Penelitian Asi Eksklusif Didesa Wage 2011

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas dan pemeliharaan status kesehatan holistik Sumber Daya Manusia (SDM) dimulai sejak janin, bayi, anak, remaja, dewasa, sampai usia lanjut, atau dikenal dengan sepanjang siklus kehidupan. Setiap tahap dari siklus tersebut, manusia menghadapi berbagai masalah yang berbeda khususnya masalah gizi yang harus diatasi dengan cepat dan tepat waktu. Salah satu upaya untuk memperoleh tumbuh kembang yang baik adalah dengan pemberian ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, selanjutnya pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berumur 24 bulan. Oleh karena itu menyiapkan dan mengajarkan ibu agar dapat memberikan ASI merupakan bagian dari upaya peningkatan SDM. Karena bayi dan anak lebih sehat sehingga akan menurunkan angka kesakitan sekaligus meningkatkan kualitas SDM yang bersangkutan di tahap berikutnya (DEPKES RI, 2005). Salah satu pengalaman yang berharga yang dialami ibu dan bayi adalah menyusui bayi secara Eksklusif. Sayangnya tidak semua ibu menyadari akan pentingnya pemberian ASI Eksklusif tersebut. ASI mengandung semua nutrisi penting yang diperlukan bayi untuk tumbuh kembangnya, disamping itu juga mengandung antibodi yang akan membantu bayi membangun sistem kekebalan tubuh dalam masa pertumbuhannya. Pemberian ASI Eksklusif juga dapat menciptakan iklim psikologis dan kasih sayang yang kuat antara ibu dan bayi. Dalam era globalisasi banyak ibu yang bekerja, keadaan ini sering

2

menjadi kendala bagi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya sehingga pemberian ASI Eksklusif mungkin tidak tercapai (Mardiati, 2008). Hak bayi mendapatkan ASI diartikan mendapat ASI sesuai dengan resolusi World Health Assembly (WHA) tahun 2001, yaitu bayi mendapat ASI Eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan, selanjutnya diberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dan pemberian ASI diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih (IDAI Cabang DKI Jakarta, 2008). Praktek pemberian ASI di negara berkembang telah berhasil menyelamatkan sekitar 1,5 juta bayi pertahun dari kematian dan kesakitan, atas dasar tersebut World Health Organitation (WHO) merekomendasikan untuk hanya memberikan ASI sampai bayi 6 bulan. Setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi di Indonesia dan 1, 3 juta bayi diseluruh dunia dapat diselamatkan dari kematian dengan pemberian ASI Eksklusif (DEPKES RI, 2005). Berdasarkan penelitian WHO (2000) di enam negara berkembang, risiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40 % jika bayi tersebut tidak disusui, untuk bayi berusia di bawah dua bulan, angka kematian meningkat menjadi 48 % (Roesli, 2008). Pemberian ASI secara Eksklusif dapat mencegah kematian balita sebanyak 13 %. Pemberian makanan pendamping ASI pada saat 6 bulan dan jumlah yang tepat dapat mencegah kematian bayi sebanyak 6 % sehingga pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan dilanjutkan dengan pemberian ASI sampai lebih 2 tahun bersama makanan pendamping ASI yang tepat dapat mencegah kematian balita sebanyak 19 % (Suradi, 2008).

3

Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1994 dan 1997 dilaporkan bahwa para ibu yang memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya dibawah 4 bulan baru mencapai 47 % dan 52 %. Angka ini jauh dari target yang harus dicapai dalam Repelita VI yaitu sebesar 80 %. Untuk mencapai target ini perlu usaha yang keras melalui penyuluhan kepada masyarakat luas (Purnamawati, 2003). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 dan 2002, lebih dari 95 % ibu pernah menyusui bayinya. Tapi, jumlah ibu yang menyusui dini (IMD), cenderung menurun 8 % pada tahun 1997 menjadi 3,7 % pada tahun 2002. Cakupan ASI Eksklusif 6 bulan juga menurun dari 42,4% pada tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun 2002 (AIMI, 2005). Pemberian ASI Eksklusif di daerah perkotaan lebih rendah 44,3 % dibandingkan pedesaan. Proporsi pemberian ASI pada bayi kelompok usia 0 bulan 73,1 %, 1 bulan 55,5%, 2 bulan 43%, 3 bulan 36 % dan kelompok usia 4 bulan 16,7 %. Dengan bertambahnya usia bayi terjadi penurunan pola pemberian ASI sebesar 1,3 kali atau sebesar 77, 2%. Hal ini memberikan adanya hubungan antara pemberian ASI dengan sosial ekonomi ibu dimana ibu mempunyai sosial ekonomi rendah mempunyai peluang 4,6 kali untuk memberikan ASI dibanding ibu dengan sosial ekonomi tinggi. Bertambahnya pendapatan keluarga atau status sosial yang tinggi serta lapangan pekerjaan bagi perempuan berhubungan dengan pemberian susu botol. Artinya mengurangi kemungkinan untuk menyusui bayi dalam waktu yang lama (Purnawati, 2003).

4

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo tahun 2010 jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif 19,89 % dengan jumlah 5.887 bayi dari jumlah bayi 0-6 bulan yang berjumlah 29.591 bayi dari 25 Puskesmas. Sedangkan data pemberian ASI Eksklusif berdasarkan data kinerja Puskesmas Taman tahun 2010 adalah 5,74% dari target 60 % dengan jumlah 116 bayi dari 2.020 bayi, dimana ada sedikit peningkatan dari pada tahun 2009 ada 51 (7,22%). Cakupan ASI Eksklusif khususnya di desa Wage tahun 2010 adalah sebesar 4,38% dari 276 bayi. Alasan utama terjadi peningkatan pemberian susu formula adalah karena ibu bekerja, sehingga sedini mungkin bayi sudah dikenalkan dengan susu formula dengan harapan jika masa cuti ibu habis, bayi sudah terbiasa dengan susu formula, disamping semakin gencarnya promosi susu formula (Profil PKM Taman, 2010). Berdasarkan uraian diatas menunjukkan masih rendahnya tingkat pemberian ASI Eksklusif oleh ibu pada bayinya. Dalam teori Lawrence Green (Notoatmodjo,2003) kesehatan individu / masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan berbagai faktor diluar perilaku (non perilaku). Selanjutnya faktor perilaku ini ditentukan oleh tiga kelompok faktor, berbagai faktor predisposisi (presdiposing factors) mencakup

pengetahuan, sikap, kepercayaan tradisi, norma sosial, dan bentuk lainnya yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat. Faktor pendukung

(enabling factors) ialah tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya. Sedangkan faktor pendorong (reinforcing factors) adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan, tokoh masyarakat atau

5

kelompok peers / sesama ibu menyusui. Dalam teori Lawrence Green juga dikatakan bahwa promosi kesehatan mempunyai peranan penting dalam

mengubah dan menguatkan ketiga kelompok faktor itu agar searah dengan tujuan kegiatan sehingga menimbulkan perilaku positif dari masyarakat terhadap program tersebut dan terhadap kesehatan pada umumnya (Hariweni, 2003). Oleh karena itu, sebagai upaya untuk lebih mengetahui dan memahami bagaimana tingkat pemberian ASI Eksklusif yang diberikan oleh ibu pada bayinya maka dilakukan penelitian Hubungan Karakteristik, Sikap dan

Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Wage Wilayah Kerja Puskesmas Taman Sidoarjo. B. Rumusan Masalah Adakah Hubungan Karakteristik, Sikap dan Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Wage Wilayah Kerja Puskesmas Taman Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan karakteristik, sikap dan pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa Wage Wilayah Kerja Puskesmas Taman Sidoarjo. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan umur ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif. b. Mengetahui hubungan pendidikan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif. c. Mengetahui hubungan pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif.

6

d. Mengetahui hubungan pendapatan keluarga ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif. e. Mengetahui hubungan sikap ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif. f. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif.

D. Manfaat Penelitian 1. Dapat menjadi informasi bagi petugas kesehatan dan bahan masukan bagi pimpinan Puskesmas untuk menentukan langkah dalam meningkatkan pemberian ASI Eksklusif. 2. Dijadikan bahan masukan bagi Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dan sebagai tambahan informasi dan referensi untuk memperkaya pustaka institusi.

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

ASI ASI adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan berbagai garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu yang berguna sebagai makanan yang utama bagi bayi (Roesli, 2000). ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan, faktor

pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi, sehingga ASI merupakan makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial, maupun spiritual (Purwanti, 2004).

B. Stadium ASI (Purwanti, 2004) 1. ASI Stadium I ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4. setelah persalinan komposisi kolostrum ASI mengalami perubahan. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan banyak sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar yang membersihkan mekonium, sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi yang mendapat ASI pada minggu ke-1 sering defekasi dan feses berwarna hitam. Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap melindungi bayi saat kondisinya masih lemah. Kandungan protein dalam kolostrum lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur. Jenis protein globulin membuat konsistensi kolostrum menjadi pekat ataupun padat sehingga bayi lebih lama merasa kenyang meskipun hanya mendapat sedikit kolostrum. Lemak kolostrum lebih banyak mengandung kolesterol dan lisotin sehingga bayi sejak dini sudah terlatih mengolah kolesterol.

8

Kandungan hidrat arang kolostrum lebih rendah dibandingkan susu matur akibat dari aktivitas bayi pada tiga hari pertama masih sedikit dan tidak banyak memerlukan banyak kalori. Total kalori kolostrum hanya 58 kal/100 ml kolostrum. 2. ASI Stadium II ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10. Komposisi protein makin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang makin tinggi, dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan pemenuhan terhadap aktivitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap lingkungan. Pada masa ini, pengeluaran ASI mulai stabil begitu juga kondisi fisik ibu. Keluhan nyeri pada payudara sudah berkurang. Oleh karena itu, yang perlu ditingkatkan adalah kandungan protein dan kalsium dalam makanan ibu. 3. ASI Stadium III ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain selain ASI.

C. Zat Gizi ASI 1. Karbohidrat Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibandingkan laktosa yang ditemukan pada susu sapi. Namun demikian angka kejadian diare yang disebabkan tidak

dapat mencerna laktosa (intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini karena penyerapan laktosa ASI lebih baik

dibandingkan laktosa susu sapi. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Sesudah melewati masa ini maka kadar kabohidrat ASI relatif stabil (IDAI Cab. DKI Jakarta, 2008).

9

2. Protein Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein Casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah protein casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang mengandung jumlah ini lebih tinggi (80%). Disamping itu, beta laktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang banyak terdapat pada susu sapi tidak terdapat dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan jenis protein yang potensial menyebabkan alergi. ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organik yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa nitrogen, karbohidrat, dan fosfat) dibanding dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Disamping itu kualitas nukleotida ASI juga lebih baik dibanding susu sapi. Nukleotida ini mempunyai peran dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang pertumbuhan bakteri baik yang di dalam usus, dan meningkatkan penyerapan besi dan daya tahan tubuh (IDAI Cab.DKI Jakarta, 2008). 3. Lemak Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaan antara profil lemak yang ditemukan dalam ASI dan susu sapi. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI. Disamping itu ASI banyak mengandung banyak asam lemak rantai panjang diantaranya asam dokosaheksonik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata.

10

ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang dibanding susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Seperti yang kita ketahui konsumsi asam lemak jenuh dalam jumlah banyak dan lama tidak baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah (IDAI Cab.DKI Jakarta, 2008) 4. Karnitin Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam kolostrum kadar karnitin lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibanding dengan bayi yang mendapat susu formula (IDAI Cab. DKI Jakarta, 2008). 5. Vitamin Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan. Vitamin D untuk mencegah bayi menderita penyakit tulang. Vitamin A berfungsi untuk kesehatan mata dan juga untuk mendukung pembelahan sel, pembentukan kekebalan tubuh dan

pertumbuhan bayi (IDAI Cab. DKI Jakarta, 2008). 6. Mineral Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Kandungan zat besi di dalam ASI lebih mudah diserap yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4-7% pada susu formula, sehingga bayi yang mendapat ASI mempunyai risiko lebih kecil untuk mengalami kekurangan zat besi dibanding dengan bayi yang mendapat susu formula. Mineral zink dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral yang banyak membantu berbagai proses metabolisme di dalam tubuh (IDAI Cab. DKI Jakarta, 2008).

11

D. ASI Eksklusif Yang dimaksud dengan ASI Eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Pemberian ASI secara Eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan tetapi bila memungkinkan sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih dari 2 tahun. Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI Eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan. Berdasarkan berbagai hal di atas, WHO/UNICEF membuat deklarasi yang dikenal dengan Deklarasi Innocenti. Deklarasi yang dilahirkan di Innocenti, Italia tahun 1990 ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan memberi dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi yang juga ditandatangani Indonesia ini memuat beberapa hal berikut. Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI Eksklusif dan semua bayi diberi ASI Eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Setelah berumur 4-6 bulan, bayi diberi makanan pendamping yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian makanan untuk bayi yang ideal seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan dari lingkungan sehingga para ibu dapat menyusui secara Eksklusif. Pada tahun 1999, setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI

12

Eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama WHA dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan (Roesli, 2005).

E. Manfaat ASI Eksklusif 1. Manfaat bagi Bayi Adapun manfaat ASI Eksklusif bagi bayi (Roesli, 2005), yaitu : a. ASI sebagai nutrisi dimana ASI sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan. b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena mengandung berbagai zat anti kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit. ASI juga mengurangi terjadinya mencret, sakit telinga dan infeksi saluran pernafasan serta terjadinya serangan alergi. c. ASI Eksklusif meningkatkan kecerdasan karena mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI Eksklusif potensial lebih pandai. d. ASI Eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang sehingga dapat menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional,

kematangan spiritual dan hubungan sosial yang baik. 2. Manfaat bagi Ibu Adapun manfaat ASI Eksklusif bagi ibu bila memberikan ASI Eksklusif (Roesli, 2005), yaitu : a. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. b. Mengurangi terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi karena menyusui mengurangi perdarahan. c. Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup berhasil.

13

d. Mengecilkan rahim karena kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat membantu rahim ke ukuran sebelum hamil. e. Lebih cepat langsing kembali karena menyusui membutuhkan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil. f. Mengurangi kemungkinan penderita kanker. g. Lebih ekonomis dan murah karena dapat menghemat pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan susu formula. h. Tidak merepotkan dan hemat waktu karena ASI dapat diberikan segera tanpa harus menyiapkan atau memasak air. i. Portabel dan praktis karena mudah dibawa kemana-mana sehingga saat bepergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk menyusui. j. Memberi ibu kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam karena telah berhasil memberikan ASI Eksklusif. 3. Manfaat bagi Negara Pemberian ASI Eksklusif akan menghemat pengeluaran Negara karena halhal berikut ini (Roesli, 2005): a. Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu. b. Penghematan biaya rumah sakit terutama sakit muntah-mencret dan penyakit saluran pernafasan. c. Penghematan obat-obatan, tenaga dan sarana kesehatan. d. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun Negara. e. Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya genereasi yang hilang khususnya bagi Indonesia.

14

F. Sepuluh Langkah Keberhasilan Menyusui Sepuluh langkah yang terpenting dalam persiapan keberhasilan menyusui secara Eksklusif menurut Departemen Keseharan RI (2005) adalah sebagai berikut: 1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui. 2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan ketrampilan 3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya, melalui unit rawat jalan kebidanan dengan

memberikan penyuluhan: manfaat ibu hamil, KB, senam hamil dan senam payudara. 4. Membantu para ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat narkose umum, bayi disusui setelah ibu sadar. 5. Memperlihatkan kepada para ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankannya, melalui penyuluhan yang dilakukan di ruang perawatan. 6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir. 7. Melaksanakan rawat gabung yang merupakan tanggung jawab bersama antara dokter, bidan, perawat, dan ibu. 8. Memberikan ASI kepada bayi tanpa jadwal. 9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi. 10. Membentuk dan membantu pengembangan kelompok pendukung ibu menyusui, seperti adanya Pojok Laktasi yang memantau kesehatan ibu nifas dan bayi, payudara, dll.

15

G. Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering para ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini. Berbagai alasan dan kendala ibu untuk tidak menyusui terutama secara Eksklusif, yaitu: 1. Produksi ASI yang kurang. 2. Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar. 3. Bayi terlanjur mendapatkan prelacteal feeding (pemberian makanan selain ASI pada beberapa hari pertama kelahiran). 4. Kelainan ibu, seperti puting ibu lecet, puting ibu terbenam, payudara bengkak, mastitis, abses. 5. Kelainan bayi, seperti bayi sakit, abnormalitas bayi. 6. Ibu hamil lagi padahal masih menyusui. 7. Ibu yang bekerja. 8. Adanya anggapan bahwa susu formula lebih praktis. 9. Banyaknya macam iklan yang menyesatkan dari berbagai produk susu formula ataupun makanan bayi (IDAI Cab. DKI Jakarta, 2008; Roesli, 2005).

Banyak faktor yang mempengaruhi seorang ibu dalam menyusui bayinya, beberapa peneliti yang telah dilakukan didaerah perkotaan dan perdesaan di Indonesia dan Negara berkembang lainnya, menunjukan bahwa faktor system dukungan, pengetahuan ibu terhadap ASI, promosi susu formula dan makanan tambahan mempunyai pengaruh terhadap praktek pernberian ASI. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat memberikan dampak negatif maupun positif dalam memperlancar pemberian ASI eksklusif (Santosa, 2004). Adapun faktor lain mempengaruhi pemberian ASI adalah faktor sosial budaya ekonomi (pendidikan formal ibu, pendapatan keluarga dan status kerja ibu), faktor psikologis (takut kehilangan daya tarik sebagaiwanita, tekanan batin), faktor fisik ibu (ibu yang sakit, misainya mastitis, dan sebagainya), faktor kurangnya petugas keehatan sehingga masyarakat kurang

16

mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif (Soetjiningsih, 1997). Sementara menurut Utami Roesli (2004),

mengungkapkan bahwa fenomena kurangnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : pengetahuan ibu yang kurang memadai tentang ASI eksklusif, beredarnya mitos yang kurang baik, serta kesibukan ibu bekerja dan singkatnya cuti melahirkan, merupakan alasan yang diungkapkan oleh ibu yang tidak menyusui secara ekslusif. Menurut Notoatmodjo (2006), hubungan karakteristik sikap dan pengetahuan ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif yaitu : 1. Umur a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. 2. Pendidikan Tingkat pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang di perkenalkan. 3. Pekerjaan Kesibukan dengan pekerjaan, sering sekali membuat seorang ibu lupa dan tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Walaupun kepada ibu telah diajarkan bagaimana mempertahankan produksi ASI, yaitu dengan memompa ASI peras / perahnya selama ibu bekerja dan malam hari lebih sering menyusui. Ternyata ibu yang bekerja, lebih cepat memberikan susu botol. Alasan yang dipakai ialah supaya membiasakan bayi menyusu dari

17

botol bila nanti ditinggal bekerja. Masalah ibu yang bekerja memang terdapat hampir di seluruh dunia, kecuali di negara-negara Skandinavia dimana ibu mendapat cuti selama masih menyusui bayinya (Suharyono dkk, 1992). 4. Pendapatan Keluarga Pendapatan kelurga sangat mendukung pemberian ASI Eksklusif, keluarga dengan pendapatan yang rendah akan cenderung lebih besar

kemungkinannya untuk memberikan ASI Eksklusif. Sedangkan bagi keluarga yang berpendapatan tinggi kecendrungan untuk berpikiran secara instan. 5. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003). Menurut Newcomb yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu : a. Menerima. Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). b. Merespon. Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c. Menghargai. Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap. b. Bertanggung jawab. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. 6. Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

18

membentuk tindakan seseorang. Adapun pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif adalah : a. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi-materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks situasi yang lain. d. Analisis. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, menggambarkan mengelompokkan. e. Sintesis. Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk bagan, membedakan, memisahkan dan

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada, misalnya : dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

19

f. Evaluasi. Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. H. ASI Perah ASI perah adalah ASI yang diambil dengan cara diperah dari payudara untuk kemudian disimpan dan nantinya diberikan pada bayi. Sampai waktu tertentu dan dengan penyimpanan yang benar, ASI tidak akan basi. ASI tahan disimpan di dalam suhu ruangan sampai 6 jam. Jika disimpan di termos yang diberi es batu, bisa tahan hingga 24 jam. Bahkan, kalau disimpan di kulkas ketahanannya meningkat hingga 2 minggu dengan suhu kulkas yang bervariasi. Jika disimpan di frezeer yang tidak terpisah dari kulkas, dan sering dibuka, ASI tahan 3-4 bulan. Sedangkan pada freezer dengan pintu terpisah dari kulkas dan suhu bisa dijaga dengan konstan, maka ketahanan ASI mencapai 6 bulan.1.

Taruh ASI dalam kantung plastik polietilen (misal plastik gula); atau wadah plastik untuk makanan atau yang bisa dimasukkan dalam microwave, wadah melamin, gelas, cangkir keramik. Jangan masukkan dalam gelas plastik minuman kemasan maupun plastik styrofoam.

2. 3.

Beri tanggal dan jam pada masing-masing wadah. Dinginkan dalam refrigerator (kulkas). Simpan sampai batas waktu yang diijinkan (+ 2 minggu).

4.

Jika hendak dibekukan, masukkan dulu dalam refrigerator selama semalam, baru masukkan ke freezer (bagian kulkas untuk membekukan makanan), gunakan sebelum batas maksimal yang diijinkan (+ 3-6 bulan)

I. Teori Perilaku Lawrence Green Menurut Lawrence Green (Notoatmodjo, 2003) dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan masyarakat supaya lebih efektif perlu diperhatikan tiga faktor utama, yaitu:

20

1. Faktor Predisposisi Faktor ini mencakup : pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi. 2. Faktor Pemungkin Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, dokter, bidan praktek swasta, dan sebagainya. 3. Faktor Penguat Berbagai faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga di sini berbagai undang dan berbagai peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat terkadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas kesehatan saja melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas terutama petugas kesehatan. Menurut Newcomb yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu : a. Menerima. Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). b. Merespon. Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

21

c. Menghargai. Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap. d. Bertanggung jawab. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

J. Teori Pengetahuan Menurut Bloom Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap berbagai objek tertentu, dimana

penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003). Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Misalnya, ibu tahu tentang arti ASI Eksklusif. 2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya, ibu dapat menjelaskan pentingnya pemberian ASI Eksklusif.

22

3. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengalaman berbagai hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. Misalnya ibu dapat mengaplikasikan cara menyusui yang benar. 4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam berbagai komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, sebagainya. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau berbagai rumusan yang telah ada. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Berbagai penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan berbagai kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kek urangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare disuatu tempat dan sebagainya. Pengukuran pengetahuan pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang pengetahuan yang dimiliki ibu tentang ASI Eksklusif. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan berbagai tingkatan di atas. memisahkan, mengelompokkan dan

23

Sikap atau attitude merupakan pola perilaku, kesiapan antisipasif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap juga merupakan respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan (Azwar dalam Taryana, 2007)

24

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan atas latar belakang masalah dan tinjauan pustaka khususnya teori Lawrence Green (Notoatmodjo, 2003) maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut:Variabel Independen

Variabel Dependen

Faktor Predisposisia. Karakteristik ibu menyusui 1. Umur 2. Tingkat Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Pendapatan keluarga b. Sikap c. pengetahuan d.kepercayaan tradisi e.norma sosial f. dan bentuk lainnya

Pemberian ASI Eksklusif

Faktor Pendukung- Informasi Terkait ASI Eksklusif -Pelayanan kesehatan -Ketersedian tempat menyusui

Faktor Pendorong-Dukungan suami -Dukungan peers/sesama ibu menyusui -Dukungan petugas kesehatan -Undang-undang

Ket: diteliti tidak diteliti

Bagan III.1 Kerangka Konsep Penelitian

25

Pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Faktor predisposisi terdiri dari karakteristik (umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan) ibu menyusui, sikap, pengetahuan, kepercayaan tradisi, norma sosial dan bentuk lainnya yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat. Dalam hal ini yang kami teliti adalah faktor predisposisi karakteristik, sikap dan pengetahuan ibu menyusui. Faktor predisposisi seperti kepercayaan tradisi, norma sosial dan bentuk lainnya yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat tidak kami teliti. Faktor pendukung dan faktor pendorong mempengaruhi faktor predisposisi. Faktor pendukung yang terdiri dari informasi terkait ASI Eksklusif, pelayanan kesehatan dan ketersediaan tempat menyusui tidak kami teliti. Faktor pendorong yang terdiri dari dukungan suami, dukungan peers/sesama ibu menyusui, dukungan petugas kesehatan dan undang-undang juga tidak kami teliti. Ketiga faktor diatas semuanya mempengaruhi pemberian ASI Esklusif.

B. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. 2. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. 3. Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. 4. Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif. 5. Ada hubungan antara sikap Eksklusif. 6. Ada hubungan antara pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif. ibu menyusui dengan pemberian ASI

26

Umur ibu menyusui mempengaruhi perilaku. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Tingkat pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang di perkenalkan. Kesibukan dengan pekerjaan, sering sekali membuat seorang ibu lupa dan tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Walaupun kepada ibu telah diajarkan bagaimana mempertahankan produksi ASI, yaitu dengan memompa ASI peras / perahnya selama ibu bekerja dan malam hari lebih sering menyusui. Ternyata ibu yang bekerja, lebih cepat memberikan susu botol. Alasan yang dipakai ialah supaya membiasakan bayi menyusu dari botol bila nanti ditinggal bekerja. Masalah ibu yang bekerja memang terdapat hampir di seluruh dunia, kecuali di negara-negara Skandinavia dimana ibu mendapat cuti selama masih menyusui bayinya (Suharyono dkk, 1992). Pendapatan kelurga sangat mendukung pemberian ASI Eksklusif, keluarga dengan pendapatan yang rendah akan cenderung lebih besar kemungkinannya untuk memberikan ASI Eksklusif. Sedangkan bagi keluarga yang berpendapatan tinggi kecendrungan untuk berpikiran secara instan. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003). Menurut Newcomb yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan pelaksanaan motif tertentu. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

27

BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Ditinjau dari saat pengumpulan data penelitian, penelitian ini

termasuk jenis penelitian Cross Sectional Study, data diperoleh hanya dalam pengukuran sesaat, survey perolehan data dilakukan di lapangan dan tidak memerlukan intervensi tertentu dan observasional pengumpulan data dilakukan saat pemeriksaan dan tidak melakukan intervensi (Budiarto, 2001). Sifat penelitian ini adalah analitik dengan menganalisis hubungan antara beberapa variabel dengan pemberian ASI Eksklusif (Budiarto, 2001).

B. Populasi, Kriteria Inklusi Populasi Sasaran. Populasi adalah sekelompok ibu menyusui di Desa Wage Kecamatan Taman. Dari data Puskesmas Taman didapatkan ibu yang menyusui sebanyak 276 orang. Kriteria inklusi populasi sasaran: Ibu yang menyusui bayi berumur 0-12 bulan terdapat 130 ibu yang memenuhi kriteria.

C. Besar dan Cara Pengambilan Sampel Penelitian Besar Sampel : Menurut Sastroasmoro (2008), jumlah sampel yang digunakan sebagai subjek penelitian ini dihitung dengan rumus proporsi binominal (binominal proportions). Jika besar populasi (N) diketahui, maka dicari dengan menggunakan rumus berikut:

28

Keterangan : n = jumlah sampel minimal yang diperlukan = derajat kepercayaan d = limit dari error atau presisi absolut p q = proporsi anak yang diberi ASI secara Eksklusif = 1-p (proporsi anak yang tidak diberi ASI secara Eksklusif Jika ditetapkan:

Atau dibulatkan 4, maka untuk N yang diketahui bisa diubah menjadi:

Sehingga besar sampel yang digunakan :

Berdasarkan rumus tersebut diatas maka besar sampel penelitian ini adalah 67 orang atau dibulatkan 70 orang ibu menyusui. Cara Pengambilan Sampel : Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan simple random sampling. Pada cara ini setiap ibu menyusui dari populasi sasaran (130 orang) mempunyai kesempatan sama untuk dipilih sebagai sampel. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara lotre.

29

D. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi: Penelitian dilakukan di Desa Wage, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo mulai tanggal 16 Mei - 23 Juni 2011 dengan rincian sebagai berikut : Waktu Penelitian: Tabel IV.1 Waktu Kegiatan Penelitian yang Dilakukan. Mei (bulan) No Kegiatan Mengumpulkan data I II III IV Juni (bulan) I II III

1.

sekunder Puskesmas

2. Merumuskan masalah 3. Penyusunan proposal 4. Penyusunan kuesioner 6. Pengolahan data 7. Menarik kesimpulan 8. Presentasi.

E. Variabel Penelitian Variabel utama yang akan diteliti, adalah : 1. Variabel Bebas (Independen), yaitu : a. Umur b. Pendidikan c. Pekerjaan d. Pendapatan e. Sikap f. Pengetahuan 2. Variabel Tergantung (Dependen), yaitu : Pemberian ASI Eksklusif.

30

F. Definisi Operasional Variable Tabel IV.2 Definisi Operasional . No 1. Variabel Umur Lama menyusui Definisi hidup ibu dari Alat ukur Kuesioner Skala pengukuran < 17 tahun 18-35 tahun 36 tahun Skala ukur Nominal

dilahirkan hingga saat penelitian pengakuan dinyatakan satuan tahun 2. Pendidikan Pendidikan yang pernah formal diikuti Kuesioner menurut yang dalam

- Pendidikan rendah: 1. Tidak bersekolah. 2. Tidak tamat SD 3. Tamat SD -Pendidikan sedang: 1. Tidak tamat

Nominal

oleh ibu menyusui dan lulus menurut

pengakuan, terdiri dari tingkat SD, SLTP,

SLTA, D3 dan S1

SLTP dan SLTA 2. Tamat SLTP dan SLTA -Pendidikan tinggi: 1. Tidak Diploma Sarjana 2. Tamat Diploma tamat dan

dan Sarjana

31

3.

Pekerjaan

Kegiatan ibu menyusui yang lakukan untuk

Kuesioner

-Tidak bekerja: ibu rumah tangga -Bekerja:

Nominal

mendapatkan pendapatan pengakuan memenuhi hidup 4. Pendapatan Keuangan keluarga Keluarga yang dihasilkan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kuesioner sesuai untuk kebutuhan

PNS,

wiraswasta,

pedagang, dll.

- Pendapatan rendah: 500.000 dan 500.000 - < 1.000.000 -Pendapatan sedang: 1.000.000 - < 2.500.000

Nominal

- Pendapatan tinggi: 2.500.000 - 5.000.000 dan > 5.000.000 5. Pemberian ASI Eksklusif Eksklusif: Pemberian Kuesioner - Eksklusif - Tidak Eksklusif Nominal

ASI secara Eksklusif yang diberikan mulai bayi baru lahir sampai usia 6 bulan Tidak Eksklusif:

Memberikan makanan / minuman tambahan

pada bayi sebelum usia 6 bulan.

32

6.

7.

Pengetahuan Kemampuan ibu menyusui menjawab dengan benar pertanyaan seputar ASI Eksklusif. Sikap Respons yang dilakukan ibu menyusui dalam menanggapi pernyataan seputar pemberian ASI secara Eksklusif, tanpa ada cairan atau makanan lain selain ASI sampai usia 6 bulan

Kuesioner

a. Baik b.Cukup c.Kurang

nominal

Kuesioner

-Positif -Netral -Negatif nominal

Sumber: Hasil survei

G. Jenis, Instrumen dan Cara Pengumpulan Data Penelitian 1. Data Primer Data primer dikumpulkan dengan cara pengumpulan data memakai metode angket dengan instrumen berupa pertanyaan tertulis (kuesioner) tentang karakteristik, pengetahuan, sikap dan pemberian ASI Eksklusif.yang diajukan kepada responden, jawaban diisi langsung oleh responden, sesudah mendapat penjelasan tentang maksud

penelitian,mengetahui haknya serta sesudah membaca dan menanda tangani informed consent. 2. Data Sekunder Data sekunder didapatkan dari data yang ada di Puskesmas Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, khususnya mengenai perkiraan jumlah dan alamat ibu menyusui di Desa Wage.

33

H. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data 1. Pengolahan Data Data mentah yang didapat dari hasil angket yang diolah ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan komputer dengan beberapa langkah sebagai berikut (Basuki, 2002): a. Tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk. b. Tahap ketiga coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada jawaban kuesioner untuk mempermudah waktu entry data. c. Tahap keempat berupa memasukkan data ke komputer untuk melakukan tabulasi dan anlisis. d. Tahap kelima adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui adanya kesalahan atau tidak.

2. Analisis Data Analisis data untuk mengukur ada/tidak/besarnya hubungan antara variabel bebas dan tergantung akan menggunakan uji statistik Chi-Square karena skala data adalah nominal.

3. Penyajian Data Penyajian data hasil penelitian secara deskriptif akan ditampilkan dalam bentuk narasi dan beberapa tabel distribusi mengenai faktor predisposisi dan diikuti hasil uji statistik hubungan antar variabel bebas (independen) dan tergantung (dependen).

34

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang berjudul Hubungan Karakteristik, Sikap dan Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Wage Wilayah Kerja Puskesmas Taman 2011, diperoleh dari kuesioner yang diberikan kepada 70 ibu yang mempunyai bayi berusia 0-12 bulan dan dilakukan wawancara secara langsung dan menggunakan kuesioner. Hasil dari penelitian ini dapat disajikan sebagai berikut: 1. Deskripsi Program Kerja PKM Taman yang Mencakup Desa Wage Sebagai Wilayah Sasaran Program Kerja yang ada di Puskesmas Taman meliputi Program Wajib dan Program Pengembangan. Program Wajib meliputi : a. Promosi Kesehatan (PromKes) b. Upaya Kesehatan Lingkungan c. Upaya Perbaikan Gizi d. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk Keluarga Berencana (KB) e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) f. Pengobatan Program Pengembangan meliputi : a. Puskesmas Dengan Rawat Inap b. Upaya Kesehatan Usia Lanjut c. Upaya Kesehatan Mata d. Upaya Kesehatan Telinga e. Upaya Kesehatan Jiwa f. Kesehatan Olahraga g. Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Gigi

35

h. Perawatan Kesehatan Masyarakat i. j. Bina Kesehatan Tradisional Bina Kesehatan Kerja

k. Layanan Pojok Gizi Untuk menjamin mutu pelayanan, sejak 2 April 2007 Puskesmas Taman menerapkan Sistem manajemen Mutu ISO 9001:2000 dan diakui secara resmi oleh badan sertifikasi SUCOFINDO dengan sertifikat No. QSC 00596 tanggal 15 November 2007. Motto : Kepuasan Masyarakat adalah Semangat Kerja Kami Visi : Menjadi Puskesmas penyedia fasilitas pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan dan masyarakat yang terbaik di Sidoarjo Data Khusus a. Derajat Kesehatan Jumlah Kematian Ibu Maternal Jumlah Lahir Mati Jumlah Lahir Hidup Jumlah Kematian Bayi Jumlah Kematian Balita b. Ketenagaan Dokter Umum Dokter Spesialis Dokter Gigi Sarjana Kesehatan Masyarakat Bidan Perawat (PKU) : 9 : : 2 : 1 orang orang orang orang :0 :0 orang orang

: 2.020 orang :2 :0 orang orang

: 11 orang : 5 orang

36

Perawat Gigi Sanitarian Petugas Gizi Asisten Apoteker Analis Laboratorium Juru Imunisasi / Juru Malaria Tenaga Administrasi (SLTA & SLTP) Sopir, Penjaga, dll Pekarya c. Sarana Kesehatan Rumah Sakit Swasta Rumah Bersalin Polindes Poskesdes Poliklinik Puskesmas Pembantu

: 2 : 1 : 2 : 3 : 3 : 2 : 6

orang orang orang orang orang orang orang

: 12 orang : 4 orang

: 5 : 3 : 3

buah buah buah

: 15 buah : 8 : 3 buah buah

Promosi Kesehatan KIA & KB di PKM Taman: Jumlah Ibu hamil Risti ditemukan Jumlah bumil dg Hb < 11 g% Jumlah bumil dengan LILA < 22,5 cm Jumlah akseptor aktif semua metode Jumlah kasus kegagalan SM Jumlah kasus efek samping SM Jumlah kasus komplikasi SM : 445 : 67 : 48 : 21.220 : 0 : 88 : 0 orang orang orang orang orang orang orang

Kegiatan yang Dikerjakan di KIA PKM Taman Pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan ibu hamil serta ibu menyusui, bayi, anak balita dan anak pra sekolah. Pertolongan persalinan.

37

Imunisasi ibu dan imunisasi dasar anak. Pengobatan sederhana. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Penyuluhan gizi. Pendidikan kesehatan terhadap masyarakat. Kunjungan rumah (KR).

Sarana Kesehatan di Desa Wage Sebagai Wilayah Kerja dari Puskesmas Taman Desa Wage terletak di bagian selatan dari Kecamatan Taman dengan jumlah penduduk sekitar 20.450 orang. Terdapat 1 Polindes dan dibagi menjadi 14 pos pelayanan terpadu. Setiap pos dipimpin oleh 3 orang kader senior yang bertempat tinggal didaerah cakupan pos tersebut. Semua kegiatan dari Puskesmas di informasikan melalui Polindes yang bertempat di balai desa untuk disampaikan kepada kader senior yang ada di pos masingmasing. Sarana dan Prasarana yang ada di Desa Wage dalam rangka membantu penyampaian informasi/penyuluhan, maupun untuk pelaksanaan suatu program cukup lengkap meliputi : papan tulis, buku, OHP Slide, poster, modul, pamflet, kartu konsultasi, kaset, slide, video film, dan layar tancap. Semua kegiatan yang sudah menjadi program Puskesmas Taman dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab di Desa Wage termasuk KIA yang menyangkut pemberian ASI Eksklusif.

B. Karakteristik Responden Berdasarkan karakteristik distribusi ibu menyusui yang mempunyai bayi berusia 0-12 bulan, ibu menyusui yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 orang dan dibagi menjadi 2 kelompok umur yaitu 18-35 tahun dan > 36 tahun. Dari Tabel V.1. dapat diketahui sebaran kasus menurut umur bahwa sebagian besar berada pada kelompok berumur 18-35 tahun yaitu sebanyak 60 orang (85,71%). Responden dibagi atas tiga tingkat pendidikan

38

yaitu pendidikan rendah, pendidikan sedang, dan pendidikan tinggi. Berdasarkan Tabel V.2. dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden paling banyak adalah pada tingkat pendidikan sedang (Tidak Lulus SLTP, Lulus SLTP, Tidak Lulus SLTA, dan Lulus SLTA) yaitu sebanyak 43 orang (61,42%), sedangkan tingkat pendidikan responden paling sedikit adalah pada tingkat pendidikan rendah (Tidak sekolah,Tidak lulus SD, dan Lulus SD) yaitu sebanyak 4 orang (5,73%). Berdasarkan pekerjaan, responden dalam penelitian ini dibagi dalam dua kelompok yaitu tidak bekerja dan bekerja. Berdasarkan hal tersebut diperoleh bahwa responden dalam penelitian ini sebagian besar sebagai ibu rumah tangga (tidak bekerja) yaitu sebanyak 52 orang (74,29%), sedangkan yang bekerja hanya sedikit yaitu sebanyak 18 orang (25,71%). Berdasarkan tingkat pendapatan keluarga responden dibagi atas tiga tingkat pendapatan yaitu pendapatan rendah ( 500.000 dan 500.000 - < 1.000.000 ) pendapatan sedang ( 1.000.000 - < 2.500.000) dan pendapatan tinggi ( 2.500.000 - 5.000.000 dan > 5.000.000 ) Dari sebaran kasus dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada tingkat pendapatan rendah yaitu sebanyak 28 orang (40%), sedangkan yang paling sedikit yaitu pada tingkat pendapatan tinggi yaitu sebanyak 18 orang (25,71%).

Tabel V.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Umur Ibu Menyusui di Desa Wage Wilayah Kerja Puskesmas Taman Tahun 2011. No 1 2 Karakteristik Umur 18-35 tahun > 36 tahun Jumlah Sumber: Hasil survei Jumlah (orang) 60 10 70 Persen (%) 85,71 14,29 100 %

39

Tabel V.2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pendidikan Ibu Menyusui di Desa Wage Wilayah Kerja Puskesmas Taman Tahun 2011. No Karakteristik Pendidikan 1 Pendidikan Rendah 2 3 Pendidikan Sedang Pendidikan Tinggi Jumlah Sumber: Hasil survei Jumlah (orang) 4 43 23 70 Persen (%) 5,73 61,42 32,85 100%

Tabel V.3 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan Ibu Menyusui di Desa Wage Wilayah Kerja Puskesmas Taman Tahun 2011. No 1 2 Karakteristik Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja Jumlah Sumber: Hasil survei Jumlah (orang) 52 18 70 Persen (%) 74,29 25,71 100%

Tabel V.4 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pendapatan Keluarga Ibu Menyusui di Desa Wage Wilayah Kerja Puskesmas Taman Tahun 2011. Karakteristik No Pendapatan Keluarga 1 Pendapatan Rendah 2 3 Pendapatan Sedang Pendapatan Tinggi Jumlah Sumber: Hasil survey Jumlah (orang) 28 24 18 70 Persen (%) 40 34,29 25,71 100%

40

1. Sikap Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Distribusi responden berdasarkan sikap ibu menyusui bayi berusia 0-12 bulan di Desa Wage Wilayah kerja Puskesmas Taman 2011 terhadap pemberian ASI Eksklusif (tabel V.5) bersikap positif yaitu sebanyak 59 orang (84,29%) dari responden yang berjumlah 70 orang.

Tabel V.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Desa Wage Wilayah Kerja Puskesmas Taman Tahun 2011. Sikap Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Positif Netral Negatif Jumlah Sumber: Hasil survei Jumlah (orang) Persentase (%)

59 6 5 70

84,29 8,57 7,14 100

2. Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui Mengenai Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan tingkat pengetahuan responden dibagi atas tiga tingkat pengetahuan yaitu pengetahuan kurang baik, pengetahuan cukup baik dan pengetahuan baik. Dari sebaran kasus dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada tingkat pengetahuan cukup baik dan pengetahuan yaitu sebanyak 56 orang (80%), sedangkan yang paling sedikit yaitu pada tingkat pengetahuan kurang baik yaitu sebanyak 14 orang (20%).

41

Tabel V.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Desa Wage Wilayah Kerja Puskesmas Taman Tahun 2011. Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Baik Kurang Baik Jumlah Sumber: Hasil survei Jumlah (orang) 26 30 14 70 Persentase (%) 37,14 42,86 20 100

3. Pemberian ASI Eksklusif Distribusi responden berdasarkan tingkat pemberian ASI Eksklusif (Tabel V.7) yaitu hanya berdasarkan pemberian ASI Eksklusif sebanyak 18 orang (25,72%) dari responden yang berjumlah 70 orang.

Tabel V.7 Distribusi Responden Menurut Pemberian ASI Eksklusif di Desa Wage Wilayah Kerja Puskesmas Taman Tahun 2011. Pemberian ASI Eksklusif Memberi ASI Eksklusif Tidak Memberi Jumlah Sumber: Hasil survei Jumlah (orang) 18 52 70 Persen (%) 25,72 74,28 100

42

C. Analisis Data Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Analisis ini bertujuan mengetahui hubungan kemaknaan antara variabel dengan menggunakan Chi-Square dengan derajat kepercayaan 5 %. Bila p value > 0,05 maka hasil penghitungan statistik tidak bermakna. Teknik analisis data dilakukan dengan program SPSS ver.17.0. 1. Hubungan Umur Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif Dari tabel V.8. antara umur responden dengan pemberian ASI Eksklusif menunjukkan banyak dijumpai pada kelompok Umur 18-35 tahun sebanyak 16 responden (88,89%) sedangkan pada kelompok tidak memberi ASI Eksklusif banyak dijumpai juga pada kelompok Umur 18-35 tahun sebanyak 45 responden (87 % ). Setelah dilakukan uji analis statistik dengan Pearson Chi-Square antara umur ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif diperoleh X2 hitung = 0,006 < X2 tabel = 0,997 dengan df = 1 dan p= 1,000 sedangkan nilai Contingency Coefficient sebesar 0,031. Nilai p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan Ho diterima, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif.

Tabel V.8 Pemberian ASI Eksklusif Menurut Umur Ibu Menyusui di Desa Wage Wilayah Kerja Puskesmas Taman Tahun 2011. Pemberian ASI Eksklusif Memberi ASI Tidak Memberi ASI Eksklusif Eksklusif N 18-35 tahun 36 tahun Total 2= X 0,066 Sumber: Hasil survei 16 2 18 df=1 % 88,89 11,11 100 N 45 7 52 p= 1,000 % 87 13 100

Umur

43

2. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif Dari tabel V.9 menghubungkan antara tingkat pendidikan responden dengan pemberian ASI Eksklusif menunjukkan bahwa

responden yang banyak dijumpai pada kelompok Tidak memberi ASI Eksklusif yaitu pada kelompok tingkat pendidikan sedang sebanyak 32 responden (61,54 %), sedangkan pada kelompok ibu yang memberi ASI Eksklusif banyak dijumpai pada kelompok tingkat pendidikan sedang juga sebanyak 11 responden (61,11 %) Setelah dilakukan uji analis statistik dengan Pearson ChiSquare antara pendidikan2

ibu menyusui dengan pemberian ASI

Eksklusif diperoleh X hitung = 0,003 < x 2 tabel = 0,950 dengan df = 2 dan p = 0.998 > 0.05 dan Contingency Coefficient sebesar 0,007. Kesimpulan yang dapat diambil adalah Ho diterima, yang mempunyai arti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif.

Tabel V.9 Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Wage Wilayah Kerja Puskesmas Taman Tahun 2011. Pemberian ASI Eksklusif Memberi Tidak Memberi ASI ASI Eksklusif Eksklusif N % N % 1 11 6 18 df = 2 5,56 61,11 3,33 100 3 32 17 52 p = 0,998 5,77 61,54 32,69 100

Tingkat Pendidikan

Pendidikan Rendah Pendidikan Sedang Pendidikan Tinggi Total X = 0,0032

Sumber: Hasil survei

44

3. Hubungan Pekerjaan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif Dari tabel V.10. yang menghubungkan antara pekerjaan responden dengan pemberian ASI Eksklusif menunjukkan bahwa pada setiap kategori pemberian ASI Eksklusif, ibu yang tidak bekerja lebih banyak dari pada ibu yang bekerja. Dari hasil persentase responden banyak dijumpai pada kelompok tidak bekerja sebanyak 14 responden (77,78%) begitu juga pada kelompok yang tidak memberi ASI

Eksklusif banyak dijumpai pada kelompok tidak bekerja sebanyak 38 responden (73,08 %). Setelah dilakukan uji analis statistik dengan Pearson ChiSquare antara pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif diperoleh X2 hitung = 0.006 < x 2 tabel = 0,997 dengan df = 1 dan p = 0.936 > 0.05 dan Contingency Coefficient = 0,047. Kesimpulan yang dapat diambil adalah Ho diterima, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif.

Tabel V.10 Hubungan Pekerjaan Ibu Menyusui D engan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Wage Wilayah Kerja Puskesmas Taman Tahun 2011. Pemberian ASI Eksklusif Memberi ASI Eksklusif N Tidak Bekerja Bekerja Total X2= 0.006 14 4 18 df = 1 % 77,78 22,22 100 Tidak Memberi ASI Eksklusif N 38 14 52 p = 0,936 % 73,08 26,92 100

Pekerjaan

45

4. Hubungan

Pendapatan

Keluarga

Ibu

Menyusui

Dengan

Pemberian ASI Eksklusif

Dari tabel V.11. menghubungkan antara pendapatan responden dengan pemberian ASI Eksklusif menunjukkan bahwa pada kelompok pendapatan keluarga rendah lebih banyak yang memberi ASI Eksklusif . Persentase responden pada kelompok ibu yang tidak memberi ASI Eksklusif hampir berimbang antara kelompok

pendapatan tinggi sebanyak 20 responden (38,46 %) dan pada kelompok pendapatan keluarga sedang sebanyak 19 responden (36,54 %). Setelah dilakukan uji analis statistik dengan Pearson ChiSquare antara tingkat pendapatan keluarga ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif diperoleh X2 hitung = 0,459 < x2 tabel = 0.950 dengan df = 2 dan p = 0.795 > 0.05 dengan Contingency Coefficient = 0,081. Kesimpulan yang dapat diambil adalah H0 diterima, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada

hubungan signifikan antara tingkat pendapatan keluarga ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif.

46

Tabel V.11 Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Wage Wilayah Kerja Puskesmas Taman Tahun 2011. Pemberian ASI Eksklusif Memberi ASI Tingkat Pendapatan Keluarga N Pendapatan Rendah Pendapatan Sedang Pendapatan Tinggi Total X = 0,459Sumber: Hasil survei2

Tidak Memberi ASI Eksklusif

Eksklusif

% 44,44 27,78 27,78 100

N 20 19 13 52 p= 0,795

% 38,46 36,54 25 100

8 5 5 18 df = 2

5. Hubungan Sikap Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif Dari tabel V.12 yang menghubungkan antara sikap responden dengan pemberian ASI Eksklusif menunjukkan bahwa pada kedua kelompok kategori pemberian ASI Eksklusif persentase ibu yang

bersikap positif terhadap pemberian ASI Eksklusif jauh lebih tinggi daripada sikap negatif atau netral. Dengan jumlah responden yang bersikap positif namun tidak memberi ASI sebanyak 41 responden (78,85 %) dan pada ibu yang bersikap positif dan memberi ASI Eksklusif sebanyak 17 responden (94,44 %). Setelah dilakukan uji analis statistik dengan Pearson ChiSquare antara sikap ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif diperoleh X2 hitung =0,291 < x2 tabel = 0,950 dengan df = 2 dan p = 0.234 > 0.05 dan Contingency Coefficient = 0,199. Kesimpulan yang dapat diambil adalah H0 diterima, tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif.

47

Tabel V.12 Hubungan Sikap Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Desa Wage Wilayah Kerja Puskesmas Taman Tahun 2011. Sikap Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pemberian ASI Eksklusif Memberi ASI Eksklusif N Positif Netral Negatif Total X = 0,291 sumber: Hasil survei2

Tidak Memberi ASI Eksklusif N 41 7 4 52 p= 0,234 % 78,85 13,46 7,69 100

% 94,44 0 5,56 100

17 0 1 18 df = 2

6.

Hubungan

Tingkat

Pengetahuan

Ibu

Menyusui

Dengan

Pemberian ASI Eksklusif

Dari tabel V.13. yang menghubungkan antara tingkat pengetahuan responden dengan pemberian ASI Eksklusif

menunjukkan bahwa pada kelompok ibu dengan tingkat pengetahuan baik persentase ibu memberi ASI Eksklusif paling tinggi dengan 12 responden (66,76%) dari semua kelompok diikuti tingkat

pengetahuan cukup pada kelompok yang tidak memberi ASI Eksklusif dengan 25 responden (48.08 %) Setelah dilakukan uji analis statistik dengan Pearson ChiSquare antara tingkat pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif diperoleh X2 hitung = 9,500 > x2 tabel = 9.49 dengan df = 2 dan p = 0.009 < 0.05 dengan Contingency Coefficient sebesar 0,346. Kesimpulan yang dapat diambil adalah H0 tidak diterima,

sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang ASI Eksklusif dengan

48

pemberian ASI Eksklusif dimana hubungan tersebut mempunyai makna lemah. Tabel V.13 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Desa Wage Wilayah Kerja Puskesmas Taman Tahun 2011. Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI Eksklusif Pemberian ASI Eksklusif Memberi ASI Eksklusif N Baik Cukup Kurang Total X2 = 9,500 Sumber: Hasil survei 12 5 1 18 df = 2 % 66,67 27,78 5,55 100 Tidak Memberi ASI Eksklusif N 14 25 13 52 p= 0,009 % 26,92 48,08 25 100

49

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini juga menggunakan desain studi cross sectional, yaitu mengkaji masalah saat penelitian berlangsung dimana variabel independen serta variabel dependen diamati pada waktu bersamaan, sehingga tidak dapat menunjukkan hubungan sebab akibat. Pada desain cross sectional, faktor risiko sulit diukur secara akurat dan kurang valid untuk meramalkan suatu kecenderungan dan korelasi faktor risiko paling lemah dibandingkan dengan rancangan desain kohort dan kasus kontrol (Notoatmodjo, 2003). Kurangnya validitas dan realibilitas dari instrument/kuesioner karena kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini tidak melalui uji validitas dan uji realibitas terlebih dahulu. Menurut Machfoedz (2005) suatu alat ukur penelitian harus memenuhi persyaratan yaitu valid (benar-benar mengukur apa yang hendak diukur/tepat) dan reliable (jika digunakan beberapa kali untuk mengukur hasilnya ajeg). Kemungkinan terjadinya recall bias pada responden, yaitu kesulitan mengingat kembali kejadian pemberian ASI Eksklusif. Kemungkinan terjadi bias yang berasal dari subjek penelitian, misalnya responden tahu dirinya sedang diteliti sehingga bersikap baik. Bias diupayakan dikendalikan dengan cara memberi pengarahan kepada subjek sebelum diberikan kuesioner. Banyaknya faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI pada beberapa teori, kemungkinan variabel lain yang berhubungan namun tidak dimasukkan dalam penelitian ini karena ada pertimbangan, minat dan

keterbatasan peneliti. Variabel yang diteliti hanya terbatas pada variabel yang terdapat dalam kerangka konsep penelitian saja yaitu, karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga), sikap dan pengetahuan ibu mengenai ASI.

50

B. Hubungan Umur Ibu Menyusui dengan ASI Eksklusif Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa Wage wilayah kerja Puskesmas Taman. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah (2007) yang juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan pemberian ASI Eksklusif. Hal ini bertolak belakang dengan hasil temuan Pudjadi (2000) yang menyatakan bahwa umur adalah faktor yang menentukan dalam pemberian ASI, karena dari segi produksi ASI, ibu yang berusia 19-23 tahun pada umumnya dapat menghasilkan cukup ASI dibandingkan dengan yang berusia lebih dari 35 tahun. Hasil temuan ini juga didukung oleh penelitian Setiawati (2007), didapatkan hubungan yang bermakna antara faktor umur ibu terhadap praktek menyusui ASI Eksklusif, sehingga ia dapat menyimpulkan bahwa faktor umur merupakan faktor yang berperan dalam praktek ibu menyusui. Perbedaan hasil penelitian ini dengan teori, mungkin karena menurut Swasono (2008) sebagai akibat promosi susu formula sangat gencar dilakukan khususnya lewat tempat pelayanan kesehatan KIA misal RS (Rumah Sakit), RSB (Rumah Sakit Bersalin), dan BPS (Bidan Praktek Swasta), sehingga dapat menjadi stimulus bagi para ibu untuk lebih memilih memberikan susu formula dibandingkan dengan pemberian ASI.

C. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Pendidikan responden merupakan salah satu unsur penting yang ikut menentukan gizi keluarga. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang tidak signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di desa Wage wilayah kerja Puskemas Taman yang tidak berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan formal ibu maka semakin baik tingkat kesadaran ibu dalam memberikan ASI Eksklusif karena pada dasarnya orang yang memiliki dasar pendidikan yang tinggi lebih mudah memahami informasi yang diterima bila dibanding dengan responden yang berpendidikan

51

lebih rendah. Pernikahan usia dini diasumsikan akan meningkatkan jumlah ibu menyusui dengan pendidikan rendah. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmojo (2003) yaitu pendidikan ada kaitannya dengan

pengetahuan,semakin tinggi pendidikan yang ditempuh seseorang maka semakin baik pengetahuan dan semakin luas dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang rendah. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, umumnya terbuka pemeliharaan kesehatannya, menerima berbagai hal baru guna seorang ibu yang rendah

Pendidikan

memungkinkan ia lambat dalam mengadopsi pengetahuan baru, khususnya tentang semua hal yang berhubungan dengan pola pemberian ASI. Masalah pemberian ASI terkait dengan masih rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat tentang ASI. Tidak sedikit ibu yang masih membuang kolostrum karena dianggap kotor sehingga perlu dibuang. Selain itu, kebiasaan memberikan makanan dan atau minuman secara dini pada sebagian masyarakat juga menjadi pemicu dari kekurang berhasilan pemberian ASI Eksklusif. Ditambah lagi dengan kurangnya rasa percaya diri pada sebagian ibu untuk dapat menyusui bayinya. Hal ini mendorong ibu untuk lebih mudah menghentikan pemberian ASI dan menggantinya dengan susu formula (Azwar, 2003). Promosi tentang ASI Eksklusif termasuk pelatihan perawatan payudara dan pemberdayaan masyarakat ibu menyusui perlu dilakukan oleh , setiap unit pelayan kesehatan.

D. Hubungan Antara Pekerjaan Ibu Menyusui dengan ASI Eksklusif . Dari hasil penelitian bahwa pekerjaan ibu menyusui tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemberian ASI Eksklusif. Sejalan dengan penelitian Sulistyoningsih (2005), dalam penelitiannya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan perilaku ibu dalam memberikan ASI. Juga terdapat persamaan pada penelitian Al Murhan

52

(2002), yang menyatakan tidak terdapat hubungan pekerjaan dengan praktik pemberian ASI Eksklusif. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian Rohani (2007), bahwa dalam penelitiannya didapati hubungan antara pekerjaan terhadap pemberian ASI Eksklusif dengan nilai p=0,012. Hal ini menunjukkan bahwa akan terjadi penurunan pemberian ASI Eksklusif jika disertai peningkatan pekerjaan ibu. Sedangkan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa ibu yang bekerja maupun yang tidak bekerja cenderung tidak memberikan ASI Eksklusif. Dalam hal ini mungkin yang mempengaruhi adalah tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif. Sehingga penyelesaian masalah bukan untuk melarang ibu bekerja, melainkan memberikan informasi tentang ASI dan memberikan tempat ibu menyusui. Semua ini perlu penelitian lebih lanjut. E. Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan hasil uji analitik ternyata tidak dijumpai hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif. Menurut penelitian Afifah (2007) faktor pendapatan sangat mendukung pemberian ASI Eksklusif, keluarga dengan pendapatan yang rendah cenderung melakukan pemberian ASI Eksklusif. Sejalan dengan penelitian Wahyuni (1998) bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan praktek pemberian ASI Eksklusif dengan nilai p=0,306. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, responden yang memiliki pendapatan tinggi mempunyai praktek pemberian ASI Eksklusif yang kurang baik dan responden yang memiliki pendapatan rendah mempunyai pemberian ASI Eksklusif yang baik. Hal ini dikarenakan tingkat ekonomi yang baik mendorong kepercayaan ibu untuk memberikan makanan pendamping atau makanan pengganti ASI, sedangkan bagi ibu dengan tingkat ekonomi rendah

53

harus mengubah pengeluarannya bila ingin membeli makanan pendamping atau makanan pengganti ASI.

F. Hubungan Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap ibu menyusui tidak

memiliki hubungan yang signifikan dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Farrer (1999), bahwa sebagian ibu mempunyai sikap defensif karena mereka hanya diberikan penyuluhan tentang ASI Eksklusif saja dan bukan didorong serta dibiarkan untuk menggali perasaan mereka mengenai cara, manfaat dan persiapan pemberian ASI kepada bayi mereka. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang menyatakan sikap positif terhadap pemberian ASI Eksklusif tidak memberikan ASI secara eksklusif.

G. Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklu sif. Berdasarkan hasil penelitian di Desa Wage wilayah kerja Puskesmas Taman, ada hubungan yang lemah antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif, yang berarti bahwa ada faktor lain yang cukup besar mempengaruhi kesadaran ibu untuk memberikan ASI Eksklusif dimana faktor lain tersebut tidak kami teliti. Sebagian besar ibu di desa Wage masih berpengetahuan kurang (20%). Hal ini terutama tercermin dari pengetahuan ibu terhadap manfaat ASI, faktor yang mempengaruhi produksi ASI dan pengetahuan ibu tentang pemberian makanan tambahan pada usia kurang dari 6 bulan. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003), ibu yang memiliki pengetahuan kurang cenderung memiliki perilaku yang kurang baik dalam perilakunya. Semakin tinggi pengetahuan ibu maka semakin besar kemungkinannya untuk memberikan ASI Eksklusif. Hal tersebut karena pengetahuan ibu juga dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, pelatihan, dukungan sosial dan

54

informasi yang didapat oleh ibu tentang ASI Eksklusif. Pengetahuan atau kognitif merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, salah satunya kurang memadainya pengetahuan ibu mengenai pentingnya ASI Eksklusif yang menjadikan penyebab atau masalah dalam peningkatan pemberian ASI Eksklusif. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan adalah pendidikan. Irmayanti (2007)

menyatakan bahwa pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok serta usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi pendidikan, semakin banyak pengetahuan yang didapat. Pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Semakin baik pengetahuan Ibu tentang manfaat, cara dan persiapan pemberian ASI Eksklusif, maka seorang ibu akan memberikan ASI Eksklusif pada anaknya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah pengetahuan ibu tentang manfaat ASI Eksklusif, maka semakin sedikit pula peluang ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Dalam hal ini upaya dukungan sosial dari keluarga (suami/ orang tua) dan sesama masyarakat ibu menyusui sangat mendukung tercapainya target ibu menyusui Eksklusif yang sudah ditentukan. H. Pemberian ASI Eksklusif Pemberian ASI Eksklusif kepada bayi adalah pemberian ASI saja kepada bayi selama 6 bulan tanpa ditambah makanan tambahan maupun susu formula. Dalam penelitian ini pemberian ASI Eksklusif dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu : Memberi ASI Eksklusif (bila responden sampai umur bayinya 6 bulan hanya diberi ASI saja) dan Tidak memberi ASI Eksklusif (apabila responden sampai umur bayinya 6 bulan diberi ASI tetapi juga diberi makanan tambahan atau susu formula maupun yang tidak memberi ASI sama sekali). Hasil penelitian di lapangan menunjukkan sebanyak 52 orang (74,28 %) menyatakan tidak memberi ASI Eksklusif. Hal ini disebabkan oleh berbagai alasan, yaitu : Produksi ASI yang kurang sehingga bayi diberikan

55

susu formula, sibuk bekerja, tidak mengerti kenapa bayi menangis terus jadi diberi makanan tambahan karena dikira bayi masih lapar, Bayi memang tidak mau menyusu sama sekali, Adanya rawat pisah antara ibu dengan bayi setelah ibu melahirkan di RS sehingga ibu kesulitan memberikan ASI. Secara` umum, pihak Puskesmas`masih mempunyai banyak peluang untuk meningkatkan persentase pemberian ASI Eksklusif penuh melalui

promosi kesehatan yang melibatkan berbagai sektor dan pihak terkait. Promosi kesehatan Pemberian ASI dengan melibatkan semua jenis sarana kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Taman (Rumah Sakit Swasta, Rumah Sakit Bersalin, Polindes, Poskesdes, Poliklinik dan Puskesmas Pembantu) pemberian ASI, yaitu dengan mengajarkan kepada ibu mengenai laktasi sejak pemeriksaan kehamilan hingga paska kelahiran. Pada fasilitas kesehat n juga a terdapat media bagi ibu untuk mendapatkan banyak informasi mengenai promosi ASI Eksklusif, sehingga ibu termotivasi dalam memberikan ASI secara Eksklusif terhadap bayinya. Berikut memberdayakan atau

meningkatkan peran serta masyarakat terkait seperti kader Posyandu dan Dukun bayi yang diintegrasikan dalam berbagai kegiatan yang dilakukan di KIA`Puskesmas Taman yaitu, pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan i u b menyusui dan penyuluhan gizi, serta mempergunakan sarana dan prasarana yang ada di wilayah Desa Wage.

56

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan Hasil penelitian terhadap 70 orang ibu menyusui berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai hubungan antara karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan), sikap dan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di desa Wage wilayah kerja Puskesmas Taman tahun 2011 dapat disimpulkan : 1. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif (p = 1,000 dan Contingency Coefficient = 0,031). Responden yang melakukan pemberian ASI Eksklusif penuh pada bayinya lebih banyak dijumpai pada kelompok umur 17-35 tahun (88,89%). 2. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif dimana hubungan keduanya sangat lemah (p = 0.998 dan Contingency Coefficient = 0,007). Responden yang melakukan pemberian ASI Eksklusif penuh pada bayinya lebih banyak dijumpai pada tingkat pendidikan sedang sebanyak 11 orang (61,11 %). 3. Tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif dan hubungannya sangat lemah (p = 0.936 dan Contingency Coefficient = 0,047). Responden yang melakukan pemberian ASI Eksklusif lebih banyak dijumpai pada kelompok ibu menyusui yang tidak bekerja sebanyak 14 orang (77,78%) 4. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif (p = 0,795 dan Contingency Coefficient = 0,081). Responden yang melakukan pemberian ASI Eksklusif pada bayinya paling banyak pada kelompok pendapatan keluarga yang rendah (44,44%).

57

5.

Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif (p = 0,234 dan Contingency Coefficient = 0,199). Pada kedua kelompok kategori pemberian ASI Eksklusif persentase ibu yang bersikap positif terhadap pemberian ASI jauh lebih tinggi daripada sikap negatif atau netral. Persentase pada kelompok pemberian ASI Eksklusif dengan sikap positif sebanyak 17 responden (94,44%).

6. Terdapat hubungan yang lemah antara pengetahuan ibu menyusui tentang ASI Eksklusif terhadap pemberian ASI Eksklusif (p = 0,009 dan Contingency Coefficient = 0,346 ). Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif menunjukkan bahwa pada kelompok ibu dengan tingkat pengetahuan baik persentase ibu yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 12 responden (66,67%). B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan guna meningkatkan persentase pemberian ASI Eksklusif di desa Wage wilayah kerja Puskesmas Taman adalah sebagai berikut : 1. Bagi ibu menyusui diharapkan dapat memberikan ASI Eksklusif selama 0-6 bulan dan tidak memberikan makanan pendamping ASI sebelum usia 6 bulan dan diharap ibu lebih aktif lagi dalam mengakses informasi tentang pemberian ASI Eksklusif. 2. Bagi Puskesmas diharapkan dapat melakukan berbagai penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat terkait khususnya kelompok ibu menyusui mengenai pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerjanya sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan diharapkan lebih sering melakukan pelatihan terhadap kader yang ada. 3. Hasil penelitian ini banyak kekurangan, kerena ada faktor yang tidak diteliti. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya bisa memperbaiki atau menyempurnakan penelitian ini.

58

DAFTAR PUSTAKA

Al Murhan. 2002. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Dengan Pemberian Asi Ekslusif Di Desa Sukamaju Kecamatan Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara Tahun 2002. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. (http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=1915, diakses 06 Juni 2011). Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia. 2007. Saatnya Kembali ke Air Susu Ibu (ASI). (http://aimi-asi.org/2007/09/saatnya-kembali-ke-air-susu-ibu-asi/, diakses 06 Juni 2011). Azwar. A. 2003. Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia. Jakarta: Warta Kesehatan Masyarakat, 27 Maret 2003, hal 3. Budiarto. Eko. 2001. Biostatika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Editor : Palupi W; Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. 2005. Manajemen Laktasi. Jakarta. Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Jakarta, 2008. Bedah ASI - Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Irmayanti. 2007. Pengetahuan. (http: id.wikipedia.org., diakses Juni 2011). Machfoedz, Ircham. 2005. Teknik Membuat Alat Ukur Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya. Mardeyanti. 2007. Hubungan Faktor Pekerjaan dengan Kepatuhan Ibu Memberikan ASI Eksklusif di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. Tesis, Program Pasca Sarjana fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. diakses 06 juni (http://arc.ugm.ac.id/files/Abst_(3890-H-2007).pdf, 2011). Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Profil Kesehatan Puskesmas Sidoarjo, 2010.

59

Program Studi Pendidikan Dokter. 2011. Buku Pedoman Penuliisan dan Pelaksanaan Tugas Akhir .Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Purnamawati, S. 2003. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI pada Bayi Usia Empat Bulan (Analisis Data Susenas 2001). Badan Litbang Kesehatan. (http://www.litbang.depkes.go.id/media/index.php?option=conten &task=view&id=109, diakses 03 Juni 2011). Purwanti, H.S. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC. Roesli, U. 2001. Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. Jakarta: Elex Media Komputindo. _______. 2005. Mengenal ASI Eksklusif Seri 1. Jakarta: Trubus Agriwidya. ________.2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda. Rohani, 2007. Pengaruh Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2007. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. Setiawati, M. 2007. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Asi Eksklusif Dengan Praktek Menyusui. (http://www.lemlit.undip.ac.id/abstrak/content/view/348/272/, diakses 03 juni 2011). Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sulistyoningsih, H. 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI di Desa Cikunir Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2005. (http://www.kopertis4.or.id/Pages/data%202007/jurnal/penkes/Faktor%20 yang%20......pdf, diakses 04 Juni 2011). Suradi, R., Roesli, U. 2008. Manfaat ASI dan Menyusui. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

60

LAMPIRAN