12

Click here to load reader

Variabel Costing

Embed Size (px)

DESCRIPTION

akuntansi manajemen

Citation preview

RESUMEVARIABEL COSTINGMata Kuliah: Akuntansi Manajemen

Oleh:

Oleh:SIH AISYAH SALAWATI ( 11080574270 )

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYAFAKULTAS EKONOMIJURUSAN MANAJEMEN2014

VARIABEL COSTINGA. ABSORPTION DAN VARIABLE COSTINGAbsorption Costing membebankan biaya tetap dan biaya variable ke produk, kedua biaya tersebut digabungkan dengan cara tertentu sehingga menyulitkan para manajer untuk membedakannya. Kondisi ini mendorong pengembangan variable costing yang memfokuskan pada perilaku biaya. Salah satu keunggulan variable costing adalah bahwa pendekatan variable costing sesuai dengan pendekatan kontribusi dan konsep biaya-volume-laba.1. Absorption CostingAbsorption Costing memperlakukan semua biaya produksi sebagai harga pokok tanpa memperhatikan apakah biaya tersebut variable atau tetap. Harga pokok produk dengan menggunakan metode absorption costing terdiri dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik tetap dan variable. Absorption costing mengalokasikan biaya overhead tetap ke produk seperti halnya alokasi biaya overhead variable. Karena absorption costing meliputi seluruh biaya produksi sebagai harga pokok.2. Variable CostingDengan menggunakan variable costing, hanya biaya produksi yang berubah-ubah sesuai dengan output yang diperlakukan sebagai harga pokok. Pada umumnya terdiri dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik variable. Biaya overhead pabrik tetap tidak diperlakukan sebagai unsure harga pokok. Biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai biaya periodic seperti beban administrasi dan penjualan. Beban tersebut langsung ditandingkan dengan pendapatan. Kensekuensinya, biaya per unit produk dalam persediaan atau harga pokok penjualan dengan metode variable costing tidak mengandung elemen biaya overhead tetap.Variable costing lebih menggambarkan bagaimana cara harga pokok produk dihitung pada saat laporan laba rugi disusun dengan pendekatan kontribusi. 3. Perhitungan Biaya per UnitKlasifikasi biaya absorption costing dan variable costing sebagai berikut:

Absorption costing Variabel Costing

Bahan LangsungBiaya produksi Tenaga Kerja Langsung Biaya Produksi Overhead pabrik variabel Overhead pabrik tetapBiaya periodic Beban penjualan & administrasi Biaya Periodik

Contohnya:Jumlah unit yang diproduksi per tahun6.000Biaya variable per unit:Bahan langsung $ 2Tenaga kerja langsung 4Overhead pabrik variable 1Beban penjualan & administrasi variable 3Biaya tetap per tahun:Overhead pabrik tetap30.000Beban penjualan & administrasi tetap10.000Pemecahan:Absorption CostingBahan langsung $ 2Tenaga kerja langsung 4Overhead pabrik variable 1Total biaya variable produksi 7Overhead pabrik tetap ($30.000:6.000 unit produksi) 5Harga produk per unit$ 12

Variable CostingBahan langsung$ 2Tenaga kerja langsung 4Overhead pabrik variable 1Harga produk per unit$ 7

B. PERBANDINGAN LAPORAN LABA RUGI ABSORPTION DAN VARIABLE COSTING1. Absorption Costing a. Dengan menggunakan absorption Costing, jika ada peningkatan persediaan maka beberapa biaya produksi tetap dalam periode berjalan tidak akan tampak dalam laporan keuangan sebagai bagian dalam HPP. b. Metode absorption costing tidak membuat pembedaan antara biaya variabel dan biaya tetap, oleh karenanya metode ini tidak cocok untuk perhitungan biaya, volume, laba yang sangat penting untuk perencanaan dan pengendalian2. Variabel Costing a. Dengan menggunakan variabel costing, seluruh biaya tetap dalam biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai beban pada periode berjalan. b. Pendekatan variabel costing untuk menentukan biaya per unit produksi selaras dengan pendekatan kontribusi karena kedua konsep tersebut didasarkan pada klasifikasi biaya berdasarkan perilakunya.

Pada dasarnya perbedaan antara keduan metode laba rugi absorption dan variable costing terletak pada waktu ( timing ). Variable costing menentukan bahwa biaya overhead tetap harus dibebankan segera sedangkan lapran laba rugi absorption menyatakan bahwa biaya overhead pabrik tetap harus dibebankan dan dikurangkan dari pendapatan untuk setiap unit yang terjual. Setiap unit yang tidak terjual (dengan menggunakan absorption costing) menimbulkan biaya tetap dilekatkan dalam persediaan dan akan dibawa ke periode berikutnya sebagai asset.

C. DAMPAK PERUBAHAN PRODUKSI TERHADAP LABA BERSIH1. Variable CostingLaba bersih tidak terpengaruh oleh perubahan produksi. Perubahan tingkat produksi tidak memiliki dampak terhadap laba bersih apabila perusahaan menggunakan variable costing.2. Absorption CostingLaba bersih terpengaruh oleh perubahan produksi apabila perusahaan menggunakan metode absorption costing. Laba bersih akan naik turun pada periode yang berbeda meskipun tingkat unit yang terjual sama. Alas an dapat ditelusuri ke pergeseran biaya overhead tetap antara kedua periode tersebut karena adanya perubahan persediaan.dengan metode absorption costing, biaya overhead pabrik tetap ditangguhkan dalam persediaan pada saat persediaan meningkat dan dikeluarkan dari persediaan pada saat persediaan menurun.3. Dampak Terhadap ManajerPergeseran biaya overhead pabrik tetap antar periode dapat membingungkan dan menyesat interpretasi dan mengakibatkan pembuatan keputusan yang salah. Manajer mungkin akan heran mengapa laba bersih dengan metode absorption costing dapat meningkat atau menurun dengan tajam meskipun tingkat penjualan sama. Manajer tidak dapat menjelaskan hanya dengan melihat pada laporan laba rugi yang disusun dengan metode absorption costing. Untuk menghindari kesalahan pada saat menggunakan absorption costing, para pembaca laporan keuangan hendaknya sadar terhadap perubahan tingkat persediaan. Dengan menggunakan metode absorption costing, jika ada peningkatan persediaan, biaya overhead pabrik tetap ditangguhkan dalam persediaan dan laba bersihnya meningkat. Jika persediaan berkurang, biaya overhead pabrik tetap dikeluarkan dari persediaan sehingga laba bersihnya menurun. Oleh karena itu fluktuasi laba bersih dapat diakibatkan perubahan tingkat persediaan dan tidak hanya perubahan penjualan.

D. MEMILIH METODE COSTINGUntuk memilih metode costing, beberapa factor yang perlu dipertimbangkan oleh manajer adalah sebagai berikut: 1. Analisis Biaya-Volume-Laba dan Absorption CostingAbsorption costing digunakan secara luas baik untuk laporan internal maupun eksternal. Beberapa perusahaan menggunakan pendekatan absorption costing karena pendekatan tersebut focus terhadap full costing unit produksi. Kelemahan dari metode ini adalah ketidakmampuannya menghubungkan dengan analisis biaya-volume-laba. 2. Pembuatan KeputusanMasalah pokok absorption costing adalah bahwa biaya overhead pabrik tetap tampak seperti bervariabel dengan unit yang terjual padahal sesungguhnya tidak. Sebagai contoh, biaya produksi per unit dengan absorption costing sebesar 13 sedangkan dengan variable costing hanya 7. Karena biaya produk dinyatakan per unit, manajer dapat salah mengerti bahwa setiap penambahan unit produksi adalah sebesar 13. Kesalahan persepsi bahwa biaya produksi per unit dengan absorption costing dapat mengakibatkan munculnya masalah manajerial, termasuk keputusan penentuan harga dan keputuasan untuk menghentikan produksi produk tertentu yang sesungguhnya menguntungkan.3. Laporan Eksternal dan Pajak PenghasilanPerusahaan yang menggunakan variable costing untuk pelaporan eksternal menghadapi risiko bahwa auditornya mungkin akan menyatakan laporan tersebut tidak disusun sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum. Peraturan pajak menyatakan secara tegas. Berdasarkan Tax Reform Act of 1986, untuk memenuhi ketentuan perpajakan, perusahaan harus menyusun sesuai dengan format absorption costing. Meskipun perusahaan diwajibkan untuk menyusun laporan laba rugi dengan absorption costing, manajer dapat menggunakan variable costing untuk kepentingan internal. Tidak ada masalah akuntansi yang dihadapi dengan penggunaan kedua metode tersebut. Tapi harus dicatat bahwa penggunaan dua metode tersebut dapat memunculkan masalah pada top executive untuk perusahaan yang dimiliki public. Masalahnya adalah bahwa top executive selalu melakukan evaluasi berdasarkan data laporan ekternal yang disiapkan untuk para pemegang saham. Sangat sulit bagi manajer untuk mengambil keputusan yang didasarkan pada variable costing, karena dia melakukan evaluasi berdasarkan metode absorption costing.4. Keunggulan Variabel Costing dan Pendekatan Kontribusia. Data yang akan digunakan untuk melakukan analisis biaya-volume-laba dapat diambil langsung dari laporan laba rugi yang disusun dengan format kontribusi. Data-data tersebut tidak tersedia apabila laporan laba rugi disusun dengan pendekatan konversional.b. Dengan menggunakan variable costing, laba periodic tidak dipengaruhi oleh tingkat persediaan. Dengan asumsi hal-hal lain tetap ( harga jual, biaya, bauran penjualan, dan sebagainya ) laba akan searah dengan penjualan apabila menggunakan variable costing.c. Manajer selalu mengasumsikan bahwa biaya produksi per unit adalah biaya variable. Hal ini menjadi masalah dalam pendekatan absorption costing, karena biaya produksi per unit adalah kombinasi biaya tetap dan variable. Dengan menggunakan variable costing, biaya produksi per unit tidak mengandung biaya tetap.d. Dampak biaya tetap terhadap laba bersih ditekankan dalam variable costing dan pendekatan kontribusi. Jumlah total biaya tetap dinyatakan secara eksplisit dalam laporan laba rugi. e. Data variable costing memudahkan estimasi tingkat profitabilitas produk, konsumen, dan segmen bisnis yang lain. Dengan absorption costing, profitabilitas tampak samar-samar karena lokasi biaya tetap yang arbitrer.f. Variable costing berkaitan dengan metode pengendalian biaya seperti biaya standar dan anggaran fleksibel.g. Laba bersih berdasarkan variable costing lebih dekat dengan aliran kas bersih dibandingkan dengan laba bersih berdasarkan absorption costing. Hal ini akan sangat penting untuk perusahaan yang mengalami masalah aliran kas.

5. Variable Costing dan Teori KendalaFormat variable costing digunakan dalam teori kendala. Dalam pendekatan teori kendala, tenaga kerja langsung ditetapkan sebagai biaya tetap. Di beberapa perusahaan, tenaga kerja langsung tidak benar-benar variable. Dalam perusahaan yang menerapkan teori kendala, ada dua alasan lain, mengapa biaya tenaga kerja langsung diperlakukan sebagai biaya tetap. Pertama, tenaga kerja langsung tidak mesti sebagai kendala. Kedua, teori kendala menekankanpada perbaikan yang terus menerus untuk mempertahankan kemampuan kompetitif. Dengan alasan-alasan ini, kebanyakan manajer di perusahaan yang menerapkan teori kendala menganggap bahwa tenaga kerja langsung sebagai committed fixed cost dan bukannya biaya variable. Modifikasi variable costing dalam perusahaan yang menerapkan teori kendala adalah bahwa tenaga kerja langsung tidak dimasukkan sebagai biaya produk.

E. DAMPAK METODE PERSEDIAAN JITVariable costing dan absorption costing akan menghasilkan perhitungan laba bersih yang berbeda apabila jumlah unit yang diproduksi tidak sama dengan jumlah unit yang terjual dengan kata lain perubahan jumlah unit persediaan. Laba bersih dengan menggunakan absorption costing dapat berubah-ubah dan kadang-kadang berlawanan dengan pergerakan penjualan. Bila perusahaan menggunakan metode JIT, masalah ini sedikit banyak akan berkurang. Berubah-ubahnya laba bersih dengan absorption costing dan perbedaan laba bersih antara kedua metode tersebut disebabkan perubahan unit persediaan. Dengan JIT, barang diproduksi karena adanya pesanan dari pelanggan dan tujuannya adalah menghilangkan persediaan barang jadi dan mengurangi persediaan barang dalam proses.