Transcript

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejang demam atau Febris Convulsif ialah bangkitan kejang yang

terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 380C) yang disebabkan

oleh proses ekstrakranium (Lestari, 2016).

2%-5% dari seluruh anak di dunia yang berumur ≤ 5 tahun pernah

mengalami kejang demam, lebih dari 90% terjadi ketika anak berusia < 5

tahun (Christopher, 2012). Insiden tertinggi kejang demam terjadi pada usia

dua tahun pertama (Vestergaard, 2006). Di Asia sekitar 70%-90% dari seluruh

kejang demam merupakan kejang demam sederhana dan sisanya merupakan

kejang demam kompleks. Insiden kejang demam di Amerika Serikat dan

Eropa berkisar 4%-5% pada anak usia ≤ 5 tahun (Shinnar dan Glauser, 2002).

Di Jepang insiden kejang demam berkisar 8,3 % pada anak usia 3 tahun

(Tsuboi, 1984). Berdasarkan hasil penelitian prospektif Sillanpaa, M., dkk

(2008) di Finlandia diperoleh insidens rate kejang demam 6,9% pada anak

usia 4 tahun (Sillanpaa, 2008).

Di Indonesia, Lumbantobing melaporkan 5 (6,5%) diantara 83 pasien

kejang demam menjadi epilepsi. Penanganan kejang demam harus tepat,

sekitar 16% anak akan mengalami kekambuhan (rekurensi) dalam 24 jam

pertama walaupun adakalanya belum bisa dipastikan, bila anak mengalami

demam yang terpenting adalah usaha menurunkan suhu badannya (Subianto,

2009). Menurut Depkes RI (2006), menyatakan angka kejadian kejang demam

3%-4% dari anak yang berusia 6 bulan – 5 tahun pada tahun 2012 – 2013.

Peningkatan suhu tubuh merupakan tanda bahwa tubuh sedang

terinfeksi oleh sesuatu. Setelah sembuh dari infeksi, suhu tubuh akan

menurun lagi. Infeksi biasa terjadi akibat bakteri dan virus yang masuk ke

dalam tubuh. Beberapa bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi dapat

tumbuh subur pada suhu tubuh normal. Namun peningkatan suhu tubuh dapat

2

menyebabkan metabolisme basal meingkat sehingga suplai oksigen ke otak

menurun, yang dapat menyebabkan kejang demam pada seseorang. Kejang

demam dapat menyebabkan sesorang mengalami pergerakan tidak terkontrol,

muntah, rigiditas, risiko lidah tergigit dan bahkan dapat terjadi hilangnya

kesadaran (Adi, 2012).

Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan

pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat

diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan

bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat / paramedis dituntut

untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu

memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang

meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan

berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh

secara bio-psiko-sosial-spiritual.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik

mengambil kasus An.D sebagai Karya Tulis Ilmiah untuk mendapatkan

gambaran lebih jelas tentang bagaimana pemberian “Asuhan Keperawatan

An.D dengan Febris Convulsif (kejang demam) di Ruang Baitunnisa 1

Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Menjelaskan gambaran asuhan keperawatan pada An. D dengan Febris

Convulsif di Ruang Baitunnisa 1 Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Semarang.

2. Tujuan Khusus :

a. Mendeskripsikan konsep dasar penyakit Febris Convulsif.

b. Mendeskripsikan pengkajian pada An. D dengan Febris Convulsif di

Ruang Baitunnisa 1 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.

3

c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada An. D dengan Febris

Convulsif di Ruang Baitunnisa 1 Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Semarang.

d. Merencanakan intervensi keperawatan pada An. D dengan Febris

Convulsif di Ruang Baitunnisa 1 Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Semarang.

e. Melaksanakan implementasi keperawatan pada An. D dengan Febris

Convulsif di Ruang Baitunnisa 1 Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Semarang.

f. Melakukan evaluasi keperawatan pada An. D dengan Febris

Convulsif di ruang Baitunnisa 1 Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Semarang.

C. Manfaat

1. Bagi Institusi Pendidikan

a. Memberikan tambahan referensi bagi mahasiswa tentang asuhan

keperawatan pada pasien dengan Febris Convulsif.

b. Mengetahui sejauh mana mahasiswa mampu melaksanakan asuhan

keperawatan pada klien dengan Febris Convulsif.

2. Bagi Profesi Keperawatan

a. Menambah khasanah ilmu keperawatan khususnya tentang asuhan

keperawatan pada pasien Febris Convulsif.

b. Menambah pengetahuan dan pengalaman profesi keperawatan.

c. Mempertajam kemampuan profesi keperawatan dalam memberikan

asuhan keperawatan pada klien dengan Febris Convulsif.

d. Digunakan sebagai dasar untuk asuhan keperawatan lebih lanjut yang

berkaitan dengan klien Febris Convulsif.

3. Lahan Praktek

a. Menambah referensi di bidang keperawatan dalam memberikan

asuhan keperawatan pada pasien Febris Convulsif.

4

b. Meningkatkan pengetahuan dan mutu pelayanan keperawatan kepada

masyarakat luas.

4. Masyarakat

a. Menambah pengetahuan bagi masyarakat terkait konsep dasar Febris

Convulsif.

b. Mengetahui cara menangani pasien dengan Febris Convulsif.


Recommended