92
DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Tangerang Tahun 2009-2010) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : NURMILAH SARI Nim: 207044100474 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AKHWAL SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432H /2011M

DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR

(Studi Kasus Di Pengadilan Agama Tangerang

Tahun 2009-2010)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

NURMILAH SARI

Nim: 207044100474

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AKHWAL SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432H /2011M

Page 2: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR

(Di Pengadilan Agama Tangerang Tahun 2009-2011)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (Ssy)

Oleh :

NURMILAH SARI

Nim: 207044100474

Di bawah bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Nahrowi, SH., MH Dr. Moh. Ali Wafa, S.Ag., M.Ag

NIP: 197302151999031002 NIP: 150 321 584

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA

PROGRAM STUDI AKHWAL SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432H /2011M

Page 3: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR (Studi Kasus Di

Pengadilan Agama Tangerang Tahun 2009-2010) telah diujikan dalam Sidang

Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Pada 20 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Peradilan

Agama.

Jakarta, 20 Juni 2011

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. M. Amin Suma., SH., MA., MM

NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

1. Ketua : Prof. Dr. H. M. Amin Suma., SH., MA., MM

NIP. 195505051982031012

2. Sekretaris : Mufidah, S.Hi

3. Pembimbing I : Nahrowi, SH.,MH

NIP: 197302151999031002

4. Pembimbing II : Dr. Moh. Ali Wafa, S. Ag., M. Ag

NIP: 150 321 584

5. Penguji I : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA

NIP: 195003061976031001

6. Penguji II : Dr. Jaenal Arifin, MA

NIP: 197210161998031004

Page 4: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidfayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi dari Allah SWT dan sanksi yang berlaku di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Juni 2011

Nurmilah Sari

Page 5: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

i

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرمحن الرحيم

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

berkah dan inayah-Nya dalam memberikan kesehatan, kekuatan dan ketabahan

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan merampungkan skripsi ini. Dengan

berbagai rasa yang menjadi satu lelah, kesal, sedih bahkan rasa sedikit putus asa yang

muncul dibeberapa waktu, namun semuanya berakhir dengan kelegaan dan keharuan

sehingga timbul semangat luar biasa. Tidak lupa salam serta shalawat dihaturkan atas

baginda besar Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga para sahabat dan para

umatnya yang senantiasa istiqomah dijalan-Nya.

Penulis menyadari bahwasanya manusia tidaklah mungkin hidup tanpa bantuan

orang lain dan tidaklah mungkin terwujud semua usaha tanpa bantuan orang lain.

Dengan ini penulis dalam rangka menyelesaikan tugas, dalam kerendahan hati ini,

penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM., sebagai Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA., sebagai Ketua Jurusan Peradilan Agama

dan Ibu Rosdiana, M.Ag., sebagai Sekretaris Jurusan Peradilan Agama.

Page 6: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

ii

3. Dr. Ahmad Yani, M.Ag., sebagai Ketua Koordinator Teknis Program Non

Reguler dan Mufidah, S.Hi., sebagai Sekretaris Koordinator Teknis Program

Non Reguler.

4. Bapak Nahrowi, SH., MH. Sebagai Dosen Pembimbing I dan Dr. Moh. Ali

Wafa., S.Ag., M.ag. Sebagai Dosen Pembimbing II.

5. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA. Sebagai Penguji I dan Dr. Jaenal Arifin,

MA. Sebagai Penguji II.

6. Pimpinan Perpustakaan beserta seluruh staff Fakultas Syariah dan Hukum,

yang selalu memberikan penulis fasilitas dalam keperluan perkuliahan.

7. Pimpinan Perpustakaan Utama beserta seluruh staff yang sudah membantu

memberikan penulis fasilitas dalam keperluan perkuliahan.

8. Drs. H. Ali Fikri, SH., MH, Sdra. Irfan Yunan, Sdr. M. Affan Gofar dan

seluruh Staff Pengadilan Agama Tangerang tempat penulis mengadakan

penelitian serta mendapatkan data dan informasi serta wawancara.

9. Yang tercinta dan terkasih untuk keluarga dan kedua orang tua khusunya

untuk Ibuku yang terhebat yang senantiasa selalu ada dalam memberikan doa

dan semangatnya, serta seluruh sahabat seperjuanganku yakni Peradilan

Agama angkatan 2007 khususnya sdri Marlianita, Syarifah Ummi Hanni, sdra

Deni. K, Deni. H, Arifin, Muhiddin, Charis, Hakim, Syarifudin, Royhan,

Indro, Bapak Tamim yang selalu ada waktunya bersama-sama menitih masa

perkuliahan dari nol sampai wisuda ini.

Page 7: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

iii

10. Keluarga besar (Alm) Ir. H. Rijanto bin Padmonobo, dan Ibu Hj. Siti Rochana

binti H. Moh. Salim, dan Seluruh MT Studi Islam Al-Hilal yang senantiasa

selalu memberikan bantuan berupa materil dan semangatnya sehingga saya

bisa sampai tingkat ini, dengan segala kerendahan hati saya ucapkan banyak

terimakasih.

11. Dan seluruh sahabatku yang tidak dapat aku sebutkan dan Semua Pihak yang

telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak

mungkin penulis sebutkan namanya satu persatu.

Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membatu saya dalam penyelesaian

skripsi ini, saya menghanturkan terimakasih banyak atas bantuan semuanya baik

yang berupa doa maupun materill yang tidak dapat penulis balas dengan baik,

semoga Allah SWT yang akan membalas kebaikan kalian semuanya. Amin

Jakarta, 20 Juni 2011

Penulis

Page 8: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv

BAB I: PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Pembatasan Masalah ...................................................................... 5

C. Perumusan Masalah ....................................................................... 6

D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6

E. Pemanfaatan Penelitian .................................................................. 7

F. Metode Penelitian ........................................................................... 8

G. Review Penelitian ........................................................................... 12

H. Sistematika Penulisan .................................................................... 15

BAB II: TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERNIKAHAN ................... 17

A. Pengertian dan Dasar Hukum Pernikahan ...................................... 17

B. Rukun dan Syarat Pernikahan ........................................................ 22

C. Tujuan dan Hikmah Pernikahan ..................................................... 28

D. Pencegahan atau Larangan Dalam Pernikahan .............................. 32

BAB III : DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR ................................... 36

A. Pengertian Dispensasi Nikah .......................................................... 36

B. Batasan Usia Nikah Menurut Hukum Positif ................................. 42

Page 9: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

v

C. Faktor Penyebab Pernikahan Di Bawah Umur .............................. 43

D. Dampak Akibat Nikah Di Bawah Umur ........................................ 48

BAB IV: PERTIMBANGAN HUKUM TENTANG PERMOHONAN

DISPENSASI NIKAH OLEH PENGADILAN AGAMA

TANGERANG ................................................................................... 50

A. Prosedur Pengajuan Dispensasi Nikah ........................................... 50

B. Wewenang Pengadilan Agama ...................................................... 52

C. Keterangan Pejabat Pengadilan Agama Tangerang Tentang

Permohonan Dispensasi Nikah di Bawah Umur ............................ 63

D. Analisa Penulis ............................................................................... 69

BAB V: PENUTUP .......................................................................................... 76

A. Kesimpulan .................................................................................... 76

B. Saran- Saran ................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 80

LAMPIRAN

Page 10: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama sempurna yang Allah SWT ciptakan untuk kita

manusia. Serta ayat-ayat Al-Qur’an yang Allah SWT turunkan kepada Rasul

melalui wahyu Allah SWT, sebagai pedoman dan petunjuk jalan manusia menuju

surganya Allah dan petunjuk untuk keselamatan umat manusia di dunia dan

akhirat.1

Islam sangat membuka jalan dan tidak menginginkan manusia

mempersulit diri karena sesungguhnya Allah SWT tidak suka dengan manusia

yang mempersulit diri, dan Allah SWT sangat memberikan kesempatan bagi

manusia yang ingin memperbaiki diri dengan niat tulus karena Allah taala.

Islam sangat bijaksana dan sempurna mengenai permasalahan hidup,

bahkan tidak ada satu aspekpun yang tidak dibicarakan oleh hukum Allah, yakni

mencakup semua aspek kehidupan yang mengatur hubungan dengan khaliknya

dan mengatur juga hubungan dengan sesamanya.

Dalam hal ini Islam banyak mengatur mengenai hal perkawinan yang

burtujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dunia maupun akhirat di

bawah cinta kasih dari ridho Allah SWT. Dan tujuan lain dari pernikahan ialah

1 Wirjono Prodjodikoro, Hukum perkawinan di Indonesia (Bandung: Vorkik Van Hoeve,

1959), h.105.

Page 11: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

2

ingin membentuk generasi yang bermanfaat untuk hari tua dengan mendidik dan

menjadikan keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Dan menjaga

pandangan masyarakat, dan menghindari diri dari kerusakan seksual dan

perjinahan yang sangat besar, serta tujuan dari sebuah perkawinan yang sah baik

Agama dan Negara, yang sangat penting ialah memperjelas nasab si anak dan

hukum waris itu sendiri.

Dalam Undang-undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan, serta kompilasi hukum islam (KHI) mempunyai tujuan yang sama

mengenai arti perkawinan itu sendiri yakni bahwa pernikahan mempunyai tujuan

yang mulia dalam melestarikan dan menjaga keseimbangan hidup dalam rumah

tangga yang baik, namun bukanlah suatu hal yang mudah untuk dijalankan,

karena akan banyak sekali permasalahan yang akan timbul dalam sebuah

pernikahan. Tetapi tidak ada satu permasalahanpun yang tidak bisa diselesaikan,

karena Allah SWT akan selalu memberi jalan kepada siapapun yang tidak

sombong terhadap kebesaran Allah dan keyakinan pada diri sendiri bahwa segala

sesuatu permasalahan akan selesai pada jalannya dan waktunya sendiri, karena

yang berkaitan dengan iman dan takwa kepada Allah SWT akan manis dan indah

jika dijalankan dengan kehidupan yang ikhlas dan selalu bersyukur kepada Allah

dengan penuh kesabaran.

Perkawinan suami isteri sering kali adanya permasalahan, maka dari itu

dalam berumah tangga janganlah cepat mengambil keputusan yang besar, cobalah

Page 12: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

3

bersikap tenang dan sabar dalam berbagai hal, karena menerima kelebihan dan

kekurangan pasangan adalah hal yang paling baik untuk mengurangi konflik

dalam berumah tangga, karena sesungguhnya konflik dalam berumah tangga yang

sering muncul ketika ego tidak dapat dikendalikan, seringkali ego yang muncul

karena faktor usia, oleh sebab itu pernikahan cukup usia atau usia yang matang

akan lebih baik untuk menjalani sebuah pernikahan.

Dalam sebuah pernikahan batas usia sudah ada batas umurnya, baik diatur

dalam Undang-undang Pernikahan Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan

maupun dalam kompilasi hukum islam (KHI), dan Pernikahan yang baik adalah

Pernikahan yang kedua pasangan dalam posisi umur yang cukup. Namun ketika

salah satu pasangan yang ingin menikah dalam posisi di bawah umur maka

langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi nikah atau penetapan nikah,

agar bisa pernikahannya disahkan oleh kantor urusan agama (KUA), karena

apabila salah satu pasangan diketahui di bawah umur atau umurnya belum

diperbolehkan untuk menikah maka pihak kantor urusan agama (KUA) berhak

menolak pernikahan tersebut dan meminta kedua pasangan mengajukan

dispensasi nikah di Pengadilan Agama setempat.

Pentingnya penetapan dari Pengadilan Agama untuk menjalankan proses

hukum atau aturan hukum yang jelas karena demi masa depan bagi sepasang

calon yang ingin menikah, karena agar tidak terjerumus dalam pernikahan sirri

(pernikahan sembunyi-sembunyi), lebih dikwatirkan kedua pasangan itu

Page 13: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

4

terjerumus dalam pergaulan bebas atau kebiasaan kehidupan orang-orang barat

yakni mengedepankan kebiasaan “Kumpul Kebo” atau kumpul sepasang lawan

jenis tanpa adanya ikatan sebuah pernikahan yang sah baik Agama maupun

Negara.

Maka dari itu wawasan atau ilmu pengetahuan yang luas harus

dikedepankan untuk pendidikan si anak, baik ilmu pengetahuan secara umum

maupun ilmu agama, karena apapun yang anak itu lakukan baik atau buruk adalah

tanggung jawab orang tua yang utama, kemudian guru atau pihak-pihak sekolah,

namun hal yang lebih banyak diserap adalah ilmu sosial atau hubungannya

dengan masyarakat, jika si anak tidak mempunyai kekebalan atau ilmu yang baik

dalam dirinya, maka akan gampang terjerumus dalam kehidupan negatif.

Dengan adanya penjelasan dan keterangan mengenai perkawinan di atas

serta permasalahannya, maka dengan adanya keterangan atau penjelasan lebih

lanjut diharapkan mampu memberikan seuatu jawaban dan penjelasan yang lebih

jelas dan akurat, sedangkan untuk mendapatkan kepastian dan kejelasan mengenai

permasalahan di atas maka diperlukan suatu penglihatan yang secara baik dan

bijaksana.

Dengan adanya tulisan ini, serta pemahaman dan terlibatnya langsung

penulis ke tempat lokasi penelitian, maka penulis dapat memberikan keterangan

yang lebih luas dan lebih lebih jelas agar dapat dibaca dan dipahami secara baik

dan sempurna, sehingga penulis memilih judul ini dan menjadikannya bahan

Page 14: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

5

penelitian yang baik untuk menambah pengetahuan bagi penulis secara khusus

dan pembaca secara umum, yakni judul yang dimaksud ialah : “DISPENSASI

NIKAH DI BAWAH UMUR (Studi kasus di Pengadilan Agama Tangerang

Tahun 2009-2010).

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan oleh penulis

di atas, maka penelitian yang akan diteliti oleh penulis adalah mengetahui

bagaimana pengaplikasian pernikahan di bawah umur oleh Pengadilan Agama

Tangerang? Bagaimana proses jalannya dispensasi nikah di bawah umur oleh

pihak Pengadilan Agama Tangerang? Bagaimana pendapat atau pandangan para

hakim perihal putusan dispensasi nikah di bawah umur?

Untuk lebih fokus pada penelitian ini, maka penelitian ini dibatasi pada

para pihak saja yang mempunyai keterkaitan pada tulisan ini, baik para hakim

atau pihak dari Pengadilan Agama Tangerang lainnya, namun para pihak yang

melangsungkan pernikahan tidak dapat penulis wawancarai, dikarenakan info atau

data administrasi mengenai judul yang penulis ingin tulis, sudah diputuskan atau

sudah ada putusan atau penetapan dari pihak Pengadilan Agama, dan selama

penulis mencari data di Pengadilan, tidak ada satu kasus atau permohonan

dispensasi yang masih berjalan dimuka sidang, semua putusan yang penulis dapati

sudah berbentuk penetapan dari pihak Pengadilan Agama Tangerang. Sebagai

bukti keterbatasan yang penulis paparkan di atas, maka penulis mencari data di

Page 15: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

6

Pengadilan Agama Tangerang dan beberapa Pengadilan Agama lainnya sebagai

suatu perbandingan dan pertimbangan penulis yakni untuk melengkapi penulis

dalam mencari data serta mengobservasi data perihal sebuah kasus yang penulis

ingin tulis dan pertimbangan hukum dari beberapa hakim tentang putusan

dispensasi nikah di bawah umur oleh Pengadilan Agama Tangerang tahun 2009-

2010.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang muncul terkait dengan pernikahan di

bawah umur yang diperbolehkan oleh pihak Pengadilan Agama Tangerang

dengan pernyataan dispensasi pernikahan di bawah umur, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana batasan usia minimal nikah menurut hukuk positif?

2. Apakah nikah di bawah umur bisa terjadi di luar Pengadilan Agama?

3. Bagaimana pertimbangan para ahli hukum di Pengadilan Agama Tangerang

tentang permohonan dispensasi nikah di bawah umur?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan yang telah disebutkan

di atas maka tujuan sebuah penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui batasan minimal usia nikah menurut hukum positif.

2. Untuk mengetahui fakta hukum tentang nikah di bawah umur yang terjadi di

luar Pengadilan Agama.

Page 16: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

7

3. Untuk mengetahui pertimbangan para ahli hukum di Pengadilan Agama

Tangerang tentang permohonan dispensasi nikah di bawah umur.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi pemikiran bagi

masyarakat Islam dalam menyingkapi permasalahan hiduh bagi para keluarga di

dalam bermasyarakat. Dalam hal inipun pengakuan hukum atas peresmian

seseorang yang ingin melangsungkan sebuah pernikahan yang disahkan oleh

Agama serta Negara, menjadi acuan yang sangat penting karena untuk hal

kedepannya agar lebih baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, ataupun

lingkungan di dalam masyarakat.

1. Untuk terciptanya sebuah pernikahan yang memang sudah semestinya ada

dengan proses yang cepat dan mudah, namun karena beda hal dengan

seseorang yang ingin menikah secara normal di kantor urusan agama (KUA),

karena tidak mempunyai banyak faktor yang menghalangi, dengan cepat dan

mudah seseorang untuk mengesahkan pernikahannya menurut Agama dan

Negara.

2. Untuk mengetahui proses mendapatkan sebuah penetapan hukum dari

Pengadilan Agama perihal sepasang calon mempelai yang ingin menikah

karena usia di bawah umur yang disebut dengan dispensasi, yang dalam

hukum positif batasan umur bagi para calon yang ingin menikah sudah sangat

jelas, maka pernikahan yang tidak sesuai dengan aturan hukum atau syarat

Page 17: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

8

nikah yang sudah ditetapkan, maka proses untuk menikah atau kawin harus

meminta penetapan nikah dari pihak Pengadilan Agama setempat bukan dari

kantor urusan agama (KUA). Dan prosedur atau proses di Pengadilan Agama

tidaklah lama sesuai dengan jalannya persidangan yang baik oleh para pihak

yang terkait. Namun jika proses persidangan mengalami hambatan atau

persidangan tidak berjalan lancar, maka persidangan bisa mengalami

hambatan dan akan berlangsung lama dengan proses yang begitu panjang.

3. Terakhir penelitian ini diharapkan dapat merumuskan cara yang tepat dalam

hal penerapan hukum yang memperbolehkan adanya dispensasi nikah di

bawah umur yang diperbolehkan oleh Pengadilan Agama Tangerang serta

pengakuan hukum yang sah baik Agama serta Negara.

F. Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan,

mengembangkan dan menguji kebenaran atau menguji pengetahuan penulis

dalam melakukan pendalaman secara kritis dan bijaksana.

1. Obyek Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengambil lokasi sesuai

dengan judul skripsi “Dispensasi Nikah Di Bawah Umur (Studi Kasus di

Pengadilan Agama Tangerang Tahun 2009-2010). Sehingga berdasarkan

skripsi ini, maka lokasi penelitian ialah Pengadilan Agama Tangerang.

Page 18: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

9

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah suatu tindakan untuk mencari jawaban secara

dinamis dengan tujuan yang terfokus untuk memecahkan masalah serta

mengikuti langkah-langkah yang logis, terorganisasi dan ketat untuk

mengindentifikasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data serta

menarik suatu kesimpulan yang lengkap dan akurat.

3. Metode Pendekatan

Metode ini dilakukan dan ditunjukan pada praktek pelaksanaan hukum

(law in action) terhadap peraturan perundang-undangan yang tertulis serta

prateknya dan dokumen-dokumen hukum yang ada di Indonesia (law in

books), maka metode pendekatannya bersifat Kualitatif Yuridis Normatif.

4. Jenis Data

Penelitian ini merupakan penelitian hukum bersifat kualitatif yuridis

normatif yang bersumber dari temuan fakta data dari lapangan, maka selain

melakukan metode wawancara (interview) dan metode penyelidikan

(investigation), juga mencari temuan fakta data dari bahan hukum.

Data sekunder adalah jenis data yang dipakai dalam penulisan ini,

diantaranya dilengkapi dari bahan-bahan hukum primer seperti Undang-

undang Pernikahan Nomor 1 tahun 1974, Kompilasi Hukum Islam (KHI),

Undang-Undang Peradilan Agama, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPer), Undang-Undang Tentang Hak-Hak Anak, serta aturan hukum

mengenai Kesehatan dan Hak-Hak Wanita dan Sebuah Putusan Penetapan

Permohonan Nikah.

Page 19: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

10

Bahan hukum sekunder yakni bersumber dari buku-buku perihal

penjelasan tentang pernikahan seperti hukum perkawinan di Indonesia

pengarang Wirjono Prodjodikoro dan buku perihal pernikahan lainnya.

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum untuk melengkapi bahan

hukum primer dan sekunder, adapaun beberapa wawancara dengan orang-

orang yang terkait seperti wawancara dengan beberapa pihak di Pengadilan

Agama diantaranya para hakim serta panitera yang terkait yakni hakim dan

panitera dari Pengadilan Agama Tangerang digunakan untuk mendukung

penelitian normatif yang didapat.

5. Sumber Data

Data adalah sumber penelitian yang dilakukan oleh seseorang yang

meneliti dan mencari informasi penelitiannya berdasarkan jenis data dan

sumber data yang didapatkan.

a. Metode kepustakaan, yaitu dengan cara mengumpulkan data-data dari

literatur buku atau teks-teks tulisan lainnya, serta membaca, memahami

dan menganalisa hal-hal yang berkaitan dengan masalah pernikahan,

khususnya dispensasi nikah di bawah umur.

b. Metode Lapangan, yaitu melakukan penelitian berupa wawancara

(informan), lansung dengan para pihak Pengadilan Agama Tangerang.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Page 20: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

11

a. Wawancara (interview)

Wawancara dilakukan oleh penulis dengan mewawancari beberapa hakim,

panitera serta orang-orang yang terkait.

b. Studi Literatur (literature Review)

Dengan ini penulis mencari data tentang proses dispensasi nikah di bawah

umur yang diperbolehkan oleh Pengadilan Agama Tangerang dengan

menggunakan metode literature atau kepustakaan, berupa buku-buku,

artikel, tabloid, dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini. Dari

hasil tersebut kemudian penulis mengklasifikasikan dan dianalisa secara

sistimatis sesuai dengan cara penulisan hasil skripsi.

7. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian kualitatif yuridis normatif, analisa data yang

digunakan adalah secara induktif. Proses data dimulai dengan penyeleksian

data yang telah dikumpulkan, kemudian dikelasifikasikan menurut katagori

tertentu. Tahap selanjutnya, ialah meninjau aturan hukum positif perihal nikah

di bawah umur. Adapun langkah oprasionalnya adalah sebagai berikut:

a. Mendiskripsikan hasil-hasil penelitian dalam bentuk kronologis.

b. Dari data yang sudah tersusun, kemudian diklasifikasikan untuk dijadikan

dasar pijakan dalam menyelesaikan dan pemberi jawaban atas persoalan

yang diteliti, yakni sebab timbulnya adanya dispensasi pernikahan di

bawah umur yang diperbolehkan di Pengadilan Agama dari segi Agama,

Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya.

Page 21: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

12

c. Interpretasi data yaitu mengumpulkan seluruh data yang diperoleh baik

dari data primer, data sekunder maupun data tersier.

d. Menarik kesimpulan terhadap persoalan yang sedang penulis teliti.

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka selanjutnya

diadakan analisis secara kualitatif, yaitu bersumber dari data primer dan bahan

hukum sekunder dan dilengkapi dengan wawancara atau data tersier.

G. Review Penelitian

Penelitian yang dikajikan pada alasan-alasan adanya atau

diperbolehkannya dispensasi nikah yang sudah dilakukan atau yang sudah terjadi

diantaranya:

No. Nama Judul Isi Tahun

1. Ayatullah Pemberian

Dispensasi Kawin

di Bawah Umur

oleh Pengadilan

Agama (Studi

Kasus PA Jakarta

Pusat)

Skripsi ini mengungkap

sebuah pertanyaan besar

dikalangan masyarakat

yang menyatakan kenapa

disebagian besar

Pengadilan Agama

membolehkan Pernikahan

di bawah umur.

2004/

PA

2. Ahmad Rifa’i Dispensasi Kawin

di Bawah Umur

Skripsi ini lebih

mengungkap atau

2006/

PA

Page 22: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

13

oleh Pengadilan

Agama. (Studi

Analisa

Keputusan No.

07/Pdt.P/2002/

PA.cbn di PA

Cibinong).

menjelaskan mengenai

Analisis Keputusan No.

07/Pdt.P/2002/PA tentang

diperbolehkan pernikahan

di bawah umur.

3. Muhawwaroh Pernikahan di

Bawah Umur

Akibat Hamil di

Luar Nikah (Studi

Kasus di Desa

Pulo Timaha

Babelan Bekasi).

Skripsi ini menjelaskan

Perkawinan di Bawah

Umur yang dibolehkan

bersumber karena dasar

Psikologi anak yang ingin

menikah di bawah umur,

sehingga jika dibatasi atau

dicegah akan mengganggu

psikologi anak.

2006/

SJAS

4. Wahyudi. A Pandangan

Masyarakat

Terhadap

Perkawinan

Hamil di Luar

Skripsi ini lebih

menjelaskan terhadap

berbagai pandangan

masyarakat mengenai

diperbolehkannya

2008/

PA

Page 23: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

14

Nikah (Studi pada

Masyarakat Desa

Curug Kec.

Gunungsindur

Kab. Bogor).

melangsungkan

pernikahan yang di bawah

umur.

5. Nurmilah Sari Dispensasi

Nikah Di Bawah

Umur (Studi

Kasus Di

Pengadilan

Agama

Tangerang tahun

2009-2011).

Isi dari skripsi saya ini,

berbeda dengan skripsi

yang terdahulu, isi dari

skripsi saya lebih luas

penjelasannya karena

mencakup beberapa

aspek aturan hukum, baik

hukum positif maupun

beberapa hukum lainnya

yang terkait. Dan

mencari sumber data dari

beberapa pengadilan

agama yang berbeda.

Serta menganalisa alasan

terbanyak dari beberapa

putusan atau penetapan

2011/

PA

Page 24: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

15

dari pengadilan agama

tangerang tentang

dispensasi nikah di

bawah umur.

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yakni sebagai berikut :

Bab pertama berisi pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, pemanfaatan penelitian,

metode penelitian, review penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua menjelaskan mengenai tinjauan teoritis tentang pernikahan

yang isinya meliputi, pengertian dan dasar hukum pernikahan, syarat dan rukun

pernikahan, serta tujuan dan hikmah pernikahan, dan pencegahan atau larangan

dalam pernikahan.

Bab ketiga merupakan pembahasan perihal dispensasi nikah di bawah

umur, yang isinya ialah pengertian dispensasi nikah di bawah umur, batas usia

nikah menurut hukum positif, serta faktor penyebab terjadinya pernikahan di

bawah umur, dan dampak akibat nikah di bawah umur.

Bab keempat merupakan hasil dari penelitian yang penulis laporkan dalam

skripsi ini, yang didalamnya dijelaskan mengenai pertimbangan hukum tentang

permohonan dispensasi nikah oleh Pengadilan Agama Tangerang yang isinya

Page 25: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

16

mengenai prosedur pengajuan dispensasi nikah, wewenang Pengadilan Agama,

dan keterangan Pejabat Penggadilan Agama tentang permohonan dispensasi nikah

di bawah umur serta analisa penulis.

Bab kelima berisi penutup yang meliputi kesimpulan yang dapat penulis

ambil dari keseluruhan skripsi ini, dan diakhiri dengan saran dan rekomendasi

yang penulis berikan.

Page 26: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

17

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERNIKAHAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Pernikahan

1. Pengertian Pernikahan

Kata “Pernikahan” berasal dari kata “Nikah” atau “Zawaj” yang dari

bahasa Arab dilihat secara bahasa berarti berkumpul dan mendidih atau

dengan ungkapan lain bermakna “Akad dan Bersetubuh” yang secara syara

berarti akad Pernikahan. Secara terminologi (istilah) “Nikah” atau “Zawaj”,

yakni: “Akad yang mengadung kebolehan memperoleh kenikmatan biologis

dari seorang wanita dengan jalan ciuman, pelukan, dan bersetubuh atau

sebagai akad yang ditetapkan Allah SWT bagi seorang laki-laki atas diri

seorang perempuan atau sebaliknya untuk dapat menikmati secara biologis

antara keduanya.

Akad nikah yang telah dilakukan akan memberikan status kepemilikan

bagi kedua belah pihak (suami-isteri), dimana status kepemilikan akibat akad

tersebut bagi si lelaki (suami) berhak memperoleh kenikmatan biologis dan

segala yang terkait itu secara sendirian tanpa dicampuri atau diikuti oleh

lainnya yang dalam ilmu fiqh disebut “milku al-intifa” yakni hak memiliki

penggunaan atau pemakaian terhadap suatu benda (isteri), yang digunakan

untuk dirinya sendiri.2

2 Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan: Analisis Perbandingan antar Mazhab

(T.tp., PT.Prima Heza Lestari, 2006), h.1.

Page 27: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

18

Dalam bahasa Indonesia kata perkawinan bersal dari kata “kawin”

yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis,

melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.3 Dalam Al-Qur’an dan Hadist

Rasulullah SAW, pernikahan disebut dengan An-Nikah dan Az-Ziwaj az-

Zawaj, yang artinya berkumpul atau menindas dan saling memasukan. Kata

Nikah yang terdapat dalam Surat Al-Baqarah (2) ayat : 230, yang berbunyi:

Artinya: Maka Jika Suami menolaknya (sesudah talak dua kali), maka

perempuan tidak boleh dinikahinya hingga perempuan itu kawin dengan laki-

laki lain. (QS. al-Baqârah [2] ayat : 230).

Pendapat Ahli Ushul, mengartikan arti nikah, sebagai berikut:

a. Ulama Syafi’iyah, berpendapat :

Kata nikah, menurut arti sebenarnya (hakiki) berarti “akad”, dan dalam arti

tidak sebenarnya (majazi) arti nikah berarti “bersetubuh” dengan lawan

jenis.

b. Ulama Hanafiyah, berpendapat :

Kata nikah, menurut arti sebenarnya (hakiki) berarti “bersetubuh”, dan

dalam arti tidak sebenarnya (majazi) arti nikah berarti “akad” yang

3 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Nikah, cet.II, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,

1994), h.32.

Page 28: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

19

menghalalkan hubungan kelamin antara pria dan wanita. pendapat ini

sebaliknya dari pendapat ulama syafi’iyah.

c. Ulama Hanabilah, Abu Qasim al-Zajjad, Imam Yahya, Ibnu Hazm,

berpendapat : Bahwa kata nikah untuk dua kemungkinan tersebut yang

disebutkan dalam arti sebenarnya sebagaimana terdapat dalam kedua

pendapat di atas yang disebutkan sebelumnya,4 mengandung dua unsur

sekaligus, yaitu kata nikah sebagai “Akad” dan “Bersetubuh”.5

Adapun menurut Ahli Fiqh, nikah pada hakikatnya adalah akad yang

diatur oleh agama untuk memberikan kepada pria hak memiliki dan

menikmati faraj dan atau seluruh tubuh wanita itu dan membentuk rumah

tangga.6

Menurut para sarjana hukum ada beberapa pengertian perkawinan,

sebagai berikut, yakni :

a. Scholten yang dikutip oleh R. Soetojo Prawiro Hamidjojo mengemukakan

: Arti Perkawinan adalah hubungan suatu hukum antara seorang pria dan

seorang wanita untuk hidup bersama dengan kekal yang diakui oleh

Negara.

4 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Di Indonesia, cet.II, ( Jakarta: Prenada Mulia,

2007), h. 36-37.

5 Chuzaimah Tahido Yanggo dan Hafiz Anshary AZ, Problematika Hukum Islam

Kontemporer Buku Pertama (Jakarta: LSIK, 1994), h.53.

6 Ibid, hal. 54

Page 29: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

20

b. Subekti, mengemukakan : Arti Perkawinan adalah pertalian yang sah

antara seorang laki- laki dengan seorang perempuan untuk waktu yang

lama.

c. Wirjono Prodjodikoro, mengemukakan: Arti Perkawinan adalah suatu

hidup bersama dari seorang laki-laki dan seorang perempuan yang

memenuhi syarat-syarat yang termasuk dalam peraturan tersebut baik

Agama maupun aturan hukum Negara.7

Dari pengertian perkawinan di atas, dapat disimpulkan beberapa

unsur-unsur dari suatu Perkawinan, yaitu:

a. Adanya suatu hubungan hukum;

b. Adanya seorang pria dan wanita;

c. Untuk membentuk keluarga (rumah tangga);

d. Untuk waktu yang lama;

e. Dilakukan menurut Undang-undang dan aturan hukum yang berlaku.

Abu Yahya Zakariya Al- Anshary,8 memberikan arti “Nikah” menurut

istilah Syara ialah aqad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan

hubungan seksual dengan lafadz nikah atau dengan kata-kata yang semakna

dengannya.

7 Eoh, O.S., Perkawinan Antar Agama Dalam Teori dan Praktek, cet.II, (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2001), h.27-28.

8 Abu Yahya Zakariya Al-Anshary, Fath al-Wahhab (Singapura: Su laiman Mar’iy, t.t),

h.30.

Page 30: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

21

2. Dasar Hukum Pernikahan

Pada dasarnya arti “Nikah’ adalah Akad yang menghalalkan pergaulan

dan membatasi hak dan kewajiban serta tolong menolong antara seorang laki-

laki dengan seorang perempuan dalam pertalian suami-isteri.9

Islam menganjurkan dengan beberapa cara, dimana salah satunya

adalah mengikuti sunah Rasulullah SAW, dan firman Allah SWT Surat Ar-

Ra’ad (13) ayat : 38, yang berbunyi:

Artinya: “Dan sesungguhnya kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum

kamu dan kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunannya.

Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul ayat (mu’jizat) melainkan dengan izin

Allah SWT. Bagi tiap-tiap masa ada kitab (yang tertentu)”. (QS. Ar- Râd

[13] ayat : 38).

Dan salah satu tanda kekuasaan Allah SWT terhadap orang yang ragu

untuk melakukan akad atau “Nikah”, maka Allah SWT menjanjikan suatu hal

untuk memberikan kepadanya penghidupan yang berkecukupan, dan

menghilangkan kesulitan-kesulitan dan memberikan kekuatan yang mampu

mengatasi kemiskinan, dan apabila keraguan menghilang dan timbul sifat

positif dan keberanian, maka Allah SWT akan kabulkan yang mempunyai

nilai yang baik dan pantas menurut Allah SWT.

9 Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshary AZ, Loc. Cit., hal. 57-63

Page 31: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

22

Seperti dalam firman Allah SWT Surat An-Nissa (4) ayat : 3, yang

berbunyi:

.

Artinya: “Dan jika kamu takut akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)

perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-

wanita (lain) yang kamu senangi: dua. tiga, atau empat. Kemudian jika kamu

takut tidak akan berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-

budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah yang lebih dekat kepada

tidak berbuat aniaya”. (QS. Ar- Râd [13] ayat : 38).

Sehingga dasar hukum perkawinan yakni mengacu kepada Firman

Allah SWT yakni Al-Quran nur karim dan Sunnah Rasulullah SAW. Karena

inilah dasar hukum yang utama, sehingga hukum-hukum yang ada sekarang

mengacu kepada sumber utama yang di atas.

B. Rukun Dan Syarat Pernikahan

Rukun dan Syarat pernikahan dalam Islam merupakan dua hal yang tidak

dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Karena kebanyakan aktifitas

ibadah yang ada dalam Agama Islam senantiasa ada yang namanya rukun dan

syarat, sehingga sedikit bisa dibedakan dari pengertian keduanya yakni syarat

merupakan suatu hal yang harus atau dipenuhi sebelum perbuatan dilaksanakan.

Sedangkan rukun adalah hal yang harus ada dalam suatu akad atau perbuatan.

Lebih jelasnya, akan dipaparkan, sebagai berikut:

Page 32: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

23

1. Rukun Pernikahan

Dalam Islam pernikahan tidaklah semata-mata sebagai hubungan atau

kontrak keperdataan biasa, akan tetapi mempunyai nilai ibadah dan dalam

Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 2 ditegaskan bahwa pernikahan

merupakan akad yang sangat kuat, hal tersebut dilakukan untuk mentaati

perintah Allah SWT, dan dengan melaksanakannya merupakan suatu nilai

ibadah kepada Allah SWT.10

Karena perkawinan yang syara akan ibadah dan tujuan untuk

mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan

warahmah, perlu diatur dengan syarat dan rukun tertentu agar tujuan

disyaratkannya perkawinan tercapai. Dalam Pasal 14 Kompilasi Hukum Islam

untuk melaksanakan perkawinan dalam rukun nikah harus ada :

a. Calon Suami;

b. Calon Isteri;

c. Wali Nikah;

d. Dua Orang Saksi dan;

e. Ijab dan Kabul.11

Kaitannya pada bidang perkawinan adalah bahwa rukun perkawinan

merupakan sebagian dari hakikat perkawinan, seperti keharusan atau

10

Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, cet.IV, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2000), h.69.

11

Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan,

Hukum Perwakafan, cet. II, (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2008), h. 5

Page 33: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

24

kewajiban ada kedua calon memepelai baik laki-laki dan perempuan, wali,

ijab-qabul serta dua orang saksi.12

2. Syarat Pernikahan

Sedangkan dalam memenuhi persyaratan perkawinan, karena banyak

info yang dapat mempermudah masyarakat melangsungkan pernikahan dan

mengurus prosedur perkawinan berdasarkan hukum Islam dan aturan-aturan

hukum di Indonesaia.

Dalam melangsungkan dan mengurus administrasi Pernikahan di

kantor urusan agama (KUA) mengacu kepada aturan hukum yakni

berdasarkan Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang pelaksanaan

Peradilan Agama ayat (4), dan hal-hal yang berkenaan dengan perkawinan

dapat diatur di Pengadilan Agama sebagaimana Undang-undang Nomor 7

tahun 1989 tentang Peradilan Agama pada pasal 1 ayat (1) yang menegaskan

bahwa Peradilan Agama adalah Peradilan bagi orang-orang yang beragama

Islam.13

Sedangkan dalam prosedurnya Pernikahan bagi Warga Negara

Indonesai yang beragama Non Muslim, maka perkaranya akan dilangsungkan

di Kantor Catatan Sipil.

12

Slamet Abidin dan H. Aminuddin, Fiqh Munakahat (Bandung: CV. Pustaka Setia,

1999), h. 24.

13

Djalil Basiq, Peradilan Agama Di Indonesia: Gemuruhnya Politik Hukum (Hukum

Islam, Hukum Barat, Hukum Adat), cet. I, (Jakarta: Kencana, 2006 ). h. 185

Page 34: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

25

Di masyarakat masih banyak permasalahan yang ada timbul karena

persoalan-persoalan yang berkaitan dengan persyaratan perkawinan atau hal-

hal yang berkaitan dengan administrasinya.

Adapun syarat merupakan suatu hal yang mesti dijalani dalam

perkawinan. Apabila syarat tidak dipenuhi maka bisa menimbulkan

pencegahan terhadap perkawinan, yakni keterangan terdapat dalam Kompilasi

Hukum Islam Pasal 60 ayat (1) yaitu: Pencegahan perkawinan bertujuan untuk

menghindari suatu perkawinan yang dilarang hukum Islam dan Peraturan

Perundang-undangan. Dan pada ayat (2) yaitu: Pencegahan perkawinan dapat

dilakukan bila calon suami atau isteri yang akan melangsungkan perkawinan

tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan menurut

hukum Islam dan Peraturan Perundang-undangan.14

Dan ada beberapa pendapat diantara para mazhab fiqh mengenai syarat

sah suatu perkawinan. Pada garis besarnya pendapat tentang syarat-syarat

sahnya perkawinan ada dua:

a. Calon mempelai perempuannya halal dikawini oleh laki-laki yang ingin

menjadikan isterinya;

b. Aqad harus disaksikan oleh saksi.15

Sedangkan menurut Ulama Hanafiyah, mengatakan bahwa sebagian

syarat-syarat pernikahan yakni berkaitan atau berhubungan dengan:

14

Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, cet. II, (Bandung: Tim Redaksi Nuansa Aulia,

2008), h. 19

15

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 6, cet.VII, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1990), h. 78.

Page 35: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

26

a. Aqad, serta sebagian lainnya berkaitan dengan saksi.16

1) Shigot, yaitu ibarat ijab qabul, dengan syarat sebagai berikut:

a) Menggunakan lafaz tertentu, baik dalam Lafaz “Sarih”. Misalnya:

Tazwij atau Nikah.

Maupun Lafaz “Kinayah”, seperti: “Saya sedekahkan anak saya

kepada kamu” dan sebagainya;

b) Ijab-qabul dilakukan di dalam satu majelis;

c) Sighat didengar oleh orang-orang yang menyaksikan;

d) Ijab-qabul tidak berbeda maksud dan tujuan;

e) Lafaz sighat tidak disebutkan untuk waktu tertentu.

2) Akad, dapat dilaksanakan dengan syarat apabila kedua calon pengantin

berakal, baligh, dan merdeka.

3) Saksi, harus terdiri atas dua orang. Maka tidak sah apabila akad nikah

hanya disaksikan oleh satu orang saksi. Dan syarat-syaratnya adalah :

a) Berakal;

b) Baliqh;

c) Merdeka;

d) Islam;

e) Kedua orang saksi mendengar.17

16

Ahmad Rofiq, Op, Cit, h. 69.

17

H. Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, cet.II, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 64.

Page 36: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

27

b. Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Syarat-syarat

perkawinan disebutkan dalam pasal 6:

1) Perkawinan harus didasarkan pada persetujuan kedua calon mempelai;

2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai

umur 21 tahun harus mendapat ijin orang tua;

3) Dalam hal orang tua yang telah meninggal dunia atau dalam keadaan

tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya maka ijin yang

dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih

hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya;

4) Dalam hal orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak

mampu untuk menyatakan kehendaknya, maka ijin diperoleh dari wali,

orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan

darah dalam garis keturunan ke atas selama mereka masih hidup dan

dalam keadaan dapat menyatakan kehendaknya;

5) Dalam hal ada perbedaan antara orang-orang yang disebut dalam ayat

(2), (3) dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau diantara mereka tidak

menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah hukum

tempat tinggal orang yang melangsungkan perkawinan atas permintaan

orang tersebut dalam memberikan ijin setelah lebih dahulu mendengar

orang-orang tersebut dalam ayat dan pasal ini.

Page 37: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

28

6) Ketentuan tersebut ayat (1) sampai ayat (5) pasal ini berlaku sepanjang

hukum masing-maing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang

bersangkutan tidak menentukan lain.18

C. Tujuan Dan Hikmah Pernikahan

Setiap manusia dalam melakukan sesuatu hal perbuatan hukum tentunya

memiliki tujuan, dan setiap perbuatan hukum memiliki hikmah tersendiri yang

berkenaan dengan hidup baik dalam hal pernikahan maupun perihal lainnya.

1. Tujuan pernikahan;

Tujuan makhluk allah yakni secara khusus adalah manusia, tujuan

pernikahan sangat beragam, sesuai dengan pola fikir masing-masing individu

di masyarakat yang sangat beragam. Ada yang bertujuan hanya sekedar

meningkatkan karir, untuk meraih jabatan tertentu ataupun hanya sekedar

status semata di masyarakat, dan sebagainya. Tetapi dalam Islam tidaklah

seperti itu. Islam memberikan akal pikiran yang sehat lagi dewasa sehingga

mampu melihat dan memilih suatu hal, dengan niat ataupun tujuan yang

sangat logis dan manusiawi. Islam memberikan rumusan mengenai tujuan

pernikahan yang sedikitnya ada tiga tujuan pernikahan sebagai berikut:

a. Menentramkan Jiwa;

b. Perkawinan dapat membentuk keluarga yang bahagia, kekal dan penuh

rasa kasih dan sayang, sehingga merasa damai, tenang, dan tentram;

18

Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan,

Hukum Perwakafan cet. II, (Bandung: Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2008), h. 81

Page 38: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

29

c. Mewujudkan (melestarikan) keturunan;

d. Insting untuk mendapatkan keturunan juga dimiliki oleh pria maupun

wanita. Akan tetapi perlu diketahui juga bahwa mempunyai anak bukanlah

suatu kewajiban saja namun amanat dari Allah SWT yang diharap lahir

dengan membawa ketaatan kepada Allah SWT;

e. Menyelamatkan masyarakat dari kerusakan akhlak.

Manusia memiliki berbagai macam rasa, niat, perilaku dan sifat yang

sering kali berbeda-beda dan berubah-ubah. Baik dalam hal kebaikan maupun

dalam hal keburukan atau hal-hal yang condong ke perilaku yang negatif.

Maka dalam hal tujuan perkawinan Islam sangat tegas menyatakan bahwa

dalam menikah atau seorang yang ingin menikah, atau memiliki tujuan yakni

dapat menyelamatkan akhlak manusia dari kerusakan dan perjinahan, baik

dikalangan remaja maupun dewasa.

Menurut Imam Al- Ghajali dalam kitab Ihya Ulumuddin tentang

faedah melangsungkan perkawinan. Tujuan perkawinan dapat dikembangkan

menjadi lima, yaitu:

a. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan;

b. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwatnya dan

menumpahkan kasih sayang;

c. Memenuhi panggilan agama. Memelihara diri dari kejahatan dan

kerusakan;

Page 39: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

30

d. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak,

serta kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta

kekayaan yang halal;

e. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram

atas penuh cinta dan kasih yang halal.

Sedangkan menurut Asaf A. A. Fyzee, tujuan nikah dapat dilihat dari

tiga Aspek, yaitu:

a. Aspek Agama (Ibadah);

1) Memperoleh keturunan.

2) Perkawinan merupakan salah satu sunnah Nabi Muhammad SAW.

3) Perkawinan mendatangkan Rejeki dan menghilangkan kesulitan-

kesulitan.

b. Aspek Sosial (Masyarakat);

1) Memberikan perlindungan kepada kaum wanita yang secara umum

dinilai fisiknya yang lemah karena setelah pernikahan si isteri akan

mendapat perlindungan dari suaminya, baik masalah nafkah atau

gangguan orang lain serta mendapat pengakuan yang sah dan baik dari

masyarakat.

2) Mendatangkan sakinah (ketentraman bathin), menimbulkan mawaddah

dan mahabbah (cinta kasih) serta rahmah (kasih sayang) antara suami

isteri, anak-anak dan seluruh anggota keluarga.

Page 40: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

31

c. Aspek Hukum (Negara).

Perkawinan sebagai akad, yaitu perikatan dan perjanjian luhur

antara suami dan istri untuk membentuk rumah tangga yang bahagia.

Dengan akad yang sah dimata Agama dan Negara, maka akan

menimbulkan hak dan kewajiban suami istri serta perlindungan dan

pengakuan hukum baik Agama maupun Negara.19

2. Hikmah Perkawinan

Allah SWT, telah menjadikan makhluk-Nya berpasang- pasangan.

Dengan kata lain, ketika manusia dijadikan makhluk Allah SWT yang paling

sempurna, dan kesempurnaannya dapat dilihat dari kehidupan manusia yang

saling berpasang- pasangan dari lawan jenis kamu.

Perkawinan dalam Islam menurut Abdurrahman Wahid bukan sekedar

akad nikah, melainkan memiliki dimensi lain yang tidak boleh hilang yaitu

cinta dan kasih sayang (mawaddah dan warrahmah), dengan menjadikan

ikatan yang kokoh. Rahman disini bukan berarti kesejahteraan saja, melainkan

pengikat dengan dimensi fisik termasuk biologis seperti reproduksi.20

Menurut

beberapa para pakar hukum, perkawinan adalah suatu ikatan atau perjanjian

lahir batin antara kedua pasangan hingga penjaminan suatu hal ataupun

perbuatan yang bisa menjadikan perbuatan hukum. Antara lain hikmah yang

19

Chuzaimah Tahido Yanggo dan Hafiz Anshary A.Z, Loc. Cit., h. 57-63.

20

Abdurrahman Wahid, Refleksi Teologis Dalam Perkawinan (Bandung: Mizan, 1999),

h.172.

Page 41: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

32

dapat dilihat dalam perkawinan itu ialah menghalangi umat dari hal-hal atau

perbuatan yang tidak diizinkan syara dan menjaga kehormatan diri dari

kerusakan seksual.21

Dari hikmah- hikmah perkawinan yang disebutkan di atas, dapatlah

penulis ambil untuk ilmu secara pribadi dan pada saatnya semua manusia juga

dapat merasakan dan menjadikan hikmah ini sebagai motivasai untuk

kedepannya dan menjadikan kita selalu manusia yang selalu bersyukur kepada

Allah SWT.

D. Pencegahan atau Larangan dalam Pernikahan

Larangan perkawinan dalam aturan perdata di Indonesia di atur dalam

Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Pasal 13 yang

berbunyi: “Perkawinan dapat dicegah, apabila ada pihak yang tidak memenuhi

syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan”.22

Tidak memenuhi persyaratan

seperti yang dimaksudkan dalam ayat di atas mengacu kepada dua hal, yakni:

Pertama; Persyaratan Administrasi, dan Kedua; Persyaratan Materil. Persyaratan

Administrasi berhubungan dengan Administrasi Perkawinan. Adapun Syarat

Materil menyangkut hal-hal yang mendasar seperti larangan perkawinan.

Misalnya, Perkawinan yang dapat dicegah apabila salah seorang atau kedua

mempelai masih terikat perkawinan dengan orang lain, pecegahan ini tidak

21

Amir Syarifuddin, Garis- Garis Besar Fiqih (Jakarta : Prenada Media, 2003), h.81.

22

Aulia Nuansa, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan,

Hukum Perwakafan,cet. II, (Bandung: Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2008), h. 84

Page 42: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

33

berlaku terhadap seorang suami yang telah mendapat izin dispensasi poligami

oleh Pengadilan Agama.

Larangan Kawin BAB VI Pasal 39 dalam Kompilasi Hukum Islam,

Larangan melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita

disebabkan, sebagai berikuti:23

1. Karena pertalian nasab :

a. Dengan seorang wanita yang melahirkan atau yang menurunkannya atau

keturunannya;

b. Dengan seorang wanita keturunan ayah atau ibu;

c. Dengan seorang wanita saudara yang melahirkannya.

2. Karena pertalian kerabat semenda :

a. Dengan seorang wanita yang melahirkan isterinya atau bekas isterinya;

b. Dengan seorang wanita bekas isteri orang yang menurunkannya;

c. Dengan seorang wanita keturunan isteri atau bekas istrinya, kecuali

putusnya hubungan perkawinan bekas isterinya itu qobla Dukhul;

d. Dengan seorang wanita bekas isteri kerturunannya.

3. Karena Pertalian Sesusuan;

a. Dengan wanita yang menyusui dan seterusnya menurut garis

lurus ke atas;

b. Dengan seorang wanita sesusuan dan seterusnya menurut garis

lurus ke bawah;

23

Aulia Nuansa, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan,

Hukum Perwakafan, cet. II, (Bandung: Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2008), h.11-12.

Page 43: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

34

c. Dengan saudara wanita sesusuan, dan kemenakan sesusuan ke bawah;

d. Dengan seorang wanita bibi sesusuan dan nenek bibi sesusuan ke atas;

e. Dengan anak yang disusui oleh isterinya dan keturunannya.

Adapun mekanisme yang ditempuh dari pihak-pihak yang akan

melakukan pencegahan adalah dengan cara mengajukan pencegahan perkawinan

ke Pengadilan Agama dalam daerah hukum dimana perkawinan dilangsungkan

dan diberitahukan kepada pegawai pencatat nikah atau KUA (kantor urusan

agama).

Dan pasal 14 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan,

yang berbunyi:24

1. Yang dapat mencegah perkawinan ialah para keluarga dalam garis lurus ke

atas dan ke bawah, saudara, wali nikah, dari salah seorang calon mempelai dan

pihak-pihak yang berkepentingan.

2. Mereka yang tersebut pada ayat (1) pasal ini juga berhak mencegah

berlangsungnya perkawinan apabila salah seorang calon mempelai berada di

bawah pengampuan, sehingga dengan perkawinan tersebut mengakibatkan

kesengsaraan bagi calon mempelai yang lainnya, yang masing-masing

mempunyai hubungan dengan orang-orang seperti dalam ayat (1) Pasal 1.

Pasal 15 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan,

menyatakan : “Barangsiapa karena perkawinan dirinya masih terikat dengan salah

24

Aulia Nuansa, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan,

Hukum Perwakafan, cet. II, (Bandung: Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2008), h. 84

Page 44: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

35

satu dari kedua belah pihak dan atas dasar adanya perkawinan, dapat mencegah

perkawinan yang baru, dengan tidak mengurangi ketentuan pasal 3 ayat (2) dan

pasal 4 Undang-undang ini”.25

Pasal 16 Undang- undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan,

mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan perkawinan. Dan pada

ayat (1), yakni Pejabat yang ditunjuk berkewajiban mencegah berlangsungnya

perkawinan apabila ketentuan-ketentuan dalam pasal 7 ayat (1), Pasal 8, Pasal 9,

Pasal 10 dan Pasal 12 Undang-undang ini tidak dipenuhi. Dan pada ayat (2),

yakni Mengenai pejabat yang ditunjuk sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal

ini diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan.

Dan Dipertegas dengan Undang-undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974

Pasal 20, yaitu: “Pegawai pencatatan perkawinan tidak diperbolehkan

melangsungkan atau membantu melangsungkan perkawinan bila ia mengetahui

adanya pelanggaran dalam dalam pasal 7 ayat (1), pasal 8, pasal 9, pasal 10 dan

pasal 12 Undang-undang ini meskipun tidak ada pencegahan perkawinan.26

25

Aulia Nuansa, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan,

Hukum Perwakafan, cet. II, (Bandung: Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2008), h. 84- 85.

26 Aulia Nuansa, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan,

Hukum Perwakafan, cet. II, (Bandung: Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2008), h. 85-86

Page 45: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

36

BAB III

DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR

A. Pengertian Dispensasi Nikah Di Bawah Umur

Pernikahan di bawah umur atau Dispensasi Nikah ialah pernikahan yang

terajdi pada pasangan atau salah satu calon yang ingin menikah pada usia di

bawah standar batas usia nikah yang sudah ditetapkan oleh aturan hukum

perkawinan.

Perkawinan di bawah umur tidak dapat diizinkan kecuali pernikahan

tersebut meminta izin nikah atau dispensasi nikah oleh pihak Pengadilan Agama

untuk bisa disahkan pernikahannya di Kantor Urusan Agama (KUA), dan

sebelum mengajukan permohonan izin menikah di Pengadilan Agama terlebih

dahulu kedua calon pasangan yang ingin menikah harus mendapat izin dari kedua

orang tua.

Dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan pada

Bab II pasal 7 disebutkan bahwasannya perkawinan hanya diizinkan jika pihak

pria sudah mencapai umur sekurang-kurangnya 19 tahun, dan pihak wanita sudah

mencapai umur sekurang-kurangnya 16 tahun. Dalam batas usia pernikahan

menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) sama dengan Undang-undang Nomor 1

tahun 1974 tentang perkawinan. Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 15

ayat 2 menegaskan bahwa untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum

mencapai batas usia 21 tahun harus mendapati izin sebagaimana yang diatur

Page 46: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

37

dalam pasal 6 ayat (2), (3), (4) dan (5) Undang-undang Perkawinan Nomor 1

tahun 1974.

Keterangan di atas, memberikan petunjuk bahwa pasal di atas menjelaskan

arti dispensasi atau batasan umur dapat dilihat dari:

1. Bahwa umur 19 tahun bagi usia pria adalah batas usia pada masa SLTA,

sedangkan untuk wanita usia 16 tahun adalah batas usia pada masa SLTP, dari

masa di atas adalah masa dimana kedua pasangan masih sangat muda. Oleh

sebab itu peran orang tua sangat penting disini dalam membimbing, menolong

dan memberi arahan untuk masa depan bagi si anak.

2. Izin orang tua sangat diperlukan. Tanpa izin orang tua, perkawinan tidak dapat

dilaksanakan, khusus bagi calon wanita wali orang tua harus ada sebagai

syarat yang sudah ditentukan oleh aturan hukum perihal syarat pernikahan.

Dalam penjelasan umum Undang-undang Perkawinan Nomor 1 tahun

1974 tentang Perkawinan dijelaskan sebagai berikut: Prinsip Undang-undang ini

bahwa calon (suami isteri) itu harus siap jiwa raganya untuk dapat

melangsungkan perkawinan, agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara

baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan sehat.

Dari sisi lain, perkawinan juga mempunyai hubungan dengan masalah

kependudukan. Terbukti bahwa batas umur yang lebih rendah bagi seorang wanita

untuk menikah, mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi jika dibandingkan

Page 47: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

38

dengan batas umur seseorang yang menikah pada usia yang lebih matang atau

usia yang lebih tinggi.27

Dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam tidak ada aturan hukum yang menjelaskan batasan

minimal usia bagi para pelaku nikah di bawah umur, sehingga dalam hal ini

Hakim mempunyai Ijtihad atau pertimbangan hukum sendiri untuk bisa

memutuskan perkara permohonan nikah di bawah umur, dan hakim mempunyai

wewenang penuh untuk mengabulkan sebuah permohonan baik mengabulkan

maupun menolak sebuah permohonan penetapan nikah di bawah umur tersebut.28

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dalam hal ini

menyimpulkan pendapat bahwa hal ini menjadi suatu kelemahan terhadap

Undang-undang Perkawinan itu sendiri. Dan ditafsirkan bahwa pemberian

dispensasi nikah di bawah umur, untuk putusan sepenuhnya diserahkan kepada

pejabat yang berwenang yaitu hakim dalam Peradilan Agama setempat.29

Walaupun tidak ada batas usia nikah bagi calon suami, sama hal terhadap

batas usia bagi calon isteri juga tidak ada ketentuannya. Namun ada sumber

hukum yang diambil dari Aisyah r.a, yang artinya sebagai berikut yang

diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, yakni : “Dari Aisyah r.a

27

K. Wancik Saleh, Hukum Perkawinan Di Indonesia (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1976 ),

h.30. 28

Abdul Manan, Etika Hakim dalam Penyelenggaraan Peradilan (Jakarta: Kencana,

2007), h.136. 29

Suparman Usman, Perkawinan Antar Agama dan Problematika Hukum Perkawinan di

Indonesia (Serang: Saudara Serang, 1995), h 100-102.

Page 48: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

39

sesungguhnya Nabi SAW telah menikah dengannya pada saat ia berumur enam

tahun dan ia diserahkan kepada Nabi SAW pada usia sembilan tahun”.30

Hadist di atas hanyalah bersifat khabariyah (kabar) saja tentang

perkawinan Nabi Muhammad SAW, namun di dalamnya tidak dijumpai khitab

(pernyataan), baik berupa pernyataan yang mesti diikuti ataupun pernyataan untuk

ditinggalkan.

Karena itu pernyataan usia yang ada dalam hadist di atas tidak dapat

disimpulkan sebagai pernyataan batas usia terendah kebolehan melangsungkan

pernikahan bagi kaum wanita.

Menurut Abdul Rahim Umran, batasan usia nikah dapat dilihat dalam

beberapa arti sebagai berikut:31

1. Biologis, secara biologis hubungan kelamin dengan isteri yang terlalu muda

(yang belum dewasa secara fisik) dapat mengakibatkan penderitaan bagi isteri

dalam hubungan biologis. Lebih-lebih ketika hamil dan melahirkan.

2. Sosio-Kultural, secara sosio-kultural pasangan suami isteri harus mampu

memenuhi tuntutan sosial, yakni mengurus rumah tangga dan mengurus anak-

anak.

3. Demografis (kependudukan), secara demografis perkawinan di bawah umur

merupakan salah satu faktor timbulnya pertumbuhan penduduk yang lebih

tinggi.

30

Imam Abi Muslim al- Hijaj, Shahih Muslim (Beirut: Darul Fikr, 1992), h.650.

31

Abdurrahim Umran, Islam dan KB (Jakarta: Lentera Batritama, 1997), h.18.

Page 49: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

40

Menurut para Ulama, dalam Islam menentukan batasan usia nikah bisa

dikembalikan kepada tiga landasan, yaitu:

1. Usia kawin yang dihubungkan dengan usia dewasa (baligh);

2. Usia kawin yang didasarkan kepada keumuman arti ayat Al-Qur’an yang

menyebutkan batas kemampuan untuk menikah.

3. Hadist yang menjelaskan tentang usia Aisyah waktu nikah dengan Rasulullah

SAW.

Sedangkan para Ulama Ushul Fiqh menyatakan bahwa yang menjadi

ukuran dalam menentukan seseorang telah memiliki kecakapan bertindak hukum

setelah Aqil Balig (mukallaf) dan cerdas, sesuai dengan firman Allah SWT dalam

Surat An-Nissa (4) ayat : 6, yang berbunyi:

Artinya: “Dan ujilah anak itu sampai mereka cukup umur untuk kawin, kemudian

jika menurut pendapatmu mereka lebih cerdas (pandai memelihara harta), maka

serahkanlah kepada mereka harta-hartanya”. (QS. An- Nissâ [4] ayat : 6)

Dalam hal ini untuk menentukan kedewasaan dengan umur terdapat

beberapa pendapat diantaranya:32

1. Menurut Abu Hanifah, kedewasaan itu datangnya mulai usia 19 tahun bagi

laki-laki dan 17 tahun bagi wanita. Sedangkan Imam Malik menetapkan 18

tahun, baik untuk pihak laki-laki maupun untuk perempuan.

32

Helmi Karim, Kedewasaan Untuk Menikah Problematika Hukum Islam Kontemporer,

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), h.70

Page 50: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

41

2. Menurut Syafi’i dan Hanabillah menentukan bahwa masa untuk menerima ke

dewasaan dengan tanda-tanda di atas, tetapi karena tanda-tanda itu datangnya

tidak sama untuk semua orang, maka kedewasaan ditentukan dengan umur.

Disamakannya masa kedewasaan untuk pria dan wanita adalah karena

kedewasaan itu ditentukan dengan akal, dengan akallah ada taklif, dan karena

akal pula adanya hukum.

3. Sarlito Wirawan Sarwono melihat bahwa usia kedewasaan untuk siapnya

seseorang memasuki hidup berumah tangga harus diperpanjang menjadi 20

tahun untuk wanita dan 25 tahun untuk pria. Hal ini karena diperlukan karena

zaman modern menuntut untuk mewujudkan kemaslahatan dan menghindari

kemaslahatan dan menghindari kerusakan, baik dari segi kesehatan maupun

tanggung jawab sosial.

4. Yusuf Musa mengatakan, bahwa usia dewasa itu setelah seseorang berumur 21

tahun. Hal ini dikarenakan pada zaman modern ini orang memerlukan

persiapan yang matang.

Dari perbedaan pendapat di atas menunjukan bahwa berbagai faktor ikut

menentukan cepat atau lambatnya seseorang mencapai usia kedewasaan, terutama

kedewasaan untuk berkeluarga.

Angka-angka atau usia di atas tidaklah selalu cocok untuk setiap wilayah

di dunia ini. Setiap wilayah dapat menentukan usia kedewasaan masing-masing

sesuai dengan masa atau kondisi yang ada.

Page 51: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

42

B. Batas Usia Nikah menurut Hukum Positif

Batas usia nikah ialah suatu batasan umur untuk menikah atau kawin.

Batasan usia nikah disini menurut aturan hukum yang berkaitan dengan perkara

atau masalah perkawinan, seperti pengajuan permohonan nikah di bawah umur,

penulis akan paparkan batas usia nikah di bawah ini dalam hukum positif, yaitu

sebagai berikut:

1. Batas usia nikah menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan, terdapat dalam BAB II Syarat-syarat Perkawinan pasal 6 ayat (2),

yaitu: “Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai

umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua”.

Sedangkan Pada pasal 7 ayat (1) Undang-undang Perkawinan: “Perkawinan

hanya diizinkan jika pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan

pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Dan pada ayat (2)

“Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta

dispensasi nikah kepada Pengadilan Agama atau pejabat lain yang ditunjuk

oleh kedua orangtua pihak pria maupun pihak wanita. Dan pada ayat (3)

“Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan salah seorang atau kedua orangtua

tersebut dalam pasal 6 ayat (3), dan (4) Undang-undang ini, berlaku juga

dalam hal permintaan dispensasi tersebut ayat (2) pasal ini dengan tidak

mengurangi yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (6).33

2. Batas Usia Nikah menurut Kompilasi Hukum Islam pada Pasal 15 ayat (1),

yaitu: “Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya

33

Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam:(Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, dan

Hukum Perwakafan, cet. II, (Bandung: Tim Redaksi Nuansa Aulia), h. 82-83

Page 52: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

43

boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan

dalam Pasal 7 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 yakni calon suami

berumur sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang-

kurangnya berumur 16 tahun. Dan pada ayat (2), “bagi calon mempelai yang

belum mencapai umur 21 tahun harus mendapati izin yang sebagaimana yang

diatur dalam pasal 6 ayat (2), (3), (4), dan (5) Undang-undang Nomor 1 tahun

1974 tentang Perkawinan.34

3. Sedangkan batasan usia nikah menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata

(KUHPer), BAB IV perihal Perkawinan pasal 29, yakni: “Laki-laki yang

belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun penuh dan perempuan yang

belum mencapai umur 15 (lima belas) tahun penuh, tidak diperkenankan

mengadakan perkawinan. Namun jika ada alasan-alasan penting, pemerintah

berkuasa menghapuskan larangan ini dengan memberikan “Dispensasi”.35

C. Faktor Penyebab Pernikahan Di bawah Umur

Pada umumnya, faktor terjadinya nikah dibawah umur adalah faktor

agama, budaya (adat), sosial dan hukum yang berkembang dalam masyarakat,

yang diuraikan sebagai berikut:

34

Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam :Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, dan

Hukum Perwakafan, cet. II, (Bandung: Tim Redaksi Nuansa Aulia), h. 5-6

35

Penghimpun Solahuddin, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Acara Pidana, dan

Perdatah (Jakarta: Visimedia, 2008), h. 226

Page 53: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

44

1. Norma Agama

Norma agama, dalam hal ini agama tidak mengharamkan atau

menentang pernikahan di bawah umur dan tidak ada kriminalisasi terhadap

pernikahan di bawah umur, bahkan dalam pandangan Islam “Nikah” adalah

fitrah manusia dan sangat dianjurkan bagi umat Islam, karena menikah

merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan) yang harus dipenuhi

dengan jalan yang sah agar tidak mencari jalan yang sesat atau jalan yang

menjerumuskan dalam hubungan zinnah. Dan pernikahan usia muda

merupakan suatu antisipasi dari orang tua untuk mencegah akibat-akibat

negatif yang dapat mencemarkan nama baik dan merusak martabat orang tua

dan keluarga.36

Perintah dan anjuran melakukan pernikahan, tidak

memberikan batasan umur seseorang untuk melakukan pernikahan, namun

ditekankan perlunya kedewasaan seseorang melakukan pernikahan untuk

mencegah kemudharatan atau hal-hal buruk. Hal ini sangat relevan dengan

hukum positif di Indonesia dan Undang-undang lainnya yang saling berkaitan

perihal penikahan di bawah umur, bahwasannya tidak ada aturan hukum yang

menegaskan dengan berupa memberikan sanksi hukum terhadap para pelaku

atau orang-orang yang terkait dalam pernikahan di bawah umur. Walaupun

dalam pasal 26 Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 mewajibkan orang tua

dan keluarga untuk mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak,

36

Mudzakaroh Al-Azhar, Tentang Perkawinan di Bawah Umur (Jakarta: Agustus,

1985), h.62.

Page 54: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

45

namun pernikahan di bawah umur tidak serta merta dipandang sebagai

tindakan kriminal menurut hukum. Dan Undang-undang Perkawinan yang

memberikan dispensasi kepada kedua pasangan yang belum cukup usianya

untuk bisa melakukan pernikahan. Dengan berbagai sebab atas pertimbangan

hukum dimuka persidangan.

2. Budaya (tradisi)

Dari segi budaya atau tradisi yang masih melekat dibeberapa

masyarakat di daerah Indonesia dan sebagian menganggap bahwa perkawinan

di bawah umur merupakan tindakan yang biasa. Di Luar Jakarta khususnya

yang biasanya mempunyai adat atau kebiasaan yang masih melekat

dimasyarakat, tidak ada larangan nikah di bawah umur karena adanya

kepercayaan bahwa “seorang anak perempuan yang sudah dilamar harus

diterima, kalau tidak diterima bisa berakibat si anak tidak laku (tidak dapat

jodoh). Sementara di daerah lain yang biasanya menikahkan anaknya diusia

dini untuk menghindari terjadinya fitnah bagi kedua pasangan yang sedang

berpacaran, hal yang sama juga terjadi di desa atau daerah lain yang masih

berwilayah di Indonesia yang adat kebiasaannya terkenal dengan pernikahan

sirri (rahasia), agar tidak ada cacat dari ikatan pernikahan dikemudian hari.

Alasan yang sering timbul ketika hakim mengabulkan surat permohonan

untuk menikah diusia dini dikarenakan syarat yang sesuai dengan aturan

hukum Islam sudah dipenuhi, dan dalam hal ini Pengadilan Agama tidak

Page 55: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

46

banyak menolak permohonan nikah di bawah umur karena biasanya syarat

pengajuan permohonan sudah lengkap.

3. Sosial (kebiasaan)

Dari segi sosial di dalam masyarakat atau kebiasaan yang sudah biasa

pada satuan terkecil (keluarga) yang mendorong sikap pro atau sikap

mendukung yang sudah biasa terhadap pernikahan usia dini. Lebih-lebih

karena faktor rendahnya pendidikan dan tingkat minimnya perekonomian

serta sikap atau pandangan masyarakat yang biasanya meremehkan masalah

pergaulan bebas yang menimbulkan pernikahan dini tersebut. Dan biasanya

ketidaktahuan masyarakat terhadap efek buruk yang dialami seseorang yang

menikah dini baik dari kesehatan maupun psikologis, menjadi alasan bagi para

pihak yang terkait, baik keluarga ataupun masyarakat sekitar. Disamping itu,

paradigma atau pandangan sebagian masyarakat yang menganggap bahwa

adanya sebuah pernikahan akan mengangkat persoalan atau masalah ekonomi

yang dihadapi, yang pada kenyataannya adalah sebaliknya.

4. Hukum

Dari segi aturan hukum, dalam hal ini hukum sangat mengambil peran

terhadap sebuah penyelesaian dibeberapa masalah yang timbul dalam sebuah

pernikahan, khususnya pada pernikahan di bawah umur. Yang apabila aturan

hukum tentang batasan nikah ada dan jelas serta berjalan dengan baik maka

dampak yang akan timbul yakni disetiap tahun pernikahan usia dini akan

berkurang. Akibat dari pernikahan di bawah umur muncul karena beberapa

Page 56: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

47

faktor yang menimbulkan pernikahan dini seperti kecenderungan pergaulan

bebas yang tidak dibatasi atau dibataskan oleh keluarga atau pihak-pihak yang

terkait, ataupun pengawasan yang kurang ketat dari orang-orang sekitar,

sehingga ketika harapan yakni para remaja yang seharusnya memiliki sikap

bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan mengkuti aturan hukum yang

wajar sudah sangat jauh diperhitungkan, lebih-lebih dijaman modern seperti

ini yang hubungan sex pra-nikah bahkan sex bebas ataupun nikah di bawah

umur menjadi suatu wabah yang sudah sangat biasa dan dianggap wajar.

Pernikahan di bawah umur seperti penjelasan yang dipaparkan di atas,

merupakan peristiwa yang dianggap wajar, dan jarang sekali masyarakat

menganggap penting masalah ini, namun ketika kasus atau masalah ini

muncul di media massa atau menjadi topik yang penting dibahas dalam

berbagai kalangan, barulah kasus ini dianggap baru dan direspon penting oleh

publik, contoh yang sangat baru dan sangat terkenal ialah kasus Syekh Puji

dengan Lutfiana ulfah yang masih berumur 12 tahun, walaupun pada

kenyataannya Syekh Puji dinyatakan bebas tidak bersalah dan hakim

menyatakan bahwa tuntutan dari jaksa penuntut umum dibatalkan karena

tuntutan dari jaksa tidak jelas. Dalam hal ini jauh sebelum kasus Syekh Puji

muncul masih banyak kasus pernikahan dini yang lainnya, yang biasanya

sering muncul di Luar Jakarta atau kota-kota kecil, beda hal di kota-kota

besar.37

37

Nani Suwondo, Hukum Perkawinan dan Kependudukan di Indonesia, cet.I, (Bandung:

PT Bina Cipta, 1989), h.108.

Page 57: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

48

D. Dampak Akibat Pernikahan Di Bawah Umur

Dampak dari para pelaku pernikahan di bawah umur, sebagian besar

keburukan yang akan timbul dalam beberapa masalah setelahnya, dan dampak

atau akibat yang sering timbul karena faktor belum matang usia maupun

kedewasaan para pelaku nikah di bawah umur, sehingga dampak negatif yang

terlihat sangat jelas, seperti di bawah ini:

1. Dampak Negatif

a. Peningkatan perceraian akibat pernikahan di bawah umur;

b. Pernikahan di bawah umur mempunyai pengaruh yang sangat besar

terhadap tingginya angka kematian ibu bayi, dan anak;

c. Secara medis penelitian menunjukan bahwa perempuan yang menikah usia

muda, dengan berhubungan seks lalu menikah, dan kemudian hamil dalam

kondisi yang tidak siap maka dampak negatif yang sering akan timbul,

seperti terkenanya kanker rahim atau “cancer cervix” karena hubungan

seks secara bebas ataupun berhubungan intim dengan berganti-ganti

pasangan;

d. Sementara itu, sikap pro terhadap pernikahan di bawah umur beralasan

bahwa nikah usia muda menjadi suatu hal kebiasaan dan tradisi yang telah

membudidaya dibeberapa masyarakat.

2. Dampak Positif

a. Memeperjelas setatus Perkawinan;

b. Memperjelas nasib anak yang membutuhkan sosok atau figur bapak;

Page 58: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

49

c. Mendapat pengakuan yang baik dari lingkungan;

d. Terjaga dari pandangan-pandangan atau nilai moral baik dari masyarakat;

e. Menjaga dari Perbuatan Jinnah yang tidak terkendali.

Sebagian Firman Allah SWT yang mengharamkan hubungan Jinnah dan

keterangannya dalam Surat Al- Isra (17) ayat : 32, yang berbunyi:

Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah

suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. al-Isrâ [17] ayat :

32).

Page 59: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

50

BAB IV

PERTIMBANGAN HUKUM

TENTANG PERMOHONAN DISPENSASI NIKAH OLEH

PENGADILAN AGAMA TANGERANG

A. Prosedur Pengajuan Dispensasi Nikah

1. Dispensasi Nikah

Dispensasi Nikah adalah sebuah pengecualian dalam hal perkawinan

yang kedua atau salah satu calon mempelai, baik laki-laki atau perempuan

yang masih di bawah umur dan diperbolehkan melangsungkan sebuah

pernikahan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan sesuai prosedur

dispensasi nikah di bawah umur yang berlaku.

Prosedurnya sebagai berikut:38

a. Kedua orang tua (ayah dan ibu) calon mempelai yang masih di bawah

umur, yang masing-masing sebagai Pemohon 1 dan Pemohon 2,

mengajukan permohonan tertulis ke Pengadilan Agama;

b. Permohonan diajukan ke Pengadilan Agama ditempat tinggal para

Pemohon;

c. Permohonan harus memuat: 1) identitas para pihak (Ayah sebagai

Pemohon I dan Ibu sebagai Pemohon II, 2) posita (yaitu: alasan-alasan

38

Dokumen Standar Operasional Pengadilan Agama Tangerang, “Prosedur Pengajuan

Dispensasi Nikah Di Bawah Umur”, artikel diakses pada 1 April 2011 dari http://www.sop/ap.com

Page 60: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

51

atau dalil yang mendasari diajukannya permohonan, serta identitas calon

mempelai laki-laki/perempuan), 3) petitum (yaitu hal yang dimohon

putusannya dari pengadilan).

Catatan:

Untuk mempermudah proses, siapkan juga dokumen-dokumen berikut ini:

1) Asli Surat/ Kutipan Akta Nikah/ Duplikat Kutipan Akta Nikah

Pemohon;

2) Fotokopi Kutipan Akta Nikah/ Duplikat Kutipan Akta Nikah 2 (dua)

lembar;

3) Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku, atau apabila telah

pindah dan alamat tidak sesuai dengan KTP maka Surat Keterangan

Domisili dari Kelurahan setempat;

4) Kartu Keluarga (bila ada);

5) Akta Kelahiran Anak (bila ada);

6) Surat Penolakan Pencatatan Perkawinan dari Kantor Urusan Agama

(KUA) setempat.

2. Izin Kawin

Izin Kawin ialah Untuk perkawinan yang calon suami atau calon isteri

belum berumur 21 tahun dan tidak mendapat Izin dari orangtuanya.

Prosedurnya sebagai berikut:39

39

Dokumen Standar Operasional Pengadilan Agama Tangerang, “Prosedur Pengajuan

Dispensasi Nikah Di Bawah Umur”, artikel diakses pada 1 April 2011 dari http://www.sop/ap.com

Page 61: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

52

a. Calon mempelai laki-laki/perempuan yang umurnya belum 21 tahun dan

tidak mendapat izin dari orangtuanya, mengajukan permohonan tertulis ke

Pengadilan;

b. Permohonan diajukan ke Pengadilan Agama ditempat tinggal Pemohon;

c. Permohonan harus memuat: identitas pihak (calon suami/isteri yang belum

umur 21 tahun sebagai Pemohon), posita (yaitu: alasan/dalil yang

mendasari diajukannya permohonan, serta identitas orang tua Pemohon

dan calon suami/isteri), petitum (yaitu hal yang dimohon putusannya dari

Pengadilan).

Catatan:

Untuk mempermudah proses, siapkan juga dokumen-dokumen berikut ini:

1) Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku, atau apabila telah

pindah dan alamat tidak sesuai dengan KTP maka Surat Keterangan

Domisili dari Kelurahan setempat;

2) Kartu Keluarga (bila ada);

3) Akta Kelahiran Anak/Calon yang ingin menikah (bila ada);

4) Surat Penolakan Pencatatan Perkawinan dari Kantor Urusan Agama

setempat.

B. Wewenang Pengadilan Agama

1. Kekuasaan dan Wewenang Relatif

Kata kekuasaan sering disebut kompetensi yang berasal dari bahasa

Belanda yaitu competentie, yang diterjemahkan dengan kewenangan dan

Page 62: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

53

kekuasaan. Kekuasaan atau kewenangan Peradilan ini kaitannya adalah

dengan hukum acara.40

Yang dimaksud dengan kekuasaan relatif (relative competentie) adalah

kekuasaan dan wewenang yang diberikan antara Pengadilan dalam lingkungan

Peradilan yang sama atau wewenang yang berhubungan dengan wilayah

hukum antar Pengadilan Agama dalam lingkungan Peradilan Agama.

Seperti antara Pengadilan Agama Bandung dengan Pengadilan Agama

Bogor. Dalam contoh yang telah diberikan Pengadilan Agama Bandung

dengan Pengadilan Agama Bogor, keduanya adalah sama-sama berada di

dalam lingkungan Peradilan Agama dan sama-sama berada pada tingkat

pertama. Persamaan ini adalah disebut dengan satu jenis.

Bagi pembagian kekuasaan relatif ini, Pasal 4 Undang-undang Nomor

7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama telah menetapkan: “Peradilan Agama

berkedudukan di kota madia atau kabupaten dan daerah hukumnya meliputi

wilayah kota atau kabupaten”. Selanjutnya, pada penjelasan Pasal 4 ayat (1)

menetapkan: “Pada dasarnya tempat kedudukan pengadilan agama ada dikota

atau kabupaten, yang daerah hukumnya meliputi wilayah kota atau kabupaten,

tetapi tidak tertutup kemungkinan adanya pengecualian”.

Tiap Pengadilan Agama mempunyai wilayah hukum tertentu, dalam

hal ini meliputi satu kota atau satu kabupaten, atau dalam keadaan tertentu

40

Basiq Djalil, Peradilan Agama Di Indonesia: Gemuruhnya Politik Hukum (Hukum

Islam, Hukum Barat, Hukum Adat) dalam Rentang Sejarah Bersama Pasang Surut Lemabaga

Peradilan Syariat Islam Aceh, cet. I, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 137

Page 63: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

54

sebagai pengecualian, mungkin lebih atau mungkin kurang, seperti di

Kabupaten Riau dikepulauannya yang terdapat empat buah Pengadilan Agama

dengan jarak yang cukup jauh dan kondisi transportasi yang sulit, maka dalam

kekuasaan relatif disini adanya pengecualian.

Cara mengetahui yuridiksi relatif agar para pihak tidak salah

mengajukan gugatan atau permohonannya (yakni ke Pengadilan Agama mana

orang akan mengajukan perkaranya dan hak eksepsi tergugat), maka menurut

teori umum hukum acara perdata Peradilan Umum, apabila penggugat

mengajukan gugatannya ke Pengadilan Negeri mana saja, diperbolehkan dan

Pengadilan tersebut masing-masing boleh memeriksa dan mengadili

perkaranya sepanjang tidak ada eksepsi (keberatan) dari pihak lawannya. Juga

boleh saja orang (baik penggugat maupun tergugat) memilih untuk

berperkara dimuka Pengadilan Negeri mana saja yang mereka sepakati.

Pengadilan Negeri dalam hal ini boleh menerima pendaftaran perkara

tersebut disamping boleh pula menolaknya. Namun dalam praktiknya

Pengadilan Negeri sejak semula sudah tidak berkenan menerima gugatan atau

permohonan semacam itu, sekaligus memberikan saran ke Pengadilan Negeri

mana seharusnya gugatan atau permohonan itu diajukan.

Contoh-contoh ketentuan menentukan wilayah yuridiksi sebuah

pengadilan adalah sebagaimana berikut: Gugatan diajukan kepada pengadilan

yang wilayah hukumnya meliputi wilayah kediaman tergugat. Apabila tidak

diketahui tempat kediamannya maka pengadilan dimana tergugat bertempat

Page 64: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

55

tinggal. Apabila tergugat lebih dari satu orang maka gugatan dapat diajukan

kepada pengadilan yang wilayah hukumnya meliputi wilayah salah satu

kediaman tergugat. Apabila tempat kediaman tergugat tidak diketahui atau

tempat tinggalnya tidak diketahui atau jika tergugat tidak dikenal (tidak

diketahui) maka gugatan diajukan ke Pengadilan yang wilayah hukumnya

meliputi tempat tinggal penggugat. Apabila objek perkara adalah benda tidak

bergerak, gugatan dapat diajukan ke Pengadilan yang wilayah hukumnya

meliputi letak benda tidak bergerak. Apabila dalam suatu akta tertulis

ditentukan domisili pilihan, gugatan diajukan kepada Pengadilan yang

domisilinya terpilih. Pada dasarnya untuk menentukan kekuasaan relatif

Pengadilan Agama dalam perkara permohonan adalah diajukan ke Pengadilan

yang wilayah hukumnya meliputi kediaman pemohon.

Namun dalam Pengadilan Agama telah ditentukan mengenai

kewenangan relatif dalam perkara-perkara tertentu seperti di dalam Undang-

undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagai berikut: Permohonan ijin poligami

diajukan ke Pengadilan Agama yang wilayah hukumnya meliputi kediaman

permohon.

Permohonan dispensasi kawin bagi calon suami atau istri yang belum

mencapai umur perkawinan (19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi

perempuan) diajukan oleh orang tuanya yang bersangkutan kepada Pengadilan

Agama yang wilayah hukumnya meliputi kediaman pemohon.

Page 65: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

56

Permohonan pencegahan perkawinan diajukan ke Pengadilan Agama

yang wilayah hukumnya meliputi tempat pelaksanaan perkawinan yang

melangsungkan perkawinan atau pernikahan tersebut. Sebagaimana yang

diterangkan di atas, kewenangan relatif Pengadilan Agama tetap terdapat

beberapa pengecualian dibanding dengan Pengadilan Umum seperti dalam hal

sebagai berikut:

a. Permohonan Cerai Talak:

1) Dalam hal cerai talak, Pengadilan Agama berwenang memeriksa,

mengadili, dan memutuskan perkara diatur dalam Pasal 66 ayat (2),

(3), dan (4) Undang-undang nomor 7 tahun 1989;

2) Permohonan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diajukan

kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman

termohon, kecuali apabila termohon dengan sengaja meninggalkan

tempat kediaman yang ditentukan bersama tanpa izin pemohon;

3) Dalam hal termohon bertempat kediaman di luar negeri, permohonan

diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat

kediaman pemohon;

4) Dalam hal pemohon dan termohon bertempat kediaman di luar negeri,

maka permohonan diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya

meliputi tempat perkawinan mereka dilangsungkan atau kepada

Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

Page 66: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

57

Dari ketetapan ini, maka dapat disimpulkan kepada 4 poin sebagai

berikut:

1) Apabila suami atau pemohon yang mengajukan permohonan cerai-

talak maka yang berhak memeriksa perkara adalah Pengadilan Agama

yang wilayah hukumnya meliputi kediaman isteri atau termohon;

2) Suami atau pemohon dapat mengajukan permohonan cerai-talak ke

Pengadilan Agama yang wilayah hukumnya meliputi kediaman suami

atau pemohon apabila isteri atau termohon secara sengaja

meninggalkan tempat kediaman tanpa ijin suami;

3) Apabila isteri atau termohon bertempat kediaman di luar negeri maka

yang berwenang adalah Pengadilan Agama yang meliputi kediaman

suami atau pemohon;

4) Apabila keduanya (suami istri) bertempat kediaman di luar negeri,

yang berhak adalah Pengadilan Agama yang wilayah hukumnya

meliputi tempat pelaksanaan perkawinan atau Pengadilan Agama

Jakarta Pusat.

b. Perkara Gugat Cerai:

Dalam hal perkara gugat cerai, Pengadilan Agama berwenang

memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara diatur dalam pasal 73

Undang-undang Nomor 7 tahun 1989:

1) Gugatan perceraian diajukan oleh isteri atau kuasanya kepada

Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman

Page 67: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

58

penggugat, kecuali apabila penggugat dengan sengaja meninggalkan

tempat kediaman bersama tanpa izin tergugat;

2) Dalam hal penggugat bertempat kediaman di luar negeri, gugatan

perceraian diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya

meliputi tempat kediaman tergugat;

3) Dalam hal penggugat dan tergugat bertempat kediaman di luar negeri,

maka gugatan diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya

meliputi tempat perkawinan mereka dilangsungkan atau kepada

Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

Dari ketetapan ini, maka dapat disimpulkan kepada 4 poin sebagai

berikut:

1) Pengadilan Agama yang berwenang memeriksa perkara cerai-gugat

adalah Pengadilan Agama yang wilayah hukumnya meliputi kediaman

isteri atau penggugat;

2) Apabila isteri atau penggugat secara sengaja meninggalkan tempat

kediaman tanpa ijin suami, maka perkara gugat-cerai diajukan ke

Pengadilan Agama yang wilayah hukumnya meliputi kediaman suami

atau tergugat;

3) Apabila isteri atau penggugat bertempat kediaman di luar negeri maka

yang berwenang adalah Pengadilan Agama yang meliputi kediaman

suami atau tergugat;

Page 68: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

59

4) Apabila keduanya (suami-isteri) bertempat kediaman di luar negeri,

maka yang berhak adalah Pengadilan Agama yang wilayah hukumnya

meliputi tempat pelaksanaan perkawinan atau Pengadilan Agama

Jakarta Pusat.

2. Kekuasaan dan Wewenang Absolut

Kewenangan absolut (absolute competentie) adalah kekuasaan yang

berhubungan dengan jenis perkara dan sengketa kekuasaan Pengadilan.

Kekuasaan Pengadilan dilingkungan Peradilan Agama adalah memeriksa,

memutus, dan menyelesaikan perkara perdata tertentu dikalangan golongan

rakyat tertentu, yaitu orang-orang yang beragama Islam.41

Dengan kata lain, kekuasaan absolut adalah kekuasaan Pengadilan

yang berhubungan dengan jenis perkara atau jenis Pengadilan atau tingkatan

Pengadilan dalam perbedaannya dengan jenis perkara atau jenis Pengadilan

atau tingkatan Pengadilan lainnya, seperti: Pengadilan Agama adalah

Peradilan bagi orang- orang yang beragama Islam,42

sedangkan bagi yang

selain Islam menjadi kekuasaan Peradilan Umum.

Pengadilan Agamalah yang berkuasa memeriksa dan mengadili

perkara dalam tingkat pertama, tidak boleh langsung berperkara ke Pengadilan

Tinggi Agama atau Mahkamah Agung.

41

Basiq Djalil, Peradilan Agama Di Indonesia: Gemuruhnya Politik Hukum (Hukum

Islam, Hukum Barat, Hukum Adat) dalam Rentang Sejarah Bersama Pasang Surut Lemabaga

Peradilan Syariat Islam Aceh, cet. I, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 138

42

Basiq Djalil, Peradilan Agama Di Indonesia: Gemuruhnya Politik Hukum (Hukum

Islam, Hukum Barat, Hukum Adat) dalam Rentang Sejarah Bersama Pasang Surut Lembaga

Peradilan Agama Hingga Lahirnya Peradilan Syariah Islam Aceh, cet. I, (Jakarta: Kencana,

2006), h. 185

Page 69: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

60

Banding dari Pengadilan Agama diajukan ke Pengadilan Tinggi

Agama, tidak boleh diajukan ke Pengadilan Tinggi. Terhadap kekuasaan

absolut ini Pengadilan Agama harus meneliti perkara yang diajukan

kepadanya, apakah termasuk kekuasaan absolutnya atau bukan. Kalau bukan,

maka dilarang menerimanya. Kalaupun diterima maka tergugat dapat

mengajukan keberatan (eksepsi absolut) dan jenis eksepsi ini boleh diajukan

sejak tergugat menjawab pertama dan boleh kapan saja, baik tingkat banding

maupun kasasi.

Jenis perkara yang menjadi kekuasaan Peradilan Agama (kekuasaan

absolut) diatur dalam Pasal 49 dan 50, Undang-undang Nomor 7 tahun 1989

tentang Peradilan Agama yang telah diamandemen dengan Undang-undang

Nomor 3 Tahun 2006 yang disebutkan sebagai berikut:43

Pasal 49

Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan

menyelesaikan perkara ditingkat pertama antara orang-orang yang beragama

Islam dibidang: a. perkawinan; b. waris; c. wasiat; d. hibah; e. wakaf; f. zakat;

g. Infaq; h. shadaqah; dan i. ekonomi syari'ah.

Pasal 50

(1) Dalam hal terjadi sengketa hak milik atau sengketa lain dalam perkara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, khusus mengenai objek sengketa

tersebut harus diputus lebih dahulu oleh pengadilan dalam lingkungan

Peradilan Umum.

43

Basiq Djalil, Peradilan Agama Di Indonesia: Gemuruhnya Politik Hukum (Hukum

Islam, Hukum Barat, Hukum Adat) dalam Rentang Sejarah Bersama Pasang Surut Lembaga

Peradilan Agama Hingga Lahirnya Peradilan Syariah Islam Aceh, cet. I, (Jakarta: Kencana,

2006), h.235

Page 70: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

61

(2) Apabila terjadi sengketa hak milik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

yang subjek hukumnya antara orang-orang yang beragama Islam, objek

sengketa tersebut diputus oleh pengadilan agama bersama-sama perkara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49.

Sesuai dengan Pasal 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tersebut

seluruhnya ada sembilan (9) item yang menjadi wewenang absolut bagi

Peradilan Agama.

Adapun penjelasan dari pasal 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun

2006 telah menjelaskan setiap satu huruf tersebut sebagai berikut:

Penyelesaian sengketa tidak hanya dibatasi dibidang perbankan syariah,

melainkan juga dibidang ekonomi syariah lainnya.

Yang dimaksud dengan “antara orang-orang yang beragama Islam”

adalah termasuk orang atau badan hukum yang dengan sendirinya

menundukkan diri dengan sukarela kepada hukum Islam mengenai hal-hal

yang menjadi kewenangan Peradilan Agama Sesuai dengan ketentuan pasal

ini.

Huruf a

Yang dimaksud dengan”perkawinan” adalah hal-hal yang diatur dalam atau

berdasarkan undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku yang

dilakukan menurut syariah, antara lain:44

44

Basiq Djalil, Peradilan Agama Di Indonesia :Penjelasan atas Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 tahun

1989 tentang Peradilan Agama, cet. I, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 245-246

Page 71: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

62

1. Izin beristeri lebih dari seorang;

2. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21

(dua puluh satu) tahun, dalam hal orang tua wali, atau keluarga dalam

garis lurus ada perbedaan pendapat;

3. Dispensasi kawin;

4. Pencegahan perkawinan;

5. Penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah;

6. Pembatalan perkawinan;

7. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan istri;

8. Perceraian karena talak;

9. Gugatan perceraian;

10. Penyelesaian harta bersama;

11. Penguasaan anak-anak;

12. Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana

bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak mematuhinya;

13. Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada

bekas isteri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri;

14. Putusan tentang sah tidaknya seorang anak;

15. Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua;

16. Pencabutan kekuasaan wali;

17. Penunjukan orang lain sebagai wali oleh Pengadilan dalam hal kekuasaan

seorang wali dicabut;

18. Penunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup umur

18 (delapan belas) tahun yang ditinggal kedua orang tuanya;

19. Pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang ada di

bawah kekuasaannya;

20. Penetapan asal-usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak

berdasarkan hukum Islam;

Page 72: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

63

21. Putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan

perkawinan campuran;

22. Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan dijalankan

menurut peraturan yang lain.

C. Keterangan Pejabat Pengadilan Agama Tangerang tentang Permohonan

Dispensasi Nikah Di Bawah Umur

Pertimbangan hukum oleh Hakim berdasar untuk memutuskan perkara

atau membolehkan nikah di bawah umur berdasarkan wewenang Pengadilan

Agama untuk menangani jenis perkara yang menjadi kekuasaan Peradilan Agama.

Kekuasaan Peradilan Agama atau kekuasaan absolute, diatur dalam Pasal

49 dan 50 Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang

telah diamandemen dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006.

Pada dasarnya untuk menentukan kekuasaan relatif Pengadilan Agama

dalam perkara permohonan adalah diajukan ke Pengadilan yang wilayah

hukumnya meliputi kediaman pemohon.

Namun dalam Pengadilan Agama telah ditentukan mengenai kewenangan

relatif dalam perkara-perkara tertentu seperti di dalam Undang-undang Nomor 7

tahun 1989 sebagai berikut: Permohonan ijin poligami diajukan ke Pengadilan

Agama yang wilayah hukumnya meliputi kediaman permohon.

Page 73: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

64

Dalam memutuskan perkara dispensasi perihal nikah di bawah umur,

dalam praktiknya hakim memutuskan tidak memerlukan waktu atau persidangan

yang lama. Hanya saja hakim mempunyai kriteria sendiri dalam memutuskan atau

mengabulkan surat permohonan nikah di bawah umur, diantaranya:

1. Surat permohonan ditulis jelas oleh orang tua dari pelaku nikah di bawah

umur;

2. Ada faktor yang melatarbelakangi adanya niatan untuk menikah dari kedua

pasangan yang ingin menikah;

3. Ada surat atau keterangan yang jelas perihal penolakan nikah dari kantor

urusan agama (KUA);

4. Ada keterangan dari para saksi yang menguatkan isi dari permohonan

dispensasi nikah di bawah umur.

Dalam pertimbangan beberapa hakim yang penulis telah wawancarai. Ada

beberapa pertimbangan yang diputuskan dengan alasan atau pemikiran yang sama,

ketika dalam persoalan yang sama, yakni perihal nikah usia muda yang marak

dilakukan oleh para remaja, baik di kota maupun di desa.

Dalam fakta lapangan yang penulis tulis dalam kenyataannya, bahwa

dibeberapa Pengadilan Agama luar Jakarta angka pengajuan surat permohonan

dispensasi nikah di bawah umur relatif lebih banyak dari Pengadilan Agama di

Jabodetabek.

Hal ini mengandung pertanyaan besar dari penulis, maka dari itu penulis

mengadakan wawancara dengan pihak Pengadilan Agama Tangerang, baik Secara

Page 74: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

65

Lisan maupun Tulis, dan Pandangan yang muncul dari beberapa pejabat yang

berwenang dari Pengadilan Agama Tangerang dan sebagai tambahan keterangan

dari Dokumen dasar tentang pernikahan dini yang berbeda.

Dalam tuturnya setiap pandangan beberapa para ahli dalam memutuskan

kasus yang sama namun beda nama akan menggunakan sistem hukum yang sama

untuk menyelesaikan kasus ini, kasus disini bukan berarti kasus besar dalam

Hukum Indonesia, namun kasus disini adalah suatu hal yang bermasalah, baik

masalah ini berhubungan dengan masyarakat besar ataupun masalah yang berada

dilingkungan keluarga terkecil.

Maka dari itu keterangan lebih luasnya penulis paparkan sebagai berikut:

1. Pendapat dari Wakil Ketua Pengadilan Agama Tangerang yaitu Drs. H. Ali

Fikri, SH., MH. Sebagai salah satu Hakim Ketua dalam penyelesaian suatu

kasus dengan memutuskan suatu Putusan atau Penetapan Hukum Perihal

Dispensasi Kawin di Bawah Umur. Beliau berpendapat bahwasannya tidak

ada satu pasal atau satu ayatpun yang melarang atau tidak diperbolehkannya

nikah di bawah umur. Namun tidak dipungkiri hanya ada sebatas batasannya

saja. Dalam peraktiknya sanksi-sanksi bagi para pelaku yang berkaitan dengan

adanya pernikahan di bawah umur yang menyimpang tidak ada sanksi atau

pelanggaran yang jelas, baik dalam Hukum Publik maupun Hukum Positif. 45

45

Wawancara Pribadi secara Lisan dan Tulis dengan Wakil Ketua Pengadilan Agama

Tangerang yaitu Ali Fikri. Tangerang, 06 Januari 2011

Page 75: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

66

2. Pendapat dari Panitera Muda Pengadilan Agama Tangerang yaitu Irfan Yunan,

sebagai salah satu Staff di Pengadilan Agama Tangerang. Beliau berpendapat

bahwasannya nikah adalah fitrah Allah SWT dan sunnah Rasul yang harus

diperoleh dengan jalan kemudahan dan kebaikan, dengan kata lain beliau tidak

akan mempersulit jalannya proses persidangan, namun tidak dipungkiri

adanya kriteria khusus bagi para hakim ketika mengabulkan sebuah penetapan

nikah di bawah umur, harus ada beberapa temuan dan fakta persidangan di

bawah ini, seperti :

a. Melihat jalannya proses persidangan dari awal sampai pada titik

menghadirkan para saksi-saksi;

b. Menganalisa berkas-berkas yang sah sebagai suatu pembuktian seperti

adanya surat penolakan nikah di bawah umur oleh kantor urusan agama

(KUA) setempat. Surat keterangan dari orang tua yang mengijinkan

anaknya nikah di bawah umur.

c. Melihat apa sebab utama pelaku nikah di bawah umur, apa karena sudah

cukup dewasa dalam berpikir ataukah sudah melakukan hubungan zinnah

dan mengahasilkan anak di luar nikah.

Tutur beliau, biasanya hakim memutuskan atau menetapkan bolehnya nikah di

bawah umur antara lain seputar jalannya persidangan yang ada di atas, yang

penulis sudah paparkan.46

46

Wawancara Pribadi secara Lisan dengan Staff Pengadilan Agama Tangerang yaitu

Irfan Yunan. Tangerang, 06 Januari 2011

Page 76: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

67

3. Penadapat dari Sekretaris Pengadilan Agama Tangerang yaitu Muhammad

Affan Gofar. Dalam tuturnya beliau sedikit memberikan pendapatnya,

bahwasannya nikah usia di bawah umur sangat memalukan, lebih-lebih

pernikahan di bawah umur kebanyakan tidak didaftarkan melainkan

pernikahan sirri, berakibat banyak perceraian dan para janda yang status

hidupnya kurang baik, lebih-lebih jika memiliki anak dan merawat anak yang

posisinya masih diusia relatif sangat muda. Dan kondisi masyarakat menengah

ke bawah ketika berhadapan dengan hukum ataupun Pengadilan sudah

mengganggap bahwa akan mengeluarkan uang yang cukup besar. Akibat

sosialisasi atau penyuluhan hukum dibeberapa tempat kurang tersentuh

dengan baik.47

4. Pendapat terakhir oleh Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama (PA)

Semarang Mohammad Dardiri yang mengakui, angka dispensasi pernikahan

dini di wilayah Pengadilan Semarang memang tinggi. Pengadilan Agama

menurutnya kerap tidak bisa menolak permohonan seperti itu lantaran seluruh

syarat permohonan sudah sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang perkawinan. Faktor utama nikah di bawah umur kebanyakan

beralasan karena “Hamil Di Luar Nikah, kemudian dinikahkan meskipun

masih di bawah umur. Padahal tanpa dipungkiri dampak adanya nikah di

bawah umur yang cenderung menimbulkan permasalahan yang lebih besar

47

Wawancara Pribadi secara Lisan dengan Sekretaris Pengadilan Agama Tangerang

yaitu Bapak Muhammad Affan Gofar. Tangerang, 01 April 2011

Page 77: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

68

yakni perceraian akibat pernikahan di bawah umur. Hakim di Pengadilan

Agama Semarang sangat mempermudah lajunya pernikahan di bawah umur

beda di Pengadilan Agama di kota-kota besar, penetapan permohonan nikah

dikabulkan karena faktor yang utama karena hamil di luar nikah, namun di

luar Jakarta seperti di Semarang penetapan permohonan nikah di bawah umur

karena faktor ekonomi dan pendidikan yang rendah sehingga laju pernikahan

dini sangat pesat.48

Namun beda hal di Luar Jakarta yang meningkat pengajuan surat

permohonan nikah di bawah umur dikarenakan kesadaran mereka tentang adanya

dispensasi nikah di bawah umur yang diperbolehkan oleh Pengadilan Agama

Setempat.49

Beda hal di Jakarta kota besar yakni kesadaran masyarakat yang kurang

atas manfaat adanya dispensasi yang diperbolehkan di Pengadilan Agama

setempat. Karena pada dasarnya orang-orang yang mampu menikah tanpa di

Pengadilan Agama merupakan suatu masalah yang paling memalukan di dunia

Peradilan Islam. Lebih-lebih di kota besar pada faktanya banyak yang menikah

pada usia di bawah umur namun usia mereka bisa dipertuakan sehingga proses

nikah di Kantor Urusan Agamapun bisa terlaksana tanpa harus ribet ke Pengadilan

Agama setempat.

48

Dokumen dasar tentang pernikahan dini “Kuatnya Tradisi jadi Salah Satu Penyebab

Pernikahan Di Bawah Umur”, artikel diakses pada 4 April 2011 dari www.dw-world/dw/article/.

49

Dokumen dasar tentang pernikahan dini “Perkawinan Dini jadi Tradisi, artikel diakses

pada 4 April 2011 dari www.berita8.com/news.php?cat=2&id=9057

Page 78: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

69

D. Analisa Penulis

Analisa yang dapat penulis ambil dari penetapan putusan dispensasi kawin

di bawah umur yang diperbolehkan oleh Pengadilan Agama Tangerang Tahun

2009-2010, sebagai berikut :

Pada tahun 2009-2010 di Pengadilan Agama Tangerang hanya ada 3 (tiga)

putusan atau penetapan Dispensasi Kawin, diantaranya ada 2 (dua) putusan

penetapan yang dikabulkan izin nikah dan ada 1 (satu) putusan penetapan

pencabutan permohonan nikah oleh Pemohon I.

Sedangkan dari beberapa Pengadilan Agama yang penulis coba datangi

sebagai suatu pertimbangan penulis dalam menganalisa data, penulis tidak

mendapati satu putusan tentang dispensasi nikah di bawah umur dikarenakan

faktor administrasi yang tidak mendukung. Demi menjaga nama calon yang ingin

menikah di bawah umur, baik nama pemohon maupun alamat dari para pelaku

nikah di bawah umur yang terkait, maka penulis samarkan identitas yang terkait.

Pemohon Pertama:

Nomor Perkara : 220/Pdt. P/2010/ PA. Tng

Tanggal Pengajuan : Tangerang, 11 Oktober 2010

Pemohon : Gono Bin Muhammad

Orang Tua dari : Agus bin Gono (17 tahun, 2 bulan)

Calon isteri : Aprilia binti Miang

Alamat/ dosmisi pemohon di Kota Tangerang.

Tanggal Sidang Pertama : Tangerang, 27 Oktober 2010

Page 79: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

70

Tanggal Sidang Kedua : Tangerang, 10 November 2010

Dalam permohonan ini persidangan dimuka sidang hanya berjalan 2 (dua)

kali persidangan.

Alasan Pemohonan mengajukan Permohonan Nikah untuk anaknya dalam

berita acara, dikekemukakan sebagai berikut:

1. Bahwa kedua calon tidak ada larangan dalam menikah, karena keduanya

masih perawan dan bujang;

2. Bahwa kedua pasangan telah aqil balik, sudah siap untuk menjadi sepasang

suami- isteri;

3. Bahwa pernikahan ini sangat mendesak, karena 2 (dua) tahun keduanya sudah

bertunangan, dan hubungan mereka yang sudah sangat dekat;

4. Dan meminta Pengadilan Agama Tangerang mengabulkan permohonan nikah

untuk anaknya-anaknya.

Bukti dalam Persidangan Perihal Permohonan Nikah Di Bawah Umur di

Pengadilan Agama Tangerang:

1. Kedua anak tersebut sudah bertunangan selama 2 (dua) tahun;

2. Hubungan kedua anak tersebut sudah seperti layaknya suami – isteri;

3. Calon mempelai wanita sudah dalam keadaan hamil 3 (tiga) bulan;

4. Kedua pasangan yang ingin menikah tidak ada hubungan darah.

Kemudian pada hari itu juga, hakim menetapkan:

1. Mengabulkan permohonan Pemohon;

Page 80: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

71

2. Memberikan Izin Dispensasi Kawin Kepada Anak Pemohon (Gono bin

Muhammad) bernama Agus bin muhammad umur 17 tahun 2 bulan untuk

menikah dengan seorang perempuan yang bernama Aprilia binti Miang;

3. Membebankan kepada pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.

141.000,- (seratus empat puluh satu ribu rupiah).

Pemohon Kedua:

Nomor Perkara : 66/Pdt. P/2009/ PA. Tng

Tanggal Pengajuan : Tangerang, 14 Desember 2009

Pemohon I : Nurhayati Binti Muhammad

Orang Tua dari : Isa bin Nasrul (17 tahun, 3 bulan)

Pemohon II : Suprapto bin Jamari

Orang tua dari : Piala binti Suprapto (17 tahun)

Alamat/ dosmisi pemohon di Kota Tangerang.

Tanggal Sidang Pertama : Tangerang, 06 Januari 2010

Tanggal Sidang Kedua : Tangerang, 13 Januari 2010

Dalam permohonan ini persidangan dimuka sidang hanya berjalan 2 (dua)

kali persidangan.

Alasan Pemohonan mengajukan Permohonan Nikah untuk Anaknya dalam

berita acara, dikekemukakan sebagai berikut:

1. Bahwa kedua calon tidak larangan dalam menikah menurut syariat Islam,

karena keduanya masih perawan dan bujang;

Page 81: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

72

2. Bahwa kedua pasangan telah aqil balik, sudah siap untuk menjadi pasangan

suami- isteri;

3. Bahwa pernikahan ini sangat mendesak, karena lebih 1 tahun sudah keduanya

sudah bertunangan, dan hubungan mereka yang sudah sangat dekat;

4. Dan meminta Pengadilan Agama Tangerang mengabulkan permohonan nikah

untuk anaknya-anaknya.

Bukti dalam Persidangan Perihal Permohonan Nikah Di Bawah Umur di

Pengadilan Agama Tangerang:

1. Kedua anak tersebut sudah bertunangan kurang lebih 1 tahun;

2. Hubungan kedua anak tersebut sudah seperti layaknya suami – isteri;

3. Kedua pasangan yang ingin menikah tidak ada hubungan darah;

4. Calon mempelai wanita sudah dalam keadaan hamil 3 (tiga) bulan.

Kemudian pada hari itu juga, hakim menetapkan:

1. Mengabulkan permohonan Pemohon;

2. Memberikan Izin Dispensasi Kawin Kepada Anak Pemohon I (Isa bin Nasrul)

untuk menikah dengan anak Pemohon II (Piala binti Suprapto);

3. Membebankan kepada pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.

191.000,- (seratus sembilan puluh satu ribu rupiah).

Pemohon Ketiga:

Nomor Perkara : 48/Pdt. P/2009/ PA. Tng

Tanggal Pengajuan : Tangerang, 28 Agustus 2009

Page 82: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

73

Pemohon : Siti binti Ruswa

Orang Tua dari : Azis bin H. Budi (17 tahun, 5 bulan)

Calon isteri : Nissa bintin H. Eddi

Alamat/ dosmisi pemohon di Kota Tangerang.

Tanggal Sidang Pertama : Tangerang, 14 September 2009

Tanggal Sidang Kedua : Tangerang, 19 Oktober 2009

Dalam permohona ini persidangan dimuka sidang hanya berjalan 2 (dua)

kali persidangan.

Alasan Pemohonan mengajukan Permohonan Nikah untuk Anaknya dalam

berita acara, dikekemukakan sebagai berikut:

1. Bahwa kedua calon tidak larangan dalam menikah karena keduanya masih

perawan dan bujang;

2. Bahwa pernikahan ini sangat mendesak karena lebih 9 (sembilan) bulan

keduanya sudah bertunangan dan hubungan mereka yang sudah sangat dekat;

3. Bahwa kedua pasangan telah aqil balik sudah siap untuk menjadi pasangan

suami- isteri;

4. Dan meminta Pengadilan Agama Tangerang mengabulkan permohonan nikah

untuk anaknya-anaknya.

Bukti dalam Persidangan Perihal Permohonan Nikah Di Bawah Umur di

Pengadilan Agama Tangerang:

1. Kedua anak tersebut sudah bertunangan selama hampir 9 (sembilan) bulan;

2. Kedua pasangan yang ingin menikah tidak ada hubungan darah;

Page 83: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

74

3. Hubungan kedua anak tersebut sudah seperti layaknya suami – isteri;

Namun dalam perkara Nomor 48/Pdt.P/2009/PA.Tng beda dengan

Permohonan yang sebelumnya, yakni pada Persidangan kedua yaitu tanggal 19

Oktober 2009 Pemohon mencabut permohonannya kemudian pada hari yang

sama hakim menetapkan:

1. Mengabulkan permohonan Pemohon;

2. Menyatakan Perkara Nomor 48/Pdt. P/2009/PA.Tng, telah selesai karena

dicabut;

3. Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.

191.000,- (seratus sembilan puluh satu ribu rupiah).

Keterangan di atas dinyatakan berdasarkan Putusan Penetapan Pengadilan

Agama Tangerang selama 2009-2010. Bahwasannya dalam ketiga putusan

tersebut tidak ada yang berbeda secara terperinci, hanya saja pada putusan 1 dan 2

berbeda dengan putusan yang ke 3. Dalam hal ini hakim tidak berhak memutuskan

atau memberikan saran atau informasi yang siaftnya mempengaruhi melainkan

ketika permohonan nikah kemudian diminta dicabut maka hakim akan

mengabulkan permohonan itu sesuai keinginan pemohon berserta alasan

pemohonan yang tidak keluar dari ketetapan hukum yang sudah ada.

Untuk bisa memberikan penetapan hukum berupa izin nikah dari

Pengadilan Agama Tangerang dan bisa pernikahan anaknya disahkan dan

dicatatkan oleh kantor urusan agama (KUA) setempat, serta memperoleh

pengakuan hukum yang sah. Sebelum mengajukan permohonan ke Pengadilan

Page 84: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

75

Agama Tangerang pemohonan harus meminta surat keterangan penolakan nikah

dari Pihak Kantor Urusan Agama setempat. Selanjutnya salah satu dari orang tua

yang ingin menikahkan anaknya dengan mengajukan sebuah permohoan.

Pemohon disini menjelaskan keinginannya kedua calon pasangan yang ingin

menikah untuk bisa mendapatkan pengesahan atau penetapan pembolehan

anaknya untuk bisa menikah dan pemohon menyatakan bahwa kedua calon yang

ingin menikah merasa sudah cukup dewasa secara pemikiran sehingga mereka

meyakini bisa menjalani sebuah pernikahan yang baik dimata Agama atau hukum

Allah maupun aturan hukum negara Indonesia berupa Undang-undang yang ada.

Penetapan dari pihak Pengadilan Agama merupakan salah satu syarat

untuk pengesahan hukum terhadap sesorang yang ingin menikah di usia muda

atau nikah di bawah umur dan apabila kantor urusan agama (KUA) ingin

mengesahkan dengan jalan menikahkan kedua calon pasangan dengan usia di

bawah umur tanpa izin dari Pengadilan Agama Tangerang maka pernikahan

tersebut dianggap tidak sah atau batal demi hukum atau bisa pihak tertentu

memalukan pencegahan pernikahan sesuai dengan pasal 16 dan 20 Undang-

undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan,50

karena salah satu syarat

menikahkan anak di bawah umur ialah izin dari kedua orang tua dan penetapan

kebolehan nikah oleh Pengadilan Agama setempat serta bukti-bukti lainnya yang

diperlukan seperti yang telah dipaparkan pada keterangan yang lebih terperinci di

atas.

50

Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam :Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, dan

Hukum Perwakafan, cet. II, (Bandung: Tim Redaksi Nuansa Aulia), h.85-86

Page 85: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sesuai dari rumusan masalah, penulis akan paparkan dari pembahasan dan

uraian di atas. Maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada dasarnya tidak ada masalah dalam batasan usia nikah menurut hukum

positif namun batasan minimal usia nikah di bawah umur itu yang tidak ada.

Dan disni hakim mempunyai wewenang penuh terhadap semua hal yang

berjalan dimuka sidang, baik mengabulkan seuatu permohonan, menolak suatu

permohonan maupun mengabulkan permohonan yang dicabut. Karena dalam

hal ini, memang tidak ada aturan hukum yang memberi penjelasan mengenai

batasan usia nikah di bawah umur, aturan hukum positif memberi sepenuhnya

untuk mengabulkan maupun menolak kepada pejabat yang berwenang yaitu

hakim sehingga hakim mempunyai atau memiliki ijtihad penuh dalam

mempertimbangkan suatu putusan permohonan nikah di bawah umur.

2. Dalam hasil studi penulis ini, yang paling bermasalah dan sering penulis temui

di lapangan bahwasannya ternyata masih banyak para pelaku nikah di bawah

umur yang menikah di luar Pengadilan Agama dan disahkan oleh Kantor

Urusan Agama (KUA) setempat. Hal ini sangat memilukan bagi penulis

karena semua hal yang terjadi di luar pemikiran penulis, dalam hal ini penulis

terjun langsung untuk mencari data tersebut ternyata pernikahan di bawah

Page 86: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

77

umur bisa terjadi di luar Pengadilan Agama dikarenakan para pelaku nikah

usia di bawah umur memperpanjang usia mereka. Karena hasil penelitian

penulis ketahui di kota-kota besar Kelurahan tempat pembuatan Kartu Tanda

Penduduk itu sangat mudah. Baik sangat mudah didapat maupun sangat

mudah untuk dipalsukan.

3. Pertimbangan para ahli hukum oleh hakim dalam memutuskan sebuah

penetapan nikah di bawah umur di Pengadilan Agama Tangerang, kebanyakan

karena faktor kejiwaan atau sosiologi si anak dan biasanya hakim

mengabulkan nikah di bawah umur karena calon mempelai wanita sudah

hamil duluan, dikwatirkan akan mengganggu jiwa anak tersebut serta bayi

yang dikandung, maka hakim biasanya mengabulkan permohonan nikah

tersebut. Karena permohonan dispensasi nikah di Pengadila Agama Tangerang

sangat jarang kasusnya, maka semua permohonan dispensasi nikah berupa

sebuah Putusan Penetapan yang dikabulkan dan Putusan Penetapan yang

dicabut sedangkan Putusan Penetapan yang ditolak nihil (tidak ada). Pada

dasarnya kuranganya kesadaran masyarakat terhadap manfaat adanya suatu

Pengadilan Agama dalam menyelesaikan perkara-perkara perkawinan,

mengakibatkan adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di luar

Pengadilan, khususnya pada Dispensasi Nikah Di Bawah Umur harus

mendapatkan izin menikah oleh Pengadilan Agama namun masih ada

masyarkat yang lalai terhadap aturan itu dan pada kenyataannya pernikahan di

bawah umur banyak terjadi di luar pengadilan, oleh sebab itu penulis

menyatakan kesadaran masyarakat sungguh sangat kurang disini.

Page 87: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

78

B. Saran-saran

Saran-saran yang penulis coba paparkan dari kesimpulan atau bab-bab

yang penulis uraikan di atas, dengan angka-angka perkawinan dini yang begitu

besar, maka sudah selayaknya kita semua berbuat untuk menahan laju

peningkatan pernikahan dini. Ada beberapa alternatif sebagai berikut, yakni:

1. Penyuluhan Hukum.

Penyuluhan hukum utamanya ditunjukan kepada orang tua dan pada badan

atau instansi yang terkait baik dari pemerintahan maupun masyarakat

setempat. Dengan sasaran utama adalah anak-anak pada usia di bawah 17

(tujuh belas) tahun dengan bentuk penyuluhan bukan seperti seminar yang

membosankan, tetapi melalui permainan atau alat media masa yang sangat

unik seperti komunikasi yang lebih kreatif dan komunikatif seperti cerpen,

novel serta kreasi para pemberita yang memberikan info-info lewat media

massa sehingga pesan dari penyuluhan hukum ini bisa sampai. Dalam

penyuluhan hukum juga menggabungkan aspek-aspek kesehatan dan hak-hak

anak, karena aturan bukan hanya sebuah batasan melainkan memberi sedikit

peningkatan apresiasi bahwasannya anak dengan batasan umur yang dianggap

belum dewasa mempunyai perlakuan hukum yang sangat istimewa.

2. Pemanfaatan lembaga-lembaga kemasyarakatan.

Berkembangnya lembaga kemasyarakatan sebagai kader dan penyambung

sebuah pembangunan yang lebih baik, yang dijalankan turut mengembangkan

kesadaran hukum khususnya kesadaran masyarakat untuk menikah diusia

matang. Berbentuk “simulasi yang ringan”.

Page 88: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

79

3. Membuat gerakan bersama: “Menikah di usia matang”

Ini hal yang paling sulit jika dilakukan secara bersama. Tetapi menjadi mudah

dan ringan jika dimulai dari lingkup terkecil. Dari diri sendiri, dari lingkungan

keluarga kecil dari lingkungan keluarga yang lebih luas hingga meyebar luas

ke masyarakat secara umum. Hal ini tentu dimulai dengan rasa tanggung

jawab pribadi, menjadi tanggung jawab bersama. Dengan penyuluhan ini,

yang intinya menginginkan kesadaran masyarakat untuk bisa menjaga seluruh

anak Indonesia dan terpenting untuk seluruh anak Indonesia bisa menikah

pada usia matang (produktif).

Page 89: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

80

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Slamet, dan Aminuddin, Fiqih Munakahat, (Bandung: CV. Pustaka Setia,

1999).

Djalil, Basiq, Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006).

Djalil, Basiq, Peradilan Islam, (Jakarta: CV. Prenada, 2006).

Haroen Nasron, Ushul Fiqh I, (Jakarta: Logos Wacana Umu, 2001).

Karim Helmi, kedewasaan untuk menikah problematika hukum islam kontemporer,

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996).

Kamarusdiana dan Nahrowi, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Daras ,2b006)

Manan Abdul, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama,

(Jakarta: Yayasan al-hikmah, 2000).

Manan Abdul, Etika Hakim dalam Penyelenggaraan Peradilan, (Jakarta: Kencana,

2007).

Prodjodikoro wirjono, Hukum perkawinan di Indonesia, (Bandung: Vorkik Van

Hoeve, 1959).

Rafiq Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

1995).

Solahuddin, Penghimpun, Kiatab Undang-Undang Hukum Pidana, Acara Pidana,

dan Perdata, (Jakarta: Visimedia, 2008).

Soetantio, Retnowulan dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam

Teori dan Praktek, (Bandung: Mandar Maju, 1997).

Ubaedillah. A dan Rozak Abdul, DEMOKRASI Hak Asasi Manusia dan Masyarakat

Madani, (Jakarta: ICCE, 2000).

Wahyudi Abdullah Tri, Peradilan Agama di Indonesia, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar,

2004).

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Indah Press,

1996).

Page 90: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

81

Sabiq Sayid, Fiqih Sunnah, (Bandung: Al- Ma’arif, 1990).

Syarifuddin Amir, Garis- Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Prenada Media, 2003).

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademik Presindo,

1995).

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, (Bandung: Citra

Umbara, 2007).

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun

1989 tentang Peradilan Agama, (Jakarta: Kencana, 2006).

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, (Jakarta: Kencana,

2006).

http://www.digilib.ui.ac.id//opac/themes/libri2/detail.jsp?id=107072&lokasi=lokal

www.berita8.com/news.php?cat=2&id=9057.

www.ilmupsikologi.com/?p=493.

www.dw-world/dw/article/.

http://www.sop/ap.com.

www.okezone.com.

Page 91: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

Foto peneliti dengan Eka Noviati sebagai Staff (Sekretaris)

di Pengadilan Agama Tangerang

Foto Peneliti dengan Irvan Yunan sebagai Staff (Juru Sita Pengganti)

di Pengadilan Agama Tangerang

Page 92: DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4337/1/NURMILAH SARI-FSH.pdf · langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi

Foto Peneliti bersama Irvan Yunan dan M. Affan Gofar sebagai Staff

di Pengadilan Agama Tangerang

Foto Peneliti bersama Hakim Pengadilan Agama Tangerang dengan

Dra. Hj. Lathifah, H.M (JSP); Dra. Ai. Jamilah; Dra. Hj. Sahriyah, SH., MSi;

Peneliti; Drs. Ubin Mubin Surdirman.)