32
STANDAR OPERASI PROSEDUR PEMINDAHAN PESAWAT UDARA YANG MENGALAMI KECELAKAAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 U m u m Melihat perkembangan kegiatan penerbangan di Bandara Ngurah Rai yang semakin hari semakin meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya, maka perlu diupayakan peningkatan pelayanan terutama terhadap kelangsungan operasional Bandara Ngurah Rai-Denpasar pada setiap saat. Dalam hal terjadi kecelakaan pesawat udara yang dapat mengganggu kelancaran ataupun dapat menghentikan operasional Bandara Ngurah Rai, maka perlu diupayakan pemindahan pesawat udara yang mengalami kecelakaan tersebut secara cepat dan aman, sehingga kelangsungan operasional Bandara Ngurah rai dapat dipulihkan secepatnya, disamping kerusakan pesawat udara yang mengalami kecelakaan tidak semakin parah akibat pemindahan tersebut. 1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud: SOP ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi personil PKP – PK untuk mengoperasikan pasilitas/peralaatan Salvage. 1.2.2 Tujuan : SOP ini dibuat untuk mempercepat proses merangkai peratan/fasilitas dalam waktu singkat

Sop Pemindahan Pesawat Yang Mengalami Kecelakaan (Sdh Diedit)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sop

Citation preview

STANDAR OPERASI PROSEDUR

PEMINDAHAN PESAWAT UDARA YANG MENGALAMI KECELAKAAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 U m u m

Melihat perkembangan kegiatan penerbangan di Bandara Ngurah Rai yang semakin hari

semakin meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya, maka perlu diupayakan

peningkatan pelayanan terutama terhadap kelangsungan operasional Bandara Ngurah

Rai-Denpasar pada setiap saat.

Dalam hal terjadi kecelakaan pesawat udara yang dapat mengganggu kelancaran

ataupun dapat menghentikan operasional Bandara Ngurah Rai, maka perlu diupayakan

pemindahan pesawat udara yang mengalami kecelakaan tersebut secara cepat dan aman,

sehingga kelangsungan operasional Bandara Ngurah rai dapat dipulihkan secepatnya,

disamping kerusakan pesawat udara yang mengalami kecelakaan tidak semakin parah

akibat pemindahan tersebut.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud:

SOP ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi personil PKP – PK untuk

mengoperasikan pasilitas/peralaatan Salvage.

1.2.2 Tujuan :

SOP ini dibuat untuk mempercepat proses merangkai peratan/fasilitas dalam waktu

singkat

1.3 Dasar Hukum

a. Undang-Undang No. 1 tahun 2009 tentang penerbangan.

b. Document ICAO No. 9137-AN/898 tentang Airport Manual Part 5 Removal Of

Disabled Aircraft.

c. Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Udara Nomor: SKEP/57/IV/99, tentang

Pemindahan Pesawat Udara Yang Rusak Di Bandar Udara

BAB II

UNIT KERJA TERKAIT

2.1 Pelaksana Tugas Operasi

Untuk melaksanakan tugas operasi pengangkatan dan pemindahan pesawat udara yang

rusak, diperlukan adanya koordinasi yang baik antar PT Angkasa Pura I(Persero )Bandara

Udara Ngurah Rai dengan operator pesawat udara maupun dengan pihak / instansi luar.

2.2 Pejabat / Dinas Intern terkait

Pejabat / Dinas Intern PT Angkasa Pura I(Persero) Bandar Udara Ngurah Rai-Denpasar :

a. General Manager PT Angkasa Pura I( Persero ) Bandar Udara Ngurah

Rai./ Pejabat Airport Duty Manager

b. Manager Operasi LLP

c. Manager Operasi Bandara

d. Manager Teknik Umum & Peralatan

e. Manager Personalia dan Umum.

f. Dinas Sisi Udara

g. Dinas Pengamanan

h. Dinas PKP-PK

i. Dinas ADC / APP Control

j. Dinas Bangunan

k. Dinas Landasan & Tata Lingkungan

l. Dinas A2B

m. Dinas Perlengkapan dan Pergudangan

2.3 Unit Kerja / Instansi Extern terkait

a. Dinas Perhubungan dan Imformasi Propinsi

b. Administrator Bandar Udara Ngurah Rai

c. Operator Pesawat Udara (AOC )

2.4 Instansi / Unit kerja pendukung

a. Batalyon Zipur

b. Dinas Pekerjaan Umum

c. DPPU Pertamina ,dsb

BAB III

STRUKTUR ORGANISASI

3.1 Umum

Untuk melaksanakan kegiatan operasi pengangkatan dan pemindahan pesawat udara yang

rusak, organisasi dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :

a. Kelompok Perencana

b. Kelompok Pendukung

c. Kelompok Pelaksana

3.1.1 Kelompok Perencana

a. Kepala Kantor Administrator Bandar Udara Ngurah Rai Denpasar

b. General Manager ( GM ) PT Angkasa Pura ( Persero ) Ngurah Rai menyangkut

pesawat sipil.

c. Komandan Lanud Ngurah Rai menyangkut pesawat Militer.

Anggota kelompok perencana terdiri dari:

a. Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)

b. Kepala Dinas Perhubungan Propinsi

c. Manager Operasi LLP

d. Manager Ops. Bandara , (Ketua Kelompok Pelaksana)

e. Manager Teknik Umum & Peralatan

f. Operator Pesawat udara

g. Perwakilan Industri pesawat udara yang bersangkutan

h. Kepala Teknisi pesawat udara

i. Konsultan peralatan pengangkutan pesawat udara.

3.1.2 Kelompok Pendukung

Kelompok pendukung terdiri dari unit-unit kerja fungsional operator pesawat udara yang

bersangkutan , meliputi dukungan-dukungan administrasi,logistik dan keuangan.

3.1.3 Kelompok Pelaksana

Ketua Kelompok Pelaksana dijabat oleh :

a. Manager operasi . Bandara , jika menyangkut pesawat sipil.

b. Kepala Dinas Ops. Pangkalan TNI,AU jika pesawat militer.

Dalam melaksanakan tugasnya ketua kelompok pelaksana dibantu :

a. Satuan Operasi Peralatan Salvage

b. Satuan Operasi Teknik Pesawat Udara

c. Satuan Operasi Sisi Udara

d. Satuan Operasi Pengamanan

e. Satuan Operasi PKP-PK

f. Satuan Operasi Teknik Landasan

g. Satuan Operasi Alat-Alat Besar

h. Satuan Operasi Tenaga Kerja Kasar

i. Satuan Operasi Pengangkutan

BAB IV

PERTANGGUNG JAWABAN

1. Pemberitahuan tentang adanya kecelakaan pesawat udara kepada Komisi Nasional

Kecelakaan Transportasi (KNKT) menjadi tanggung jawab dari operator pesawat udara yang

mengalami kecelakaan .

2. Pelaporan tentang adanya kecelakaan pesawat udara kepada instansi induk dan

instansi terkait lainnya dilakukan oleh koordinator dan operator pesawat udara sesuai

mekanisme jalur komunikasi yang telah ditetapkan masin-masing.

3. Segala biaya dan resiko yang timbul dari operasi pengangkatan dan pemindahan

pesawat udara yang rusak menjadi tanggung jawab operator pesawat udara yang

bersangkutan atau Ground Support Agent yang ditunjuk.

4. Pengambilan foto dokumentasi secara detail untuk keperluan penyelidikan

maupun lainnya menjadi tanggung jawab PT Angkasa Pura I (Persero ) Bandara Ngurah

Rai- Denpasar dan operator pesawat udara yang bersangkutan.

5. Koordinator perencana bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan dengan

semua unsur / unit kerja terkait tentang perencanaan operasi pengangkatan dan pemindahan

pesawat udara yang rusak.

6. Kelompok pendukung bertanggung jawab didalam memberikan dukungan atau

segala kebutuhan yang diperlukan dalam operasi pengangkatan dan pemindahan pesawat

yang rusak yang meliputi dukungan administrasi , logistik, personil dan keuangan.

7. Ketua pelaksana operasi pemindahan pesawat udara yang rusak bertanggung

jawab untuk memimpin dan mengkoordinir pelaksanaan operasi pengangkatan dan

pemindahan pesawat udara yang rusak, sesuai rencana yang telah ditetapkan oleh

koordinator perencana, selain itu selalu melaporkan kepada koordinator tentang setiap

perkembangan dari operasi yang dilaksanakan.

BAB V

TINDAKAN OPERASI PEMINDAHAN PESAWAT UDARA YANG RUSAK

5.1 Tindakan Umum

Tindakan ini dititik beratkan pada upaya mengatasi gangguan yang dapat menghalangi

kelangsungan operasional Bandara Ngurah Rai disamping upaya untuk mencegah

kerusakan yang lebih parah dari pesawat udara yang mengalami kecelakaan tersebut,

sebagai dampak dari operasi pemindahan pesawat udara yang rusak.

5.2 Tindakan PT Angkasa Pura I (persero) Bandara Ngurah Rai

Tindakan yang dilakukan PT Angkasa Pura.I( Persero ) Bandara Ngurah Rai :

a. Menerbitkan Notam jika diperlukan

b. Mengkoordinasikan seluruh operasi Bandara dengan unit-unit pelayanan lalu lintas

udara guna kesinambungan dari operasi pesawat udara, selama mungkin.

c. Menentukan rintangan-rintangan (obstacle) yang terdapat dalam wilayah Bandar

udara sesuai dengan tolok ukur tentang rintangan (Clearance Criteria) dari ICAO,

dan mengadakan pertimbangan apakah terdapat bagian dalam wilayah pergerakan

ini yang harus di tutup.

d. Mengadakan pengamanan terhadap tempat kecelakaan dan mengadakan koordinasi

dengan pejabat penyelidikan kecelakaan mengenai tindakan-tindakan yang harus

diambil sebelum operasi pemindahan pesawat udara di mulai.

e. Menyediakan kendaraan permulaan/penuntun dan petugas, untuk mengawal

peralatan perusahaan penerbangan ke tempat kecelakaan.

f. Mendirikan pos komando pemindahan ditempat kecelakaan bila dianggap perlu.

g. Memeriksa semua wilayah sebelum dibukanya kembali operasional Bandara.

h. Membuat laporan dan dokumentasi tentang proses operasi pengangkatan dan

pemindahan pesawat udara yang rusak dari awal hingga selesai.

i. Menentukan lokasi penempatan pesawat udara yang dipindahkan dengan

mempertimbangkan faktor-faktor keamanan, ketertiban, dan kelancaran operasional

Bandara.

j. Merevisi Juklak pemindahan pesawat udara yang rusak berdasarkan masukan,

temuan dan pengalaman selama operasi pemindahan pesawat udara di lapangan.

5.3 Tindakan Koordinator

Tindakan koordinator didalam menyiapkan dan merencanakan operasi pemindahan

pesawat udara yang rusak yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan rapat koordinasi dengan semua pejabat yang terkait yang masuk

didalam kelompok perencana yang terdiri dari: KNKT, Manager Ops.LLP,

Manager Ops. Bandara (Ketua kelompok Pelaksana), Manager Teknik Umum &

Peralatan, Operator pesawat udara, perwakilan industri pesawat udara, dan

konsultan pengangkatan pesawat udara.

Rencana tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Rute-rute yang akan di lewati termasuk pengawalan yang diperlukan.

2. Pengeluaran BBM dan barang lain yang dapat meringankan berat pesawat

udara.

3. Persyaratan dan siap pakainya peralatan untuk pemindahan pesawat udara.

4. Penggunaan dari peralatan Bandar udara dan peralatan operator pesawat

udara.

5. Pengiriman alat pendukung tambahan dari operator pesawat udara dan

bandara lain ke lokasi.

6. Keadaan cuaca, terutama bila derek pengangkat atau operasi pneumatic

elevator diperlukan.

7. Lampu penerangan dilokasi.

8. Rencana menghadapi segala kemungkinan, bila timbul kesulitan pada rencana

semula.

a.Menyediakan kendaraan pertolongan dan pemadam kebakaran, apabila

diperlukan.

b. Mengadakan pengawasan terhadap petugas dan peralatan Bandar udara

yang ditugaskan untuk operasi pemindahan.

c.Membuat keputusan atas nama penguasa Bandar udara, apabila

diperlukan, untuk pelaksanaan pemindahan dari pesawat udara yang

rusak.

d. Melaporkan hal-hal yang melampaui batas-batas rintangan di kawasan

bandara, terutama yang disebabkan oleh pengoperasian alat-alat berat

selama operasi pengangkatan pesawat udara.

e.Mengikuti/memperhatikan berita prakiraan cuaca.

f. Membuat laporan ringkas secara kronologis dan membuat dokumentasi

selama operasi pemindahan pesawat udara dilaksanakan.

g. Jika penggalian diperlukan sebelumnya harus dikoordinasikan dengan

unit terkait mengenai kemungkinan adanya jaringan kabel/pipa air yang

ada di bawahnya.

5.4 Tindakan Operator Pesawat Udara

Tindakan yang dilakukan oleh operator pesawat udara adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan tangga pesawat yang mudah dibawa dan memindahkan/mengamankan

surat-surat, bagasi dan barang muatan lainnya di pesawat dengan persetujuan dari

pejabat yang berwenang.

b. Menunjuk seorang perwakilan yang diberi wewenang untuk mengambil keputusan

dalam segi teknis dan keuangan yang diperlukan dalam operasi pemindahan

pesawat udara.

c. Menyiapkan dukungan logistik dan konsumsi selama operasi pemindahan pesawat

udara.

d. Membuat dokumentasi yang diperlukan.

e. Melaksanakan perbaikan darurat pada pesawat udara yang akan dipindahkan jika

diperlukan.

f. Memberikan data-data teknis pesawat udara yang akan dipindahkan terutama yang

diperlukan dalam operasi pemindahan.

g. Senantiasa terlibat dan mengawasi perkembangan operasi pengangkatan dan

pemindahan.

h. Menentukan kebutuhan untuk konsultasi dengan industri pesawat udara yang

bersangkutan atau operator pesawat udara yang lain dan berpengalaman menangani

kecelakaan seperti itu.

i. Mendatangkan Tim Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) pada

kesempatan pertama, jika diperlukan.

BAB VI

PROSEDUR DAN METODE OPERASI

6.1 Prosedur

1. Dalam pelaksanaan pemindahan pesawat udara yang rusak, dan harus mendapat perhatian

dalam pelaksanaannya adalah:

a. Keselamatan para petugas.

b. Penutupan landasan (Runway Block) harus diupayakan dalam jangka

waktu yang sependek mungkin.

c. Tidak terjadi kerusakan pesawat udara yang lebih parah, sebagai dampak

dari operasi pemindahan.

2. Untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang baik antara unsur yang terkait dalam

pelaksanaan operasi dan perlunya penyiapan peralatan yang diperlukan dalam operasi

pemindahan sesuai kebutuhan baik jumlah maupun jenisnya.

3. Langkah – langkah atau pertimbangan yang diperlukan oleh para penanggung

jawab adalah sebagai berikut:

a. Hubungan listrik/battery pesawat udara harus diputuskan.

b. Kondisi pesawat udara yang akan dipindahkan harus diketahui dengan

cermat dan pasti.

c. Dilakukan upaya mengurangi berat keseluruhan pesawat udara sampai

seringan mungkin, seperti mengeluarkan bahan bakar, muatan air dan komponen-

komponen pesawat udara yang memungkinkan.

d. Pengosongan tangki bahan bakar harus dilakukan sesuai prosedur yang

berlaku.

e. Setelah evakuasi penumpang selesai dipindahkan agar terlebih dahulu

dimasukkan udara segar ke dalam pesawat udara.

f. Segala tumpahan cairan yang mudah terbakar disekitar pesawat udara

harus dibersihkan, baik sebelum operasi maupun sesudahnya.

g. Selama operasi pemindahan dilaksanakan harus selalu di stand-by kan di

lokasi 1 (satu) unit kendaraan PKP-PK.

h. Ketentuan “DILARANG MEROKOK” di lokasi kecelakaan dan

sekitarnya harus selalu dipatuhi bersama.

i. Setelah operasi pemindahan selesai, maka sebelum membuka kembali

operasional Bandara harus dilaksanakan pemeriksaan wilayah secara seksama untuk

keselamatan penerbangan.

4. Operasi pemindahan pesawat udara yang rusak dapat dilaksanakan setelah ada izin dari

pejabat yang berwenang, kecuali dalam keadaan luar biasa demi keselamatan pesawat

udara lain sehingga yang rusak harus dipindahkan, maka dapat ditempuh langkah-

langkah:

a. Dilaksanakan pemotretan secara detail sesuai prosedur penyidikan (DOC.

6920 AN/855).

b. Lokasi atau posisi dari semua komponen besar di atas tanah harus diberi

tanda.

c. Letak/posisi kecelakaan, termasuk goresan-goresan pada landasan/tanah

harus dibuat gambar sketsanya.

6.2 Metode Operasi Pemindahan

1. Pada umumnya setiap jenis pesawat terbang dilengkapi dengan buku petunjuk perbaikan

yang dikeluarkan oleh pabrik pesawat terbang yang bersangkutan, yang memberikan

petunjuk tentang prosedur perbaikan dan keterangan tentang peralatan/perkakas khusus

yang diperlukan. Namun pada umumnya terbatas pada cara-cara mengangkat pesawat

dengan dongkrak atau elevator dan cara-cara memperbaiki/mengganti roda pesawat.

2. Metoda operasi pemindahan yang diterapkan pada setiap kejadian adalah tergantung

kepada sifat dan jenis kecelakaan pesawat serta kondisi medan/lokasi kecelakaan tersebut

terjadi. Dalam keadaan luar biasa dimana keberadaan pesawat terbang yang rusak

tersebut dapat menimbulkan bahaya besar bagi pesawat terbang lainnya dan tidak dapat

dihindarkan, maka pemindahan pesawat yang rusak tersebut harus dilaksanakan dengan

segera.

3. Sebelum operasi pemindahan pesawat dilaksanakan, perhatian pertama adalah

menetapkan kondisi pesawat terbang dan setelah itu adalah masalah cuaca,

wilayah/medan operasi dan type/jumlah peralatan termasuk peralatan khusus yang

diperlukan.

4. Penelitian terhadap roda pesawat harus dilaksanakan secepat dan secermat mungkin.

5. Memindahkan pesawat udara yang rusak sedapat mungkin dilaksanakan dengan bertahan

di atas roda-rodanya sendiri.

6. Pada umumnya pemindahan pesawat udara type kecil dapat diselesaikan dengan aman

dan efesien tanpa memerlukan peralatan yang rumit dan kendaraan Derek maupun truk

penarik dapat dipergunakan secara efektif. Hal-hal pokok yang perlu dipertimbangkan

adalah memperingan berat pesawat dan tersedianya peralatan pengangkat barang,

dongkrak elevator, gerobak besar serta pengawasan dari petugas yang berpengalaman.

7. Sedangkan operasi pemindahan pesawat udara type besar dapat dilaksanakan dalam 4

tahap sebagai berikut:

a. Tahap Pertama,apabila pesawat terbang terhenti di luar permukaan yang beraspal

maka diperlukan pembuatan jalan darurat sehingga peralatan pengangkat yang berat

dapat ditempatkan pada posisi yang diinginkan dan pesawat terbang dapat ditarik

kepermukaan yang beraspal.

b. Tahap Kedua, memperingan pesawat terbang dengan mengeluarkan bahan bakar,

barang muatan dan benda-benda lainnya, dan jika perlu dapat disiapkan untuk

perbaikan.

c. Tahap Ketiga, mengangkat dan persiapan untuk menarik pesawat udara, yang

diupayakan ditarik di atas roda-rodanya, sehingga jika ada bagian-bagian yang rusak

harus diperbaiki.

d. Tahap keempat, menarik/memindahkan pesawat udara dari lokasi kecelakaan ke

tempat yang telah disiapkan.

BAB VII

PROSEDUR OPERASI SALVAGE

7.1 SEBELUM OPERASI:

7.1.1. COMPRESSOR a. Cek oli mesinb. Cek air radiator.c. Cek baterayd. Cek bahan bakar e. Cek kelep – kelep out let.f. Cek tekanan compressor dengan engine On.g. Cek tekanan ban.

7.1.2. LIHTING :a. Cek oli mesin.b. Cek bahan baker.c. Cek tekanan ban.d. Cek trouble shoting( mesin posisi hidup)

7.1.3. WIND (DEREK ).a. Cek oli.b. Cek bahan baker.c. Cek tekanan ban.d. Cek persneleng.e. Cek seling dari karatan.f. Cek bateray.g. Cek jangkar.

7.1.4. ELEVATOR ( AIR BAG )a. Cek kebocoran.b. Cek nevel in or out

7.1.5. CONSUL : a. Cek on or off.b. Cek pressure gauge.

c. Cek legulator

7.1.6. HOSE ( SELANG)a. Cek kelapukannya.b. Cek coupling dari kerusakan.c. Cek selang yang tersumbat.

7.1.7. PAD ( BANTALAN ).a. Cek spon dari kekenyalan)b. Cek dari kerusakan, robek.

7.1.8. TIRPOR :a. Macet atau tidak.b. Cek karatan atau tidak.

7.2 PENGOPERASIAN :

7.2.1.ELEVATOR ( KANTONG UDARA).a. Letakkan elevator diatas lempengan yang telah berisi bantalan busa di atas

permukaan tanah yang rata dibawah pesawat yang telah ditentukan.b. Letakan bantalan busa di atas kantong udara.c. Beri nomor masing – masing valve inlet kantong udara mulai dari bawah.d. Hubung selang ke konsul sesuai permintaane. Kembangkan kantong udara secara bersamaan mulai dari yang paling bawah

kemudian yang paling atas dan selanjutnyasesuai kebutuhan.

7.2.2 CONSUL :a Letakkan consul pada posisi yang tepatb Buka tutup plastic valve consul.c. Hubungkan selang dari valve outlet consul ke valve inlet kantong udara.d. Hubungkan selang darivalve inlet diconsul ke valve outlet compressor.f. Buka valve inlet pada consul dan set regulator untuk mendapatkan tekanan 7 psi

padapresure gauge.g. Buang udara pengesetan melalui valve pembuangan pada consul.h. Buka valve outlet pada consul untuk menyalurkan udara ke kantong udara sesuai

penomoran yang dibutuhkan.i. Tutup valve outlet pada consul setelah udara yang disalurka kekantong udara

terpenuhi.

7.2.3.COMPRESSOR :a. Switch pada posisi on.b. Hidupkan mesin compressor.c. Cek tekanan udara melalui valve pembuangan.d. Buka valve outlet pada compressor untuk menyalurkan udara ke consul.e. Tutup va;ve outlet setelah udara terpenuhi.

7.2.4. TIRPOR :a. Letakkan tirpor pada tempat yang telah ditentukanb. Buka handle lock ke un lock.c. Masukkan seling ke lubang tirpor.d. Lepas handle unlock ke posisi lock.e. Pasang groud anchor dan kaitkan dengan tirpor.f. Hubungkan seling ke pesawat.g. Release ke depan dan kebelakang.

7.2.5.BANTALAN :a. Rakit bantalanlempengan sesuai kebutuhan.b. Letakkan pada tanah yang ratadibawah pesawat.c. Letakkan bantalan busa diatas bantalan lempengan diatas kantong udara.

7.2.6 TRACK WAY :a. Rakitkan track way sesuai kebutuhan .b. Letakkan di bawah roda pesawat, disesuaikan dengan kebutuhan.c. Meletakan track way dibawah roda pesawat dengan posisi melintang.

7.2.7 WIND :a. Letakkan wind pada tempat yang telah ditentukan.b. Pasang jangkarc. Tarik seling handle lock off.d. Start engine handle lock on.e. Handle rem off.f. Handle coupling netral.g. Handle perseneleng posisi “R”h. Lepaskopling dan tambah gas.

7.3 SETELAH OPERASI

7.3.1 ELEVATOR :a. Kempeskan kantong udarab. Lepaskan selangc. Cuci bersih dan keringkan d. Taburkan talek dan gulung.e. Tempatkan sesuai jenisnya pada ruang ber A/C.

7.3.2 CONSUL :a. Buka valve pembuangan.b. Buka valve outlet.c. Buka selang.d. Bersihkan ,e. Tutup nevel yang tersedia.f. Simpan pada tempat ber A/C.

7.3.3 COMPRSSOR :a. Matikan mesin.b. Buka selang.c. Buang sisa udara .

d. Bersihkan dan simpan pada tempatnya.

7.3.4 BANTALAN :a. Lepaskan bantalan lempengan dari pasangannya.b. Bersihkan dan simpan di ruangan ber A/C,

7.3.5 TRACK WAY :a. Lepaskan track way dari pasangannya.b. Bersihkan dan simpan di ruangan secara tersusun.

7.3.6 HOSE :a. Bersihkan dan gulung satu per satu.b. Tutup nepel yang suda tersedia .c. Simpan bersama consul di ruangan ber AC.

7.3.7 SELING :a. Bersihkan dan gulung satu persatu.b. Simpan dalam satu ruangan ber A/C.

7.4 PELAKSANAAN TUGAS

7.4.1 CONTROLERBerkonsultasi denga operator Airlines Point / daerah yang bisa / yang tahan diangkat oleh elevator. Point / daerah yang bisa / yang tahan di cantoli peralatan tethering dan di tarik. Central of gravity dari pesawat Tinggi pesawat yang akan di naikan Isi bahan bakar

Berkonsultasi dengan maintenance KoordinatorKondisi peralatan salvage seperti Elevator, Tethring, Consule, Compressor, Hight lighting dll.

7.4.2 FOREMAN LIFTHINGa. Menyiapkan peralatan pengembangan seperti:

Kompressor Consule Slang tekanan tinggi untuk supply udara dari Kompressor,Consule,dan

Elevator.b. Mengoperasikan elevator sesuai prosedur dengan persetujuan controllerc. Mengempeskan kembali elevator denga menyimpan di gudang.d. Memasang hight preasure bersama – sama dengan petugas lifting dan compressor.e. Memberi nomor huruf yang sama antara consul eke elemen Elevatorf. Mengontrol / memeriksa kelep – kelep out let dan in let serta preasure gaugeg. Bila peralatan sudah siap operasi segera informasikan kepada foreman liftingh. Saat mengalirkan udara bertekanan harus selalu mengawasi preasure gauge

dengan tekanan tidak boleh lebih dari 7 psi / 500 gram /cm³

7.4.3 FOREMAN THETRINGa. Menyiapkan peralatan tethering seperti : Ancor,Tirpor,Winch.b. Memasang peralatan pada posisi yang telah di tentukan , baik ground maupun

pada pesawatc. Melaksanakan operasi sesuai instruksi Controler.d. Wajib memperhatikan movement ( gerakan pesawat ) bila tidak normal agar

segera laporkan kepada Contorler.e. Wajib mengawasi Plumb line ( Lot )

STRUKTUR ORGANISASI TEAM SALVAGE

= Jalur Comando dalam pengoperasian Salvage Equipment

= Jalur Comando dalam pemeliharaan / peralatan salvage

= Jalur koordinasi

DIRJENUD/OTORITAS BANDARA

GENERAL MANAGER

CONTROLERAIRLINES MAINTENANCE

SECURITYDAN

PERTAMINA

MANAGERGENERALLABOUR

POREMAN LIFTHING

POREMANTETERING

POREMANCONSOL

ELICTRICAL TRANSPORTATION

KONTAK PERSON PERALATAN PENDUKUNG SALVAGEINSTANSI TERKAIT BANDARA NGURAH RAI

NO JENIS ALAT PEMILIK TELPONE PERSON KONTAK         

1 SALVAGE EQUITMENPT .AP I (PERSERO 0361 751011  GENERAL MANAGER AP.I 

      EXT 5000 BANDARA NGURAH RAI        ( HERU LEGOWO,SE,MM.         

2 CRANE FORKLIPPT MARANTUS ( BENUA ) 0361 758628 BRENCH MANAGER 

        PT.MARANTUS ( BENUA )        MOCH. ROHIM         

3 CRANE FORCLIPPT.PARUNA TIRTA PRAKASIA 0361 723364 KEPALA CABANG 

   PELABUHAN ( BENUA )   PT.PARUNA TIRTA PRAKASIA

        PELABUHAN BENUA         

4 PORKLIP 7 - 8 TONPT. SAGITA CARGO 0361 702881 KEPALA CABANG 

   PELABUHAN BENUA   TEDDY

         

5 LOADERPT. BUMI PASIR MANDIRI 0361 725728 PIMPINAN PROYEK

   PELABUHAN BENUA   PT. BUMI PASIR MANDIRI

        YUYUN YANWAR         6 PUSHBEACK CAR  ( 3 ) PT.JAS 0361 751011 BAGIAN MANTENANCE

  FORKLIP  ( 3 )GROUND HANDLING EXT. 5442

PT.JAS BANDARA NGURAH RAI

  TRACTOR 2,5 ( 15 )        TOWBAR 767,747, 757,DC 10,      

 

A 330,A310.

     

NO JENIS ALAT PEMILIK TELPONE PERSON KONTAK

7 PUSHBEACK CAR  ( 4 )PT.GAPURA ANGKASA 0361 751011 WORK SHOP PT.GAPURA 

  TRACTOR : WB (4 ),NB (4)   EXT.5426 BANDARA NGURAH RAI  BAGASI (19)        TOWBAR B.737 (3),B767(1)        DC 10(3),MD 83 (1),F.27 (1)        F.28 (1),A.330 (2), A.300 (2)               8 TOWBAR CN.235,F.27,F.28, PT.MNA   0361 751011 PT.MNA  HS.748,DMC.6 (a. 1 UNIT )   EXT. 5265           

9 CRANE 10 TON (2),11 TON (1)P.U. PROPINSI BALI  0361 420410 UPTD PU BALI

  ESCAPATOR (1),FORKLIP 2 TON   0361 225191 COK. RAKA,  MOTOR GRADER (1),     KOSA ARTA

 FIBRATOR ROLLER 8 - 10 TON (1)      

  WALLES 10 TON (4 )               

DATA IVENTARIS PERALATAN SALVAGE

BANDARA NGURAH RAI - BALI2011

NO. NAMA BARANG BERAT UKURANJUMLA

H1 Sling 22 Kg. Panjang 10 m 4 Buah2 Sling 42 Kg. Panjang 21 m 4 Buah3 Sling 30 Kg. Panjang 15 m 4 Buah4 Sling 7 Kg. Panjang 5 m 4 Buah5 Sling 13 Kg. Panjang 5 m 4 Buah6 Sling 4 Kg. Panjang 2 m 8 Buah7 Sling 6 Kg. Panjang 1,8 m 4 Buah8 Sling 4 Kg. Panjang 1,8 m 8 Buah9 Sling pendek,besar 50 Kg. Panjang 10 m 2 Buah

10 Linggis lama ( RFD ) 4 Kg. Panjang 115 cm. 18 Buah11 Linggis baru (AMS ) 4 Kg. Panjang 115 cm. 49 Buah12 Tirfor lama ( RFD ) 27 Kg. Panjang 65 cm. 2 Buah13 Tirfor baru (AMS ) 27 Kg. Panjang 65 cm. 6 Buah14 Stik Tirfor lama ( RFD )           4 Buah15 Stik Tirfor baru (AMS )           6 Buah16 Groun Anchor baru   Kg.       6 Buah17 Sakle 11 Kg.       7 Buah18 Sakle lama ( RFD ) 5 Kg.       11 Buah19 Sakle baru (AMS ) 5 Kg.       17 Buah20 Sakle 4 Kg.       2 Buah21 Sakle 0,5 Kg.       44 Buah22 Clam mata ayam 0,5 Kg.       24 Buah23 Clam mata ayam           2 Buah24 Kunci Anchor           2 Buah25 Harnes 1 Kg.       11 Buah26 Air Distributor 13 Kg.       2 Buah27 Air Bag 40 Ton, 3 Box 23 Kg. Panjang 400 cm. 30 Buah        lebar 210 cm.    

28 Air Bag 30 Ton, 8 Box     Panjang 310 cm. 80 Buah        lebar 200 cm.    

29 Air konsul 44 Kg.       8 Buah30 Slang konsul ke Elevator 9 Kg. Panjang 15 m 110 Buah31 Conextor 4 Kg.       110 Buah32 Compressor 900 Kg. Panjang 310 cm. 2 Unit      Kg. Lebar 130 cm.          Kg. Tinggi 130 cm.    

33 Slang Compressor 9 Kg.       8Buah

34 Palet           2Buah

35 Track Way 16 Kg. Panjang 230 cm. 100Buah

        Lebar 20 cm.    

DATA IVENTARIS PERALATAN SALVAGEBANDAR UDARA NGURAH RAI - BALI

2011

NO. NAMA BARANG BERAT UKURAN JUMLAH                 

36 Tool Kit 21 Kg.          

37 Ground Pad 10 Kg. Panjang 327 cm. 2Buah

        Lebar 130 cm.    

38 Top Pad 2,5 Kg. Panjang 327 cm. 111Buah

        Lebar 130 cm.    

39 Tenda 66 Kg.       1Buah

40 Tabung tenda 11 Kg.       1Buah

41 Lighting           2 Unit42 Winch           1 Unit43 Kampak 4 Kg.          44 Hammer 4 Kg.          45 Panyong 3 Kg.          46 Skop 2,5 Kg.                           

BAB VIII

PENUTUP

Keberhasilan dari suatu operasi pertolongan kecelakaan penerbangan pada suatu kecelakaan tergantung pada kesiapan dan persiapan dari berbagai aspek, untuk itu sangat dibutuhkan terjalinya komando, komonikasi, dan koordinasi dari semua unsur yang terkait dalam penanganan operasi pemindahan pesawat yang mengalami kecelakaan.

Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP – PK) merupakan salah satu dinas di PT Angkasa Pura I ( Persero ) yang bertanggung jawab terhadap keselamatan penerbangan terutama apabila terjadi kecelakaan penerbangan dan dituntut untuk memberikan pelayanan yang terbaik

Kesiapan phisik dan mental harus tetap dipertahankan dan di tingkatkan setiap saat agar tidak menjadi korban saat bertugas.

Demikianlah Standar Operasi Prosedur pemindahan pesawat yang mengalami kecelakaan di Bandara ini dibuat sebagai pedoman didalam melaksanakan tugas pada pertolongan kecelakaan Penerbangan Dan Pemadam Kebakaran.

Ditetapkan di : Ngurah rai,Bali Pada tanggal : September 20 11

GENERAL MANAGERPT Angkasa Pura I ( Persero )

Bandar Udara Internasional Ngurah Rai

PURWANTO, SE.MMNIP : 9059489 - P