ulkus peptikum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ulkus peptikum

Citation preview

PERAN DIET LAMBUNG PADA ULKUS PEPTIKUM(F.4)

Oleh:dr. Oktania Putri Kusnawan

Anggota:dr. Rizki Trya Permatadr. Merry Susantidr. Syifa Andini Suparmandr. Astri KaniaPendamping:dr. Dorlina Panjaitan

PROGRAM DOKTER INTERNSIPPPSDM KEMENTRIAN KESEHATAN RI DAN KOMITE INTERNSIP DOKTER INDONESIAPUSKESMAS GUNUNG ALAMKABUPATEN ARGAMAKMUR BENGKULU UTARA2014

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulisan laporan ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun sebagai laporan tugas Puskesmas Formula 4 dokter internship.Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik berupa bimbingan, hasil diskusi kelompok, buku-buku referensi serta hal lainnya. Oleh karena itu penulis berdoa mudah-mudahan segala bantuan yang telah diberikan selama ini akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat pendamping kami yang telah banyak memberikan bimbingan. Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian laporan ini.Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik membangun agar dapat memberikan yang lebih baik di kemudian hari. Akhir kata, mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Arga Makmur, Mei 2014

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang MasalahSaluran pencernaan berfungsi penting dalam memberi tubuh persediaan akan cair, elektrolit dan makanan yang terus-menerus. Karena itu gangguan pada sistem pencernaan akan mengganggu penyediaan air, elektrolit dan makanan yang akan berdampak buruk bagi tubuh. Salah satu gangguan dari saluran pencernaan yang dapat berakibat fatal adalah ulkus peptikum. Ulkus peptikum adalah lesi yang dapat terjadi pada saluran pencernaan dan biasanya bersifat menahun. Ulkus peptikum merupakan gangguan saluran pencernaan yang sering terjadi. Di USA kira-kira 4 juta orang menderita ulkus peptikum (duodenum dan gaster), dan 150.000 kasus baru didiagnosis tiap tahunnya. Sekitar 180.000 pasien harus dirawat di rumah sakit, dan kira-kira 5000 orang meninggal tiap tahunnya. Insiden tertinggi ulkus peptikum biasa terjadi akibat infeksi oleh Helicobacter pylori. Ulkus peptikum merupakan salah satu penyakit yang masih sering ditemukan di masyarakat. Prevalensinya dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi dimana penyakit ini banyak terjadi pada kelompok masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah, dimana kejadiannya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Angka mortalitas meningkat pada orang tua, berhubungan dengan penggunaan obat anti inflamasi non steroid (OAINS).Pada negara berkembang angka morbiditas ulkus peptikum tidak terlalu tinggi tetapi angka mortalitasnya tinggi, berhubungan dengan adanya komplikasi-komplikasi ulkus peptikum. Di Indonesia sekitar 4 juta orang menderita ulkus peptikum dengan prevalensi 1.84%. Ulkus peptikum secara umum terjadi akibat adanya gangguan mekanisme pertahanan mukosa gaster atau adanya produksi asam yang berlebihan. Ulkus dapat menyebabkan komplikasi yang fatal seperti perdarahan, perforasi, penetrasi ke organ lain, obstruksi dan keganasan. Ulkus peptikum dalam hal ini masalah keperawatan dan pengobatannya masih kurang mendapat perhatian karena penderita menganggap kasus ini tidak terlalu mengancam atas keselamatan jiwanya, apalagi kalau keluhan ini bersifat hilang timbul. Sampai saat ini penyakit ulkus peptikum masih merupakan masalah kesehatan di banyak negara berkembang termasuk Indonesia.Penanganan ulkus peptikum sendiri ditujukan untuk menghilang keluhan yang timbul, menyembuhkan ulkus, mencegah kekambuhan, dan mencegah terjadinyakomplikasi. Penanganan ulkus peptikum saat ini terdiri dari terapi non medikamentosa dan terapi medikamentosa, bila keduanya gagal dapat dilakukan tindakan operasi.Semua hal tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan terapi yang optimal.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA DAN IDENTIFIKASI MASALAH

2.1. Ulkus Peptikum2.1.1 DefinisiUlkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum disbut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada lokasinya. (Bruner and Suddart, 2001). Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ulkus (misalnya ulkus karena stres). Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi, juga jejenum. (Sylvia A. Price, 2006). Ulkus peptikum atau tukak peptic adalah ulkus yang terjadi pada mulkosa, submukosa dan kadang-kadang sampai lapisan muskularis dari traktus gastrointestinalis yang selalu berhubungan dengan asam lambung yang cukup mengandung HCL. Termasuk ini ialah ulkus (tukak) yang terdapat pada bagian bawah dari oesofagus, lambung dan duodenum bagian atas (first portion of the duodeum). Mungkin juga dijumpai tukak di jejenum, yaitu penderita yang mengalami gastrojejenostomy. (Sujono Hadi, 1999: 204).

2.1.2 EpidemiologiUlkus peptikum merupakan penyakit yang masih banyak ditemukan di masyarakat. Penyakit ini meningkat insidennya seiring dengan bertambahnya usia. Sekitar sepertiga penderita ulkus duodenum berusia di atas 60 tahun. Sedangkan prevalensi infeksi akibat Helicobacter pylori, yang merupakan salah satu penyebab utama ulkus peptikum, sekitar 40-60% pada orang tua asimptomatik dan lebih dari 70% pada orangtua dengan penyakit gastrointestinal. Perbandingan insiden ulkus peptikum antara laki-laki dan perempuan yaitu 5-10 : 1. Tingkat komplikasi ulkus peptikum pada usia lanjut lebih tinggi. Pada saat ini, sekitar 50% perforasi terjadi pada mereka yang berusia diatas 70 tahun. Ulkus peptikum pada korpus lambung dapat terjadi tanpa sekresi asam berlebihan.

2.1.3 EtiologiSaat ini, salah satu penyebab utama sekitar 60% dari ulkus gaster dan 90% dari ulkus duodenum ialah adanya reaksi inflamasi kronik akibat invasi dari Helicobacter pylori yang mana paling banyak membentuk koloni di sekitar antrum pylori. Helicobacter pylori adalah kuman patogen gram negatif yang berbentuk batang/spiral, dan merupakan microaerofilik berflagela yang hidup pada permukaan epitel dan mengandung urease. H.pylori hidup di antrum, tetapi dapat bermigrasi ke proksimal lambung dan membentuk koloid, suatu bentuk dorman bakteri. Infeksi kuman H.pylori dapat menimbulkan pangastritis kronis diikuti atrofi sel mukosa korpus dan kelenjar, metaplasia intestinal, dan hipoasiditas.

Gambar Helicobacter pylori

Adapun beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya ulkus peptikum ini:1. DietMakanan yang memperberat keluhan ulkus peptikum antara lain kopi,rempah-rempah, makanan yang asam, panas, pedas, dan cokelat.2. MerokokMerokok dapat meningkatkan insiden ulserasi dan komplikasi lainnya, memperlambat penyembuhan, menekan produksi bikarbonat, dan menimbulkan refluks duodeno-gaster.3. ObatNon Steroidal Antiinflamatory Drugs (NSAID) dapat merusak mukosa dan menekan produksi prostaglandin. NSAID bersifat asam dan lipofilik sehingga mempermudah trapping ion hidrogen masuk ke dalam mukosa dan menimbulkan kerusakan pada mukosa.4. UsiaH.pylori meningkat sesuai dengan usia.

2.1.4 Faktor Pertahanan Mukosa Gastro DuodenalEpitel gaster dapat mengalami iritasi terus menerus oleh 2 faktor perusak, yaitu :- Faktor endogen (HCl, pepsinogen/pepsin, dan garam empedu)- Faktor eksogen (obat-obatan, alkohol, dan bakteri)Untuk itu, terdapat suatu sistem untuk mempertahankan mukosa gastro duodenal yang terdiri dari lapisan pre epitel, epitel, dan post epitel/sub epitel. Lapisan pre epitel mengandung mukus-bikarbonat yang bekerja sebagai rintangan fisikokemikal terhadap molekul seperti ion hidrogen. Sedangkan bikarbonat sendiri memiliki kemampuan mempertahankan perbedaan pH, yakni pH 1-2 pada lumen lambung dengan pH 6-7 di dalam sel epitel. Sekresi bikarbonat dirangsang oleh Ca2+, prostaglandin, kolinergik, dan keasaman lumen.Lapisan epitel merupakan pertahanan kedua dari gastro duodenal, dengan cara menghasilkan mukus, transportasi ionik sel epitel serta produksi bikarbonat yang dapat mempertahankan pH intraseluler (pH 6-7), dan intracellular tight junction.Sistem mikrovaskular yang rapi dalam lapisan submukosa lambung adalah komponen kunci dari pertahanan sub epitel. Sirkulasi yang baik dapat menghasilkan bikarbonat untuk menetralkan HCl, memberikan asupan mikronutrien, dan oksigen, serta membuang hasil metabolik toksik. Prostaglandin yang banyak ditemukan pada mukosa lambung, memegang peran sentral dalam mempertahankan dan memperbaiki sel epitel lambung, menghasilkan mukus-bikarbonat, menghambat sekresi sel parietal, mempertahankan sirkulasi mukosa dan restitusi sel epitel.

2.1.5 Patofisiologi Ulkus PeptikumUlkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Adapun beberapa zat yang menurunkan pertahanan mukosa lambung salisilat, NSAID, alcohol, dan rokok. Menurut Warren dan Marshall, ulkus peptikum terjadi oleh karena infeksi dari Helicobacter pylori yang bersifat patogen. Bakteri ini dapat bertahan dalam suasana asam lambung dan menembus mukosa lambung, lalu berkolonisasi disana. H.pylori menghasilkan berbagai macam sitotoksin yang secara langsung dapat merusak epitel mukosa, seperti vacuolating cytotoxin (Vac A gen) yang menyebabkan vakuolisasi sel-sel epitel. Selain itu, bakteri ini juga menghasilkan bermacam-macam enzim yang dapat merusak epitel, seperti urease, protease, lipase dan fosfolipase. Urease memecahkan urea dalam lambung menjadi amonia yang toksik terhadap sel-sel epitel, sedangkan protease dan fosfolipase menekan produksi mukus sehingga menyebabkan daya tahan mukosa menurun, merusak lapisan yang kaya lipid pada apikal sel epitel, dan melalui kerusakan sel dapat menyebabkan asam lambung berdifusi balik sehingga menimbulkan nekrosis yang lebih luas.Obat-obatan golongan NSAID (aspirin), alcohol, garam empedu, dan obat-obatan lain yang merusak mukosa lambung, mengubah permeabilitas sawar epitel, memungkinkan difusi balik asam klorida dengan akibat kerusakan jaringan (mukosa) dan khususnya pembuluh darah. Hai ini mengakibatkan pengeluaran histamin. Histamine akan merangsang sekresi asam dan meningkatkan pepsin dari pepsinogen. Histamine ini akan mengakibatkan juga peningkatan vasodilatasi kapilerm sehingga membrane kapiler menjadi permeable terhadap protein, akibatnya sejumlah protein hilang dan mukosa menjadi adema. Peningkatan asam akan merangsang syaraf kolinergik dan syaraf simpatik. Perangsangan terhadap kolinergik akan berakibat terjadinya peningkatan motilitas sehingga menimbulkan rasa nyeri (MK I), sedangkan rangsangan terhadap syaraf simpatik dapat mengakibatkan reflek spasme esophageal sehingga timbul regurgitasi asam Hcl yang menjadi pencetus timbulnya rasa nyeri berupa rasa panas seperti terbakar yang mengandung diagnosa (keperawatan I). Selain itu, rangsangan terhadap syaraf sympatik juga dapat mengakibatkan terjadinya pilorospasme yang berlanjut menjadi pilorustenosis yang berakibat lanjut makanan dari lambung tidak bisa masuk ke saluran berikutnya. Oleh karena itu pada penderita ulkus peptikum setelah makan mengalami mual, anoreksia, kembung dan kadang vomitus. Resiko terjadinya kekurangan nutrisi bisa terjadi sebagai manifestasi dari gejala-gejala tersebut. Pada penderita tukak lambung mengalami peningkatan pepsin yang berasal dari pepsinogen. Pepsin menyebabkan degradasi mucus yang merupakansalah satu factor lambung. Oleh karena itu terjadilah penurunan fungsi sawar sehingga mengakibatkan penghancuran kapiler dan vena kecil. Bila hal ini terus berlanjut akan dapat memunculkan komplikasi berupa pendarahan. Perdarahan pada ulkus peptikum bisa terjadi disetiap tempat, namun yang tersering adalah dinding bulbus duodenum bagian posterior, karena dekat dengan arterigastroduodenalis atau arteri pankreatikoduodenalis. Kehilangan darah ringan dan kronik dapat mengakibatkan anemi defisiensi besi. Disamping itu perdarahan juga dapat memunculkan gejala hemateneses dan melena. Pada pendarahan akut akibat ulkus peptikum dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan volume cairan (MK III). Proses ulkus peptikum yang terus berlanjut, selain berakibat pendarahan dapat pula berakibat terjadinya perforasi.perforasi yang berlanjut dapat menembus organ sekitarnya, termasuk peritoneum. Bila ulkus telah sampai diperitonium dapat terjadi peritonitis akibat infasi kuman. Obstruksi merupakan salah satu komplikasi dariulkus peptikum. Obstruksi biasanya dijumpai di daerah pylorus, yang disebabkan oleh peradangan, edema, adanya pilorusplasme dan jaringan parut yang terjadi pada proses penyembuhan ulkus. Akibat adanya obstruksi bisa timbul gejala anoreksia, mual, kembung dan vomitus setelah makan.Gambar Patofisiologi Ulkus Peptikum

2.1.6 Diagnosis Ulkus PeptikumDiagnosis ulkus peptikum dapat ditegakkan melalui anamnesis mengenai gambaran klinis ulkus peptikum, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.1. AnamnesisSecara umum, pasien ulkus peptikum biasanya mengeluh dispepsia. Dispepsia merupakan sindrom klinis atau kumpulan keluhan beberapa penyakit saluran cerna, seperti mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa, rasa terbakar, rasa penuh ulu hati, dan cepat merasa kenyang. Rasa nyeri pada ulkus duodenum timbul waktu pasien merasa lapar, dan rasa nyeri tersebut bisa membangunkan pasien tengah malam (antara tengah malam dan jam 3 dini hari). Nyeri ini spesifik pada ulkus duodenum (75%). Rasa nyeri hilang setelah makan, dan minum obat antasida. Sedangkan rasa nyeri pada ulkus gaster timbul setelah makan. Rasa nyeri pada ulkus gaster dirasakan di sebelah kiri, sedangkan rasa nyeri ulkus duodenum dirasakan di sebelah kanan dari garis tengah perut. Rasa nyeri bermula dari bermula pada satu titik (pointing sign) yang akhirnya difus, dan menjalar hingga ke punggung. Hal ini kemungkinan disebabkan penyakit yang bertambah berat atau komplikasi berupa penetrasi ke organ pankreas. Rasa nyeri pada ulkus peptikum bersifat kronik, periodik, ritmik, dan kualitasnya steady and continue.2. Pemeriksaan FisikUlkus tanpa komplikasi biasanya jarang menimbulkan kelainan fisik. Rasa nyeri ulu hati pada daerah kiri atau kanan dari garis tengah perut dan penurunan berat badan merupakan tanda fisik yang dapat dijumpai. Goncangan perut (succusion splashing) yang dijumpai 4-5 jam setelah makan disertai muntah-muntah (isinya biasanya makanan yang dimakan beberapa jam sebelumnya) merupakan tanda adanya retensi cairan lambung karena komplikasi ulkus (gastric outlet obstruction atau stenosis pilorus).

3. Pemeriksaan PenunjangGambaran endoskopi ulkus berupa luka terbuka dengan pinggiran teratur, mukosa licin dan normal disertai lipatan yang teratur keluar dari pinggiran ulkus. Sedangkan gambaran pada proses keganasan adalah Boorman I/polipoid, B-II/ulseratif, B-III infiltratif, B-IV/ linitis plastika (scirrhus). Untuk memastikan apakah terdapat keganasan, dilakukan pemeriksaan histopatologi dengan biopsi melalui endoskopi. Biopsi diambil dari pinggiran dan dasar ulkus minimal 4 sampel untuk 2 kuadran. Bila ukuran ulkus besar, sampel diambbil dari 3 kuadran yaitu dari dasar, pinggir, dan sekitar ulkus.

2.1.7 Klasifikasi

2.1.8 Diagnosis BandingDiagnosis banding untuk ulkus peptikum, antara lain :- Kanker lambung- Kolesistitis- Pankreatitis- Abses hepar

2.1.9 Komplikasia. PerdarahanInsiden perdarahan 15-25%, meningkat pada usia lanjut (>60 tahun) akibat adanya penyakit degeneratif dan meningkatnya pemakaian NSAID. Sebagian perdarahan dapat berhenti spontan, sebagian memerlukan tindakan endoskopi terapi, tetapi bila gagal dilanjutkan dengan tindakan operasi. Pantozol/PPI 2 ampul/100 cc NaCl 0,9% drip selama 10 jam secara parenteral dan diteruskan selama beberapa hari dapat menurunkan kejadian ulang perdarahan. Sedangkan pemberian transfusi dilakukan bila : a) TD sistolik 100 x/mnt, d) HT < 30/jam, dianjurkan pemberian transfusi darah segar sampai HT 30.b. PerforasiRasa sakit tiba-tiba, sakit berat, sakit difus pada perut Insidennya 6-7%, dimana insiden perut meningkat pada usia lanjut karena proses aterosklerosis dan meningkatnya penggunaan NSAID. Perforasi ulkus gaster biasanya ke lobus hati kiri, dapat menimbulkan fistula gastrokolik. Penetrasi adalah suatu bentuk perforasi yang tidak terbuka/tanpa pengeluaran isi lambung karena tertutup omentum/organ perut sekitar. Terapi perforasi adalah dekompresi, pemasangan nasogastrik tube, aspirasi cairan lambung terus menerus, pasien dipuasakan dan diberi nutrisi parenteral total, dan pemberian antibiotika yang diikuti tindakan operasi.

2.1.10 PenatalaksanaanPenatalaksanaan ulkus peptikum terdiri dari terapi medikamentosa dan non-medikamentosa.1.Terapi Non Medikamentosa- IstirahatIstirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan.- DietCabai, makanan yang merangsang, dan makanan yang mengandung asam dapat menimbulkan rasa sakit, walaupun belum didapat bukti keterkaitannya. Pasien mungkin mengalami intoleransi terhadap makanan tersebut, atau makanan tersebut mempengaruhi motilitas usus. Dalam hal ini dianjurkan untuk menghindari makanan tersebut. Beberapa peneliti menganjurkan makanan biasa, lunak, tidak merangsang, dan diet seimbang. Merokok sebaiknya dihindari. Merokok dapat menghalangi penyembuhan ulkus gaster kronik, menghambat sekresi bikarbonat pankreas, menambah keasaman bulbus duodenum, menambah refluks duodenogastrik akibat relaksasi sfingter pilorus, sekaligus meningkatkan kekambuhan ulkus. Alkohol sebaiknya dihindari karena dapat meningkatkan risiko perdarahan dan komplikasi lain. Air jeruk yang asam, coca cola, bir, kopi tidak mempunyaipengaruh ulserogenik pada mukosa lambung, tetapi dapat menambah sekresi asam lambung sehingga sebaiknya jangan dikonsumsi saat perut kosong.- Obat-obatanMenghindari penggunaan NSAID karena seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa NSAID dapat menekan produksi prostaglandin yang sangat berperan dalam proteksi mukosa lambung. Saat ini telah tersedia COX 2 inhibitor yang selektif untuk penyakit osteoartritis/rematoid artritis yang kurang menimbulkan keluhan pada lambung.2. Terapi Medikamentosa- AntasidaAntasida bekerja sebagai penetralisir asam. Antasida diberikan dengan dosis 3 x1 tablet atau 4 x 30 cc (3 kali sehari, dan sebelum tidur/ 3 jam setelah makan). Preparat yang mengandung magnesium dapat menyebabkan BAB tidak berbentuk, serta tidak dianjurkan pada penderita gagal ginjal karena dapat menyebabkan hipermagnesemia dan kehilangan fosfat. Preparat yang mengandung aluminium dapat menyebabkan konstipasi, dan neurotoksik, tetapi bila dikombinasi kedua komponen saling menghilangkan efek samping, sehingga tidak terjadi diare ataupun konstipasi. Preparat kalsium dapat menyebabkan Milk Alkaline Syndrome (MAS) yaitu hiperkalsemia, hiperfosfatemia, renal calcinosis, dan progresi ke arah gagal ginjal.Obat Penangkal Kerusakan Mukus- Koloid BismuthMekanisme kerjanya belum jelas, kemungkinan membentuk lapisan penangkal bersama protein pada dasar ulkus dan melindunginya dari pengaruh asam dan pepsin, berikatan dengan pepsin, merangsang sekresi prostaglandin, bikarbonat, dan mukus. Obat ini memiliki efek bakterisidal terhadap H.pylori sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya relaps. Obat ini diberikan dengan dosis 2 x 2 tablet sehari. Efek sampingnya berupa tinja berwarna kehitaman sehingga menimbulkan keraguan terhadap perdarahan. Efek samping jangka panjang berupa neurotoksik.- SukralfatMekanisme kerjanya melalui pelepasan kutub aluminium hidroksida yang berikatan dengan kutub positif molekul protein membentuk lapisan fisikokemikal pada dasar ulkus sehingga dapat melindungi ulkus dari pengaruh agresif asam dan pepsin. Selain itu, sukralfat dapat membantu sintesis prostaglandin, bekerja sama dengan EGF, meningkatkan sekresi bikarbonat dan mukus, serta meningkatkan daya pertahanan dan perbaikan mukosa. Dosisnya 4 x 1 gram sehari. Efek samping berupa konstipasi.- ProstaglandinObat ini bekerja dengan cara mengurangi sekresi asam lambung, menambah sekresi mukus, bikarbonat, dan meningkatkan aliran darah mukosa serta meningkatkan pertahanan dan perbaikan mukosa. Biasanya digunakan sebagai penangkal terhadap ulkus akibat pemakaian NSAID. Contoh prostaglandin adalah misoprostol dan telah diakui oleh FDA. Dosisnya 4 x 200 mg atau 2 x400 mg pagi dan malam hari. Efek sampingnya berupa diare, mual, muntah, dan menimbulkan kontraksi otot uterus/perdarahan sehingga tidak dianjurkan pada ibu hamil.- Antagonis Reseptor H2Contoh dari obat ini adalah ranitidin, cimetidin, dll. Obat ini bekerja dengan cara memblokir efek histamin pada sel parietal sehingga sel tersebut tidak dapat dirangsang untuk mengeluarkan asam lambung. Inhibisi ini bersifat reversibel. Dosis terapi untuk ranitidin 300 mg malam hari, dan cimetidin 2 x 400 mg atau 800 mg malam hari. Dosis pemeliharaan untuk ranitidin 150 mg, dan cimetidin 400 mg. Efek sampingnya berupa pansitopenia. neutropenia, anemia, trombositopenia, ginekomastia, konfusi mental khusus pada usia lanjut, dan gangguan fungsi ginjal terutama pada pemberian cimetidin.- Proton Pump Inhibitor/PPIContoh obat ini adalah omeprazol, lansoprazol, pantoprazol, dan lain-lain. Mekanisme kerjanya adalah memblokir kerja enzim K+H+ ATPase yang akan memecah K+H+ ATP untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk mengeluarkan asam HCl dari kanalikuli sel parietal ke dalam lumen lambung. Efek penekanan sekresi asam maksimal 2-6 jam dan lama efek kerjanya 72-96 jam. Dosis yang diberikan untuk omeprazole 2 x 20 mg/ standar dosis atau 1 x 40 mg/ double dosis, dan lanzoprazole/pantoprazole 2 x 40 mg/standar dosis atau 1 x 60 mg/ double dosis. Efek sampingnya pada jangka panjang akan menimbulkan kerusakan gastrin darah dan menimbulkan tumor karsinoid.

Pengobatan Untuk Infeksi Helicobacter Pylori- Terapi tripelKombinasinya adalah :1. PPI 2 x 1Amoksisilin 2 x 1 g/hariKlaritromisin 2 x 500 mg2. PPI 2 x 1Amoksisilin 2 x 1 g/hariMetronidazol 2 x 500 mg3. PPI 2 x 1Klaritromisin 2 x 500 mg/hariMetronidazol 2 x 500 mgMasing-masing diberikan selama 7-10 hari- Terapi kuadripelJika gagal dengan terapi tripel maka dianjurkan memberikan regimen dengan terapi kuadripel, yaitu :PPI 2 x 1Bismuth Subsalisilat 4 x 2 tabletMNZ 4 x 250Tetrasiklin 4 x 500 mg

3. Tindakan OperasiIndikasi operasi pada ulkus peptikum adalah :- Elektif, karena gagal terhadap pengobatan- Darurat, karena terdapat komplikasi berupa perforasi, perdarahan, atau stenosis pilorik- Ulkus gaster dengan dugaan keganasan pada korpus dan fundus (70% keganasan)Ulkus pada daerah antrum dilakukan anterektomi, dan Bilroth 1 anastomosis/gastroduodenostomi, bila disertai ulkus duodenum dilakukan vagotomi.Ulkus di daerah esofago-gastrik dilakukan operasi radikal/subtotal gastrektomi dengan Roux-en-Y/esofagogastro jejunostomi (prosedur Csendo).

2.1.11 PrognosisPada sebagian besar kasus ulkus peptikum, bila terapi diberikan dengan tepat dan teratur maka kesembuhan akan terjadi dalam enam sampai delapan minggu. Beberapa dapat mengalami kekambuhan sehingga memerlukan terapi jangka panjang.

2.2. Diet LambungJenis diet yang termasuk dalam diet gangguan sistem pencernaan yakni diet lambung, diet rendah sisa, dan diet tinggi serat. Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronik, ulkus peptikum, pasca operasi lambung yang sering diikuti dengan dumping syndrome dan kanker lambung. Gangguan gastrointestinal sering dihubungkan dengan emosi atau psikoneurosis dan/atau makan terlalu cepat karena kurang dikunyah serta. Dan juga gangguan pada lambung umumnya berupa sindrom dispepsia, yaitu kumpulan gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri epigastrium, kembung, nafsu makan berkurang, dan rasa cepat kenyang. Pemberian diet lambung ini bertujuan memberikan makanan yang tidak merangsang, dapat mengurangi pengeluaran sekresi lambung dan dapat menetralkan kelebihan asam hidroklorid. Diet ini di berikan pada klien dengan ulkus peptikum, esofagitis, thypus abdominalis, dan klien paska bedah saluran pencernaan.Syarat-syarat pemberian diet lambung, yaitu :1. Mudah dicerna, pola makan yang diberikan sedikit dengan frekuensi sering.2. Cukup protein untuk mengganti jaringan rusak.3. Makanan memenuhi kebutuhan gizi normal secara bertahap.4. Makanan tidak merangsang secara mekanis, termis dan kimia lambung.

Tujuan diet lambung :Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya, menghilangkan zat-zat yang merangsang dalam makanan dan minuman, yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan.

Diet lambung di bagi menjadi 4 :1. Diet lambung IDiet ini di berikan pada klien dengan ulkus peptikum akut, ulkus peptikum di sertai pendarahan, esofagitis, gastritis akut, dan thypus abdominalis berat. Bahan makanan yang di berikan berupa susu dan bubur, susu yang di berikan hanya 2 hari karena makanan ini membosankan dan kandungan kalorinya, zat besi, thiamin, dan vitamin C sangat kurang. Cara pemberian diet ini di lakukan tiap 3 jam dengan porsi kecil.2. Diet lambung IIDiet ini di berikan sebagai pengalihan dari diet lambung I, dimana kondisi fase akut telah di atasi, pada klien dengan thypus abdominalis dengan suhu tubuh tinggi, dan klien dengan pasca bedah saluran pencernaan tertentu. Makanan ini di berikan selama beberapa hari saja, karena membosankan klien. Bentuk makanan yang di berikan makanan saring atau cincang dalam tiap 3 jam.3. Diet lambung IIIDiet ini di berikan sebagai peralihan dari diet lambung II, atau di berikan pada klien dengan ulkus peptikum ringan, thypus abdominalis dengan suhu tubuh yang sudah kembali normal. Kandungan makanan yang ada yaitu cukup kalori, protein, mineral, vitamin C, tetapi kurang thiamin. Bentuk makanan yang di berikan makanan lunak.4. Diet lambung IVDiet lambung ini di beriakan sebagai makananperalihan dari diet lambung III atau klien yang mengalami,ulkus peptikum ringan, gastritis ringan, esofagitis ringan dan thypus abdominalis masa penyembuhan. Kandungan makanan pada diet ini cukup kalori dan semua zat-zat gizi. Bentuk makanan yang di berikan adalah makanan lunak dan biasa.

2.3. Identifikasi Masalah2.3.1 Data Administrasi Pasiena. Nama / Umur: Tn.I / 89 tahunb. No. register : -c. Status pendidikan: -d. Status sosial : Menengah ke bawah

2.3.2 Data Demografisa. Alamat : -b. Agama : -c. Suku : -d. Pekerjaan : -e. Bahasa Ibu : -f. Jenis Kelamin : laki-laki

2.2.3Data Biologika. Tinggi Badan : 167 cmb. Berat Badan : 59 kgc. IMT: 21 (normal) Kesan : status gizi baik2.2.4Data Klinisa. Anamnesis:Keluhan Utama: Nyeri ulu hatiPasien datang sadar diantar keluarga dengan keluhan nyeri pada ulu hati. Pasien sudah sering mengeluhkan keluhan seperti ini kira-kira sejak satu tahun SMRS. Rasa nyeri yang dirasakan seperti diremas-remas. Keluhan nyeri di ulu hati ini dikatakan berkurang jika pasien makan dan semakin parah ketika pasien lapar dan dimalam hari. Keluhan ini mengganggu keseharian dan tidur pasien. Rasa nyeri seperti dirasakan terus berulang-ulang dalam satu tahun ini. Rasa nyeri dua bulan belakangan ini semakin parah, terutama 3 hari SMRS sehingga pasien dibawa ke RS. Pasien juga mengeluhkan rasa mual dan muntah yang dirasakan sejak 7 hari SMRS. Rasa mual ini dirasakan cukup berat sehingga membuat pasien tidak ingin makan. Pasien memuntahkan makanan yang beberapa jam yang lalu dimakannnya. Pasien muntah 2-3 kali sehari dengan volume satu gelas belimbing (100cc). Pasien menyangkal adanya warna kehitaman dan darah segar pada muntahannya.Pasien mengatakan lebih lega setelah muntah. Pasien juga mengelukan badan terasa lemah sejak 7 hari SMRS. Lemas dikatakan pada seluruh tubuh dan membuat pasien tidak dapat beraktifitas dengan baik karena keterbatasan tenaganya. Perasaan cepat lelah ini sudah dirasakan pasien sejak 2 bulan ini, namun 7 hari SMRS dirasakan semakin memberat.Pasien juga mengatakan bahwa pasien dikatakan semakin kurus oleh orang-orang disekitarnya, namun pasien tidak pernah mengukur berat badannya untuk memastikan terjadinya penurunan berat badan. BAB dikatakan lancar tidak ada masalah, BAB kehitaman disangkal oleh pasien. BAK dikatakan lancar dan seperti biasanya, kencing batu disangkal oleh pasien.Riwayat Penyakit DahuluPasien memiliki riwayat penyakit batu ginjal. Pasien sejak beberapa bulan ini mengeluh nyeri pinggang dan keluar batu saat BAK. Pasien diberikan beberapa obat dan salah satunya merupakan obat penghilang rasa sakit. Pasien mengatakan rajin meminum obat tersebut karena mampu mengurang rasa sakit yang dialami pasien. Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit hati dan penyakit jantung disangkal oleh pasien.Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada anggota keluarganya yang menderita keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat rematik di keluarga dikatakan tidak ada. Riwayat penyakit sistemik dalam keluarga disangkal.Riwayat Pribadi dan SosialSebelumnya pasien bekerja sebagai petani yang mempunyai riwayat pola makanan yang tidak teratur. Saat ini pasien hanya melakukan aktivitas ringan, seperti berjalan-jalan di sekitar rumah. Pasien tidak memiliki riwayat merokok, ataupun minum minuman beralkohol. Saat ini pasien tinggal bersama.b. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : baik, terlihat sakit ringan Kesadaran : komposmentis Tanda vital :Tekanan darah : 140/70 mmHgNadi : 104 x/mntRespirasi : 20 x/mntSuhu aksila : 36,8 C Status general:Mata : anemis + / +, ikterus - / -THT : Tonsil : T1/T1 hiperemis (-)Lidah: atrofi papil (-), buffy tongue (-)Leher : JVP+ 2 cmH2O; Pembesaran kelenjar (-)ThoraxCor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak, Palpasi : Pulsasi iktus kordis tidak teraba, Perkusi: Batas atas jantung : ICS II; Batas bawah jantung : ICS V; Batas kanan jantung : PSL kanan; Batas kiri jantung : MCL kiri, Auskultas : Cor : S1-S2 tunggal regular; murmur tidak adaPulmo : Inspeksi : simetris; Palpasi : VF +/+; Perkusi: sonor/sonor; Auskultasi : Rhonki -/-, Wh -/-Abdomen : Inspection : Distention (-), Auscultation: Bowel Sound (+) Normal Percussion : Tympanic (+), CVA Tenderness -/-, Palpation : nyeri tekan (+) epigastrium, Liver & Spleen tidak teraba, Ekstremitas : akral hangat ++/++, Edema --/--. c. Pemeriksaan penunjang Laboratorium : Hb: 9,8 % Leukosit : 9530/mm3Ht : 36,80 %Trombosit : 423.000/mm3 Esofagogastroduodenoscopy : pangastritis superfisial dan ulkus bulbus duodenal. Sediaan biopsy tampak mukosa bulbus duodenum, pada lamina propia tampak infiltrate sel-sel limfosit dan plasma sedang, pada pewarnaan giemsa Hp (-), tidak tampak tanda-tanda spesifik maupun ganas pada sediaan ini.d. Diagnosis : Ulkus bulbus duodenume. Penatalaksanaan : Rawat inap Diet Lunak (35 kkal 0,8 gr prot/kgBB/hr) IVFD NaCl 0,9% 20 tpm Antasid syr 3 x CI Sucralfat syr 3 x CI Pantoprazole 2 x 40 mg

BAB IIIPERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

3.1. Metode PenyuluhanMetode penyuluhan yang dilakukan untuk mensosialisasikan tentang penyakit ulkus peptikum dan kaitannya dengan kebiasaan pola hidup sehat dengan makanan gizi seimbang dan olahraga teratur, sehingga manajemen pencegahan dan pengobatan ulkus peptikum dapat terkontrol. Dengan sasaran pasien memiliki faktor resiko terhadap ulkus peptikum. Dilakukan dengan pemberian informasi dan memberikan permahaman, selanjutnya dilakukan diskusi 2 arah mengenai kendala-kendala yang dihadapi.

3.2.Intervensi Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit ulkus peptikum yang dideritanya, gejala klinis, etiologi, faktor resiko, gejala klinis, manajemen dan pencegahan, serta dampak yang terjadi apabila berkepanjangan dan tidak terkontrol. Menganjurkan untuk menerapkan pola hidup sehat dengan selalu memakan makanan bergizi seimbang dan berolahraga/ aktifitas fisik. Memberitahukan kepada pasien pentingnya untuk menjaga pola makan pasien yang teratur dan dengan kadar gizi yang cukup. Memberikan nasihat kepada pasien untuk makan secara teratur minimal 3 kali sehari dan tidak terlambat makan serta keluarga juga diharapkan mengawasi waktu makan pasien. Menjaga asupan gizi yang seimbang pada pasien tanpa harus membeli bahan makanan yang mahal. Dengan asupan gizi yang baik diharapkan ketahanan tubuh penderita terhadap penyakit infeksi semakin meningkat dan tidak memperparah kondisi ulkus peptikum Menganjurkan mengurangi beban pikiran dan rasa sedih (manajemen stres). Membiasakan mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan sesuatu, bila mengkonsumsi buah-buahan dibersihkan dan dicuci terlebih dahulu, disamping menjaga higenitas pribadi dari pasien tersebut. Memberikan nasihat kepada pasien dan keluarganya agar tidak lagi membeli obat bebas untuk keluhan sakit pinggangnya. Menganjurkan keluarga memberi dukungan kepada pasien agar selalu menjaga kesehatannya.

BAB IVPELAKSANAAN (PROSES INTERVENSI)

4.1.Strategi Penanganan MasalahDiagnosis Klinis : Ulkus PeptikumPenanganan masalah : Preventif : Penyuluhan tentang ulkus peptikum meningkatkan pengetahuan pasien dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya, sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Pengaturan pola makan yang baik, serta aktivitas fisik yang cukup seperti olahraga secara teratur, menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan makan-makanan pedas, minum kopi, dan penggunaan obat-obatan tanpa indikasi dari dokter. Selain itu, dengan melakukan diagnosis dini sebagai cara pencegahan. Promotif : Menghimbau kepada pasien, agar dapat menjalankan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, tidak tinggi kolesterol, menghindari rokok, melakukan olahraga ringan dan mengurangi aktivitas yang berat dan menyita banyak pikiran. Kuratif : Terapi Medikamentosa Rehabilitatif : Kontrol penyakit ke dokter minimal sebulan sekali atau jika habis obat Monitoring : Interaksi obat dan efek samping, serta kepatuhan minum obat

Gambar Penyuluhan Ulkus Peptikum

Gambar Penjelasan Mengenai Ulkus Peptikum Kepada Pasien

Gambar Peran Pasien & Keluarga dalam Pencegahan & Pengobatan Ulkus Peptikum

BAB VMONITORING DAN EVALUASI

5.1. MonitoringMonitoring difokuskan pada aspek promotif dan preventif untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal dengan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pasien (sikap dan perilaku) dalam mengatasi kesehatan diri.Peran serta keluarga dan masyarakat merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan, kelangsungan dan kemandirian pembangunan kesehatan, terutama dalam hal ini mengenai pengobatan pasien dan pencegahan ulkus peptikum melalui manajemen nutrisi. Peran serta keluarga dan masyarakat dalam pencegahan dan pengobatan ulkus peptikum diwujudkan antara lain dengan menjalankan pembinaan dan penyelenggara berbagai upaya/ pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan keluarga.

5.2. EvaluasiUpaya yang dilakukan untuk mencegah dan mengontrol penyakit hipertensi,ulkus peptikum yaitu melalui penghimbauan dan penggerakkan pola atau gaya hidup yang sehat melalui manajemen nutrisi, antara lain: Tidak mengkonsumsi makanan yang pedas. Tidak mengkonsumsi alkohol yang berlebihan. Mengurangi asupan kafein. Berhenti dari kebiasaan merokok. Tidak mengkonsumsi obat-obatan tanpa indikasi dari dokter.DAFTAR PUSTAKA

1. Del John. Peptic ulcer disease and related disorders. In: Kasper DL, Braunwald E, et al (eds). Harrisons principles of internal medicine 16th editions. United States: McGraw-Hill Companies; 2005. p. 1746- 56. 2. Aro Pertti. Storstrubb Tom. Peptic ulcer disease in a general adult population. USA: America Journal of Epidemiology; 2006. p. 3-8. 3. THE Crux, DISEASE DIAGNOSIS Peptic Ulcer, India : Tulip Group Costumer, 2009 4. Anand BS. Peptic ulcer disease. [online]. Update: June 20th 2011. Diakses 8 November th 2012]. Available from URL : http://emedicine.medscape.com/article/181753-overview#showall 5. Souba Wiley, Fink Mitchell, Jurkovich Gregory. ACS surgery: principles & practice, 2007 edition. UK: WebMD Inc; 2007. p. 5-8. 6. Shamsuddeen U., Yushau M. and Adamu I. A. , HELICOBACTER PYLORI: THE CAUSATIVE AGENT OF PEPTIC ULCER, Biological Sciences Department, Bayero University Kano, Nigeria : Bayero Journal of Pure and Applied Sciences, 2009