ditambah dengan bubur ataupun nasi tim (data
tidak ditampilkan).
Tabel 2. Distribusi Variabel Penelitian Tingkat Pengetahuan Ibu, Kebiasaan ASI
Eksklusif dan Faktor Pendukung dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Rendang, Karangasem Pada Bulan September-Oktober 2018
Variabel Penelitian Frekuensi
Persepsi dengan Perilaku ASI Eksklusif
Kami melakukan tabulasi silang dengan analisa Chi-Square untuk
memeriksa asosiasi antara pengetahuan umum tentang ASI eksklusif dengan
perilaku ASI eksklusif responden. Hasilnya kami menemukan tidak ada asosiasi
signifikan antara kedua variabel tersebut dengan nilai p sebesar 0,209 (lihat Tabel
3).
29
Tabel 3. Hasil Uji Analisis Chi-Square Variabel Pengetahuan Mengenai ASI Eksklusif dan Perilaku ASI Eksklusif
Perilaku tidak ASI eksklusif (%)
Pengetahuan kurang
Pengetahuan baik
22 (88,0)
44 (75,9)
3 (12,0)
perilaku ASI eksklusif. Keduanya juga tidak berasosiasi signifikan. Nilai korelasi
Chi-Square persepsi dan perilaku yaitu 1,130 dengan nilai p keduanya lebih dari
0,05 (lihat Tabel 4).
Tabel 4. Hasil Uji Analisis Chi-Square Variabel Persepsi dan Perilaku ASI Eksklusif
Perilaku tidak ASI eksklusif (%)
Persepsi kurang baik
Kedua hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mengenai ASI
eksklusif yang baik pada sampel penelitian di Puskesmas Rendang belum tentu
diikuti dengan perilaku ASI yang eksklusif. Begitu pula dengan persepsi yang
berperan sebagai variabel perancu, tidak berhubungan dengan perilaku ibu
menyusu. Hasil ini berbeda dengan temuan sebelumnya. Penelitian oleh Chezem
dkk menemukan tingkat pengetahuan berasosiasi signifikan dengan keinginan
atau niat untuk memberikan ASI eksklusif dan signifikan (p < 0.0001) berasosiasi
dengan durasi ASI eksklusif (Chezem, 2003). Sementara itu, Stuebe dan Bonuck
secara spesifik menemukan pengetahuan mengenai komparasi manfaat susu
formula dan ASI terkait dengan niat dan kebiasaan memberikan ASI eksklusif
(Stuebe dan Bonuck, 2011).
dimiliki oleh ibu dengan perilaku ASI eksklusif. Tingkat pengetahuan mengenai
ASI eksklusif yang cukup baik di Puskesmas Rendang membuktikan bahwa
program penyuluhan ASI eksklusif memang sudah dilakukan dengan efektif,
sehingga pengetahuan sesungguhnya bukan lagi masalah yang menyebabkan
terhambatnya keberhasilan ASI eksklusif di Puskesmas Rendang. Kesenjangan
antara pengetahuan dan perilaku ASI eksklusif yang ditemukan justru
memperkuat dugaan adanya pengaruh dari berbagai faktor lainnya secara
kompleks, baik secara internal seperti persepsi dan keyakinan dari ibu itu sendiri,
(dimana telah dibuktikan tidak berhubungan signifikan) dan eksternal seperti
faktor sosial dan budaya.
Perilaku ASI Eksklusif
Dari seluruh karakteristik demografi yang diteliti, tidak ada satupun yang
berhubungan signifikan dengan perilaku ASI eksklusif (lihat Tabel 5). Hal ini
berlawanan dengan studi-studi sebelumnya yang menyatakan bahwa usia yang
lebih matang dan siap, multipara, tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan
meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif (Atabik, 2013; Mabud, 2014; Ratna,
2000), dan ibu yang lebih sibuk bekerja akan terhambat untuk memberikan ASI
nya secara eksklusif (Utami, 2000). Kami kemudian mencoba menganalisis
kemungkinan variabel perancu lainnya yaitu faktor dukungan dalam memberikan
ASI eksklusif.
Faktor dukungan sosial yang berasal dari suami dan keluarga ditemukan
signifikan berhubungan dengan perilaku ASI eksklusif. Di mana ibu dengan
suami maupun keluarga besar yang memberikan dukungan atau motivasi yang
besar menunjukkan kebiasaan ASI eksklusif yang lebih baik dibandingkan mereka
yang tidak mendapatkan dukungan sosial yang cukup (p < 0,01) (lihat Tabel 6).
Hasil ini sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya, di mana sebuah
penelitian di Australia menemukan bahwa dukungan dari suami berpengaruh
positif terhadap keberhasilan dan durasi ASI eksklusif (Tohota, 2009). Selain itu,
31
dukungan sebaya dari ibu menyusui lain di lingkungannya serta dukungan dari
keluarga perempuan dari ibu menyusui seperti ibu, ibu mertua, serta nenek juga
mendukung keberhasilan dan durasi ASI eksklusif (Arlotti, 1998). Temuan
signifikan hanya pada satu variabel mengindikasikan tidak perlunya dilakukan uji
analisis multivariat untuk mengontrol variabel perancu lainnya.
Tabel 5. Hasil Uji Analisis Mann-Whitney Karakteristik Demografi Umur Ibu dan
Perilaku ASI Eksklusif
Umur Ibu
Ibu dengan perilaku ASI eksklusif
66
17
42,82
38,82
0,541
(Kecuali Umur Ibu), Faktor Dukungan dalam Pemberian ASI Eksklusif dan
Perilaku ASI Eksklusif
consecutive sampling yang di mana responden yang datang ke Puskesmas
Rendang ataupun Posyandu tidak diacak. Selain itu, penelitian ini tidak meneliti
tingkat pengetahuan mengenai ASI eksklusif secara komponen yang terbagi,
sehingga belum mampu membuktikan secara spesifik hubungan setiap komponen
pengetahuan dengan perilaku ASI eksklusif.
Pengaruh faktor dukungan tidak diteliti lebih lanjut terkait alasan para ibu
yang mengaku tidak mendapatkan dukungan sosial yang cukup dalam menyusu
secara eksklusif, di mana hal ini seharusnya dapat dihubungkan dengan
karakteristik demografi, contohnya ibu yang terlalu sibuk bekerja sehingga hanya
mengandalkan pada susu formula, sehingga suami dan anggota keluarga jarang
mengingatkan untuk memberikan ASI kembali. Persepsi ASI eksklusif yang juga
ditemukan tidak berhubungan dengan perilaku ASI eksklusif dalam penelitian ini
menunjukkan suatu kesenjangan dari teori, belum diteliti lebih lanjut terkait faktor
penyebabnya. Hal ini juga apabila ditelusuri dapat dihubungkan dengan
karakteristik demografi ibu sehingga dapat menjelaskan kesenjangan yang terjadi.
Faktor Pendukung ASI Eksklusif
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan
mengenai ASI eksklusif pada ibu di wilayah kerja Puskesmas Rendang tidak
berasosiasi dengan perilaku ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan bukanlah penyebab utama dari masih rendahnya cakupan ASI
eksklusif di Puskesmas Rendang, melainkan adanya potensi faktor-faktor lain
yang mempengaruhi secara kompleks perilaku ibu dalam menyusu, di mana
dalam penelitian ini ditemukan faktor dukungan sosial dari suami dan keluarga.
Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa para ibu di lingkungan
Puskesmas Rendang telah mendapatkan penyuluhan atau edukasi yang baik
mengenai ASI eksklusif, hal ini terbukti dari tingginya proporsi ibu yang
mendapatkan informasi mengenai ASI eksklusif dari tenaga kesehatan sejak masa
kehamilan, setelah persalinan hingga saat melakukan kunjungan poliklinik rutin
setelah melahirkan.
6.2 Saran
Penelitian selanjutnya terkait ASI eksklusif di Puskesmas Rendang agar lebih
menekankan pada pembagian komponen pengetahuan dan mencaritahu hubungan
tiap komponen pengetahuan dengan perilaku ASI eksklusif. Selain itu,
kesenjangan yang terjadi antara persepsi dan perilaku perlu diteliti untuk lebih
menjelaskan potensi hubungan kausal yang terjadi, sehingga mampu
membuktikan faktor-faktor penyebab dari masih rendahnya cakupan ASI
eksklusif di Puskesmas Rendang.
Selain itu, saran bagi para tenaga kesehatan di lingkungan Puskesmas
Rendang adalah untuk lebih menekankan pada konseling ibu dibandingkan
memberikan edukasi terkait pengetahuan umum saja guna mengetahui hambatan
dan keluhan ibu yang sebenarnya dalam memberikan ASI eksklusif. Para ibu di
lingkungan Puskesmas Rendang telah memiliki tingkat pengetahuan dasar
mengenai ASI eksklusif yang baik, sehingga konseling yang mendalam mungkin
lebih dibutuhkan untuk mengetahui masalah yang sebenarnya terjadi di lapangan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Arlotti JP, Cottrell BH, Lee SH, Curtin JJ. Breastfeeding among low-income
women with and without peer support. Journal of community health
nursing. 1998 Sep 1;15(3):163-78.
Bhandari N, Bahl R, Mazumdar S, Martines J, Black RE, Bhan MK. Effect of
community-based promotion of exclusive breastfeeding on diarrhoeal
illness and growth: a cluster randomized controlled trial. Infant Feeding
Study Group. Lancet 2003; 361: 1418 –1423.
(Abstract)
confidence, and infant feeding plans: effects on actual feeding practices.
Journal of Obstetric, Gynecologic, & Neonatal Nursing. 2003 Jan;32(1):40-
7.
Cohen R, Lange L, Slusser W. A description of a male-focused
breastfeeding promotion corporate lactation program. J Hum Lact
2002; 18: 61–65.
Eksklusif Pada Anak Umur 6-24 bulan di Kelurahan Pondok Cina
Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2010, skripsi, FKM UI, Depok.
Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Mahtab S, 2007; Maternal nutrition status and practice & perinatal, neonatal
mortality in rural Andhara Pradesh, India., Indian J Med Res 127, January
2008, pp 44-51
Notoatmojo, s. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta. PT Renika
Cipta.
Prawirohardjo, 2014
Proverawati, A. Asfuah, S. 2009. Buku Ajar Gizi dan Kebidanan. Nuha Medika,
Yogyakarta
35
Rahmi, Halohalo parenting guide, Menyusui Dini Cegah Kematian Balita. Selasa,
29-Januari-2008 20:36:07
Roesli, Mengenal ASI Ekkslusif seri 1, PT Pustaka Pembangunan Swadaya
Nusantara, 2005.
Stuebe AM, Bonuck K. What predicts intent to breastfeed exclusively?
Breastfeeding knowledge, attitudes, and beliefs in a diverse urban
population. Breastfeeding Medicine. 2011 Dec 1;6(6):413-20.
Tohotoa J, Maycock B, Hauck YL, Howat P, Burns S, Binns CW. Dads make a
difference: an exploratory study of paternal support for breastfeeding in
Perth, Western Australia. International breastfeeding journal. 2009
Dec;4(1):15.
Widiastuti, 2004, Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian
ASI EKsklusif pada bayi usia 0-4 bulan di kecamatan Balik bukit kabupaten
Lampung Barat, FKM UI. Depok
WHO. Evidence for the Ten Steps to Successful Breastfeeding. Geneva,
Switzerland: Family and reproductive health, Division of child health and
development, WHO, 1998.