Transcript
  • Kuliah Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut

  • INFEKSI TULANG RAHANG

    1. Alveolitis

    Nama lain : Alveolalgia (Dolor Post Ekstraksi) atau Dry socket.

    Patogenesis : Alveolus pasca ekstraksi (socket) kering, tak terisi koagulum.

    Etiologi :

    - Gangguan vaskuler lokal, rusaknya kapiler akibat trauma shg tak terbentuk koagulum. - Komplikasi kelainan sistemik, misalnya avitaminosis, diabet & sifilis. - Keracunan obat, bahan perawatan gigi atau penggunaan vasokonstriksi yg berlebihan. - Infeksi luka. - Larutnya koagulum akibat terlalu sering berkumur & pemakaian obat kumur terlalu dini. - Osteoradionekrosis pasca radioterapi. - Adanya tumor ganas yang tersembunyi di bawah socket gigi.

  • Klinis :

    - Timbul 3 hari atau lebih pasca pencabutan gigi. - Ditandai rasa sakit terus menerus atau intermitent. - Luka pasca ekstraksi tak kunjung sembuh. - Socket kering, tak terisi koagulum atau jaringan granulasi. - Socket berisi jaringan nekrotik dan disertai gejala inflamasi/infeksi.

    Terapi : - Untuk etiologi lokal dilakukan kuretase. - Etiologi sitemik; atasi gangguan sistemik kemudian kuretase. - Osteoradionekrosis; nekrotomi atau reseksi marginal. - Tumor ganas; rencanakan perawatan tumor ganas.

  • 2. Periostitis Definisi : Peradangan atau infeksi pada periosteum.

    Etiologi : - Trauma - Kemis; misalnya akibat obat perawatan gigi (arsen). - Infeksi dentogen (paling sering) dan sistemik.

    Klinis dan Terapi :

    1. Periostitis Akut

    - Infeksi biasanya berjalan dari apikal atau marginal melalui canalis Harvers & canalis Volkman hingga mencapai periosteum. - Didahului dgn periostitis serosa yg berlangsung cepat & umumnya menyertai periodontitis apikalis akut atau osteomielitis akut. - Ekstra oral : pembengkakan difus, kemerahan dan limphadenopati. - Intra oral : nyeri palpasi mukobukal fold meskipun tanpa pembengkakan & nyeri perkusi pada gigi penyebab (periodontitis akut). - Terapi : antibiotika, analgetika & anti inflamasi serta ekstraksi gigi penyebab.

  • 2. Periostitis Kronis

    - Merupakan stadium terminal dari periostitis akut. - Sebab primer : Infeksi sistemik misalnya sifilis, tuberkulosa atau aktinomikosis. - Salah satu bentuk : periostitis osifikans (Garres osteomyelitis) yang ditandai dgn pembentukan tulang baru pada bagian permukaan luar tulang. - Terapi : antibiotika & eliminasi penyebab.

  • 3. Osteomyelitis

    Definisi :

    - Mead; Osteomielitis adalah suatu inflamasi supuratif sumsum tulang.

    - Archer; Osteomielitis adalah suatu peradangan tulang, terutama meliputi bagian lunak tulang.

    - Secara umum osteomielitis dinyatakan sebagai suatu peradangan pada struktur pembentuk tulang, yaitu meliputi medula, korteks, periosteum, pembuluh darah, saraf dan epifisis.

  • Etiologi :

    1. Odontogen :

    1.1. Infeksi periapikal 1.2. Infeksi periodontal 1.3. Infeksi perikoronal 1.4. Abses peritonsilar 1.5. Kista atau tumor odontogenik 1.6. Komplikasi pasca ekstraksi

    2. Non Odontogen :

    2.1. Furunkel 2.2. Keracunan kimia 2.3. Trauma 2.4. Infeksi Hematogen 2.5. Infeksi spesifik 2.6. Daya tahan tubuh rendah 2.7. Radiasi

  • Klasifikasi :

    1. Berdasarkan perjalanan penyakit :1.1. Osteomielitis akut1.2. Osteomielitis subakut 1.3. Osteomielitis kronis

    2. Berdasarkan golongan umur : 2.1. Osteomielitis pada bayi2.2. Osteomielitis pada anak-anak2.3. Osteomielitis pada orang dewasa

    3. Berdasarkan bakteri penyebab :3.1. Osteomielitis spesifik3.2. Osteomielitis aspesifik

    4. Berdasarkan penyebaran pus :4.1. Osteomielitis intramedulare4.2. Osteomielitis subperiostal

    5. Jenis osteomielitis lainnnya : 5.1. Osteomielitis tropis5.2. Osteomielitis Garre5.3. Osteomielitis radiasi

  • Diagnosa :

    1. Anamnesa :

    1.1. Akut : - Nyeri hebat yang menyebar - Suhu tinggi - Nadi dan pernafasan cepat - Nausea dan vomitus - Lesu, lemah dan tak dapat tidur - Trismus dan parestesi bibir bawah

    1.2. Kronis : - Nyeri lebih ringan - Suhu normal atau sedikit naik

  • 2. Klinis :

    2.1. Akut :

    2.1.1. Ekstra oral : - Bengkak dan nyeri palpasi - Parestesi dan trismus - Limphadenopati & nyeri palpasi KGB regional

    2.1.2. Intra Oral : - Bengkak - Inflamasi gusi - Palpasi dan perkusi - Mobiliti (lebih dari satu gigi) - Ballotement - Pyorhea

    2.2. Kronis :

    2.2.1. Ekstra Oral : - Kadang disertai bengkak, radang & trismus - Parestesi, fistel dan sekuester - Limphadenopati KGB regional tanpa nyeri palpasi

    2.2.2. Intra Oral : - Kadang disertai nyeri palpasi dan mobiliti - Perkusi dan ballotement - Multiple fistel dan sekuester

  • 3.Laboratorium :

    3.1. Akut : - Leokositosis (12.000 - 20.000) - Sel leukosit muda dan sel PMN meningkat - Toksemia dan anemia

    3.2. Subakut : Lekositosis, sel-sel muda dan toksemia menurun

    3.3. Kronis : - Leukosistosis lebih menurun (8.000 - 12.000) - Sel-sel dewasa meningkat - Toksemia lebih menurun

  • 4. Pemeriksaan Radiologis :

    4.1. Akut dini : Gambaran normal.

    4.2. Akut lanjut : Rarefraksi ireguler (destruksi trabekula serta pelebaran rongga-rongga spongiosa).

    4.3. Kronis dini : Worn eaten appearance (gambaran berupa lubang-lubang kecil seperti dimakan rayap).

    4.4. Kronis lanjut : Radioopak (sekuester) yg dikelilingi daerah radiolusen (pus), kemudian pada tepi bagian luar daerah radiolusen ini dikelilingi lagi oleh daerah radioopak (involukrum).

    4.5. Kronis akhir : Demarkasi (sekuester telah terpisah denga jaringan tulang normal di sekelilingnya).

  • 5.Diagnosa Banding :

    5.1. Akut : - Periodontitis akut - Periapikal abses akut dan abses subperiosteal akut

    5.2. Kronis : Abses subkutan dan abses submukus 6. Terapi : - Antibiotika - Drainage - Perawatan suportif - Sekuesterktomi - Sauserisasi

  • 7. Prognosa :

    Baik-buruknya prognosa ditentukan oleh :

    7.1. Diagnosa yang tepat7.2. Penggunaan dan pemilihan antibiotika yang tepat7.3. Perawatan yang sempurna7.4. Daya tahan tubuh penderita7.5. Virulensi mikroorganisme7.6. Saatnya penyakit diketahui7.7. Luasnya kerusakan7.8. Usia penderita

    8. Komplikasi :

    8.1. Parestesi8.2. Fraktur patologis8.3. Deviasi pergerakan mandibula dan deformitas sekunder8.4. Terlibatnya sinus-sinus paranasalis8.5. Tidak erupsinya gigi-gigi tertentu8.6. Toksemia dan piemia, menyebar ke fosa dan fisura basis kranii, sehingga menyebabkan infeksi intrakranial.8.7. Deformitas wajah penderita

  • INFEKSI & INFLAMASI JARINGAN LUNAK

    Ulkus Dekubitalis

    Definisi :

    Ulkus dekubitalis adalah suatu inflamasi atau ulkus yang terjadi akibat iritasi atau trauma tajam yang berlangsung lama.

    Etiologi :

    1. Akar gigi sulung yang terdesak menembus mukosa.2. Tepi karies gigi yang tajam.3. Tergigit akibat gigi malposisi.4. Gigi palsu yang kedudukannya tidak baik.

  • Klinis :

    - Tampak berupa ulkus berbentuk bulat degan dasar berwarna putih. - Biasanya dapat segera ditemukan penyebabnya di sekitar lesi.

    Terapi : - Eliminasi penyebabnya, maka biasanya ulkus sembuh secara spontan. - Pada penderita berusia lanjut harus diobservasi; jika selama sebulan lesi tak sembuh,harus dibiopsi.

  • 2. Operkulitis & Perikoronitis- Operkulum adalah jaringan fibrous yg menutupi sebagian dari permukaan oklusal gigi baru erupsi atau semi erupsi, biasanya gigi molar ketiga bawah.- Perikoronal adalah operkulum beserta sebagian gusi yg mengelilingi mahkota gigi baru erupsi atau semi erupsi.

    2.1. Operkulitis

    2.1.1. Pengertian : Inflamasi atau infeksi operkulum.

    2.1.2. Etiologi :

    - Iritasi kronis pengunyahan. - Akumulasi sisa makanan yang terjebak pada ronggaantara operkulum dgn permukaan oklusal gigi, kemudian membusuk & menjadi media inkubator bakteri dan akhirnya menyebabkan terjadinya infeksi.

    2.1.3. Terapi : Operkulektomi.

  • 2.2. Perikoronitis

    2.2.1. Pengertian : Inflamasi atau infeksi perikoronal

    2.2.2. Etiologi :

    - Iritasi kronis pengunyahan. - Akumulasi sisa makanan yg terjebak pada rongga antara operkulum & perikoronal dgn permukaan gigi membusuk menjadi media inkubator bakteri akhirnya terjadi infeksi.

    2.2.3. Terapi : - Operkulektomi. - Ekstraksi atau odontektomi jika gigi tersebut erupsi dalam posisi miring.

  • 3. Glositis

    Suatu lesi atau bentuk-bentuk ulserasi akibat inflamasi pada mukosa lidah.

    3.1. Migratory Glossitis

    3.1.1. Nama lain :

    - Geographic tongue - Wandering rash - Glossitis migrans - Glossitis areata exfoliativa

    3.1.2. Etiologi : - Penyebab yang pasti belum jelas. - Seringkali dikaitkan dengan faktor emosional dan stres. - Kadang dikaitkan dengan defisiensi Vitamin B kompleks.

  • 3.1.3. Klinis : - Karakteristik ditandai oleh daerah deskuamatif yg tidak beraturan (bald spots) pada permukaan mukosa lidah yg dikelilingi oleh area berwarna putih.

    - Bald spots merupakan suatu area yang mengalami penipisan epitel, kehilangan keratin & papila filiformis, sedangkan papila fungiformis masih dpt ditemukan.

    - Area yg berwarna putih di sekelilingnya tampak hipertropi akibat akumulasi keratin & paplila filiformis tampak di daerah ini.

    3.1.4. Terapi :

    - Umumnya lesi ini tidak memberikan respon jika dilakukan tindakan terapi, tetapi dapat menghilang secara spontan. - Dapat dibantu dengan pemberian vitamin B kompleks.

  • 3.2. Magenta glossitis

    3.2.1. Etiologi : - Defisiensi Vitamin B2 (riboflavin = vitamin G) - Defisiensi Vitamin B kompleks.

    3.2.2. Klinis :

    3.2.2.1. Defisiensi Riboflavin : - Lidah mengalami inflamasi dan tampak hiperemis - Dapat pula terjadi ulserasi dan tampak sianotik atau berwarna magenta.

    3.2.2.2. Defisiensi Vitamin B Kompleks : - Lidah hiperemis kadang berwarna magenta. - Mukosa lidah mengalami ulserasi dan erosi. - Lidah membengkak & permukaannya berlekuk-lekuk.

    3.2.3. Terapi : Vitamin B2 atau B kompleks.

  • 3.3. Hunters Glossitis

    3.3.1. Etiologi : Anemia pernisiosa.

    3.3.2. Klinis : - Lidah sangat nyeri menyerupai rasa terbakar. - Mengalami atropi semua papila. - Warna hiperemis dan kadang disertai ulserasi.

    3.3.3. Terapi : Jika anemia pernisiosa dapat diatasi, maka lesi tersebut akan sembuh secara spontan.

  • 4. Cheilitis Angularis (Perleche) Etiologi :

    - Infeksi Streptokokus atau Sacharomycetes. - Defisiensi riboflavin diduga sebagai faktor predisposisi.

    Klinis :

    - Lesi erosif atau ulseratif pada sudut mulut dan biasanya bilateral. - Mukosa menebal dan lesi sedikit meluas ke kutis. - Pada orang dewasa cenderung menjadi kronis.

    Terapi :

    - Keadaan umum dan oral higiene diperbaiki. - Lesi diulas dengan antiseptik. - Dianjurkan pemberian riboflavin dan nicotinamide. - Jika ditemukan peran kandida, lesi diulas dengan nystatin ointment.

  • 5. Stomatitis Definisi :

    Stomatitis adalah suatu lesi peradangan atau inflamasi yang terjadi padamukosa rongga mulut.

    Etiologi :

    - Trauma fisik, khemis dan radiasi.- Infeksi bakteri, fungus virus dan parasit.- Malnutrisi. - Keadan umum yang buruk dan menurunnya daya tahan tubuh.- Blood dyscrasia.- Alergi dan reaksi autoimun.- Ketidak-seimbangan hormonal dan stress

  • 5.1. Stomatitis Aphtosa (Sariawan)

    Merupakan jenis stomatitis yang paling sering terjadi di rongga mulut.

    5.1.1. Etiologi :

    Belum jelas, akan tetapi diduga bahwa hormonal, alergi, stres, trauma & blood dyscrasia (terutama anemia) berperan sebagai etiologi.

    5.1.2. Patogenesis :

    - Diawali dengan suatu vesikel kecil, kemudian pecah menjadi ulkus kecil (dalam 24 jam) - Ulkus membesar dengan ukuran bervariasi, yakni dari sebesar kepala peniti s/d 2 cm (dalam 3-6 hari). - Penyembuhan dimulai hari ke 6, total 10-14 hari (kadang s/d 6 minggu}. - Sembuh tanpa jaringan parut, kecuali ulkusnya dalam dan besar. - Jika terbentuk ulkus akan menghilang dalam jangka waktu setahun.

  • 5.1.3. Klinis

    - Dapat terjadi di semua bagian rongga mulut, kecuali palatum. - Rasa nyeri hebat, tak sebanding dengan besar ulkus. - Nyeri timbul spontan atau akibat adanya rangsangan dan gerakan. - Tidak disertai demam. - Bentuk ulkus bulat atau oval dengan permukaan cekung, berwarna putih dan dikelilingi oleh area berwarna hiperemis (kemerahan). - Ulkus dapat soliter ataupun multipel.

    5.1.4. Terapi :

    5.1.4.1. Sistemik : Setiap faktor yang dianggap sebagai predisposisi atau etiologi diobati.

    5.1.4.2. Lokal : - Antiseptik lokal seperti gentian violet atau zat kaustik seperti Ag nitrat dapat mempercepat penyembuhan. - Albothyl concentrate secara topikal. - Kenalog pasta secara topikal.

  • 5.2. Gingivostomatitis Plaut Vincent

    5.2.1. Nama Lain :

    - Acute ulceromembranous stomatitis. - Fusospirochaetal stomatitis. - Acute necrotizing ulcerative gingivitis. - Trench mouth.

    5.2.2. Etiologi :

    - Borrelia Vincenti. - Basilus fusiformis.

    5.2.3. Predisposisi :

    - Turunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. - Defisiensi vitamin (Nicotinamide dan Vitamin C). - Gingivitis kronis dan trauma.

  • 5.2.4. Gambaran Klinis :

    5.2.4.1. Akut : - Onsetnya cepat (3 - 5 hari) disertai demam dan malaise. - Gusi berwarna merah, nyeri, ulserasi & perdarahan gusi. - Ulserasi disertai pseudomembran, yakni daerah nekrosis warna putih kekuningan, bila diangkat terjadi perdarahan. - Lebih sering berupa ulkus pada regio insisif dan molar 3. - Menimbulkan ulkus pada mukosa bersebrangan dgn lesi & dpt menyebar ke bibir, dasar mulut, palatum & lidah (jarang). - Pada kasus yang hebat terjadi nekrosis luas s/d ke tulang alveolar sehingga menyebabkan gigi-gigi goyang. - Tanda yang karakteristik adalah halitosis. - Limfadenitis regional.

  • 5.2.4.2. Kronis :

    - Tidak ada demam dan gejala-gejala umum. - Tampak seperti gingivitis marginalis biasa; gusi membengkak, berwarna merah gelap & ujung papila membulat. - Pasien mengeluh rasa gatal, panas & tak enak di gusi serta gusi mudah berdarah. - Halitosis tak jelas & tidak ada ulkus pada mukosa berseberangan.

    5.2.5. Diagnosa :

    5.2.5.1. Akut : - Secara klinis biasanya telah jelas. - Jika kurang meyakinkan dapat dilakukan pemeriksaan apus bakteri (sampel dari sulkus gingiva).

    5.2.5.2. Kronis :

    - Secara klinis diagnosa lebih sulit. - Permeriksaan apus bakteri sangat membantu.

  • 5.2.6. Terapi :

    - Preparat penisilin peroral/parenteral minimal 5 hari berturut-turut, karena penyakit ini memberi respon yg baik terhadap penisilin. - Perbaiki daya tahan tubuh dan kondisi umum penderita. - Perbaiki oral hygiene, berkumur-kumur dgn antiseptik & H2O2, karena selain membasmi bakteri secara lokal juga akan mempersingkat waktu yg dibutuhkan untuk penyembuhan.

  • 5.3. Oral Moniliasis

    5.3.1. Nama Lain : - Oral candidiasis. - Oral trush. - Mycotic stomatitis atau Stomatomycosis.

    5.3.2. Etiologi : Jamur Candida albicans.

    5.3.3. Insidensi :

    - Bayi yg malnutrisi; akibat kontak langsung dari botol susu, atau partus melalui vagina ibu penderita kandidiasis. - Orang dewasa; akibat penurunan pH dan sekresi saliva (lokal), DM, terapi kortikosteroid serta devisiensi riboflavin (sistemik). - Penggunaan antibiotika (lozengens dan peroral) yang lama. - Umumnya menyerang mukosa lidah, bibir, bukal & dasar mulut.

  • 5.3.4. Patogenesis :

    - Candida albicans hidup dalam keseimbangan flora mulut normal sebagai mikroflora non patogen. - Patogenitasnya timbul jika keseimbangan flora mulut normal terganggu atau turunnya daya tahan tubuh jamur bermultiplikasi hyphae menembus keratin, masuk ke stratum granulosum membentuk suatu anyaman benang-benang jamur di antara sel epitel pseudomembran. - Epitel mengalami perubahan degeneratif dan stratum korneum lenyap pada bagian yang terserang jamur. - Pseudomembran terdiri dari jaringan nekrotik, keratin, fibrin, food debris, epitel yg mengalami deskuamasi, leukosit & bakteri menyatu dgn hyphae sebagai akar yg menembus ke dalam epitel.

    5.3.5. Gambaran Klinis :

    - Diawali dgn timbulnya papula-papula berwarna putih keabuan bersatu membentuk plak membran yg dikelilingi daerah erythema. - Secara sepintas tampak sebagai bercak putih yg melekat erat pada mukosa mulut, jika dilepas akan menyebabkan perdarahan. - Penderita mengeluh nyeri pada daerah lesi disertai yeasty halitosis.

  • 5.3.6. Diagnosa :

    Perlu dilakukan pemeriksaan apus yg akan menampakkan adanya spora dan hyphae.

    5.3.7. Terapi :

    - Drug of choice adalah Nystatin. - Dapat diulaskan dengan gentien violet 1 - 2% pada daerah lesi. - Perbaiki kondisi umum penderita.

  • 5.4. Noma

    5.4.1. Nama lain : - Stomatitis gangrenosa. - Cancrum oris. - Cancer aquaticus. - Dzo-Ma-Gan (Cina). - Running horse gangren.

    5.4.2. Etiologi : - Secara pasti belum jelas. - Diduga bakteri anaerob (Bacillus Fusiformis & Spirochaetes).

    5.4.3. Faktor Predisposisi : - Terutama adalah malnutrisi. - Oral hygiene yang buruk.

    5.4.4. Insidensi : - Seringkali pada anak-anak yang kekurangan gizi. - Anak-anak yang menderita penyakit melemahkan, misalnya pneumonia, measles, tipoid dan blood dyscrasia.

  • 5.4.5. Gambaran Klinis :

    - Gejala karakteristiknya adalah bau yg sangat busuk (bau gangren) serta dapat tercium dari jarak cukup jauh.

    - Mula-mula yang terserang gusi, selanjutnya menyebar ke pipi, jarang sekali ke bibir dan dasar mulut.

    - Proses gangren tersebut berlangsung sangat cepat (24 jam setelah onset penyakit), yg diawali dgn membengkaknya pipi, perubahan warna dari merah selanjutnya menjadi hitam perforasi pipi berlubang.

    - Sementara itu, gusi terkelupas tulang terbuka gigi-gigi goyang dan kadang-kadang terlepas.

    - Hiperslivasi dan dapat keluar dari pipi yang perforasi.

    - Umumnya tidak ditemukan pembengkakan pada wajah.

    - Limfadenopati regional.

    - Temperatur febris atau sub febris.

    - Kematian umumnya disebabkan aspiration bronkhopneumonia dan sepsis.

  • 5.4.6. Komplikasi Oral Pasca Penyakit Sembuh :

    - Pipi berlubang. - Perlekatan pipi dengan gusi. - Fornix atau muccobucal fold menghilang. - Jaringan parut. - malformasi bentuk wajah.

  • 5.4.7. Prognosa : Buruk sebelum adanya antibiotika.

    5.4.8. Terapi :

    - Antibiotika, memberi respon baik dengan penisilin oral atau peroral. - Lesi senantiasa dibersihkan atau dicuci dgn natrium bikarbonat 5%. - Perbaiki kondisi umum penderita. - Bedah plastik untuk mengatasi komplikasi/cacat pada wajah dan mulut.

  • 5.5. Beberapa Jenis Stomatitis Lainnya :

    5.5.1. Stomatitis Herpetika : - Lesi berbentuk ulserasi pada mukosa mulut yg merupakan manifestasi penyakit herpes dalam rongga mulut. - Terapi ditujukan pada penyakit herpesnya, jika sembuh stomatitisnya juga sembuh.

  • 5.5.2. Stomatitis Difterika :

    - Merupakan perluasan lesi penyaklit difteri ke mukosa rongga mulut. - Terapi ditujukan pada penyakit difterinya.

    5.5.3. Stomatitis Merkurika :

    - Stomatitis akibat absorbsi merkuri (bahan tambal gigi) yg berlebihan. - Terapi ditujukan pada eliminasi penyebabnya.

    5.5.4. Stomatitis Arsenika :

    - Stomatitis akibat mukosa keracunan arsen (bahan perawatan gigi). - Terapi sama dengan stomatitis merkurika.

  • 5.5.5. Stomatitis Alergika :

    5.5.5.1. Stomatitis Venenata :

    Reaksi alergi yg menyebabkan stomatitis, akibat kontak lokal dengan alergen.

    5.5.5.2. Stomatitis Medikamentosa :

    Reaksi alergi yang menyebabkan stomatitis, akibat kontak alergen secara sistemik.

  • 5.5.6. Stomatitis Nikotina :

    - Stomatitis yg umumnya terjadi di palatum akibat akumulasi & absorbsi nikotin berlebihan pada perokok berat dan mengunyah tembakau.

    - Terapi kurangi merokok, mengisap dan mengunyah tembakau.

  • 5.5.7. Stomatitis Manifestasi Sistemik :

    Stomatitis lainnya akibat manifestasi kelainan atau gangguan sistemik :

    - Manifestasi sistemik infeksi bakteri, virus dan jamur. - Manifestasi beberapa sindroma. - Manifestasi malnutrisi. - Manifestasi reaksi auto-imun. - Manifestasi kelainan darah dll.

  • KELENJAR LIMFEKelenjar Limfe Daerah Leher :

    1. Kelompok submental : Menerima aliran limfe dari daerah dagu, bibir bawah, ujung lidah & dasar mulut.

    2. Kelompok submaksilar : Sebagian besar wajah, hidung, bibir atas, lateral bibir bawah, lateral lidah anterior & gingiva.

    3. Kelompok preaurikularis : Kulit kepala bagian depan dan telinga.

    4. Kelompok aurikularis posterior : Telinga bagian belakang, MAE & temporal.

    5. Kelompok occipitalis : Kulit kepala bagian belakang.

    6. Kelompok cervicalis superfisialis : Prosesus alveolaris, tonsil, lateral lidah posterior, gld parotis, telinga & wajah.

    7. Kelompok cervicalis profundi : Pangkal lidah, tonsil, faring & laring.

    8. Kelompok supraklavikularis : Aksila & mediastinum.

  • 1. Limfadenitis

    Definisi :

    Limfadenitis adalah peradangan kelenjar limphe dan biasanya terjadi akibatadanya peradangan atau infeksi pada jaringan atau organ yang mengalirkan limfe ke kelenjar tersebut.

    Etiologi :

    1. Infeksi lokal/regional.2. Infeksi sistemik3. Sepsis.

  • Gambaran Klinis :

    1. Gejala Klinis Limfadenitis Akut :

    - Kelenjar membesar dengan cepat. - Perlekatan sesama kelenjar & dgn jaringan di sekitarnya (terfiksasi). - Gejala inflamasi jelas pada kulit di atasnya (tumor, dolor, rubor & kalor}. - Bisa sembuh total, menjadi kronis & berkembang menjadi abses atau selulitis. - Pada anak-anak kelenjar mungkin tetap membesar dalam jangka waktu yg lama, meskipun sumber infeksinya telah dieliminasi. - Meskipun streptokokus lebih virulen, akan tetapi paling sering disebabkan oleh stafilokokus. - Penyebab lainnya adalah infeksi sistemik (rubella & mononukleusus infeksiosa. 1.1. Gejala pada Penyakit Rubella :

    Terjadi pada kelompok occipitalis & aurikularis posterior, disertai rash & demam.

    1.2. Gejala pada Penyakit Mononukleosus Infeksiosa :

    Terjadi pada kelompok cervicalis superfisialis, profundus & limfadenopati di tempat lainnya, demam, nyeri tenggorokan dan splenomegali.

  • 2. Gejala Klinis Limfadenitis Kronis:

    - Tak terjadi perlekatan antar kelenjar atau dgn jaringan sekitarnya (tidak terfiksasi). - Tidak ditemukan gejala inflamasi pada kulit di atasnya. - Tak terdapat supurasi & mungkin terjadi hiperplasi kronis kelenjar limfe. - Biasanya terjadi akibat penyakit sistemik krinis, misalnya TBC & sifilis.

    2.1. Gejala pada Penyakit TBC :

    - Dikenal dengan nama Limfadenitis TBC. - Diawali dengan terjadinya limfadenitis kronis pada kelompok kelenjar cervicalis, kemudian pada kelompok lainnya. - Kelenjar membesar dengan konsistensi kenyal. - Tidak terfiksasi. - Selanjutnya dpt terjadi periadenitis terjadi perlekatan terfiksasi. - Selain itu, dpt pula terjadi abses dgn fistula atau terjadi kalsifikasi.

  • 2.2. Gejala pada Penyakit Sifilis :

    - Dikenal dengan nama Limfadenitis Sifilitika. - Dapat timbul pada semua tahap penyakit sifilis, tetapi biasanya ditemui pada tahap ke II. - Kelenjar limfe yang terkena adalah kelompok occipitalis & aurikularis posterior, biasanya soliter. - Kelenjar membesar dgn konsistensi kenyal dan tak nyeri tekan. - Tak ada perlekatan & mudah digerakkan dari dasarnya (tak terfiksasi). - Tak pernah menjadi abses dan sembuh dengan sendirinya. - Selain itu, terjadi limfadenopati & rash yg tak gatal di seluruh tubuh. - Pada tahap ke III dpt terjadi gumma, tetapi jarang pada kelenjar leher.

  • Terapi :

    1. Limfadenitis Akut :

    1.1. Limfadenitis Akut Lokal/Regional : - Antibiotika yang sesuai. - Jika terjadi supurasi, dilakukan insisi drainase.

    1.2. Limfadenitis Akut akibat Infeksi Sistemik : - Tidak memerlukan tindakan khusus, karena akan sembuh spontan jika penyakit sistemiknya sembuh.

    2. Limfadenitis Kronis :

    - Terapi lebih ditujukan pada penyakit penyebabnya. - Ekstirpasi.

  • LimfadenopatiDefenisi :

    Pembesaran kelenjar limfe yang bukan diakibatkan peradangan/infeksi.

    Etiologi :

    - Metastase tumor ganas (neoplasma sekunder).- Tumor ganas limfatik (neoplasma primer).

    Gambaran Klinis :

    1. Neoplasma limfatik sekunder :

    - Metastase akibat tumor epitel primer di daerah leher dan kepala. - Frekuensi paling tinggi dari tumor nasopharing. - Dari rongga mulut terutama tumor ganas lidah. - Seringkali tumor primernya tidak segera dapat ditemukan. - Pembesaran kelenjar cepat, konsistensi keras seperti batu, afebril & tak nyeri.

  • 2. Neoplasma Limfatik Primer :

    2.1. Limfoma Maligna : Misalnya penyakit Hodgkin & Limfosarkoma.

    2.1.1. Penyakit Hodgkin : - Limfadenopati cervicalis, tidak nyeri dan tidak terfiksasi. - Pada awalnya seringkali berlokasi pada daerah cervical bawah, kemudian menyebar ke kelompok lainnya yg berdekatan. - Semua jaringan limfoid tubuh dapat terkena dengan bentuk bulat, tak terfiksasi & berkapsul. - Anemia, dapat disertai splenomegali dan hepatomegali. - Gejala umum : demam,berat badan turun, pruritus, berkeringat pada malam hari dan KGB terasa sakit jika minum beralkohol.

    2.1.2. Limfosarkoma : - Diawali dengan limfadenopati unilateral. - Pertumbuhannya lebih cepat dibanding penyakit Hodgkin. - Cenderung menyebabkan timbulnya ulkus pada kulit di atasnya. - Metastase secara hematogen, terutama ke hepar dan pulmonal.

  • 2.2. Leukemia : - Limfadenopati cervicalis, tetapi tidak sebesar pada Hodgkin & tak nyeri. - Splenomegali, anemia & perdarahan. - Secara klinis sulit membedakan limfadenopati yg besar dgn pembesaran kelenjar ludah, terutama di regio parotis & submaksilaris. - Jika diamati lebih teliti, maka limfadenopati lokasinya lebih ke ventral & superfisial dibanding kelenjar ludahnya. - Pada bimanual palpasi limfadenopati & kelenjar ludah dapat digerakkan terpisah. - Secara radiologis, jika suatu benjolan adalah limfadenopati, maka sialogram normal.

    Terapi :

    1. Jenis neoplasma limfatik sekunder : - Terapi tumor primernya. - Ekstirpasi & RND.

    2. Jenis neoplasma limfatik primer : Terapi tumor limfatiknya.

  • INFLAMASI DAN INFEKSIKELENJAR LUDAH Definisi :

    Sialodenitis : Peradangan kelenjar ludah akibat bakteri atau virus karena adanya striktura pada duktus ekskretoriusnya. Sialodochitis : Peradangan pada duktus akibat sumbatan & striktura.

    Sialolithiasis : Pembesaran kelenjar ludah akibat sekeresinya terhambat karena adanya batu kelenjar (sialolit).