24
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran Harvard Business School professor Theodore Levitt dalam Andrea Belz (2011:44) mendefinisikan Marketing sebagai “the process of creating, satisfying, and retaining customer”. Definisi yang luas ini mencakup sebagian besar aspek proses bisnis: Membuat pelanggan mengacu pada menciptakan dan mengkomunikasikan proposisi nilai, mengidentifikasi calon pelanggan, dan menghasilkan transaksi. Memuaskan pelanggan menjelaskan pengiriman produk dan memenuhi semua persyaratan transaksi. Mempertahankan pelanggan menandakan mengkomunikasikan nilai yang sedang berlangsung untuk menghasilkan transaksi tambahan. Menurut Kotler dan Armstrong (2012:5) Pemasaran adalah proses sosial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Menurut Joseph P. Cannon, William D. Perreault, Jr., dan E. Jerome McCarthy (2008:8) Pemasaran adalah suatu aktivitas yang bertujuan mencapai sasaran perusahaan, dilakukan dengan cara mengantisipasi kebutuhan pelanggan atau klien serta mengarahkan aliran barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan atau klien dari produsen. 15

library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2014-1... · Web viewAlat yang dapat digunakana salah satunya adalah bauran pemasaran atau marketing mix yang menjadi

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2014-1... · Web viewAlat yang dapat digunakana salah satunya adalah bauran pemasaran atau marketing mix yang menjadi

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pemasaran

Harvard Business School professor Theodore Levitt dalam Andrea Belz

(2011:44) mendefinisikan Marketing sebagai

“the process of creating, satisfying, and retaining customer”.

Definisi yang luas ini mencakup sebagian besar aspek proses bisnis:

Membuat pelanggan mengacu pada menciptakan dan mengkomunikasikan proposisi

nilai, mengidentifikasi calon pelanggan, dan menghasilkan transaksi. Memuaskan

pelanggan menjelaskan pengiriman produk dan memenuhi semua persyaratan

transaksi. Mempertahankan pelanggan menandakan mengkomunikasikan nilai yang

sedang berlangsung untuk menghasilkan transaksi tambahan.

Menurut Kotler dan Armstrong (2012:5) Pemasaran adalah proses sosial

dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan

produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain.

Menurut Joseph P. Cannon, William D. Perreault, Jr., dan E. Jerome

McCarthy (2008:8) Pemasaran adalah suatu aktivitas yang bertujuan mencapai

sasaran perusahaan, dilakukan dengan cara mengantisipasi kebutuhan pelanggan atau

klien serta mengarahkan aliran barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan

atau klien dari produsen.

Jim Blythe (2012:4) mendefinisikan Pemasaran sebagai kegiatan antarmuka

yang terjadi antara organisasi dan pelanggannya.

Sedangkan menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2012:28)

Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,

mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola

hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan bagi organisasi dan para

pemangku kepentingan.

Dari definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu

aktivitas atau kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan nilai dengan memenuhi

kebutuhan dan keinginan konsumen akan suatu produk dan jasa yang dapat

dipertukarkan dengan pihak lain.

15

Page 2: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2014-1... · Web viewAlat yang dapat digunakana salah satunya adalah bauran pemasaran atau marketing mix yang menjadi

2.1.1 Bauran Pemasaran

Perusahaan akan berhasil mencapai tujuannya tergantung pada strategi

pemasaran yang digunakan. Dalam melaksanakan strategi pemasaran

perusahaan dapat menggunakan berbagai alat untuk mengetahui tanggapan

konsumen terhadap perusahaan. Alat yang dapat digunakana salah satunya

adalah bauran pemasaran atau marketing mix yang menjadi konsep utama

dalam pemasaran modern.

Menurut Kotler dan Armstrong (2012:51-52) bauran

pemasaran adalah kumpulan alat pemasaran taktis yang memadukan

perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkandalam target pasar.

Bauran pemasaran dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok

variabel yang disebut “empat P”: Product, Price, Place, dan Promotion.

1. Product (Produk)

Produk merupakan kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan

perusahaan kepada target pasar untuk memenuhi atau memuaskan

kebutuhan dan keinginan dari target pasar.

2. Price (Harga)

Harga merupakan jumlah uang yang harus dibayarkan konsumen

untuk memperoleh suatu produk.

3. Place (Tempat)

Tempat meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia

untuk target pasar.

4. Promotion (Promosi)

Promosi merupakan aktivitas menyampaikan manfaat produk dan

membujuk konsumen membelinya, serta meningkatkan pasar sasaran

yang bertujuan merubah sikap dan tingkah laku pembelian, yang

tadinya tidak mengenal hingga menjadi pembeli dan mengingat suatu

produk.

2.1.2 Store Image

Menurut Wu, et al. (2011) citra toko adalah keseluruhan sikap

konsumen yang berasal dari karakteristik intrinsik dan ekstrinsik sebuah toko.

16

Page 3: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2014-1... · Web viewAlat yang dapat digunakana salah satunya adalah bauran pemasaran atau marketing mix yang menjadi

Citra toko adalah apa yang konsumen pikirkan tentang toko, termasuk

persepsi dan sikap berdasarkan sensasi yang ada di toko terkait rangsangan

yang diterima melalui panca indera. (Peter dan Olson, 2010:464)

Menurut Martineau (1958) dalam Hosseini, Jayashree, dan Malarvizhi

(2014) mendefinisikan citra toko sebagai definisi pelanggan tentang toko

sesuai dengan atributnya yang bekerja secara fungsional dan psikologis.

Martineau menjelaskan bahwa karakteristik citra toko membantu pelanggan

membedakan toko tersebut dengan toko yang lainnya. Karakteristik

fungsional dari citra toko termasuk tata letak toko dan produknya, lokasi,

harga dan atribut nilai uang, dan layanan pelanggan. Sedangkan aspek

psikologis termasuk kemewahan dan daya tarik toko.

Dari definisi yang ada maka dapat disimpulkan bahwa citra toko

merupakan gambaran tentang apa yang dirasakan dan dilihat oleh konsumen

terhadap sebuah toko melalui panca indera mereka sehingga menghasilkan

persepsi tentang toko tersebut.

2.1.2.1 Faktor Pendukung Store Image

Menurut Simamora (2003:279) ada dua faktor yang

mendukung citra toko diantaranya:

a. External Impressions

Secara eksternal, penempatan lokasi toko, desain arsitek, tampak

muka toko, penempatan logo, pintu masuk, serta etalase muka

merupakan bagian dari citra suatu toko. Atribut-atribut eksternal

tersebut termasuk salah satu alat komunikasi non-verbal dalam

menyampaikan citra toko yang diinginkan oleh peritel kepada

konsumennya. Pentingnya penyampaian citra toko yang benar

didasari pada kepercayaan bahwa citra toko menolong penempatan

posisi suatu peritel dibandingkan dengan para pesaingnya. Dalam

penyampaian pesan yang tepat, masalah yang dihadapi adalah

bagaimana sebuah peritel mampu menggunakan atribut-atribut

eksternal secara maksimal sehingga konsumen dapat menyerap apa

yang peritel inginkan untuk mereka lihat dan rasakan. Kesan yang

masuk pertama kali di benak konsumen pada umumnya adalah

17

Page 4: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2014-1... · Web viewAlat yang dapat digunakana salah satunya adalah bauran pemasaran atau marketing mix yang menjadi

semua atribut eksternal toko. Kesan pertama inilah yang penting

karena hal ini dapat membedakan sebuah peritel dengan pesaingnya.

b. Internal Impressions

Secara internal, citra sebuah toko dapat diciptakan menurut warna

toko, bentuk toko, ukuran toko, penempatan departemen,

pengaturan lalu lintas pengunjung, pengaturan penempatan display,

penggunaan lampu, serta pemilihan perlengkapan toko. Khusus

untuk pemilihan citra toko secara internal ini, sebuah peritel harus

memperhatikan target pasar yang dituju. Citra toko harus diciptakan

sesuai dengan kebutuhan psikologis dan kebutuhan fisik dari target

pasar yang dituju.

2.1.2.2 Dimensi Store Image

Dimensi citra toko menurut Smeijn et al., (2004) dalam Mbaye

Fall Diallo (2012) sebagai berikut:

1. Layout

Rencana untuk menentukan lokasi tertentu dan pengaturan dari

jalan/gang di dalam toko yang cukup lebar sehingga

memudahkan orang untuk berlalu-lalang melihat produk apa

saja yang di jual oleh toko. Serta penyusunan dari elemen-

elemen desain yang berhubungan kedalam sebuah bidang

sehingga membentuk susunan artistik.

2. Merchandise

Produk-produk yang dijual peritel dalam gerainya. Kegiatan

pengadaan barang yang sesuai dengan bisnis yang dijalani

untuk disediakan dalam toko pada waktu yang sesuai pada saat

dibutuhkan, jumlah keragaman dan daya saing.

3. Service

Atribut yang berkaitan dengan layanan yang ditawarkan oleh

penjual kepada pembeli bersamaan dengan produk yang dijual.

Seperti karyawan yang bersikap sopan dan menguasai setiap

pengetahuan yang diperlukan untuk menangani berbagai

pertanyaan atau masalah konsumen.

18

Page 5: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2014-1... · Web viewAlat yang dapat digunakana salah satunya adalah bauran pemasaran atau marketing mix yang menjadi

2.1.3 Service Quality

2.1.3.1 Service

Christopher H. Lovelock dan Jochen Wirtz (2011:37)

mendefinisikan jasa sebagai kegiatan ekonomi yang ditawarkan oleh

salah satu pihak kepada pihak lainnya. Sering kali berbasis, kinerja

yang membawa hasil yang diinginkan ke penerima, benda, atau aset

lainnya yang memiliki tanggungjawab pembeli.

Jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang ditawarkan

oleh salah satu pihak kepada pihak lainnya yang pada dasarnya

bersifat tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.

(Kotler dan Keller, 2012:356)

Definisi lainnya yang berorientasi pada aspek proses atau

aktivitas dikemukakan oleh Gronroos (2000) dalam Tjiptono dan

Chandra (2007:11): “jasa adalah proses yang terdiri atas serangkaian

aktivitas intangible yang biasanya terjadi pada interaksi antara

pelanggan dan karyawan jasa dan atau sumber daya fisik atau barang

dan atau sistem penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas

masalah pelanggan”. Menurut Gronroos, interaksi antara penyedia

jasa dan pelanggan kerapkali terjadi dalam jasa, sekalipun pihak-pihak

tersebut mungkin tidak menyadarinya. Selain itu, dimungkinkan ada

situasi di mana pelanggan sebagai individu tidak berinteraksi

langsung dengan perusahaan jasa.

Dapat disimpulkan bahwa jasa adalah suatu tindakan yang

pada dasarnya tidak berwujud dan dapat dirasakan pada saat jasa itu

disampaikan, tindakan ini ditawarkan oleh salah satu pihak kepada

pihak lain untuk memenuhi kebutuhannya.

2.1.3.2 Karakteristik Service

Menurut Kotler dan Armstrong (2012:236-238) jasa memiliki

empat karakteristik, sebagai berikut:

1. Intangibility

Berarti bahwa layanan tidak dapat dilihat dan dirasakan sebelum

konsumen membelinya.

19

Page 6: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2014-1... · Web viewAlat yang dapat digunakana salah satunya adalah bauran pemasaran atau marketing mix yang menjadi

2. Inseparability

Tidak dapat dipisahkan berarti bahwa jasa diproduksi dan

dikonsumsi pada saat yang sama dan tidak dapat dipisahkan dari

penyedia jasa.

3. Variability

Yang berarti bahwa kualitas pelayanan tergantung pada siapa yang

menyediakan jasa tersebut serta kapan, dimana, dan bagaimana

jasa tersebut disediakan.

4. Perishability

Cepat rusak berarti bahwa layanan tidak dapat disimpan untuk

kemudian dijual atau digunakan kembali.

2.1.3.3 Service Quality

Menurut Jim Blythe (2012:272) Service quality adalah

kemampuan suatu organisasi untuk memenuhi atau melebihi harapan

pelanggan.

Menurut Chakrabarty et al. (2007) dalam Wu et al. (2011)

mendefinisikan service quality sebagai kesesuaian dengan kebutuhan

pelanggan dalam penyampaian layanan.

Menurut Parasuraman et al. (1988) dalam Munhurrun, Naidoo,

dan Nundlall (2010) kualitas layanan dapat didefinisikan sebagai

memenuhi harapan pelanggan atau menyediakan tingkat layanan yang

memenuhi kebutuhan pelanggan.

Dari ketiga definisi diatas maka dapat disimpulkan kualitas

layanan adalah kesesuaian antara apa yang konsumen harapkan

dengan apa yang disampaikan oleh penyidia jasa untuk memenuhi

bahkan melebihi harapan dari konsumen itu sendiri.

2.1.3.4 Dimensi Service Quality

Menurut Lovelock dan Wirtz (2007:420-421) terdapat lima

dimensi kualitas pelayanan, diantaranya:

1. Tangibles

Berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan

material yang digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan.

20

Page 7: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2014-1... · Web viewAlat yang dapat digunakana salah satunya adalah bauran pemasaran atau marketing mix yang menjadi

2. Reliability

Berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan

layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan

apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang

disepakati.

3. Responsiveness

Berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk

membantu para konsumen dan merespon permintaan mereka, serta

menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian

memberikan jasa secara cepat.

4. Assurance

Perilaku para karyawan yang mampu menumbuhkan kepercayaan

konsumen terhadap perusahaan dan perusahaan dapat menciptakan

rasa aman bagi para konsumennya.

5. Empathy

Berkaitan dengan perusahaan memahami masalah konsumennya,

mendengarkan keluhan konsumen dengan menjawab menggunakan

bahasa yang dapat dimengerti oleh konsumen.

2.1.4 Brand Image

2.1.4.1 Brand

Menurut Kenneth E. Clow dan Donald Baack (2012:49)

Merek adalah nama yang diberikan untuk barang atau jasa individual

atau kelompok produk yang saling melengkapi.

Menurut American Marketing Association (AMA) dalam

Keller (2013:30) Merek adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol,

desain, atau kombinasi dari semua, yang dimaksudkan untuk

mengidentifikasi barang dan jasa dari satu penjual atau kelompok

penjual dan untuk membedakan mereka dari para pesaing.

Menurut Hermawan Kartajaya (2007:11) “Merek merupakan

aset yang menciptakan value bagi pelanggan dengan memperkuat

kepuasan dan loyalitasnya”.

Dari definisi yang ada maka dapat disimpulkan bahwa merek

merupakan berbagai bentuk karakter pembeda seperti nama, simbol,

21

Page 8: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2014-1... · Web viewAlat yang dapat digunakana salah satunya adalah bauran pemasaran atau marketing mix yang menjadi

maupun kombinasi keduanya yang digunakan untuk mengidentifikasi

suatu produk dan jasa dari satu penjual dengan penjual lainnya

sehingga dapat mempermudah konsumen dalam memilih produk dan

jasa yang akan mereka konsumsi jika ada pesaing yang memiliki

produk yang hampir sama.

Untuk membangun merek yang kuat harus memerlukan fondasi

yang kuat. Menurut Rangkuti (2008:5-8) caranya adalah:

1. Memiliki positioning yang tepat

Merek dapat di positioning kan dengan berbagai cara,

misalnya dengan menempatkan posisinya secara spesifik di benak

pelanggan. Membangun positioning adalah menempatkan semua

aspek dari brand value (termasuk manfaat fungsional) secara

konsisten sehingga selalu menjadi nomor satu di benak pelanggan.

Menjadi nomor satu di benak pelanggan merupakan tujuan

utama dari positioning. Menjadi nomor satu di benak pelanggan

bukan berarti selalu menjadi nomor satu untuk semua aspek.

Merek yang berhasil harus memiliki kategori spesifik agar menjadi

nomor satu di benak pelanggan.

Keberhasilan positioning adalah tidak sekadar menemukan

kata kunci atau ekspresi dari core benefit suatu merek, tetapi lebih

jauh lagi: menjembatani keinginan dan harapan pelanggan

sehingga dapat memuaskan pelanggan.

Positioning yang tepat memerlukan pemahaman yang

mendalam terhadap produk yang bersangkutan, perusahaan, tingkat

persaingan, kondisi pasar serta pelanggan.

2. Memiliki brand value yang tepat

Semakin tepat merek di positioning kan di benak

pelanggan, merek tersebut akan semakin kompetitif. Untuk

mengelola hal tersebut perlu mengetahui brand value. Brand value

membentuk brand personality. Brand personality lebih cepat

berubah dibandingkan brand positioning, karena brand personality

mencerminkan gejolak perubahan selera konsumen. Brand value

juga mencerminkan brand equity secara nyata sesuai dengan

customer value-nya.

22

Page 9: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2014-1... · Web viewAlat yang dapat digunakana salah satunya adalah bauran pemasaran atau marketing mix yang menjadi

3. Memiliki konsep yang tepat

Tahap akhir untuk mengkomunikasikan brand value dan

positioning yang tepat kepada konsumen harus didukung oleh

konsep yang tepat.

Pengembangan konsep merupakan proses kreatif, karena

berbeda dari positioning, konsep dapat terus-menerus berubah

sesuai dengan daur hidup produk yang bersangkutan. Konsep yang

baik adalah konsep yang dapat mengkomunikasikan semua

elemen-elemen brand value dan positioning yang tepat, sehingga

brand image dapat terus-menerus ditingkatkan.

2.1.4.1.1 Karakteristik Brand

Menurut Buchholz dan Wordermann (2000:115) dalam

Bernard T. Widjaja (2009:104) merek harus memiliki karakteristik

dasar, yaitu:

1. Link, yang mencerminkan ciri kekuatan dari product/

service/ company.

2. Aspiration, merek harus mampu mencerminkan aspirasi

pelanggan.

3. Genuineness, merek mampu mengekspresikan ciri

karakternya.

4. Uniqueness, mampu memberikan karakter yang berbeda dari

competitor dengan jelas.

2.1.4.1.2 Manfaat Brand

Menurut Keller (2003) dalam Tjiptono (2005:20)

menyebutkan bahwa merek memiliki beberapa manfaat yang

dikategorikan menjadi 2, yaitu:

1. Bagi produsen

1) Sarana identifikasi untuk memudahkan proses

penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan,

terutama dalam pengorganisasian sediaan dan

pencatatan akuntansi.

23

Page 10: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2014-1... · Web viewAlat yang dapat digunakana salah satunya adalah bauran pemasaran atau marketing mix yang menjadi

2) Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek

produk yang unik.

3) Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas,

sehingga mereka bisa dengan mudah memilih dan

membelinya lagi di lain waktu.

4) Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang

membedakan produk dari para pesaing.

5) Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui

perlindungan hukum, loyalitas pelanggan, dan citra

unik yang terbentuk dalam benak konsumen.

6) Sumber financial returns, terutama menyangkut

pendapatan masa datang.

2. Bagi konsumen

1) Sebagai identifikasi sumber produk.

2) Penetapan tanggung jawab pada pemanufaktur atau

distributor tertentu.

3) Pengurang resiko.

4) Penekan biaya pencarian (search costs) internal dan

eksternal.

5) Janji atau ikatan khusus dengan produsen.

6) Alat simbolis yang memproyeksikan citra diri.

7) Signal kualitas.

2.1.4.2 Brand Equity

Menurut Kenneth E. Clow dan Donald Baack (2012:53)

ekuitas merek adalah kumpulan karakteristik yang unik untuk sebuah

merek.

Menurut Kotler dan Keller (2012:243) ekuitas merek adalah

nilai tambah yang diberikan kepada produk dan jasa. Ini dapat

tercermin dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak

sehubungan dengan merek, serta dalam harga pangsa pasar dan

profitabilitas bagi merek pemimpin.

24

Page 11: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2014-1... · Web viewAlat yang dapat digunakana salah satunya adalah bauran pemasaran atau marketing mix yang menjadi

Menurut David Aaker dalam Saxena (2006:300) ekuitas merek

mengacu pada “sekumpulan aset dan kewajiban yang dimiliki

perusahaan yang terkait dengan merek, nama, dan simbolnya dengan

menambahkan atau mengurangi nilai yang diberikan dari sebuah

barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan”.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa ekuitas

merek adalah sebuah nilai tambah atas pencapaian yang telah

diperoleh sebuah produk dan jasa yang dapat dilihat melalui cara

konsumen berpikir dan bertindak terhadap suatu merek.

2.1.4.3 Brand Image

Menurut Keller (2013:72) citra merek adalah persepsi

konsumen mengenai sebuah merek, yang tercemin dari asosiasi merek

yang ada di memori konsumen.

Menurut Fandy Tjiptono (2005:49) citra merek adalah

deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek

tertentu.

Aaker (1991) dalam Wu, et al. (2011) mendefinisikan citra

merek sebagai suatu rangkaian asosiasi merek yang tersimpan di

dalam memori konsumen.

Menurut Roy dan Banerjee (2007) dalam Hsiang-Ming Lee et

al. (2011) citra merek merupakan gambaran pikiran dan perasaan

konsumen terhadap merek. Dengan kata lain, citra merek adalah

gambaran mental secara keseluruhan mengenai merek yang di miliki

oleh konsumen, dan keunikan merek tersebut dibandingkan dengan

merek lain (Faircloth, 2005) dalam Hsiang-Ming Lee et al. (2011).

Sedangkan menurut Iversen dan Hem (2008) dalam Hsiang-Ming Lee

et al. (2011) citra merek merupakan perlambangan pribadi yang

konsumen asosiasikan terhadap merek, yang terdiri dari semua

informasi mengenai merek yang berhubungan dengan deskriptif dan

evaluatif.

Dari definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa citra merek

adalah sebuah gambaran dari pikiran dan perasaan yang dimiliki oleh

25

Page 12: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2014-1... · Web viewAlat yang dapat digunakana salah satunya adalah bauran pemasaran atau marketing mix yang menjadi

konsumen terhadap suatu merek mengenai semua informasi yang

terdapat di dalam merek tersebut.

2.1.4.4 Dimensi Brand Image

Dimensi citra merek menurut Keller (1993) dalam Wu, et al.,

(2011), sebagai berikut:

1. Quality

Kualitas mengacu pada kondisi dari daya tahan suatu produk

dalam memenuhi kebutuhan.

2. Affective

Afektif mengacu pada sikap yang berhubungan dengan

suasana hati, perasaan, dan emosi seperti preferensi atau

kepuasan terhadap produk.

2.2 Perilaku Konsumen

Menurut American Marketing Association dalam Peter dan Olson (2010:5-9)

Perilaku konsumen adalah interaksi dinamis antara pikiran dan perasaan, perilaku,

dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam

hidup mereka.

Perilaku konsumen adalah dinamis karena pemikiran, perasaan, dan tindakan

konsumen individu, kelompok konsumen sasaran, dan masyarakat pada umumnya

yang terus berubah. Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pemikiran,

perasaan, dan tindakan seseorang, serta lingkungannya. Jadi pemasar perlu

memahami produk dan merek apa yang dimaksudkan oleh konsumen, apa yang

konsumen harus lakukan untuk membeli dan menggunakannya, dan apa yang

mempengaruhi konsumen dalam berbelanja, membeli, dan mengkonsumsi. Perilaku

konsumen melibatkan pertukaran antara manusia. Dengan kata lain, orang-orang

memberikan sesuatu yang berharga kepada orang lain dan menerima sesuatu sebagai

balasannya.

Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) dalam Sunyoto (2013),

mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam

mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses

keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.

26

Page 13: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2014-1... · Web viewAlat yang dapat digunakana salah satunya adalah bauran pemasaran atau marketing mix yang menjadi

Menurut Hoyer, Maclnnis, dan Pieters (2013:3) perilaku konsumen adalah

totalitas keputusan konsumen sehubungan dengan akuisisi, konsumsi, dan disposisi

barang, jasa, waktu, dan ide-ide oleh unit atau manusia yang mengambil keputusan

dari waktu ke waktu.

Dari definisi yang ada dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku konsumen

adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang maupun sebuah organisasi

mulai dari memilih, menggunakan, dan membuang suatu produk atau jasa untuk

memenuhi kebutuhan mereka.

2.2.1 Purchase Intention

Purchase intention merupakan kemungkinan bahwa konsumen akan

merencanakan atau bersedia untuk membeli produk atau jasa tertentu di masa

yang akan datang. Peningkatan niat pembelian berarti meningkatkan

kemungkinan pembelian. (Schiffman dan Kanuk, 2007) dalam Wu et al.

(2011). Ketika konsumen mempunyai purchase intention yang positif dalam

arti ada niat untuk membeli di masa yang akan datang, hal ini akan

membentuk suatu komitmen merek yang positif yang pada akhirnya akan

mendorong konsumen untuk mengambil tindakan pembelian (Schiffman dan

Kanuk, 2007) dalam Wu et al. (2011).

Menurut Kinnear dan Taylor (1995:306) dalam Tommy Soebagyo dan

Hartono Subagio (2014) mendefinisikan minat beli adalah tahap

kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli

benar-benar dilaksanakan.

Menurut Spears dan Singh (2004) dalam Wang dan Tsai (2014)

mendefinisikan purchase intention sebagai rencana yang di sadari oleh

individu dalam melakukan upaya untuk pembelian merek.

Berdasarkan definisi yang ada, dapat disimpulkan bahwa purchase

intention adalah kemungkinan pembelian yang akan dilakukan oleh

konsumen terhadap sebuah produk dan jasa yang ada dengan melalui

berbagai proses.

Penelitian ini mengadopsi 4 pertanyaan dari (Grewal et al, 1998 dan

Liljander et al, 2009) dalam Diallo (2012) yang digunakan untuk mengukur

niat pembelian terhadap private label brand diantaranya: kemungkinan besar

27

Page 14: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2014-1... · Web viewAlat yang dapat digunakana salah satunya adalah bauran pemasaran atau marketing mix yang menjadi

untuk mempertimbangkan membeli, membeli di lain waktu,

mempertimbangkan membeli, dan kemungkinan kuat untuk membeli.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian, maka rancangan hipotesis dalam penelitian ini

adalah:

1. Untuk T-1

H1: Ada pengaruh store image terhadap brand image untuk private label

brand pada Best Pongs Home Center.

2. Untuk T-2

H2: Ada pengaruh service quality terhadap brand image untuk private label

brand pada Best Pongs Home Center.

3. Untuk T-3

H3: Ada pengaruh store image dan service quality secara serentak terhadap

brand image untuk private label brand pada Best Pongs Home Center.

4. Untuk T-4

H4: Ada pengaruh store image terhadap purchase intention untuk private

label brand pada Best Pongs Home Center.

5. Untuk T-5

H5: Ada pengaruh service quality terhadap purchase intention untuk private

label brand pada Best Pongs Home Center.

6. Untuk T-6

H6: Ada pengaruh brand image terhadap purchase intention untuk private

label brand pada Best Pongs Home Center.

7. Untuk T-7

H7: Ada pengaruh brand image memediasi store image dan service quality

terhadap purchase intention untuk private label brand pada Best Pongs Home

Center.

28

Page 15: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2014-1... · Web viewAlat yang dapat digunakana salah satunya adalah bauran pemasaran atau marketing mix yang menjadi

2.4 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Sumber: Peneliti, 2014

29

Page 16: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2014-1... · Web viewAlat yang dapat digunakana salah satunya adalah bauran pemasaran atau marketing mix yang menjadi

30