Upload
yudhypoenya
View
64
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Penelitian Asi Eksklusif
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air Susu Ibu atau yang sering disingkat dengan ASI merupakan
satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki komposisi
gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI
merupakan makanan yang pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat
alamiah. Dahulu pemberian ASI ekslusif berlangsung sampai bayi berusia 4
bulan, namun belakangan sangat dianjurkan agar ASI eksklusif diberikan
sampai anak berusia 6 bulan. Bahkan ASI dapat diberikan hingga usia 2 tahun
selama produksi ASI masih banyak atau ketika anak sudah tidak mau lagi
minum ASI (Sugiarti, 2011).
Pemberian ASI Eksklusif sangat dianjurkan. Maksud ASI
Eksklusif disini adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa makanan
tambahaan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim
sejak lahir hingga bayi umur 6 bulan (Sugiarti, 2011).
Praktek pemberian ASI di negara berkembang telah berhasil
menyelamatkan sekitar 1,5 juta bayi per tahun dari kematian dan kesakitan.
Atas dasar tersebut World Health Organization (WHO) merekomendasikan
untuk hanya memberikan ASI sampai bayi 6 bulan. Setiap tahunnya lebih dari
2
25.000 bayi di Indonesia dan 1.3 juta bayi di seluruh dunia dapat diselamtkan
dari kematian dengan pemberian ASI Ekskluisif (Depkes RI, 2008)
Kurangnya pengetahuan Ibu tentang pentingnya ASI Eksklusif
dipengaruhi oleh promosi produk-produk makanan tambahan dan susu
formula. Kemajuan teknologi dan canggihnya komunikasi, serta gencarnya
promosi susu formula sebagai pengganti ASI, membuat masyarakat kurang
mempercayai kehebatan ASI (Prasetiyono, 2012).
Upaya pemberian ASI Eksklusif yang dilakukan oleh Ibu yang
aktif bekerja sering kali mengalami hambatan lantaran singkatnya masa cuti
hamil dan melahirkan.Sebelum pemberian ASI Eksklusif berakhir secara
sempurna, Ibu harus kembali bekerja. Inilah yang menjadikan bayi tidak
memperoleh ASI Eksklusif (Prasetiyono, 2012).
Bayi yang tidak mendapat ASI tidak Eksklusif memiliki resiko
kematian karena diare 3,94 kali lebih besar dibandingkan bayi yang mendapat
ASI Eksklusif. Melihat angka kematian bayi di Indonesia yang masih relatif
tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, menyusui
dampaknya signifikan dalam menurunkan kematian anak. Hal ini berarti
memiliki peranan penting dalam MDGs (Prasetiyono, 2012).
Pemberian ASI Eksklusif juga sanagat bermanfaat bagi Ibu,
pemberian ASI dapat memperkecil resiko terkena kanker payudara, kanker
ovarium, dan osteoporosis.Pemberian ASI juga memberi manfaat secara sosial
ekonomi, di mana bayi yang diberikan ASI memiliki daya tahan tubuh jauh
lebih kuat dari yang tidak di beri ASI.Kondisi ini jelas memberi keuntungan
3
untuk keluarga yang kurang mampu sehingga pengeluaran untuk berobat bayi
dapat dikurangi. Ditambah lagi ASI adalah sesuatu yang sifatnya gratis
sehingga orang tua tidak perlu membeli susu formula untuk bayi yang
harganya mahal (Josefa, 2012).
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010
menunjukkan bahwa pemberian ASI di Indonesia saat ini memperihatinkan,
presentase bayi yang diberikan ASI Eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya
15,3%. Hal inidisebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong
peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah (Depkes, RI 2011).
Secara nasional cakupan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia
pada tahun 2009 mencapai angka 34,3%. Menurut penelitian Rohani (2007)
menunjukan bahwa tingkat pengetahuan ibu sangat berpengaruh terhadap
pemberian ASI Eksklusif, hal ini ditunjukan akan terjadi peningkatan
pemberian ASI Eksklusif jika disertai dengan peningkatan pengetahuan
tentang ASI Eksklusif (Sugiarti, 2011).
Menurut Salfina (2003) mengatakan bahwa 75,6% ibu yang
tidak memberikan ASI Eksklusif adalah ibu dengan pendidikan tamat SD, dan
berstatus sebagai pekerja lepas atau buruh (Firmansyah, 2012).
Cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Desa Kalisampurno
Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo tahun 2014 sebesar 23% (34
dari 149 bayi) yang mendapatkan ASI Eksklusif. Sedangkan dari seluruh desa
yang berada di Kecamatan Tanggulangin yang memeberikan ASI Eksklusif
yaitu 49,3% (597 dari 1347 bayi). Berdasarkan target nasional sekitar 70%
4
cakupan ASI Eksklusif masih dibawah target (Dinkes Sidoarjo, 2014).
Berdasarkan uraian diatas menunjukkan masih rendahnya tingkat pemebrian
ASI Ekskluisf oleh ibu pada bayinya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI Ekskluisf, salah
satunya adalah tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Ekskluisf.
Oleh karena itu, sebagai upaya untuk lebih mengetahui dan memahami
bagaimana pengaruh tingkat penegrtahuan ibu terhadap pemberian ASI
Eksklusif maka peneliti mencoba mambahasnya dalam bentuk penelitian
dengan judul “Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Air Susu Ibu (ASI)
Eksklusif Terhadap Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif di Desa
Kalisampurno Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo”.
B. Rumusan Masalah
Masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
“Adakah Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Desa Kalisampurno Kecamatan
Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui adanya pengaruh antara Pengetahuan Ibu Tetang Air Susu
Ibu (ASI) Eksklusif Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Desa
Kalisampurno Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.
5
2. Tujuan Khusus
Menganalisis Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Air Susu Ibu (ASI)
Eksklusif Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Bagi peneliti:
Menambah pengetahuan di bidang ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan
masyarakat mengenai pemberian ASI Eksklusif serta menambah
pengalaman dalam meneliti secara langsung di lapangan.
2. Bagi masyarakat:
a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat
khususnya dalam bidang ASI.
b. Menambah pengetahuan ibu tentang ASI dan manfaat pemberian
ASI
c. Menambah pengetahuan ibu tentang pengertian dan pemberian ASI
Eksklusif.
3. Bagi instansi terkait :
a. Menjadi masukan bagi Puskesmas Kecamatan Tanggulangin
Kabupaten Sidoarjo dalam rangka meningkatkan pemberian ASI
Eksklusif
b. Sebagai masukan bagi ibu agar dapat memberikan ASI Eksklusif
kepada bayinya sampai usia 6 bulan.
6
c. Sebagai masukan bagi puskesmas dan tenaga ahli untuk
menyarankan agar ibu memberikan ASI secara Eksklusif serta
menjelaskan manfaat pemberian ASI terhadap ibu dan bayinya.
d. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai sumbangan
pemikiran dan bahan pertimbangan untuk memberikan ASI
Eksklusif kepada bayi sampai usia 6 bulan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang
berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang
tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif.
Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek
positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif
terhadap objek tertentu (Dewi & Wawan, 2010).
8
1. Proses Perilaku “TAHU”
Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku
adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung
dari maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar (Dewi & Wawan, 2010).
Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest(merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik
pada stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik
buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap
responden sudah baik lagi.
d. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.
e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,
dan sikapnya terhadap stimulus.
Pada penelitian selanjutnya Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoadmojo
(2003), menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku yang melalui proses seperti
diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku
tersebut akan berlangsung langgeng (ling lasting). Namun sebaliknya jika perilaku
tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut
9
bersifat sementara atau tidak akan berlangsung lama. Perilaku manusia dapat
dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci
merupakan refleksi dari
berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan
sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan,
sarana fisik, dan sosial budaya.
2. Tingkat Pengetahuan (Wawan & Dewi,2010,)
Pengetahun yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2003) :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah pelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
10
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
11
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan
pada suatu kreteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada.
3. Cara Memperoleh Pengetahuan (Notoatmodjo, 2010)
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokan menjadi dua,
yakni:
a. Cara Memperoleh Kebenaran Nonilmiah
1) Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah digunakan oleh
manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba coba atau
dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”. Metode ini telah digunakan oleh
orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah.
Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering digunakan, terutama oleh
mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan
suatu masalah yang dihadapi. Metode ini telah banyak jasanya, terutama dalam
meletakan dasar-dasar mennemukan teori-teori dalam berbagai cabang iilmu
pengetahuan.
12
2) Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh
orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan enzim urease oleh
Summers pada tahun 1926.
3) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan kebiasaan
dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah
yang dilakukan tersebut baik atau tidak kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi
pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern.
Para
pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintah, tokoh agama, maupun ahli ilmu
pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di dalam
penemuan pengetahuan.
4) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini
mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan,
atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Oleh karena itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai
upaya memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
13
5) Cara Akal Sehat
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori
atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman
dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya,atau agar anak disiplin
menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer
telinganya atau dicubit. Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang
berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman adalah merupakan
metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan anak. Pemberian
hadiah dan hukuman (reward and punishment) merupakan cara yang masih dianut
oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
6) Kebenaran Melalui Wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari
Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh
pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran
tersebut rasional atau tidak.
7) Kebenaran secara Intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia cepat sekali melalui proses
diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran
yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak
menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sisitematis. Kebenaran ini
diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati
saja.
14
8) Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam
memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan
pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
9) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-
pernyataan khusus ke pertanyaan yang bersifat umum. Proses berpikir induksi
berasal dari hasil pengamatan indra atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan
bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal-hal yang abstrak.
10) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum yang ke
khusus. Aristoteles (384-322SM) mengembangkan cara berpikir deduksi ini ke
dalam suatu cara yang disebut “silogisme”. Silogisme merupakan suatu bentuk
deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umumpada kelas
tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap
yang termasuk dalam kelas itu
b. Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistimatis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut „metode penelitian ilmiah‟, atau
15
lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology). Cara ini
mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Ia mengatakan bahwa
dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi
langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan
dengan objek yang diamati. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok yakni :
1) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat
dilakukan pengamatan
2) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat
dilakukan pengamatan
3) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubah-
ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan (Dewi & Wawan, 2010)
1) Pendidikan
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang
menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB
Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam
memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003)
pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi.
Pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian dan
16
mengembangakan kemampuan manusia baik jasmani maupun rohani yang
berlangsung seumur hidup di luar sekolah. Dalam karya tulis ilmiah ini
pendidikan diartikan sebagai pendidikan formal yang telah diselesaikaan oleh
ibu menyusui dan dibuktikan dengan ijazah, Secara luas pendidikan mencakup
seluruh proses kehidupan individu sejak dalam ayunan hingga liang lahat,
berupa interaksi individu dengan lingkunganya, baik secara formal maupun
informal. Proses dalam kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan masalah
perilaku individu maupun kelompok. Kegiatan formal maupun informal
berfokus pada proses belajar mengajar, dengan tujuan agar terjadi perubahan
perilaku, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti dan dari tidak dapat menjadi dapat.
Makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah untuk
menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat sikap terhadap nilai-nilai
yang baru diperkenalkan, termasuk mengenai ASI Ekslusif.
Faktor pendidikan ibu mempengaruhi dalam pemberian ASI eksklusif
karena ibu yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki kesibukan di luar
rumah sehingga cenderung meninggalkan bayinya (Nurjanah, 2007).
2) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah
kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan
kehidupan keluarga.
17
Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif
selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan, meskipun cuti
hamil hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui,
perlengkapan memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja, seseorang ibu yang
bekerja dapat memberikan ASI secara eksklusif Menurut Utami Roesli (2000:38).
Status pekerjaan ibu mempengaruhi dalam pemberian ASI ekskluisf
karena seorang ibu yang bekerja diluar rumah akan sulit dalam memberikan ASI
eksklusif (Soenardi, 2006).
3) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur
individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan
menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam dalam berfikir dan bekerja.
Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan).
Dalam karya tulis ilmiah ini umur diartikan sebagai umur ibu menyusui yang
dihitung pada saat penelitian dilakukan. Terbentuknya perilaku dapat terjadi
karena proses interaksi dengan lingkungan. Oleh karena itu, semakin cukup umur
maka semakin dewasa dan matang dalam berfikir dan bertindak. Dari segi
kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari
pada orang yang belum cukup kedewasaannya. Dari pernyataan di atas, semakin
bertambahnya umur ibu akan berpengaruh terhadap pengetahuan ibu menyusui
tentang ASI Eksklusif (Notoatmodjo, 2010).
18
4) Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang
cukup dari seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan berperilaku
sesuai dengan apa yang diharapkan.
5) Dukungan Suami
Menurut Roesli, 2000, dari semua dukungan bagi ibu menyusui dukungan
suami / sang ayah adalah dukungan yang paling berati bagi ibu. Suami dapat
berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI khususnya ASI eksklusif
dengan cara memberikan dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan yang
praktis. Untuk membesarkan seorang bayi, masih banyak yang dibutuhkan selain
menyusui seperti menyendawakan bayi, menggendong dan menenangkan bayi
yang gelisah, mengganti popok, memandikan bayi, membawa bayi jalan-jalan di
taman, memberikan ASI perah, dan memijat bayi. Kecuali menyusui semua tugas
tadi dapat dikerjakan oleh suami.
Dukungan suami sangat penting dalam suksesnya menyusui, terutama
untuk ASI eksklusif. Dukungan emosional suami sangat berarti dalam
menghadapi tekanan luar yang meragukan perlunya ASI. suamilah yang menjadi
benteng pertama saat ibu mendapat godaan yang datang dari keluarga terdekat,
orangtua atau mertua. suami juga harus berperan dalam pemeriksaan kehamilan,
menyediakan makanan bergizi untuk ibu dan membantu meringankan pekerjaan
istri. Kondisi ibu yang sehat dan suasana yang menyenangkan akan meningkatkan
kestabilan fisik ibu sehingga produksi ASI lebih baik. Lebih lanjut ayah juga ingin
19
berdekatan dengan bayinya dan berpartisipasi dalam perawatan bayinya, walau
waktu yang dimilikinya terbatas.(Roesli, 2000).
Suami yang berperan mendukung ibu agar menyusui sering disebut breast feeding
father. Pada dasarnya seribu ibu menyusui mungkin tidak lebih dari sepuluh orang
diantaranya tidak dapat menyusui bayinya karena alasan fisiologis. Jadi, sebagian
besar ibu dapat menyusui dengan baik.
Ketaatan mereka untuk menyusui ekslusif 4-6 bulan dan dilanjutkan
hingga dua tahun yang mungkin tidak dapat dipenuhi secara menyeluruh. Itulah
sebabnya dorongan ayah dan kerabat lain diperlukan untuk meningkatkan
kepercayaan diri ibu akan kemampuan menyusui secara sempurna (Khomsan,
2006).
6) Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun
orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan
seseorang.
7) Tingkat Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder, keluarga
dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan keluarga
dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan
informai termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi
dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
Friedman (2004) status ekonomi seseorang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
20
Penghasilan tipe kelas atas> Rp 1.000.000,
Penghasilan tipe kelas menengah = Rp 500.000 – Rp 1.000.000
Penghasilan tipe kelas bawah< Rp 500.000
8) Sosial Budaya ( informasi )
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari
sikap dalam menerima informasi.
Budaya dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu misalnya dengan
memperoleh pengetahuan dari media majalah, surat kabar, televisi, radio dan lain
sebagainya.
Kriteria Tingkat Pengetahuan (Dewi & Wawan, 2010)
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik : Hasil presentase 76%-100%.
b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%.
c. Kurang : Hasil presentase >65%.
B. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)
ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Air
susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bayi pada awal usia kehidupan,hal ini
21
tidak hanya karena ASI mengandung cukup zat gizi tetapi karena ASI
mengandung zat imunologik yang melindumgi bayi dari infeksi praktek
menyusui dinegara berkembang telah berhasil menyelamatkan sekitar 1,5 juta
bayi pertahun, atas dasar tersebut WHO merekomendasikan hanya untuk
memberikan ASI sampai bayi berusia 0 sampai 6 bulan ( Depkes RI, 2005).
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa dan garam-garam anorganikyang diekskresi oleh kelenjar payudara ibu
yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (WHO, 2004). Air Susu Ibu adalah
cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui.
Secara alamiah, ibu mampu menghasilkan ASI. ASI dalam jumlah cukup
merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi
selama 6 bulan pertama. Pada masa kehamilan ibu, hormon tertenatu merangsang
payudara untuk memperbanyak saluran-saluran air susu dan kelenjar-kelenjar air
susu (Khasanan, 2011).
22
C. Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berumur 0 sampai 6 bulan. Bahkan air putih tidak
diberikan dalam tahap ASI ekskluisf ini (Depkes RI, 2004).
ASI ekslusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan
lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih serta tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim kecuali
vitamin, mineral dan obat (Roesli, 2010).
D. Proses terbentuknya ASI
Proses terbentukya ASI dipengaruhi 2 reflek yaitu:
a. Reflek Prolaktin
Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacuhipofise
anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin kedalamaliran darah. Prolaktin
memacu sel kelenjar untuk sekresi ASI.Makin sering bayi menghisap makin
banyak prolaktin dilepas olehhipofise, makin banyak pula ASI yang diproduksi
oleh sel kelenjar.
b. Reflek Aliran (Let Down Reflek)
Adalah pancaran ASI dari payudara oleh karena pengaruh
hormonoksitosin yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofise yang
dirangsangoleh hisapan bayi yang membuat kontraksi otot (Depkes RI,2005).
23
E. Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam :
a. Kolostrum
Adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah
melahirkan (2-4 hari) yang berbeda karakteristik fisik dankomposisinya
dengan ASI matang dengan volume 150-300 ml/hari.Berwarna kuning keemasan
atau krem (creamy). Lebih kental dibandingkan dengan cairan susu tahap
berikutnya. Kolostrum mempunyai kandungan yang tinggi protein, vitamin
yang terlarutdalam lemak, mineral-mineral dan imunoglobin. Imunoglobin
inimerupakan antibodi dari ibu untuk bayi yang juga berfungsi sebagaiimunitas
pasif untuk bayi. Imunitas pasif akan melindungi bayidengan berbagai virus
dan bakteri yang merugiakan. Kolostrum jugamerupakan pembersih usus bayi
yang membersihkan mekoniumsehingga mukosa usus bayi yang baru lahir
segera bersih dan siap menerima ASI.
b. ASI peralihan
Adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20 hari) dimana
kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut air lebih tingg dan kadar 10 protein,
mineral lebih rendah, serta megandung lebih banyak kaloridaripada kolostrum.
c. ASI matur
Adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan
volume bervariasi yaitu 300-850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi
saat laktasi. 90% adalah air karbohidrat, protein dan lemakyang diperlukan untuk
24
kebutuhan hidup dan perkembangan bayi. ASI matur merupakan nutrisi bayi
yang terus berubah disesuiakan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan.
Volume ASI pada tahun pertama adalah 400-700 ml/ 24 jam, tahun kedua
200-400 ml/24jam, dan sesudahnya 200 ml/24 jam.
Ada 2 tipe ASI matur:
1) Foremilk: jenis ini dihasikan selama awal menyusui dan mengandung air,
vitamin-vitamin dan protein.
2) Hind-milk: jenis ini dihasilkan setelah pemberian awal saatmenyusui dan
mengandung lemak tingkat tinggi dan sangat diperlukan untuk pertambahan
berat badan bayi. Kedua jenis tersebut diatas adalah sangat dibutuhkan ketika
ibumenyusui yang akan menjamin nutrisi bayi secara adekuat yang
diperlukan sesuai tumbuh kembang bayi (Atikah, 2010).
1. Kandungan Komposisi Zat Gizi Dalam ASI adalah sebagai berikut :
a. Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) yangjumlahnya
tidak terlalu bervariasi setiap hari, dan jumlahnya lebihbanyak ketimbang
dalam PASI. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalh 7:4, sehingga
ASI terasa lebih manis dibandingkan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang
sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum MPASI.
Dengan demikian, pemberian ASI semakin berhasil. Hidrat arang dalam ASI
merupakan nutrisi penting yang berperan dalam pertumbuhan sel saraf otak,
25
serta pemberian energi untuk kerja sel-sel sel-sel saraf. Di dalam usus,
sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat, yang berfungsi mencegah
pertumbuhan bakteri yang berbahaya, serta membantu penyerapan kalsium
dan mineral-mineral lain.
b. Protein
Protein dalam ASI lebih rendah bila dibandingkan dengan
PASI.Meskipun begitu, “whey” dalam protein ASI hampir seluruhnya
terserap oleh sistem pencernaan bayi.Hal ini dikarenakan “whey” ASI lebih
lunak dan mudah dicerna ketimbang “whey” PASI. Kasein yang tinggi dengan
dengan perbandingan 1 dan 0,2 akan membentuk gumpalan yang relatif keras
dalam lambung bayi. Itulah yang menyebabkan bayi yang diberi PASI sering
menderita susah buangair (sembelit), bahkan diare dan defekasi dengan feses
berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap
oleh bayi yang diberi PASI.
c. Lemak
Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal darilemak
yang lenih mudah dicerna dan diserap oleh bayi ketimbang PASI. Hal ini
dikarenakan ASI lebih banyak mengandung enzimpemecah lemak (lipase).
Kandungan total lemak dalam ASI para ibubervariasi satu sama lain, dan berbeda-
beda dari satu fase menyusuike fase berikutnya. Pada mulanya, kandungan
lemak rendah,kemudian meningkat jumlahnya. Komposisi lemak pada menit-
menit awal menyusui awal menyusui berbeda dengan 10 menit
26
kemudian.Demikian halnya dengan kadar lemak pada hari pertama, kedua, dan
seterusnya, yang akan terus berubah sesuai kebutuhan energi yang diperlukan
dalam perkembangan tubuh bayi. Jenis lemak dalam ASI mengandung banyak
omega-3, omega-6, dan DHA yang dibutuhkan dalam pembentukan sel-sel
jaringan otak. Meskipun produk PASI sudah dilengkapi ketiga unsur tersebut,
susu formula tetap tidak menagandung enzim, karena enzim mudah rusak bila
dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi sulit menyerap lemak PASI,
sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat
dalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya dengan PASI adalah 6:1. Asam
linoleat inilah yang berfungsi memacu perkembangan sel saraf otak bayi.
d. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relative
rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat
besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil, mudah
diserap tubuh, dan berjumlah sangat sedikit. Sekitar 755 dari zat yang
terdapat dalam ASI dapat diserap oleh usus. Lain halnya dengan zat basi
yang bisa terserap dalam PASI, yang hanya berjumlah sekitar 5-10%. ASI juga
mengandung natrium, kalium, fosfor, dan klor yang lebih sedikit ketimbang
PASI. Meskipun sedikit, ia tetap mencukupi kebutuhan bayi. Kandungan
mineral dalam PASI cukup tinggi. Jika sebagian besar tidak dapt diserap, maka
akan memperberat kerja usus bayi, serta mengganggu sistem keseimbangan
dalam pencernaan, yang bisa merangsang pertumbuhan bakteri yang
27
merugikan. Inilah yang menjadikan perut bayi kembung, dan ia pun gelisah
lantaran gangguan metabolisme.
e. Vitamin
Apabila makanan yang dikonsumsi oleh ibu memadai, berarti
semuavitamin yang diperlukan bayi selam 6 bulan pertama kehidupannya dapat
diperoleh dari Asi. Sebenarnya, hanya ada sedikit vitamin D dalam lemak
susu. Terkait itu, ibu perlu mengetahui bahwa penyakit polio jarang menimpa
bayi yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar matahari. Vitamin D
yang larut air terdapat dalam susu. Mengenai hal ini perlu diketahui bahwa
vitamin tersebut bisa ditambahkan kedalam vitamin D yang larut lemak. Dan
jumlah vitamin A, tiamin dan vitamin C bervariasi sesuia makanan yang
dikonsumsi oleh ibu. (Dwi sunar, 2009)
28
F. Hal- hal yang mempengaruhi produksi ASI
a. Makanan
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan
ibu,apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi
yangdiperlukan akan mempengaruhi produksi ASI.
b. Ketenangan Jiwa dan fikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yangselalu
dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri danberbagai bentuk
ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi
produksi ASI.
c. Penggunaan alat kontrasepsi
Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat
kontrasepsihendaknya diperhatikan karena pamakaina kontrasepsi yang
tidaktepat dapat mempengaruhi produksi ASI.
d. Perawatan payudara
Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypopise
untukmengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak lagi dan
hormon oxytocin.
29
e. Fisiologi
Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon terutama prolsktin
inimerupakan hormon laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan dan
mempertahnkan sekresi air susu.
f. Faktor istirahat
Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam
menjalankanfungsinya dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI
berkurang.
g. Faktor isapan anak
Bila ibu menyusui anak segera jarang dan berlangsung sebentarmaka
hisapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI berkurang (Weni,
2009)
G. Volume Produksi ASI
Pada bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai
menghasilkan ASI. Dalam kondisi normal, pada hari pertamadan kedua sejak
bayi lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100ml/hari. Jumlahnya pun
meningkat hingga 500ml pada minggu kedua.Dan, produksi ASI semakin
efektif dan terus menerus meningkat pada10-14 hari setelah melahirkan. Kondisi
tersebut berlangsung hingga beberapa bulan kedepan.Bayi yang sehat
mengkonsumsi 700-800ml ASI setiap hari setelah memasuki masa 6 bulan
volume pengeluaran air susu mulai menurun.Sejak saat itu, kebutuhan gizi tidak
30
lagi dapat dipenuhi oleh ASI, dan harus mendapatkan makanan tambahan.Secara
fisiologis, ukuran payudara tidak mempengaruhi volume air susu yang diproduksi.
Artinya, jumlah ASI yang diproduksi tidak tergantung pada besar atau kecilnya
payudara.
Jumlah produksi ASI bervariasi setiap hari, karena dipengaruhi oleh
kandungan nutrisi ibu.ASI yang dibutuhkan oleh bayi sesuai tingkat
pertumbuhan dan perkebangannya. Semakin sehat bayi, semakin banyak ASI
yang harus dikonsumsinya.Menurut Deddy Volume ASI yang diproduksi
dipengaruhi oleh kondisi psikis seorang ibu dan makanan yang
dikonsumsinya. Oleh karena itu, ibu tidak boleh merasa stress dan gelisah secara
berlebihan.Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap volume ASI pada
minggupertama menyusui bayi (Deddy Muchtadi ,2010).
Jumlah air susu pada ibu yang kekurangan gizi sekitar 500-700ml
setiap hari selama 6 bulan pertama, 400-600ml pada 6 bulan kedua, serta
300-500ml pada tahun kedua kehidupan bayi. Kekurangan gizi dikarenakan
cadangan lemak yang tersimpan dalam tubuh ibu pada masa kehamilan ttidak
mencukupi kebutuhan, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen
ASI dan sumber energi selama menyusui. Meskipun begitu, peningkatan
konsumsi makanan pada ibu hamil belum tentu meningkatkan maningkatkan
produksi air susunya. Sebenarnya, gizi dalam makanan yang dikonsumsi oleh
ibu hamil itulah yang menjadi faktor dominan yang berpengaruh terhadap volume
produksi ASI. Pada beberapa kasus, jumlah produksi ASI pada ibu yang
kekurangan gizi sering kali menurun, dan akhirnya berhenti sama sekali.
31
Didaerah-daerah yang banyak ditemui ibu yang sangatkekurangan gizi, dapat
dicermati adanya marasmus pada bayi –bayi yang berumur enam bulan, yang
hanya diberi ASI (Dwi Sunar, 2009).
H. Kualitas fisik ASI yang baik
Sebenarnya, tampilan ASI berbeda setiap saat lantaran kandungannya
berubah-ubah, termasuk kandungan lemak dan warna ASI. Hal-hal yang perlu
diketahui oleh ibu adalah:
a. Jumlah lemak dalam ASI akan berfluktuatif dari hari kehari. ASI
yangkeluar pada menit-menit pertama setelah persalinan akan
berbedawarnanya dengan ASI yang keluar dihari berikutnya.
b. ASI yang baru saja diperas mengandung banyak protein dan terlihatlebih
encer ketimbang ASI yang dikeluarkan pada menit-menitberikutnya.
c. warna ASI tidak tergantung pada makanan dan minuman
yangdikonsumsi oleh ibu.
d. Pewarna makanan, minuman soda, jus buah dan hidangan penutup
yang mengandung gelatin tidak mengubah warna ASI menjadi pinkatau
oranye.
e. ASI berwarna pink mengindikasikan adanya darah dalam ASI. Halini
dikarenakan puting payudara lecet.
f. Dalam kondisi normal ASI segar, berbau dan beraroma manis.
32
g. Jika ASI perasan berbau asam, pahit, dan anyir mungkin ASI telah basi
( Dwi, 2009).
I. Manfaat ASI
a. Bagi bayi
1) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik. Bayi yang diberi ASI
mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelahlahir, pertumbuhan
setelah periode perinatal baik, danmengurangi kemungkinan obesitas.
2) Mengandung antibodi
3) ASI mengandung komposisi yang tepat.
4) Mengurangi kejadian karies dentis.
5) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatanantara ibu
dan bayi.
6) Terhindar dari alergi.
7) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi (weni K, 2009).
b. Bagi ibu
1) Aspek kontrasepsi
Hisapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung
syarafsensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkanprolaktin.
33
Prolaktin masuk keindung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tiak
ada ovulasi.
2) Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknyaoksitosin
oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusiuterus dan mencegah
terjadinya perdarahan pasca persalinan.
3) Aspek penurunan berat badan
Ibu yang memberikan ASI eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih
cepat kembali keberat badan semula seperti sebelum hamil.
4) Aspek psikologis
Ibu yang menyusui akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang
dibutuhkan oleh semua manusia (Weni K, 2009).
c. Bagi Keluarga
1) Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakanuntuk
membeli susu formula dapat digunakan untuk membeli susu formula dapat
digunakan untuk keperluan lain.
34
2) Aspek psikologis
Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang,sehingga
suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan
keluarga.
3) Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana sajadan
kapan saja (weni K, 2009).
35
BAB III
A. Kerangka Konsep
Ada beberapa faktor pengetahuan ibu yang berkaitan dengan masalah penelitian
ini antara lain seperti yang digambarkan berikut ini:
BAGAN 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Ket :
Pengalaman
Minat
Pekerjaan
IRT
Wiraswasta
PNS
TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DITELITI
Pengetahuan tentang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
Pendidikan
Usia
Dukungan Suami
Informasi
Ekonomi
Penghasilan Atas
Penghasilan Menengah
Penghasilan Bawah
TIDAK DITELITI
36
B. Uraian Kerangka Konsep
Pendidikan ibu mempunyai pengaruh terhadap pemberian ASI Ekslusif
karena ibu yang berpendidikan tinggi umunya mempunyai kesibukan di luar
rumah sehingga cendereung meininggalkan bayinya (Nurjanah, 2007)
Umur ibu mempengaruhi dalam pemberian ASI Eksklusif karena
semakin cukup umur ibu maka semakin dewasa dan matang dalam berfikir dan
bertindak dalam pemberian ASI Ekskluisf (Soenardi, 2006)
Dukungan suami mempengaruhi dalam pemberian ASI Eksklusif
karena dukungan suami merupakan dorongan yang sangat berperan dalam
pemberian ASI Eksklusif (Roesli, 2000).
Informasi berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif karena
melaui media masa, ibu dapat memperoleh penegetahuan termasuk sala
satunya tentang ASI Eksklusif. (Roesli, 2000).
C. Hipotesis
1. Ada pengaruh antara pengetahuan ibu tentang Air Susu Ibu (ASI)
eksklusif terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa Kalisampurno
Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.
37
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan
pengambilan data secara cross sectional karena pengumpulan data variable
bebas dan variable terikatnya dilakukan satu kali dalam kurun waktu tertentu.
B. LokasidanWaktuPenelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Desa Kalisampurno Kecamatan
Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 14 Juni 2015
sampai selsesai.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiono, populasi merupakan seluruh objek atau
objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan hanya objek
atau subjek yang diplejari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang
dimiliki subjek atau objek tersebut. Populasi dikatakan sebagai kumpulan
38
orang, indivdu atau objek yang akan diteliti sifat-sifat atau
karrakterisktiknya (Hidayat, 2010)
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang
memiliki anak Batita (Bayi Usia dibawah Tiga Tahun) di Desa
Kalisampurno Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo sebanyak
149 orang yang datang di posyandu 1-4 di Desa Kalisampurno Kecamatan
Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Hidayat,2010).
Sampel penelitian ini adalah semua ibu yang menyusui
bayinya lebih dari 6 bulan sampai 2 tahun yang datang di Desa
Kalisapurno Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.
Adapun kriteria inklusi dari subjek penelitian:
a. Ibu yang memberikan ASI pada bayinya lebih dari 6 bulan – 2 tahun
b. Rutin datang ke posyandu setiap bulannya
c. Bersedia diwawancarai
Kriteria eksklusi :
a. Ibu yang memberikan ASI pada bayinya ≤ 6 bulan
39
3. Besar sampel
Sampel minimal yang diperlukan berdasarkan rumus
mencari jumlah minimal dengan rumusbesar sampel menurut Sudigdo
(2011) yaitu :
` n = Zα2.P.Q
d2
Keterangan :
n = Besar sampel yang diperlukan
Z = Nilai standart score dari suatu distribusi normal dengan kesalahan α
d = Presisi absolute yang ditetapkan oleh peneliti yaitu berapa penyimpangan
dari yang diharapkan peneliti terhadap proporsi. Pada penelitian ini
menggunakan nilai 0,1
P = Proporsi kejadian (34/149=0,228 0,23 )
Q = 1 – P
n = 1,962 x 0,23 x (1 – 0,23)
( 0,1)2
n = 68,0347 68
Jadi besar sampel ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya lebih dari
6 bulan – 2 tahun yang digunakan dalam penelitian ini adalah 68 orang.
40
4. Cara penarikan sampel
Cara penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan tehnik
Cluster Random Sampling
Kerangka operasional
Gambar 4.1
Kerangka operasional pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif
Populasi
semua ibu yang memiliki Batita ( bayi dibawah usia tiga tahun) di Desa Kalisampurno Kecamatan Tanggulangin Kabupaten
Sidoarjo.
Cluster Random Sampling
Sampel
semua ibu yang menyusui bayinya lebih dari 6 bulan – 2 tahun yang datang di Posyandu di Desa Kalisampurno
Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.
Dilakukanpengukuranmelauikuesioner :
1`.Pendidikan ibu menyusui
2. Umur ibu menyusui
3. Dukungansuami
4. Informasitentang ASI
41
C. Variabel Penelitian
Menurut Notoatmojo (2010) variabel adalah sesuatu yang digunakan
sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan
penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jemis
kelamim, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan,
pendapatan, penyakit dsb.
1. Variabel bebas (independen)
a. Pendidikan ibu
b. Umur Ibu
c. Dukungan suami
d. Informasi tentang ASI
2. Variabel terikat (dependen)
a. Pemberian ASI Eksklusif
I. Definisi Operasional dan Cara Pengukuran
NO VARIABEL
DEPENDENT (Y)
Definisi Operasional Cara Ukur Kategori Skala Ukur
1. Pemberian ASI
Ekslusif
Perilaku ibu yang
memberikan ASI saat
lahir hingga usia 6
bulan tanpa makanan
pengganti
Kuesioner 1. Ya
2. Tidak
Nominal
VARIABEL
INDEPENDENT (X)
2. Pendidikan Ibu Tingkat Pendidikan
Ibu saat dilakukan
wawancara
Kuesioner 1. Rendah
(≤SLTA)
Nominal
42
2.Tinggi
(≥SLTA)
3. Umur Tingkat kematangan
pemikiran terhadap
suatu permasalahan
berdasarkan
wawancara
Kuesioner 1Kurang
(<15 th)
2.Sedang (15-
25th)
3.Tinggi (>25th)
Nominal
4. Dukungan suami Menciptakan
suasana positif
seperti menyediakan
sarana dan
prasarana (pump
breast, babby
carrier) serta
dukungan penuh
terhadap pemberian
ASI
Kuesioner 1.Berpengaruh
(Ya)
2. Tidak
berpengaruh
(Tidak)
Nominal
5. Informasi tentang
ASI
Melalui media masa
ibu dapat
memperoleh
pengetahuan tentang
pentingnya
pemberian ASI
Eksklusif
Kuesionr 1. Media
Elektronik (TV,
radio)
2. Media Massa
(koran, majalah)
3. Petugas
Kesehatan
(dokter, bidan
dll)
Nominal
Gambar 4.2 Definisi Operasional Sumber hasil wawancara
43
44
G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan meliputi:
a. Data primer
Merupakan data yang diperoleh dari pengamatan di
lapangan, dilakukan secara langsung melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner pada ibu dan data yang diperoleh terdiri atas :
1. Data pendidikan ibu di Desa Kalisampurno Kecamatan
Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo
2. Data umur ibu di Desa Kalisampurno Kecamatan Tanggulangin
Kabupaten Sidoarjo
3. Data dukungan suami di Desa Kalisampurno Kecamatan
Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo
4. Data informasi Ibu di Desa Kalisampurno Kecamatan Tanggulangin
Kabupaten Sidoarjo.
b. Data Sekunder
Merupakan data yang didapatkan secara tidak langsung
yang bermanfaat untuk mendukung penelitian dan hanya digunakan
untukmelengkapi data primer yang telah ada, dalam penelitian ini data
sekundernya diperoleh dari data Desa Kalisampurno Kecamatan
Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.
45
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data
menggunakan kuesioner berupa pertnayaan tertutup (close ended) dan
berbentuk multiple choice untuk mendapatkan data tentang variabel
dependent dan independent.
H. Pengolahan dan Analisis Data
1`. Pengolahan Data
a. Seleksi data
Pemeriksaan data di lakukan lapangan, mulai dari mengecek nama
dan kelengkapan identitas sehingga dapat menghasilkan data yang akurat
untuk pengelolaan data. Selanjutnya memeriksa apakah semua kuesioner
sudah terjawab dengan tepat dan jelas
b. Pemberian kode
Setelah dilakukan editing kemudian penulis memberikan kode pada
tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data.
c. Pengelompokan data
Pada tahap ini, mengelompokkan jawaban responden yang sama
kemudian dapat dituliskan dalam bentuk tabel dan langkah selanjutnya
adalah memasukkan data ke dalam program komputer untuk dianalisis
(Hasan, 2009)
46
2. Analisis data
Hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel silang.
Untuk mengetahui hubungan antara variabel dependent dan variabel
independent dilakukan uji chi square, jika hasil tidak memenuhi syarat
maka yang dibaca adalah fisher’s exact test (Riyono, 1992). Kemudian
dilanjutkan dengan uji Kontingensi yang bertujuan untuk menilai
besarnya pengaruh pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Uji statistik dilakukan untik mengetahui apakah ada pengaruh
pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa Kalisampurno
Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan SPSS for wind.
47
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Desa Kalisampurno
Desa Kalisampurno merupakan salah satu desa di Kecamatan
Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur dengan luas wilayah 107.787
hektar/m2. Desa ini merupakan desa binaan dari wilayah Puskesmas
Tanggulangin dan terbagi menjadi 4 wilayah kerja posyandu .Desa ini
mempunyai 59 Rukun Tetangga (RT), 9 Rukun Warga (RW). Jumlah
penduduk Desa Kalisampurno pada tahun 2015 adalah 3726 penduduk
laki-laki & 4429 penduduk perempuan dengan jumlah keseluruhan 8155
jiwa. (Puskesmas Tanggulangin, 2014).
B. Letak Geografis
Desa Kalisampurno merupakan salah satu desa di Kecamatan
Tanggulangin dan bagian dari wilayah kerja Puskesmas Tanggulangin,
terletak di daerah dataran rendah terdiri pemukiman dan berbagai
industrial dengan batas wilayah sebagai berikut (Puskesmas
Tanggulangin).
1. Sebelah utara : Desa Kludan
2. Sebelah selatan : Desa Wunut Kec. Porong
3. Sebelah barat : Desa Kedensari
4. Sebelah timur : Desa Ketapang /Kalitengah
48
C. Data Demografi
Jumlah penduduk Desa Kalisampurno adalah 8155 jiwa. Menurut
jenis kelamin laki-laki terdapat 3726 jiwa dan perempuan 4429 jiwa
sedangkan jumlah kepala keluarga (KK) sekitar 1023. Jumlah Wanita
Usia Subur (WUS) adalah 302 jiwa dan Pasangan Usia Subur (PUS)
berkisar 344 pasang.
D. Data Kesehatan Masyarakat
1. Jumlah kematian umum : 21 jiwa
2. Jumlah kematian bayi (0-1 tahun) : 1 jiwa
3. Jumlah kematian Anak balita (1-5 tahun) :-
4. Jumlah kematian ibu bersalin :-
5. Jumlah K1 bumil : 1 jiwa
6. Jumlah K4 bumil :24 jiwa
7. Jumlah bumil risti :8 jiwa
8. Jumlah persalinan nakes :24 jiwa
9. Jumlah persalinan oleh dukun :-
10. Jumlah ibu nifas dapat yankes standart :24 jiwa
11. Jumlah kelahiran hidup :24 jiwa
12. Jumlah KN 1 :24 jiwa
13. Jumlah KN 2 :24 jiwa
14. Jumlah bayi dengan risiko tinggi (risti) :7 bayi
15. Jumlah kelahiran BBLR :-
16. Jumlah rata-rata :211 anak
49
17. Jumlah rata-rata balita yang naik BB :196
18. Jumlah rata-rata balita tidak naik BB :15 anak
19. Jumlah bayi Bawah Garis Merah (BGM) :1 anak
20. Jumlah balita BGM (13-69 bulan) :-
21. Jumlah bayi BB pada pita kuning diatas garis merah :2 bayi
22. Jumlah balita BB pada pita kuning diatasgaris merah :11
23. Jumlah bayi yang Inisiasi Menyusu Dini 9 IMD) :24
24. Jumlah bayi dengan ASI Ekskluisf :34 bayi
25. Jumlah bayi (6-11 bulan) dapat vit.A (warna biru) :49
26. Jumlah balita (12-59 bulan) dapat vit.A (warna merah) :211
27. Cakupan imunisasi dasar lengkap <1` tahun :66
28. Jumlah penderita DBD :1
29. Jumlah penderita TB paru :6
30. Jumlah penderita kusta :2
31. Jumlah penderita diare :30
32. Jumlah pengguna NAPZA :-
33. Jumlah remaja di luar nikah :-
34. Jumlah akseptor KB baru
a. MOW / MOP :-
b. IUD :-
c. Implant :-
d. Suntik :58
e. Pil :11
50
f. Lain-lain :-
35. Jumlah akseptor KB aktif
a. MOW / MOP :-
b. IUD :56
c. Implan :8
d. Suntik :371
e. Pil :126
f. lain-lain :6
36. PHBS
a. Rumah tangga di survey :9
b. Rumah tangga sehat :936
Jumlah penyakit terbanyak yang terdata (Puskesmas Tanggulangin,
2014) :
1. Infeksi Saluran Napas Akut : 1642
2. HPT : 503
3. Gastritis : 368
4. Diail : 244
5. Mialji : 220
6. DA : 164
7. I.K : 154
8. Obs. Fibin : 146
9. OMP : 61
10. Conjunctivitis : 50
51
Data kecacatan termasuk cacat mental dan fisik (Puskesmas
Tanggulangin, 2014) :
1. Cacat fisik
a. Tuna rungu : 1
b. Tuna wicara : 1
c. Tuna netra : 1
d. Cacat tubuh atau bawaan : 2
e. Sumbing :-
f. Cacat kulit (albino) :-
g. Cacat fsisk / tuna daksa :-
2. Cacat mental
a. Idiot :-
b. Gila/psikotik :-
c. Bipolar
:-
d. Debil :-
e. Autis/embisil :-
E. Analisis Univariat
Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang menyusui bayinya ≥
6 bulan – 2 tahun. Jumlah seluruh responden dalam penelitian ini
yaitu 68 ibu yang menyusui bayinya dengan ASI, responden diteliti
dengan beberapa variabel yaitu pendidikan, umur, dukungan suami,
52
dan informasi tentang ASI. Adapun hasil penelitian dari variabel yang
ada sebagai berikut :
1. Pendidikan
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada 68 responden
diketahui bahwa pendidikan ibu dalam mempengaruhi pemberian
ASI eksklusif di Desa Kalisampurno Kecamatan Tanggulangin
Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1 Pendidikan ibu di Desa Kalisampurno Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo, pada tanggal 10 juni 2015.
No Pendidikan Jumlah Presentase
1 Rendah 25 36,8%
2 Tinggi 43 63,2%
Total 68 100%
Sumber : Hasil survei 2015
Dari tabel 5.1 menunjukkan bahwa semua responden
pernah menjalani pendidikan disekolah tetapi sebagian besar
lulusan SLTA, sehingga responden termasuk dalam pendidikan
tinggi yaitu sebesar 63,2%, sedangkan responden berpendidikan
rendah hanya 36,8 %.
2. Umur
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada 68 responden
diketahui bahwa usia ibu dalam mempengaruhi pemberian ASI
53
eksklusif di desa kalisampurno kec.tanggulangin kab sidoarjo
adalah sebagai berikut :
Tabel 5.2 Umur ibu di Desa Kalisampurno Kecamatan Tanggulangin Kabuapten. Sidoarjo, pada tanggal 10 juni 2015
No Umur Jumlah Presentasi
1 Kurang 10 14,7%
2 Sedang 18 26,5%
3 Tinggi 40 58,8%
Total 68 100%
Sumber : Hasil survei 2015
Dari tabel 5.2 menunjukkan bahwa hampir semua
responden memiliki umur dalam kategori tinggi dalam tingkat
pengetahuan. Responden yang memiliki umur > 25 tahun sebanyak
58,8%, sedangkan responden yang memiliki umur 15-25 tahun
sebanyak 26,5%, dan responden yang memliki umur <15 tahun
sebesar 14,7%.
3. Dukungan Suami
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada 68 responden
diketahui bahwa Dukungan suami dalam mempengaruhi pemberian
ASI eksklusif di Desa Kalisampurno Kecamatan Tanggulangin
Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut :
54
Tabel 5.3 Dukungan suami di Desa Kalisampurno Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo, pada tanggal 10 juni 2015.
No Dukungan suami Jumlah Presentase
1 Iya 50 73,5%
2 Tidak 18 26,5%
Total 68 100%
Sumber : Hasil survei 2015
Dari tabel 5.3 menunjukkan bahwa hampir semua
responden mendapat dukungan dari suami. Responden yang
mendapatkan dukungan suami sebesr 73,5%, sedangkan responden
yang tidak mendapat dukungan suami sebanyak 26,5.
4. Informasi tentang pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada 68 responden
diketahui bahwa informasi yang diperoleh para ibu dalam
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Desa Kalisampurno
Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai
berikut :
55
Tabel 5.4 Informasi yang didapat ibu di Desa Kalisampurno Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo, pada tanggal 10 Juni 2015.
No Informasi Jumlah Presentase
1 Media elektronik 13 19,1%
2 Media massa 9 13,2%
3 Petugas kesehatan 46 67,7%
Total 68 100%
Sumber : Hasil survei 2015
Dari tabel 5.4 menunjukkan bahwa hampir semua
responden mendapat informasi dari petugas kesehatan seperti
dokter, bidan dan lain-lain. Responden yang mendapatkan
informasi dari petugas kesehatan sebesar 67,7%, sedangkan
responden yang mendapat informasi dari media massa sebanyak
13,2%, dan yang mendapat informasi dari media elektronik
sebanyak 19,1%.
F. Analisis Bivariat
1. Pengaruh pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif
Hipotesis 0 : tidak ada pengaruh pengetahuan ibu terhadap
pemberian ASI eksklusif.
Hipotesis 1 : Ada pengaruh pengetahuan ibu terhadap
pemberian ASI eksklusif.
56
Tabel 5.5 Pengaruh pengetahuan ibu tentang Air Susu Ibu (ASI) terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa Kalisampurno Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo
No Pengetahuan Pemberian ASI
JumlahMemberi
ASI
% Tidak
memberi
ASI
%
1 Tinggi 37 94,9% 2 6,9% 39
2 Sedang 2 5,1% 6 20,7% 8
3 Rendah 0 0% 21 72,4% 21
Total 39 100% 29 100% 68
Sumber : Data Survei 2105
Dari tabel 2 x 2 dapat diketahui antara pengetahuan ibu
dengan pemberian ASI eksklusif, menunjukkan responden
pengetahuan tinggi yang memberi ASI eksklusif sebesar 94,9%
(37 responden) dan responden pengetahuan sedang yang
memberi ASI eksklusif sebesar 5,1 % ( 2 responden ), yang
mengetahuan rendah 0% (0 responden).
Hasil uji statistik Menggunakan chi –square (X2) tidak
memenuhi syarat karena expected count less than 5
sebesar 33,3%. Uji yang dipakai adalah fisher exact test.,
dengan nilai p=0,000 artinya ada pengaruh pengetahuan ibu
terhadap pemberian ASI Eksklusif.
57
BAB VI
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengumpulan data dari 68 responden didapatkan
responden denagn pengetahuan tinggi yang memberi ASI eksklusif sebesar
94,9% (37 responden) dan responden pengetahuan sedang yang memberi ASI
eksklusif sebesar 5,1 % ( 2 responden ), yang mengetahuan rendah 0% (0
responden). Pada analisis diperoleh nilai Fisher's Exact Test 62.827, artinya
ada pengaruh antara pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif yang
berarti pula pengetahuan ibu yang tinggi lebih banyak memberikan ASI
eksklusif dibanding yang tidak.
Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi
pengetahuan ibu, semakin tinggi juga wawasan dan informasi yang didapat
oleh ibu-ibu yang menyesui. Jika dilihat dari jumlah responden yang yang
memiliki pengetahuan tentang ASI eksklusif kurang hanya 21% dan 94,9%
memiliki pengetahuan tentang ASI eksklusif tinggi. Data tersebut
menggambarkan bahwa ibu yang mempunyai pendidikan rendah belum tentu
mempunyai pengetahuan tentang ASI eksklusif kurang. Menurut Notoatmojo,
pengetahuan merupakan hasil “tahu’, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengidraan terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Hal ini berarti dapat
dikatakan juga bahwa pengetahuan seseorang tidak selalu didapat dari
58
pendidikan formal tetapi juga dari pengalaman maupun informasi dari orang
lain. Pada item pertanyaan yang mengukur pengatahuan ibu menyusui tentang
ASI eksklusif sebagian besar responden (94,9%) memahami pengertian ASI
eksklusif dan 50% responden memahami manfaat ASI eksklusif. Hal ini
terbukti dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di desa kalisampurno
kecamatan tanggulangin kabupaten Sidoarjo, dengan hasil ada pengaruh
pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Agnes
(2013), yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu
terhadap pemberian ASI Eksklusif. Pada tingkat penegtahuan, sebagian besar
responden berpengetahuan tinggi dan memberi ASI Eksluisf sebesar 94,9% .
Meskipun pengetahuan ibu yang didapat dari penyuluhan, siaran radio,
televisi atau video , artikel di majalah atau surat kabar dapat meningkatkan
pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau
diadakan). Dalam karya tulis ilmiah ini umur diartikan sebagai umur ibu
menyusui yang dihitung pada saat penelitian dilakukan. Terbentuknya
perilaku dapat terjadi karena proses interaksi dengan lingkungan. Oleh karena
itu, semakin cukup umur maka semakin dewasa dan matang dalam berfikir
dan bertindak. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih
dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup
kedewasaannya. Dari pernyataan di atas, semakin bertambahnya umur ibu
akan berpengaruh terhadap pengetahuan ibu menyusui tentang ASI Eksklusif.
59
Hal ini terbukti dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di desa
kalisampurno kecamatan tanggulangin kabupaten Sidoarjo, dengan hasil ada
pengaruh pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Dukungan suami sangat penting dalam suksesnya menyusui,
terutama untuk ASI eksklusif. Dukungan emosional suami sangat berarti
dalam menghadapi tekanan luar yang meragukan perlunya ASI. suamilah
yang menjadi benteng pertama saat ibu mendapat godaan yang datang dari
keluarga terdekat, orangtua atau mertua. suami juga harus berperan dalam
pemeriksaan kehamilan, menyediakan makanan bergizi untuk ibu dan
membantu meringankan pekerjaan istri. Kondisi ibu yang sehat dan suasana
yang menyenangkan akan meningkatkan kestabilan fisik ibu sehingga
produksi ASI lebih baik.
Dari semua dukungan bagi ibu menyusui dukungan suami / sang
ayah adalah dukungan yang paling berati bagi ibu. Suami dapat berperan aktif
dalam keberhasilan pemberian ASI khususnya ASI eksklusif dengan cara
memberikan dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan yang
praktis. Oleh karena dengan adanya dukungan suami terhadap ibu- ibu yang
memiliki balita dapat memotivasi istrinya serta dapat menambah pengetahuan
ibu oleh karena suami yang peduli terhadap keadaan ibu dan balita sehingga
dengan arahan suami istri tidak ragu dalam memberikan ASI eksklusif.
Informasi yang diberikan oleh keluarga atau petugas kesehatan
melalui penyuluhan mengenai ASI Eksluisif dapat mempengaruhi
60
pengetahuan ibu. Apabila informasi yang diberikan kurang baik, maka
informasi yang diterima ibu juga akan salah. Hal ini menyebabkan
pengetahuan ibu masih sangat rendah hal ini disebabkan informasi yang
diberikan pada ibu tentang ASI Eksklusif masih sangat kurang
(Soedjiningsih, 1997).
Ibu menyusui yang memliki pengetahuan tinggi, pendidikan
tinggi, umur yang matang dan dukungan suami serta banyaknya informasi
tentang pentingnya ASI bagi bayi dapat meningkatkan pengetahuan ibu
tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif terhadap bayinya.
61
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisi dan pembahasan dalam penelitian “Pengaruh
Pengetahuan Ibu Tentang Air Susu Ibu (ASI) Terhadap Pemberian Air Susu Ibu
(ASI) Eksklusif di Desa Kalisampurno Kecamatan Tanggulangin Kabupaten
Sidoarjo” pada bulan Juni 2015 disimpulkan bahwa ada pengaruh pengetahuan
ibu terhadap pemberian ASI Eksluisif.
B. Saran
1. Bagi Puskesmas
a. Tidak semua petugas Puskesmas memiliki pengetahuan yang baik
mengenai ASI dan memiliki kemampuan konseling dalam pemberian
penyuluhan guna memotivasi ibu dalam meningkatkan kesadaran
dan kemampuan untuk memberikan ASI Ekskluisf pada bayinya
maka diperlukan pelatihan-pelatihan konselor ASI.
b. Mengevaluasi keberhasilan kader kesehatan terhadap penyuluhan
mengenai cara pemberian ASI Eksklusif. Serta perlunya penyebaran
informasi mengenai manfaat ASI Eksklusif dan cara pemberian ASI
Eksklusif yang baik dan benar terhadap bayi, ibu yang hamil, WUS
lainnya melalui berbagai penyuluhan, konseling pada tiap-tiap
penduduk setempat.
62
c. Mendukung praktek pemberian ASI bagi bayi berumur 0 sampai 6
bulan dengan memanfatkan program posyandu secara optimal.
2. Bagi Keluarga dan Ibu Menyusui
a. Bagi para ibu yang menyusui, bumil, WUS lainnya yang akan menjadi
calon ibu serta keluarganya, sebaiknya harus mengetahui tentang
pentingnya pemberian ASI khususnya ASI Ekslusif usia 0 sampai 6
bulan, serta mendukung secara penuh.
b. Bagi para ibu yang memiliki bayi dibawah 6 bulan sebaiknya hanya
memberikan ASI saja tanpa memberikan makanan tambahan.
3. Bagi Peneliti
Perlu penelitian lebih lanjut lagi mengenai beberapa faktor lainnya
yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif khususnya dengan
jumlah responden yang dijadikan sampel lebih besar, waktu yang lebih
efektif agar dapat mengetahui hubungan sebab akibat antara faktor yang
diteliti dengan pemberian ASI Ekslusif.
63
DAFTAR PUSTAKA
Depkes R.I (2004). Managemen Makanan Pendamping Asi. Jakarta.
..............( 2005 ) pemberian ASI secara Eksklusif Pada Bayi Indonesia. Jakarta.
..............( 2008 ) Peranan Dokter Dalam Peningkatan Penggunaan dan petunjuk
pelaksanaan peningkatan ASI Eksklusif. Jakarta.
..............( 2011) Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.450/
MENKES/IV/ Tentang Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Indonesia. Jakarta.
Dinkes Sidoarjo. (2014). Target Sasaran Pemberin ASI Eksklusif Lokal. Sidoarjo.
Firmansyah N & Mahmuda., 2012. Pengaruh Karakteristik (Pendidikan,
Pekerjaan),Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif Di Kabupaten Tuban. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Volume 1
Nomor 1, Agustus 2012 : 62-71
Hidayat, A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika
Khasanah, N. 2011. ASI atau Susu Formula., Yogyakarta : flash book.
Notoatmojo , S. (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rhineka
Cipta.
64
Nurjanah. (2007) Hubungan Faktor Ibu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan
Pemberian ASI Segera Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Kabupaten
Tangerang Tahun 2006.Skripsi FKM UI.
Nursalam, 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan : Pedoman Skrips, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta, Salemba
Medika
Prasetyono. (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif. Jakarta : Diva Press.
Riono, P. (1992). Analisis Data Statistik. Jakarta : Rhineka Cipta.
Roesli , U. (2000). Inisiasi Menyusu Dini Plus Asi Eksklusif. Jakarta : Pustaka
Bunda.
Rohani, 2007. Pengaruh Karakteristik Ibu Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Kecamatan
Secanggang. Skripsi. Medan; Universitas Sumatera Utara.
Salfina, Elmida. 2003. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku
Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Tebet.
Jurnal Kesehatan Masayarakat Universitas Indonesia
Sudigdo , S. (2011). Dasar-Dasar Metologi Klinis Edisi IV. Jakarta : Sagung Seto.
Sugiarti E., Zulaekah S., & Puspowati D.S., 2011. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Kecamatan Karang Malang
Kabupaten Sragen. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 2, Desember
2011: 195-206
65
Utami Roesli, 2008. Inisiasi Menyusui Dini. Pustaka Bunda. Jakarta. 76 hlm
Wawan, A., & Dewi Maria. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap
dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Numed
WHO. (2004). Community based Strategis For Breasfeeding Promotion and
Support in Developing Countries. (http://WHO.Org.id,diakses 01 juni 2015).
66
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)
“Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Terhadap
Pemberian ASI Eksklusif di Desa Putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten
Sidoarjo”
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Alamat :
Menyetujui berpartisipasi dalam penelitian ini dan bersedia menjadi
responden penelitian tersebut secara sukarela (tanpa paksaan). Saya menegrti
bahwa saya berhk menolak untuk berperan sebagai responden atau mengundurkan
diri setiap saat tanpa adanya sanksi atau kehilangan semua hak saya. Saya telah
diberi kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini atau mengenai
keterlibatan saya dalam penelitian ini dan telah dijawab dengan memuaskan.
Sidoarjo,
Responden
67
KUESIONER
KUESIONER PENGARUH PENGETAHUAN IBU TENTANG AIR
SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF DI DESA PUTAT KECAMATAN TANGGULANGIN
KABUPATEN SIDOARJO
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama responden :
2. Alamat responden :
B. PETUNJUK UMUM
1. Berilah tanda silang ( X ) pada salah satu jawaban yang menurut Anda
sesuai dengan jawaban Anda.
2. Bila ingin mengganti jawaban beri tanda palang pada jawaban yang
sudah ada kemudian dipersilahkan untuk memberi tanda silang ( X ) untuk
jawaban selanjutnya.
C. PERTANYAAN
1. Berapakah usia ibu saat ini ?
a. < 15 tahun b. 15-25 tahun c. >25 tahun
2. Apa pendidikan ibu terakhir?
a. Tidak tamat SD b Tidak tamat SMP c.Tidak tamat SMA
d. Tidak tamat perguruantinggi d. Tamat perguruan
tinggi
68
3. Apakah Ibu tahu apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif ?
a. Ya b. Tidak
4. Apa manfaatASI bagi ibu ?
a. Dapat mengurangi resiko perdarahan setelah melahirkan
b. Tidak dapat mengurangi resiko perdarahan setelah melahirkan
5. Dari mana ibu mendapatkan informasi tentang ASI eksklusif?
a. Televisi b. Suratkabar c. Majalah
c. Radio d. Penyuluhan e. Dokter, bidandll
6. Menurut ibu, apakah pemberian ASI eksklusif penting bagi bayi ?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah ibu tahu ASI dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi ?
a. Ya b. Tidak
8. Berapa lama pemberian ASI eksklusif menurut ibu?
a. 3 bulan b.6 bulan c.9 bulan
d.12bulan e. 2 tahun
9. Apakah ibu memberikan ASI eksklusif ?
a. Ya b.Tidak
10. Apakah ibu tahu apakah ASI dapat memperkuat ikatan batin antara
ibu dan anak ?
a. Ya b. Tidak
69
11. Menurut ibu apakah tujuan pemberian ASI ?
a. meningkatkan kecerdasan anak b. Agar anak tidak lapar
c.meningkatkan kekebalan tubuh d. Benar semua
12. Apakah keluarga (suami) mendukung ibu untuk memberikan ASI
eksklusif kepada bayi ibu?
a. Ya b. Tidak
13. Jika jawaban no 12 “Ya”, apakah dukungan keluarga (suami) bisa
mempengaruhi ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi
ibu?
a. Ya b.Tidak
14. Apakah ibu hanya memberikan ASI pada bayi selama 6 bulan
penuh ?
a. Ya b. Tidak
15. Sampai umur berapa bayi ibu mendapatkan ASI saja ?
a. ≤ 6 bulan b. > 6 bulan
70
CROSSTABS
/TABLES=pengetahuan BY asi
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CC ETA
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL
/METHOD=EXACT TIMER(5).
Crosstabs
Notes
Output Created 15-Jun-2015 07:59:16
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File68
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all
the cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
71
Syntax CROSSTABS
/TABLES=pengetahuan BY asi
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CC ETA
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL
/METHOD=EXACT TIMER(5).
Resources Processor Time 00:00:00.265
Elapsed Time 00:00:00.360
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
Time for Exact Statistics 00:00:00.200
72
[DataSet0]
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan * asi 68 100.0% 0 .0% 68 100.0%
pengetahuan * asi Crosstabulation
Count
asi
Totaliya tidak
pengetahuan tinggi 37 2 39
sedang 2 6 8
rendah 0 21 21
Total 39 29 68
73
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided) Point Probability
Pearson Chi-Square 54.110a 2 .000 .000
Likelihood Ratio 68.017 2 .000 .000
Fisher's Exact Test 62.827 .000
Linear-by-Linear
Association51.899b 1 .000 .000 .000 .000
N of Valid Cases 68
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,41.
b. The standardized statistic is 7,204.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig. Exact Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .666 .000 .000
N of Valid Cases 68
Directional Measures
Value
Nominal by Interval Eta pengetahuan Dependent .880
asi Dependent .892