Upload
doannga
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ahmad Syaugi
NIM : 1111046100105
Program Studi : Muamalat (Ekonomi Islam)
Konsentrasi : Perbankan Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi saya ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggung jawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melakukan pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar peryataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan sanksi yang berlaku di Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 4 September 2015
(Ahmad Syaugi)
v
ABSTRACT
Ahmad Syaugi NIM: 1111046100105, the influence of CAR ratio, FDR,
Inflation and BI rate to Muamalat bank, BNI, Mandiri syariah bank, and Mega
Syariah bank (2010-2014). Majoring in Syaria Banking, Muamalat Study
Program, Faculty of Syaria and Law, Islamic State University Syarif
Hidayatullah. 1436H/2015 M. ix + 115 pages + 8 attachment.
Bank is a finance mediator which ditributes the fund from surplus unit side
to deficit unit, in doing it’s job bank can be categorized into two characters, which
is conventional bank and Syaria bank. The importance of function and role for
Syaria bank demands syariah bankers to increase their capability in order to create
a healthy and eficient Syaria Bank. Profitability, one of criteria to measure how
profitable a bank, becomes so crucial in order to find out whether nor a Syaria
bank has done it’s job properly. Therefore, it can be summarised if variables, such
as CAR, FDR, Inflation, and BI rate are influencial enough to ROA in general
banks all around Indonesia. The purpose of this research is to gather all empirist
evidences for finding out about the characteristic of a bank measured with CAR
and FDR, macroecomic’s factor measured with Inflation and BI rate into ROA
(Return On Assets) of all general banks in Indonesia
The data used in this research are from Finance Report published by BI
and Finance Report published by BUS from their own websites. The sampling’s
technic used in this research is called purposive sampling. There are four BUS
which becomes a sample in this research. Data analyzing technique used in this
research is multiple linear regression were the data has been tested with classic
assumption test, consisting of data normality testing, heteroskedastisitas,
multikolinearitas and autocorrelation.
The result of this research shows that variables like CAR, FDR, and
Inflation does not significantly influence ROA. BI rates influence negatively to
ROA. Prediction capability of four variables to ROA in this research is around
25,7%, which means the rest are influenced by other factors outside the models
used in this research.
vi
ABSTRAK
Ahmad Syaugi. NIM 1111046100105. Pengaruh Rasio Kecukupan Modal
(CAR), Rasio Likuiditas (FDR), Inflasi, dan BI rate (Studi Pada Bank Muamalat
Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, dan Bank Syariah Mega
Indonesia Periode 2010-2014). Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi
Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/ 2015 M. ix + 115 halaman + 8
halaman lampiran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR, FDR, dan Inflasi
tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Variabel BI rate berpengaruh
signifikan negatif terhadap ROA. Kemampuan prediksi dari ke empat variabel
tersebut terhadap ROA dalam penelitian ini adalah sebesar 25,7%, sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain di luar model dalam penelitian ini.
Kata kunci : CAR, FDR, Inflasi, BI rate, ROA, Bank Umum Syariah.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laporan
Keuangan publikasi Bank Indonesia, serta Laporan Keuangan publikasi Bank
Umum Syariah melalui website. Teknik sampling yang digunakan adalah
purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 4 Bank Umum
Syariah. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linear berganda dimana sebelumnya data telah diuji dengan pengujian
asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas data, heteroskedastisitas,
multikolinearitas, dan autokorelasi.
Bank merupakan lembaga perantara keuangan yang menyalurkan dana
dari pihak surplus unit kepada pihak deficit unit dalam menjalankan kegiatan
usahanya diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu bank konvensional dan
bank syariah. Pentingnya fungsi dan peran perbankan syariah ini menuntut pihak
bank syariah perlu meningkatkan kinerjanya agar tercipta perbankan syariah yang
sehat dan efisien. Profitabilitas merupakan salah satu kriteria untuk mengukur
besarnya laba suatu bank menjadi sangat penting untuk mengetahui apakah
industri perbankan syariah telah menjalankan usahanya secara efisien atau tidak.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu
apakah variabel CAR, FDR, Inflasi, dan BI rate berpengaruh terhadap ROA Bank
Umum Syariah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan bukti
empiris mengenai pengaruh karakteristik bank yang diukur dengan CAR dan
FDR, faktor makroekonomi yang diukur dengan Inflasi dan BI rate terhadap
Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Rasio Kecukupan Modal (CAR), Rasio Likuiditas (FDR), Inflasi, Dan
BI rate Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia (Studi Pada
Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah Dan Bank Syariah
Mega Indonesia Periode 2010-2014)”. Shalawat dan salam senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Penyusunan skripsi ini guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Syariah pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D selaku Dekan Program Studi
Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, MA selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Program
Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak A.M. Hasan Ali, M.A selaku Ketua Program Studi Muamalat Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
4. Ibu Erika Amelia, S.E, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah sabar
memberkan bimbingan dan saran-saran yang sangat berarti dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Bapak Achmad Khoirul Hadi, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
kepada seluruh dosen Prodi Perbankan Syariah.
6. Ayahanda Mahfud Ismail, Ibunda Maisuri, Kakanda Abdul Hakim, dan Adinda
Fina Saidah tercinta, atas doa, perhatian, kasih sayang dan dukungan baik
moriil maupun materil kepada penyusun sehingga penyusun dapat
menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat dan teman-temanku, Andy Azhari, Rahmat Abdillah, Ari Hijrianto,
Haris, Darma Saputra, Herlambang, Ryan, Bayu, Agung, Khafid, Fahrul,
Hanif, Uli, Ucup, dan Jessy, kalian merupakan sumber motivasi selama proses
penyusunan skripsi ini.
8. Keluarga besar PT. Metraplasa atas penyediaan fasilitas dan do’anya, kalian
merupakan sumber motivasi selama proses penyusunan skripsi ini
9. Seluruh sahabat dan semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu
persatu, yang telah memberikan dukungan, motivasi, inspirasi dan membantu
selama proses penyelesaian skripsi ini. Semoga mendapat balasan dari Allah
SWT.
Penyusun menyadari terdapat banyak sekali kekurangan dalam skripsi ini.
Oleh karena itu segala saran dan kritik membangun sangat diharapkan. Terima
kasih.
ix
Jakarta, 4 Oktober 2015
Penyusun
Ahmad Syaugi
NIM. 1111046100105
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ..................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................ iv
ABSTRACT ................................................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Pembatasan Masalah ...................................................................... 19
C. Perumusan Masalah ....................................................................... 21
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian ..................................................................... 22
2. Manfaat Penelitian ................................................................... 22
E. Review Studi Terdahulu ................................................................. 23
F. Hipotesis ......................................................................................... 33
G. Kerangka Pemikiran Penelitian ....................................................... 34
xi
H. Sistematika Penulisan ..................................................................... 35
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Perbankan Syariah ............................................................... 37
1. Pengertian Bank Syariah ........................................................... 37
2. Fungsi dan Peran Bank Syariah ................................................ 41
3. Sumber Dana Bank Syariah ...................................................... 43
4. Penggunaan Dana Bank Syariah ............................................... 45
5. Sumber Pendapatan Bank Syariah ............................................ 47
B. Teori Profitabilitas .......................................................................... 47
1. Pengertian Profitabilitas ............................................................ 47
2. Analisis Tingkat Profitabilitas .................................................. 48
A. Teori Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio) ............ 49
1. Pengertian Rasio Kecukupan Modal ........................................ 49
2. Unsur-Unsur Capital Adequacy Ratio ...................................... 50
a. Modal Inti ........................................................................... 51
b. Modal Pelengkap ................................................................ 52
3. Pengaruh CAR terhadap ROA .................................................. 53
B. Teori Rasio Likuiditas (Financing to Deposit Ratio) ..................... 54
1. Pengertian Rasio Likuiditas ...................................................... 54
2. Jenis-Jenis Rasio Likuiditas ....................................................... 55
a. Current Ratio (Rasio Lancar) ............................................. 55
b. Quick Ratio (Rasio Cepat) ................................................. 56
c. Cash Ratio (Rasio Kas) ...................................................... 57
3. Pengaruh FDR terhadap ROA .................................................. 59
C. Teori Inflasi .................................................................................... 60
1. Pengertian Inflasi ...................................................................... 60
2. Macam- Macam Inflasi ............................................................. 62
D. Berdasarkan Faktor Penyebabnya .................................................. 62
1. Demand Pull Inflation .................................................. 62
2. Cost Push Inflation ....................................................... 62
a. Berdasarkan Intensitasnya .................................................. 63
xii
1. Creeping Inflation ........................................................ 63
2. Gallopin Inflation ......................................................... 63
3. Hyper Inflation ............................................................. 63
b. Berdasarkan Asalnya .......................................................... 63
1. Domestic Inflation ....................................................... 63
2. Imported Inflation ........................................................ 64
c. Berdasarkan Terjadinya ..................................................... 64
1. Anticipated Inflation ..................................................... 64
2. Unanticipated Inflation ................................................ 64
1. Pengaruh Inflasi terhadap ROA ............................................... 64
E. Teori BI rate (Suku Bunga BI) ...................................................... 65
1. Pengertian BI rate ..................................................................... 65
2. Pengaruh BI rate Terhadap Kinerja Keuangan ......................... 67
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian .......................................................................... 69
1. Jenis Penelitian ......................................................................... 69
2. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 69
3. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 70
4. Teknik Analisis Data ................................................................ 71
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................ 71
1. Variabel Dependen .................................................................. 71
a. Return On Asset (ROA) ..................................................... 71
2. Variabel Independen ................................................................ 72
a. Capital Adequacy Ratio (CAR) .......................................... 72
b. Financing to Deposit Ratio (FDR) ..................................... 73
c. Inflasi .................................................................................. 73
d. BI rate ................................................................................. 74
C. Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 74
1. Uji Normalitas .......................................................................... 74
3. Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 77
xiii
4. Uji Multikolinearitas ................................................................ 78
5. Uji Autokorelasi ....................................................................... 78
D. Analisis Regresi Linear Berganda ................................................. 79
E. Uji Hipotesis ................................................................................... 81
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ............................................. 81
2. Uji Parsial (Uji t) ...................................................................... 82
3. Koefisien Determinasi ............................................................... 82
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 83
1. Gambaran Umum Bank Syariah di Indonesia ........................... 83
2. Gambaran Umum Penelitian .................................................... 84
a. Perkembangan ROA ............................................................ 84
b. Perkembangan CAR ............................................................. 85
a. Perkembangan FDR ............................................................. 85
b. Perkembangan Inflasi ........................................................... 86
c. Perkembangan BI rate ........................................................... 87
B. Hasil dan Pembahasan ................................................................... 87
1. Analisis Uji Asumsi Klasik ...................................................... 87
a. Uji Normalitas ...................................................................... 87
b. Uji Heteroskedastisitas ........................................................ 92
c. Uji Multikolinearitas ............................................................ 93
d. Uji Autokorelasi ................................................................... 94
2. Uji Hipotesis ............................................................................. 95
a. Uji Simultan (Uji F ............................................................ 95
b. Uji Parsial (Uji t) ................................................................ 96
c. Koefisien Determinasi (R2) ................................................ 97
3. Persamaan Regresi .................................................................... 98
a. Analisis Regresi Linear Berganda ..................................... 98
6. Interpretasi ................................................................................ 99
a. Pengujian Hipotesis 1 (H1) ................................................ 100
xiv
b. Pengujian Hipotesis 2 (H2) ................................................ 101
c. Pengujian Hipotesis 3 (H3) ................................................. 102
d. Pengujian Hipotesis 4 (H4) ................................................ 103
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 106
B. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 107
C. Saran ............................................................................................ 108
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 111
LAMPIRAN .............................................................................................................. 116
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan BUS dan UUS ....................................................................... 2
Tabel 1.2 Rasio Keuangan BUS dan UUS 2010-2014 .................................................. 9
Tabel 1.3 Rasio Keuanngan Bank Muamalat tahun 2010-2014 .................................. 10
Tabel 1.4 Rasio Keuanngan Bank Syariah Mandiri tahun 2010-2014 ......................... 10
Tabel 1.5 Rasio Keuanngan Bank BNI Syariah tahun 2010-2014 ................................ 11
Tabel 1.6 Rasio Keuanngan Bank Syariah Mega Indonesia
tahun 2010-2014 ........................................................................................... 11
Tabel 1.7 ROA Perbankan Syariah dan Kondisi Makroekonomi ................................ 18
Tabel 1.8 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 26
Tabel 1.9 Penelitian Terdahulu (Perbedaan) ................................................................. 29
Tabel 4.1 Uji Kolmogorov-Smirnov (Data Asli) .......................................................... 90
Tabel 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov (Data Transformasi) ........................................... 92
Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas .................................................................................... 94
Tabel 4.4 Uji Durbin Watson ....................................................................................... 95
Tabel 4.5 Uji-F .............................................................................................................. 95
Tabel 4.6 Uji-t .............................................................................................................. 96
Tabel 4.7 Uji Koefisien Determinasi (R2) ..................................................................... 97
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda .................................................... 98
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah ........................................... 5
Grafik 1.2 Profitabilitas Perbankan Syariah ................................................................... 6
Grafik 1.3 Perkembangan Aset, DPK, PYD, dan FDR Perbankan Syariah ................... 7
Grafik 1.4 Inflasi dan BI rate di Indonesia Periode 2010-2014 ................................... 14
Grafik 4.1 Perkembangan ROA .................................................................................... 84
Grafik 4.2 Perkembangan CAR .................................................................................... 85
Grafik 4.3 Perkembangan FDR ..................................................................................... 85
Grafik 4.4 Perkembangan ROA .................................................................................... 86
Grafik 4.5 Perkembangan BI rate ................................................................................. 87
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................. 34
Gambar 4.6 Grafik Histogram (Data Asli) .................................................................... 88
Gambar 4.7 Grafik Normal P-Plot (Data Asli) ............................................................. 89
Gambar 4.8 Grafik Histogram (Data Transformasi) ..................................................... 91
Gambar 4.9 Grafik Normal P-Plot (Data Transformasi) .............................................. 91
Gambar 4.9 Scatterplot.................................................................................................. 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Industri perbankan merupakan suatu lembaga yang tidak asing bagi
masyarakat di negara maju maupun negara berkembang seperti di Indonesia.
Dengan keberadaan lembaga keuangan ini, masyarakat menjadi semakin mudah
dalam bertransaksi keuangan sehari-hari seperti penyimpanan dana, investasi,
transfer uang, dan jasa-jasa lainnya. Bank juga merupakan salah satu lembaga
yang mempunyai peran sangat penting dalam mendorong pertumbuhan
perekonomian suatu negara, bahkan pertumbuhan bank di suatu negara dipakai
sebagai ukuran pertumbuhan perekonomian negara tersebut.1 Selain itu bank juga
berfungsi bagi pembangunan perekonomian nasional (agent of development)
dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas
nasional.2 Sehingga lembaga ini sangat dibutuhkan keberadaannya.
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang
dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam
bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak. Kemudian menurut Undang-Undang Perbankan Syariah No.
21 Tahun 2008 menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu yang
1Ismail, Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi,( Jakarta: Kencana, 2011),
Ed 1 Cet. 2, h.1. 2Malayu Hasibuan, Dasar- Dasar Perbankan (Jakarta : Bumi Aksara. 2007), h.4.
2
menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegitan usahanya.
Sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah
dan bank pembiyaan rakyat syariah.3
Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia dalam beberapa
tahun terakhir mempunyai trend positif. Hal tersebut dapat dilihat dari
meningkatnya laju pertumbuhan perbankan syariah yang diproksi oleh Bank
Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) terutama dari sisi total
asetnya, selengkapnya tersaji dalam tabel berikut ini:4
Tabel 1.1
Perkembangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Keterangan 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah BUS 11 11 11 11 12
Jumlah UUS 23 24 24 23 22
Total kantor 1.763 2.101 2.260 2.990 2.910
Total Aset BUS dan UUS (triliun) 97,519 145,467 195,018 242,276 272,343
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Desember 2014 diolah
Berdasarkan tabel 1.1 tersebut dapat dikatakan bahwa industri perbankan
syariah di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk berkembang di Indonesia.
Peningkatan kantor dan aset perbankan syariah di Indonesia dalam beberapa tahun
terakhir menandakan bahwa telah terjadi ekspansi yang dilakukan oleh
3 Ismail, Manajemen Perbankan DariTeori Menuju Aplikasi, h.20.
4 Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah 2014, (Jakarta: Bank Indonesia, 2014),
h.38.
3
manajemen perbankan syariah dalam upaya menyerap pangsa pasar di Indonesia
yang melimpah. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah upaya yang selama ini
dilakukan telah berjalan efektif terhadap profitabilitas perbankan syariah di
Indonesia? Jawabannya mungkin belum tentu.
Berdasarkan laporan teraktual perbankan syariah di Indonesia yang
diperoleh dari hasil publikasi Laporan Perkembangan Keuangan Perbankan
Syariah 2013 (LKPS 2013), laju pertumbuhan perbankan syariah mengalami
perlambatan seiring dengan kondisi kinerja industri perbankan nasional yang
sedikit menurun akibat dampak yang ditimbulkan oleh inflasi dan penerapan
kebijakan Loan To Value (LTV). Meskipun mengalami perlambatan, laju
pertumbuhan aset perbankan syariah tersebut tetap lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan aset perbankan secara nasional, sehingga pangsa perbankan syariah
secara keseluruhan dengan memasukkan BPRS terhadap industri perbankan
nasional meningkat dari 4,61% menjadi 4,93%.5
Berdasarkan Laporan Perkembangan Keuangan Perbankan Syariah 2013
(LKPS 2013), permodalan BUS secara umum cenderung meningkat yang
diindikasikan oleh rata-rata Capital Adequacy Ratio (CAR) yang meningkat
dari 17,3% tahun 2012 menjadi sebesar 18,4%. Kapasitas permodalan bank
dalam mengantisipasi risiko (risk bearing capacity) yang tercermin dari jumlah
modal inti yang meningkat sebesar Rp3,6 triliun atau 31,7% (yoy), serta
modal pelengkap yang meningkat Rp0,7 triliun atau 25,2% (yoy). Di sisi
5 Otoritas Jasa Keuangan, Publikasi Laporan Perkembangan Keuangan Perbankan
Syariah 2013 (Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan, 2014), h.2.
4
lain pertumbuhan ATMR BUS mencapai 27,9% (yoy), sehingga CAR BUS
meningkat dari 14,1% pada tahun 2012 menjadi 14,4% pada akhir 2013.
CAR tersebut mengindikasikan tingkat ketahanan risiko yang masih cukup
memadai mengingat masih melebihi standar sebesar 8%, terlebih lagi rasio
modal inti terhadap ATMR tergolong sangat memadai yaitu mencapai
11,8%.6
Selanjutnya dari sisi pembiayaan, pertumbuhan pembiayaan (yoy) pada
BUS tercatat sebesar 22,1%, melambat dibandingkan tahun sebelumnya
sebesar 34,2%. Demikian pula halnya pertumbuhan pembiayaan pada
kelompok UUS yang turun dari 85,3% menjadi 33,5%, serta pertumbuhan
pembiayaan BPRS yang turun dari 32,8% menjadi 24,8% pada periode yang
sama (Grafik 1.1). Perlambatan yang terutama dialami sejak semester kedua
2013 antara lain dipengaruhi ketatnya likuiditas sumber dana pembiayaan
seiring kontraksi moneter, ekspektasi kenaikan risiko kredit, dan
implementasi kebijakan prudensial seperti Financing To Value (FTV) dan
down-payment pembiayaan konsumsi. Dilihat dari jenis akadnya, secara umum
penyaluran pembiayaan perbankan syariah masih didominasi oleh akad
murabahah. Pada periode laporan pembiayaan murabahah tumbuh 25,6%
(yoy), sehingga menempati pangsa 60,0% dari total pembiayaan BUS dan
UUS. Sementara pada pembiayaan BPRS pangsa akad murabahah mencapai
80,3%. Pemanfaatan akad-akad lain dalam pembiayaan berkembang secara
dinamis, khususnya pada kelompok BUS dan UUS. Pada periode laporan,
6Ibid., h.14.
5
peningkatan preferensi penggunaan akad ijarah dalam pembiayaan BUS dan
UUS masih berlanjut dengan pertumbuhan 42,7% (yoy), lebih tinggi
dibanding peningkatan penggunaan akad lainnya. Sebaliknya pembiayaan
berbasis qardh yang sejak tahun lalu mengalami perlambatan, pada periode
laporan tumbuh -25,6% (yoy), sebagai dampak penyesuaian kebijakan terkait
kehati-hatian dalam penjualan produk rahn emas.7
Grafik 1.1
Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah
Sumber: Laporan Perkembangan Keuangan Perbankan Syariah (LKPS, 2013)
Sementara itu dari sisi profitabilitas, laba bersih BUS dan UUS pada
tahun 2013 tercatat sebesar Rp3,3 Triliun meningkat 29,0% dari tahun
sebelumnya. Namun demikian pertumbuhan tersebut melambat dari tahun
sebelumnya yang mencapai 72,3% (yoy). Dari sisi tingkat pengembalian aset
(Return on Asset), pertumbuhan laba yang melambat juga tercermin dari
penurunan ROA yaitu dari 2,1% pada tahun 2012 menjadi 2,0% pada tahun
laporan (Grafik 1.2) . Dibandingkan dengan perbankan secara nasional yang
memiliki ROA 3,1%, tingkat profitabilitas perbankan syariah cenderung lebih
7 Ibid., h.9.
6
rendah mengingat kemampuan menghasilkan pendapatan selain dari kegiatan
penyaluran dana masih relatif terbatas.8
Grafik 1.2
Profitabilitas Perbankan Syariah
Sumber:Laporan Perkembangan Keuangan Perbankan Syariah (LKPS, 2013)
Meskipun mengalami perlambatan, laju pertumbuhan aset perbankan
syariah tersebut tetap lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan aset perbankan
secara nasional. Selain itu, pertumbuhan aset tersebut tetap diikuti
pelaksanaan intermediasi yang optimal. Hal ini tercermin pada tren
pertumbuhan dan nominal pembiayaan BUS dan UUS yang lebih tinggi
dibandingkan dana pihak ketiga (Grafik 1.3). Pada akhir 2013 pembiayaan
BUS dan UUS tercatat sebesar Rp188,6 triliun, sementara dana pihak ketiga
yang dihimpun mencapai Rp187,2 triliun, sehingga financing to deposit
ratio perbankan syariah tetap relatif tinggi. Pada kelompok BUS misalnya,
financing to deposit ratio tercatat sebesar 95,9% pada akhir periode laporan.9
Grafik 1.3
8Ibid., h.13.
9Ibid., h.2.
7
Perkembangan Aset, DPK, PYD, dan FDR Perbankan Syariah
Sumber: Laporan Perkembangan Keuangan Perbankan Syariah (LKPS, 2013)
Dengan kondisi laju perkembangan perbankan syariah secara umum masih
belum optimal khususnya pada BUS dan UUS di Indonesia dan mengingat market
share bank syariah di Indonesia masih sekitar 5% dari total asset bank secara
nasional,10
sehingga manajemen perbankan syariah beserta pihak-pihak terlibat di
dalamnya dituntut untuk terus meningkatkan kinerja agar laju perkembangan
perbankan syariah semakin membaik di masa mendatang.
Salah satu indikator untuk menilai kinerja keuangan suatu bank adalah
dengan melihat tingkat profitabilitasnya yang biasa diproksikan dengan Return
On Asset (ROA). ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk
mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
mamanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba
sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja
perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar.
Hal ini terkait sejauh mana bank menjalankan usahanya secara efisien.
10
Ahmad Buchory, “OJK: Market Share Bank Syariah 5%”, artikel diakses pada 10 April
2015 dari http://ekbis.sindonews.com/read/964020/34/ojk-market-share-bank-syariah-5-
1423810057
8
Efisiensi diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva
atau modal yang menghasilkan laba.
Kinerja keuangan suatu bank juga mencerminkan tingkat kesehatan
bank tersebut yang lebih lanjut dalam pasal 3 PBI No. 9/1/PBI/2007 Tentang
Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah
mencakup penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut:
a. Permodalan (capital);
b. Kualitas aset (asset quality);
c. Manajemen (management);
d. Rentabilitas (earning);
e. Likuiditas (liquidity); dan
f. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk).
Penelitian yang membahas profitabilitas perbankan syariah sudah banyak
dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya namun masih banyak dari mereka
menemukan hasil yang berbeda antara peneliti satu dengan peneliti lainnya dan
hasil penelitian yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yang ada.
Berdasarkan pubikasi statistik perbankan syariah 2014, telah ditemukan
gap antara data dengan teori yang ada terkait rasio keuangan BUS dan UUS
khususnya pada rasio CAR, dan FDR yang tersaji dalam tabel dibawah ini:11
Tabel 1.2
Rasio Keuangan BUS dan UUS 2010-2014
11
Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah 2014 (Jakarta: Bank Indonesia, 2014),
h.38.
9
Rasio (%) 2010 2011 2012 2013 2014
ROA 1,67 1,79 2,14 2,00 0,80
CAR1) 16,25 16,63 14,13 14,42 16,10
FDR 89,67 88,94 100,00 100,32 91,50
Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2014 oleh OJK 1) Hanya data Bank Umum Syariah
Berdasarkan tabel 1.2, tampak bahwa terdapat data rasio keuangan yang
apabila dikaitkan dengan teori yang bersangkutan maka telah terjadi gap antara
teori dengan data yang ada. Pada tahun 2012, ketika CAR mengalami penurunan
15%(yoy), ROA justru naik 19,55%(yoy) sehingga ROA tahun 2012 menjadi
2,14%, justru sebaliknya pada tahun 2013 dan 2014 ketika CAR sedang naik
masing-masing sebesar 2,05%(yoy) dan 11,65%(yoy), justru ROA turun masing-
masing sebesar 6,54%(yoy) dan 60%(yoy), sehingga ROA tahun 2013 dan 2014
masing-masing menjadi 2,00% dan 0,80%. Kemudian terkait pembahasan rasio
Ketika FDR turun di tahun 2011 sebesar 0,81%(yoy), justru yang terjadi ROA
naik sebesar 7,18%(yoy), sehingga ROA tahun 2011 mejadi 1,79%. Namun
sebaliknya pada tahun 2013 ketika FDR naik sebesar 0,32%(yoy) namun ROA
mengalami penurunan sebesar 6,54%(yoy), sehingga ROA tahun 2013 menjadi
2,00%.
Namun mengingat sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya
sebatas pada empat Bank Umum Syariah, maka alasan untuk membuktikan gap
data dengan teori yang terjadi belum bisa sepenuhnya dianggap tepat karena
belum tentu keempat Bank Umum Syariah yang dijadikan sampel penelitian
FDR pada tahun 2011 dan 2013 yang juga terjadi hal serupa dengan rasio CAR.
10
memberikan kontribusi banyak terhadap data pada tabel 1.2 di atas. Sehinga
penulis perlu menyajikan data terkait rasio keuangan pada keempat Bank Umum
Syariah yang menjadi objek peneliitian agar mampu merepresentasikan alasan
atas terjadinya gap antara teori dengan data yang terjadi. Berikut ini merupakan
data rasio keuangan pada empat Bank Umum Syariah diantaranya Bank
Muamalat, Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, dan Bank Syariah Mega
Indonesia yang tersaji pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.3
Rasio Keuangan Bank Muamalat tahun 2010-2014
Rasio (%) 2010 2011 2012 2013 2014
ROA 1,36 1,52 1,54 1,37 0,17
CAR 13,26 12,01 11,57 17,27 14,15
FDR 91,52 85,18 94,15 99,99 84,14
Sumber : www.muamalatbank.co.id, diolah
Tabel 1.4
Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri tahun 2010-2014
Rasio (%) 2010 2011 2012 2013 2014
ROA 2,21 1,95 2,25 1,53 0,17
CAR 10,60 14,57 13,82 14,10 14,76
FDR 82,54 86,03 94,40 89,37 82,13
Sumber : www.syariahmandiri.co.id, diolah
11
Tabel 1.5
Rasio Keuangan Bank BNI Syariah tahun 2010-2014
Rasio (%) 2010 2011 2012 2013 2014
ROA 0,61 1,29 1,48 1,37 1,27
CAR 27,68 20,67 14,10 16,23 18,42
FDR 68,92 78,60 84,99 97,86 92,58
Sumber : www.bnisyariah.co.id, diolah
Tabel 1.6
Rasio Keuangan Bank Syariah Mega Indonesia 2010-2014
Rasio (%) 2010 2011 2012 2013 2014
ROA 1,90 1,58 3,81 2,33 0,29
CAR 13,14 12,03 13,51 12,99 18,82
FDR 78,17 83,08 88,88 93,37 93,61
Sumber : www.megasyariah.co.id, diolah
Pada keempat tabel di atas, terlihat bahwa memang telah terjadi gap antara
teori dengan data seperti yang terjadi pada data Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah seperti pada tabel 1.2 sebelumnya dimana keterkaitan antara rasio
CAR dan FDR dengan rasio ROA belum sepenuhnya mengikuti teori yang ada.
Seperti yang terjadi pada Bank Muamalat pada tahun 2010-2014 untuk rasio CAR
terhadap ROA, dimana pada periode tahun tersebut telah terjadi gap teori. Begitu
pula pada rasio FDR terhadap ROA tahun 2010-2011 dan tahun 2012-1013 yang
telah terjadi hal serupa (lihat tabel 1.4). Hal tersebut juga terjadi pada Bank
Syariah Mandiri pada tahun 2010-2014 untuk rasio CAR terhadap ROA, dan pada
tahun 2010-2011 untuk rasio FDR terhadap ROA (lihat tabel 1.5). Selanjutnya
12
pada Bank BNI Syariah juga terjadi hal serupa yaitu pada tahun 2010-2014 untuk
rasio CAR terhadap ROA, dan pada tahun 2012-2013 untuk rasio FDR terhadap
ROA (lihat tabel 1.6). Begitu pula hal serupa yang dialami Bank Syariah Mega
Indonesia, pada tahun 2013-2014 untuk rasio CAR terhadap ROA, dan pada
periode tahun 2010-2011 dan 2012-2014 (lihat tabel 1.6). Dengan hasil ini dapat
dikatakan bahwa keempat bank umum syariah yang menjadi objek penelitian
dalam penelitian ini seperti Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, Bank BNI
Syariah dan Bank Syariah Mega Indonesia ikut andil dalam data publikasi statistik
perbankan syariah yang gap dengan teori yang semestinya, sehingga hal ini
menjadi salah satu alasan penulis dalam memilih empat bank umum syariah
tersebut untuk dijadikan sampel penelitian.
Pada sisi lain, harus diakui bahwa dalam kegiatan operasionalnya bank
tidak terlepas dari pengaruh kondisi perekonomian yang terjadi. Kondisi
perekonomian akan mempengaruhi operasional perusahaan termasuk pada
industri perbankan syariah terkait keputusan pengambilan kebijakan yang akan
dilakukan dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Sehingga
kemungkinan akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan profitabilitas
perusahaan.
Inflasi dan BI rate merupakan contoh dari indikator makroekonomi suatu
negara yang sangat mempengaruhi kondisi perekonomian dan dalam penelitian
ini akan dijadikan variabel independen atas profitabilitas Bank Umum Syariah.
Inflasi dan BI rate merupakan indikator makroekonomi yang tidak
terpisahkan. Pada teori ekonomi makro, inflasi selalu berkaitan dengan jumlah
13
uang yang beredar dan kebijakan moneter yang diambil pemerintah melalui bank
sentral. Pemerintah bisa mengendalikan jumlah uang yang beredar dengan
mempengaruhi proses penciptaan uang. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan kebijakan moneter melalui tingkat BI rate sehingga jumlah uang
yang beredar bisa dikontrol.
Besar kecilnya laju inflasi akan mempengaruhi suku bunga dan kinerja
keuangan perusahaan khususnya dari sisi profitabilitas. Jika inflasi sedang
meningkat maka harga-harga barang kebutuhan masyarakat akan ikut
meningkat dan akan menurunkan tingkat konsumsi masyarakat. Menurunnya
tingat konsumsi masyarakat akan membuat para investor tidak mau untuk
berinvestasi di sektor riil. Sebagian besar dana investasi untuk sektor riil adalah
dibiayai oleh bank. Hal ini menjadikan bank kesulitan menyalurkan dana serta
menanggung biaya dari modal yang ada. Dan pada akhirnya akan
berdampak pada penurunan profitabilitas perbankan.
Kebijakan suku bunga diarahkan untuk menekan ekspektasi inflasi dan
dampak lanjutan kenaikan harga melalui kenaikan BI rate berupa suku bunga
Deposit Facility, dan suku bunga Lending Facility. Oleh karena itu, Bank
Indonesia juga perlu untuk menetapkan tingkat suku bunga (BI Rate) yang
sesuai sebagai dasar atau patokan bank umum dan swasta untuk menentukan BI
rate mereka agar mereka dapat tetap menguntungkan. Besarnya tingkat BI rate
menjadi salah satu faktor bagi perbankan untuk menentukan besarnya suku
bunga yang ditawarkan kepada masyarakat. Suku bunga berpengaruh terhadap
keinginan dan ketertarikan masyarakat untuk menanamkan dananya di bank
14
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
2010 2011 2012 2013 2014
Inflasi
BI Rate
melalui produk-produk yang ditawarkan. Dampak bagi bank itu sendiri,
yakni dengan semakin banyaknya dana yang ditanamkan oleh masyarakat,
akan meningkatkan kemampuan bank dalam menyalurkan dana tersebut dalam
bentuk kredit dimana dari kredit yang disalurkan tersebut, bank memperoleh
profit. Namun perkembangan tingkat suku bunga yang tidak wajar secara
langsung dapat mengganggu perkembangan perbankan. BI rate yang tinggi, di
satu sisi akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk menabung sehingga
jumlah dana perbankan akan meningkat. Tingkat suku bunga menjadi
ukuran berapa biaya atau pendapatan sehubungan dengan penggunaan uang
untuk periode jangka waktu tertentu.12
Berikut ini pergerakan inflasi dan BI rate di Indonesia periode 2010-2014
sebagai berikut:
Grafik 1.4
Inflasi dan BI rate di Indonesia Periode 2010-2014
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia diolah
Grafik 1.4 merupakan data inflasi dan BI rate dari tahun 2010-2014.
Inflasi mengalami penurunan pada tahun 2010-2011 yang disebabkan oleh
12
Loen dan Ericson, Manajemen Aktiva dan Pasiva Bank Devisa (Jakarta: Grasindo,
2008), h. 70.
15
kenaikan harga pangan domestik dan sektor lainnya seperti beras, cabai, tarif
listrik, dan perhiasan. Pada tahun 2012 inflasi mengalami peningkatan dan tetap
stabil karena penerapan kebijakan moneter dan makroprudensial yang tepat dan
koordinasi kebijakan dengan pemerintah yang semakin solid dalam
mendorong kestabilan harga. Kemudian pada tahun 2013-2014 terjadi kenaikan
inflasi yang cukup tajam dan diluar target inflasi pada dua tahun tersebut,
sehingga inflasi menembus angka 8,38% dari target inflasi sebesar 7,2% pada
2013.13
Penyebab utamanya adalah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
bersubsidi, dengan premium menjadi Rp 6.500/liter dan solar Rp 5.500/liter. BBM
memberi andil atas inflasi sebesar 1,17%. Paling besar penyebabnya adalah
Bensin 1,17%, Kenaikan harga BBM juga membuat harga beberapa komoditas
lainnya merangkak naik. Seperti dilaporkan tarif angkutan dalam kota
memberikan andil inflasi 1,75%, cabai merah 1,31%, serta komoditas dan jasa
lainnya seperti bawang merah, beras, ikan segar, nasi lauk, rokok kretek filter,
tarif listrik, hingga upah pembantu rumah tangga memberikan kontribusinya
terhadap inflasi meskipun masih dibawah 1%.14
Kemudian pada tahun 2014
inflasi masih tertahan pada angka 8,36 persen atau hanya turun sebesar 0,02(yoy).
Padahal target di APBN-P 2014 nilai inflasi diperkirakan berada diangka 5,3%.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) nilai inflasi bulan Desember 2014
naik ke angka 2,46 dari 1,05 bulan sebelumnya. Tingginya inflasi tersebut
penyebab utamanya adalah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang
13
http://www.indonesia investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/inflasi-di-
indonesia/item254 diakses pada 27 Desember 2014. 14
http://finance.detik.com/read/2014/01/02/140940/2456664/4/ini-penyebab-meroketnya-
inflasi-2013-dari-bbm-hingga-rokok-kretek diakses pada 27 Desember 2014.
16
terjadi pada pertengahan November 2014, selain kenaikan BBM juga akibat
kenaikan tarif listrik dan angkutan dalam kota. Kemudian cabai merah juga
menyumbang inflasi hingga 0,43%. Bahan Bakar Minyak (BBM) menyumbang
inflasi hingga 1,04%, lalu tarif listrik 0,64%, dan angkutan dalam kota 0,63% dan
komoditas lainnya seperti cabe merah dan rawit, dan nasi dengan lauk.15
Selanjutnya pergerakan BI rate akan serta-merta mengikuti pergerakan
inflasi namun dengan tingkat yang berbeda, kebijakan menaikkan atau
menurunkan BI rate oleh pemerintah bertujuan untuk mengendalikan inflasi.
Secara historis, tingkat dan volatilitas inflasi Indonesia lebih tinggi
dibanding negara-negara berkembang lain. Sementara negara-negara berkembang
lain tingkat inflasinya mencapai sekitar tiga sampai lima persen per tahun dalam
periode 2005 sampai 2013, tingkat inflasi di Indonesia mencapai rata-rata 8.5
persen per tahun dalam periode yang sama.16
Secara teori, perbakan syariah merupakan bank independen yang terpisah
dari sistem bunga yang berlaku pada bank umum. Dengan begitu seharusnya
kondisi tingkat bunga tidak akan terpengaruh secara langsung kepada industri
bank syariah. Hal ini terbukti ketika krisis ekonomi menghantam Indonesia pada
1997 Bank Muamalat sebagai satu-satunya bank syariah di Indonesia mampu
bertahan dari krisis bahkan sekarang berkembang dengan pesat dengan semakin
banyaknya kantor cabang serta asset yang terus meningkat tiap tahunnya. Namun
15
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/01/02/102923526/BPS.Inflasi.2014.Capai
.8.36.Persen diakses pada 2 Januari 2015. 16
http://www.indonesia investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/inflasi-di-
indonesia/item254 diakses pada 27 Desember 2014.
17
menurut hasil penelitian Liyana (2011), dan Sahara (2013) BI rate berpengaruh
signifikan negatif terhadap ROA. Hal ini berarti, meskipun perbankan syariah
merupakan bank independen yang terpisah dari sistem bunga yang berlaku pada
bank umum, namun kenyataan yang terjadi berbeda dengan teori yang ada.
Kemudian terkait pembahasan inflasi, juga telah dilakukan penelitian oleh Sahara
(2013), menurut hasil penelitiannya inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap
ROA. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Stiawan (2009), Liyana
(2011), Kurniasari (2012), dan Ramadhan (2013), berdasarkan hasil penelitian
mereka menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Mengingat pembuktian oleh Bank Muamalat yang mampu bertahan dari krisis
moneter tahun 1997 lalu, seharusnya inflasi tidak berpengaruh terhadap ROA
bank syariah. Namun beberapa hasil penelitian sebelumnya dan bahkan dari data
yang ada terkait inflasi dan BI rate juga masih yang belum konsisten membuat
penelitian terkait pengaruh inflasi dan BI rate terhadap ROA bank syariah
menjadi menarik untuk dilakukan penelitian guna menjawab permasalahan yang
terjadi dan guna mendapatkan hasil yang kompherensif dan mendalam.
Berikut ini data inflasi dan BI rate yang dihubungkan dengan ROA
perbankan syariah di Indonesia selama tahun 2010-2014:
18
Tabel 1.7
ROA Perbankan Syariah dan Kondisi Makroekonomi
Rasio (%) 2010 2011 2012 2013 2014
ROA 1,67 1,79 2,14 2,00 0,80
Inflasi 6,96 3,79 4,30 8,38 8,36
BI rate 6,50 6,00 5,75 7,50 7,75
Sumber : Badan Pusat StatistikIndonesia diolah
Dari tabel 1.3 terlihat bahwa masih terdapat gap teori terkait pengaruh
Inflasi dan BI rate terhadap ROA perbankan syariah. Pada di tahun 2012 inflasi
naik sebesar 13,45%(yoy) justru ROA naik sebesar 19,55%(yoy) sehingga ROA
tahun 2012 menjadi 2,14%. Kemudian pada tahun 2014 dimana ROA mengalami
penurunan sebesar 60%(yoy) sehingga menjadi 0,80% ketika inflasi hanya
mengalami penurunan sebesar 0,23%(yoy. Begitu pula dengan BI rate yang terjadi
pada tahun 2011 dan 2012, ketika BI rate turun masing-masing sebesar 7,7%(yoy)
dan 4,16%(yoy), justru ROA naik sebesar 7,18%(yoy) dan 19,55%(yoy) sehingga
ROA tahun 2011 dan 2012 masing-masing menjadi 1,79% dan 2,14%.
Dengan berlandaskan data dan penelitian terdahulu, penulis tertarik untuk
meneliti pengaruh CAR, FDR, inflasi, dan BI rate terhadap ROA karena
hubungan antara CAR, FDR, inflasi, dan BI rate terhadap ROA belum konsisten.
Kemudian ketika penulis menemukan keberagaman hasil penelitian yang
dilakukan peneliti sebelumnya, maka tema penelitian ini menjadi semakin
menarik untuk dijadikan penelitian guna mendapatkan jawaban atas keberagaman
hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten. Sehingga penulis mengangkat
tema ini untuk dijadikan penelitian.
19
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini
mengambil judul “Pengaruh Rasio Kecukupan Modal (CAR), Rasio
Likuiditas (FDR), Inflasi, dan BI rate Terhadap Profitabilitas Bank Umum
Syariah Di Indonesia (Studi Pada Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, Bank
BNI Syariah dan Bank Syariah Mega Indonesia Periode 2010-2014)”.
B. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka penulis membatasi
penelitian ini dalam pembahasan rasio profitabilitas, rasio likuiditas, jumlah
sampel penelitian, dan periode penelitian. Seperti kita ketahui bahwa rasio
profitabilitas bank dapat diukur dengan beberapa jenis rasio keuangan seperti
Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM),
dan Rasio Biaya Operasional (BOPO). Namun dalam penelitian ini, rasio
profitabilitas diproksi oleh Return On Asset (ROA) karena Bank Indonesia
sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mementingkan aset yang dananya
berasal dari masyarakat.17
Sehingga dalam penelitian ini ukuran kinerja keuangan
bank syariah yang digunakan adalah ROA. Kemudian terkait likuiditas bank
syariah dalam penelitian ini menggunakan rasio Financing to Deposit Ratio
(FDR) disebabkan rasio likuiditas perbankan syariah sangat bergantung pada
perolehan dana pihak ketiga, baik berupa investment account maupun current
account, yang akan disalurkan ke dalam berbagai bentuk pembiayaan (financing)
sesuai syariah seperti mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istisna, dan
17
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), h.
119.
20
ijarah.18
Selanjutnya mengingat teknik penarikan sampel dalam penelitian ini
mengunakan purposive sampling, maka dilakukan pembatasan jumlah sampel
hanya pada empat bank umum syariah yang telah memenuhi kriteria, sehingga
bank umum syariah yang dijadikan sampel penelitian yaitu Bank Muamalat
Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, dan Bank Syariah Mega
Indonesia. Alasan digunakannya metode ini karena keterbatasan akses data dari
peneliti sehingga tidak semua data bank dapat diakses. Kemudian terkait
pembatasan periode penelitian dalam penelitian ini hanya pada tahun 2010 sampai
dengan tahun 2014 disebabkan pada periode tersebut khususnya pada tahun 2013
dan 2014 sedang terjadi fenomena kenaikan inflasi yang cukup tinggi, dan penulis
berasumsi dengan adanya fenomena ini akan berpengaruh terhadap hasil
penelitian, sehingga hal ini sesuai dengan pencantuman inflasi sebagai variabel
independen dalam penelitian ini. Dengan demikian, penelitian menjadi lebih fokus
dan terarah.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan data empiris dan penelitian terdahulu yang diperoleh dimana
terdapat gap teori dan hasil yang diperoleh belum menunjukkan hasil yang
konsisten antara variabel CAR, FDR, Inflasi, dan BI rate terhadap Profitabilitas
Bank Umum Syariah yang diproksi dengan Return On Asset (ROA), maka
diperlukan penelitian lebih lanjut guna mendapatkan jawaban yang kompherensif
dan mendalam.
18
Eksis Jurnal Ekonomi dan Keuangan vol. 2. No. 2. April-Juni 2006
21
Dari latar belakang dan rumusan masalah penelitian di atas, maka
pertanyaan penelitian yang dapat diajukan adalah :
A. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap Return On
Asset (ROA) Bank Umum Syariah?
B. Apakah Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap Return On
Asset (ROA) Bank Umum Syariah?
C. Apakah Inflasi berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum
Syariah?
D. Apakah BI rate berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum
Syariah?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengumpulkan bukti empiris mengenai pengaruh Capital Adequacy
Ratio (CAR) terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah di
Indonesia periode 2010-2014.
2. Untuk mengumpulkan bukti empiris mengenai pengaruh Financing to
Deposit Ratio (FDR) terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah
di Indonesia periode 2010-2014.
22
3. Untuk mengumpulkan bukti empiris mengenai pengaruh Inflasi terhadap
Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010-
2014.
4. Untuk mengumpulkan bukti empiris mengenai pengaruh BI rate terhadap
Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010-
2014.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi
untuk bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di
perusahaan perbankan khususnya perbankan syariah di Indonesia.
2. Bagi Manajemen Perbankan Syariah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam manajemen dan bidang
keuangan terutama dalam rangka meningkatkan profitabilitas perusahaan.
3. Bagi Akademisi
Hasil penelitian diharapkan dapat mendukung teori yang ada dan
mendukung hasil penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian yang relevan
dengan tema penelitian ini.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian
terkait dengan data dan hasil penelitian sebelumnya yang didapatkan tidak
23
konsisten dengan teori yang ada dan hasil penelitian ini merupakan penerapan
ilmu yang diperoleh selama kuliah serta menambah pengetahuan dan
wawasan khususnya yang berkaitan dengan ilmu manajemen keuangan dalam
perbankan dan ilmu makroekonomi.
E. Review Studi Terdahulu
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang pengaruh Capital
Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR) atau Loan to
Deposit Ratio (LDR), Inflasi, dan BI rate terhadap Return On Asset (ROA).
Hasil dari beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensi dan
perbandingan dalam penelitian ini. Beberapa studi terdahulu (literature review)
yang didapatkan diantaranya:
Dhika Rahma Dewi (2010), dalam jurnalnya meneliti tentang Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah Di Indonesia. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh CAR, FDR, NPF, REO
terhadap ROA. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
CAR, FDR, NPF, dan REO. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis
regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio NPF dan
REO berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA. Sedangkan CAR dan FDR
tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Ayu Yanita Sahara (2013) dalam jurnalnya meneliti tentang Analisis
Pengaruh Inflasi, BI rate, dan PDB terhadap ROA Bank Syariah Di Indonesia.
Tujuan dari penelitiannya adalah untuk mengetahui pengaruh Inflasi, BI rate
BI, dan PDB terhadap ROA. Variabel independen yang digunakan dalam
24
penelitiannya adalah Inflasi, BI rate BI, dan PDB. Metode penelitian yang
digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Inflasi dan PDB berpengaruh signifikan positif terhadap ROA. Sedangkan
BI rate berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA.
Adi Stiawan (2009), dalam tesisnya yang berjudul Analisis Pengaruh
Faktor Makroekonomi, Pangsa Pasar Dan Karakteristik Bank Terhadap
Profitabilitas Bank Syariah (Studi Pada Bank Syariah Periode 2005-2008). Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Inflasi, GDP, Pangsa
Pembiayaan, CAR, FDR, NPF, BOPO, Size terhadap ROA. Dalam penelitiannya
Stiawan (2009) menggunakan delapan variabel independen, yaitu Inflasi, GDP,
Pangsa Pembiayaan, CAR, FDR, NPF, BOPO, dan Size. Metode penelitian
yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasilnya dapat
disimpulkan bahwa variabel Pembiayaan, CAR, FDR, NPF, BOPO, Size
Berpengaruh signifikan terhadap ROA. Namun Inflasi dan GDP tidak
signifikan.terhadap ROA.
Sartika Dewi Kurniasari (2012), dalam skripsinya meneliti tentang
Analisis Pengaruh Faktor Industri Keuangan, Makroekonomi Dan Karakteristik
Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah Di Indonesia. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh Sektor Perbankan, Inflasi, FDR, BOPO,
dan NPF terhadap ROA. Variabel penelitian yang digunakan yaitu ROA, Sektor
Perbankan, Inflasi, FDR, BOPO, dan NPF. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa NPF, BOPO, dan FDR berpengaruh secara signifikan terhadap ROA
25
sedangkan Sektor perbankan, dan inflasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap ROA.
Liyana (2011), dalam skripsinya meneliti tentang Analisis Kinerja Dan
Prediksi Profitabilitas Sektor Perbankan Yang Go Public Di Bursa Efek
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh CAR,
NPL, BOPO, LDR, BI rate, dan Inflasi terhadap ROA. Variabel independen yang
digunakan yaitu CAR, NPL, BOPO, LDR, BI rate, dan Inflasi. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.
Hasilnya menunjukkan bahwa CAR, NPL, BOPO, LDR, dan BI rate, berpengaruh
signifikan terhadap ROA. Sedangkan Inflasi tidak berpengaruh signnifikan
terhadap ROA.
Achmad Aditya Ramadhan (2013) dalam skripsinya meneliti tentang
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilias Bank Syariah Di
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
Inflasi, NPF, dan BOPO terhadap ROA. Variabel independen yang digunakan
adalah Inflasi, NPF, dan BOPO. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu
Inflasi dan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sedangkan BOPO
berpengaruh signifikan terhadap ROA.
M. Shalahuddin Fahmy (2013) dalam skripsinya meneliti tentang
Pengaruh CAR, NPF, BOPO, dan FDR Terhadap Profitabilitas Bank Umum
Syariah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh CAR,
26
NPF, BOPO, dan FDR terhadap ROA. Variabel independen yang digunakan
adalah CAR, NPF, BOPO, dan FDR. Metode penelitian yang digunakan adalah
analisis regresi linear berganda. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa hanya
BOPO yang berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sedangkan CAR, NPF, dan
FDR tidak berpengaruh signnifikan terhadap ROA.
Muh. Ruslan Abdullah (2014) dalam skripsinya meneliti tentang
Determinan Profitabilitas Perbankan Syariah Di Indonesia Pasca Krisis Keuangan
Global. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh FDR,
NPF,CAR, dan BOPO terhadap ROA. Variabel independen yang digunakan
adalah FDR, NPF,CAR, dan BOPO. Sedangkan metode analisis yang digunakan
yaitu analisis regresi linear berganda dengan metode kuadrat terkecil biasa (OLS).
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa hanya BOPO yang berpengaruh
signifikan terhadap ROA. Sedangkan FDR, NPF, dan CAR tidak berpengaruh
signnifikan terhadap ROA.
Di bawah ini merupakan kumpulan penelitian terdahulu yang disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 1.8
PENELITIAN TERDAHULU
No Peneliti Judul Penelitian Kesimpulan
1. Dhika Rahma
Dewi (2010)
Faktor- Faktor Yang
Mempengaruhi
NPF dan REO berpengaruh
signifikan negatif terhadap ROA.
27
Profitabilitas Bank
Syariah Di Indonesia
Sedangkan CAR dan FDR tidak
berpengaruh signifikan terhadap
ROA.
2. Ayu Yanita
Sahara (2013)
Analisis Pengaruh
Inflasi, Suku Bunga
BI, dan PDB
terhadap ROA Bank
Syariah Di Indonesia
Inflasi dan PDB berpengaruh positif
terhadap ROA. Sedangkan Suku
Bunga BI berpengaruh negatif
terhadap ROA.
3. Adi Stiawan
(2009)
Analisis Pengaruh
Faktor
Makroekonomi,
Pangsa Pasar dan
Karakteristik Bank
terhadap
Profitabilitas Bank
Syariah
Pangsa Pembiayaan, CAR, FDR,
NPF, BOPO, Size
Berpengaruh signifikan terhadap
ROA.
Inflasi dan GDP tidak signifikan
4. Sartika Dewi
Kurniasari
(2012)
Analisis Pengaruh
Faktor Industri
Keuangan,
Makroekonomi Dan
Karakteristik Bank
Terhadap
Profitabilitas Bank
NPF, BOPO, dan FDR berpengaruh
secara signifikan terhadap ROA
sedangkan sektor perbankan, dan
inflasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap ROA.
28
Syariah Di Indonesia
5. Liyana (2011) Analisis Kinerja Dan
Prediksi
Profitabilitas Sektor
Perbankan Yang Go
Public Di Bursa Efek
Indonesia.
CAR, NPL, BOPO, LDR, dan BI
rate, berpengaruh signifikan
terhadap ROA. Sedangkan Inflasi
tidak berpengaruh signnifikan
terhadap ROA.
6. Achmad
Aditya
Ramadhan
(2013)
Analisis Faktor-
Faktor Yang
Mempengaruhi
Profitabilias Bank
Syariah Di Indonesia
BOPO berpengaruh signifikan
negatif terhadap ROA. Sedangkan
Inflasi dan NPF tidak berpengaruh
signifikan negatif terhadap ROA.
7. M.Shalahuddin
Fahmy (2013)
Pengaruh CAR, NPF,
BOPO, dan FDR
Terhadap
Profitabilitas Bank
Umum Syariah
BOPO berpengaruh signifikan
negatif terhadap ROA.
CAR, NPF,dan FDR tidak
berpengaruh signnifikan terhadap
ROA.
8. Muh. Ruslan
Abdullah
(2014)
Determinan
Profitabilitas
Perbankan Syariah
Di Indonesia Pasca
Krisis Keuangan
Global
BOPO berpengaruh terhadap ROA.
FDR, NPF, dan CAR, tidak
berpengaruh signnifikan terhadap
ROA.
29
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
terdapat perbedaan dan persamaan dengan penelitian ini. Kesamaan antara
penelitian sebelumnya dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan
teknik analisis regresi linear berganda. Kemudian kesamaan selanjutnya yaitu
menggunakan variabel dependen Return On Asset (ROA) sebagai proksi dari
profitabilitas perbankan, dan beberapa peneliti sebelumnya menggunakan variabel
independen seperti Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai proksi dari rasio
permodalan bank dan Financing to Deposit Ratio (FDR) sebagai proksi dari rasio
likuiditas bank. Selanjutnya hampir semua peneliti sebelumnya menggunakan
objek penelitian pada Bank Umum Syariah di Indonesia meskipun jumlah objek
dan periode penelitian mereka berbeda-beda termasuk dengan penelitian ini.
Sedangkan perbedaan dengan penelitian sebelumnya akan diuraikan dalam
tabel 1.9 berikut ini :
Tabel 1.9
PENELITIAN TERDAHULU (Perbedaan)
No. Peneliti Perbedaan
1
Dhika Rahma Dewi
(2010)
Penelitian Dhika Rahma Dewi (2010) tidak
menguji pengaruh inflasi dan BI rate,
sedangkan dalam penelitian ini inflasi dan BI
rate diuji pengaruhnya terhadap ROA.
30
Perbedaan selanjutnya yaitu penelitian Dhika
Rahma Dewi (2010) hanya menggunakan
objek penelitian sebanyak 3 bank umum
syariah sedangkan sampel penelitian ini
sebanyak 4 bank umum syariah.
2.
Ayu Yanita Sahara
(2013)
Penelitian Ayu Yanita Sahara (2013) tidak
menguji pengaruh inflasi dan BI rate terhadap
ROA, sedangkan dalam penelitian ini inflasi dan
BI rate diuji pengaruhnya terhadap ROA.
Perbedaan berikutnya yaitu terletak pada jumlah
objek penelitian, dalam penelitian ini
menggunakan objek penelitian sebanyak 4 bank
umum syariah, sedangkan Penelitian Ayu Yanita
Sahara (2013) menggunakan 13 bank syariah
sebagai objek penelitiannya.
3. Adi Stiawan (2009)
Penelitian Adi Stiawan (2009) tidak menguji
pengaruh BI rate terhadap ROA, sedangkan
dalam penelitian ini menguji pengaruh BI rate
terhadap ROA. Perbedaan terjadi juga terjadi
pada jumlah objek penelitian dimana dalam
penelitian Adi Stiawan (2009) menggunakan 16
bank syariah, sedangkan dalam penelitian ini
menggunakan 4 bank umum syariah.
31
4.
Sartika Dewi
Kurniasari (2012)
Penelitian Sartika Dewi Kurniasari (2012) tidak
menguji CAR dan BI rate terhadap ROA,
sedangkan dalam penelitian ini CAR dan BI rate
diuji pengaruhnya terhadap ROA. Perbedaan
terletak pada jumlah objek penelitian dimana
dalam penelitian Sartika Dewi Kurniasari (2012)
menggunakan 15 objek penelitian yang terdiri
dari 7 bank umum syariah, 6 unit usaha syariah,
dan 2 BPR syariah, sedangkan dalam penelitian
ini menggunakan objek 4 bank umum syariah.
5. Liyana (2011)
Penelitian Liyana (2011) menggunakan objek
penelitian pada bank konvensional yang go
public di Bursa Efek Indonesia, sehingga proksi
dalam rasio likuiditas menggunakan istilah rasio
LDR dalam variabel independennya, sedangkan
dalam penelitian ini menggunakan objek
penelitian pada bank syariah, sehingga proksi
dalam rasio likuiditas menggunakan istilah rasio
FDR. Objek penelitian Liyana (2011) sebanyak
17 bank, sedangkan penelitian ini menggunakan
4 bank umum syariah.
6.
Achmad Aditnya
Ramadhan (2013)
Penelitian Achmad Aditya Ramadhan (2013)
tidak menguji pengaruh CAR, FDR, dan BI rate
32
terhadap ROA, sedangkan dalam penelitian ini
menguji pengaruh CAR, FDR, dan BI rate.
Jumlah Objek penelitian dalam penelitian
Achmad Aditya Ramadhan (2013) sebanyak 35
bank yang meliputi 11 bank umum syariah dan
24 unit usaha syariah, sedangkan dalam
penelitian ini menggunakan 4 bank umum
syariah.
7.
M.Shalahuddin
Fahmy (2013)
Penelitian M.Shalahuddin Fahmy (2013) tidak
menguji pengaruh inflasi dan BI rate terhadap
ROA, sedangkan dalam penelitian ini menguji
pengaruh inflasi dan BI rate terhadap ROA.
Jumlah objek penelitian M.Shalahuddin Fahmy
(2013) sebanyak 3 bank umum syariah, seangkan
dalam penelitian ini sebanyak 4 bank umum
syariah.
8.
Muh.Ruslan
Abdullah (2014)
Penelitian Muh. Ruslan Abdullah (2014) tidak
menguji pengaruh inflasi dan BI rate terhadap
ROA, sedangkan dalam penelitian ini menguji
pengaruh inflasi dan BI rate terhadap ROA.
F. Hipotesis
33
Berdasarkan uraian permasalahan penelitian, dapat ditarik jawaban
sementara (hipotesis) yang masih perlu diuji kebenarannya. Adapun hipotesis
dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:
1. Ho: Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan
terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah.
Ha: Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan positif
terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah.
2. Ho: Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh signifikan
terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah.
Ha: Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh signifikan
positif terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah.
3. Ho: Variabel Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset
(ROA) Bank Umum Syariah.
Ha: Variabel Inflasi berpengaruh signifikan negatif terhadap Return On Asset
(ROA) Bank Umum Syariah.
4. Ho: Variabel BI rate tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset
(ROA) Bank Umum Syariah.
Ha: Variabel BI rate berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA)
Bank Umum Syariah.
34
G. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran Penelitian
Pengaruh CAR, FDR, Inflasi, dan BI rate Terhadap ROA
Bank Umum Syariah di Indonesia
Apakah CAR, FDR Inflasi, dan BI rate
BerpengaruhTerhadap ROA Bank Umum Syariah di
Indonesia secara parsial dan simultan?
CAR INFLASI BI RATE FDR
Return On Asset
(ROA)
35
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibuat untuk memudahkan pemahaman dan
memberi gambaran kepada pembaca tentang isi penelitian ini.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review
studi terdahulu, hipotesis, kerangka pemikiran penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi landasan teori yang menjadi dasar dan bahan acuan dalam
penelitian ini diantaranya seperti teori profitabilitas, teori Capital
Adequacy Ratio (CAR), teori Financing to Deposit Ratio (FDR), teori
inflasi, dan teori BI rate.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metode penelitian yang menjadi dasar dan bahan
acuan dalam penelitian ini yang terdiri dari metode penelitian, variabel
penelitian dan definisi operasional, uji asumsi klasik, analisis regresi
linear berganda dan uji hipotesis.
36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi gambaran umum objek penelitian, hasil dan pembahasan
terkait uji asumsi klasik dan uji hipotesis, persamaan regresi linear
berganda, serta interpretasi terkait pengujian hipotesis penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis Capital Adequacy Ratio
(CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Inflasi, dan BI rate,
keterbatasan penelitian dan saran.
37
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, Bank Syariah didefinisikan sebagai bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.1 Accounting and
Auditing Standard for Islamic Financial Institution (AAS-IFI) menyebutkan bank
syariah sebagai suatu lembaga yang didirikan dengan konsep bagi hasil atas
keuntungan atau kerugian sesuai dengan konsep Islam dimana “profit
diperuntukkan bagi mereka yang siap menanggung risiko”.
Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS,
adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi
sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang
berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara
1 Ismail, Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi, ( Jakarta: Kencana, 2011),
Ed 1 Cet. 2, h.20.
38
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu
syariah dan/atau unit syariah.2
Menurut Pasal 1 ayat (12) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan, Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan
dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Lembaga yang berwenang di sini adalah
Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bersifat independen yang merupakan
kepanjangan dari Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
DPS ditempatkan pada bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah dengan tugas yang diatur oleh DSN-MUI. Adapun prinsip perbankan
syariah menurut Aziz sebagai berikut:3
a. Larangan riba dan bunga.
Larangan ini dimulai dari adanya pelarangan yang tegas terhadap riba.
Tidak diragukan lagi bahwa apa yang diharamkan oleh al-Qur’an maupun al-
hadits adalah riba. Al-Qur'an mengharamkannya dalam QS. Al- Baqarah (2): 275.
Allah berfirman:
2 http://www.academia.edu/8739185/Prinsip_dasar_manajemen_Syariah diakses pada 4
Juni 2015. 3 Aziz Budi Setiawan, “Perbankan Syariah: Challenges dan Opportunity Untuk
Pengembangan di Indonesia”, Jurnal Koordinat, Edisi: Vol. VIII No. 1, h. 4.
39
Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantara (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil
riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.
b. Keadilan sosial, persamaan, dan hak milik.
Keadilan sosial dalam pandangan Islam menuntut pemilik dana dan
pengguna dana untuk berbagi atas keuntungan, demikian juga bila terjadi
kerugian. Islam memberikan panduan bahwa proses akumulasi kekayaan dan
distribusi ekonomi terbentuk secara fair dan benar.
c. Uang sebagai modal “potensial”.
Dalam pandangan Islam uang merupakan modal “potensial”. Ia akan
menjadi modal nyata ketika uang tersebut bekerjasama dan bergabung dengan
40
sumber daya lain untuk melakukan suatu aktivitas produktif. Islam mengakui nilai
kontribusi uang, ketika ia bertindak sebagai modal yang digunakan untuk aktivitas
usaha.
d. Larangan perilaku spekulatif.
Sistem keuangan Islam tidak menghendaki penimbunan (hoarding) dan
melarang transaksi yang mengandung ketidakpastian, perjudian, dan beresiko
ekstrim.
e. Kesucian akad (kontrak).
Islam menegakkan kewajiban sesuai dengan akad (kontrak) dan
keterbukaan informasi sebagai tugas suci. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
risiko dari informasi asimetrik dan moral.
f. Aktivitas yang disetujui syariah.
Hanya aktivitas bisnis yang tidak melanggar ketentuan-ketentuan syariah
yang memenuhi persyaratan untuk investasi. Sebagai contoh, investasi bisnis yang
berkaitan dengan minuman keras, perjudian, dan barang haram dilarang oleh
Islam.
Adapun prinsip-prinsip bank syariah menurut Hosen antara lain:4
a. Prinsip Al-Ta’awun yaitu prinsip untuk saling membantu dan bekerja sama
antara anggota masyarakat dalam kebaikan.
4 Muhammad Nadratuzzaman Hosen, dkk, Perbankan Syari’ah, (Jakarta: Pusat
Komunikasi Ekonomi Syariah, 2005), h. 9.
41
b. Prinsip Menghindari Al-Ikhtina yaitu dana berhenti, membiarkan uang
menganggur dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat
umum.
2. Fungsi dan Peran Bank Syariah
Menurut Sudarsono5, fungsi dan peran bank syariah adalah sebagai
berikut:
a. Manajer Investasi
Bank syariah dapat mengelola dana masyarakat. Dengan kata lain,
bank syariah berfungsi sebagai pengelola investasi atas dana nasabah dengan
menggunakan akad mudharabah atau sebagai agen investasi.
b. Investor
Bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun
dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran
Bank syariah dapat melakukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan
sebagaimana lazimnya seperti transfer, kliring, sepanjang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah.
d. Pelaksanaan kegiatan sosial
5 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004),
h. 9.
42
Sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank syariah
juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun,
mengadministrasikan, dan mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya
seperti infak dan shadaqah, serta pinjaman kebajikan (qardul hasan) sesuai
ketentuan yang berlaku.
Prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut:6
1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah).
Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak
lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan
kapan saja si penitip menghendaki.
2. Prinsip Bagi Hasil.
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil
usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana.
3. Prinsip Jual Beli.
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli,
dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau
mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama
bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga
sejumlah harga beli ditambah keuntungan.
4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah).
6 Muhammad Syafi’i Antonio, (Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik), (Jakarta: Gema
Insani Press. 2006), Edisi Revisi 2003,h. 85.
43
Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas
barang itu sendiri.
5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service). Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-
pembiayaan yang diberikan bank.
3. Sumber Dana Bank Syariah
Menurut Arifin7, sumber dana bank syariah terdiri dari:
a. Modal inti (core capital)
Modal inti adalah dana modal sendiri yaitu dana yang berasal dari para
pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Pada umumnya dana modal inti
terdiri dari:
1) Modal yang disetor oleh para pemegang saham.
2) Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang disisihkan
untuk menutup timbulnya risiko kerugian di kemudian hari.
3) Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada para
pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham sendiri diputuskan untuk
ditanam kembali dalam bank.
b. Kuasi Ekuitas (mudharabah account)
Bank menghimpun dana berbagi hasil atas dasar prinsip mudharabah,
yaitu akad kerjasama antara pemilik dana (shahib al maal) dengan pengusaha
(mudharib) untuk melakukan suatu usaha bersama, dan pemilik dana tidak
boleh mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari.
7Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Tangerang: Azkia, 2009), h. 58.
44
Berdasarkan prinsip ini, bank menyediakan jasa bagi investor berupa:
1) Rekening investasi umum, dimana bank menerima simpanan dari nasabah
yang mencari kesempatan investasi atas dana mereka dalam bentuk investasi
berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah (unrestricted investment account).
Dalam hal ini bank bertindak sebagai mudharib dan nasabah bank bertindak
sebagai Shahib al Maal, sedang keduanya menyepakati pembagian laba (bila
ada) yang dihasilkan dari penanaman dana tersebut dengan nisbah tertentu.
Dalam hal terjadi kerugian, nasabah menanggung kerugian tersebut dan bank
kehilangan keuntungan.
2) Rekening investasi khusus, dimana bank bertindak sebagai manajer
investasi bagi nasabah institusi (pemerintah atau lembaga keuangan lain)
atau nasabah korporasi untuk menginvestasikan dana mereka pada unit-unit
usaha atau proyek-proyek tertentu yang mereka setujui atau mereka
kehendaki.
3) Rekening tabungan mudharabah. Dalam aplikasinya bank syariah melayani
tabungan mudharabah dalam bentuk targeted saving, seperti tabungan korban,
tabungan haji atau tabungan lain yang dimaksudkan untuk suatu pencapaian
target kebutuhan dalam jumlah dan atau jangka waktu tertentu.
c. Dana titipan (wadi’ah / non remunerated deposit)
Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang
umumnya berupa giro atau tabungan. Dana titipan ini dikembangkan dalam
bentuk berikut:
45
1) Rekening giro wadi’ah
Dalam hal ini bank menggunakan prinsip wadiah yad dhamanah.
Dengan prinsip ini bank sebagai custodian harus menjamin pembayaran
kembali nominal simpanan wadi’ah. Dana tersebut dapat digunakan oleh
bank untuk kegiatan komersial dan bank berhak atas pendapatan yang
diperoleh dari pemanfaatan harta titipan tersebut dalam kegiatan komersial.
2) Rekening tabungan wadi’ah
Dalam hal ini nasabah dapat menarik sebagian atau seluruh saldo
simpanannya sewaktu-waktu atau sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
Bank menjamin pembayaran kembali simpanan mereka. Semua keuntungan
atas pemanfaatan dana tersebut adalah milik bank, tetapi atas kehendaknya
sendiri, bank dapat memberikan imbalan keuntungan yang berasal dari sebagian
keuntungan bank. Bank menyediakan buku tabungan dan jasa-jasa yang
berkaitan dengan rekening tersebut.
4. Penggunaan Dana Bank Syariah
Bank dalam menjalankan aktivitasnya berfungsi sebagai financial
intermediary. Sehingga setelah berhasil menghimpun dana pihak ketiga, bank
syariah berkewajiban untuk menyalurkan dana tersebut untuk pembiayaan.
Menurut Muhammad8, alokasi penggunaan dana bank syariah pada dasarnya
dapat dibagi dalam dua bagian penting yaitu:
8 Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h.271.
46
a. Aktiva yang menghasilkan (Earning Asset)
Aktiva yang dapat menghasilkan atau earning asset adalah aset bank
yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Aset ini disalurkan dalam
bentuk investasi yang terdiri atas:
1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah).
2) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan (Musyarakah).
3) Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli (Al Bai’)
4) Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (Ijarah dan Ijarah wa Iqtina)
5) Surat-surat berharga syariah dan investasi lainnya.
b. Aktiva yang tidak menghasilkan (Non Earning Asset)
1) Aktiva dalam bentuk tunai (cash Asset), terdiri dari uang tunai, cadangan
likuiditas (primary reserve) yang harus dipelihara pada bank sentral, giro
pada bank dan item -item tunai lain yang masih dalam proses penagihan
(collections).
2) Pinjaman (qard), merupakan salah satu kegiatan bank syariah dalam
mewujudkan tanggung jawab sosialnya sesuai dengan ajaran Islam.
3) Penanaman dana dalam aktiva tetap dan inventaris (premises dan
equipment).
47
5. Sumber Pendapatan Bank Syariah
Menurut Arifin9, portofolio pembiayaan pada bank komersial
menempati porsi terbesar, pada umumnya sekitar 55%-60% dari total aktiva.
Dari pembiayaan yang dikeluarkan atau disalurkan bank diharapkan dapat
mendapatkan hasil. Tingkat penghasilan dari pembiayaan (yield on financing)
merupakan tingkat penghasilan tertinggi bagi bank. Dengan demikian,
sumber pendapatan bank syariah dapat diperoleh dari:
a. Bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrak musyarakah.
b. Keuntungan atas kontrak jual-beli (al bai’)
c. Hasil sewa atas kontrak ijarah dan ijarah wa iqtina
d. Fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa lainnya.
B. Teori Profitabilitas
1. Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu.10
Kemudian profitabilitas bank adalah suatu kemampuan
bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase. Rasio
profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
9 Zaenal Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah . h. 53.
10 Munawir, Analisa Laporan Keuangan (Yogyakarta: Liberty, 2004), Edisi Keempat,
Cetakan Ketiga belas, h.33.
48
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal
sendiri.11
Semakin tinggi profitabilitas perusahaan semakin tinggi kinerja
perusahaan tersebut dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan.12
Profitabilitas menjadi begitu penting untuk mengetahui apakah
perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien atau tidak. Efisiensi
sebuah usaha baru dapat diketahui setelah membandingkan laba yang
diperoleh dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
2. Analisis Tingkat Profitabilitas
Analisis tingkat profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang
bersangkutan.13
Menurut Lukman Dendawijaya14
, analisis tingkat profitabilitas suatu bank
sebagai berikut :
1. Return On Asets (ROA)
2. Return On Equity (ROE)
3. Rasio Biaya Operasional(BOPO)
4. Net Profit Margin (NPM)
11
Agus Sartono, Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: PT. BPFE
Yogyakarta, 2011), h. 122.
12 Malayu Hasibuan, Dasar- Dasar Perbankan, h. 100.
13 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h. 118.
14 Ibid., h.118.
49
Selanjutkan penilaian profitabilitas yang dapat dipakai adalah Return On
Asset (ROA) karena bank diharuskan menggunakan rasio ROA untuk mengukur
profitabilitasnya sesuai dengan PBI No. 6/10/PBI/2004 tentang sistem penilaian
tingkat kesehatan bank umum yang tertuang dalm pasal 4 ayat (4) dalam penilaian
kesehatan bank menurut CAMELS. Sehingga ukuran profitabilitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA). Return On Asset
(ROA) digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena Bank Indonesia
sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai
profitabilitas suatu bank, diukur dengan asset yang dananya sebagian besar
dari dana simpanan masyarakat.15
Untuk menghitung ROA dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa ROA (Return On
Asset) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan (profit) secara keseluruhan
yang diperoleh dari aktiva yang dimiliki bank.
C. Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio)
1. Pengertian Capital Adequacy Ratio (CAR)
15 Ibid., h. 119.
Laba Bersih sebelum pajak
Total Aktiva x 100
50
Menurut Dendawijaya16
, CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa
jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan , surat
berharga, tagihan pada bank lain ) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank
disamping memperoleh dana – dana dari sumber – sumber di luar bank , seperti
dana dari masyarakat , pinjaman , dan lain – lain.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1
tercantum bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari asset
tertimbang menurut risiko (ATMR). Sejalan dengan standar yang ditetapkan Bank
of International Settlements (BIS), seluruh bank yang ada di Indonesia diwajibkan
untuk menyediakan modal minimum sebesar 8% dari ATMR.
Manajemen bank perlu mempertahankan nilai CAR sesuai dengan
ketentuan karena dengan modal yang cukup maka bank dapat melakukan
ekspansi usaha dengan lebih aman dalam rangka meningkatkan
profitabilitasnya. CAR suatu bank dapat dihitung dengan rumus :
2. Unsur-Unsur Capital Adequacy Ratio (CAR)
Modal adalah faktor penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha
dan menampung kerugian.17
Menurut Susilo18
, modal terdiri dari:
16 Ibid., h. 121.
17 Rivai, Veithzal, Andria Pertama, dan Ferry N Idroes, Bank and Financial Intitution
Management (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), h. 709.
Modal Sendiri
ATMR x 100%
51
a. Modal Inti
Modal inti terdiri atas:
1. Modal Disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.
2. Agio Saham, yaitu selisih lebih setoran yang diterima oleh bank akibat harga
saham yang melebihi nilai nominal.
3. Modal Sumbangan, yaitu modal yang diperoleh dari sumbangan-sumbangan
saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham
tersebut dijual.
4. Cadangan umum, yaitu cadangan dari penyisihan laba yang ditahan atau dari
laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan rapat anggota
sesuai dengan ketentuan pendirian atau anggaran masing-masing bank.
5. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan
untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang
saham atau rapat anggota.
6. Laba yang ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh
RUPS atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.
7. Laba tahun lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun lalu setelah diperhitungkan
pajak dan belum ditetapkan penggunaannya.
18 Sri Y Susilo, Bank dan Lembaga Keuangan (Jakarta: Salemba Empat, 2008) Edisi
Revisi, h. 28.
52
8. Laba tahun berjalan,yaitu 50 persen dari laba tahun buku berjalan dikurangi
pajak. Apabila tahun berjalan bank mengalami kerugian, maka seluruh kerugian
tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
b. Modal Pelengkap
Modal pelengkap terdiri atas:
1. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih
penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat
Jenderal Pajak.
2. Penyisihan penghapusan aktiva produktif, yaitu cadangan yang dibentuk
dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. Cadangan ini dibentuk untuk
menampung kerugian yang mungkin timbul akibat tidak diterimanya kembali
sebagian atau seluruh aktiva produktif. Penyisihan penghapusan aktiva produktif
yang dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap adalah maksimum 25 persen
dari ATMR.
3. Modal Kuasi, yaitu modal yang didukung oleh instrument atau warkat yang
memiliki sifat seperti modal.
4. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat,
seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman mendapat
persetujuan dari Bank Indonesia, minimal berjangka lima tahun dan pelunasan
sebelum jatuh tempo, harus ada Bank Indonesia.
53
Menurut Sinungan19
, Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) adalah
aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif
sebagaimana tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau
komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga. Terhadap masing-masing
jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot resiko yang besarnya didasarkan pada kadar
resiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot resiko yang didasarkan
pada golongan nasabah, penjamin, atau sifat barang jaminan.
Adapun menurut Sinungan20
langkah-langkah dalam perhitungan
penyediaan modal minimum bank adalah sebagai berikut:
1. ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal masing-
masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot resiko dari masing-masing
pos aktiva neraca tersebut.
2. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal
rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot resiko masing-
masing pos rekening tersebut.
3. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + aktiva administratif.
4. Rasio modal bank dapat dihitung dengan cara membandingkan antara modal
bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR.
3. Pengaruh CAR terhadap ROA
19 Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h.
169.
20 Ibid., h. 178.
54
CAR mencerminkan modal sendiri perusahaan untuk mengahasilkan laba.
Semakin besar CAR maka semakin besar kesempatan bank dalam menghasilkan
laba karena dengan modal yang besar, manajemen bank sangat leluasa dalam
menempatkan dananya kedalam aktivitas investasi yang menguntungkan.
Rendahnya CAR dikarenakan peningkatan ekspansi aset beresiko yang tidak
diimbangi dengan penambahan modal menurunkan kesempatan bank untuk
berinvestasi dan dapat menurunkan kepercayaan masyarakat kepada bank
sehingga berpengaruh pada profitabilitas.21
Pembentukan dan peningkatan
peranan aktiva bank sebagai penghasil keuntungan harus memperhatikan
kepentingan pihak-pihak ketiga sebagai pemasok modal bank. Dengan demikian
bank harus menyediakan modal minimum yang cukup untuk menjamin
kepentingan pihak ketiga.22
D. Teori Rasio Likuiditas (Financing to Deposit Ratio)
1. Pengertian Rasio Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban financialnya yang segera harus dipenuhi.23
Sedangkan rasio likuiditas
adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan
21
Hesti Werdaningtyas, “Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Take Over
Pramerger Di Indonesia”. Jurnal Manajemen Indonesia, Vol. 1, No. 2, h. 24-39
22 Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h.
162.
23 Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan (Yogyakarta: BPFE,
2008), h. 25.
55
untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih.24
Perusahaan yang mampu
memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut
dalam keadaan “likuid.
Dalam terminologi keuangan dan perbankan, likuiditas dapat diartikan
sebagai kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan ditariknya
deposito/simpanan oleh deposan/penitip. Dengan kata lain, suatu bank dikatakan
likuid apabila memiliki sejumlah likuiditas sama dengan jumlah kebutuhan
likuiditasnya, memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan tetapi bank mempunyai
surat-surat berharga yang segera dapat dialihkan menjadi kas, serta memiliki
kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara menciptakan uang.25
2. Jenis-Jenis Rasio Likuiditas
Menurut Sawir26
, rasio likuiditas terdiri dari :
a. Current Ratio (Rasio Lancar)
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban
lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui
kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan
24
Munawir, Analisa Laporan. Keuangan, h. 37.
25 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan (Jakarta: FE Universitas Indonesia,
2008), Edisi Keempat, h. 340.
26 Agnes Sawir, Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keauangan Perusahaan
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), h.10.
56
kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban
jangka pendeknya.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya
masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang
bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya
dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan.27
Apabila mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio
sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu
perusahaan dapat dipertinggi dengan cara:28
1. Dengan utang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar.
2. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah utang
lancar.
3. Dengan mengurangi jumlah utang lancar sama-sama dengan mengurangi aktiva
lancar.
Current ratio dapat dihitung dengan formula:
b. Quick Ratio (Rasio Cepat)
27
Ibid., h. 10.
28 Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan, h. 28.
Aktiva Lancar
Utang Lancar x 100%
57
Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan.
Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang
likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan
kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar.
Menurut Sawir29
, quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin
besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.
Quick ratio dapat dihitung dengan formula :
c. Cash ratio (Rasio Kas)
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat
menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban
lancar tahun yang bersangkutan.
Cash Ratio dapat dihitung dengan formula:
29 Agnes Sawir, Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan, h. 10.
Aktiva Lancar − Persediaan
Utang Lancar x 100%
Kas
Utang Lancar x 100%
58
Sedangkan menurut Mulyono30
, rasio likuiditas terdiri dari:
a) Cash ratio
b) Loans to deposits ratio
c) Loans to assets ratio
Berdasarkan dari jeni-jenis rasio likuiditas di atas, penulis memproksikan
Loan to Deposit Ratio (LDR) sebagai variabel bebas penelitian iini karena Loan to
Deposit Ratio (LDR) menggambarkan kemampuan suatu bank untuk menangani
kewajiban-kewajibannya terutama kewajiban jangka pendek yang akan segera
jatuh tempo. Namun Dalam perbankan syariah tidak dikenal istilah kredit
(loan) namun pembiayaan atau financing. Sehinga proksi dari likuiditas dalam
penelitian ini menggunakan rasio Financing to Deposit Ratio (FDR). Financing
to Deposit Ratio (FDR) adalah istilah dalam perbankan syariah atau yang
dikenal dengan istilah Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam perbankan
konvensional merupakan rasio yang menyatakan seberapa jauh kemampuan
bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan
dengan mengendalikan kredit/pembiayaan yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, memberikan indikasi semakin rendahnya
likuiditas bank yang bersangkutan.31
30 Teguh Pudjo Mulyono, Analisa Laporan Keuangan untuk Perbankan (Jakarta:
Djambatan, 2005), Edisi Revisi, h. 79.
31 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h. 116.
59
Semakin tinggi rasio LDR semakin rendah pula kemampuan likuiditas
bank sehingga risiko dalam berinvestasi menjadi tinggi karena perusahaan
perbankan tidak memiliki kemampuan untuk membayar kembali kewajiban
atas dana nasabah atau pihak ketiga.32
LDR yang tinggi berarti risiko dalam berinvestasi menjadi tinggi
karena perusahaan dalam keadaan tidak liquid serta perusahaan dianggap tidak
memiliki kemampuan untuk membayar kewajibannya atas dana dari pihak
ketiga dalam operasionalnya. Dengan likuiditas bank yang rendah maka hal
tersebut akan berdampak pada hilangnya kepercayaan masyarakat pada bank
tersebut. Dengan terjadinya hal tersebut maka akan berdampak pada
menurunnya profitabilitas perusahaan tersebut.33
Rasio FDR ini dirumuskan sebagai berikut :
3. Pengaruh FDR terhadap ROA
Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan indikator kemampuan
suatu bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan
dengan mengandalkan kredit/pembiayaan yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya. FDR ditentukan oleh perbandingan antara jumlah
32 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, h. 269.
33 Liyana, “Analisis Kinerja Dan Prediksi Profitabilitas Sektor Perbankan Yang Go
Public Di Bursa Efek Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Pasundan, 2012), h.
35.
Total Pembiayaan
Total Dana Pihak Ketiga x 100%
60
kredit/pembiayaan yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil
dihimpun yaitu mencakup giro, tabunngan, dan deposito. Semakin besar
kredit/pembiayaan yang diperoleh maka potensi pendapatan yang akan diterima
bank juga akan besar. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas
suatu bank.
E. Teori Inflasi
1. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah kenaikan dalam harga barang dan jasa yang terjadi karena
permintaan pasar bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang
di pasar.34
Dengan kata lain, terlalu banyak uang yang memburu barang yang
terlalu sedikit.35
Inflasi merupakan presentase kecepatan kenaikan harga-harga
dalam suatu periode tertentu. Atau dengan kata lain adanya penurunan dari nilai
mata uang yang berlaku. 36
Besar kecilnya laju inflasi akan mempengaruhi
suku bunga dan kinerja keuangan perusahaan khususnya dari sisi profitabilitas.
Secara teori inflasi berpengaruh terhadap dunia perbankan sebagai salah
satu institusi keuangan. Sebagai lembaga yang fungsi utamanya sebagai mediasi,
bank sangat rentan dengan resiko inflasi terkait dengan mobilitas dananya. Salah
34 Sadono Sukirno, Makroekonomi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2003), h.
333.
35 M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam “Konsep, Teori, dan
Analisis”(Bandung: Alfabeta, 2011), h. 84.
36 Adi Stiawan,”Analisis Pengaruh Faktor Makro Ekonomi, Pangsa Pasar, dan
Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Pada Bank Syariah Periode 2005-
2008),” (Thesis S2 Program Studi Manajemen, Universitas Diponegoro, 2009), h. 32.
61
satu teori yang menjelaskan keterkaitan tersebut adalah teori dana yang
dipinjamkan (the Loanable Fund Theory). Dalam teori ini apabila jumlah uang
yang diminta melebihi jumlah yang disediakan, maka akan dapat mengakibatkan
kenaikan harga uang atau tingkat BI rate. Tingkat BI rate dalam hal ini adalah BI
rate yang mencerminkan kesesuaian antara BI rate simpanan (sisi penawaran) dan
BI rate pinjaman (sisi permintaan). Jika inflasi sedang meningkat maka harga-
harga barang kebutuhan masyarakat akan ikut meningkat dan akan
menurunkan tingkat konsumsi masyarakat. Menurunnya tingat konsumsi
masyarakat akan membuat para investor tidak mau untuk berinvestasi di
sektor riil. Sebagian besar dana investasi untuk sektor riil adalah dibiayai oleh
bank. Hal ini menjadikan bank kesulitan menyalurkan dana serta menanggung
biaya dari modal yang ada.37
Dan pada akhirnya akan berdampak pada
penurunan profitabilitas perbankan termasuk perbankan syariah.
Tingkat harga yang melambung sampai 100% atau lebih dalam setahun
(hyperinflasi), menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap mata
uang. Hal ini menyebabkan masyarakat lebih menyukai menyimpan kekayaannya
dalam bentuk aset seperti emas, properti atau aset lainnya yang diperkirakan tidak
akan mengalami penurunan nilai di masa yang akan datang.38
Bila melihat dari
sudut pandang investor inflasi menyebabkan penurunan nilai mata uang atau
kenaikan harga yang mempengaruhi konsumsi masyarakat. Dengan kondisi
37 Adi Stiawan,”Analisis Pengaruh Faktor Makro Ekonomi, Pangsa Pasar, dan
Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Pada Bank Syariah Periode 2005-
2008),” h. 32
38 M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam “Konsep, Teori, dan Analisis”, h.
85
62
seperti ini para investor tidak mau untuk berinvestasi di sektor riil. Namun inflasi
menjadi tidak terlalu berbahaya apabila bisa diprediksikan karena setiap orang
akan mempertimbangkan prospek harga yang lebih tinggi di masa yang akan
datang dalam pengambilan keputusan.39
2. Macam-Macam Inflasi
Berdasarkan berbagai sudut pandang, inflasi dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
a. Berdasarkan Faktor Penyebabnya
Berdasarkan faktor penyebabnya, terdapat dua macam inflasi, yaitu:
1. Demand Pull Inflation
Demand Pull Inflation (inflasi tekanan permintaan) adalah inflasi yang
terjadi dominannya tekanan permintaan agregat. Dengan kata lain inflasi ini
terjadi karena permintaan agregat meningkat lebih cepat daripada potensi
produktif perekonomian, sehingga menyebabkan harga menjadi naik.
2. Cost Push Inflation
Cost Push Inflation (inflasi tekanan biaya) yaitu inflasi yang terjadi karena
kenaikan biaya produksi. Karena kenaikan biaya produksi ini biasanya
menyebabkan penawaran agregat berkurang, dan akibat selanjutnya harga menjadi
semakin naik.
39 M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam “Konsep, Teori, dan Analisis”, h.
86.
63
b. Berdasarkan Intensitasnya
Berdasarkan intensitas terjadinya inflasi, inflasi dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu:
1. Creeping Inflation
Creeping Inflation adalah inflasi yang terjadi secara lambat, yaitu dengan
intensitas angka satu digit per tahun. Dengan kata lain inflasi ini terjadi
dibawah 10% per tahun.
2. Galloping Inflation
Galloping Inflation yaitu inflasi yang terjadi dengan intensitas antara dua
hingga tiga digit per tahun, missal 10 % atau 200% per tahun.
3. Hyper Inflation
Hyper Inflation yaitu inflasi yang terjadi lebih dari 1000 % per tahun.
c. Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua macam,
yaitu:
1. Domestic Inflation
Domestic Inflation adalah inflasi yang sumbernya berasal dari dalam
negeri. Seperti gagal panen yang menyebabkan kelangkaan kebutuhan pokok,
sehingga menyebabkan harga menjadi naik.
2. Imported Inflation
Imported Inflation adalah inflasi yang sumbernya berasal dari luar nrgeri.
Seperti inflasi akibat kanaikan harga-harga barang impor.
64
d. Berdasarkan Terjadinya
Berdasarkan kejadiannya, inflasi dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Anticipated Inflation
Anticipated Inflation yaitu inflasi yang telah dimasukkan ke dalam harapan
dan perilaku masyarakat sebelum inflasi tersebut benar-benar terjadi, atau dengan
kata lain masyarakat telah siap mengadapi inflasi tersebut.
2. Unanticipated Inflation
Unanticipated Inflation yaitu inflasi yang terjadi secara mengejutkan, atau
terjadinya inflasi tersebut pada saat sebelum masyarakat mempunyai waktu untuk
menyesuaikan diri.
1. Pengaruh Inflasi terhadap ROA
Inflasi dapat berpengaruh buruk bagi perekonomian. Apabila terjadi inflasi
yang parah tak terkendali (hyperinflasi) maka keadaan perekonomian menjadi
kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Hal ini mengakibatkan minat masyarakat
untuk menabung, atau berinvestasi dan berproduksi menjadi berkurang. Harga
meningkat dengan cepat, masyarakat akan kewalahan menanggung dan
mengimbangi harga kebutuhan sehari-hari yang terus meroket. Bagi perusahaan
sebuah inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi maupun operasional mereka
sehingga pada akhirnya merugikan bank itu sendiri. Inflasi berpotensi mengerek
bunga kredit. Kenaikan bunga kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit
65
itu sendiri. Sementara pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini
berimbas kepada profitabilitas bank yang bersangkutan.40
Rumus untuk menghitung laju inflasi:
F. Teori BI rate (Suku Bunga BI)
1. Pengertian BI rate
Suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate adalah suku bunga
kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI rate
diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui
pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai
sasaran operasional kebijakan moneter. Dengan mempertimbangkan pula faktor-
faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan
BI rate apabila inflasi kedepan diperkirakan melampaui sasaran yang telah
ditetapkan. Sebaliknya, Bank Indonesia akan menurunkan BI rate apabila inflasi
ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.41
40 Edhi Satriyono Wibowo,”Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF
erhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Pada Bank Mega Syariah, Bank Muamalat, dan Bank
Syariah Mandiri Tahun 2008-2011),” h. 34-35. 41
http://finansial.bisnis.com/read/20150114/11/390588/apa-pengertian-fungsi-sejarah-bi-
rate-simak-selengkapnya diakses pada 21 April 2015.
Harga Sekarang
Harga Tahun Dasar x 100%
66
Secara sederhana bunga dapat diartikan sebagai biaya modal (cost of
capital). Dari sudut pandang lain, Samuelson menjelaskan bunga dalam arti
penerimaan sebagai imbalan atas uang yang dipinjamkan. Teori bunga tidak
terlepas dari prinsip time value of money. Menurut prinsip ini uang mempunyai
nilai waktu. Dengan demikian uang dapat digunakan sebagai konsumsi saat ini
atau untuk konsumsi di masa yang akan datang (investasi). Dalam pengertian
secara bebas bunga diartikan sebagai bentuk dari pertambahan atau pertumbuhan.
Namun dalam pengertian selanjutnya pengertian suku bunga terbagi menjadi
beberapa istilah yaitu:
1) Suku bunga efektif : suku bunga yang sesungguhnya dibebankan dalam
setahun.
2) Suku bunga padanan : suku bunga yang dibebankan perhari, perminggu, per
bulan atau per tahun untuk sejumlah pinjaman atau investasi selamam jangka
waktu tertentu yang jika dihitung secara bunga per bunga akan memberikan hasil
bunga yang sama.
3) Suku bunga primer: suku bunga atas pinjaman bank jangka pendek dengan
resiko kredit sekecil-kecilnya.
Menurut pandangan konservatif riba memiliki arti yang sama dengan
pengertian bunga (interest), bahwa sebenarnya setiap imbalan yang telah
ditentukan sebelumya atas suatu pinjaman sebagai imbalan untuk sebuah
pembayaran tertunda atas pinjaman adalah riba, dan setiap riba adalah dilarang
oleh Islam. Sedangkan menurut teori klasik, tabungan merupakan fungsi dari
67
tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga maka semakin tinggi keinginan
seseorang untuk menabung, sehingga jumlah tabungan meningkat. Teori klasik
juga berpandangan bahwa investasi juga merupakan fungsi dari bunga. Semakin
tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk investasi semakin kecil. Dengan
demikian bunga merupakan harga keseimbangan antara tabungan dan investasi.
2. Pengaruh BI rate Terhadap ROA
Sudah sewajarnya bank di seluruh Indonesia patuh dan taat kepada Bank
Indonesia (BI) yang berperan sebagai bank sentral yang mempunyai otoritas
moneter, perbankan dan sistem pembayaran negara. Bank Indonesia memiliki
tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui instrumen suku bunga
dalam operasi pasar terbuka. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga
yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu
pula sebaliknya. Kenaikan BI rate mengakibatkan ketatnya likuditas perbankan,
sehingga pihak bank kesulitan mendapatkan dana murah dari pihak ketiga (giro,
tabungan, deposito). Hal ini mengakibatkan cost of fund bank bertambah/tinggi.
Akibatnya, ketika terjadi peningkatan bunga kredit yang tinggi, nilai usaha
nasabah sudah tidak sebanding lagi dengan pembiayaan yang diberikan. Apabila
nasabah sudah mulai keberatan dengan adanya suku bunga yang tinggi maka akan
menaikkan kemungkinan kredit macet.42
Apabila hal ini terjadi dapat memicu
angka NPF menjadi tinggi, akibatnya kesempatan bank untuk memperoleh
pendapatan berkurang. Sehingga pada akhirnya profitabilitas bank terganggu.
42
Edhi Satriyono Wibowo,”Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF
erhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Pada Bank Mega Syariah, Bank Muamalat, dan Bank
Syariah Mandiri Tahun 2008-2011),” h. 35-36.
69
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan pendekatan, secara garis besar jenis penelitian dibedakan
menjadi dua macam penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif.1 Pada
penelitian kali ini, pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan
penelitian kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik.2 Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada
umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan.3
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini bersifat data runtut
waktu (time series) triwulanan dari triwulan II 2010 sampai dengan triwulan IV
2014. Kemudian sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 12. 2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2009), h. 13. 3 Ibid., h. 14
70
penelitian yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara.4
Data tersebut merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan
triwulanan bank-bank syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, Otoritas
Jasa Keuangan, dan masing-masing bank yang bersangkutan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan populasi bank
umum syariah di Indonesia periode 2010-2014. Selanjutnya dari keseluruhan
populasi tersebut digunakan metode purposive sample yaitu metode dimana
pemilihan sampel pada karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya
dengan kriteria tertentu.5 untuk memilih sample yang akan digunakan dalam
penelitian ini. Alasan digunakannya metode ini karena keterbatasan akses data
dari peneliti sehingga tidak semua data bank dapat diakses. Pengambilan sampel
menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Bank telah berstatus sebagai bank umum syariah yang terdaftar di Bank
Indonesia sampai dengan tahun 2014.
2. Bank telah menerbitkan laporan keuangan triwulanan dan dipublikasikan
oleh Bank Indonesia selama periode 2010-2014.
3. Data dalam laporan keuangan bank tersedia lengkap.
4 Narimawati Umi, Analisis Multivariat untuk Penelitian Ekonomi, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2008), h. 94. 5 Edhi Satriyono Wibowo,”Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF
erhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Pada Bank Mega Syariah, Bank Muamalat, dan Bank
Syariah Mandiri Tahun 2008-2011),” h. 45
71
Dari ketiga syarat tersebut maka yang tersaring untuk dijadikan sampel
sejumlah 4 bank yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank
BNI Syariah, dan Bank Syariah Mega Indonesia. Data yang digunakan merupakan
data triwulanan selama lima tahun dalam kurun waktu tahun 2010 – 2014.
4. Teknik Analisis Data
Metode statistik yang digunakan penulis untuk menguji hipotesis
penelitian ini yaitu menggunakan analisis regresi linier berganda. Kemudian data
akan diolah dengan menggunakan software IBM SPSS Statistics 20, selanjutnya
data-data tersebut dianalisis yaitu dengan uji asumsi klasik dan uji hipotesis.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Dependen
Yaitu tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel
independen.6 Variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan rasio
profitabilitas yang diproksi dengan Return On Asset (ROA).
a. Return On Asset (ROA)
ROA merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan rata-rata
total asset dalam suatu periode. Rasio ini dapat dijadikan sebagai ukuran
kesehatan keuangan.Rasio ini sangat penting, mengingat keuntungan yang
diperoleh dari penggunaan aset dapat mencerminkan tingkat efisiensi usaha suatu
6 Bambang Supomo dan Nur Indrianto, Metodologi Penelitian Bisnis (Yogyakarta: BPFE,
2002), Edisi Revisi, h. 63.
72
bank. Dalam kerangka penilaian kesehatan bank, BI akan memberikan score
maksimal 100 (sehat) apabila bank memiliki ROA > 1,5%.7
Untuk menghitung ROA dapat digunakan rumus sebagai berikut:
2. Variabel Independen
Yaitu tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang
lain.8 Variabel-variabel independen yang akan diuji dalam penelitian ini adalah
CAR, FDR, Inflasi, dan BI rate.
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva
bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan , surat berharga, tagihan pada
bank lain ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-
dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman,
dan lain – lain.9 CAR suatu bank dapat dihitung dengan rumus :
b. Financing to Deposit Ratio (FDR)
7 Malayu Hasibuan, Dasar- Dasar Perbankan, h. 100.
8 Ibid., h. 63.
9 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h. 118.
Modal Sendiri
ATMR x 100%
Laba Bersih sebelum pajak
Total Aktiva x 100%
73
FDR adalah rasio yang menyatakan seberapa jauh kemampuan bank
dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengendalikan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin
tinggi rasio ini, memberikan indikasi semakin rendahnya likuiditas bank yang
bersangkutan.10
Rasio FDR ini dirumuskan sebagai berikut :
c. Inflasi
Inflasi adalah kenaikan dalam harga barang dan jasa yang terjadi karena
permintaan pasar bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang
di pasar.11
Besar kecilnya laju inflasi akan mempengaruhi suku bunga dan
kinerja keuangan perusahaan khususnya dari sisi profitabilitas. Semakin
meningkat (inflasi), akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada sektor
perbankan.
Rumus untuk menghitung laju inflasi:
10 Ibid., h. 116.
11 Sadono Sukirno, Makroekonomi Suatu Pengantar, h. 333.
Total Pembiayaan
Total Dana Pihak Ketiga x 100%
Harga Sekarang
Harga Tahun Dasar x 100%
74
e. BI rate
BI rate(suku bunga) adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan
sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik.12
Dalam penelitian ini, data BI rate bersumber dari
hasil pubilkasi oleh Bank Indonesia.
C. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan guna memperoleh hasil
regresi yang bisa dipertanggungjawabkan dan mempunyai hasil yang tidak bias.
Dari pengujian tersebut asumsi-asumsi yang harus dipenuhi adalah data yang
dihasilkan terdistribusi normal (normalitas), tidak terdapat korelasi yang erat
antara variabel independen (multikolinearitas), tidak terdapat korelasi residual
periode t dengan t-1 (autokorelasi), dan tidak terjadi ketidaksamaan varian dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (heterokedastisitas). Adapun
pengujian asumsi klasik terdiri dari :
1. Uji Normalitas
Menurut Ghozali13
, uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi
12
http://finansial.bisnis.com/read/20150114/11/390588/apa-pengertian-fungsi-sejarah-bi-
rate-simak-selengkapnya diakses pada 21 April 2015. 13
Imam Ghozali, Aplikasi analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang:
Universitas Diponegoro, 2011), h.160.
75
tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Cara untuk mengetahui normalitas residual
adalah melalui analisis grafik (Histogram dan Normal P-Plot), dan analisis
statistik (Kolmogorov – Smirnov). Analisis grafik, yaitu dengan melihat grafik
Histogram dan grafik P-Plot yang membandingkan distribusi komulatif dari
distribusi normal, dasar pengambilan keputusan:
1.Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
2.Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Analisis statistik yaitu melalui uji Kolmogorov – Smirnov dimana bila nilai
asymp sig (2 tailed) dibawah 0,05 maka data dalam penelitian ini telah
berdistribusi secara normal.
Apabila ditemukan data yang tidak berdistribusi normal, maka data perlu
ditransformasi agar data terdistribusi normal. Untuk menormalkan data
sebelumnya harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana bentuk histogram dari
data yang ada. Berikut ini bentuk-bentuk histogram yang akan dijadikan acuan
sebelum menentukan jenis transformasi data yang tepat.
76
77
2. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali15
, uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pengamatan satu
ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas begitu juga sebaliknya
jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Adapun beberapa cara untuk mendeteksi
ada atau tidaknya heteroskedastisitas:
1. Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu
ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
anatara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi,
dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di
studentized.
Dasar analisis:
1.Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
15
Ibid., h.139.
78
3. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika terjadi korelasi maka
terdapat masalah multikolinieritas sehingga model regresi tidak dapat digunakan.
Pengujian ini dapat dilihat melalui nilai Variance Inflation Factor (VIF) dengan
ketentuan sebagai berikut:16
a. Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) ≥ 10 maka terdapat persoalan
multikolinieritas diantara variabel bebas.
b. Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) ≤ 10 maka tidak terdapat persoalan
multikolinieritas diantara variabel bebas.
4. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali17
, uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam
model regresi liner ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan penganggu) tidak bebas
dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada
atau tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini yaitu dengan uji Durbin-Watson.
16
Ibid., h.105. 17
Ibid., h.110.
79
Menurut Suliyanto18
, salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya
masalah autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW < dL
2. Tanpa kesimpulan, jika dL < nilai DW < dU
3. Tidak ada autokorelasi, jika dU < nilai DW < 4-dU
4. Tanpa kesimpulan, jika 4-dU < nilai DW < 4-dL
5. Terjadi autokorelasi negative, jika nilai DW > 4dL.
D. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda (multiple regression) diterapkan untuk
memecahkan kasus yang memiliki satu variabel dependen dengan beberapa atau
lebih dari satu variabel independen.19
Menurut Sugiyono20
, analisis regresi
berganda digunakan oleh peneliti apabila peneliti bermaksud meramalkan
bagaimana keadaan (naik-turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau
lebih variabel independen sebagai faktor predictor dimanipulasi (dinaik turunkan
nilainya). Persamaan regresi untuk empat prediktor adalah:
Keterangan:
18
Suliyanto, Ekonomi Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS, (Yogyakarta:
Medikom, 2011), h. 129.
19 Sugiama Gima, Metode Penelitian Bisnis dan Manajemen, (Bandung: Guardaya
Intimarta, 2008), h. 238. 20
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, h. 277.
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
80
Y = Return On Asset (ROA)
α = Konstanta, merupakan nilai terkait yang dalam hal ini adalah Y pada
saat variabel independennya adalah 0 (X1, X1, X1 =0).
β1 = Koefisien regresi variabel independen X1 terhadap variabel Y, bila
variabel X2, X3, dan X4 dianggap konstan.
β2 = Koefisien regresi variabel independen X2 terhadap variabel Y, bila
variabel X1, X3 dan X4 dianggap konstan.
β3 = Koefisien regresi variabel independen X3 terhadap variabel Y, bila
variabel X1, X2dan X4 dianggap konstan.
β4 = Koefisien regresi variabel independen X4 terhadap variabel Y, bila
variabel X1, X2 dan X3 dianggap konstan.
X1 = Capital Adequacy Ratio (CAR) yang merupakan variabel independen
ke-1.
X2 = Financing to Deposit Ratio (FDR) yang merupakan variabel independen
ke-2.
X3 = Inflasi yang merupakan variabel independen ke-3.
X4 = BI rate yang merupakan variabel independen ke-4.
E. Uji Hipotesis
81
Metode pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan secara parsial
(uji t) dan pengujian secara simultan (uji F) serta analisis koefisien determinasi
(R2), pengujian hipotesis tersebut sebagai berikut:
21
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) pada dasarnya menunjukan apakah
semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Tingkat
kepercayaan yang digunakan dalam uji t ini adalah 95% atau taraf signifikan 5%
(α = 0,05).
Adapun hipotesis dalam uji F ini adalah:
a. Ho = tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel independen secara
simultan terhadap variabel dependen.
b. H1 = terdapat pengaruh signifikan dari variabel independen secara simultan
terhadap variabel dependen.
Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima.
2. Uji Parsial (Uji-t)
21
Imam Ghozali, Aplikasi analisis Multivariate dengan Program SPSS, h. 98.
82
Uji-t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam uji-t ini adalah 95% atau taraf
signifikan 5% (α = 0,05).
Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
3. Koefisien Determinasi (R2)
Tujuan pengujian ini adalah untuk menguji tingkat keeratan atau
keterkaitan antara variabel dependen dengan variabel independen yang bisa dilihat
dari besarnya nilai koefisien determinasi (Adjusted R-Square). Dalam perhitungan
koefisien determinasi (R2) ini menggunakan adjusted R Square. Adjusted R
Square adalah suatu indikator yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
penambahan suatu variabel independen ke dalam suatu persamaan regresi. Nilai
adjusted R Square telah dibebaskan dari pengaruh derajat kebebasan (degree of
freedom) yang berarti nilai tersebut telah benar-benar menunjukkan bagaimana
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila nilai Adjusted
R-Square semakin mendekati 1, maka tingkat keeratannya juga semakin tinggi.
83
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Gambaran Umum Bank Syariah di Indonesia
Perkembangan bank syariah di Indonesia bermula dengan beroperasinya
Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992 dan sekaligus merupakan tonggak
penting dalam pengembangan ekonomi syariah di Indonesia. Dengan
diterbitkannya UU No. 10 tahun 1998 yang memungkinkan perbankan
menjalankan dual banking system atau dengan kata lain bank konvensional dapat
mendirikan divisi syariah. Hal tersebut dimanfaatkan bank-bank konvensional
untuk membuka cabang unit usaha syariah di Indonesia.
Kemudian dengan dikeluarkannya UU No. 10/1998 tentang perubahan atas
UU No. 7/1997 tentang bank umum yang dijalankan dengan prinsip syariah maka
keberadaan bank syariah di Indonesia semakin kokoh dan diakui keberadaannya.
Dengan kebijakan tersebut, memberikan dampak positif bagi perbankan syariah di
Indonesia seperti meluasnya jumlah kantor dan meningkatnya total asset
perbankan syariah secara umum di Indonesia. Selanjutnya terjadi perkembangan
yang pesat ketika Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan berupa pemberian izin
kepada bank-bank konvensional untuk mendirikan Unit Usaha Syariah (UUS),
sehingga dengan berbagai kebijakan tersebut perkembangan bank syariah di
Indonesia semakin meningkat terutama jika dilihat dari jumlah kantor dan asset
perbankan syariah di Indonesia secara umum hingga saat ini.
84
0
1
2
3
2010 2011 2012 2013 2014
ROA
2. Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini menggunakan objek penelitian pada Bank Umum Syariah di
Indonesia yang telah memenuhi kriteria sampel. Sehingga jumlah bank yang
dijadikan objek penelitian yaitu sebanyak 4 bank umum syariah diantaranya
adalah Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah,
Bank Syariah Mega Indonesia.
a. Perkembangan ROA
Grafik 4.1
Perkembangan ROA
Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2014 oleh OJK, diolah kembali
Dari grafik 4.1 di atas dapat dilihat bahwa rasio ROA sepanjang tahun
2010-2014 mengalami fluktuatif, meskipun akhirnya mengalami turun drastis di
tahun 2014. Selama tahun 2010-2012 ROA mengalami trend yang bagus terbukti
mengalami peningkatan pada periode tahun tersebut. Namun di tahun 2014, ROA
mengalami penurunan drastis yaitu sebesar 60% (yoy).
85
12
13
14
15
16
17
2010 2011 2012 2013 2014
CAR
80859095
100105
2010 2011 2012 2013 2014
FDR
b. Perkembangan CAR
Grafik 4.2
Perkembangan CAR
Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2014 oleh OJK, diolah kembali
Berdasarkan grafik 4.2 di atas, rasio CAR sepanjang tahun 2010-2014
mengalami fluktuatif. Pada tahun 2010-2011 CAR meningkat meskipun hanya
sekitar 2,33% (yoy). Namun pada tahun 2012 CAR mengalami penurunan sebesar
15% (yoy). Kemudian CAR mengalami kenaikan kembali di tahun 2013-2014.
c. Perkembangan FDR
Grafik 4.3
Perkembangan FDR
Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2014 oleh OJK, diolah kembali
Pada grafik 4.3 di atas, terlihat pergerakan FDR yang mengalami fluktuatif
sepanjang tahun 2010-2014. Sepanjang periode tahun tersebut, hanya pada tahun
2012 FDR mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan
tahun sebelum dan setelahnya. Meskipun hanya meningkat sebesar 12,43% di
86
0
2
4
6
8
10
2010 2011 2012 2013 2014
INFLASI
tahun 2012, namun ini merupakan peningkatan FDR sepanjang periode 2010-
2014, sedangkan di tahun 2014, FDR mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya sebesar 8,79%.
d. Perkembangan Inflasi
Grafik 4.4
Perkembangan Inflasi
Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2014 oleh OJK, diolah kembali
Dari grafik 4.4 tersebut, terlihat bahwa sepanjang tahun 2010-2014 inflasi
terus merangkak naik. Selama periode tersebut tercatat hanya di tahun 2011 inflasi
mengalami penurunan sekitar 45,54%, sedangkan di tahun-tahun berikutnya
inflasi terus meroket hingga akhirnya mencapai angka 8,38% inflasi yang terjadi
tepatnya di tahun 2013 dan hanya turun sekitar 0,23% di tahun 2014 menjadi
8,36%.
87
0
2
4
6
8
10
2010 2011 2012 2013 2014
BI Rate
e. Perkembangan BI rate
Grafik 4.5
Perkembangan BI rate
Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2014 oleh OJK, diolah kembali
Berdasarkan grafik 4.5, terlihat bahwa pergerakan BI rate mengalami
fluktuatif sepanjang tahun 2010-2014. BI rate mengalami penurunan 2 tahun
berturut-turut yaitu di tahun 2011 dan 2012. Pada tahun 2011 BI rate menurun
sekiitar 7,69% (yoy) sedangkan di tahun 2012 BI rate menurun sekitar
4,16%(yoy), sedangkan pada tahun 2013-2014 BI rate mengalami peningkatan
sebagai respon dari meningkatnya laju inflasi pada tahun yang sama.
C. Hasil dan Pembahasan
1. Analisis Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel bebas dan variabel terikat mempunyai distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik yaitu memiliki distribusi yang normal. Untuk menguji
normalitas data dalam penelitian ini menggunakan diagram Histogram dan
88
89
90
Tabel 4.1 Uji Kolmogorov-Smirnov (Data Asli)
Sumber: Data Sekunder diolah, 2015
Berdasarkan hasil tabel 4.1 di atas, menunjukkan bahwa data belum
terdistri busi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Kolmogorov-Smirnov
sebesar 1,709 dan signifikansi pada 0,006 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Hal
ini berarti data residual terdistribusi secara tidak normal, karena nilai nilai
signifikansi kurang dari 0,05. Untuk memperoleh hasil terbaik maka dilakukan
transformasi data. Berdasarkan output grafik dari masing-masing variabel, maka
diperoleh hasil transformasi terbaik yaitu dalam bentuk SQRT dan LOG10.
Variabel ROA dan FDR termasuk dalam bentuk transformasi LOG10, sedangkan
variabel CAR, Inflasi, dan BI rate termasuk dalam bentuk transformasi SQRT.
Sehingga diperoleh hasil pengujian normalitas data sebagai berikut:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 76
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation 1.54660835
Most Extreme Differences
Absolute .196
Positive .143
Negative -.196
Kolmogorov-Smirnov Z 1.709
Asymp. Sig. (2-tailed) .006
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
91
92
uji normalitas data dengan pendekatan analisis statistik berupa uji Kolmogorov-
Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov (Data Transformasi)
Sumber: Data Sekunder diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diperoleh hasil uji Kolmogorov-Smirnov
sebesar 0,881 dengan tingkat signifikansi 0,420 yang berada di atas 0,05. Hal ini
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 74
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation .25657292
Most Extreme Differences
Absolute .102
Positive .086
Negative -.102
Kolmogorov-Smirnov Z .881
Asymp. Sig. (2-tailed) .420
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
93
94
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi penelitian
ini.
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak
terjadi
multikolinearitas. Menurut Ghozali1, untuk menguji ada tidaknya
multikolinearitas digunakan VIF(Variance Inflacition Factor). Jika nilai VIF
dibawah 10 maka model regresi yang diajukan tidak terdapat gejala
multikolinearitas, begitu sebaliknya jika lebih besar dari 10 maka terjadi gejala
multikolinearitas. Hasil pengujian multikolinearitas dapat ditunujukkan sebagai
berikut:
1 Imam Ghozali, Aplikasi analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang:
Universitas Diponegoro, 2011), h.105-106.
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
SQRT_CAR .817 1.224
LOG10_FDR .820 1.219
95
Tabel
4.3
Uji
Multikolinearitas
Berdasarkan tabel 4.3 di atas nilai VIF untuk seluruh variabel bebas yang
terdiri dari CAR (X1), FDR (X2), inflasi (X3), dan BI rate (X4), memiliki nilai
VIF dibawah 10, sehingga model regresi yang diajukan dalam penelitian ini tidak
memiliki gejala multikolinearitas.
d. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-
Watson. Uji Durbin-Watson merupakan uji yang banyak dipakai untuk
mengetahui ada tidaknya autokorelasi2. Berikut ini hasil dari pengujian
autokorelasi sebagai berikut:
Tabel 4.4 Uji Durbin Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .546a .298 .257 .26391 1.858
a. Predictors: (Constant), SQRT_BIRATE, LOG10_FDR, SQRT_Inflasi, SQRT_CAR
b. Dependent Variable: LOG10_ROA
Sumber: Data Sekunder diolah, 2015
2 Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika denganEviews, h. 27.
SQRT_Inflasi .919 1.089
SQRT_BIRATE .862 1.161
a. Dependent Variable: LOG10_ROA
96
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, maka diperoleh nilai Durbin Watson (DW)
sebesar 1,858. Dengan demikian, nilai Durbin Watson tersebut berada pada
interval 1,73985 (dU) sampai dengan 2,26015 (4-dU) , sehingga dapat dipastikan
bahwa model regresi linear berganda tersebut tidak terjadi gejala autokorelasi.
2. Uji Hipotests
a. Uji Simultan (Uji-F)
Uji-F digunakan untuk menjelaskan variabel bebas (CAR, FDR, Inflasi,
dan BI rate) secara simultan atau serentak terhadap variabel terikat (ROA).
Adapun hasil perhitungan yang diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.5 Uji-F
Sumber: Data Sekunder diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat dikatakan bahwa variabel independen
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat
diketahui dari nilai F hitung sebesar 7,329 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000
yang berarti berada dibawah 0,05 ( < 0,05 ). Sehingga Ho ditolak dan H1 diterima
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 2.042 4 .510 7.329 .000b
Residual 4.806 69 .070
Total 6.847 73
a. Dependent Variable: LOG10_ROA
b. Predictors: (Constant), SQRT_BIRATE, LOG10_FDR, SQRT_Inflasi, SQRT_CAR
97
yang artinya variabel bebas (CAR, FDR, Inflasi, dan BI rate) secara simultan atau
serentak mempunyai pengaruh terhadap ROA pada bank umum syariah.
a. Uji Parsial (Uji-t)
Uji-t digunakan untuk menjelaskan variabel bebas (CAR, FDR, Inflasi,
dan BI rate) secara parsial terhadap variabel terikat (ROA). Adapun hasil
perhitungan yang diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.6 Uji-t
Berdasarkan hasil uji-t di atas, dapat dikatakan bahwa:
1. Variabel CAR memiliki nilai t hitung sebesar -1,528 dengan tingkat
signifikansi 0,131 yang berarti berada di atas 0,05. Dengan demikian Ha
ditolak, artinya secara parsial variabel CAR tidak berpengaruh signifikan
terhadap ROA Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010-2014.
2. Variabel FDR memiliki memiliki nilai t hitung sebesar 0,479 dengan tingkat
signifikansi 0,633 yang berarti berada di atas 0,05. Dengan demikian Ha
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 2.267 1.840 1.232 .222
SQRT_CAR -.127 .083 -.171 -1.528 .131
LOG10_FDR .427 .890 .053 .479 .633
SQRT_Inflasi -.145 .079 -.192 -1.826 .072
SQRT_BIRATE -.890 .239 -.405 -3.729 .000
a. Dependent Variable: LOG10_ROA
98
ditolak, artinya secara parsial variabel FDR tidak berpengaruh signifikan
terhadap ROA Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010-2014.
3. Variabel Inflasi memiliki memiliki nilai t hitung sebesar -1,826 dengan tingkat
signifikansi 0,072 yang berarti berada di atas 0,05. Dengan demikian Ha
ditolak, artinya secara parsial variabel Inflasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap ROA Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010-2014.
4. Variabel BI rate memiliki memiliki nilai t hitung sebesar -3,729 dengan tingkat
signifikansi 0,000 yang berarti berada dibawah 0,05. Dengan demikian Ha
diterima, artinya secara parsial variabel BI rate berpengaruh signifikan
terhadap ROA Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010-2014.
C. Hasil Koefisien Determinasi (R2)
T
a
b
e
l
4.7 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .546a .298 .257 .26391
a. Predictors: (Constant), SQRT_BIRATE, LOG10_FDR, SQRT_Inflasi, SQRT_CAR
b. Dependent Variable: LOG10_ROA
99
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, nilai adjusted R square yang diperoleh
sebesar 0,257 yang berarti bahwa variabel terikat (ROA) mampu dijelaskan secara
simultan oleh variabel bebas (CAR, FDR, Inflasi, dan BI rate) sebesar 25,7%,
sedangkan sisanya sebesar 74,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model
penelitian ini.
3. Persamaan Regresi
a. Analisis Regresi Linear Berganda
Hasil pengujian terhadap model regresi berganda pada variabel bebas
(CAR, FDR, Inflasi, dan BI rate) terhadap variabel terikat (ROA) Bank Umum
Syariah di Indonesia sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda
Sumber: Data Sekunder diolah, 2015
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 2.267 1.840 1.232 .222
SQRT_CAR -.127 .083 -.171 -1.528 .131
LOG10_FDR .427 .890 .053 .479 .633
SQRT_Inflasi -.145 .079 -.192 -1.826 .072
SQRT_BIRATE -.890 .239 -.405 -3.729 .000
a. Dependent Variable: LOG10_ROA
100
Model persamaan regresi linear berganda pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
LOG10ROA = α + β1SqrtCAR + β2LOG10FDR + β3SqrtInflasi+ β4SqrtBI
rate+ e
Berdasarkan model regresi linear berganda di atas, maka diperoleh
persamaan model penelitian sebagai berikut:
LOG10ROA = 2,267 – 0,127 SqrtCAR + 0,427 LOG10FDR – 0,145
SqrtInflasi – 0,890 SqrtBI rate + e
Dari model penelitian di atas dapat dikatakan bahwa:
1. Konstanta sebesar 2,267 menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap
konstan, maka besarnya rata-rata tingkat profitabilitas sebesar 2,267.
2. Koefisien regresi SqrtCAR sebesar -0,127 menyatakan bahwa CAR
berpengaruh negatif terhadap ROA Bank Umum Syariah periode 2010-2014.
3. Koefisien regresi LOG10FDR sebesar 0,427 menyatakan bahwa FDR
berpengaruh positif terhadap ROA Bank Umum Syariah periode 2010-2014.
4. Koefisien regresi SqrtInflasi sebesar -0,145 menyatakan bahwa inflasi
berpengaruh negatif terhadap ROA Bank Umum Syariah periode 2010-2014.
5. Koefisien SqrtBIRate sebesar -0,890 menyatakan bahwa BI rate berpengaruh
negatif terhadap ROA Bank Umum Syariah periode 2010-2014.
4. Interpretasi
101
Setelah memperoleh hasil pengujian statistik, ternyata hasil yang didapat
tidak semuanya yang mendukung hipotesis. Secara garis besar dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Pengujian Hipotesis 1 (H1)
Hipotesis pertama yang diajukan menyatakan bahwa CAR berpengaruh
signifikan dan positif terhadap ROA. Dari hasil penelitian diperoleh koefisien
regresi untuk variabel CAR sebesar – 0,127 dengan nilai signifikansi 0,131 ,
dimana nilai ini tidak signifikan pada tingkat signifikansi 0,05, karena lebih besar
dari 0,05. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa CAR
berpengaruh signifikan dan positif terhadap ROA Bank Umum Syariah di
Indonesia tidak diterima, sedangkan berdasarkan persamaan regresi terlihat bahwa
koefisien untuk variabel ini bernilai negatif, sehingga dapat diartikan bahwa
pengaruh yang diberikan oleh variabel CAR terhadap ROA adalah negatif.
Kondisi ini mengandung arti bahwa semakin tinggi nilai CAR bank umum syariah
maka mengakibatkan penurunan pada ROA bank umum syariah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan CAR tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas bank, karena
penambahan modal pada bank belum dapat dimaksimalkan menjadi laba yang
dapat meningkatkan profitabilitas bank. Hal ini disebabkan karena bank lebih
berhati-hati dalam mengalokasikan modal pada sektor-sektor aktiva produktif
102
yang seharusnya dapat dikonversi menjadi laba yang signifikan terhadap tingkat
profitabilitas bank seperti pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Bahkan
kemungkinan bank menggunakan modal tersebut untuk menutupi aktiva-aktiva
yang bermasalah seperti pembiayaan macet yang terjadi karena nilai NPF yang
tinggi, atau dimungkinkan bank mengalokasikan modal yang ada untuk
membiayai aktiva tetap sebagai langkah ekspansi seperti membuka cabang baru
yang hampir bisa dipastikan akan meningkatkan pengeluaran dalam bentuk
pengadaan tangible assets seperti kantor cabang/kantor cabang pembantu dan
intangible assets seperti dalam bentuk promosi dan marketing/pemasaran
Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian dari Dhika Rahma Dewi
(2010), M. Shalahuddin Fahmy (2013), dan Muh. Ruslan Abdullah (2014) yang
menunjukkan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap
ROA.
b. Pengujian Hipotesis 2 (H2)
Hipotesis kedua yang diajukan menyatakan bahwa FDR berpengaruh
signifikan dan positif terhadap ROA. Dari hasil penelitian diperoleh koefisien
regresi untuk variabel FDR sebesar 0,427 dengan nilai signifikansi 0,633, dimana
nilai ini tidak signifikan pada tingkat signifikansi 0,05, karena lebih besar dari
0,05. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa FDR
berpengaruh signifikan dan positif terhadap ROA Bank Umum Syariah di
Indonesia tidak diterima, sedangkan berdasarkan persamaan regresi terlihat bahwa
koefisien untuk variabel ini bernilai positif, sehingga dapat diartikan bahwa
103
pengaruh yang diberikan oleh variabel FDR terhadap ROA adalah positif. Kondisi
ini mengandung arti bahwa semakin tinggi nilai FDR bank umum syariah maka
mengakibatkan peningkatan pada ROA bank umum syariah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan FDR tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas bank, karena nilai
FDR suatu bank umum syariah belum tentu menjadi tolak ukur bagi bank dalam
hal profitabilitas. Berdasarkan data yang ada pada penelitian, pembiayaan yang
telah disalurkan jika dilihat dari rasio FDR sudah cukup baik dengan rata-rata
90,17%, namun disisi lain terdapat kondisi dimana indikator dari pembiayaan
bermasalah yang dikenal dengan NPF mengalami kecenderungan naik meskipun
rata-rata belum menyentuh angka 5%. Bank umum syariah dalam penelitian ini
lebih cenderung menjaga likuiditasnya pada titik aman sehingga ekspansi
pembiayaan dengan memanfaatkan dana pihak ketiga ini belum sepenuhnya
optimal, sehingga belum bisa sepenuhnya berkontribusi secara signifikan terhadap
tingkat profitabilitas bank.
Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian dari Dhika Rahma Dewi
(2010), M. Shalahuddin Fahmy (2013), dan Muh. Ruslan Abdullah (2014) yang
menunjukkan bahwa FDR tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap ROA.
c. Pengujian Hipotesis 3 (H3)
Hipotesis ketiga yang diajukan menyatakan bahwa inflasi berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap ROA. Dari hasil penelitian diperoleh koefisien
regresi untuk variabel inflasi sebesar -0,145 dengan nilai signifikansi 0,072,
104
dimana nilai ini tidak signifikan pada tingkat signifikansi 0,05, karena lebih besar
dari 0,05. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa inflasi
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap ROA Bank Umum Syariah di
Indonesia tidak diterima, sedangkan berdasarkan persamaan regresi terlihat bahwa
koefisien untuk variabel ini bernilai negatif, sehingga dapat diartikan bahwa
pengaruh yang diberikan oleh variabel inflasi terhadap ROA adalah negatif.
Kondisi ini mengandung arti bahwa semakin tinggi nilai inflasi maka
mengakibatkan penrunan pada ROA bank umum syariah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan inflasi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas bank. Teori yang
menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif dalam penelitian ini tidak terbukti,
meskipun terjadi kenaikan inflasi yang cukup tinggi sepanjang tahun 2013-2014,
namun keadaan tersebut tidak cukup mempengaruhi ROA bank umum syariah.
Hal ini diasumsikan bahwa bank syariah melakukan beberapa antisipasi dan
kebijakan dalam menghadapi efek yang ditimbulkan inflasi. Selain itu ada peran
Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam menstabilkan nilai uang. Maka dengan
asumsi kedua hal tersebut membuat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
ROA bank umum syariah dalam penelitian ini. Hasil ini sesuai dengan teori
ekonomi islam murni yang menjelaskan bahwa pada ekonomi islam lebih
mengutamakan perputaran uang pada sektor riil sehingga ada kesesuaian antara
Money Supply dan Money Demand yang membuat inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
105
Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian dari Adi Stiawan (2009),
Sartika Dewi Kurniasari (2012), Liyana (2012), dan Achmad Aditya Ramadhan
(2013) yang menunjukkan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap ROA.
d. Pengujian Hipotesis 4 (H4)
Hipotesis keempat yang diajukan menyatakan bahwa BI rate berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap ROA. Dari hasil penelitian diperoleh koefisien
regresi untuk variabel BI rate sebesar -0,890 dengan nilai signifikansi 0,000,
dimana nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05, karena lebih kecil dari
0,05. Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan bahwa BI rate
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap ROA Bank Umum Syariah di
Indonesia diterima, sedangkan berdasarkan persamaan regresi terlihat bahwa
koefisien untuk variabel ini bernilai negatif, sehingga dapat diartikan bahwa
pengaruh yang diberikan oleh variabel BI rate terhadap ROA adalah negatif.
Kondisi ini mengandung arti bahwa semakin tinggi nilai BI rate maka
mengakibatkan penrunan pada ROA bank umum syariah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan BI rate berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas bank. Ketika Bank Indonesia (BI)
mengeluarkan kebijakan dengan menaikkan atau menurunkan BI rate, maka hal
ini akan diikuti oleh naik atau turunnya suku bunga tabungan dan kredit pada
bank konvensional secara umum. Ketika BI rate diasumsikan sedang naik, maka
akan direspon oleh bank konvensional secara umum dengan menaikkan tingkat
106
suku bunga tabungan, deposito dan kredit. Selanjutnya dengan kondisi demikian,
maka hal ini akan memicu masyarakat untuk beralih dan memindahkan dananya
ke bank konvensional dengan alasan tingkat pengembalian (return) yang lebih
tinggi dan lebih pasti ketimbang dengan bagi hasil yang ditawarkan pada bank
syariah.Sehingga hal ini membuat Dana Pihak Ketiga (DPK) bank syariah
terancam dan pada akhirnya mengganggu profitabilitas bank.
Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sukirno3, yang
menyatakan bahwa faktor-faktor ekonomi makro seperti suku bunga berpengaruh
terhadap profitabilitas bank. Selain itu hasil temuan juga ini mendukung hasil
penelitian dari Ayu Yanita Sahara (2013), dan Liyana (2012) yang menunjukkan
bahwa BI rate berpengaruh signifikan dan negatif terhadap ROA.
3 Sadono Sukirno, Makroekonomi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2003), h. 93.
106
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini mencoba untuk menjawab tujuan penelitian, yaitu untuk
mengumpulkan bukti empiris mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR),
Financing to Deposit Ratio (FDR), Inflasi, dan BI rate terhadap Return On Asset
(ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010-2014. Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis dengan menggunakan anilisis regresi linear berganda dengan
empat variabel independen (CAR, FDR, Inflasi, dan BI rate) dan satu variabel
dependen ROA menunjukkan bahwa:
1. Variabel CAR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap ROA bank umum
syariah di Indonesia karena nilai probabilitasnya sebesar 0,131 yang berarti
berada di atas tingkat signifikansi sebesar 0,05. Sehingga Ha yang menyatakan
bahwa rasio CAR berpengaruh signifikan positif terhadap ROA bank umum
syariah di Indonesia ditolak.
2. Variabel FDR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap ROA bank umum
syariah di Indonesia karena nilai probabilitasnya sebesar 0,633 yang berarti
berada di atas tingkat signifikansi sebesar 0,05. Sehingga Ha yang menyatakan
bahwa rasio FDR berpengaruh signifikan positif terhadap ROA bank umum
syariah di Indonesia ditolak.
107
3. Variabel Inflasi tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA bank
umum syariah di Indonesia karena nilai probabilitasnya sebesar 0,072 yang
berarti berada di atas tingkat signifikansi sebesar 0,05. Sehingga Ha yang
menyatakan bahwa rasio Inflasiberpengaruh signifikan negatif terhadap ROA
bank umum syariah di Indonesia ditolak.
4. Variabel BI rate berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA bank umum
syariah di Indonesia karena nilai probabilitasnya sebesar 0,000 yang berarti
berada di bawah tingkat signifikansi sebesar 0,05. Sehingga Ha yang
menyatakan bahwa rasio BI rate berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA
bank umum syariah di Indonesia dapat diterima.
B. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna. Hal ini karena dalam penelitian ini hanya menggunakan 4 variabel
independen tertentu saja (CAR, FDR, Inflasi, dan BI rate) dan juga hanya
menggunakan 4 Bank Umum Syariah di Indonesia sebagai objek
penelitian.Sehingga diharapkan kepada penelitian mendatang yang terkait dengan
tema penelitian ini agar lebih menambah variabel independen seperti rasio-rasio
keuangan dan variabel makroekonomi lainnya yang dianggap dapat
mempengaruhi profitabilitas bank syariah dan diharapkan menambah jumlah
objek penelitian agar lebih merepresentasikan kondisi perbankan syariah di
Indonesia.
108
C. Saran
1. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, maka disarankan bagi pihak
manajemen perbankan syariah agar selalu meningkatkan laba perusahaan yang
dihasilkan dari aset-aset yang dimiliki bank atau yang dikenal dengan Return
On Asset (ROA) dengan memanfaatkan rasio CAR yang ada agar lebih optimal
dengan cara lebih mengalokasikan modal yang ada untuk aktiva-aktiva
produktif seperti berbagai macam pembiayaan, terlebih lagi untuk sektor
pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Sehingga pada akhirnya sumber
modal tersebut dapat dikonversi menjadi pendapatan bagi bank dan dapat
meningkatkan ROA bank.
2. Pihak manajemen harus lebih mengoptimalkan nilai FDR mengingat rasio ini
berhubungan dengan pembiayaan yang ada pada bank dengan menggunakan
dana pihak ketiga (DPK) dan pembiayaan merupakan termasuk salah satu
sumber pendapatan utama bagi bank, maka pihak manajemen diharapkan
mampu mengoptimalisasi pembiayaan dengan meningkatkan porsi pembiayaan
mudharabah dan musyarakah, meskipun tergolong kedalam kategori
pembiayaan yang Uncertainty Contract (UC), namun apabila dikelola dengan
baik dan optimal maka akan lebih meningkatkan profitabilitas bank ketimbang
dengan margin dari produk pembiayaan murabahah dan sebagainya yang
termasuk dalam kategori Certainty Contract (CC), sehingga pada akhirnya
mampu meningkatkan ROA bank. Disamping itu, pihak manajemen juga
diharapkan agar selalu menjaga rasio likuiditas bank dengan manajemen
109
aktiva-pasiva bank yang baik agar kewajiban-kewajiban (khususnya kewajiban
jangka pendek) bisa terkendali dan tingkat kesehatan bank tetap terjaga.
Sehingga hal ini mampu menjaga kepercayaan nasabah, dan pada akhirnya
pertumbuhan DPK bisa meningkat. Ketika DPK bank meningkat, maka ini
akan menambah power bagi bank untuk selanjutkan dimanfaatkan ke sektor
aktiva yang produktif bagi bank.
3. Pihak manajemen perbankan syariah juga perlu mensiasati tingkat inflasi di
Indonesia, sehubungan inflasi sangat berpengaruh terhadap kegiatan
operasional perbankan yang dapat berakibat menurunnya ROA bank. Oleh
karena itu, startegi seperti menekan dan optimalisasi biaya operasional harus
segera dilakukan agar efisiensi perusahaan terjaga, kemudian memilih sektor
investasi yang menguntungkan meskipun sedang terjadi inflasi, selanjutnya
mengingat tingkat inflasi disetiap negara berbeda-beda, maka alokasi investasi
ke negara lain bisa menjadi alternatif ketika di negara sendiri sedang terjadi
kenaikan inflasi yang cukup tinggi agar pendapatan perusahaan tidak terganggu
saat terjadi inflasi yang tinggi, sehingga pada akhirnya ROA bank bisa
meningkat.
4. Pihak manajemen perbankan syariah harus mampu mensiasati pergerakan BI
rate yang sedang terjadi. Sebagaimana kita ketahui bahwa sistem bunga tidak
dianut oleh perbankan syariah di negara manapun, sehingga secara teoritis
tidak akan berpengaruh terhadap operasional perbankan syariah itu sendiri.
Namun tidak dalam penelitian ini, BI rate berpengaruh signifikan negatif
terhadap ROA bank syariah. Hal ini menjadi peringatan kepada manajemen
110
perbankan syariah untuk mensiasati pergerakan BI rate secara seksama. Naik-
turunnya BI rate menjadi sinyal bagi setiap bank, termasuk bank syariah karena
hal tersebut menentukan besaran suku bunga simpanan dan pinjaman pada
bank konvensional. Oleh sebab itu, upaya-upaya seperti penetapan nisbah bagi
hasil dan margin oleh manajemen bank syariah hendaklah memperhatikan
besaran suku bunga simpanan dan pinjaman pada bank konvensional agar
kompetitif, sehingga pada akhirnya besaran suku bunga dan return yang
ditawarkan bank konvensional tidak terlalu mempengaruhi masyarakat atau
nasabah. Hal ini demi mengantisipasi terjadinya pemindahan dana besar-
besaran oleh nasabah dan deposan kepada bank konvensional ketika BI rate
sedang tinggi dengan alasan return yang lebih menarik.
111
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Al Arif, M. Nur Rianto. 2011. Teori Makroekonomi Islam “Konsep, Teori, dan
Analisis”, Bandung: Alfabeta.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2006. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik.. Edisi
Revisi 2003 Jakarta: Gema Insani Press.
Arifin, Zainul. 2009. Dasar – Dasar Manajemen B.ank Syariah. Tangerang:
Azkia.
Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS,
Badan Penerbit: Universitas Diponegoro, Semarang.
Gima, Sugiama. 2011. Metode Penelitin Bisnis dan Manajemen. Bandung:
Guardaya Intimarta, 2008), h. 238.
Hasibuan, Drs. H. Malayu S.P. 2007. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Ismail. 2011. Manajemen Perbankan: DariTeori Menuju Aplikasi. Edisi 1 Cet. 2.
Jakarta: Kencana.
Loen dan Ericson. 2008. Manajemen Aktiva dan Pasiva Bank . Jakarta: Grasindo.
Munawir, 2004. Analisa Laporan Keuangan.Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty.
Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Mulyono, Teguh Pudjo. 2005.Analisa Laporan Keuangan untuk
Perbankan,EdisiRevisi. Jakarta.: Djambatan.
112
Nadratuzzaman, Muhammad Hosen dkk. 2005. Perbankan Syari’ah. Jakarta:
Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah.
Supomo, Bambang dan Nur Indrianto. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi
Revisi. Yogyakarta: BPFE.
Rivai, H. Veithzal, Andria Permata Veithzal dan Ferry N. Idroes, Bank and
Financial Institution Management, Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2007.
Riyanto, Bambang. 2008.Dasar-DasarPembelajaran Perusahaan.Yogyakarta:
BPFE.
Sartono, Agus. 2011. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi, Badan Penerbit
Fakultas Ekonomi.Yogyakarta.
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Keempat, Badan
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Sawir, Agnes. 2009. Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan, Jakarta.:PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Sinungan, Muchdarsyah. 2008. Manajemen Dana Bank, Edisi kedua,Jakarta.: PT.
Bumi Aksara.
Sudarsono, Heri. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta:
Ekonisia.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sukirno, Sadono. 2003. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
113
Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi denngan SPSS.
Yogyakarta: Mediakom.
Susilo, Sri Y. 2008. Lembaga dan Keuangan Bank. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba
Empat.
Umi, Narimawati. 2008. Analisis Multivariat untuk Penelitian
Ekonomi.Yogyakarta.: Graha Ilmu.
HASIL PENELITIAN TERDAHULU :
Sahara, Ayu Yanita. 2013. Analisis Pengaruh Inflasi, BI rate BI, dan PDB
terhadap ROA Bank Syariah Di Indonesia. Jurnal. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya.
Stiawan, Adi. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Makro Ekonomi, Pangsa Pasar,
dan Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah. Thesis:
Semarang : Universitas Diponegoro.
Dewi, Dhika Rahma. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas Bank
Syariah Di Indonesia. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Kurniasari, Sartika Dewi. 2012. Analisis Pengaruh Faktor Industri Keuangan,
Makroekonomi Dan Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank
Syariah Di Indonesia. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Liyana. 2012. Analisis Kinerja Dan Prediksi Profitabilitas Sektor Perbankan
Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Bandung: Universitas
Pasundan.
Ramadhan, Achmad Aditya. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Profitabilias Bank Syariah Di Indonesia. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Shalahuddin Fahmy, M. 2013. Pengaruh CAR, NPF, BOPO, dan FDR Terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga.
114
Abdullah, Muh. Ruslan. 2014. Determinan Profitabilitas Perbankan Syariah Di
Indonesia Pasca Krisis Keuangan Global. Jurnal. Palopo: Dosen Jurusan
Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN).
Setiawan, Aziz Budi “Perbankan Syariah: Challenges dan Opportunity Untuk
Pengembangan di Indonesia”, Jurnal Koordinat, Edisi: Vol. VIII No. 1, h.
4.
Wibowo, Edhi Satriyono,”Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO,
NPF erhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Pada Bank Mega Syariah,
Bank Muamalat, dan Bank Syariah Mandiri Tahun 2008-2011)”. Skripsi.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Werdaningtyas, Hesti,” Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Take
Over Pramerger Di Indonesia”. Jurnal Manajemen Indonesia.
WEBSITE :
www.bi.go.id
www.ojk.go.id
www.bps.go.id
www.muamalatbank.co.id
www.syariahmandiri.co.id
www.bnisyariah.co.id
www.megasyariah.co.id
Ahmad Buchory, “OJK: Market Share Bank Syariah 5%”, artikeldiaksespada 10
April 2015 darihttp://ekbis.sindonews.com/read/964020/34/ojk-market-
share-bank-syariah-5-1423810057
http://www.indonesiainvestments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/inflasi-
di-indonesia/item254 diakses pada 27 Desember 2014
http://finance.detik.com/read/2014/01/02/140940/2456664/4/ini-penyebab-
meroketnya-inflasi-2013-dari-bbm-hingga-rokok-kretek diakses pada 27
Desember 2014.
115
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/01/02/102923526/BPS.Inflasi.2014.
Capai.8.36.Persen diakses pada 2 Januari 2015
http://www.academia.edu/8739185/Prinsip_dasar_manajemen_Syariah diakses
pada 4 Juni 2015.
http://finansial.bisnis.com/read/20150114/11/390588/apa-pengertian-fungsi-
sejarah-bi-rate-simak-selengkapnya diakses pada 21 April 2015.
LAIN-LAIN :
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Bank Indonesia. Statistik Perbankan Syariah Desember 2014
http://www.bi.go.id/id/statistik/perbankan/syariah/Pages/sps_1114.aspx
diakses pada 17 Februari 2015.
Otoritas Jasa Keuangan. Publikasi Laporan Perkembangan Keuangan Syariah
2013 http://ojk.go.id/publikasi-laporan-perkembangan-keuangan-syariah-
2013 diakses pada 18 Desember 2014.
Bank Indonesia. 2008. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah Pasal 4. Jakarta : Bank Indonesia,
(http//.www.bi.go.id, 14 Januari 2013).
Accounting and Auditing Standard for Islamic Financial Institution (AAS-IFI)
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 31), Jakarta,
2004.
116
LAMPIRAN
Lampiran 1: Tabel Data Penelitian
Tahun Kuartal Kode
Bank ROA(%) CAR(%) FDR(%) Inflasi(%) BI rate(%)
2010
II
BMI 1.07 10.03 103.71 1.41 6.50
BSM 2.22 12.43 85.16 1.41 6.50
BNIS -12.02 28.80 73.70 1.41 6.50
BSMI 2.98 12.11 86.68 1.41 6.50
III
BMI 0.81 14.53 99.68 2.77 6.50
BSM 2.30 11.47 86.31 2.77 6.50
BNIS -0.65 29.10 66.39 2.77 6.50
BSMI 2.47 12.36 89.11 2.77 6.50
IV
2010
I
BMI 1.38 12.29 95.82 0.70 6.75
BSM 2.22 11.88 84.06 0.70 6.75
BNIS 3.42 25.91 76.53 0.70 6.75
BSMI 1.77 15.07 79.20 0.70 6.75
II
BMI 1.74 11.57 95.71 0.36 6.75
BSM 2.12 11.24 88.52 0.36 6.75
BNIS 2.22 22.24 84.46 0.36 6.75
BSMI 1.87 14.75 81.48 0.36 6.75
III
BMI 1.55 12.36 92.45 1.87 6.75
BSM 2.03 11.06 89.86 1.87 6.75
BNIS 2.37 20.86 86.13 1.87 6.75
BMI 1.36 13.26 91.52 1.58 6.50
BSM 2.21 10.60 82.54 1.58 6.50
BNIS 0.61 27.68 68.92 1.58 6.50
BSMI 1.90 13.14 78.17 1.58 6.50
117
BSMI 1.65 13.77 83.00 1.87 6.75
IV
BMI 1.52 12.01 85.18 0.79 6.00
BSM 1.95 14.57 86.03 0.79 6.00
BNIS 1.29 20.67 78.60 0.79 6.00
BSMI 1.58 12.03 83.08 0.79 6.00
2012
I
BMI 1.51 12.06 97.08 0.88 5.75
BSM 2.17 13.91 87.25 0.88 5.75
BNIS 0.63 19.07 78.78 0.88 5.75
BSMI 3.52 12.90 79.20 0.88 5.75
II
BMI 1.61 14.54 99.85 0.90 5.75
BSM 2.25 13.66 92.21 0.90 5.75
BNIS 0.65 17.56 80.94 0.90 5.75
BSMI 4.13 13.08 92.09 0.90 5.75
III
BMI 1.62 13.22 99.96 1.66 5.75
BSM 2.22 13.15 93.90 1.66 5.75
BNIS 1.31 22.08 85.36 1.66 5.75
BSMI 4.11 11.16 88.03 1.66 5.75
IV
BMI 1.54 11.57 94.15 0.77 5.75
BSM 2.25 13.82 94.40 0.77 5.75
BNIS 1.48 14.10 84.99 0.77 5.75
BSMI 3.81 13.51 88.88 0.77 5.75
2013
I
BMI 1.72 12.02 102.02 2.41 5.75
BSM 2.56 15.23 95.61 2.41 5.75
BNIS 1.62 18.68 80.11 2.41 5.75
BSMI 3.57 13.49 98.37 2.41 5.75
II
BMI 1.69 12.41 106.50 0.90 6.00
BSM 1.79 14.16 94.22 0.90 6.00
BNIS 1.24 18.90 92.13 0.90 6.00
BSMI 2.94 13.01 104.19 0.90 6.00
III BMI 1.68 12.75 103.41 4.06 7.25
118
BSM 1.51 14.33 91.29 4.06 7.25
BNIS 1.22 16.63 96.37 4.06 7.25
BSMI 2.57 12.70 102.89 4.06 7.25
IV
BMI 1.37 17.27 99.99 0.76 7.50
BSM 1.53 14.10 89.37 0.76 7.50
BNIS 1.37 16.23 97.86 0.76 7.50
BSMI 2.33 12.99 93.37 0.76 7.50
2014
I
BMI 1.44 17.61 105.40 1.41 7.50
BSM 1.77 14.83 90.34 1.41 7.50
BNIS 1.22 15.67 96.67 1.41 7.50
BSMI 1.18 15.28 95.53 1.41 7.50
II
BMI 1.03 16.31 96.78 0.57 7.50
BSM 0.80 15.53 85.68 0.57 7.50
BNIS 1.11 14.53 98.96 0.57 7.50
BSMI 0.99 15.93 95.68 0.57 7.50
III
BMI 0.10 14.72 98.81 1.67 7.50
BSM 0.80 15.53 85.68 1.67 7.50
BSMI 0.24 16.34 90.50 1.67 7.50
BNIS 1.11 19.35 94.29 1.67 7.50
IV
BMI 0.17 14.15 84.14 4.43 7.75
BSM 0.17 14.76 82.13 4.43 7.75
BNIS 1.27 18.42 92.58 4.43 7.75
BSMI 0.29 18.82 93.61 4.43 7.75
119
120
121
Lampiran 5: Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .546a .298 .257 .26391 1.858
a. Predictors: (Constant), SQRT_BIRATE, LOG10_FDR, SQRT_Inflasi, SQRT_CAR
b. Dependent Variable: LOG10_ROA
Lampiran 6: Hasil Uji Adjusted R-Square
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .546a .298 .257 .26391
a. Predictors: (Constant), SQRT_BIRATE, LOG10_FDR, SQRT_Inflasi, SQRT_CAR
b. Dependent Variable: LOG10_ROA
Lampiran 7: Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 2.042 4 .510 7.329 .000b
Residual 4.806 69 .070
Total 6.847 73
a. Dependent Variable: LOG10_ROA
b. Predictors: (Constant), SQRT_BIRATE, LOG10_FDR, SQRT_Inflasi, SQRT_CAR
122
Lampiran 8: Uji-t
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 2.267 1.840 1.232 .222
SQRT_CAR -.127 .083 -.171 -1.528 .131
LOG10_FDR .427 .890 .053 .479 .633
SQRT_Inflasi -.145 .079 -.192 -1.826 .072
SQRT_BIRATE -.890 .239 -.405 -3.729 .000
a. Predictors: (Constant), SQRT_BIRATE, LOG10_FDR, SQRT_Inflasi, SQRT_CAR
b. Dependent Variable: LOG10_ROA
123
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ahmad Syaugi
NIM : 1111046100105
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 4 April 1993
Program Studi : Muamalat (Ekonomi Islam)
Konsentrasi : Perbankan Syariah
Alamat Rumah : JL. Raya Pulo Gebang Gg. Swadaya Post No. 37
RT.016/004 Kelurahan Pulo Gebang Kecamatan
Cakung Jakarta Timur 13950
Alamat Domisili : JL. Raya Pulo Gebang Gg. Swadaya Post No. 37
RT.016/004 Kelurahan Pulo Gebang Kecamatan
Cakung Jakarta Timur 13950
No. Telp : -
No. Hp : 081513621893/089520461494
Nama Ayah : Mahfud Ismail
Nama Ibu : Maisuri
Alamat Orang Tua : JL. Raya Pulo Gebang Gg. Swadaya Post No. 37
RT.016/004 Kelurahan Pulo Gebang Kecamatan
Cakung Jakarta Timur 13950
No. Telp. Orang Tua : -
No. Hp. Orang Tua : -