STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

  • Upload
    puteri

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    1/36

     

    STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK

    MAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

    MANAJEMEN STRATEJIK

    Yang dibina oleh Dr. Syihabudhin, SE., M.Si.

    Oleh

    Kelompok 5

    1.  Agustin Uzlatun Nikma 120412423461

    2.  Asri Yani 120412402984

    3. 

    Fika Dwi Rahmania 120412423479

    4.  Juntantira Rakhmaningtyas 120412403011

    UNIVERSITAS NEGERI MALANG

    FAKULTAS EKONOMI

    JURUSAN MANAJEMEN

    Maret 2015

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    2/36

     

    ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan

     berkat, rahmat, dan kekuasaannya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah

    "Strategi Pengelolaan Konflik" ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

    Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Manajemen

    Stratejik. Makalah ini disusun dari berbgai sumber dan disajikan dengan bahasa

    yang sederhana. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pembaca dalam

    mengkaji isi dari makalah ini.

    Penulis berharap, makalah ini bisa menjadi sumber dan media belajar bagi

    semua kalangan dalam penelitian. Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat

     banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi isi maupun

    sistematikanya. Untuk itu kami mengharap kritik, saran, dan koreksi yang

    membangun guna memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.

    Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Atas bantuan

    semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini, kami ucapkan

    terima kasih. 

    Malang, Maret 2015

    Penulis

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    3/36

     

    iii

    DAFTAR ISI

    HalamanHALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

    KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

    DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv

    BAB I PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang .................................................................................... 1

    B.  Rumusan Masalah ............................................................................... 3

    BAB II PEMBAHASAN

    A. 

    Pengertian Manajemen Konflik ........................................................... 4

    B.  Aneka pemikiran dalam persoalan Konflik.......................................... 4

    C. 

    Jenis Konflik ....................................................................................... 6

    D.  Penyebab Konflik ................................................................................ 8

    E. 

    Proses Konflik ...................................................................................... 10

    F.  Kondisi atau Situasi Tepat untuk Memanfaatkan Kelima Macam

    Orientasi Penanganan Konflik ............................................................. 14

    G.  Dampak Konflik .................................................................................. 16

    H.  Strategi Mengatasi Konflik ................................................................. 19

    I.  Metode Penyelesaian Konflik ............................................................. 23

    J. 

    Langkah-langkah Untuk Menangani Konflik ..................................... 27

    BAB III KESIMPULAN .................................................................................. 30

    DAFTAR RUJUKAN ...................................................................................... 32

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    4/36

     

    iv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Proses Konflik ................................................................................ 11

    Gambar 2. Dimensi-dimensi Orientasi-orientasi Penanganan Konflik ............ 12

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    5/36

     

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. 

    Latar Belakang Masalah

    Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam

    kehidupan. Dalam interaksi dan interelasi sosial antar individu atau antar

    kelompok, konflik sebenarnya merupakan hal alamiah. Bahkan sepanjang

    kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan dan bergelut dengan konflik. Dahulu

    konflik dianggap sebagai gejala atau fenomena yang tidak wajar dan berakibat

    negatif, tetapi sekarang konflik dianggap sebagai gejala yang wajar yang dapat

     berakibat negatif maupun positif tergantung bagaimana cara mengelolanya.

    Demikian halnya dengan kehidupan organisasi. “Suatu organisasi hampir dapat

    dipastikan akan menghadapi konflik, baik bersifat eksternal maupun internal, dan

    dapat bersifat positif maupun negatif” (Wibowo, 2012:47). Anggota organisasi

    senantiasa dihadapkan pada konflik. Perubahan atau inovasi baru sangat rentan

    menimbulkan konflik, apalagi jika tidak disertai pemahaman yang memadai

    terhadap ide-ide yang berkembang.

    Dari pandangan baru dapat kita lihat bahwa pimpinan atau manajer tidak

    hanya wajib menekan dan memecahkan konflik yang terjadi, tetapi juga wajib

    untuk mengelola konflik sehingga aspek-aspek yang membahayakan dapat

    dihindari dan dapat ditekan seminimal mungkin, dan aspek-aspek yang

    menguntungkan dikembangkan semaksimal mungkin. Menurut Winardi

    (2004:434) bahwa konflik di dalam organisasi-organisasi merupakan hal yang

    tidak dapat dihindari, dan ia bahkan perlu, terlepas dari bagaimana cara

    organisasi-organisasi didesain dan dioperasikan. Manajemen konflik sangat

     berpengaruh bagi anggota organisasi. “Para anggota organisasi atau para anggota

    subunit-subunit berupaya agar sudut pandangan mereka atau kausa yang

    diperjuangkan mereka lebih ditonjolkan dengan sudut pandangan pihak lain”

    (Winardi, 2004:431).

    Pemimpin organisasi dituntut menguasai manajemen konflik agar konflik

    yang muncul dapat berdampak positif untuk meningkatkan mutu

    organisasi.pemimpin organisasi harus memanajenya sedemikian rupa, hingga

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    6/36

     

    2

    dapat hingga dapat diminimlisir aspek-aspek yang merusak dan aspek-aspek yang

    menguntungkan di maksimalkan. Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi

    dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen

    konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang

    mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku

    maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan

    interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang

    diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena

    komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap

     pihak ketiga.

    Manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku

    atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu

    yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian

    konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal yang

     positif, kreatif, dan bermufakat. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri

    sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak

    ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang

     berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi

    (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi

    kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.

    Pengelolaan konflik terkait dengan bagaimana pemimpin organisasiatau

    manajer menstimulasi konflik, mengendalikan konflik, dan mencari solusi pada

    tingkat yang optimum. Kemampuan yang diperlukan dalam rangka penanganan

    konflik ini terwujud dalam bentuk keluasan pandangan dan wawasan pemimpin

    dalam rnemandang setiap persoalan, baik yang memiliki perbedaan, maupun yangsama dengan kerangka pemikirannya. Ketrampilan penanganan konflik terwujud

    dalam bentuk pencarian solusi terhadap konflik-konflik yang terjadi sehingga

    tidak berdampak buruk terhadap individu maupun organisasi. Konflik dapat

    menimbulkan dampak baik yang sifatnya konstruktif maupun yang destruktif.

    Karena dampak yang ditimbulkannya tidak selamanya jelek, maka perlu dikelola

    dan penanganan yang baik.

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    7/36

     

    3

    B.  Rumusan Masalah

    1.  Apa pengertian konflik?

    2. 

    Bagaimana pandangan dalam persoalan konflik?

    3. 

    Apa sajakah jenis-jenis konflik?

    4.  Apa sajakah penyebab konflik?

    5. 

    Bagaimanakah proses konflik?

    6.  Bagaiman kondisi atau situasi tepat untuk memanfaatkan kelima macam

    orientasi penanganan konflik?

    7.  Apa sajakah dampak konflik?

    8.  Bagaimana strategi mengatasi konflik?

    9. 

    Bagaimana metode penyelesaian konflik?

    10.  Bagaimana langkah-langkah untuk menangani konflik?

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    8/36

     

    4

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. 

    Pengertian Konflik

    Kata konflik menurut bahasa Yunani configere, conflictm yang berarti

    saling berbenturan. Arti kata ini menunjuk pada semua bentuk benturan, tabrakan,

    ketidaksesuaian, ketidakserasian, pertentangan, perkelahian, oposisi, dan

    interaksi-interaksi yang antagonis bertentangan (Kartini Kartono dalam Soetopo,

    2010: 267).

    Konflik, menurut Robbins dalam Sopiah (2008), adalah suatu proses yang

    dimulai bila satu pihak dengan pihak lain telah memengaruhi secara negatif atau

    akan segera memengaruhi secara negatif atau akan segera memengaruhi secara

    negatif pihak lain. Sedangkan Alabanes dalam Sopiah (2008) mengartikan konflik

    sebagai kondisi yang dipersepsikan ada di antara pihak-pihak atau lebih

    merasakan adanya ketidaksesuaian antara tujuan dan peluang untuk mencampuri

    usaha pencapaian tujuan pihak lain.

    Dari beberapa definisi ini dapat disimpulkan bahwa konflik itu adalah

     proses yang dimulai bila suatu pihak dengan pihak lain saling mempengaruhi

    secara negatif dan merasakan adanya ketidakserasian, ketidaksesuaian,

     pertentangan dan lain sebagainya yang membuat suatu pihak merasa dihalangi

    atau dicampuri dalam usaha pencapaian usahanya.

    B.  Aneka Macam Pemikiran dalam Persoalan Konflik

    Definisi yang dikemukakan oleh Hellriegel dan Slocum (dalam Winardi,

    2005: 162-163), menunjukkan adanya tiga macam tipe dasar konflik sebagai berikut:

    1.  Konflik tujuan ( goal conflict), yang terjadi apabila hasil akhir yang diinginkan

    atau hasil yang dipreferensi, tidak bersifat kompatibel.

    2. 

    Konflik kognitif (cognitive conflict), yang muncul, apabila individu-individu

    menyadari bahwa pemikiran mereka atau ide-ide mereka tidak konsisten satu

    sama lain.

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    9/36

     

    5

    3.  Konflik efektif, yang muncul apabila perasaan-perasaan atau emosi-emosi

    tidak kompatibel satu sama lain (maksudnya orang-orang secara kiasan: makin

    gila terhadap satu sama lain).

    Stephen P. Robbins (dalam Winardi, 2005: 163-164), menyajikan tiga

    macam mahzab pemikiran tentang konflik sebagai berikut:

    1. 

    Pandangan Tradisional

    Pandangan yang dini tentang konflik adalah bahwa konflik (semua konflik

     buruk). Konflik dipandang secara negatif, dan ia sering kali dinyatakan

    sinonim dengan kekerasan, destruktif, dan irasionalitas guna memperkuat

    konotasi negatifnya. Perdefinisi konflik dianggap merugikan dan konflik perlu

    dihindari. Pandangan tersebut membuktikan suatu pendekatan sederhana

    dengan memperhatikan orang-orang yang menciptakan konflik. Mengingat

     bahwa semua konflik harus dihindari, maka kita hanya mengarahkan perhatian

    kita terhadap kausa konflik dan kemudian memperbaiki kekurangan-

    kekurangan yang ada, dalam rangka upaya memperbaiki kinerja kelompok dan

    kinerja keorganisasian.

    2.  Pandangan Hubungan Antarmanusia

    Para penganut mahzab ini beranggapan bahwa konflik merupakan suatu

    kejadian yang alamiah yang dapat terjadi pada semua kelompok dan

    organisasi yang ada. Maka, oleh karena dianggap bahwa konflik itu tidak

    dapat dihindari, mahzab ini menganjurkan diterimanya konflik sebagai sesuatu

    hal yang wajar. Mereka merasionalisasi eksistensi konflik. Konflik tidak dapat

    ditiadakan, dan bahkan pada saat-saat tertentu, konflik menguntungkan kinerja

    suatu kelompok (kerja). Mahzab ini mendominasi teori konflimk dari akhir

    tahun 1940 hingga pertengahan tahun tujuh puluhan.3.

     

    Pandangan Interaksionis

    Pandangan yang dewasa ini banyak diterima tentang konflik adalah perspektif

    interaksionis seperti diketahui, pendekatan hubungan antarmanusia menerima

    konflik, tetapi pendekatan interaksionis menganjurkan konflik berdasarkan

    alasan bahwa sebuah kelompok yang harmonis, penuh kedamaian, yang

    tenang serta yang bekerja sama cenderung berkembang menjadi kelompok

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    10/36

     

    6

    statik, apatik, dan tidak memberikan reaksi apa-apa terhadap kebutuhan akan

     perubahan dan inovasi.

    Sumbangsih utama pendekatan interaksionis adalah bahwa ia merangsang

     para pemimpin kelompok untuk mempertahankan suatu tingkat konflik

    minimum yang berkelanjutan, yang cukup merangsang kelompok yang

     bersangkutan untuk bertahan, dapat mengritik diri sendiri dan bersifat kreatif.

    Apabila kita mengikuti pandangan kaum interaksionis, maka kiranya jelas

     bahwa pernyataan semua konflik baik, apapun semua konflik buruk tidak

    tepat, dan ia bersifat naif. Apakah suatu konflik buruk atau baik, tergantung

    dari tipe konflik yang muncul. Kita perlu membedakan adanya konflik

    fungsional dan konflik disfungsional.

    C.  Jenis Konflik

    1.  Jenis konflik dibedakan dalam beberapa perspektif, antara lain:

    a. 

    Konflik Intraindividu adalah konflik ini dialami oleh individu dengan

    dirinya sendiri karena adanya tekanan peran dan ekspektasi di luar berbeda

    dengan keinginan atau harapannya.

     b. 

    Konflik Antarindividu adalah konflik yang terjadi anatarindividu yang

     berada dalam suatu kelompok atau antarindividu pada kelompok yang

     berbeda.

    c.  Konflik Antarkelompok adalah konflik yang bersifat kolektif antara satu

    kelompok dengan kelompok lain.

    d.  Konflik Organisasi adalah konflik yang terjadi antara unit organisasi yang

     bersifat struktural maupun fungsional.

    2. 

    Ditinjau dari fungsinya ada dua jenis konflik, yaitu:a.

     

    Konflik fungsional yaitu konflik yang berbentuk konstruktif. Konflik

    demikian menunjang tujuan-tujuann kelompok dan memperbaiki

    kinerjanya.

     b. 

    Konflik disfungsional yaitu konflik yang berbentuk destruktif. Konflik

    demikian menjadi kendala bagi pencapaian kinerja kelompok.

    3.  Ditinjau dari segi instansionalnya, konflik dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    11/36

     

    7

    a.  Konflik kebutuhan individu dengan peran yang dimainkan dalam

    organisasi. Tidak jarang kebutuhan dan keinginan karyawan bertentangan

    atau tidak sejalan dengan kebutuhan dan kepentingan organisasi. Hal ini

     bisa memunculkan konflik.

     b.  Konflik peran dalam peranan. Setiap karyawan organisasi memiliki peran

    yang berbeda-beda dan ada kalanya perbedaan peran tiap individu tersebut

    memunculkan konflik karena setiap individu berusaha untuk memainkan

     peran tersbut sebaik-baiknya

    c.  Konflik individu dengan individu lainnya. Konflik seringkali muncul jika

    seorang individu berinteraksi dengan individu lain, disebabkan oleh latar

     belakang, pola pikir, pola tindak, kepribadian, minat, persepsi, dan

    sejumlah karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lain.

    4.  Ditinjau dari segi materi atau masalah yang menjadi sumber konflik, konflik

    dapat dibedakan menjadi:

    a. 

    Konflik tujuan

    Adanya perbedaaan tujuan antarindividu, kelompok, atau organisasi bisa

    memunculkan konflik.

     b. 

    Konflik peranan

    Setiap manusia memiliki peran lebih dari satu. Peran yang dimainkan,

    yang jumlahnya banyak tersebut, seringkali memunculkan konflik.

    c.  Konflik nilai

     Nilai yang dianut sesorang seringkali tidak sejalan dengan sistem nilai

    yang dianut organisasi atau kelompok. Hal ini berpotensi untuk

    memunculkan konflik.

    d. 

    Konflik kebijakanKonflik ini muncul karena seorang individu atau kelompok tidak

    sependapat dengan kebijakan yang ditetapkan organisasi. (Depdikbud,

    1981).

    5. 

    Mastenbroek, 1987 (dalam Shopiah, 2008:59) membagi konflik ini menjadi

    empat, yaitu:

    a.  Instrumental Conflicts 

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    12/36

     

    8

    Konflik terjadi karena adanya ketidaksepahaman antar komponen dalam

    organisasi dan proses pengoprasiannya

     b. 

    Sosio-emotional Conflicts 

    Konflik ini berkaitan dengan identitas, kadang emosi, citra diri, prasangka,

    kepercayaan, keterkaitan, identifikasi terhadap kelompok, lembaga dan

    lambang-lambang tertentu, sistem nilai dana dan reaksi individu dengan

    yang lainnya.

    c.  Negotiating conflicts 

    Konflik negoisasi adalah ketegangan-ketegangan yang dirasakan pada

    waktu proses negoisasi terjadi, baik antara individu dengan individu atau

    kelompok dengan kelompok.

    d.  Power and dependency conflicts 

    Konflik kekuasaan dan ketergantungan berkaitan dengan persaingan dalam

    organisasi, misalnya pengamanan dan penguatan kedudukan yang strategi.

    6. 

    Menurut Smith, Mazzarella dan Piele (1981), sumber terjadinya konflik

    adalah:

    a.  Masalah komunikasi, yang bisa terjadi pada masing-masing atau gabungan

    dari unsur-unsur komunikasi, yaitu sumber komunikasi, pesan, penerima,

     pesan dan saluran.

     b.  Struktur organisasi, yang secara potensial dapat memunculkan konflik.

    Tiap departemen/fungsi dalam organisasi mempunyai tujuan, kepentingan

    dan program sendiri-sendiri yang seringkali berbeda dengan yang lain.

    c.  Faktor manusia. Sifat dan kepribadian manusia satu dengan yang lain

     berbeda dan unik. Hal ini berpotensi memunculkan konflik.

    D.  Penyebab Konflik

    Suatu organisasi hampir dapat dipastikan akan menghadapi konflik, baik

     bersifat eksternal maupun internal, dan dapat bersifat positif maupun negatif.

    Konflik merupakan suatu proses dimana satu pihak merasa bahwa pihak lain telah

    atau akan mengambil tindakan yang bertentangan dengan kepentingan pihak lain.

    Konflik sering terjadi di dalam organisasi dan sekitar dua puluh persen waktu

    manajer digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan konflik atau

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    13/36

     

    9

    dampaknya. Suatu interaksi dapat menimbulkan terjadinya konflik di antara

    mereka yang berintetraksi, antara lain adalah sebagai berikut.

    1. 

     Perceptual Distortion (penyimpangan Persepsi)

    Orang cenderung bias dalamcara melihat seseorang atau sesuatu. Pada

    umumnya, kita cenderung melihat situasi dengan cara yang menguntungkan kita

    sendir. Hal tersebut karena terjadi distrosi dalam persepsi kita sehingga dapat

    menjadi tidak objektif dalam memandang sesuatu.

    2.  Grudges (Dendam)

    Seringkali konflik disebabkan karena orang takut kehilangan muka dalam

     berhubungan dengan orang lain dan berusaha berbuat sama dengan orang tersebut

    dengan merencanakan bentuk pembalasan. Dengan demikian, akan memboroskan

    energi yang sebenarnya dapat dipergunakan untuk hal yang produktif bagi

    organisasi karena melakukan hal tersebut.

    3.   Distrust  (Ketidakpercayaan)

    Semakin kuat orang menyangka bhwa apabila individu atau kelompok

    meningkalkan mereka, maka hubungan antara orang dan kelompok tersebut

    diliputi oleh konflik. Renggangnya hubungan antara orang atau kelompok

    disebabkan oleh perasaan bahwa pihak lainnya tidak dapat dipercaya.

    4.  Competition Over Scare Resources (Kompetisi atas Sumber Daya Langka)

    Konflik yang terjadi karena dalam distribusi sumber daya disebabkan oleh

    orang yang cenderung menganggap berlebihan atas kontribusi pada organisasi.

    Perasaan ini menimbulkan tuntunan untuk mendapatkan sumber daya lebih

     banyak sesuai dengan kontibusi yang diberikan, padahal semua orang memahami

     bahwa sumber daya yang tersedia terbatas.

    5. 

     Destructive Critisism (Kritik Bersifat Merusak)Krisis ini merupakan umpan balik negatif yang membuat marah mereka

    yang menerimanya dan bukannya membantu mereka untuk melakukan pekerjaan

    denga lebih baik . koreksi atas kinerja bawahan dapat bersifat kontra produktif

    apabila dilakukan dengan cara yang tidak benar.

    Penyebab konflik ada bermacam-macam. Beberapa sebab yang penting

    adalah sebagai berikut:

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    14/36

     

    10

    1.  Saling bergantungan. Saling bergantung dalam pekerjaan terjadi jika dua

    kelompok organisasi atau lebih saling membutuhkan satu sama lain guna

    menyelesaikan tugas.

    2. 

    Perbedaan tujuan. Perbedaan tujuan yang ada di antara satu bagian dengan

     bagian yang lain, seperti unit produksi yang bertujuan semaksimal mungkin

     biaya produksi dan mengusahakan sedikit mungkin kerusakan produk,

    sementara bagian penelitian dan pengembangan berurusan dengan

     pengembangan ide-ide baru untuk mengubah dan mengembangkan produk

    yang berhasil secara komersial. Hal ini dapat menjadi potensi konflik.

    3.  Perbedaan persepsi. Dalam menghadapi suatu masalah, jika terjadi perbedaan

     persepsi maka hal itu dapat menyebabkan munculnya konflik.

    E.  Proses Konflik

    Proses terjadinya konflik dapat melalui tahap-tahap berikut ini: 1) tahap

    antisipasi, yaitu merasakan munculnya gejala perubahan yang mencurigakan, 2)

    tahap menyadari, yaitu perbedaan mulai diekspresikan dalam bentuk suasana yang

    tidak mengenakkan, 3) tahap pembicaraan, yaitu pendapat-pendapat berbeda

    mulai muncul, 4) tahap perdebatan terbuka, yaitu pendapat-pendapat berbeda

    mulai dipertajam dan lebih terumuskan dengan baik dan kentara, dan 5) tahap

    konflik terbuka, yaitu masing-masing pihak berusaha memaksakan pendirian

    kepada pihak lain.

    Proses konflik dapat dipandang sebagai proses yang terdiri dari empat

    macam tahapan yaitu:

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    15/36

     

    11

    Gambar 1. Proses Konflik

    Keterangan Gambar:

    Tahapan I: Oposisi Potensial

    Langkah pertama dalam proses konflik adalah adanya kondisi-kondisi yang

    menimbulkan peluang-peluang untuk munculnya konflik. Mereka tidak selalu

    secara langsung menyebabkan timbulnya konflik, tetapi salah satu di antara

    kondisi-kondisi tersebut diperlukan, untuk munculnya konflik. Untuk

    menyederhanakan, kondisi-kondisi tersebut (yang juga dapat dipandang sebagai

    sumber-sumber atau kausa-kausa konflik) dipadukan dalam tiga macam kategori

    sebagai berikut:

    Komunikasi-struktur-variabel-variabel pribadi.

    Tahapan II: Kognisis dan Personalisasi

    Apabila kondisi-kondisi yang disebut pada tahapan I menyebabkan timbulnyafrustasi, maka potensi untuk oposisi diaktualisasikan pada tahapan ke II. Kondisi-

    kondisi anteseden, hanya akan menyebabkan timbulnya konflik, apabila salah satu

    (atau lebih) dari pihak yang ada, dipengaruhi oleh konflik tersebut.

    Konflik yang Dipersepsi ( perceived conflict )

    Disadarinya oleh satu pihak atau lebih tentang adanya kondisi- kondisi yang

    menyebabkan timbulnya peluang-peluang munculnya konflik.

    Konflik yang Dirasakan ( felt conflict ) 

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    16/36

     

    12

    Keterlibatan emosional di dalam suatu konflik yang menyebabkan timbulnya

     perasaan tidak tenang, tegang atau frustasi serta sikap permusuhan.

    Tahapan III: Perilaku

    kita akan berada pada tahapan ke III dari proses konflik, apabila seorang anggota

    terlibat dalam kegiatan yang menyebabkan terfrustasinya pencapaian tujuan pihak

    lain, atau yang mengahalangi dipenuhinya kepentingan pihak lain. Tindakan

    tersebut harus memiliki intensi (secara sadar); maksudnya harus ada upaya yang

    dilaksanakan dengan sadar, untuk mengganggu upaya pihak lain. Dalam situasi

    demikian berarti bahwa konflik sudah mulai terbuka. Apa yang dinamakan Overt

    Conflict (perilaku yang dapat diobservasi dan yang dapat diukur) dapat mencakup

    rentang penuh macam-macam perilaku seperti, misalnya:

    1.  Perilaku yang kurang menonjol ( subtle behaviour )

    2.  Perilaku tidak langsung (indirect behaviour )

    3.  Dan bentuk-bentuk campur tangan yang sangat dikendalikan guna

    mengarahkan, pertarungan yang agresif, kasar, dan yang tidak

    terkendalikan.

    Gambar berikut menunjukkan macam-macam dimensi orientasi

     penanganan konflik (K. Thomas, M.D. Dunnette (ED.),1976).

    Gambar 2. Dimensi-dimensi Orientasi-orientasi Penanganan Konflik

    Persaingan

    Menghindari

    Kompromis

    Kolaborasi

    Akomodasi

    Kemungkinan Kerja Sama (Cooperativeness)

    Tidak

    KooperatifKooperatif

       A  s  e  r   t   i   f

       T   i   d  a   k

       A  s  e  r   t   i   f

       K  e  m  u  n  g   k   i  n  a  n   S   i   f  a   t   A  s  e  r   t   i   f

       (      A    s    s    e    r     t     i    v    e    n    e    s    s      )

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    17/36

     

    13

    Keterangan:

    Persaingan (competition): upaya-upaya yang diatur oleh peraturan huna mencapai

    suatu tujuan tanpa memerhatikan dampaknya terhadap pihak lain.

    Kolaborasi (collaboration): sebuah situasi di mana pihak-pihak yang terlibat

    dalam suatu konflik, masing-masing berkeinginan untuk memuaskan kepentingan

    semua pihak tersebut.

    Menghindari (avoidance): upaya untuk menarik diri dari suatu konflik, atau upaya

    untuk meredam semua pihak tersebut.

    Akomodasi (accomodation): kesediaan pihak tertentu di dalam sebuah konflik

    untuk lebih mementingkan kepentingan pihak oponen, dibandingkan dengan

    kepentingannya sendiri.

    Kompromis (compromise): sebuah situasi dimana masing-masing pihak di dalam

    suatu konflik, harus mengorbankan suatu hal.

    Tahapan IV: Hasil

    Antarhubungan antara perilaku konflik yang dinamakan: overt conflict behaviour

    dan perilaku-perilaku penanganan konflik menyebabkan timbulnya sejumlah

    dampak. Dalam model yang disajikan terlihat bahwa ada kemungkinan timbulnya

    dampak yang bersifat fungsional, dalam arti bahwa konflik tersebut

    mengakibatkan timbulnya suatu perbaikan dalam kinerja kelompok yang

     bersangkutan. Tetapi, sebaliknya kinerja kelompok dapat dipengaruhi secara

    negatif, dalam hal mana kita berbicara tentang hasil yang bersifat disfungsional.

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    18/36

     

    14

    F.  Kondisi Atau Situasi Tepat Untuk Memanfaatkan Kelima Macam

    Orientasi Penanganan Konflik (K. W., Thomas, 1977: 487)

    Orientasi Penanganan Konflik Situasi-Situasi Yang Tepat

    Persaingan (competition) 1. 

    Apabila tindakan desisif cepat bersifat

    vital

    2. Terhadap persoalan-persoalan penting, di

    mana tindakan-tindakan tidak populer,

     perlu diterapkan.

    3. Terhadap persoalan-persoalan vital bagi

    kesejahteraan organisasi yang

     bersangkutan, dan apabila kita

    mengetahuo, bahwa kita benar.

    4. 

    Terhadap orang-orangyang mengambil

    kesempatan terhadap perilaku

    nonkompetitif.

    Kolaborasi (collaboration) 1. Untuk mencapai sebuah pemecahan

    integratif, apabila kedua macam

    kepentingan dianggap terlampau penting

    untuk dikompromi.

    2. 

    Apabila sasaran kita untuk belajar

    3. Untuk mempersatukan pemahaman orang-

    orang yang memiliki prespektif yang

     berbeda-beda.

    4. 

    Untuk mencapai suatu komitmen, dengan jalan melebur kepentingan-kepentingan

    dalam wujud suatu konsensus

    5. Untuk mengatasi perasaan-perasaan yang

    telah memengaruhi suatu hubungan.

    Menghindari

    (avoidance)

    1.  Apabila persoalan tertentu kurang, artinya

    atau sewaktu persoalan-persoalan lebih

     penting perlu dihadapi.

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    19/36

     

    15

    2. 

    Apabila kita merasa tidak adanya

    kemungkinan untuk memenuhi

    kepentingan-kepentingan kita.

    3. 

    Apabila kekacauan potensial melebihi

    manfaat dari suatu pemecahan.

    4.  Untuk menyuruh orang-orang menjadi

    tenang dan mencapai kembali prespektif.

    5.  Apabila tindakan mengumpulkan

    informasi dianggap lebih penting

    dibandingkan dengan pengambilan

    keputusan segera.

    6.  Apabila pihak lain dapat menyelesaikan

    konflik yang ada lebih efektif.

    7.  Apabila isu-isu yang ada berkaitan atau

     bersifat simtomatik bagi isu-isu lain.

    Akomodasi (accomodation) 1.  Apabila ternyata bahwa kita salah (keliru)

    atau untuk memungkinkan didengarnya

    saran lebih baik, untuk belajar, dan untuk

    menunujukkan bahwa kita cukup terbuka

    untuk menerima pendapat-pendapat orang

    lain.

    2.  Apabila isu-isu lebih penting bagi pihak

    lain daripada untuk kita sendiri guna

    memuaskan pihak lain, dan untuk

    mempertahankan kerja sama dengan pihak lain.

    3.  Untuk membentuk kredit-kredit sosial,

    untuk isu-isu masa mendatang.

    4.  Untuk meminimasi kerugian apabila kita

    terdesak dan kalah

    5.  Apabila kondisi harmoni dan stabilitas

    dianggap sangat penting.

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    20/36

     

    16

    6. 

    Untuk memungkinkan para bawahan

     belajar dari kesalahan-kesalahan mereka.

    Kompromis (compromise) 1.  Apabila tujuan-tujuan memang penting,

    tetapi tidak sebanding dengan upaya

    untuk mencapainya.

    2.  Apabila para oponen dengan kekuatan

    yang sebanding terikat pada tujuan-tujuan

    yang saling menguntungkan.

    3.  Untuk mencapai penyelesaian sementara

     bagi isu-isu yang kompleks.

    4. 

    Untuk mencapai pemecahan-pemecahan

    cepat karena desakan waktu.

    5.  Digunakan sebagai suatu landasan apabila

    kolaborasi atau persaingan tidak berhasil.

    G.  Dampak Konflik

    Konflik dapat berdampak positif dan negatif yang rinciannya adalah

    sebagai berikut :

    1. 

    Dampak Positif Konflik

    Menurut Wijono (1993:3), bila upaya penanganan dan pengelolaan konflik

    karyawan dilakukan secara efisien dan efektif maka dampak positif akan muncul

    melalui perilaku yang dinampakkan oleh karyawan sebagai sumber daya manusia

     potensial dengan berbagai akibat seperti:

    a.  Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu

     bekerja, seperti hampir tidak pernah ada karyawan yang absen tanpa alasan

    yang jelas, masuk dan pulang kerja tepat pada waktunya, pada waktu jam

    kerja setiap karyawan menggunakan waktu secara efektif, hasil kerja

    meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya.

     b.  Meningkatnya hubungan kerjasama yang produktif. Hal ini terlihat dari cara

     pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan analisis pekerjaan

    masing-masing.

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    21/36

     

    17

    c.  Meningkatnya motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat antar

     pribadi maupun antar kelompok dalam organisasi, seperti terlihat dalam

    upaya peningkatan prestasi kerja, tanggung jawab, dedikasi, loyalitas,

    kejujuran, inisiatif dan kreativitas.

    d.  Semakin berkurangnya tekanan-tekanan, intrik-intrik yang dapat membuat

    stress bahkan produktivitas kerja semakin meningkat. Hal ini karena

    karyawan memperoleh perasaan-perasaan aman, kepercayaan diri,

     penghargaan dalam keberhasilan kerjanya atau bahkan bisa mengembangkan

    karierdan potensi dirinya secara optimal.

    e.  Banyaknya karyawan yang dapat mengembangkan kariernya sesuai dengan

     potensinya melalui pelayanan pendidikan (education), pelatihan (training) dan

    konseling (counseling) dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

    Semua ini bisa menjadikan tujuan organisasi tercapai dan produktivitas kerja

    meningkat akhirnya kesejahteraan karyawan terjamin.

    2. 

    Dampak Negatif Konflik

    Dampak negatif konflik, sesungguhnya disebabkan oleh kurang efektif

    dalam pengelolaannya yaitu ada kecenderungan untuk membiarkan konflik

    tumbuh subur dan menghindari terjadinya konflik. Akibatnya muncul keadaan-

    keadaan sebagai berikut:

    a.  Meningkatkan jumlah absensi karyawan dan seringnya karyawan mangkir

     pada waktu jam-jam kerja berlangsung seperti misalnya ngobrol berjam-jam

    sambil mendengarkan sandiwara radio, berjalan mondar-mandir menyibukkan

    diri, tidur selama pimpinan tidak ada di tempat, pulang lebih awal atau datang

    terlambat dengan berbagai alasan yang tak jelas.

     b. 

    Banyak karyawan yang mengeluh karena sikap atau perilaku teman kerjanyayang dirasakan kurang adil dalam membagi tugas dan tanggung

     jawab.Seringnya terjadi perselisihan antar karyawan yang bisa memancing

    kemarahan, ketersinggungan yang akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaan,

    kondisi psikis dan keluarganya.

    c.  Banyak karyawan yang sakit-sakitan, sulit untuk konsentrasi dalam

     pekerjaannya, muncul perasaan-perasaan kurang aman, merasa tertolak oleh

    teman ataupun atasan, merasa tidak dihargai hasil pekerjaannya, timbul stres

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    22/36

     

    18

    yang berkepanjangan yang bisa berakibat sakit tekanan darah tinggi, maag

    ataupun yang lainnya.

    d. 

    Seringnya karyawan melakukan mekanisme pertahanan diri bila memperoleh

    teguran dari atasan, misalnya mengadakan sabotase terhadap jalannya

     produksi, dengan cara merusak mesin-mesin atau peralatan kerja,

    mengadakan provokasi terhadap rekan kerja, membuat intrik-intrik yang

    merugikan orang lain.

    e.  Meningkatnya kecenderungan karyawan yang keluar masuk dan ini disebut

    labor turn-over . Kondisi semacam ini bisa menghambat kelancaran dan

    kestabilan organisasi secara menyeluruh karena produksi bisa macet,

    kehilangan karyawan potensial, waktu tersita hanya untuk kegiatan seleksi

    dan memberikan latihan dan dapat muncul pemborosan dalam cost benefit.

    Konflik yang tidak terselesaikan dapat merusak lingkungan kerja sekaligus

    orang-orang di dalamnya, oleh karena itu konflik harus mendapat perhatian. Jika

    tidak, maka seorang manajer akan terjebak pada hal-hal seperti:

    a)  Kehilangan karyawan yang berharga dan memiliki keahlian teknis. Dapat saja

    mereka mengundurkan diri. Manajer harus menugaskan mereka kembali, dan

    contoh yang paling buruk adalah karena mungkin Manajer harus memecat

    mereka.

     b)  Menahan atau mengubah informasi yang diperlukan rekan-rekan sekerja yang

    lurus hati agar tetap dapat mencapai prestasi.

    c)  Keputusan yang lebih buruk yang diambil oleh perseorangan atau tim karena

    mereka sibuk memusatkan perhatian pada orangnya, bukan pada masalahnya.

    d)  Kemungkinan sabotase terhadap pekerjaan atau peralatan. Seringkali

    dimaklumi sebagai faktor “kecelakaan” atau “lupa”. Namun, dapat membuat pengeluaran yang diakibatkan tak terhitung banyaknya.

    e)  Sabotase terhadap hubungan pribadi dan reputasi anggota tim melalui gosip

    dan kabar burung. Segera setelah orang tidak memusatkan perhatian pada

    tujuan perubahan, tetapi pada masalah emosi dan pribadi, maka perhatian

    mereka akan terus terpusatkan ke sana.

    f)  Menurunkan moral, semangat, dan motivasi kerja. Seorang karyawan yang

     jengkel dan merasa ada yang berbuat salah kepadanya tidak lama kemudian

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    23/36

     

    19

    dapat meracuni seluruh anggota tim. Bila semangat sudah berkurang, manajer

    akan sulit sekali mengobarkannya kembali.

    g) 

    Masalah yang berkaitan dengan stres. Ada bermacam-macam, mulai dari

    efisiensi yang berkurang sampai kebiasaan membolos kerja.

    H.  Strategi Mengatasi Konflik

    1.  Langkah Meraih Kedamaian dalam Konflik

    Terdapat lima langkah meraih kedamaian dalam konflik. Apa pun sumber

    masalahnya, lima langkah berikut ini bersifat mendasar dalam mengatasi

    kesulitan.

    a. 

    Pengenalan

    Kesenjangan antara keadaan yang ada diidentifikasi dan bagaimana

    keadaan yang seharusnya. Satu-satunya yang menjadi perangkap adalah

    kesalahan dalam mendeteksi (tidak mempedulikan masalah atau menganggap

    ada masalah padahal sebenarnya tidak ada).

     b.  Diagnosis

    Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji

    mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan

    sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada hal-hal

    sepele.

    c.  Menyepakati suatu solusi

    Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan dari

    orang-orang yang terlibat di dalamnya. Saringlah penyelesaian yang tidak

    dapat diterapkan atau tidak praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan

    cara yang tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.d.

     

    Pelaksanaan

    Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Hati-hati, jangan

     biarkan pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan arah kelompok.

    e. 

    Evaluasi

    Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah baru. Jika

     penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke langkah-langkah

    sebelumnya dan cobalah lagi.

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    24/36

     

    20

    2.  Hal-Hal yang Tidak Boleh Dilakukan di Tengah-Tengah Konflik

    a.  Jangan hanyut dalam perebutan kekuasaan dengan orang lain. Ada pepatah

    dalam masyarakat yang tidak dapat dipungkiri, bunyinya: bila wewenang

     bertambah maka kekuasaan pun berkurang, demikian pula sebaiknya.

     b.  Jangan terlalu terpisah dari konflik. Dinamika dan hasil konflik dapat

    ditangani secara paling baik dari dalam, tanpa melibatkan pihak ketiga.

    c.  Jangan biarkan visi dibangun oleh konflik yang ada. Jagalah cara pandang

    dengan berkonsentrasi pada masalah-masalah penting. Masalah yang paling

    mendesak belum tentu merupakan kesempatan yang terbesar.

    3.  Strategi Mengatasi Konflik

    a. 

    Strategi Mengatasi Konflik Dalam Diri Individu ( Intraindividual Conflict )

    Untuk mengatasi konflik dalam diri individu diperlukan paling tidak tujuh

    strategi yaitu:

    1)  Menciptakan kontak dan membina hubungan

    2) 

    Menumbuhkan rasa percaya dan penerimaan

    3)  Menumbuhkan kemampuan/kekuatan diri sendiri

    4)  Menentukan tujuan

    5) 

    Mencari beberapa alternatif

    6)  Memilih alternatif

    7)  Merencanakan pelaksanaan jalan keluar

     b.  Strategi Mengatasi Konflik Antar Pribadi ( Interpersonal Conflict )

    Untuk mengatasi konflik dalam diri individu diperlukan paling tidak tiga

    strategi yaitu:

    1)  Strategi Kalah-Kalah ( Lose-Lose Strategy)

    Beorientasi pada dua individu atau kelompok yang sama-sama kalah.Biasanya individu atau kelompok yang bertikai mengambil jalan tengah

    (berkompromi) atau membayar sekelompok orang yang terlibat dalam konflik

    atau menggunakan jasa orang atau kelompok ketiga sebagai penengah. Dalam

    strategi kalah-kalah, konflik bisa diselesaikan dengan cara melibatkan pihak

    ketiga bila perundingan mengalami jalan buntu. Maka pihak ketiga diundang

    untuk campur tangan oleh pihak-pihak yang berselisih atau barangkali bertindak

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    25/36

     

    21

    atas kemauannya sendiri. Ada dua tipe utama dalam campur tangan pihak ketiga

    yaitu:

    1) 

    Arbitrasi ( Arbitration) merupakan prosedur di mana pihak ketiga

    mendengarkan kedua belah pihak yang berselisih, pihak ketiga bertindak

    sebagai hakim dan penengah dalam menentukan penyelesaian konflik melalui

    suatu perjanjian yang mengikat.

    2)  Mediasi ( Mediation) dipergunakan oleh mediator untuk menyelesaikan konflik

    tidak seperti yang diselesaikan oleh arbiator, karena seorang mediator tidak

    mempunyai wewenang secara langsung terhadap pihak-pihak yang bertikai

    dan rekomendasi yang diberikan tidak mengikat.

    2) 

    Strategi Menang-Kalah (Win-Lose Strategy)

    Dalam strategi saya menang anda kalah (win lose strategy), menekankan

    adanya salah satu pihak yang sedang konflik mengalami kekalahan tetapi yang

    lain memperoleh kemenangan. Beberapa cara yang digunakan untuk

    menyelesaikan konflik dengan win-lose strategy dapat melalui:

    a)  Penarikan diri, yaitu proses penyelesaian konflik antara dua atau lebih pihak

    yang kurang puas sebagai akibat dari ketergantungan tugas (task

    independence).

     b)  Taktik-taktik penghalusan dan damai, yaitu dengan melakukan tindakan

     perdamaian dengan pihak lawan untuk menghindari terjadinya konfrontasi

    terhadap perbedaan dan kekaburan dalam batas-batas bidang kerja

    (jurisdictioanal ambiquity).

    c)  Bujukan, yaitu dengan membujuk pihak lain untuk mengubah posisinya untuk

    mempertimbangkan informasi-informasi faktual yang relevan dengan konflik,

    karena adanya rintangan komunikasi (communication barriers).d)

     

    Taktik paksaan dan penekanan, yaitu menggunakan kekuasaan formal dengan

    menunjukkan kekuatan (power) melalui sikap otoriter karena dipengaruhi

    oleh sifat-sifat individu (individual traits).

    e) 

    Taktik-taktik yang berorientasi pada tawar-menawar dan pertukaran

     persetujuan sehingga tercapai suatu kompromi yang dapat diterima oleh dua

     belah pihak, untuk menyelesaikan konflik yang berkaitan dengan persaingan

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    26/36

     

    22

    terhadap sumber-sumber (competition for resources) secara optimal bagi

     pihak-pihak yang berkepentingan.

    3) 

    Strategi Menang-Menang (Win-Win Strategy)

    Penyelesaian yang dipandang manusiawi, karena menggunakan segala

     pengetahuan, sikap dan keterampilan menciptakan relasi komunikasi dan interaksi

    yang dapat membuat pihak-pihak yang terlibat saling merasa aman dari ancaman,

    merasa dihargai, menciptakan suasana kondusif dan memperoleh kesempatan

    untuk mengembangkan potensi masing-masing dalam upaya penyelesaian konflik.

    Jadi strategi ini menolong memecahkan masalah pihak-pihak yang terlibat dalam

    konflik, bukan hanya sekedar memojokkan orang. Strategi menang-menang jarang

    dipergunakan dalam organisasi dan industri, tetapi ada 2 cara didalam strategi ini

    yang dapat dipergunakan sebagai alternatif pemecahan konflik interpersonal yaitu:

    a)  Pemecahan masalah terpadu (Integrative Problema Solving) Usaha untuk

    menyelesaikan secara mufakat atau memadukan kebutuhan-kebutuhan kedua

     belah pihak.

     b)  Konsultasi proses antar pihak (Inter-Party Process Consultation) Dalam

     penyelesaian melalui konsultasi proses, biasanya ditangani oleh konsultan

     proses, dimana keduanya tidak mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan

    konflik dengan kekuasaan atau menghakimi salah satu atau kedua belah pihak

    yang terlibat konflik

    c.  Strategi Mengatasi Konflik Organisasi (Organizational Conflict )

    Ada beberapa strategi yang bisa dipakai untuk mengantisipasi terjadinya

    konflik organisasi diantaranya adalah:

    1)  Pendekatan Birokratis ( Bureaucratic Approach)

    Konflik muncul karena adanya hubungan birokratis yang terjadi secaravertikal dan untuk menghadapi konflik vertikal model ini, manajer cenderung

    menggunakan struktur hirarki (hierarchical structure) dalam hubungannya secara

    otokritas. Konflik terjadi karena pimpinan berupaya mengontrol segala aktivitas

    dan tindakan yang dilakukan oleh bawahannya. Strategi untuk pemecahan

    masalah konflik seperti ini biasanya dipergunakan sebagai pengganti dari

     peraturan-peraturan birokratis untuk mengontrol pribadi bawahannya. Pendekatan

     birokratis ( Bureaucratic Approach) dalam organisasi bertujuan mengantisipasi

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    27/36

     

    23

    konflik vertikal (hirarkie) didekati dengan cara menggunakan hirarki struktural

    ( structural hierarchical ).

    2) 

    Pendekatan Intervensi Otoritatif Dalam Konflik Lateral (Authoritative

    Intervention in Lateral Conflict)

    Bila terjadi konflik lateral, biasanya akan diselesaikan sendiri oleh pihak-

     pihak yang terlibat konflik. Kemudian jika konflik tersebut ternyata tidak dapat

    diselesaikan secara konstruktif, biasanya manajer langsung melakukan intervensi

    secara otoratif kedua belah pihak.

    3)  Pendekatan Sistem (System Approach)

    Model pendekatan perundingan menekankan pada masalah-masalah

    kompetisi dan model pendekatan birokrasi menekankan pada kesulitan-kesulitan

    dalam kontrol, maka pendekatan sistem (system Approach) adalah

    mengkoordinasikan masalah-masalah konflik yang muncul. Pendekatan ini

    menekankan pada hubungan lateral dan horizontal antara fungsi-fungsi pemasaran

    dengan produksi dalam suatu organisasi.

    4)  Reorganisasi Struktural (Structural Reorganization)

    Cara pendekatan dapat melalui mengubah sistem untuk melihat

    kemungkinan terjadinya reorganisasi struktural guna meluruskan perbedaan

    kepentingan dan tujuan yang hendak dicapai kedua belah pihak, seperti

    membentuk wadah baru dalam organisasi non formal untuk mengatasi konflik

    yang berlarut-larut sebagai akibat adanya saling ketergantungan tugas (task

    interdependence) dalam mencapai kepentingan dan tujuan yang berbeda sehingga

    fungsi organisasi menjadi kabur.

    I. 

    Metode Penyelesaian KonflikMetode yang sering digunakan untuk menangani konflik adalah pertama

    dengan mengurangi konflik, kedua dengan menyelesaikan konflik. Untuk metode

     pengurangan konflik salah satu cara yang sering efektif adalah dengan

    mendinginkan persoalan terlebih dahulu (cooling thing down). Meskipun

    demikian cara semacam ini sebenarnya belum menyentuh persoalan yang

    sebenarnya. Cara lain adalah dengan membuat “musuh bersama”, sehingga para

    anggota di dalam kelompok tersebut bersatu untuk menghadapi “musuh” tersebut.

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    28/36

     

    24

    Cara semacam ini sebenarnya juga hanya mengalihkan perhatian para anggota

    kelompok yang sedang mengalami konflik.

    Cara kedua dengan metode penyelesaian konflik. Cara yang ditempuh

    adalah sebagai berikut :

    1.  Dominasi (Penekanan)

    Metode-metode dominasi biasanya memilki dua macam persamaan, yaitu :

    (a) Mereka menekan konflik, dan bahkan menyelesaikannya dengan jalan

    memaksakan konflik tersebut menghilang “di bawah tanah”; (b) Mereka

    menimbulkan suatu situasi manang-kalah, di mana pihak yang kalah terpaksa

    mengalah karena otoritas lebih tinggi, atau pihak yang lebih besar kekuasaanya,

    dan mereka biasanya menjadi tidak puas, dan sikap bermusuhan muncul.

    Tindakan dominasi dapat terjadi dengan macam-macam cara sebagai berikut :

    a.  Memaksa ( Forcing )

    Apabila orang yang berkuasa pada pokoknya menyatakan “Sudah, jangan

     banyak bicara, saya berkuasa di sini, dan Saudara harus melaksanakan perintah

    saya”, maka semua argumen habis sudah. Supresi otokratis demikian memang

    dapat menyebabkan timbulnya ekspresi-ekspresi konflik yang tidak langsung,

    tetapi destruktif seperti misalnya ketaatan dengan sikap permusuhan ( Malicious

    obedience) gejala tersebut merupakan salah satu di antara banyak macam bentuk

    konflik, yang dapat menyebar, apabila supresi (penekanan) konflik terus menerus

    diterapkan.

     b.  Membujuk (Smoothing )

    Dalam kasus membujuk, yang merupakan sebuah cara untuk menekan

    (mensupresi) konflik dengan cara yang lebih diplomatik, sang manager mencoba

    mengurangi luas dan pentingnya ketidaksetujuan yang ada, dan ia mencoba secarasepihak membujuk pihak lain, untuk mengkuti keinginannya. Apabila sang

    manager memilki lebih banyak informasi dibandingkan dengan pihak lain

    tersebut, dan sarannya cukup masuk akal, maka metode tersebut dapat bersifat

    efektif. Tetapi andaikata terdapat perasaan bahwa sang menejer menguntungkan

     pihak tertentu, atau tidak memahami persoalan yang berlaku, maka pihak lain

    yang kalah akan menentangnya.

    c. 

    Menghindari ( Avoidence)

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    29/36

     

    25

    Apabila kelompok-kelompok yang sedang bertengkar datang pada seorang

    manajer untuk meminta keputusannya, tetapi ternyata bahwa sang manajer

    menolak untuk turut campur dalam persoalan tersebut, maka setiap pihak akan

    mengalami perasaan tidak puas. Memang perlu diakui bahwa sikap pura-pura

     bahwa tidak ada konflik, merupakan sebuah bentuk tindakan menghindari. Bentuk

    lain adalah penolakan (refusal) untuk menghadapi konflik, dengan jalan

    mengulur-ulur waktu, dan berulangkali menangguhkan tindakan, “sampai

    diperoleh lebih banyak informasi” 

    d.  Keinginan Mayoritas ( Majority Rule)

    Upaya untuk menyelesaikan konflik kelompok melalui pemungutan suara,

    dimana suara terbanyak menang (majority vote) dapat merupakan sebuah cara

    efektif, apabila para angota menganggap prosedur yang bersangkutan sebagai

     prosedur yang “ fair ”. Tetapi, apabila salah satu blok yang memberi suara terus-

    menerus mencapai kemenangan, maka pihak yang kalah akan merasa diri lemah

    dan mereka akan mengalami frustrasi.

    2.  Kompromis

    Melalui tindakan kompromis, para manajer berupaya menyelesaikan

    konflik dengan meyakinkan masing-masing pihak dalam perundingan bahwa

    mereka perlu mengorbankan sasaran-sasaran tertentu, agar dapat dicapai sasaran

    lain. Keputusan-keputusan yang dicapai melalui kompromis, sepertinya tidak akan

    menyebabkan pihak-pihak yang berkonflik merasa frustasi atau bermusuhan.

    Apabila dipandang dari sudut pandangan organisatoris, kompromis

    merupakan sebuah metode penyelesaian konflik yang lemah, karena biasanya

    tidak menyebabkan timbulnya suatu pemecahan yang paling baik membantu

    organisasi yang bersangkutan mencapai suatu tujuannya. Bentuk-bentukkompromis mencakup separasi (pemisahan) di mana pihak yang bertentangan satu

    sama lain dipisahkan sampai mereka mencapai suatu persetujuan. Kemudian ada

     juga dengan arbitrasi yaitu suatu cara dimana pihak yang berkonflik menerima

     penilaian pihak ketiga (yang biasanya muncul dari figur sang manajer). Selain itu,

    ada juga cara lain yang dinamakan “ Settling by Change”, dimana kejadian acak

    tertentu seperti melempar mata uang logam dimanfaatkan untuk menetukan hasil.

    3. 

    Penyelesaian Secara Integratif

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    30/36

     

    26

    Dengan menyelesaikan konflik secara integratif, konflik antar kelompok

    diubah menjadi situasi pemecahan persoalan bersama yang bisa dipecahkan

    dengan bantuan tehnik-tehnik pemecahan masalah ( problem solving ). Pihak-pihak

    yang bertentangan bersama-sama mencoba memecahkan masalahnya, dan bukan

    hanya mencoba menekan konflik atau berkompromi. Meskipun hal ini merupakan

    cara yang terbaik bagi organisasi, dalam prakteknya sering sulit tercapai secara

    memuaskan karena kurang adanya kemauan yang sunguh-sungguh dan jujur untuk

    memecahkan persoalan yang menimbulkan persoalan.

    Ada tiga macam tipe metode penyelesaian konflik secara integratif yaitu:

    a.  Konsensus

    Winardi (2004:456) mengemukakan bahwa dalam aktivitas konsensus,

     pihak-pihak yang berkonflik bertemu untuk mecari pemecahan terbaik untuk

     problem yang dihadapi, dan mereka tidak berupaya mncapai kemenangan masing-

    masing untuk pihak-pihak mereka sendiri.

     b. 

    Konfrontasi

    Winardi (2004:456) mengemukakan bahwa dalam aktivitas konfrontasi

     pihak-pihak yang berkonflik, menyatakan pandangan mereka secara langsung

    kepada masing-masing pihak.

    c.  Penggunaan tujuan-tujuan superordinat (Superordinate goals)

    Aktivitas penggunaan tujuan superordinat sebagai sebuah metode

     penyelesaian konflik, karena dilakukan dengan mengalihkan perhatian pihak-

     pihak yang bersengketa dari tujuan-tujuan mereka sendiri yang saling bersaing.

    4.  Kompromi

    Melalui kompromi mencoba menyelesaikan konflik dengan menemukan

    dasar yang di tengah dari dua pihak yang berkonflik. Cara ini lebih memperkecilkemungkinan untuk munculnya permusuhan yang terpendam dari dua belah pihak

    yang berkonflik, karena tidak ada yang merasa menang maupun kalah. Meskipun

    demikian, dipandang dari pertimbangan organisasi pemecahan ini bukanlah cara

    yang terbaik, karena tidak membuat penyelesaian yang terbaik pula bagi

    organisasi, hanya untuk menyenangkan kedua belah pihak yang saling

     bertentangan atau berkonflik. Yang termasuk kompromi diantaranya adalah:

    a. 

    Akomodasi

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    31/36

     

    27

    Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin

    yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha

    memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.

     b. 

    Sharing

    Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok

    dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu.

    Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.

    J.  Langkah-langkah Manajemen Untuk Menangani Konflik

    Ada beberapa langkah-langkah yang dapat dilakukan manajemen untuk

    menangani konflik, berikut langkah-lagkahnya:

    1.  Menerima dan Mendefinisikan Pokok Masalah yang Menimbulkan

    Ketidakpuasan

    Langkah ini sangat penting karena kekeliruan dalam mengetahui masalah

    yang sebenarnya akan menimbulkan kekeliruan pula dalam merumuskan cara

     pemecahannya.

    2.  Mengumpulkan Keterangan/Fakta

    Fakta yang dikumpulkan haruslah lengkap dan akurat, tetapi juga harus

    dihindari tercampurnya dengan opini atau pendapat. Opini atau pendapat sudah

    dimasuki unsur subyektif. Oleh karena itu pengumpulan fakta haruslah dilakukan

    dengan hati-hati.

    3.  Menganalisis dan Memutuskan

    Dengan diketahuinya masalah dan terkumpulnya data, manajemen

    haruslah mulai melakukan evaluasi terhadap keadaan. Sering kali dari hasil

    analisa bisa mendapatkan berbagai alternatif pemecahan.4.

     

    Memberikan Jawaban

    Meskipun manajemen kemudian sudah memutuskan, keputusan ini

    haruslah dibertahukan kepada anggota organisasi.

    5. 

    Tindak Lanjut

    Langkah ini diperlukan untuk mengawasi akibat dari keputusan yang telah

    diperbuat.

    6. 

    Pendisiplinan

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    32/36

     

    28

    Konflik dalam organisasi apabila tidak ditangani dengan baik bisa

    menimbulkan tindakan pelecehan terhadap aturan main yang telah disepakati

     bersama. Oleh karena itu pelecehan ataupun pelanggaran terhadap peraturan

     permainan (peraturan organisasi) haruslah dikenai tindakan pendisiplinan agar

     peraturan tersebut memiliki wibawa.

    Tindakan pendisiplinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendisiplinan

    yang bersifat positif dan yang bersifat negatif. Yang positif adalah dengan

    memberi nasihat untuk kebaikan pada masa yang akan datang, sedangkan cara-

    cara yang negatif mulai dari yang ringan sampai yang berat, antara lain dengan :

    a)  Diberi peringatan secara lesan

     b) 

    Diberi peringatan secara tertulis

    c)  Dihilangkan/dikurangi sebagian haknya

    d)  Didenda

    e)  Dirumahkan sementara ( lay-off  )

    f) 

    Diturunkan pangkat/jabatannya

    g)  Diberhentikan dengan hormat

    h)  Diberhentikan tidak dengan hormat.

    Pendisiplinan perlu memperhatikan beberapa pedoman, seperti :

    1)  Pendisiplinan hendaknya dilakukan secara pribadi/individual. Tidak

    seharusnya memberikan teguran kepada bawahan di hadapan orang banyak.

    Hal ini akan memalukan bawahan yang ditegur (meskipun mungkin benar

     bersalah), sehingga bisa menimbulkan rasa dendam.

    2)  Pendisiplinan haruslah bersifat membangun. Memberikan teguran hendaknya

     juga disertai dengan saran tentang bagaimana seharusnya berbuat untuk tidak

    mengulangi kesalahan yang sama untuk waktu yang akan datang.3)

     

    Pendisiplinan haruslah dilakukan oleh atasan langsung dengan segera. Jangan

    menunda-nunda pemberian pendisiplinan sampai masalahnya terlupakan.

    Sewaktu kesalahan masih segar teguran akan lebih efektif daripada diberikan

    selang beberapa waktu.

    4)  Keadilan dalam pendisiplinan sangat diperlukan. Suatu kesalahan yang sama

    hendaknya diberikan hukuman yang sama pula. Jangan melakukan

     pendisiplinan dengan pilih kasih.

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    33/36

     

    29

    5)  Pimpinan tidak seharusnya memberikan pendisiplinan pada waktu bawahan

    sedang absen.

    6) 

    Setelah pendisiplinan sikap pimpinan haruslah wajar kembali.

    Tidak dibenarkan apabila setelah melakukan pendisiplinan pimpinan tetap

     bersikap membenci bawahan yang telah melakukan kesalahan. Rasa

    membenci hanya akan menimbulkan perlakuan yang tidak adil.

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    34/36

     

    30

    BAB III

    KESIMPULAN

    Konflik adalah proses yang dimulai bila suatu pihak dengan pihak lain

    saling mempengaruhi secara negatif dan merasakan adanya ketidakserasian,

    ketidaksesuaian, pertentangan dan lain sebagainya yang membuat suatu pihak

    merasa dihalangi atau dicampuri dalam usaha pencapaian usahanya.

    Aneka macam pemikiran dalam persoalan konflik antara lain: (1)

     pandangan tradisional (2) pandangan hubungan antarmanusia (3) pandangan

    interaksionis.

    Jenis konflik antara lain: 1) konflik intraindividu, 2) konflik antarindividu,

    3) konflik antarkelompok, 4) konflik organisasi. Proses terjadinya konflik dapat

    melalui tahap-tahap berikut ini: 1) tahap antisipasi, yaitu merasakan munculnya

    gejala perubahan yang mencurigakan, 2) tahap menyadari, yaitu perbedaan mulai

    diekspresikan dalam bentuk suasana yang tidak mengenakkan, 3) tahap

     pembicaraan, yaitu pendapat-pendapat berbeda mulai muncul, 4) tahap perdebatan

    terbuka, yaitu pendapat-pendapat berbeda mulai dipertajam dan lebih terumuskan

    dengan baik dan kentara, dan 5) tahap konflik terbuka, yaitu masing-masing pihak

     berusaha memaksakan pendirian kepada pihak lain.

    Penyebab konflik antara lain: 1) perceptual distortion (penyimpangan

     persepsi), 2) grudges (dendam), 3) distrust   (ketidakpercayaan), 4) competition

    over scare resources (kompetisi atas sumber daya langka), 5) destructive critisism 

    (kritik bersifat merusak).

    Proses konflik terdiri dari: tahapan i: oposisi potensial, tahapan ii: kognisis

    dan personalisasi, tahapan iii: perilaku, tahapan iv: hasil.Kondisi atau situasi tepat untuk memanfaatkan kelima macam orientasi

     penanganan konflik (K. W., Thomas, 1977: 487) , antara lain: persaingan

    (competition), kolaborasi (collaboration), menghindari (avoidance)., akomodasi

    (accomodation), kompromis (compromise).

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    35/36

     

    31

    Dampak konflik antara lain: 1) dampak positif konflik, 2) dampak negatif

    konflik. strategi mangatasi konflik antara lain: 1) pengenalan, 2) diagnosis , 3)

    menyepakati suatu solusi, 4) pelaksanaan, 5) evaluasi.

    Strategi mengatasi konflik antara lain: (1) strategi mengatasi konflik dalam

    diri individu (intraindividual conflict) (2) strategi mengatasi konflik antar pribadi

    (interpersonal conflict) (3) strategi mengatasi konflik organisasi (organizational

    conflict).

    Metode yang sering digunakan untuk menangani konflik adalah pertama

    dengan mengurangi konflik, kedua dengan menyelesaikan konflik cara kedua

    dengan metode penyelesaian konflik. cara yang ditempuh adalah sebagai berikut :

    (1) dominasi (penekanan) (2) kompromis (3) penyelesaian secara integratif (4)

    Kompromi.

    Langkah-langkah Manajemen Untuk menangani konflik :  (1) menerima

    dan mendefinisikan pokok masalah yang menimbulkan ketidak puasan (2)

    menganalisis dan memutuskan (3) memberikan jawaban (4) tindak lanjut (5)

     pendisiplinan.

  • 8/20/2019 STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK.pdf

    36/36

     

    DAFTAR RUJUKAN

    Fitriyani, Rini. 2014.  Manajemen Konflik: Definisi, Ciri, Sumber, Dampak dan

    Strategi Mengatasi Konflik , (Online),(http://pengertianmanagement.blogspot.in/2013/03/ manajemen-konflik-

    definisi-ciri-sumber.html), diakses 12 Maret 2015.

    Soetopo, Hendyat. 2010.  Perilaku Organisasi: Teori dan Praktik di Bidang

     Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

    Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.

    Wibowo. 2012.  Manajemen Perubahan:Edisi Tiga. Jakarta: PT

    RAJAGRAFINDO PERSADA.

    Winardi. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta: Kencana.

    Winardi. 2005.  Manajemen Perubahan:(Management of Change). Jakarta:

    Kencana.