80
HUKUM PEREMPUAN MEMILIH PASANGAN NIKAH DALAM PANDANGAN IMAM ABU l:l(ANIFAH DAN IMAM SYAFI'I Oleh SUK.RON NIM. 0043119162 -----· I 1 HIN S\'Aflff ,J/\i(Alffl\ PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FIQIH JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB HUKUM FAKULTAS SYARI' AH DAN HUKUM UIN SY ARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1426 H/2005 M

SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

  • Upload
    lammien

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

HUKUM PEREMPUAN MEMILIH PASANGAN NIKAH DALAM PANDANGAN IMAM ABU l:l(ANIFAH

DAN IMAM SYAFI'I

Oleh

SUK.RON NIM. 0043119162

r~ -----· ~-1 I Pi:Ri')U:3TJIK'%.i"i.\~

1 HIN S\'Aflff ,J/\i(Alffl\ l-·---~~·--~-~----~~-~~-~~.J

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FIQIH JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB HUKUM

FAKULTAS SYARI' AH DAN HUKUM UIN SY ARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1426 H/2005 M

Page 2: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

HUKUM PEREMPUAN MEMILIH PASANGAN NIKAH DALAM PANDANGAN IMAM ABU HANIFAH

DAN IMAM SYAFI'I

SKRIP SI Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Smjana Hukum Islmn

Oleh:

SUKRON NIM: 0043119162

Di Bawah Bimbingan

,¥ Prof. Dr. Hj. Chuzaimah Tahi<lo Yanggo, M.A,

NIP: 150 165 267

JURUSAN PERBANDINGAN MAZI-IAB 1-IUKUM PROGRAlVI STUD I PERBANDINGAN MAZI-IAB FIQIH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SY ARIF I-IIDA Y ATULLAI-1

JAKARTA 1426 HI 2005 M

Page 3: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN

Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih Pasangan Nikah dalam

Pandangan Imam Abn Hanifah d1111 Imam Syafi'i" telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada

tanggal 23 Nopember 2005. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam pada jurusan Perbandingan Mazhab Hukum.

Jakarta, 23 Nopember 2005 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum

Prof. Dr. Hasanudin AF, M.A NIP. 150 050 917

Panitia Ujian Skripsi

Prof. Dr. Hasanudin AF, M.A NIP. 150 050 917

Penguji I Penkr~jiII l J\

~

Syahrul A'dham, M.Ag NIP. 150 299 473

Prof. Dr. Huzaem h Tahido Yanggo, M.A NIP. 150 165 267

Page 4: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

KATAPENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada hadirat Allah yang sampai

pada saat ini masih berkenan memberikankesempatan kepacla kita semua khususnya

kepacla penulis m1tuk memperbaiki amal-amaJ yang telah diperbuat, penulis juga

bersyulrnr karena penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam

semoga tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, Sahabat-sahabatnya dan

kepada semua pengikutnya smnpai akhir zan1an.

Penulis merasa balmgia karena telah dapat menyelesaikm1 studi dan

penyelesaian skripsi ini, dengan kata lain penulis tela11 selesai meraih strata satu di

Univ·~rsitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jalcarta. Tentunya kesuksesan yang

penulis raih ini tidak lepas dari dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga kepada:

1. Bapak Rektor UIN Syarif Hidayatulla11 Jakarta yaitu bapak Prof. Dr.

Azyumardi Azra, M.A. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk menempuh studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak pimpinan Fakultas Sym·i'a11 dan Hukmn llIN Sym·if Hidayatulla11

Jakarta yaitu bapak Prof. Dr. Hasanudin AF, M.A. Yang telah memberi

Page 5: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

kesempatan pada penulis untuk menuntut ilmu di Fakultas Syari'ah dau

Hnkun1.

3. Ketua Jurusau Perbandingau Mazhab Hukum Fakultas Syari'ah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengau tulus telah memberikau arahan

dan nasihat kepada penulis selaum penulis menempuh studi

4. Dosen Pembimbing Prof. Dr. Chuzaimah Tahidoh Yanggo, M.A. yaug dengau

ketulusannya beliau memberikau bimbingan dau arahan sehingga kesulitan

dalam penyelesaian skripsi ini dapat diatasi dengau baik.

5. Ayah dan Ibtmda tercinta (I-I. Mustajab dan Hj. Zaitun), pa111an tercinta

(Drs. Mujahidin, M.A dan Drs. Hazam, M.A.), kakak tercinta (Shalihah,

Nurlailal1, Syafi'ah, Taufik, Rukoyah), yang selalu membimbing dan juga

kepada selurul1 fa111ili yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu yang

dengan semangat dan keikhlasanya telal1 memberikan dorongan dan motivasi

baik lahir maupun batin kepada penulis, sehingga penulis selalu terpacu dala111

menempuh dan menyelesaikan kuliah di Uil\f Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Tentw1ya penulis tidak akan lupa mengucapkan terima kasih kepada Sinot

yang selalu membantu dan menemani penulis dalam penyelesaian skripsi ini,

hnmanawan-immanawati IMMAN Cab. Jakarta, Sugawan-sugawati KMSGD,

Ang-yayu I-IIMA-CITA, Didin, Didi, Dewi, Indah, Rukoyah, Echo Cassual,

Achew, Achu Vj. Daniel, Bob dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan

disini satu persatu, yang telah membantu penulis memberikan dorongan dan

dukungan yaug telal1 tulns pada penulis.

Page 6: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

Untuk semuanya penulis hanya bisa berdo'a semoga semua jasa dan

kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dapat diterima oleh Allah SWT dan

dapat balasan yang berlipat ganda Amin.

Oktober-9-2005 M Ramadan-5-1426 H

Pcm.dis

Page 7: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

DAFTARISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTARISI ............................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... I

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................. 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

D. Metode dan Teknik Penulisan ............................................................. 7

E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 8

BAB II DASAR-DASAR UMUM PERNIKAHAN DALAM PERSPEKTIF

HU KUM ISLAM ........................................................................................ I 0

A. Pengertian Pemikahan ......................................................................... 10

B. Dasar Hukum Pemikahan ................................................................... 13

C. Syarat dan Rukun Pernikahan ............................................................. 17

D. Tujuan dan Hikmah Pernikahan .......................................................... 23

BAB III P AND AN GAN IMAM ABU HANIFAH DAN IMAM SYAFI'I

TERHADAP PEREMPUAN MEMILIH PASANGAN NIKAH ........... 29

A. Menurut Pandanga:n Imam Abu Hanifah ............................................ 29

I. Biografi Imam Abu Hanifah ....................................................... 29

2. Metode Ijtihad Imam Abu Hanifah ............................................. 33

Page 8: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

3. Pendapat Imam Abu Hanifah Tentang Perempuan

Memilih Pasangan Nikah ............................................................ 36

B. Menurut Pandangan Iman1 Syafi'i ...................................................... 46

I. Biografi Imam Syafi'i ................................................................... 46

2. Metode Ijtihad Imam Syafi'i ......................................................... 51

3. Pendapat Imam Syafi'i Tentang Perempuan

Memilih Pasangan Nikah .............................................................. 53

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PENDAPAT IMAM ABU

HANIFAH DAN IMAM SYAFI'I TENTANG PEREMPUAN

MEMILIH P ASANGAN NIKAH ............................................................ 58

A. Persamaan Pendapat antara Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i

Tentang Perempuan Memilih Pasangan Nikah ................................... 58

B. Perbedaan Pendapat antara Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i

Tentang Perempuan Memilih Pasangan Nikah ................................... 59

C. Analisis Mengenai Persamaan dan Perbedaan Pendapat Imam

Abu Hanifah dan Imam Syafi'i Tentang Perempuan Memilih

Pasangan Nikah ................................................................................... 60

BAB V PENUTUP .................................................................................................. 70

A. Kesimpulan ......................................................................................... 70

B. Saran-Saran ......................................................................................... 71

DAFTARPUSTAKA .................................................................................................. 72

Page 9: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

A. Latar Belakang Masalah

BABI

PENDAHULUAN

Dalam pandangan Islam pemikahan itu bukanlah hanya urnsan perdata

semata, bukan pula sekedar nrnsan keluarga dan masalah budaya, tetapi masalah

dan peristiwa agama, oleh karena pemikahan itu dilalrnkan untuk memenuhi

sunah Allah dan sunah Nabi dan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Allah dan

petunjuk Nabi. 1

Pernikahm1 dalmn Islmn merupakan akad (ikatm1) yang diberkahi lliltara

seorm1g laki-laki dm1 seorllilg perempum1 ym1g menyebabkan keduanya halal

bergaul dan mulai menempuh safari kehidupm1 pm1jm1g yang diwarnai saling

mencintai, saling toleransi, tolong menolong dan saling berkasih sayang. Masing­

masing menemukan sakinah, ketentrmnm1, kesejuka11, kemnllilan dan nikmatnya

hidup. Ik:atan syar'i yang Juhur m1tm·a Jaki-laki dan perempuan yang di dalmnnya

tersebm· embun mawaddah ( cinta k:asih), kelembutan, kesejukm1, ketentramm1,

kepercayalli1, saling pengertia11, welas ralunat, dan berhamburan darinya semerbak

kasih sayang serta kebahagiaan. Semua kenikmatlli1 ini dilukisklli1 denglli1 indah

oleh al-Qur'an, yaitu:

1 Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih (Jakarta: Prenada Media, 2003) h. 81

Page 10: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

2

;;J ,;; ... .P,, > ,, ... J t _,. J ,, J,, ,.. 0,,.

~ 01 .:.;..:,3 ;:;; ~ ~:, Ql 1:,.;_,<:..;i i;.1:,j1 ~\ ::r. r-s::i Jf,:. 0l .;IJ ::r.:, ~ ,. ,,. ,, ,,. ,, ,. ,,.... ,,

,, ;)>,. ,,..,, ... ,,

0)'µ rJ..il ~0 2.U;~ "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untulanu

isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderw1g dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian it11 benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir". (QS. Ar-Rum/30: 21)2

Agama Islam mengisyaratkan "nikah" sebagai satu-satunya bentuk hidup

secara berpasangan yang dibenarkan, yang kemudian dianjurkan untuk

dikembangkan dalam pembentuk keluarga.3 Melalui lembaga "nikah", kebutuhan

naluriah yang pokok dari manusia (yang menghamskan dan mendorong adanya

hub1111gan antara pria dan perempuau) tersalurkau secara terhormat sekaligus

memenuhi panggilau watak kemasyaralcatau dari kehidupau mauusia itu sendiri

dan pauggilau moral yang ditegakan oleh agama. Sementara itu, kesejahteraau

keluarga pun alrnn terWl\iud secara simultan, jika dapat dihayati dengan baik

makna dau nilai yang ada dibalik "nikah" itu. 4

Dalam al-Qur'au diisyaratkau bahwa hidup berpasang-pasangan hidup

berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk Allah, tennasuk manusia

sebagaimana firman-Nya dalam surat az-Zariyat ayat 49:

,,. "' ... J ,,, ... 0... 'I>' J

0)~<: Ji~ ~)j (;1;,. •:?- JS' ::r.:, , , ,

"Dari segala sesuatu kami ciptakau berpasang··pasangan supaya kamu mengingat akan kebesarau Allah SWT". (QS. Az-Zariyat'5 l :49).

2 Dr. Moh. Ali Hasyimi, Kepribadian Wanita Mus/imah Menurut al-Qur'an dan al-Hadis (Jakarta : Akademika Pressindo, 1997) h. 125

3 K.H. Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial (Bandung: Mizan 1995) h. 256

"Ibid h. 257

Page 11: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

13

3

Dalam surat Yasin ayat 36 dinyatakan :

,. ,. ,. J ,,. ,. 0 ,. .~J ,. 0 ,. "' ,,

0~ 'J ~:,~I~:, ~~'11 :- ;:; ~ L+lS' (1)j'11 ~ ~~1 0~ "Maha snci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semnanya,

baik apa yang ditnmbnhkan dari bnmi dan dari diri mereka manpnn apa yang tidak mereka ketahni''. (QS. Yasin/36:36).

Dari makhluk yang diciptakan oleh Allah swt berpasang-pasangan inilah

Allah swt menciptakan manusia menjadi berkembang biak dan berlangsung dari

generasi kegenerasi berikntnya sebagaimana tercantum dalam surat an-Nisa

ayat I:

~ "' ,, ,. o,, J ,.,,. "' J" >,,. ,, r 'JG.-) ~ ~:, ~)j ~ ~) 0:1>-1) ~::,. ~ :,,..u1 ~~ 1:,..;1 ~L'.11 ~ ~

,, ,.. ,, " ,, " ,. ,. ,,..,,,,""' /Q ,.µ "'" J,, ,,

~~ ~ 0ts' ..i.11 0~ rb-~ '11:, :'; 0:,i.c.s ~~\ ..'.ill 1_,11:, .I..'...;_:, 1:;.: "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tnhanmu yang telah

menciptakan kamn dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan dari kednanya Allah mengembangbiakan laki-laki dan perempuan yang banyak". (QS. An-Nisal4:1).

Hal inipun disebutkan dalam snrat an-Nahl ayat 72:

,. J 0 ' ,, 0 ,,,.

0)'.,£; ~;,, ~1 ::::) 0~j; ~Wl;'I "Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kanrn sendiri dan

menjadikan bagimn dari isteri-isteri kamu itu anak dan cucu-cucu ... ". (QS. An­Nahl/16:72).

Islam mengatur manusia dalam hidup be1jodoh-jodohan itu melalui

jenjang perkawinan yang ketentnanya dirumuskan dalam wujnd atnran-aturan

yang disebnt hukum perkawinan dalam. 5

5 Drs. H. Abd. Rahman Ghazaly, M.A., Fiqih Munakahat (Jakarta: Prenada Media, 2003) h.

Page 12: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

4

Untuk kebaikan dalam kehidupan berumah tangga, kesejahteraan dan

kesenanganya, seyogyanya perempuan memilih dan mempertimbangkan laki-laki

yang akan menjadi suaminya, sehingga ia dapat menentukan apakah laki-laki itu

cocok atau tidak menjadi suaminya.

Ada beberapa motivasi yang mendorong seorang laki-laki memilih

seorang perempuan untuk pasangan hidupnya dalam perkawinan dan demikian

pula dorongan seorang perempuan untuk memilih laki-laki menjadi pasangan

hidupnya. Yang pokok diantaranya adalah: karena kecantikan seorang wanita atau

kegagahan seorang laki-laki karena kekayaanya; karena kebangsawanannya dan

karena keberagamaannya. Diantara alasan yang banyak itu, maka yang paling

utama dijadikan motivasi adalah karena keberagamaannya. 6

Yang dimaksud dengan keberagamaan di sini adalah komitmen

keagamaannya atau kesungguhannya dalam menjalankan ajaran agamanya. Ini

clijadikan pilihan utama karena itulah yang langgeng. kekayaan suatu ketika dapat

lenyap dan kecantikan suatu ketika dapat puclar demikian pula kedudukan, suatu

ketika akan hilang. 7

Seperti cl al am hadis N abi:

A::K4 °G:,f 0~1 ~1:1;_:,.:J,~ 4j~3 ~c~:, ~~:, ~~~-:i~_:u1 ~ "Dari Abi Hurairah r.a. dari Nabi saw, beliau bersabda: "seorang

perempuan (boleh) dinikahi karena empat ha!: karena hartanya, karena

6 Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih (Jakarta : Prenada Media 2003 ) h. 81 7 Ibid. h. 82

"Abi Dawud Sulaiman, Sunan Abi Dmvud, (Beirut: Dar lbn Khazm) I 997, h. 372

Page 13: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

5

keturunannya, karena kecantikannya dan karena agarnanya. Maka hendaklah kamu dapatkan perempuan yang memiliki agama, (karena jika tidak), binasalal1 kedua tanganmu". (HR. Abu Dawud).

Dalam hal ini -perempuan memilih pasangan nikah- terjadi perbedaan

pendapat antara Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi' i. Perbedaan pendapat

dalan1 masalah tersebut disebabkan berlainan pandangan terhadap keadaan wadah

hukum (perempuan) umpamanya: Gadis, janda, dewasa, dan tidak dewasa.

Empat macam masalah tersebut tidak lepas dari hukum khiyar bagi

wanita. Ketentuan hukum bagi tiap-tiap masalah tersebut juga tidak terlepas dari

perbedaan pendapat antara Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i keadaan-

keadaan tersebut pun perlu diperhatikan karena ia membawa perbedaan

pandangan terhadap perubahan hukum.

Bertitik tolak dari permasalahan di atas, meman.g menarik untuk dikaji,

Karena terjadi perbedaan pendapat antara Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i

dalam masalah hukum khiyar bagi perempuan atau perempuan memilih pasangan

nika11. Untuk itu, inilah yang melatar belakangi penulis untuk mengkaji pendapat

Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i tentang perempuan memilih pasangan

nikah.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Bila ditinjau dari segi topik atau judul skripsi ini, maka kajian Skripsi ini

merupakan kajian disiplin ilmu fiqh yang membahas tentang hukum munakahat.

Objek pembahasan fiqh munakahat sangat luas, seperti. nikah, talak, nrju' dan

yang lainya yang berhubungan dengan munalcalmt. Untuk itu kajian ini perlu

Page 14: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

6

dibatasi. Penulis dalam hal ini hanya akan menjelaskan tentang perempuan

memilih pasangan nikah dalam pandangan Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i.

Perempuan, dalan1 khiyar atau memilih pasangan nikah terjadi perbedaan

pandangan atau pendapat antara Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i.

Perbedaan pendapat dalam masalal1 tersebut disebabkan berlainan pandangan

terhadap keadaan wadah hukum (perempuan) di antaranya: gadis, janda, dewasa

dan tidak dewasa.

Bertitik tolak dari pemmsalahan di atas, masalah pokok yang ingin

dijawab oleh kesimpulan akhir skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

I. Bagaimana pandangan Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i tentang masalah

perempuan memilih pasangan nikal1 yang mencakup kriteria empat masalah

tersebut diatas.

2. Bagaimana persamaan dan perbedaan pandangan Imam Abu I-Ianifal1 dan Imam

Syafi'i tentang masalah perempuan memilih pasangan nikal1.

C. Tujuan Pcnclitian

Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua macam :

I. Tujuan umnm

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pendapat lman1 Abu

Hanifah dan Imam Syafi'i tentang masalah perempuan memilih pasangan

nikah.

Page 15: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

7

2. Tujuan khusus

a. Sebagai salah satu persyaratan dalan1 menyelesaikan program strata satu.

b. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjanah Hukum Islam

pada fakultas syari' ah dan hukum.

c. Untuk mengetahui bagaimana pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam

Syafi'i tentang perempuan memilih pasangan nikah.

D. Metode dan Telrnik Pennlisan

Pembahasan dalam tulisan ini didasarkan pada penelitian kepustakaan

(library research), penelitian yang berdasarkan pada sumber-sumber tertulis.

Sedangkan metodologi yang digunakan dalam penulisan ini sendiri adalah

metode analitis laitis, Tegasnya, penelitian diawali dengan mencari dan

mengumpulkan bahan-bahan bacaan (literatur) yang berhubungan dengan

penyusunan Skripsi, lalu dilakukan pemahaman dan analisis secara kritis dan

mendalan1 untuk kemudian mengambil kesimpulan dan. menuangkannya dalam

Skripsi ini.

Sedangkan teknik penulisan SkTipsi ini adalah meng,gunakan buku Pedoman

Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang ditulis oleh tim Penyusun dari

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2002.

Page 16: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

9

rinci dijelaskan mengenai persamaan dan perbedaan antara Imam Abu Hanifah

dan Imam Syafi' i tentang perempuan memilih pasangan nikah, dan analisis

mengenai persamaan dan perbedaan antara pendapat Imam Abu Hanifa11 dan

Imam Syafi'i tentang perempuan memilih pasangan nikah.

Bab V Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran. Kemudian

diakhiri dengan daftar pustaka.

Page 17: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

8

E. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan Skripsi ini, dibagi menjadi lima bab dan

masing-masing bab memiliki sub pokok-pokok bahasan:

Bab I Pendahuluan, terdiri dari lima sub judul. Dalam bab ini antara lain

dibicarakan tentang Jatar belakang masalah kenapa penulis mengambil penelitian

dengan topik diatas. Selain itu, dibicarakan pula tentang pembatasan dan

perumusan masalah, tttjuan penelitian, metode dan tek:nik penulisan yang

dipergunak:an dalam penulisan skripsi ini dan yang terakhir tentang sistematika

penulisan.

Bab II Dasar-Dasar Umum Pemik:ahan Dalan1 Perspektif Hukum Islam.

Dalam bab ini secara rinci dibicarakan tentang pengmtian pemikahan, dasar

hukum pemikahan, rukun dan syarat sahnya pemikahan, hikmah dan tujuan

pemikahan.

Bab III Pandangan Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i terhadap

perempuan memilih pasangan nikah. Dalam bab ini secara rinci dijelaskan tentang

pandangan Imam Abu Hanifah yang meliputi biografi Imam Abu Hanifah,

metode ijtihad Imam Abu Hanifah dan Pendapat Imam Abu Hanifah tentang

perempuan memilih pasangan nik:ah. Selaajutnya menurnt pandangan Imam

Syafi'i yang meliputi biografi Imam Syafi'i, metode ijtihad Imam Syafi'i dan

pendapat Imam Syafi'i tentang perempuan memilih pasar1gan nikah.

Bab IV Persamaan dan perbedaan pendapat Imam Abu Hanifah dan

Imam Syafi'i tentang perempuan mamilih pasangan nikah dalam bab ini secara

Page 18: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

BABU

DASAR-DASAR UMUM PERNIKAHAN DALAM

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Pengertian Pernikahan

Mahmud Yunus dalam kamusnya mengatakan bahwa nikah itu dari kata

"nakaha" (~) "yankihu" (~ ) "nakhan" ( ~ ) " "nikahan" (G-\5:; ) yang

. . . I artmya mengaw1111.

Imam al-Kahlani dalan1 kitabnya Subul al-Salam mengatakan bahwa

pernikahan berasal dari kata nikah Cc \5:;) yang menurut bahasa artinya

berkumpul, saling memasukan dan digunakan untuk mii bersetubuh (wathi).

2:1,)i ~ J:.::'{) ,'.YI~\)~\ : ;_;.j CiS:J\ "Nikah menurut bahasa adalah berkumpul, saling memasukan dan dipakai

dalam pengertian bersetubuh".

Pemikahan menurut Islam merupakan akad (ikatan) yang diberkahi antara

seorang lald-laki dm1 perempuan yang menyebabkan keduanya halal bergaul dan

mulai menempuh safari kehidupan panjang yang diwarnai saling mencintai, saling

1• Mahmud Yunus, Kamus arab Indonesia, (Jakarta: Yayasa11 Penyelenggara Penterjemah

Tafsir al-Qw"'an, 1973), cet. ke- 1 h. 467. 2

• Muhamad bin Ismail al-Kahlani, Subulus al-Salam, (Beirut: Dar al-Fikr t.th), juz IIJ, h. 109

1(\

Page 19: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

11

toleransi, tolong-menolong dan saling berkasih sayang. Masing-masing

menemukan sakinah, ketentraman, kesejukan, keamanan dan nikmatnya hidup.3

Selanjutnya Imam empat mazhab memberikan pengertian tentang

pernikahan sebagai berikut:

1. Imam Abu Hanifah

41::>0 ~ ~"'oJ)ol ..-,jj Jo.)>':..- -'{ } ,/::t1I ~ '.""-" ~ ~ ..WO. ""''!_ c l.A.;J

"Nikah adalah suatu aqad dengan tujuan memiliki kesenangan secara sengaja".

2. Imam Malik bin Anas

5 _,., ,- ,,_ J ,ii D / ,, "'

_,, '" ' "'· ·'L 1::-0 .. 1 1::._1 :'.u.;;. ~L' is:JI

~17'-'.r.'«->';~ __ er-: ;C _ "Nikah adalah suatu aqad untuk menghalalkan kesenangan Gima') dengan

perempuan yang bukan muhrim dengan sighat nikah".

3. Imam Syafi'i

"Nikah adalah suatu aqad yang mengandung pemilikan "wath'i" dengan menggunakan kata menikahkan atau mengawinkan atau kata lain yang menjadi sinonimnya".

4. Imam Ahmad ibn Hanbal

3. Dr. Moh. Ali Hasyimi, Kepribadian Wanita Muslimah Menurut al-Qur'an dan al-Hadis, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1997) h. 125

4 Abdul Rahman al-Jaziri, a/-Fiqh 'ala Mazhabil Arba 'ah, (Mishr: Maktabah al-Tijarah) 1979, Juz 4, h. 2

5 Ibid, h. 3 6 Ibid 7 Ibid h. 4

Page 20: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

12

"Nikah adalah suatu aqad dengan menggunakan lafadz nikah atau kawin untuk manfaat (menikmati) kesenangan".

Dari beberapa pengertian yang di berikan oleh Imam empat mazhab diatas

dapat disimpulkan bahwa nikah adalah aqad antara laki-laki dan perempuan untuk

saling memiliki, bersenang-senang dan hubungan suami istri dalam rangka

membentuk keluarga atau rumah tangga dengan menggunakan kata-kata

menikahkan atau mengawinkan atau dengan kata lain yang semakna dengan

kedua kata tersebut.

Pemikahan dalam Islam sebagai ikatan yang sangat kuat atau Mitsqan

Ghalizan. Di samping itu pemikahan tidak dapat lepas dari unsur mentaati

perintah Alla11 dan melalcsanakanya adalah ibadah. Ikatan pemikahan sebagai

rnitsqan ghalizan dan mentaati perintah Allah bertujuan untuk membina dan

membentuk terwujudnya hubungan ikatan lahir bathin antara laki-laki dan

perempuan sebagai suami istri dalam kehidupan keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan syari' at Islam. 8 Firman Allah swt :

" ,,. " ,.. J ,, 0 ,, _,,. J. 0/ ,.. J. 2 ,,

• l1).i:. \.;~ ~ 0J;.\j ~ Jl ;,--~; ~\ :u:, ~J~\j ~:, ,, ,,. ,, "' ,..

"Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercan1pur) dengan yang Jain sebagai suami-isteri. Dan mereka

(isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu pe1janjian y;mg kuat" (QS. An-Nisa/ 4 :21).

8 Djarnan Nur, Fiqh Munakahat, (Semarang: Dina Utama semarang), 1993 Cet. Ke-1, h. 5

Page 21: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

13

B. Dasar Hukum Pernikahan

Dasar hukum pernikahan banyak disebutkan dalam al-Qur'an dan al-

Hadis, diantaranya firman Allah swt :

,,. J ... !<,,. " J "' ,,. 0 ,,. ,,. J 0 J ,,0 ~t

0 Jfa-.i, !'""' ~I : o ·:'.-' 0 ~ J! ~L;ll;'I "Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenismu sendiri dan

menjadikan bagi kamu itu anak-anak dan cucu-cucu dan memberimu rezeki yang baik-baik maka mengapalcah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Alla11" (QS. An-Nahl / 16 :72).

Dan dari hadis Nabi saw meuyebutkan :

\-=!.. J.\ oljJ) ~ ~ ~". j.:;; rJ ~ ~ C~I "Nika11 adalal1 sunal1ku (agamamu), maka barang siapa mencintai akan

agamaku, maka hendaklah menjalankanya menurut sunahku". (Riwayat Ibn Maj ah).

Di Indonesia, umumnya masyaralcat memandang bahwa hukum asal

melakukan pernikahan ialah mubah, ha! ini banyak dipengaruhi pendapat Ulama

Syafi'iyyah. Sedang menurut Ulama Hanafiyah, Malikiyah dan Hanabilah hukum

melangsungkan pernikahan itu sunat. Ulama Dhahiriyah menetapkan wajib bagi

orang muslim untuk melakukan pernikahan seumur hidupnya sekali.

Terlepas dari pendapat Imam mazhab, berdasar nash-nash, baik al-Qur'an

maupun Hadis sangat menganjurkan kaum muslimin yang mampu untuk

melangsungkan pernikahan. Namun demikian, kalau dilihat dari segi kondisi

9 al-Hafidz bin Hajar al-Asqolani, Bulughuf Maram, (Indonesia: Daru lkhya), 1992, h. 119

Page 22: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

14

orang yang melaksanakan serta tujuan malaksanakanya, maka melakukan

pernikahan itu dapat dikenakan hukum wajib, sunah, haram, makruh dan mubah.

I. Wajib

Bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untnk nikah

dan dikhawatirkan akan tergelincir pada perbuatan zina seandainya tidak nikah

maka hukum melakukan pemikahan bagi orang tersebm: adalah wajib. 1° Karena

Islam memperingatkan bahwa dengan nikah Allah akan memberikan kepadanya

penghidupan yang berkecnkupan, menghilangkan kcsnkaran-kesukaTan dan

diberikanya kekuatan, yang mampn mengatasi kemiskinan sebagaimana firman

Allah swt:

,; "' ,, ,;} } <> } } " } ..-q '/[

~~ 0:: ill1 :, ~ :"S ol'.;> 1) ~ 0~ ~C~) ;,.s-:~ 0:: ~l'..,ll) ~ ~(\J1 1~1:, " 1;;. • " WI' ~C:::J J

"Dan kawinlah bujang-bujang kamu dan budak laki-Jaki dan perempuan yang telah patut nikah, jika mereka itu muslim maka nanti Allah berikan kecnkupan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas kanmia­Nya dan Maha tahu". (QS. an-Nm /24: 32).

Hal ini pun didasarkan pada pemikiran hukum bahwa setiap nmslim wajib

menjaga diri untuk tidak berbuat yang terlarang. Jika penjagaan diri itu harus

dengan melakukan pernikahan, sedang menjaga diri itu wajib maka hukum

melakukan pernikahan itupun wajib sesuai dengan kaidah

'° Drs. H. Abd Rahman Ghazaly, M.A., Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media) 2003. h. 18-19

Page 23: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

15

"Sesuatu yang waj ib tidak sempurna kecuali denganya, maka sesuatu itu hukumnya wajib juga". 11

2.Sunah

Adapun bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan

untuk melangsungkan pernikahan tetapi kalau tidak nikah tidak dikhawatirkan

akan berbuat zina maka hukum malakukan pernikahan bagi orang tersebut adalah

sunah. 12 Alasan menetapkan lmkum sunah itu ialah dari anjuran al-Qur'an dalam

surat an-Nur ayat 32 :

.... "' ,, ,,) J 0 J ) ,. J ..-Q ....

~~~I;. ~y .1); 1)~ 0\ ~C\) (.-5':~ ~ ~l~I) ~ ~L,;\J1 1~\j ~ .I~ ' ( ilii' r-;-C:J )

"Dan kawinlah bujang-bujang kamu dan budak laki-laki dan perempuan yang telah patut nikah, jika mereka itu muslim maka nanti Allah berikan kecukupan kepada mereka dengan karunianya. Dan Allah Maha Luas karunia­Nya dan Maha tahu". (QS.an-Nur /24 : 32).

3. Haram

Seseorang yang tidak mempunyai keinginan dan tidak mempunyai

kemampuan se1ia tanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban

dalam rumah tangga sehingga apabila melangsunf~can pernikahan akan

terlantarlah dirinya dan istrinya maka hukum malakukan pernikahan bagi orang

11 Abdul Hamid Hakim, Mabadi Awwaliyah, (Jakarta: Sa'adiyah Putra) h. 41 12 Ibid. h.19-20

Page 24: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

16

tersebut adalah haram. 13 Dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 195 melarang

orang melakukan hal yang akan mendatangkan kerusakan.

,, J " ,,. J. ; Jo J. ,,.

.... ~pl J~ ~=4G~ lyit tr; ... " ... Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam

kebinasaau ... "(QS. al-Baqara11/2:195).

Termasuk hukumnya haram juga pernikahan bila seseorang nikah dengan

maksud untuk menelantarkan orang lain, masalah perernpuan yang dinikahi itu

tidak diurus, hanya agar perempuan itu tidak dapat nikah dengan orang lain. 14

4.Mubah

Dan dimubahkan bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk

melakukan nikah, tetapi apabila tidak melalcukan nikah tidak khawatir akan

berbuat zina dan apabila melalrnkanya juga tidak akan menelantarkan istri. 15

5. Makruh

Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan nikah juga

cukup mempunyai kemampuan untuk menahan diri sehingga tidalc

memungkinkan dirinya tergelincir berbuat zina sekiranya tidak nikah, hanya saja

orang ini tidak mempunyai keinginan yang kuat untu1c dapat memenahi kewajiban

suami istri yang baik. 16

13 Ibid h. 20

14 Ibid h. 21 15 Ibid h. 21 16 Ibid h. 21

Page 25: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

17

Demikianlah beberapa hukum pernikahan dimana akan berbeda hukumnya

sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialami.

C. Syarat dan Rukun Pernikahan

46

1. Pengertian Syarat dan Rulmn

Syarat dan rukun dalam Islam merupakan dua ha! yang tidak dapat di

pisahkan antara satu dan yang lainya, karena kebanyakan dari setiap aktifitas

Ibadah yang ada dalam agama Islam senantiasa ada yang nan1anya syarat dan

rukun, sehlngga bisa dibedakan dai-i penge1iian keduanya.

Abdurrahman Ghazali dalam bukunya Fiqh lvfunakahat menyatakan

bahwa syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah tidalmya suatu

pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk daiam rangkaian pekerjaan

itu. 17 Tetapi lebih mudahnya syarat itu adalah suatu ha! yang harus ada dan

terpenuhi sebelum melakukan suatu perbuatan (ibadah) dilaksanakan, seperti

dalam shalat, misalnya wudlu merupakan suatu perbuatan yang dilakukan

sebelum shalat atau dalam pernikahan, calon pengantin laki-laki dan perempuan

harus beragama Islam.

Sedangkan rukun ialah sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan

tidaknya suatu peke1jaan (ibadah), dan sesuatu itu ter:masuk dalam rangkaian

17 Drs. H. Abd. Rahman Ghazaly, M.A., Fiqh Muna/what, (Jakarta: Prenada Media) 2003. h.

Page 26: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

18

pekerjaan itu. 18 Atau lebih mudahuya rukun itu adalah suatu hal yang harus ada

atau terpenuhi pada saat perbuatan (ibadah) dilaksanakan, seperti dalam shalat,

membaca surat al-Fatihah itu merupakan suatu perbuatan yang dilakukan pada

saat shalat berlangsung atau sepe1ii dalan1 pemikahan harus adanya calon

pengantin laki-laki dan perempuan saat aqad pemikahan berlangsung.

2. Syarat Nikah

Syarat-syarat pernikahan merupakan dasar bagianya pemikahan. Jika

syarat-syarat terpenuhi maim pernikal1anya adalah sah, dan menimbulkan adanya

segala kewajiban dan hak-hak pernikahan. Syarat-syarat pemikahan diantaranya:

a. Syarat bagi mempelai laki-laki

1 ). Beragama Islam

2). Terang lald-lakinya (bukan banci)

3). Tidak dipal<sa (dengan kemauan sendiri)

4 ). Tidak beristri lebih dari empat

5). Bukan mahramnya bakal istri

6). Tidal( mempunyai istri yang haram dimadu dengan bakal istrinya

7). Mengetahui bakal istrinya tidak haram dinikahi

8). Tidak dalam haji dan urnral1

b. Syarat bagi calon mempelai perempuan

I). Beragama Islam

1& Ibid. h. 45

Page 27: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

19

2). Terang perempuanya (tidak banci)

3). Bukan mahram bakal suami

4). Behun pernah disumpah li'an

5). Jelas orangnya

6). Telah memberi izin kepada wali menikahkanya

7). Tidak bersuami dan tidak dalam masa iddah oleh bakal suaminya. 19

c. Syarat bagi wali nikah

I). Laki-lald

2). Dewasa

3). Mempunyai hak pemikalmn

4 ). Tidak terdapat halangan perwalian20

d. Syarat bagi saksi nilmh

I). Minimal dua orang laki-lald

2). Dapat mengerti mal<Sud aqad nikah

3). Hadir dalam ijab qabul

4 ). Beragan1a Islam

5). Hams dewasa

6). Hams merdeka

7). Hams adil21

19 Asmin, Status Perkawinan Antar Agama, (Jakarta: PT. Dian Katya) 1986. h. 32 20 Ahmad Rafiq, Hukwn !slam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 1998, h. 71 21 A. Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan, (al-Bayan), h. 51

Page 28: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

20

e. Syarat ijab qobul

1 ). Adanya pernyataan mengawinkan dari wali

2). Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai laki-laki

3). Antara ijab dan qobul bersambungan

4). Orang yang berkaitan dengan ijab qobul tidak dalam haji dan umrah

5). Majlis tempat berkumpul para pihak dihadiri minimal empat orang saat itu

6). Antara ijab dan qobul jelas maksudnya

Di dalan1 Islan1 suatu pernikahan hams ada y<mg mendampingi calon

mempelai perempuan yaitu seorang wali dan dua orang saksi, karena wali dan dua

orang saksi tennasuk dalan1 rukun pernikahan yang hams ada selain calon

mempelai laki-laki dan perempuan. Adapun mengenai wali dan saksi akan penulis

terangkan dibawah ini.

Perwalian dalam pernikahan adalah suatu kekuasaan atau wewenang atas

segolongan manusia, yang dilimpahkan kepada orang yang sempuma, karena

kekurangan tertentu pada orang yang dikuasainya itu, demi kemashlahatanya. 22

Sepe1ti sabda Rasulullah saw :

,, ,, ~ ,,. ,, } ,,

Jt; ~ .&1 ~~ ~1 J ,;:; ~1 J •;°fl ~1 J 23(~Jb y.I olJJ)~J; ~; ct50_~

Artinya : Dari Abu Burdah ra, dari Abi Musa ra,, dari ayalmya ra, beliau berkata: "Rasulullah saw bersabda: tidak ada pernikahan kecuali dengan seorang wali". (HR. Abu Dawud).

22 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, (Jakmta: Lentera) 2001, Cet ke-7 h.309

23 Abi Dawud Sulaiman, Sunan Abi Dawud, (Beimt: Dar Ibnu Kham1), 1997 h. 392-393

Page 29: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

21

Sedangkan landasan hukum wali dari al-Qur'an aclalah:

~ ~ 1);.;,J 0f 0 )~! ~:?]1 ~ )~ 0:: ;~:,f ~!t.Sjl 1)~ u 1_;1; ~!1 Qt;

~ !Ji1i'.. "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang­

orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin, inginkan kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)". (QS. an­Nisa /4 : 144).

Menumt pendapat Imam Syafi'i, Maliki, dan Hanbali, jika perempuan

yang baligh dan berakal sehat itu masih gadis, maka hak mengawinkan dirinya

ada pada wali, akan tetapi jika ia janda maka ha! itu ada pada keduanya; wali

tidak boleh mengawinkan wanita janda itu tanpa persettrjuanya. 24

Al- Quran mengisyaratkan ha! ini dengan finnan-Nya yang ditujnkan

kepada para wali :

;. s ~; 1y;,1:; 1;1 ~1:,jf ::;...,~ 0f J, )',a:; u.; #I fa. ;u1 (. !i;fi., 1;fj ... J );:Jt; . .

"Janganlah kamu (hai para wali) menghalangi mereka (wanita yang telah dicerai) untuk kawin (lagi) dengan bakal suaminya, jika terdapat kerelaan diantara mereka dengan cara yang makmf .... (QS. Al-Baqarah /2:232).

Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah yang telah baligh clan berakal

sehat boleh memilih sendiri hak mengawinkan, baik ia perawan atau janda. 25

Di Indonesia yang dipakai kebanyakan ialah fikih Imam Syafi'i, jadi

berdasarkan pendapat Iman1 Syafi'i malca yang berhak sebagai wali secara

24 Muhammad jawad Mughniyah, op cit., h. 345 25 Ibid., h. 436

Page 30: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

22

bernrutan adalah bapak, kakek, saudara laki-laki sebapak seibu, saudara laki-laki

sebapak saja, saudara laki-laki dari bapak (paman) dan anak laki-laki dari paman.

Apabila urutan wali tersebut berhalangan, maka wali dapat dilakukan oleh

wali hakim.

Tentang saksi dalam pemikahan, menurut Imam Syafi'i harus ada dua

orang saksi yang beragama Islam, sudah dewasa (baligh), berakal, dapat melihat

dan mendengar, adil dan mengerti tujuan pemikahan. Menurut Imam Syafi'i adil

adalah orang yang tidak berdosa besar dan kecil yang keji (suka mencuri, suka

perilaku tidak sopan dan sebagainya). Pendapat ulama lainya, yang dimaksud

dengan adil adalah orang yang takwa dan berpegang teguh kepada adab syara'

artinya yang taat ibadahnya dan menjauhi maksiat.26

3. Rukun Nikah

Rukun nikah merupakan suatu hal yang harus dipenuhi pada saat

melangsungkan pemikahan, diantaranya ialah:

a. Adanya calon suan1i

b. Adanya calon istri

c. Adanya wali nikah

d. Adanya dua orang saksi

e. !jab dan qabul atau akad nikah27

h. 18

26 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, (Bandung: Bandar Maju) 1990. h. 88 27 Departeman Agama RI, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Dirjen Bimbaga Islam) 1992.

Page 31: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

23

Lima rukun inilah yang selama ini dijadikan landasan hukum bagi orang­

orang Islam di Indonesia yang ingin melaksanakan pemikahan secara resmi

(tercatat) di kantor Urusan Agan1a (KUA).

D. Tujuan dan Hikmah Pernikahan

l. Tujuan Pernikahan

Tujuan pemikahan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk

agama dalam rangka mendirikan keuarga yang harmonis, sejahtera dan balmgia.

Harmonis dalam rangka menggm1al(an hak dan kewajihan anggota keluarga;

seja11tera artinya terciptanya ketenangan lahir dan bathin disebabkan terpenuhinya

keperluan hidup lahir dan bathlnya, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih

sayang antar anggota keluarga. Sedangkan tujuan pernikahan pada mnumnya

adalah untulc memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan lahir bathin menuju

kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat.

Manusia diciptalcan Allah SWT mempunyai naluri manusiawi yang perlu

mendapat pemenuhan. Dalan1 pada itu manusia diciptakan oleh Allah SWT U11tuk

mengabdikan dirinya kepada Khalik penciptanya dengan segala aktifitas

hidupnya. Pemenuhan naluri manusiawi manusia yang antara lain keperluan

biologisnya termasulc aktifitas hidup agar manusia menuruti tujuru1 kejadianya,

Allah SWT mengatur hidup mrumsia dengru1 aturan pernikahru1.

Jadi aturan pernikahan menurut Islam merupakan tuntutan agama yang

perlu mendapat perhatian, sehingga tujuru1 melangsungkru1 pernika11an pun

hendaknya ditujukan untulc memenuhi petUl1juk agruna. Sehingga kalau diringkas

Page 32: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

24

ada dua tujuan orang melangsungkan pemikahan ialah rnemenuhi nalurinya dan

.1.. • k 28 mememu11 petunJU agama.

Mengenai naluri manusia seperti tersebut pada ayat 14 surat Ali Imran:

J'.d..li:, :\~k, ~'..u1 0-: ~~6::i:\1 ~8k, ~lj :Lll ~· ~lj6''11 ~ ~~ :Jj .~-W1 :-.;.;- ~~;Iii:, t;:U1 ~i;;J1 LG 2,1~~ ~:;Ji:, r~U1:, :~~J1

"Di jadikan indah pada (pandangan) manusia kccintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lab tempat kembali yang baik (surga)".(QS. Ali Imran: 3/14)

Dari ayat ini jelas bahwa manusia mempunyai kecendrungan terhadap

cinta perempuan, cinta anak keturunan dan cinta harta kekayaan. Dalam pada itu

manusia mempunyai fitrah mengenal kepada Tuhan sebagaimana tersebut pada

surat ar-Rum ayat 30:

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".

28 Drs. H. Abd> Rahman Ghazaly, M.A. Fiqh Munakahal ( }akai1a:Prenada Media) 2003 h. 22-23

Page 33: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

25

Adapun tujuan pemikahan secara rinci dapat dikemukakan sebagai

berikut:

a. Mendapatkan dan Melangsnngkan Ketnrunan29

Keturunan merupakan sambungan dan penyambung cita-cita, yang apabila

terjadi suatu pemikahan maka akan terbentuklah sebua11 keluarga yang di dalam

keluarga akan dilahirkan ketmunan-keturunan yang akan menjadi generasi

penerus para orang tua sehingga generasi tersebut akan melahirkan generasi lagi

ym1g akan membentuk suatu umat, yaitu umat Nabi Muhammad saw.

Firman Allah dalam surat al-Furqan ayat 74:

"Dm1 orm1g-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami., mmgerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kmni imam bagi orang-orang yang bertakwa".

b. Memennhi Hajat Manusia

Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwat dan menumpahkan

kasih sayang dan sudah menjadi kodrat manusia dan iradat dari Allah menjadikan

makhluknya hidup berjodoh-jodoh.

Firman Allah dalam surat yaasin ayat 36:

. 0J:i~; u ~3 ~· ~, i;f 0-:3 :;,~U1 '- t ~ tJi~ c_133Ui JS;,.<.?~' 0~ "Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasm1gan-pasm1gan semuanya,

baik dari apa ym1g ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dm·i apa yang tidak mereka ketahui".

29 al-Hafidz bin Hajar al-Asqolani, op cit, h. 619

Page 34: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

26

c. Memennhi Panggilan Agama

Memenuhi panggilan agama untuk memelihara diri dari kejahatan dan

kerusakan. Pernikahan itu sendiri adalah untuk memenuhi panggilan agama.

t_ lb.::.'.::; ~1:>, \\;' ::4 ~ Ji1 J_,.,,) Jli = Ji1 ,? ) , )""-'-' .:r-1 Ji1 J.,>- c.r-" ,, ,, ,, ,, ,, ,, ..-o ,, 0 .J ,, ,,. ,, ,, ,, o,- ,,,, 0 )

b,. ::.J ;Ji.; 0 '-11., ,.:W :1,,;'. '.'.I 0

.,, ',11 ~' 0 \' '_'ti'· ·1 ;Gi.;' ".:'1~; l'.JI 'C.

< . ~ , r r-'-' ~ , - c;---' r if) !,'.:.~ ~) ~ups. , (.Jr--" < . !'"""''"'"'." r. ( ~~)

Dari Abdullah lbn Mas'ud ra berkata: Rasulullah saw berkata: "Wahai generasi muda, barang siapa diantara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukan pandangan dan memelihara kemaluan dan barang siapa yang tidak mampu hendaknya berpuasa sebab ia dapat rnengendalikanya".(Muttafaq alaih).

d. Menumbnhkan Kesungguhan untuk Bertanggnng Jawab

Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima

kewajiban juga bersungguh-sungguh untuk mernperoleh harta kekayaan yang

halal sehingga bersemangat untuk mencari rizki sebagai bekal hidup untuk diri

dan kekel uargaan.

e. Membersihkan Keturunan31

Yang dimaksudkan membersihkan keturunan adalah agar umat ini ada

yang men gurus dan bertanggung tanggung jawab, karena anak tersebut jelas asal-

usulnya baik itu status anak, oleh karenanya Islam mengharamkan zina dan tidak

mensyari'atkan poliandri, serta menutup segala pintu yang mungkin melahirkan

30 Ibn Hajar al-Asqalani, Bu!ughu! !vfaram, (Indonesia: Daru Ikhya) h. 200

31 Djaman Nur, op cit, h. 28

Page 35: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

27

anak diluar pernikahan yang tidak jelas asal-usulnya sehingga anak yang

dilahirkan akan terhorrnat derajatnya.

2. Hikmah Pernikahan

Sungguh arnat jelas bahwa di balik sesuatu pasti ada hikrnahnya. Dalarn

pernikahan misalnya hikrnah yang paling mudah adalah pernikalmn yang terjadi

pada pada makhluk hidup, baik turnbuhan , binatang, rnaupun manusia adalah

untuk keberlangsungan hidup dan perkernbangbilalcan rnakhluk yang

bersangkutan, karena jika pernikahan tidak te1jadi pada rnalchluk hidup maka

dapat dipastikan bahwa keberlangsungan dan perkernbangan kehidupan di dunia

ini tidak akan berlangsung lama dan hilang begitu saja tanpa rneninggalkan bekas

ataupun generasi yang rnelaitjutkanya. Oleh karenai1ya Alla11 menjadikan Adan1

menjadi khalifah dirnuka bw11i ini, sehingga anak-analmya dapat berkembang

biak meramaikai1 dan memakmurkan bmni yang luas ini, al-Qm'an

rnengisyaratkan dalai11 firman Allah swt:

" "' ,.. " J ",,. "' } J «'

\JG,.J ~ ~) ~)j ~ ~J ;~1j ~ ::i.. ~ ~;JJI ;s::) lyZI ~GI ~\,l ,,. ,, ,, " ,.. " ,,. ,..

J ,, ,.. ,.. "' "' ,,.,, ,.. },.. "' "' J,.. " ,..

~) r¥ 0\5' '-UI 0~ ~G..~Ulj ~ 0)oLl <,>~I '-UI l_,.i'lj ·~)I~

"Hai sekaliai1 rnanusia, bertakwala11 kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kainu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah rnemperkembang bial<lrnn laki-lald dan perempuan yang banyak. Dan berta1cwala11 kepada Allah yang dengan (mempergunakan) naina-Nya karnu saling meminta satu saina lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Alla11 selalu menjaga dan mengawasi kamu'.

Page 36: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

28

Hikmah lain yang dapat diambil dari sebuah pernikahan adalah bahwa

pernikahan mempakan jalan terbaik untulc membuat anak-anak menjadi mulia,

memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia serta memelihara nasab

yang oleh Islam sangat diperhatikan.

Dengan adanya pernikahan naluri kebapaan dan keibuan akan tumbuh

saling melengkapi dalam suasana hidup dengan anak-anak dan tumbuh perasaan

nyaman, cinta dan sayang merupakan sifat baik yang menyempurnakan

kemanusiaan seseorang, menyadari tanggung jawab beristri dan menanggung

jawab anak-anak dalam mencari nafkah demi keluarga yang tengah dipimpinya.

Semangat bekerja akan tumbuh karena dorongan tanggimg jawab dan memikul

k ""b 32 ewaJ! anya.

32 Ibid, h. I 0

Page 37: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

BAB III

PANDANGAN IMAM ABU HANIFAH DAN IMAM SYAFI'I TERHADAP

PEREMPUAN MEMILIH PASANGAN NIK.AH

A. Menurut Pandangan Imam Abu Hanifan

1. Biografi Imam Abu Hanifan

Imam Abu Hanifah nama aslinya adalah Nu'man bin Tsabit bin Zautha, ia

dilahirkan di kota Kufah pada tahun 80 Hijriyah (699 Masehi). Ayahnya

ketunman bangsa Persi (Kabul, Afghanistan), tetapi pada waktn beliau dilahirkan

ayahnya sudah pindah ke Kufah. Dengan demikian Imam .Abu Hanifah bukan

ketnnman Arab asli tetapi keturunan bangsa 'Ajami (selain bangsa Arab). 1

Pada masa kecil beliau menghafal al-Qur'an, sep1~rti dilakukan anak-anak

pada masa itu. Kemudian berguru pada Imam 'Ashim seorang Imam Qira'at

Sab 'ah. Keluarganya adalah keluarga pedagang, oleh karena itu tidak

mengherankan kalau kemudian beliau menjadi pedagang. 2

Imam Abu Hanifah berguru kepada Imam Amir bin Syarbil asy-Sya'bi

yang wafat pada tahun 104 H. beliau sangat memperhatikan Imam Abu Hanifah

karena kecerdasan otaknya. Banyak nasehat-nasehat yang di berikan oleh beliau

kepada Imam Abu Hanifah, diantaranya adalah agar Imam Abu Hanifah rajin

1 Munawar Khalil, Biografi Empat Serangkai Imam Madzhab, (Jakrta: Bulan Bintang), h. 19

2 Ibid

Page 38: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

30

belajar ilmu pengetabuan dan mengambil tempat belajar yang tertentu di majlis-

majlis Ulama, para cerdik pandai yang kenan1aan di kala itn.

Nasehat itu diperhatikan dan dilaksanakan oleh Imam Abu Hanifab

dengan sungguh-sungguh, beliau rajin menuntut peng•etabuan yang berkaitan

dengan keagamaan, banyak mendatangi para cerdik pandai dan para ulama

sehingga beliau banyak ilmunya.

Di antara guru-guru beliau yang terkenal adalah asy-Sya'abi dan Hanmmd

bin Abu Sulaiman di Knfab, Hasan Basri di Basrah, Atha bin Abi Rabab di

Mekkah, Sulaiman dan Salim di Madinab. 3

Selain itn masih banyak orang yang pernal1 menjadi gum beliau di

antaranya adalah Imam Muhamad al-Baqir, Imam Adi bin Tsabit, Imam

Abdurrabman bin Harmaz, Imam Alm bin Dinar, Imam 'Ashim bin Najwad,

Imam Salamah bin Kuhail, Imam Mansur bin Mu'tamir, Imam Syu'ban bin

Hajjaj, Imam Qattadab, Imam Rabiah bin Abi Abdi Rahman.4

Imam Abu Hanifab adalab seorang ularna yang mempunyai kepandaian

yang sangat tinggi dalam mempergunakan ilmu rnantiq dan menetapkan hukurn

syara' dengan qiyas dan istihsan. Beliau juga terkenal sebagai seorang yang hati-

hati dalam menerima sesuatu Hadis. 5 Hal itu dikarenakan seluruh masa hidup

beliau dipergunakan untuk belajar dan mengajar. Sehingga bila beliau sedang

3 TM. Hasbi Ash-Shiddiqie, Pengantar I/mu Fiqih, (Semarang: Pustaka Rizki Putra) 1997. h. 116

4 Munawar Khalil, op cit., h. 23 5 TM. Hasbi Ash-Shidiqie, op cit., h.116

Page 39: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

31

belajar tampak sebagai orang yang haus ilmu dan sebaliknya pada saat beliau

dikelilingi murid-muridnya tampak sebagai sebuah mata air yang tidak kering­

keringnya dari hari ke hari.

Pada masa-masa berakhimya kekuasaan Bani Umayah, Yazid bin Umar

bin Hubarah, Amir di Kufah yang memihak kepada Khalifah Marwan bin

Muhamad, Khalifah keturunan Bani Umayah meminta kepada Imam Abu Hanifah

untuk duduk menjabat sebagai Qadhi. Akan tetapi permintaan itu ditolak beliau,

oleh karena itu beliau dituduh tidak setia lagi terhadap Bani Umayah, beliau

ditangkap dan dihukum dera.

Nasib itu terulang pula oleh beliau pada masa pemerintahan Abbasiyal1,

yaitu pada masa pemerintahan Abu Ja'far al-Mansur (754-775 M), yang

memerintah sesudah Abu Abbas as-Saffah, Imam Abu Hanifah menolak pula

jabatan Qadhi yang ditawarkan itu kemudian aldbat penolakan itu beliau

ditangkap, dihulcum, dipenjara dan beliau wafat dalam keadaan menderita di

dalam penjara karena perbuatan si kejam dan si ganas dan dikala itu beliau bernsia

70 tahun.6

Adapun murid-muridnya yang mengembangkan pemikiran Imam Abu

Hanifah yang temiasyhur adalah Abu YusufYa'kub bin Ibral1im (lahir pada tahun

113 H dan wafat pada tahun 183 H), Zufar bin Huzail bin Qais al-Kufi (lahir pada

tahun 110 H dan wafat pada tahun 157 H), Imam Muhan1ad bin Hasan as-

6 Munawar Khalil, op cit., h. 72

Page 40: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

32

Syaibani (lahir tahun 132 H dan wafat tahun 189 H), Zufar bin Huzail wafat tahun

158 H dan Hasan bin Ziyad al-Lu'lui al-Kufi Maulana Anshar tidak diketahui

kelahiranya wafat pada tahun 204 H. 7

Adapun kitab yang dihubungkan dengan Imam Abu Hanifah adalah Fiqh

al-Akbar, al- 'Alim wa al-Muta 'alim dan Musnad. Adapun buku-buku lainya

banyak dikarang oleh para muridnya, menurnt para ularna Hanafiyah membagi

masalah-masalah fiqh kepada tiga bagian yaitu yang pertama Masailul Ushul

yang kedua Masailul al-Nawadir dan yang ketiga al-Fatawa wa al- Waqi 'at.8

Imam Muhamad bin Hasan menghimpun Masailul Ushul itu dalam enan1

kitab antara lain: Pertama, Kitab al-Mabshut. Kedua, Kitab al-Jami'ush al-

Shaghir. Ketiga, Kitab as-Sairu al-Kabir. Keempat, Ki1ab As-Sairu al-Shaghir,

Kelima Ki tab Jami 'u al-Kabir dan keenam Kitab az-Ziyadat.

Sedangkan Masailu al-Nawadir adnlah yang diriwayatkan oleh Iman1 Abu

Hanifah dan para sahabat beliau dari kitab lain seperti Kitab Haruniyat dan

Jwjaniyyat dan Kaisaniyyat bagi Imam Muhammad bin Hasan dan Kitab

Mujarrad bagi Imam Hasan bin Ziyad.

Adapun dinamakan al-Fatwa wa al-Waqi'at ialah masalah-masalah

keagamaan yang dari istimbathnya para ulama Mujtahid Madzhab Hanafi yang

datang.

7 Muahamad Abu Zahra, Abu Hanifah Hayatuhu Wa 'Aruhu Wa Fiqhuhu, (Mesir: Dar al-Fikr al-Arabi, t.t) h. 208.220. 221

' Ibid

Page 41: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

33

Madzhab Hanafi mulai tumbuh di Kufah (Irak), kemudian tersebar dan

berkembang ke negara-negara Islam bagian timur. Hal ini berkat Imam Abu

Yusuf yang menjadi Hakim Agung di Baghdad dan berkat duktmgan-dukungan

Khalifah Bani Abbas terhadap madzhab tersebut.9

Pada saat sekarang ini Madzhab Hanafi adalah merupakan madzhab resmi

di Mesir, Syam, Rum dan Irak dan madzhab ini pula yang dianut sebagian besar

penduduk Hindustan (Afghanistan, Turkistan, India) dan Tiongkok. 10

Demikian sekilas tentang Biografi Imam Abu Hanifah di dalam sejarah,

hal ini diambil suatu kesimpulan bahwa pemikiran Imam Abu Hanifah mulai

tersebar di samping berkat beliau juga murid-muridnya, kemudian berkembang

dan banyak pengikutnya sehingga menjadi sebuah madzhab Hanafi. Dengan

demildan madzhab Hanafi cepat tersiar di kalangan masyarakat bahkan dikota

Mesir madzhab Hanafi dijadikan sandaran para Qadhi dalam menentukan hukum.

2. Metode Ijtihad Imam Abu Hanifah

Metode ijtihad yang digunakan oleh Iman1 Abu Hanifah terdapat dalam

bukunya Hasbi ash-Shidiqi mengutip kitab al-Khatib al-Baghdadi dalam tarikhnya

menerangkan bahwa dasar-dasar ijtihad Imam Abu Hanifah sebagai berikut :

~ul ~~ ~ ~\°f ci rL _, ~ Jii1 ~~I ~j.:~ ~f' ;i '.;~\°~ ci ~I ~~<; Qj;,_\

u:, ~ :- : t :; t_~1:, :- :.,. :; :i:,; QJ;:.i "-!~i J~ :.:.,J;:.i .&1 J:;~ ;.t., o} u_,· ,,. ,,. ,. ---- ,,. ... ,,. ,,. ,,. ,,.

9 Ibid 10 Abu Zahrah, op cit., h. 464.

Page 42: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

34

"Saya mengambil kitab Allah, maka apabila tidak didapatkan di dalamnya, maka sunah Rasulullah saw. Jika tidak saya ketemukan dalam kitab Allah dan sunah Rasulullah, niscaya saya ambil pendapat sahabat-sahabatnya, saya ambil pendapat yang kehendaki dan saya tinggalkan penclapat yang ticlak saya kehendaki dan saya tidak keluar dari pendapat mereka, adapun apabila urusan itu sudah sampai kepada Ibrahim asy-Sya'bi, ibnu Sirin, al-Hasan, Atha, Said dan Imam Abu Hanifah menyebutkan beberapa orang lagi, maka mereka ih1 orang yang telah berijtihad, karena itu sayapun berijtihad sebagaimana mereka berijtihad".

Di dalam kitab "Abu Hanifah Hayatuhu Waasruhu Adauhu Wqfquhuhu"

Imam Muhammad Abu Zahrah bahwa pegangan Imam Abu Hanifa11 dalam

berijtihad sebagai berikut:

,, ,, ,. ,, ,, 0 ,, J 0 ;;>'JI ,. ,. ... ,.. ,, ,,,.

~) ~ 1j.:1 ;:" .. \ ~) y81 ~IL~ ~ )Di) ~~I 0-: //) ~~ _\;.\ ~ ~I rUS-,, 0 ,. " ,. ,,. ,. 0 ,. "" J ,..

", 0

' "\:;lo ·,~l)\ 1::.. \",o :..0.'.' WJ\" '" \;\,; WJ\ JS; ' 0 lJ\ ", 0 '° "°'\ ~

~ r v cs"" ~ J' - i'.::"' J' - '-" .r' ~ !'"".JY .. ,.. ,, ,. ,. ,, ,, ,, ,, ,, ;;> " o ,.. ,, ,.. Jo J •. ,, ..- ,.. ,, ,.

~~I ~)'.;::Ji ~~\ J'."J; cits") 0~1 ~~ ~ J; C-) ~ ~ tJ 1;~ ~ ,, ,.. ,... 0 ,. "' J ,, " ,, "' J ,.. ,,. ,, c-) ;;;:,1 ~1 ~~~1 J; ~fl ? ~G ~(~1 rl, ~ ~ ~ :~; ~ ~ Fl'..\.;

12~1

"Pendirian Abu Hanifah ialal1 mengambil yang kepercayaan clan lari dari keburukan, memperhatikan muamalah-muamalah manusia dan apa yang telah mendatangkan mashlahat bagi urusan mereka, ia menjalankan urusm1 atas qiyas. Apabila qiyas tidak baik dilakukan, ia melakukan ata:;: istihsm1, selan1a dapat dilakukanya. Apabila ia tidak dapat melakukan, iaptm kembali kepada urf masyarakat clan mengm11alkan Hadits yang terkenal di ijma' ulama. Kemudian ia mengqiyaskan sesuatu kepada Hadits itu selama qiyas masih dapat dilakukan. Kemudian ia kembali kepada istihsan, mana diantaranya yang lebih tepat kemudian kembalilah ia kepadanya."

u TM. Hasbi Ash-Shiddiqie, Pokok-pokok Pegangan Imam M.azhab, (Semarang: Pustaka Rizki Putra) 1997 h. 142-143

12 Abu Zahrah, op cit., h. 23 9

Page 43: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

35

Berdasarkan kutipan di atas dapatlah diambil kesimpulan yaitu sebagai

berikut:

a. Dasar hukum Islam menurut Imam Abu Hanifah adalah al-Qur'an, hadis

dan fatwa-fatwa sahabat.

b. Apabila menetapkan hukum syara' yang tidak ditetapkan dalalahnya

secara qath'I dari al-Qur'an atau Hadis, Imam Abu Hanifah selalu

menggunakan ra'yu. Ia sangat selektif dalam menerima Hadis. Imam Abu

Hanifah memperhatikan mu'amalah manusia, adat istiadat serta 'urf.

Beliau berpegang kepada qiyas dan apabila tidakbisa ditetapkan

berdasarkan qiyas, beliau berpegang kepada istihsan selama hal itu dapat

dilakukan. Jika tdak, maka beliau berpegang kepada 'urf. 13

Dalan1 menetapkan hukum, Abu Hanifah dipengaruhi oleh perkembangan

hukum di Kufah, yang terletak dari Madinah sebagai kota tempat tinggal

Rasulullal1 SAW. Yang banyak mengetahui hadics. Di kufal1 kurang

perbendaharaan hadis. Disamping itu, Kufal1 sebagai kota yang erada di tengah

kebudayaan Persia, kondisi masyarakatnya telah mencapai tingkat peradaban

cukup tinggi. Oleh sebab itu banyak muncul problema kemasyaralrntan yang

memerlukan penetapan hukumnya, karena problema itu belum pernah te1jadi di

zaman nabi atau zanian sahabat dan tabi'in, maka untk menghadapinya

13 Prof. Dr. Huzaemah Tahido Yanggo, MA., Pengantar Perbandingan Mazhab (Jakarta: Logos), 2003 cet. Ill. H. 99

Page 44: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

36

memerlukan ijtihad atau ra'yi. Hal inilah penyebab pcrbedaan perkembangan

pemikiran hukum di Kufah (Irak) dengan Madinah (Hijaz). 14

3. Pendapat Imam Abu Hanifah tentang Perempuan Memilih Pasangan

Nikah.

a. Gadis Dewasa dan Berakal (al-Bikr al-Baligh al-"Aqilah)

Dr. Mahmud Ali al-Sarthawi dalam kitabnya Syarkhu Qanun al-Akhwal

al-Syakhshiyah dalam bah al-Wilayah 'ala al-Bila· al-Balighah al- 'aqilah

mengatakan bahwa Imam Abu Hanifah, menurut lahir riwayat berpendapat bahwa

bapak tidak berhak mamaksa anak gadisnya yang sudah dewasa dan berakal untuk

menikah dan harus minta izin darinya, malrn jika bapak menikahkan anak

gadisnya yang sudah dewasa dan berakal dengan tanpa izinya maka menyalahi

sunah dan akad nikah tergantung pada kerelaanya. 15

Jadi menurut Imam Abu Hanifal1 bahwa sudah menjadi hak kepada gadis

dewasa dan berakal mengenai dhinya dan menafikan urusan orang lain mengenai

yang berhubungan dengan nikalmya dan menurut umumnya mencakup apa yang

berhubungan dengan memilih pasangan nikalmya.

Adapun perempuan gadis, karena melihat dari segi ia tidak jinak dengan

orang laki-laki dan biasanya malu menegaskan kerelaanya, lebih-lebih langsung

mengenai aqad, malrn syara' mencukupkan dengan sesuatu yang menunjukan

14 Ibid. h. 99-100 15 Dr. Mahmud Ali al-Sarthawi, Syarkhu Qanun a/-Akfnval a/-Syakhsiyah, (Amman: Dar

al-Fikr) 1996 h. 85

Page 45: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

37

relanya untuk memberi keringanan baginya. Tetapi ini tidak berarti bahwa syara'

mencabut hak mencampnri langsung mengenai aqad yang telah ada. 16 Yang

demikian itu selama gadis sudah dewasa dan berakal maka hak sepenuhnya ada

ditangan sang gadis mengenai yang berhubungan dengan nikahnya dan menurut

umumnya mencakup apa yang berhubungan dengan memilih pasangan nikahnya.

Sejumlah argumen dikemukakan oleh Imam Abu Hanifah antara Jain ayat

al-Qur'an:

,,. ,,. ,,. "' ,,.,,. ,,. ;ll.- 0 ,.

.... :?- k.jj ~~ ,_;... J:~ 0:: ~ ~; lli 4..il1 0~ Artinya : "Kemudian jika si suami menceraikannya (sesudah cerai yang

kedua) maim perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia nikah dengan suami yang lain .... " (QS. Al-Baqarah ayat 230)

0 ,,. ,, ,,. 0,,.,,. } ,,,,. ,, ,,. ,,. ,,. ,. ,,. "' ""'" ,,

.. ·~ J'.;.:J~ ;. G ~; IY,1) 1;~ ~ljji ~ 0\ :;. µ lli ~.t;,.l ~ .L'...JI ~ b~j Artinya : "Apabila kamu menceraikan istri-istrimu Ialu habis iddahnya,

maka janganlah kamu menghalangi mereka kawin Jagi dengan bakal suaminya apabila terdapat kerelaan diantara mereka dengan cara yang ma'ruf'. (QS. Al­Baqarah 232)

· '~· l\., ~ '·•( · •.I:; L:,.j 0 ('o\~ • (' ill~:\:.._[~ fr l'.U .... J )r-'"'. ~ c,I ,_,.- • r--~ c = ~ if"" ;, .... ,.. ,,. ,..,, ,.. ,, ,,.

Artinya : "Kemudian apabila telah habis iddahnya, maka tiada dosa bagimu membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut." (QS. Al-Baqarah ayat 234).

Menurut Imam Abu Hanifah, ayat-ayat diatas menunjukan bahwa pelaku

nikah adalah perempuan sendiri. Jadi bukan walinya dan apa yang ia kerjakan

pada dilinya menurut yang makruf adalah keluar dari padanya dan terjadi akibat-

16 Prof. Dr. Syaikh Mahmud Syaltut, Prof. Syaikh M. Ali as-Says, Perbandingan Mazhab dalam masalah Fiqh, (Jakmta: Bulm1 Bintang) 1991 cet. Ke-6 h. 116-117

Page 46: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

38

akibat dari padanya tanpa tergantung pada izin wali dan tidak dengan

pelaksanaanya oleh wali. Hal ini juga di tegaskan oleh hadis Nabi antara lain:

" • ,.. ·"' ,.. ,.. ,.. "' ,.. A, "' ' ,, "' ,.. ,, '

~J ~ ~ J_;-1 :. :+ Ju fL) ~ .\ill lSl.'.,o :ill\ Jj'..,~ 01 ~Q; .). ~I~ :; 17 > ·" ~ " " <r1'"-' olJJ)·l~~ 45~'.J /\£.J ~I)

"Perempuan janda lebih berhak atas dirinya dari pada walinya. Perempuan gadis di minta izinya dan izinya adalah diamnya". (HR. Muslim).

Meskipun konteks ayat al-Qur'an maupun Hadis nabi tersebut teijadi pada

kasus janda, tetapi pendapat ini mengemukakan argumen analogi (qiyas). Yaitu

bahwa gadis dewasa dan berakal (al-Balighah al- 'aqilah) sebenamya sama

dengan janda. Kesan1aanya terletak pada sisi kesewasaanya. Jadi bukan pada

status gadis atau jandanya. Kedewasaanya seseorang memugkinkan dirinya untuk

menyampaikan secara eksplisit tentang sesuatu yang ada didalam hati atau

pikiranya. Ia juga dapat mengerjakan sesuatu secara terbuka tidak malu-malu.

Oleh karena ha! ini, malca gadis dewasa dapat di samakan dengan perempuan

janda. 18

Pada sisi lain, pendapat ini mengatakan bahwa gadis dewasa dianggap

memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan hukum yang

berhubungan dengan tradsaksi-tradsalcsi keuangan, seperti perdagangan dan

sebagainya. Ini merupakan pandangan yang disepalcati para ulama. Oleh karena

17 Ibn Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram (Indonesia: Daru Ihya). H. 205

18 K.H. Husein Muhammad, Fiqih Perempuan (Yogyakarta: LkiS), h. 84

Page 47: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

39

itu adalah logis jika dia juga dapat melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan

dengan urusan pribadinya. 19 Khususnya me:ngenai nikahnya dan memilih

pasangan nikahnya.

Hadis lain dari Ibnu Abbas:

,;..-- ,, ,,,, :J> ,,. A <1> ~ ; ,, 0 " <1>.- A ,,

01 '..:,~ ...\.; rx-:, ~ .ill\ ~ ~\ J:,.'...~ ::..ii 1:,..<; ~/;;,. 01 t.t. .ill\ ~~ '/'y,. ~\ .; 20

(> Jb y.I ,1JJ) (. f " .. ) ~ ~1 j,,, :s?I u,~:;,j i;. /2" ~) i.P-~j U.t{i

"Dari Ibnu Abbas ra, bahwa seorang gadis datang kepada Rasulullah menerangkan bahwa ayahnya telah menikahkanya sedang di tidak setuju; maka Rasulullah saw memberikan kepadanya hak khiyar (memilih).(HR. Abu Dawud)

Hadis Ibnu Abbas ini jelas menunjukan bahwa rasul menerima pengaduan

seorang gadis yang dinikahkan oleh ayahnya tanpa persetujuanya, pemberian hak

khiyar oleh rasul kepada gadis tersebut dan penolakan ra.sul terhadap pernikahan

yang dilakukan oleh ayah si gadis adalah tegas dikarenakan tidak adanya

persetujuan dari gadis tesebut. Dengan kata lain, gadis itu tidak suka pada laki-

laki pilihan ayahnya.21 Hadis ini menunjukan bahwa ayah tidak sah. menikahkan

gadisnya tanpa persetujuanya (izinya). Dan menunjukan bahwa hak khiyar

(memilih) pasangan nikah ada sepenuhnya ada ditangan si gadis.

Pemikiran lain yang menjadi pertimbangan pendapat ini adalah tujuan

pernikahan. Tujuan pernikahan memiliki dua sisi. Primer dan sekunder. Tujuan

19 Ibid. h. 84-85 20 Abi Dawud Sulaiman, Sunan Abi Dawud, (Bairut: Dar Ibn Khazm) l 997 h. 398 21 Prof. KH. Ibrahim Hosen, LML, Fiqh Perbandingan Pernikahan, (Jakarta: Pustaka

Firdaus) Juni 2003. cet I. h. 212

Page 48: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

40

primer (utama) dari sebuah pernikahan adalah hubugan seksual dan kemandirian.

Sedangkan tujuan sekunder adalah hubungan kekerabatan atau kekeluargaan.

Tujuan primer adalah menjadi hak perempuan sendiri, sedangkan tujuan sekunder

bisa melibatkan hubungan perempuan itu dengan keluarganya. 22

Dan nikah yang dimaksudkan oleh Iman1 Abu Hanifah dan golongan

Hanafiah dengan kata mereka "Bahwa perempuan itu bertindak mengenai haknya

sejati, sedang dia berwenang karena dia berakal dan dapat membedakan." Oleh

karena itu ia mempunyai hak bertindak mengenai harta dan memilih suami, dan

diminta wali menikahkanya hanya untuk tidak dikatakan kepadanya tidak punya

malu.23

Atas dasar itu semu14 maka hak untuk memilih pasangan nikah dan

melakukan pernikahan merupakan hak pribadi gadis dcwasa. Pernikahan yang

dilakukan oleh wali yakni yang ijabnya diucapkan okh wali dinyatakan sah,

manakala telah mendapatkan persetujuan dar:i calon mempelai perempuan

tersebut. Bahkan pernikahan yang dilakukan oleh wali ini menurut pendapat ini,

di pandang sunah, baik dan berpahala.

b. Gadis belmn dewasa (al-Bikr al-Shaghirah)

Menurut Imam Abu Hanifah, wali boleh menikal1kan anak gadisnya yang

belun1 dewasa (al-Biler al-Shaghirah) walaupun tidak rela atau tanpa izinya.

Tetapi dengan syarat harus se-kufu' (laki-laki yang sebanding dalam kedudukan,

22 KH. Husein Muhamad, Loe cit

23 Prof. Dr. Syaikh Mahmoud Syaltout, Prof. Syailch M. Ali as-Says, Op cit., h. I I 9

Page 49: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

41

tingkat social dan sederajat dalam akhlak serta kekayaan) dan dengan mahar

mitsil (rnahaT yang diukur dengan mahar yang pemah diterima oleh keluarga

terdekat, dengan rnengingat status sosial)24 Jadi menurut Imam Abu Hanifah

permpuan gadis yang masih kecil tidak mempunyai hak untuk memilih

pasangannya karena perempuan tersebut belurn dewasa. Belum dewasa menurut

Imam Abu Hanifah adalah apabila perempuan tersebut belum baligh.

Sejumlah argumen yang dikernukakan antara lain :mrat at-talak ayat 4

'c:;_,J)) ~ rJ JWI) ~(~ill~~ ~"._,1 01 ~c...; ~"' ~1 0--~ JWI) ,, ,. ,. ,, ,, ,, ,, ,. ,. ,,. ,, ,,. ,. ,.

1;,.; 0 ;.f ~ j F Ji1 ~ :;) ~..;. ~ 0f ~f JC.DI ,,,. ,, ,, ,.

"Dan mereka yang telah putus haidnya dari istri-istrimu kalau karnu ragu, maka iddah mereka adalah tiga bulan. Demikian juga rnereka yang tidak haid dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandunganya. Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah menjadikan baginya kemudahan dalam. urusan ". (QS at-Talak: 65/4).

Ayat ini menjelaskan bahwa iddah perempuan yang sudah putus darah

haidnya dan perempuan yang belum haid adalah tiga bulan.

Memnut pendapat ini, gadis yang masih kecil (belum dewasa) temasuk

dalam golongan perempuan yang belum liaid.

Adanya iddah menunjukan adanya talak yang didahului oleh

persetubuhan, adanya talak memmjukan adanya alrnd nikah dan hal ini

menunjukan sahnya akad nikah gadis yang belum haid karena ia masih kecil.25

Juga Hadis "Aisyah yang diriwayatkan oleh Imam Bnld1ari dan Muslim :

24 Dr.Mahmud Ali al-Sarthawi, Op cit., h. 84 25 Prof. KH. Ibrahim Hosen, LML., Op cit., h. 199-200

Page 50: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

42

,,. ,, ,,, " ~ :;> ,,. ;, ,,

CJ.;-~(_, ~ ~ 8; ~J ~JY rL) 9P .:iii ~ ~I 01 ~ .:iii ~~~ ~V;.:;. 26 ,, ,

(>J>y.I olJ_;) 1:0

~ ;~ ~;J ~ 2 8; ~J 9" "Dari 'Aisyah ra bahwa Rasulullah saw menikahinya dikala ia dalam usia enam tahun dan ia diserahkan kepada rasul ketika berusia sembilanm talmn dan ia tinggal bersama rasul selama sembilan tahun". (HR. Abi Dawud).

Jelaslah bagi kita bahwa usia enam tahun atau tujuh tahun adalah belum

dewasa dan belum dapat disetubuhi memuut adat kebiasaim.

Pristiwa pernikahan Rasul dengan Si ti 'Aisyah dalam unmr demikian itu

tidak dipandang sebagai khusushiyah bagi Rasul tanpa dalil; karena jika ada dalil

khusushiyah, niscaya tidak akan terjadi pernikahan Qudamah bin Mi'un dengan

Zuber yang baru lahir dan pernikahan Umar bin Khattab dengan putri Sayyidina

Ali yang masih kecil, yang bernanm Ummu Kulstum.27

Dan menurut rasio, setiap ada kesempatan untuk rnendapatkan jodoh yang

sekufu', tidaklah wajar seorang wali melepaskan kesempatan itu, karena wali

harus mengutamakan kemashlahatan anak gadisnya, apalagi jika wali itu adalah

ayahnya yang merupakan satu-satunya orang yang banyak mengetahui dan

. kn 28 menyantum ana ya.

26 Abi Dawud Sulaiman, Sunan Abi Dawud (Beirut: Dar lbn Hazm) 1997 juz U h. 410

27 Ibid., h. 199-200

28 Ibid., h. 200

Page 51: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

43

c. Janda Dcwasa (al-Tsayyib al-Balighah al-'Aqilall)

Menurut Imam Abu Hanifah dan bahkan dalam ha! ini tidak ada perbedaan

pendapat antara fuqaha, bahwa janda dewasa tidak ada seorang pun yang berhak

untuk menikahkan dengan tanpa izinnya.29

Sedangkan menurut hanafiah mengatakan bahwa perempuan dewasa (al-

balighah) baik gadis maupunjanda, tidak ada seorang pw1 berhak memaksa untuk

menikahkan, karena pernikahan bergantung padanya.30

Jadi menurut Imam Abu Hanifah dan Hanafiah, sudah menjadi hak kepada

janda yang dewasa (tsayib al-balighah) mengenai dirinya dan menafikan urusan

orang lain mengenai yang berhubungan dengan nikahnya dan menurnt umumnya

mencakup apa yang berhubungan dengan memilih calon suaminya.

Dan inilah yang dimaksudkan oleh Imam Abu Hanifah dan Hanafiah

dengan kata mereka : "Bahwa perempuan dewasa itu bertindak mengenai haknya

sejati, sedang dia berwenang karena itu ia mempunyai hak bertindak mengenai

memilih suami atau pasangan nikah dan diminta wali mengawinkanya hanya

untnk tidak dikatakan kepadanya tidak punya malu.31

29 Dr. Mahmud Ali Al-Sarthawi., op cit, h. 85 30 Abd. Rahman al-Jaziri, al-Fiqh 'ala al-Mazdahib al-Arba 'a, (Beirut: Dar al-Fikr) juz IV. h.

36 31 Prof. Dr. Syaikh Mahmoud Syaltout, Prof. Syaikh M. Ali as-Says, foe cit.

Page 52: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

44

Sejumlah argumen dikemukakan oleh pendapat ini antara lain :

1) Hadis dari Ibn Abbas

"Dari Ibn Abbas rasulullah saw bersabda : tidak hak perintah bagi wali terhadap janda ..... "(HR. Abu Dawud)

2) Hadis dari Ibn Abbas

4-J) ::_,.. ~ J_;.\ ~ \J\: rL J "-# Jli1 ~ 11 Jy J JU: JU :_,.t:;.<- ;1 .j-33

. (>J>y.I olJ.J)

:Dari Ibn Abbas berkata : Rasulullah saw bersabda : jan.da itu lebih berhak dari terhadap dirinya dari pada walinya ..... "(HR. Abu Dawud)

3) Hadis dari Abd Ralunan

, -, ~jj LA.t;1 01 a_,.JL,a.;'jl tli>- ...:.-.;; ~~ .f, J.,i)l,a_;'jl.i; 0i <$!1 ~) er-)I ~ .:/

~~ ~) j ~i QjJ.; r.L J o.J.;- 11 ~ 11 cly .J ~l~, ~i G.;. fJ ~ ~) 34

(>yy.1 olJ.J)

"Dari Abd Rahman dan Mujami' kedua anaknya Yazid al-Anshariyah, dari Khansa binti Khidzam al-Anshariyah sesungguhnya bapaknya memaksa menikahkan, kemudian datang Rasulullah saw dan dia menccritakan kejadian itu kepada Rasul, maka Rasulullah menolak pernikahan itu".(HR. Abu Dawud)

Dari ketiga hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa perempuan janda

lebih berhak mengenai ditinya dan mengenai pern.ikahanya dan menurnt

32 Abi Dawud Sulaiman, op cit., juz II h. 400 33 Ibid. h. 399 34 Ibid. h. 400

Page 53: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

r~ .. --."·~--~-........ -... ..,,~--~ .... ,,,, ........... "~~-.. ~·~'"'·=, I Pfl~fJ'\ft'i:"'''W r . -· <. '~i rl ;:'\ t'·-F•l

1

II UiN SYl\HJF NIUAYftl!l' f ti'·' rn1111':i''" I ' ' ' ·~L,,,.."i:j, t>t"t,,1}?.}\IT1i'\ J

' -~--~~---...,-------~----··"--.---·~-.. ~"~" .. •~·-·-~ '

45

umumnya mencakup mengenai yang berhubungan dengan memilih pasangan

nikah.

e. Janda belnm dewasa (tsayib al-shaghirall)

Menurut Imam Abu Hanifah, ayah mempunyai hak ijbar (paksa) untuk

menikahkan anaknya yang sudahjanda dan belum dewasa.35

Sedangkan al-Mawardi dsalarn kitabnya al-Khawi al-Kubro mengatakan,

Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa tiap-tiap wali mempw1yai hak untuk

menikahkan janda yang belum dewasa. Jika pernikahan tersebut dilangstmgkan

oleh ayah, malrn perempuan tersebut tidak mempunyai hak khiyar sesudah

dewasa. Akan tetapi, jika pernikahan tersebut dilangsw1gkm1 oleh wali selain

ayah, maka perempuan tersebut mempunyai hak khiyar pada waktu ia dewasa.36

Berarti dalam ha! ini, perempuan janda yang belum dewasa tidak

mempunyai hale mengenai urusan nikalmya dan mengenai memilih pasangan

nikal1, dikarenakm1 ia belum dewasa.

35 Dr. Mahmud Ali al-Sarthwi, Syarkhu Qanun al-Akhwal al-Syakhshiyyah, (Amman: Dar al­Fikr) l 996 h. 84

36 Abi Hasan al-Mawardi, al-Khawi al-Kubro, (Beirut: Dar al-Kutb al-'Alamiah) h. 66

Page 54: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

46

B. Menurut Pandangan Imam Syafi'i

1. Biografi Imam Syafi'i

Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin abbas bin

Utsman bin Syafi'i bin saib bin Abu Yazid bin Hasyim bin Abdul Muthaiib bin

Abdi manafbin Qushai.37

Abdul Manaf bin Qushai yangmenjadi nenek ke-9 dari Imam Syafi'i

adalah Abdul manafbin Qushai nenek yang ke-4 dari nabi Muhammad Saw.

TeranglaI1 bahwa dalan1 silsilaI1 ini imam Syafi'i senenek dengan Nabi

Muhammad Saw.

Adapun ibunya adalah keturunan FatimaI1 binti Rasul Saw bin aI-Hasim

bin Husain Ali bin Abi Thalib (paman Nabi).

Sirajuddin Abbas dalam bukunya "SejaraI1 dan Keagungan Imam Syafi'i

mengemukakan bahwa ada dua kejadian penting sekitar kelahiran Imam Syafi'i

b . b .k 38 se agm en ut :

Sewaktu Imam Syafi'i dalmn kandungan, ibunya bermimpi bahwa sebuah

bintang telah keluar dari perutnya dan terns naik membwnbung tinggi,

kemudian bintang itu pecah bercerai dan berserakan menerangi daerah-daerah

sekelilingnya dan ahli mimpi menta'birkan ia akan melahirkan seorang putra

yang ilmunya aimn meliputi seluruli jagad.

37 Sirajuddin Abbas, Sejarah dan Keagungan Madzhab Syafi'i, (Jakarta: Pustaka Tarbiyah)l99l h. !3-14

38 Ibid

Page 55: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

47

Sepanjang zaman sejarah pada hari Imam Syafi'i dilahirkan itu, meninggal

dunia dua orang ulama besar, seorang di Baghdad (Irak) yaitu Imam Abu

Hanifah Nu'man bin Tsabit (pembangun Mazhab Hanafi) dan yang seorang

lagi di Mekah, yaitu Imam Ibnu Jurej al-Makky, Mufti Hijaz ketika itu, ahli

firasat mengatakan sesuatu pertanda bahwa yang Iahir ini akan menggantikan

yang meninggal dalam ilmu dan kepintaran.

Berdasarkan kutipan diatas, bahwa banyak orang mengomentari

berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh Ibu Imam Syafi'i melalui mimpi

dan meninggalnya kedua tokoh ketika ia lahir, maka mereka menyatalrnn bahwa

sang bayi itu akan menjadi pemimpin dan ulama dimuka bumi ini.

Ketika barn berusia dua tahun, Syafi'i kecil dibawa ibunya ke Makkah.

Dalam asuhan ibunya ia dibekali pendidikan, sehingga pada umur 7 tahun sudah

dapat menghafal al-Qur'an. Ia mempelajari al-qur'an pada Ismail ibn Qastantin,

Qari' kota Makkah. Sebuah riwayat mengatakan, bahwa Syafi'i pemah hatam al­

Qur'an dalan1 bulan Ramadhan sebanyak 60 kali.

Imam Syafi'i pergi dari Makkah menuju suatu dusun Bani Huzail untuk

mempelajari bahasa Arab karena di sana terdapat pengajar-pengajar bahasa Arab

yang fasih dan asli. Imam Syafi'i tinggal di Huzail selanm kurang Iebih 10 tahun.

Di sana ia belajaT sastra Arab sampai mahir dan banyak menghafal syi'ir-syi'ir

dari Imru'u al-Qais, Zuhair dan Jarir. Dengan mempelajari sastra Arab, ia

terdorong untuk memal1ami kandungan al-qur'an yang berbahasa arab yang fasih,

Page 56: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

48

asli dan mumi. Imam Syafi'i menjadi orang terpercaya dalam soal syi'ir-syi'ir

Huzail.

Sebelum menekuni Hadis dan Fiqih, Imam Syafi'i terarik pada puisi, syi'ir

dan sajak bahasa Arab. Ia belajar Hadis dari Imam Malik di Madinah. Dalam usia

13 tahun ia telah dapat menghapal al-Muwattha. Sebelumnya Imam Syafi'i

pemah belajar Hadis kepada Sufyan Ibn 'Uyainah salah seorang altli Hadis di

Makkah.39

Dari perjalanan studinya ketika di Mekkah dia berguru kepada Imam

Muslim bin Khalid, Imam Ibrahim bin Said, Imam Sufyan bin Uyainah.40 Dan

ketika di Madinah ia belajar kepada Imam Malik bin Anas (pembangun Mazhab

Maliki), Abdul Aziz bin Muhanunad bin ad-Darndi dan Abdullah bin Nafi,41

ketika di Y aman adalah Muthraf bin Mazin, Hisyam bin Abi Yusuf Qadli Syiria,

Umam bin Abi Salamah (pembangun Mazdhab Auza'i), Yahya bin Hasan

(pembangun Madhab al-Laitsi), kemudian ketika beliau di Irak bergurn kepada

Waki' bin JaiTah, Hammad bin Usmai1, Ismail bin Ulyah, Abdul Wahab bin

Abdul Majid, Muhanunad bin Hasai1 bin Qadli bin Yusuf.

Tahun 195 H. Syafi'i pergi ke Baghdad dan menetap di sana selama 2

tahun setelah itu ia kembali lagi ke Malckah. Pada tahun 198 H pergi ke Mesir dan

39 Prof. Dr. Huzaimah Tahido Yanggo, op cit., h. 122

•IO Ibid, h. 172

41 Sirajuddin Abbas, Op cit, h. I 18

Page 57: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

50

Imam Syafi'i berpendirian dan penuh keyakinan bahwa Allah SWT

menciptakan segenap makhluknya tentu dengan persediaan yang cukup dan pasti

dibe1ikan kepada segenap makhluknya.46

b. Murid-Murid dan Karya-Karya Imam Syafi'i

Adapun murid-murid Imam Syafi'i ketika beliau berada di Irak (Baghdad)

adalah Abi Ali Hasan as-Shabah az-Za'faran (w. 260 H), Husein bin Ali Karabisi

(w. 240 H), Imam Ahmad bin Hanbal (w. 240 H), Abu Tsir al-Kalabi (w. 240 H),

Ishak bin Rahuya (w. 277 H), Rabi bin Sulaiman al-Muradi (w. 270 H), Abdullah

bin Zubair al-Hurnaidi (w. 219 H) dan lain-lain.47

Ketika di Mesir murid-murid Imam Syafi'i antara lain: Rabi' bin Sulaiman

al-Muradi datang bersama Imam Syafi'i dari Baghdad Clan Abdullah bin Zubair

al-Buwathi (w. 232H), al-Muzani (w. 264 H), Rabi' bin Sulaiman al-Jizi (w. 256

H) dan lain-lain.48

Dengan perantaraan murid-murid beliaulal1 ilmu pengetahuanya tersebar

dan terkenal ke seluruh pelosok dunia Islam pada umunmya. Dan sesudah ulama-

ulama fiqih angkatan baru yang melanjutkan perkemhangan dan penyebaran

mazdhah beliau.

Menurut Abu Bakar al-Baihaki dalam kitab Ahkam al-Qur 'an, bal1wa

karya Imam Syafi'i culrnp banyak, baik dalam bentuk risalal1 maupun dalam

46 Ibid, h. 183-184 47 Sirajuddin Abbas, op cit., h. 139 48 Ibid, h.140-141

Page 58: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

51

bentuk kitab. Al-Qdhi Imam Abu Hasan Ibn Muhammad al-Maruzy mengatakan

bahwa Imam Syafi'i menyusun 113 buah kitab tentang Tafsir, Fiqh clan Adab.

Kitab-kitab karya Imam Syafi'i sendiri, di antaranya seperti al-Umm clan

al-Risa/ah. Kitab al-Umm berisi masalah-masalah fiqh yang dibahas berdasarkan

pokok-pokok pikiran Imam Syafi'i dalam al-Risa/ah. Selanjutnya kitab al-Risa/ah

adalah kitab yang pe1tama dikm·ang Iman1 Syafi 'i. kitab ini ditulis atas perrnintaan

Abd. Rahman Ibn Mahdy di Makkah, karena Abd.Ralrman meminta kepada beliau

agar menuliskan suatu kitab yang mencalrnp ilmu tentang mti al-Qur'an, Nasikh

clan Mm1sukb serta Hadis nabi.

2. Metode Ijtihad Imam Syafi'i

Imam Syafi'i menerangkan bal1wa kitabnya m·-Rfaalah tentang dasar-dasar

ijtihadnya, sebagai berikut: 49

" " " " " " ,, "' ,, ,; ,. ,,.. .J " ,, ,, ,. ,, "' ,, ,,

J- ;_;.JI r-LJI ~J r-LJI ~ 0-o lll ~?llj l]u;_ ,;;. ~ J:,a; 01 1J.;1 J;..lJ ~ 01 ~ ,. ,, ,, ,, ,.. ,, ,, ,. ,, ,, ,, ,, .,, ,.. ? ,..

0 " ;<J 0

(f'~Jlj ~ C.~lj ~lj ~~\ Artinya: tidak boleh seorang menyatakm1 dalam hukum sesuatu halal clan

haram kecuali ada pengetahuanya tentang itu, penetahuanya itu adalah dari al­Qur'an, Hadits, Ijma' clan Qias.

Selanjutnya beliau menambahkan bahwa:

" ,, J ,.. ,. ,, ,.J " ,. ,, ,, ,, ,, ,.

LlJL, ~ '• C,t., ~ ~ ;;:::..J( u\.iSJL, ~ :W: ~GJ\ Jt.; <f -. ; t'• ~ ;; " . j •· • ; . ,,

G :,I y8" e 1: !:'."o;t; 1' 1' ,,

"Imam Syafi'i berkata: Maka sunguh-sungguh aku tetapkm1 hukum dengan al-Qu'an clan Sunnah{karena keduanya asal} maka (jika tidak ada keduanya)

49 Imam Syafi'i, al-Risalah.fi al-I/mi Ushu/, (Libanon: al-Ilmuah) h. 39

Page 59: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

52

bagaimana aku menentukan hukum deengan Ijma'? kemudian bagaimana aku menentukan hukum dengan Qiyas? Maka aku tegakan keduanya bersama ldtab d h" 50 an sunna .

Kutipan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. al-Qur'an dan al-Sunnah

Imam Syafi'i memandang al-Qur'an dan Sunnah berada dalam satu

martabat. Beliau menetapkan Sunnah sejajar dengan al-Qur'an, karena

menurut beliau, Sunnah itu menjelaskan al-Qur'an kecuali Hadis ahad

tidak sama nilainya dengan al-Qur'an dan Hadis Mutawatir.

b. Ijma'

Imam Syafi'i mengatakan bahwa ijma' adalah hujjah dan ia menempatkan

ijma' ini sesudah al-Qur'an dan al-Sunnah sebehnn Qiyas. Iman1 Syafi'i

menerima ijma' sebagai hujjah dalam masalah-masalah yang tidak

diterangkan dalam al-Qur'an dan Sunah. Ijma' rnenurut pendapat Imam

Syafi'i adalah ijma' ulama pada suatu masa di seluruh dunia Islam, bukan

ijma' suatu negeri saja dan bukan pula ijma' kamn tertentu saja. Namun

Imam Syafi'i mengakui bahwa ijma' sahabat merupakan ijma' yang paling

lrnat.

c. Qiyas

Imam Syafi 'i menjadikan qiyas sebagai hujjah dan dalil keempat setelah

al-Qur'an, Surmah, Ijma' dalam menempatkan hukum. 51

50 Imam Syafi'i, al-Risa/ah, (Beirut: Dar al-Fikr) h. 598

Page 60: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

132

53

Dengan demikian uraian diatas dapatlah dilihat bahwa Imam Syafi'i secara

tidak langsung menolak metode Imam Abu Hanifah yang didominasi penggunaan

ra'yunya dengan metode ijtihad Ihtihsan. Akan tetapi terlihat lebih selektif

terhadap hadits yang dalam ha! ini berbeda dengan Imam Maliki yang didominasi

oleh penggunaan hadits secara utuh dari tradisi Madinah. Namun pebedaan ini

sangatlah wajar didasarkan pada pengalaman keilmuan dari kedua kubu mazhab

sebelumnya.

3. Pendapat Imam Syafi'i Tentang Hukum Perempuan Memilih Pasangan

Nikah

a. Perempuan Gadis

Imam Syafi'i menurut lahir riwayat berpendapat bahwa, sesungguhnya

bagi wali mujbir (ayah) boleh (clan sah) menikahkan analk: gadisnya yang dewasa

(al-bikr al-balighah al- 'aqilah) walaupun tanpa izinya sama sepe1ti gadis yang

belum dewasa ( al-bikr al-shaghirah ). 52

Abi Ishak Ibrahim asy-Syirazi dalam kitabnya al-.Muhadzab fl al-Fiqh al-

Imam asy-Syqfi 'i mengatakan bahwa, ayah dan kakek boleh menikahkan

perempuan gadis walaupun tanpa izinya atau tidak rela, baik perempuan gadis

yang belum dewasa maupun yang sudah dewasa. 53

51 Prof. Dr. Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab (Jakarta: Logos), h.

52 Dr. Mahmud Ali al-Sarthawi, op cit., h. 86 53 Abi Ishak Ibrahim asy-Syafi'i, al-Muhadzab Fi al-Fiqh al-Imam asy-Syafi'i, (Beirut: Dar

al-Fikr), juz II. H. 37

Page 61: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

54

Jadi menurut Imam Syafi'i, ayah boleh menikahkan anak gadisnya baik

yang dewasa maupw1 yang belum dewasa. Dan redaksi "tanpa izinya"

menunjukan bahwa ayah boleh memaksakan anak gadisnya untuk dinikahkan.

Berarti dalam ha! ini, ayah lebih berhak mengenai yang berhubungan dengan

nikahnya dan menurut umumnya mencakup mengenai yang berlmbungan dengan

memilih pasangan nikah.54

Seperti hadis yang di riwayatkan oleh lbn Abbas.

,,;~,,J~2...-oJJ.(--i.-,,!!l.-o ,.c,_~,_";./"'

~>IJ 0>\i.....i r""\J ls) J .:.r' ~ J>-1 ~I: JI.' ~) .y_,, ~ .s.JI ,)\ V"Y,. 011 0" ,,. ,. ,, ,. ,. ,, ~

ss Cr-1-' ,1JJ) ~c:.:, "Dari lbn Abbas, Nabi saw bersabda : janda lebih berhak terhadap dirinya

dari pada walinya dan gadis diminta izinya dan izinya adalah diamnya.(HR. Muslim)

Hadis Ibn Abbas tersebut menerangkan kepada kita bahwa perempuan itu

ada dua golongan. Pertama janda kedua gadis. Kekuasaan ayah selaku wali

terhadap kedua golongan ini tidak sama. Permulaan hadis tersebut menegaskan

bahwa janda lebih berhak terhadap dirinya dari pada walinya. Maflmm

mukhalafalmya menw1jukan bahwa ayah lebih berhak terhadap diri gadisnya. Dan

meminta izin itu hukumnya sw1al1 bukan wajib. 56

54 Dr. Mahmud Ali al-Sarthawi, Joe cit

55 Ibn Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram (Indonesia: Dam Ikhya) h. 205

56 Prof. KH. Ibrahim Hasen, LML, op cit., h. 207

Page 62: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

55

Akan tetapi mazhab Syafi'i, tidak menganggap hak ijbar sebagai bentuk

pemaksaan terhadap perempuan. Ijbar lebih diartikan sebagai bentuk tanggung

jawab seorang ayah terhadap anak perempuannya,dianggap belum pengalaman

dalam memilih pasangan hidup. Karenanya, sebelum hak ijbar diberlakukan harus

dipenuhi beberapa syarat sebagai berikut :

I) Tidak ada pemmsuhan perempuan yang akan dinikahkan terhadap calon

suammya.

2) Tidak ada permusuhan perempuan tersebut terhadap ayahnya (wali

mujbir).

3) Calon suan1i haruslah orang yang sekufu (sebanding).

4) Maskawin (mahar) harus tidak kurang dari mitsil, yakni maskawin

perempuan lain yang setara.

5) Caton suami di duga tidak akan melakukan perbuatan atau tindakan yang

akan menyakiti perempuan tersebut. 57

b. Perempuan Janela

Abi Ishak Ibrahim asy-Syirazi dalam kitabnya al-.Muhadzab fl al-Fiqh al-

Imam asy-Syqfi 'i mengatakan ba11wa, perempuan janda yang dewasa dan berakal

(tsayib al-balighah al- 'aqilah) tidak boleh seorang pun menika11kanya kecuali

dengan izinya. 58 Seperti hadis yang menceritakan "peristiwa Khansa" perempuan

57 H. Samsul Ma'arif, M. Ag, Fiqh Progresif, (Jkarta: FKKU Press), 2003 h. 166-167 58 Abi Ishak Ibrahim al-Syirazi, foe cit

Page 63: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

56

janda yang dinikahkan oleh ayahnya sedangkan ia tidak setuju, kemudian

pemikahan tersebut di batalkan oleh Rasul. Hadis tersebm adalah :

1"1 Jr~ :.:..,;t,;,.j, ::.u_~ CJ, fi ~ ~::, t.p..)j L•t;l 01 '\!J\..,a.;'ll r1.i>. ...:;.;; <L= er 59

(""""\.. J.IJ , y y.IJ .M--1 o\JJ) ~~ ~) j ;!~; :.:_,jjj ~ J ~ J_,o "Dali Khansa binti Khidzam al-Anshatiyah sesungguhnya bapaknya

memaksa menikahkan, kemudian datang Rasulullah saw dan dia mencetitakan kejadian itu kepada Rasul, maka Rasul menolak pemikahan itu". (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibn Majah).

Hadis ini menunjukan bahwa, masalah pernikahan dan yang berhubungan

dengan memilih calon suami adalah hak sepenulmya perempuanjanda.

Kemudian Abi Ishak melanjutkan, apabila perempuan janda tersebut

be I um dewasa (tsayib al-shaghirah ), tidak boleh menikahkanya sampai dia

dewasa dan dimintai izinnya60

Dan di tegaskan oleh al-Mawardi dalam kitabnya al-Khawi al-Kubro fl al-

Fiqh madzhab a.1y-Syafi 'i bahwa, tidak boleh memaksakan perempuan janda

untuk menikah kecuali dengan pilihal1!1ya sendiri dan hams ada izil111yz yang

jelas.61

Begitupun al-Mawardi mengatakan bahwa, janda yang belum dewasa tidak

seorang pun dari wali-walinya baik bapak maupun yang lairmya untuk

59 Ibn Hajar al-Asqalani, op cit., h. 207-208 60 Ibid 61 Al-Mawardi, op cit., h.66

Page 64: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

57

menikahkaimya dan harus ada izinnya. Kemudian jika menikahkaimya sebelum

dewasa baik dengan izin ataupun tidak maka nikah tersebut batal. 62

Dan juga Imam Syafi'i berpendapat bahwa ayah tidak boleh menikahkan

anaknya yang sudahjanda dan belum dewasa dengan tanpa izinnnya.

Dengan mengainbil argumen dari keumuman hadis Nabi :

"Jai1da lebih berhak terhadap dirinya dari pada walinya dan gactis diminta izinnya dan izinnya adalah diainnya. (HR. Musi im)

Imam Syafi'i melihat hadis ini dianggap masih umum, tidak membedakan

antara janda yai1g dewasa dan belum dewasa. Jadi antara janda yang dewasa dan

tidak dewasa keduanya sama tidak boleh dinikahkan dengan tai1pa izinya. (HR.

Muslim) 64

Jadi, perempuan janda baik yang dewasa maupun tidak dewasa

mempunyai hak sepenuhnya mengenai masalah pernikahan dan mengenai

memilih pasangan nikah.

62 Ibid

63 Ibn Hajar al-Asqalani, op cit., h. 205

M Dr. Mahmud Ali al-Sarthawi, op cit.,h. 84

Page 65: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

BAB IV

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PENDAPAT ANTARA IMAM ABU

HANIFAH DAN IMAM SYAFI'I TENTANG PEREMPUAN MEMILIH

PASANGAN NIKAH

A. Persama1m pendapat antara Imam Abu Hanifah dim Imam Syafi'i tentang

Perempuan Memilih Pasangan uikah.

Dalam ha! ini, apakah perempuan mempunyai hak atau tidak mengenai

memilih pasangan nikahnya, di temukan adanya persamaan pendapat antara Imam

Abu Hanifah dan Imam Syafi'i antara Iain:

I. Iman1 Abu Hanifah dan Imam Syafi'i sama-sama ayah boleh memaksakan

anak gadisnya yang belum dewasa (al-bikr al-shaghirah) untuk di nikahkan,

walaupun tanpa izinya (tidak rela). Berarti dalam ha! ini, keduanya

berpendapat bahwa, gadis yang belum dewasa (al-bikr al-shaghirah) tidak

berhak atas nikahnya dan mengenai yang berhubw1gan memilih pasangan

nikah. Karena yang berhak adalah walinya.

2. Imam Abu Hanifal1 dan Imam Syafi'i sama-sama tidal' membolehkan

seorang pun untuk menikahkan janda dewasa dengan tanpa izinya. Berarti

dalam hal ini, keduanya berpendapat bahwa janda dewasa berhak atas

nikahnya dan mengenai yang berhubungan dengan memilih pasangan nikal1.

Page 66: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

perempnan memilih pasangan nikah.

Sedangkan perbedaan pendapat m1tara kednanya, dapat ditemukan sebagai

berikut:

1. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa, ayah tidak boleh memaksakan anak

gadisnya yang sudah dewasa (al-bikr al-balighah) untuk dinikahkan dengan

tanpa izinya. Berarti menurut Imam Abu Hanifah, gadis dewasa mempunyai

hak sepenuhnya mengenai urusan nikah dan mengenai yang berhubungan

dengan memilih pasangan nikah. Sedangkan Imam Syafi' i berpandapat, ayah

boleh menikahkan anak gadisnya yang sudah dewasa (al-bikr al-balighah)

walaupun tm1pa izinya (tidak rela). Berarti menurut lmam Syafi'i gadis ym1g

sudah dewasa tidak berhak mengenai nikah dan mengenai urusan yang

berhubungan dengan memilih pasangan nika11. Karena yang berhak dalam hal

ini adalah walinya.

2. Imam Abu Hm1ifah berpendapat bahwa, ayah boleh menika11ka11 anaknya

ym1g janda dan belun1 dewasa (tsayib al-shaghirah). Berarti menurut Immn

Abu Hanifah perempuan jm1da yang beltll11 dewasa tidak berhak mengenai

nikahnya dan mengenai yang berhubungan dengan memilih pasangan nika11.

Sedfillgkan Imam Syafi'i berpa11dapat bahwa, ayah tidak boleh menikahkan

anaknya yang sudah jm1da dan belun1 dewasa (tsayib al-shaghirah) dengfill

tanpa izinya. Berarti menurut Imam Syafi'i jfillda yang belum dewasa berhak

Page 67: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

60

sepenuhnya mengenai urusan nikah dan mengenai yang berhubungan dengan

memilih pasangan nikah.

C. Analisis Mengenai Persamaan dan Perbedaan Penda11at Imam Abu Hanifah

dan Imam Syafi'i

Dalam ha! ini, penulis mencoba menganalisis pendapat Imam Abu

Ha11ifah dan Imam Syafi'i. yang me11jadi titik fokus analisis adalah; mengapa

Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i terjadi persamaan dan perbedaan pendapat

mengenai hukum perempuan memilih pasangan nikah?

Setelah membaca dan memahami pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam

Syafi'i. te1jadinya persamaan dan perbedaan pendapat tersebut, di karenakan

Imam Abu Hanifah melihat perempuan dari sisi kedewasaannya. Kedewasaan

menurut Imam Abu Hanifah di ulrnr dari apakah perempuan tersebut sudah baligh

atau belum. Sehingga, apabila perempuan tersebut sudah dewasa baik gadis atau

janda, maka tidak seorangpun berhak untuk menikahkan dengan tanpa izinya.

Berarti, menurut Imam Abu Hanifah perempuan dewasa baik gadis atau janda

berhak sepenuhnya mengenai nikahnya dan menurut unrnnmya mencakup

mengenai yang berhubungan dengan memilih pasa11gan nikah. Akan tetapi,

apabila perempuan tersebut belun1 dewasa baik gadis atau janda, maim perempuan

tersebut tidak berhak mengenai nikalmya dan mencakup mengenai yang

berhubungan dengan memilih pasangan nikahnya.

Page 68: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

61

Karena, bagi Imam Abu Hanifah perempuan dewasa di anggap memiliki

kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan hukum yang berhubungan

dengan transaksi-transaksi keuangan, seperti perdagangan dan sebagainya. Oleh

karena itu adalah logis jika dia juga dapat melakukan tindakan-tindakan yang

berhubungan dengan urusan pribadinya.1 Khususnya mengenai yang berhubungan

dengan nikahnya dan memilih pasangan nikahnya.

Sedangakan Imam Syafi'i melihat perempuan dari statusnya, apakah

perempuan statusnya gadis atau janda. Apabila perempuan tersebut statusnya

gadis, maka wali (ayah) boleh memaksakan (hak ijbar) anak gadisnya w1tuk di

nikahkan walaupun tanpa izinya. Berarti, menurut Imam Syafi'i perempuan gadis

tidak mempunyai hak mengenai masalah nikahnya dan menurut mnumnya

mencakup mengenai yang berhubw1gan dengan memilih pasangan nikahnya.

Sedangkan kalau perempuan janda, tidak seorangpun berhak menikahkannya

dengan tanpa izinya. Berarti, menurut Iman1 Syafi'i perernpuan janda mempunyai

hak sepenuhnya mengenai nikahnya dan memilih pasangan nikalmya.

Karena, bagi Imam syafi'i, perempuan gadis dianggap belwn I tidak

memiliki kemampuan atau lemah untuk be1iindak sendiri.2 Dan dianggap belum

pengalaman dalam memilih pasangan nikah.3 Oleh karenanya, hak ijbar

1 KH. Husein Muhamad, Fiqh Perempuan, (Yogyaka1ta: LKiS), 2001 h. 84 2 Ibid. h. 80 3 H. Samsul ma'arif M.Ag. et.all., Fiqh Progresif, (Jakarta: FKKU Press), h.166

Page 69: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

62

dimaksudkan sebagai bentuk perlindungan atau tanggung jawab ayah terhadap

anaknya.4

Sehingga menurut hemat penulis, ketika Imam Abu Hanifah melihat

perempuan dari sisi kedewasaan dan Imam Syafi'i melihatnya dari status

perempuan gadis atau janda, maka terjadi persamaan dan perbedaan pendapat

antara Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i. Persamaannya antara lain:

Pertama, Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i memberikan hukum yang

sama terhadap perempuan gadis yang belum dewasa (al-Bikr al-Shaghirah),

bahwa gadis yang belum dewasa tidak berhak mengenai urusan nikahnya dan

menurut umumnya yang berhubungan dengan memilih pasangan nikahnya.

Keduanya menggtmakan dalil yang sama di antaranya :

a. al-Qur'an surat at-Talak ayat 4

0u_/, ~ rJ JWI) ;,_:..f ~ill ~':W ~~1 01~e.;0· ~1 0--~ JWI) ,, ,, "' ,.. ,, ,, ,.. ,.. ,.. ,. ,, ,, ,, ,,

. 1;.,; ~;f 0:: j ~ Ji1 <}ti:;:,~;. ~ 0f ~f ~Cti1 "Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara

perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusmmya".

Ayat ini menjelaskan bahwa iddah perempum1 yang sudah putus darah

haidnya dan perempuan yang belU111 haid adalah tiga bulan.dab adanya iddah

menunjukan adanya talak yang didalmluai oleh pemikahan, adanya talak

4 KR Husein Muhammad, Loe cit

Page 70: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

63

menunjukan adanya akad nikah. Kemudia gadis yang masih kecil (al-Bikr al-

Shaghirah) termasuk dalam golongan perempuan yang haid. Hal ini menmtjukan

sahnya akad nikah gadis yang belum haid karena belum dewasa dan tanpa izinya.

b. Hadis Aisyah yang di riwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim

,, ,. ... ,,, ' ~ ,, ..\ ,.

:.:J;.'.>1) ~ ~ ~ ~J ~JY ~ J ~ .!JI J- ~I :JI ~ .!JI ~~ ~!.<- :;. 5 ,.,, ),, .. ., - ~;,.. .. ,,. ,, l> " J. .. ,. ,, ,,",,

(>J>y.I olJ.J) ~ o~ ~'J ~ ~ ~ <i:J ~ "Dari 'Aisyah ra bahwa Rasulullah saw menikahinya dikala ia dalam usia

enam tahm1 dan ia diserahkan kepada rasul ketika bernsia sembilamn tahun dan ia

tinggal bersama rasul selama sembilan tahun".

Jelaslah bagi kita bahwa usia enam tahun atau ttuuh tahun adalah belum

dewasa dan belum dapat disetubuhi menurnt adat kebiasmm.

Peristiwa pernikal1an Rasul dengan Siti 'Aisyah dalam umm demikian itu

tidak dipandang sebagai khusushiyah bagi Rasul tanpa dalil; karena jika ada dalil

khusushiyah, niscaya tidal( akan te1jadi pernikalian Qudamah bin Mi'un dengan

Zuber yang barn lahir dan pernikahan Umar bin Kliattab dengan putri Sayyidina

Ali yang masih kecil, yang bernama Ummu Kulstunl

Menurut Ibrahim Bosen dalam bukunya Fiqh Perbandingan MasalaI1

Pernikahan menyatakan bahwa, pendapat tersebut sejalan dengan rasio dan

dengan nas ayat yang menjadi pegangan tersebut, yaitu adanya iddal1 karena

adanya persetubuhan. Adanya persetubuhan menmtjukan gadis itu telaI1

5 Abi Dawud Sulaiman, Sunan Abi Dawud(Beirut: Dar lbn Hazm) 1997 juz II h. 4!0

Page 71: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

64

menginjak batas usia yang kuat untuk di setubuhi. Tegasnya, tanpa adanya

persetubuhan tentulah tidak ada iddah. 6

Akan tetapi, In1an1 Abu Hanifah memperbolehkan wali menikahkan anak

gadisnya yang belum dewasa karena dia belum dewasa. Artinya, belum cakap

untuk bertindak sendiri mengenai yang berhubungan dengan nikah dan yang

berhubungan dengan memilih pasangan nikah. Jadi, Imam Abu Hanifah

memandangnya dari sisi kedewasaan. Kedewasaan menurut Imam Abu Hanifah

dari baliglmya perempuan.

Ini bisa dilihat ketika Imam Abu Hanifah tidak memperbolehkan wali

menikahkan gadis dewasa (al-Bikr al-Shaghirah) danjanda dewasa dengan tanpa

izinya, karena bagi Iman1 Abu Hanifah gadis dewasa dan janda dewasa di anggap

memilild kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan hukmn yang

berhubungan dengan transaksi-transaksi keuangan seperti perdagangan. Oleh

karena itu, adalah logis jika dia juga dapat melakukan tindakan-tindakan yang

berkaitan dengan urusan pribadinya. Khususnya masalah pernikahan dan

mengenai yang berhubm1gan dengan memilih pasangan ni'.kah.

Sedangkan Imam Syafi'i memand<mgnya karena statusnya gadis atau

keprawanan yang masih utuh dan bukan karena belurn dewasa sebagaimana

menurut Imam Abu Hanifah yang menyatakan bahwa ayah mempunyai hak ijbar

terhadap janda yang belum dewasa.

6 Prof. KH. Ibrahim Hosen, LML., Fiqh Perbandingan Masa/ah Pernikahan, (Jakarta: Pustaka Firdaus) h. 200

Page 72: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

65

Ini bisa dilihat ketika Imam Syafi'i tidak memperbolehkan seorangpun

untuk menikahkan janda baik yang dewasa maupun y<mg belum dewasa. Dan

diperkuat oleh argumen Imam Syafi'i pada keumuman Hadis nabi :

0 0 ; "f 0 0 0 ; ,. ,,,.

.JL.4> 4];~:, ~ ~ 0;,d ~\) '~:, 0; 4-:~ J_;-1 ;.;'11 Iman1 Syafi'i melihat hadis ini dianggap masih UJnun1, tidak membedakan

antara janda yang dewasa dan bellll11 dewasa. Jadi antara janda yang dewasa dan tidak dewasa keduanya sama tidak boleh dinikahkan dengan tanpa izinya.

Kedua, Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i sama-sama tidak

memperbolehkan seorangpun untuk menikahkan pada janda dewasa dengan tanpa

izinya. Keduanya sama-sama menggunakan argumen hadis yang di riwayatkan

oleh Ibn Abbas dan Hadis yang menceritakan "pristiwa Khansa", perempuan

janda yang di nikahkan oleh ayalmya. Sedangkan ia tidak sttrju, kemudian

pemikahan tersebut di batalkan oleh Rasul. Hadis tersebwt adalah :

~) 0; ~, :~~ J;.-1 r.; lll =r-L J .y;:. Ji1 ~ Ji1 J_,...., .J Ju :Jud~ ~1 ~ 7 (~ oljJ)

"Dari lbn Abbas berkata : Rasulullah saw bersabd:a : janda itu lebih berhak dari terhadap dirinya dari pada walinya ..... "(HR. Muslim)

' ,.. ,, ,, ,,. ,.. ,,,,, ,., ,. :;, ,.

.Ji\ J_,....,~ :.::. ... n_;;__; ,~;, °..::..J,p ~ ~J ~)j U.t;'I 01 "'1JL~'/I i\j_,,,_ ~ •L..;,.. cf' 8 (> Jb y.I olJJ) ~~ ~J;;) ~~~ :.:_, j.Ji rL J .Y,:. ~

"Dari Khansa binti Khidzam al-Anshariyah sesunggulmya bapaknya memaksa menikahkan, kemudian datang Rasulullah saw dan dia menceritakan kejadian itu kepada Rasul, maka Rasul menolak pernikahan itu". (HR.Abu Dawud)

7 Ibn Hajar Asqalani, Bulughul Maram (Indonesia; Daru Ikhya) h. 205

8 Abi Dawud Sulaiman, Sunan Abi Dawud (Beirut: Dar Ibn Khazm) 1997 h. 398

Page 73: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

66

Menurnt hemat penulis hadis ini sangat jelas menunjukan bahwa, masalah

pemikahan dan yang berhubungan dengan memilih pasangan nikah adalah

sepenuhnya hak perempuan janda. Hanya saja, kalau Imam Abu Hanifah

memandang hadis tersebut menunjukan kepada janda yang dewasa, karena bagi

Imam Abu Hanifah hanya janda yang dewasa yang berhak mengenai masalah

nikahnya dan mengenai yang berhubungan dengan masalah memilih pasangan

nikah. Dan ini bisa dilihat ketika Imam Abu Hanifah memberikan hukum kepada

perempuan janda yang belum dewasa, bahwa perempuan janda tidal< berhak atas

nikahnya dan mengenai yang berhubungan dengan memilih pasangan nikahnya.

Sedangakan Imam Syafi'i memandang hadis tersebut masih umum, oleh

karena itu bisa mencakup janda yang dewasa maupun belum. Karena bagi Imam

Syafi'i yang menjadi ukuran berhaknya perempuan mengenai masalal1 nikahnya

dan yang berhubungan dengan masalah memilih pasangan nikah adalal1 statusnya.

Yaitu janda. Dan ini juga bisa dilihat ketika Imam Syafi'i memberikan hukum

kepada gadis yang dewasa mauptm belwn dewasa, bahwa keduanya tidak berhak

mengenai nikahnya dan mengenai memilih pasangan nikah.

Selanjutnya mengenai perbedaan pendapat keduanya antara lain: Pertama,

Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa, ayah tidak boleh memaksakan anak

gadisnya yang sudah dewasa (al-bikr al-balighah) untuk dinikallkan dengan

tanpa izinya. Berarti menurnt Imam Abu Hanifah, gadis dewasa mempunyai hak

sepenuhnya mengenai urnsan nikah dan mengenai yang berhubungan dengan

Page 74: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

67

memilih pasangan nikah. Karena bagi Imam Abu Hanifah, yang menjadi ukuran

berhaknya perempuan mengenai masalah nikahnya adalah kedewasaan.

Ini bisa dilihat, ketika Imam Abu Hanifah memberi hukum kepada

perempuan gadis dan perempuan janda yang belum dewasa. Keduru1ya, menurut

Imam Abu Hanifah tidak berhak mengenai masalah nikalmya dan mengenai yang

berhubungru1 dengan memilih pasangan nikahnya. Karena keduallya belum

dewasa atau belum cakap mengenai urnsan pribadinya dan lebih khusus mengenai

urusru1 nikahnya dan mengenai memilih pasru1gan nikahnya.

Sejumlah argumen dikemukakan oleh Imam Abu Hru1ifah alltara lain ayat

al-Qur'an:

,,. "' ,,. J; ,,.,, ,,. ..,,,. " ,,.

.... ~::;<. k-)j ~ J>- ~.; 0-- ~ J-7 lli ~ 0~ ,,. ,,. ,.. ,,.

Artinya : "Kemudian jika si suami menceraikallnya (sesudah cerai yang kedua) maka perempuall itu tidak halal lagi baginya hingga dia nikah dengan suami yang lain .... " (QS. Al-Baqarah ayat 230)

... J J~I; ~ l',.'.pl) l~l ~l)jf ~ jf Y, µ LJi ~£;,.( ~ ;Lll ~ !~Jb I~[, ,,. ,,. ,,. ,,. ,,.

Artinya : "Apabila krunu menceraikall istri-istrirnu lalu habis iddahnya, maka jangalllah kamu menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya apabila terdapat kerelaan diru1tru·a mereka dengall cara yru1g ma'rnf'. (QS. Al­Baqarah 232)

" " } ,,. " ,,. } ,,. ,,.,,. "' ,,. ,,. ,, ,,. ,,.

.... J J;.:.it; ~I J' ~ ~ ~ (:L~ lli ~i J.-4 1~~- ... ,,. ,,. ,, ,, ,,. ,,. /

Artinya : "Kemudia11 apabila telah habis iddalmya, maka tiada dosa bagimu membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yru1g patut." (QS. Al-Baqarah ayat 234).

Page 75: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

68

Hal ini juga di tegaskan oleh hadis Nabi antara lain:

" ) ... -"',.. ; ... "' ,, J, "' ' ... "' ,,. '

~J ~ ~ :;,-1 :. :•II: JLO ~J ~ .&1 cs'C.o 01 J'.,'..~ 01 V'~ J. .&1~ :J-> " £ " " cr-L .... ol)..>). \~ _,s:::.:, 41~;:, )~~<;ii:,

"Perempuan janda lebih berhak atas dirinya dari pada walinya. Perempuan gadis di minta izinya dan izinya adalah diamnya". (HR. Muslim)9

Meskipun konteks ayat al-Qur'an maupun Hadis nabi tersebut terjadi pada

kasus janda, tetapi pendapat ini mengemukakan argumen analogi (qiyas). Yaitu

bahwa gadis dewasa dan berakal (al-Balighah al- 'aqilah) sebenarnya sama

dengan janda. Kesamaanya terletak pada sisi kedewasaannya. Jadi bukan pada

status gadis atau jandanya. Kedewasaanya seseorang memugkinkan dirinya untuk

menyampaikan secara eksplisit tentang sesuatu yang ada didalam hati atau

pikiranya. Ia juga dapat menge1jal'an sesuatu secara terbuka tidal.: malu-malu.

Oleh karena ha! ini, malca gadis dewasa dapat di samakan dengan perempuan

janda. 10

Sedangkan Imam Syafi'i berpendapat, ayah boleh menikahkan anak

gadisnya yang sudah dewasa (al-bikr al-balighah) walaupun tanpa izinya (tidak

rela). Berarti menurut Imam Syafi'i gadis yang sudah dewasa tidak berhak

mengenai nikah dan mengenai urusan yang berhub1mgan dengan memilih

pasangan nikah. Karena yang berhak dalam hal ini adalah walinya. Karena bagi

9 lbn Hajar Asqalani, Bu/ughul Maram (Indonesia: Daru lkhya) 11. 205

10 KH. Husein Muhamad, foe cit

Page 76: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

69

Imam Syafi'i perempuan gadis belum pengalaman nikah dan dianggap belum I

tidak memiliki keman1puan atau lemah untuk bertindak s1endiri. Jadi Imam Syafi'i

dalam ha! ini yang menjadi uknran adalah status perempuan (gadis atau janda).

Ini bisa dilihat ketika Imam Syafi'i memberi hukum kepada janda baik

yang dewasa maupun belum dewasa. Bahwa, janda baik yang dewasa maupun

belum dewasa berhak sepenuhnya mengenai nrusan nikah dan memilih pasangan

nikah.

Kedua, Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa, ayah boleh menikahkan

anaknya yang janda dan belum dewasa (tsayib al-shaghirah). Berarti mennrut

Imam Abu Hanifah perempuan janda yang belum dewasa tidak berhak mengenai

nikahnya dan mengenai yang berhubungan dengan memilih pasangan nikah.

Sedangkan Imam Syafi'i berpandapat bahwa, ayah tidak boleh menikahkan

anaknya yang sudah janda dan belum dewasa (tsayib al-shaghirah) dengan tanpa

izinya. Berarti mennrut Iman1 Syafi'i janda yang belum dewasa berhak

sepenuhnya mengenai nrusan nikah dan mengenai yang berhubungan dengan

memilih pasangan nikah.

Tei:jadinya perbedaan tersebut di karenakan Imam Abu Hanifah melihat

karena jru1da tersebut belum dewasa. Karena janda belum dewasa tidak cakap

untulc bertindak mengenai nrusan pribadinya. Khususnnya mengenai urusan nikah

dilll mengenai memilih pasru1gan nikah. Sedilllgkan Imam Syafi'i melihat kru·ena

status jandru1ya. Kru·ena janda sudah be1pengalru11ru1 menikah.

Page 77: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

A. Kesimpulan

BABV

PENUTUP

Dari pembahasan skripsi yang saya uraikan, pokok atau inti

pembahasanya adalah mengenai hukum perernpuan memilih pasangan nikah

menurut Imam Abu Hanifah dan l!nan1 Syafi'i, dan dapat di simpulkan sebagai

berikut:

l. Bagi Imam Abu Hanifah, berhak atau tidaknya perempuan memilih pasangan

nikahnya di ukur dari kedewasaan. Kedewasaan menurut Imam Abu Hanifah,

di ukur dari sisi apakah perempuan tersebut sudah baligh atau belmn. Maka

apabila perempuan itu gadis atau janda kalau dia sudah dewasa, maka

mengenai urusan nikah dan mengenai memilih pasangan nikalmya adalah hak

sepenuhnya perempuan tersebut. Dan apabila perempuan itu gadis atau janda

tetapi keduanya belmn dewasa, maka tidak berhak a1:as urusan nikahnya dan

mengenai yang berhubungan dengan memilih pasangan nikanya. Karena yang

berhak adalal1 walinya

2. Sedangkan bagi Imam Syafi'i, berhak atau tidaknya perempuan memilih

pasangan nikah di ukur dari apakal1 perempuan itu gadis atau janda. Maka

apabila perempuan tersebut gadis baik yang dewasa atau yru1g belmn dewasa,

maka yang berhak mengenai urusan nikah dru1 memilih pasangru1 nikah adalah

walinya, karena perempuan tersebut belmn ada pengalan1an menikah.

Page 78: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

71

Sedangkan apabila perempuan tersebut janda baik yang dewasa atau belum

dewasa. Maka yang berhak mengenai urusan nikah dan memilih pasangan

nikah adalah hak sepenulmya perempuan janda.

B. Saran-Saran

Slaipsi ini jauh dari kesempurnaan sebagai sebuah karya ilmiah, apalagi

yang dibahas menyangkut pendapat Iman1 Abu Hanifah dan Imam Syafi'i, tetapi

terlepas dari ha! itn penulis mencoba memberikan saran:

I. Imam Abu Hanifal1 memberikan hukum perempuan memilih pasangan nikah

dengan melihat dari sisi kedewasaan dan Imam Syafi'i me!ihatnya dari status

gadis, mungkin itn merupalcan batasan minimal yang dilakukan oleh keduanya

dengan mempertimbangakan realitas perempuan pada waktn itu. Sehingga

pendapat keduanya mungkin menjadi mashlahat pada waktn itu, tetapi tidak

dimungkinkan mashlahat untuk masa berikutnya.

2. Realitas masyarakat pada zaman Imam Abu Hanifah Dan Imam Syafi'i

berbeda dengan realitas masyarakat modern sekarang, dimana anak

perempuan mempunyai peluang besar untuk rnengenal dunia lain yang

ditawarkan orang tuanya. Si gadis mungkin mempunyai prinsip hidup dan

pilihan yang berbeda dengan orang tuanya, termasuk dalam pilihan

pernikahan. Oleh karena itu, menurut pennlis akan lebih mashlahat kalau

orang tua hanya menununjukan bukan menentukan pilihan pasangan nikah .

.Jadi hak menentukan sepenuhnya ada pada tangan perempuan.

Page 79: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

DAFT AR PUST AKA

al-Qur'an al-Karim,

Abbas, Sirajuddin, Sejarah dan Keagungan Madzhab Syaji 'i, Jakarta: Pustaka Tarbiyahl 991

Asmin, Status Perkawinan Antar Agama, Jakarta: PT. Dian Karya, 1986

al-Asqolani, al-Hafidz bin Hajar, Bulughul Maram, An bani Riyadh: al-Ma'arif, 1992, Juz. Ke-3

Departeman Agama Rl, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Dirjen Bimbaga Islam 1992 <..---

Departemen Agama Rl, Topik Inti Kurikulum Nasional Perguruan Tinggi Agama Islam Fakultas Syari 'ah Jakarta : Depag. RJ 1998

Ghazaly, Abd. Rahman, Fiqih Munakahat, Jakarta : Prenada Media, 2003 L

Hadikusm11a, Hilman, Hukum Perkawinan Indonesia, Bandung: Bandar Maju 1990 ~

Hasyimi, Moh. Ali, Kepribadian Wanita Muslimah Menurut al-Qur 'an dan al-Hadis Jakarta : Akademika Pressindo, 1997

Hosen, Ibrahim, Fiqh Perbandingan Pernikahan, Jakarta: Pm;taka Firdaus, Jmli 2003. cet 1

al-Jaziri, Abd. Rahman, al-Fiqh 'ala Mazdahib al-Arba 'a, Beirut: Dar al-Fikr juz IV

al-Kahlani, Muhamad bin Ismail, Subulus al-Salam, Bandm1g: Dahl1111, t.th, juz III,

KI1alil, Munawar, Biografi Empat Serangkai Imam 1\!fadzhab, Jakarta: Bulan Bintang

Ma'arif, Samsul, et.all, Fiqh Progresif, Jakarta: FKKU Press, 2003

al-Mawardi, Abi Hasan, al-Khawi al-Kubro, Beirut: Dar al-Kutb al-'Alamial1

Mughniyah, Muhammad Jawad, Fiqh Lima Mazhab, Jalcarta: Lentera 2001, Cet ke-7

Muhamad, Husein, Fiqh Perempuan, Yogyakarta: LkiS, Apdl 2001, cet ke-1

Page 80: SUK.RON - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/15703/1/SUKRON-FSH.pdf · PENGESAHAN PENILAIAN U.JIAN Skripsi yang berjudul "Hukum Percmpuan Mcmilih

73

Muhdlor, A. Zuhdi, Memahami Hukum Perkawinan, al-Bayan

Nur, Djaman, Fiqh Afunakahat; Semarang: Dina Utama Semarang, 1993 Cet. Ke-I ,_,

Rafiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998

al-Sarthawi, Mahmud Ali, Syarkhu Qanun al-Akhwal al-Syakhsiyah, Amman: Dar al­Fila" 1996

Ash-Shiddiqie, Hasbi Pengantar flmu Fiqih, Semarang: Pustaka Rizki Putra 1997

_____ ,, Hasbi Pokok-pokok Pegangan Imam Mazhab, Semarang: Pustaka Rizki Putra 1997

Sulaiman, Abi Dawud, Sunan Abi Dawud, Beirut: Dar Ibnu Khazm, 1997

asy-Syafi'i, Abi Ishak Ibrahim, al-Muhadzab Fi al-Fiqh al-Imam asy-Syaji 'i, Beirut: Dar al-Fikr, juz II

Syafi'i, Iman1, al-Risa/ah, Beirut: Dar al-Fikr

____ _, al-Risalahfi al-Ilmi Ushul, Libanon: al-Ilmiah

Syaltut, Syaikh Malnnud, as-Says, Ali, Perbandingan Mazhab dalam masalah Fiqh, Jakarta: Bulan Bintang 1991 cet. Ke-6

Syarifuddin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqih Jakarta: Prenada Media, 2003

Y afie, Ali, Menggagas Fiqih Sosial, Bandung : Mizan 1995

Yunus, Mallmoud, Kamus arab Indonesia, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Pente1jemah Tafsir al-Qur' an, 1973

Zahra, Muallan1ad Abu, Abu Hanifah Hayatuhu Wa 'Aruhu Wa Fiqhuhu, Mesir: Dar al-Fikr al-Arabi, t.t

i---·--""""--··-·-·~-··-·-----~---··· 1

I mN sviwm~