Teori Orbital Molekular Mengandaikan Bahwa Apabila Dua Atom Atau Lebih Bergabung Membentuk Suatu Spesies

Embed Size (px)

DESCRIPTION

blah blah

Citation preview

Teori Orbital Molekular mengandaikan bahwa apabila dua atom atau lebih bergabung membentuk suatu spesies, maka spesies ini tidak lagi memiliki sifat orbital atomic secara individual, melainkan membentuk orbital molecular baru. Orbital molecular adalah hasil tumpang-tindih dan penggabungan orbital atomic pada molekul.Menurut pendekatan lurus (linear combination), jumlah molecular yang bergabung sama dengan orbital atomic yang bergabung. Bila dua atom yang bergabung masing masing menyediakan satu orbital atomic maka dihasilkan dua orbital molecular, salah satu merupakan kombinasi jumlahan kedua orbital atomic yang saling menguatkan dan lainnya kombinasi kurangan yang saling meniadakan.

Kombinasi jumlahan menghasilkan orbital molecular ikat (bonding) yang mempunyai energy lebih rendah, dan kombinasi kurangan menghasilkan orbital molecular antiikat (antibonding). Orbital molecular ikat (bonding) yaitu orbital dengan rapatan electron ikat terpusat mendekat pada daerah antara kedua inti atom yang bergabung dan dengan demikian menghasilkan situasi yang lebih stabil. Orbital molecular antiikat (antibonding) yaitu orbital dengan rapatan electron ikat terpusat menjauh dari daerah antara inti atom yang bergabung dan menghasilkan situasi kurang stabil. Jika pada daerah tumpang-tindih ada orbital atonik yang tidak bereaksi dalam pembentukan ikatan, orbital ikatan yang dihasilkan disebut orbital nonikat (nonbonding).Faktor elektronik yang menentukan ikatan dan struktur

Fungsi gelombang elektron dalam suatu atom disebut orbital atom. Karena kebolehjadian menemukan elektron dalam orbital molekul sebanding dengan kuadrat fungsi gelombang, peta elektron nampak seperti fungsi gelombang. Suatu fungsi gelombang mempunyai daerahberamplitudo positif dan negatif yang disebut cuping (lobes). Tumpang tindih cuping positif dengan positif atau negatif dengan negatif dalam molekul akan memperkuat satu sama lain membentuk ikatan, tetapi cuping positif dengan negatif akan meniadakan satu sama lain tidak membentuk ikatan. Besarnya efek interferensi ini mempengaruhi besarnya integral tumpang tindih dalam kimia kuantum.Dalam pembentukan molekul, orbital atom bertumpang tindih menghasilkan orbital molekul yakni fungsi gelombang elektron dalam molekul. Jumlah orbital molekul adalah jumlah atom dan orbital molekul ini diklasifikasikan menjadi orbital molekul ikatan, non-ikatan, atau antiikatan sesuai dengan besarnya partisipasi orbital itu dalam ikatan antar atom. Kondisi pembentukan orbital molekul ikatan adalah sebagai berikut.

Syarat pembentukan orbital molekul ikatan(1) Cuping orbital atom penyusunnya cocok untuk tumpang tindih.(2) Tanda positif atau negatif cuping yang bertumpang tindih sama.(3) Tingkat energi orbital-orbital atomnya dekat.

Kasus paling sederhana adalah orbital molekul yang dibentuk dari orbital atom A dan B dan akan dijelaskan di sini. Orbital molekul ikatan dibentuk antara A dan B bila syarat-syarat di atas dipenuhi, tetapi bila tanda salah satu orbital atom dibalik, syarat ke-2 tidak dipenuhi dan orbital molekul anti ikatan yang memiliki cuping yang bertumpang tindih dengan tanda berlawanan yang akan dihasilkan (Gambar 2.15). Tingkat energi orbital molekul ikatan lebih rendah, sementara tingkat energi orbital molekul anti ikatan lebih tinggi dari tingkat energi orbital atom penyusunnya.

Semakin besar selisih energi orbital ikatan dan anti ikatan, semakin kuat ikatan. Bila tidak ada interaksi ikatan dan anti ikatan antara A dan B, orbital molekul yang dihasilkan adalah orbital non ikatan. Elektron menempati orbital molekul dari energi terendah ke energi yang tertinggi. Orbital molekul terisi dan berenergi tertinggi disebut HOMO (highest occupied molecular orbital) dan orbital molekul kosong berenergi terendah disebut LUMO (lowest unoccupied molecular orbital). Kenichi Fukui (pemenang Nobel 1981) menamakan orbital-orbital ini orbital-orbital terdepan (frontier).

Dua atau lebih orbital molekul yang berenergi sama disebut orbital terdegenerasi (degenerate). Simbol orbital yang tidak terdegenerasi adalah a atau b, yang terdegenerasi ganda e, dan yang terdegenerasi rangkap tiga t. Simbol g (gerade) ditambahkan sebagai akhiran pada orbital yang sentrosimetrik dan u (ungerade) pada orbital yang berubah tanda dengan inversi di titik pusat inversi. Bilangan sebelum simbol simetri digunakan dalam urutan energi untuk membedakan orbital yang sama degenarasinya. Selain itu, orbital-orbital itu dinamakan sigma () atau pi() sesuai dengan karakter orbitalnya. Suatu orbital sigma mempunyai simetri rotasi sekeliling sumbu ikatan, dan orbital pi memiliki bidang simpul. Oleh karena itu, ikatan sigma dibentuk oleh tumpang tindih orbital s-s, p-p, s-d, p-d, dan d-d (Gambar 2.16) dan ikatan pi dibentuk oleh tumpang tindih orbital p-p, p-d, dan d-d (Gambar 2.17).

Bila dua fungsi gelombang dari dua atom dinyatakan dengan A dan B, orbital molekul adalah kombinasi linear orbital atom (linear combination of the atomic orbitals (LCAO)) diungkapkan sebagai :

hanya orbital-orbital atom kulit elektron valensi yang digunakan dalam metoda orbital molekul sederhana. Pembentukan orbital molekul diilustrasikan di bawah ini untuk kasus sederhana molekul dua atom. Semua tingkat di bawah HOMO terisi dan semua tingkat di atas LUMO kosong.Dalam molekul hidrogen, H2, tumpang tindih orbital 1s masing-masing atom hidrogen membentuk orbital ikatan g bila cupingnya mempunyai tanda yang sama dan antiikatan u bila bertanda berlawanan, dan dua elektron mengisi orbital ikatan g (Gambar 2.18).

Dalam molekul dua atom periode dua, dari litium Li2 sampai flourin F2, bila sumbu z adalah sumbu ikatan, 1g dan 1u dibentuk oleh tumpang tindih orbital 2s dan 2g dan 2u dari orbital 2pz dan 1u dan 1g dari 2px, dan 2py. Tingkat energi orbital molekul dari Li2 sampai N2 tersusun dalam urutan 1g < onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_4TRF_MaysAE/S6ZDXKoypQI/AAAAAAAAAGs/79wLmQrE9rA/s1600-h/orbital-molekul-N2-212x300.jpg">

Orbital molekul dua atom yang berbeda dibentuk dengan tumpang tindih orbital atom yang tingkat energinya berbeda. Tingkat energi atom yang lebih elektronegatif umumnya lebih rendah, dan orbital molekul lebih dekat sifatnya pada orbital atom yang tingkat energinya lebih dekat. Oleh karena itu, orbital ikatan mempunyai karakter atom dengan ke-elektronegativan lebih besar, dan orbital anti ikatan mempunyai karakter atom dengan ke-elektronegativan lebih kecil.Misalnya, lima orbital molekul dalam hidrogen fluorida, HF, dibentuk dari orbital 1s hidrogen dan orbital 2s dan 2p fluor, sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 2.21. Orbital ikatan 1 mempunyai karakter fluorin, dan orbital 3 anti ikatan memiliki karakter 1s hidrogen. Karena hidrogen hanya memiliki satu orbital 1s, tumpang tindih dengan orbital 2p fluor dengan karakter tidak efektif, dan orbital 2p fluor menjadi orbital nonikatan. Karena HF memiliki delapan elektron valensi, orbital nonikatan ini menjadi HOMO.

Dalam karbon monoksida, CO, karbon dan oksigen memiliki orbital 2s dan 2p yang menghasilkan baik ikatan sigma dan pi, dan ikatan rangkap tiga dibentuk antar atomnya. Walaupun 8 orbital molekulnya dalam kasus ini secara kualitatif sama dengan yang dimiliki molekul yang isoelektronik yakni N2 dan 10 elektron menempati orbital sampai 3, tingkat energi setiap orbital berbeda dari tingkat energi molekul nitrogen. Orbital ikatan 1 memiliki karakter 2s oksigen sebab oksigen memiliki ke-elektronegativan lebih besar. Orbital antiikatan 2 dan 4 memiliki karakter 2p karbon (Gambar 2.22).

Orde ikatan antar atom adalah separuh dari jumlah elektron yang ada di orbital ikatan dikurangi dengan jumlah yang ada di orbital anti ikatan. Misalnya, dalam N2 atau CO, orde ikatannya adalah (8 2)/2= 3 dan nilai ini konsisten dengan struktur Lewisnya.

Sumber :

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-anorganik-universitas/ikatan-dan-struktur/orbital-molekul/

Untuk menggambarkan ikatan kovalen dan struktur elektron dari molekul banyak teori yang digunakan diantaranya teori lewis. Namu teori lewis tentang ikatan kimia ini tidak secara jelas menerangkan terjadinya ikatan kimia. Mengaitkan pembentukan ikatan kovalen dengan berpasangan elektron merupakan satu langkah yang benar, tetapi tidak cukup untuk menjelaskan hal yang dimaksud. Sebagai contoh, teori lewis menggambarkan ikatan tunggal antar atom H dalam H2 dan antar atom F dalam F2 dengan cara yang pada dasarnya sama sebagai perpasangan dua elektron. Tetapi kedua molekul ini memiliki energy ikatan dan panjang ikatan yang cukup berbeda (436,4 kJ/mol dan 74 pm untuk H2 dan 150,6 kJ/mol dan 142 pm pun untuk F2). Hal ini dan berbagai fakta lainnya tidak dapat dijelaskan oleh teori lewis. Untuk penjelasan yang lebih lengkap tentang pembentukan ikatan kimia, kita menggunakan mekanika kunatum. Pada kenyataannya, kajian mekanika kuantum tentang ikatan kimia juga menyediakan cara untuk memahami geometri molekul.Pada saat ini, dua teori mekanika kuantum digunakan untuk menggambarkan pembentukan ikatan kovalen dan struktur elektron dari molekul yaitu teori ikatan valensi dan teori orbital molekul. Teori ikatan valensi mengasumsikan bahwa elektron-elektron dalam molekul menempati orbital-orbital ato dari masing-masing atom. Ini memungkinkan kita mempertahankan gambaran masing-masing atom yang mengambil peranan dalam pembentukan ikatan. Teori ini menjelaskan paling tidak secara kualitatif, kestabilan ikatan kovalen sebagai akibat tumpang tindih orbital-orbitl atom. Dengan menggunakan konsep hibridisasi, teori ikatan valensi dapat menjelaskan geometri molekul yang diramalkan oleh model TPEKV (tolakan pasangan elektron kulit valensi atau VSEPR). Tetapi asumsi bahwa elektron-elektron dalam suatu molekul menempati orbital-orbital atom pada masing-masing atom hanya dapat berupa hampiran, karena setiap elektron ikatan dalam suatu molekul harus berada dalam suatu orbital yang mencirikan molekul secara keseluruhan (chang,2005). Dalam beberapa kasus, teori ikatan valensi tidak dapat menjelaskan sifat-sifat molekul yang teramati secara memuaskan. Perhatikan molekul oksigen, yang struktur lewisnya adalah:

Menurut gambaran ini, semua elektron pada O2 berpasangan dan molekulnya seharusnya bersifat diamagnetic. Tetapi hasil percobaan menunjukkan bahwa molekul oksigen bersifat paramagnetik (lischer, 2009). Namun, sifat paramagnetik oksigen ini dapat dijelaskan oleh teori yang kedua yaitu teori orbital moleul (OM). Pada tahun 1929, metode orbital molekul kombinasi linear orbital atom (Bahasa Inggris: linear combination of atomic orbitals molecular orbital method), disingkat LCAO, diperkenalkan oleh Sir John Lennard-Jones. Hasil kerja Friedrich Hund, Robert Mulliken, dan Gerhard Herzberg menunjukkan bahwa teori orbital molekul memberikan deskripsi yang lebih tepat pada spektrokopi, ionisasi, dan sifat-sifat magnetik molekul (Wikipedia, 2010). Teori orbital molekul mengasumsikan bahwa pembentukan orbital molekul dari orbital-orbital atom.

1.1. Teori ikatan valensiTeori ikatan valensi yaitu teori mengenai asal usul kekuatan, jumlah, dan susunan tiga dimensi ikatan kimia di antara atom (Atkins : 413). Teori ikatan valensi mengasumsikan bahwa sebuah ikatan kimia terbentuk ketika dua valensi elektron bekerja dan menjaga dua inti atom bersama oleh karena efek penurunan energi sistem, teori ini berlaku dengan baik pada molekul diatomik. Pada teori ikatan valensi ini, elektron-elektron dalam molekul menempati orbital-orbital atom dari masing-masing atom. Berdasarkan hasil kerja Lewis dan teori valensi ikatan Heitler dan London, dia mewakilkan enam aturan pada ikatan elektron berpasangan:1. Ikatan elektron berpasangan terbentuk melalui interaksi elektron tak-berpasangan pada masing-masing atom.2. Spin-spin elektron haruslah saling berlawanan.3. Seketika dipasangkan, dua elektron tidak bisa berpartisipasi lagi pada ikatan lainnya.4. Pertukaran elektron pada ikatan hanya melibatkan satu persamaan gelombang untuk setiap atom.5. Elektron-elektron yang tersedia pada aras energi yang paling rendah akan membentuk ikatan-ikatan yang paling kuat.6. Dari dua orbital pada sebuah atom, salah satu yang dapat bertumpang tindih paling banyaklah yang akan membentuk ikatan paling kuat, dan ikatan ini akan cenderung berada pada arah orbital yang terkonsentrasi.

Untuk mempermudah penjelasan mengenai teori ikatan valensi ini, akan diambil contoh mengenai pembentukan molekul H2 dari atom H. Dalam teori Lewis, digambarkan ikatan H-H dengan perpasangan dua elektron pada atom-atom H. Dalam kerangka teori ikatan valensi, ikatan kovaln H-H dibentuk melalui daerah dalam ruang yang digunakan bersama oleh kedua orbital 1s dalam atom-atom H, yang dalam konsep ini disebut tumpang tindih elektron.

Gambar 1. Pembentukan H2 menurut teori ikatan valensi

Apa yang terjadi ketika kedua atom H dalam gambar 1 saling mendekat dan membentuk ikatan dapat dijelaskan sebagai berikut. Awalnya ketika kedua atom saling berjauhan, tidak ada interaksi yang terjadi. Dapat dikatakan ketika itu, energi potensialnya nol. Namun, ketika masing-masing atom saling mendekat, setiap elektron ditarik oleh inti atom yang lain; pada saat yang sama kedua atom saling tolak menolak, dan begitu juga dengan kedua intinya. Selama kedua atom masih terpisah, gaya tarik menarik lebih kuat dibandingkan dengan gaya tolak menolak, sehingga energi potensial turun menjadi negatif ketika atom-atom saling mendekat. Kecenderungan ini terus berlanjut hingga energi potensial mencapai titik minimum. Pada titik ini, ketika sistem memiliki energi potensial terendah. Sistem tersebut mencapai kondisi paling stabil. Kondisi ini berkaitan dengan tumpang tindih yang baik antar orbital 1s dan pembentukan H2 yang stabil. Sebagai akibat dari penurunan energi potensial sistem, maka menurut hukum kekekalan energi, sejumlah kalor akan dilepaskan, sehingga reaksi akan berupa eksoterm (lischera, 2009).Teori Orbital Molekul Seperti yang telah dijelaskan pada pendahuluan bahwa memberikan deskripsi yang lebih tepat pada spektrokopi, ionisasi, dan sifat-sifat magnetik molekul (Wikipedia, 2010). Teori orbital molekul (OM) menggambarkan ikatan kovalen melalui istilah orbital molekul yang dihasilkan dari interaksi orbital-orbital atom dari atom-atom yang berikatan dan yang terkait dengan molekul secara keseluruhan (lischerb, 2009). Konstruksi orbital molekul dari orbital atom, ibagian dalam pembentukan molekul. Separuh dari orbital molekul mempunyai energi yang lebih besar daripada energi orbital atom. Orbital yang dibentuk yaitu orbital molekul pengikatan (bonding) dan orbital molekul antiikatan (anti bonding). Elektron yang tidak mengambil bagian dalam pengikatan disebut elektron tidak berikatan (nonbonding) dan mempunyai energy yang sama dengan energy yang dimiliki atom-atom yang terpisah. Energi energi relatif dari setiap jenis orbital secara umum terlihat pada gambar 2 berikut ini (Dogra, 1990):

Gambar 2. Kombinasi orbital atom yang membentuk orbital atom

Orbital atom yang mengambil bagian dalam pembentukan orbital molekul harus memenuhi persyaratan sebgai berikut:1. Orbital atom yang membentuk orbital molekulm harus mempunyai energi yang dapat dibandingkan.2. Fungsi gelombang dari masing-masing orbital atom harus bertumpang tindih dalam ruangan sebanyak mungkin..3. Fungsi gelombang orbital atom harus mempunyai simetri yang relatif sama dengan sumbu molekul.Yang paling umum membentuk orbital molekul adalah (sigma) dan orbital (pi). Orbital sigma simetris disekitar sumbu antarnuklir. Penampang tegak lurus terhadap sumbu nuklir (biasanya sumbu x) memberikan suatu bentuk elips. Ini terbentuk dari orbital s maupun dari p dan orbital d yang mempunyai telinga sepanjang sumbu antar nuklir. Orbital terbentuk ketika orbital p pada setiap atom mengarah tegak lurus terhadap sumbu antarnuklir. Daerah tumpang tindih ada di atas dan di bawah sumbu ikatan (lihat gambar 3).

Gambar 3. Bentuk orbital molekul yang terbentuk dari orbital atomPembahasan Mengenai Diagram Korelasi Orbital Molekul HCl

Molekul HCl merupakan molekul heteronuklir, dimana kedua atom berasal dari unsur yang berbeda. Atom Cl memiliki nomor atom 17 dengan konfigurasi elektron: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5, sedangkan atom H memiliki nomor atom 1 dengan konfigurasi elektron: 1s1. Atom Cl lebih elektronegatif daripada atom H. Diagram korelasi orbital molekul menunjukkan bahwa tingkat-tingkat energi dari atom Cl yang lebih elektronegatif bergeser ke arah bawah, karena atom Cl menarik elektron-elektron valensi lebih kuat dari pada atom H. Seperti gambar 4 diagram korelasi orbital molekul HCl.

Gambar 4. Diagram korelasi orbital molekul HCl

Orbital-orbital atom bercampur secara signifikan membentuk orbital molekul hanya jika energi orbital-orbital ini cukup berdekatan dan mempunyai simetri yang benar. Pada molekul HCl, orbital 1s dari atom Cl energinya terlalu rendah untuk bisa bercampur dengan orbital 1s dari atom H. Hal yang sama juga terjadi untuk orbital 2s atom Cl. Berdasarkan teori hibridisasi sebelum atom Cl berikatan dengan atom H membentuk molekul maka akan terjadi hibridisasi orbital atau pencampuran orbital atom Cl. Pada atom Cl dapat dilihat bahwa orbital 3s bercampur dengan orbital 3p (karena berada dalam satu kulit) sebelum membentuk orbital molekul. Hal ini dikarenakan semua elektron pada kulit terluar memiliki kesempatan yang sama untuk berikatan dengan elektron pada atom H, sehingga terjadi pencampuran orbital 3s dan 3p pada atom Cl. Interaksi antara 3s pada atom Cl membentuk ikatan sigma, biasanya apabila terjadi interaksi membentuk ikatan maka akan terbentuk 2 orbital yaitu orbital dan *. Namun, karena orbital ikatan 4sb lebih rendah energinya dari nonbonding maka tidak terbentuk ikatan anti sigma (*). Tumpang tindih total dari orbital 1s hidrogen dengan orbital 3Px atau 3Py (terletak di atas 5sb pada gambar 4) atom Cl adalah nol, sebab fasa positif dan negatif dari fungsi gelombang gabungan bila dijumlahkan menjadi nol. Atom Cl hanya meninggalkan orbital 3Pz (4sb), yang bergabung dengan orbital 1s hidrogen menghasilkan orbital dan *. Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa orbital 3Px (2nb), dan 3Py(2nb) dari klor tidak bercampur dengan orbital 1s dari hidrogen dan dengan demikian tetap berada dalam keadaan atomic (nonpengikatan). Elektron-elektron dalam orbital ini tidak berkontribusi secara signifkan dalam pengikatan kimia. Karena klor lebih elektronegatif daripada hidrogen, energi orbital 3p nya terletak dibawah energi orbital 1s dari hidrogen. Bila kedelapan elektron valensi digunakan untuk HCl, maka konfigurasi orbital molekul yang dihasilkan adalah:

(3sCl)2 ()2 (3pCl)4

Orde ikatan totalnya adalah 1 sebab elektron-elektron dalam orbital atom nonpengikatan tidak mempengaruhi orde ikatan. elektron-elektron dalam orbital akan lebih cenderung ditemukan dekat dengan atom klorin daripada didekat atom hidrogen, dan dengan demikian HCl memiliki momen dipol H+Cl -.

Kesimpulan Tingkat-tingkat energi dari atom Cl yang lebih elektronegatif bergeser ke arah bawah, karena atom Cl menarik elektron-elektron valensi lebih kuat dari pada atom H. Pada molekul HCl, orbital 1s, 2s dari atom Cl energinya terlalu rendah untuk bisa bercampur dengan orbital 1s dari atom H. sebelum atom Cl berikatan dengan atom H membentuk molekul maka akan terjadi hibridisasi orbital atau pencampuran orbital atom Cl. Pada atom Cl dapat dilihat bahwa orbital 3s bercampur dengan orbital 3p (karena berada dalam satu kulit) sebelum membentuk orbital molekul. orbital 3Px (2nb), dan 3Py(2nb) dari klor tidak bercampur dengan orbital 1s dari hidrogen dan dengan demikian tetap berada dalam keadaan atomik (nonpengikatan). HCl memiliki momen dipol H+Cl -. Bila kedelapan elektron valensi digunakan untuk HCl, maka konfigurasi orbital molekul yang dihasilkan adalah:

(3sCl)2 ()2 (3pCl)4

Atkins, P.W.,1994. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga. Chang, R.,2005. Kimia Dasar Jilid1. Jakarta : Erlangga.Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI-Press.Lichera. 2009. Teori Ikatan Valensi-VSEPR. http://lischer.wordpress.com. (18 April 2010) Licherb. 2009. Teori Orbital Molekul. http://lischer.wordpress.com. (18 April 2010) Oxtoby, dkk., 2003. Prinsip-Prinsip Kimia. Jakarta : Erlangga.Wikipedia. 2010. Ikatan kimia. http://id.wikipedia.org. (22 April 2010).

Teori orbital molekul kompleks logam transisiKata Kunci: ikatan, orbital, orbital atomik ligan, orbital ligans, orbital molekul kompleksDitulis oleh Taro Saito pada 26-11-2009Karakteristik ikatan logam transisiligan menjadi jelas dengan analisis orbital molekul dari logam 3d yang dikoordinasi oleh enam ligan yang identik, dalam kompleks [ML6]. Akibat interaksi antara logam dan ligan terbentuk orbital molekul ikatan, non-ikatan dan anti-ikatan. Umumnya, tingkat energi orbital ligans lebih rendah dari tingkat energi orbital logam, orbital ikatan memiliki karakter ligan lebih besar dan orbital non-ikatan dan anti-ikatan lebih memiliki karakter logam. Proses pembentukan orbital molekul dan dideskripsikan tahap demi tahap berikut ini.Orbital Pertama perhatikan ikatan M-L dan interaksi orbital s, p, d atom pusat dan orbital ligan dengan mengasumsikan logamnya di pusat koordinat dan ligan di sumbu-sumbu koordinat. Karena ikatan tidak memiliki simpul sepanjang sumbu ikatannya, orbital s logam (a1g, tidak terdegenerasi) orbital px, py, pz (t1u, terdegenerasi rangkap tiga) dan orbital dx2-y2, dz2 (eg, terdegenerasi rangkap dua) akan cocok dengan simetri (tanda +,-) dan bentuk orbital ligan (Gambar 6.9).Bila orbitals ligan adalah 1 dan 2 di sumbu x, 3 dan 4 di sumbu y, dan 5 dan 6 di sumbu z. Gambar 6.5, enam orbital atomik ligan dikelompokkan dengan mengkombinasikan linear sesuai dengan simetri orbital logamnya. Maka orbital yang cocok dengan orbital logam a1g adalah a1g ligan (1+2+3+4+5+6), yang cocok dengan orbital logam t1u adalah orbital ligan t1u(12, 34, 56) dan yang cocok dengan orbital logam eg adalah orbital ligan eg (1+234,25+261234). Antara orbital logam eg dan kelompok orbital ligan dan orbital molekular ikatan dan anti-ikatan akan terbentuk. Hubungan ini ditunjukkan di Gambar 6.10.

Urutan tingkat orbital molekul dari tingkat energi terendah adalah ikatan (a1g