31
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Perilaku 1. Perilaku a) Batasan Perilaku Yang dimaksud dengan perilaku manusia, adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang luas, antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). Menurut Skinner (1938) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi dari proses adanya stimulus terhadap organisme, lalu kemudian organisme tersebut 7

BAB 2 + lawrence green udah diedit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bab 2 tbc

Citation preview

Page 1: BAB 2 + lawrence green udah diedit

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Perilaku

1. Perilaku

a) Batasan Perilaku

Yang dimaksud dengan perilaku manusia, adalah tindakan atau aktifitas

dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang luas, antara lain:

berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan

sebagainya. Dari uraian ini, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang diamati

langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Skinner (1938) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007),

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi dari proses

adanya stimulus terhadap organisme, lalu kemudian organisme tersebut

merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus –

Organisme – Respon.

Menurut Notoatmodjo (2007) dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus

ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua:

1) Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau

tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada

perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang

yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh

orang lain.

7

Page 2: BAB 2 + lawrence green udah diedit

8

2) Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan yang nyata

atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk

tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang

lain.

2. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhada

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007). Dari

batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan bilamana sakit.

b. Perilaku pencarian atau penggunana sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering

disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)

Ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit

atau kecelakaan.

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun

sosial budaya, dan sebagainya.

3. Domain Perilaku Kesehatan

Menurut Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan

seperti dikutip Notoatmodjo (2007) membagi perilaku itu dalam 3 domain

(ranah/kawasan) meskipin kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batas

yang tegas dan jelas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepntingan tujuan

Page 3: BAB 2 + lawrence green udah diedit

9

pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku

tersebut, yang terdiri dari: ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan

ranah psikomotor (keterampilan).

4. Pengukuran Perilaku

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu

dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa

jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara

langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden

(Notoatmodjo, 2007).

5. Proses Adaptasi Perilaku

Menurut penelitia Rogers (1974) yang dikutip Notoatmodjo (2007),

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri

orang tersebut terjadi prosese berurutan, yaitu:

a. Kesadaran (awareness), yaitu orang tersebut menyadati dalam arti

mengetahui stimulus (onjek) terlebih dahulu’

b. Tertarik (interest), yaitu orang mulai tertarik pada stimulus’

c. Evaluasi (evaluation), yaitu menimbang-nimbang baik tidaknya hal tersebut

bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik

d. Mencoba (trial), dimana orang telah mulai mencoba perilaku yang baru

e. Menerima (adoption), yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

6. Teori Perilaku Lawrence Green

Green mencoba menganalisis perilaku manusia, berangkat dari tingkat

kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu:

Page 4: BAB 2 + lawrence green udah diedit

10

faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior

causes). Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh:

a. Faktor predisposisi (predisposising factor), yang terwujud di dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

b. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan,

misalnya Puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril, dan sebagainya.

c. Faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.2 Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

dapat terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan perabaan. Dari penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi

terhadap objek. Pengetahuan atau kognitif ini merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan juga dapat dijelaskan sebagai hasil dari mengetahui

obyek-obyek di alam nyata menurut akal dengan jalan pengamatan. Setiap kali

objek yang diamati menjadi milik kesadaran, maka ia diketahui, dan dalam arti

wujudnya yang ada dalam jiwa kita dinamakan pengertian (Sadulloh, dkk, 2007).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan, yaitu:

Page 5: BAB 2 + lawrence green udah diedit

11

1. Tahu (know)

Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Yang termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat lagi

(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari ataupun

rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehesion)

Dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi itu

secara benar.

3. Aplikasi (Application)

Dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya (real).

4. Analisis (Analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen, tapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada

kaitan satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan dan

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap sesuatu

materi atau objek. Pada dasarnya, tingkat pengetahuan atau pemahaman pada

Page 6: BAB 2 + lawrence green udah diedit

12

seseorang dapat mendorong serta dapat menolong dirinya dalam setiap masalah

untuk dapat melakukan sesuatu yang baik dalam d.iri dan atau hidupnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang menurut

Notoatmodjo (2007) adalah:

a. Faktor internal: faktor dari dalam diris sendiri, misalnya intelegensia, minat,

kondisi fisik.

b. Faktor eksternal

1). Faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana

2). Faktor pendekatan belajar: faktor upaya belajar, mislanya strategi dan

metode dalam pembelajaran.

2.3 Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di

bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung (DepKes RI, 2008).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena

hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga yang

berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta

mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Malagya, 2009).

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan

perkawinan, adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,

dan emosional serta sosial individu yang ada di dalamnya, dilihat dari interaksi

yang regular dan ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk

mencapai tujuan umum (Zaidin Ali, 2009).

Page 7: BAB 2 + lawrence green udah diedit

13

2.4 Infeksi

Infeksi adalah masuknya organisme ke dalam jaringan tubuh dan

berkembang biak di dalam tubuh pejamu. Mikroorganisme seperti itu disebut

agen menular. Kondisi ini dapat diperparah lagi bila penderita sedang dalam

proses asuhan keperawatan. Hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi karena

kuman-kuman, virus, dan sebagainya akan masuk ke dalam tubuh penderita yang

daya tahan tubuhnya menurun. Infeksi yang terjadi pada penderita-penderita yang

sedang dalam proses asuhan keperawatan ini disebut Infeksi Nosokomial

(Darmadi, 2008).

2.5 Tuberculosis Paru

Tuberculosis Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

menyerang paru, tetapi juga dapat mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini

berbentuk batang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada

pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA).

Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan

hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab, Dalam jaringan tubuh

kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun (Depkes RI,

2011).

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi

Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang, berukuran panjang 5µ

dan lebar 3µ, tidak membentuk spora dan termasuk bakteri aerob. Mycobacteria

dapat diberi pewarnaan seperti bakteri lainnya misalnya dengan pewarnaan gram.

Namun sekali diberi warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak

dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut

Page 8: BAB 2 + lawrence green udah diedit

14

sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Pada dinding sel mycobacteria, lemak

berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini

menurunkan permeabilitas dinding sel sehingga mengurangi efektivitas terhadap

antibiotik (PDPI, 2011). Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi menular,

menyerang pada paru, yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculose

(Arita Murwani, 2011).

2.6 Konsep Infeksi Pada Pasien TB Paru

Infeksi adalah masuknya organisme ke dalam jaringan tubuh dan

berkembang biak di dalam tubuh pejamu. Mikroorganisme seperti itu disebut

agen menular. Kondisi ini dapat diperparah lagi bila penderita sedang dalam

proses asuhan keperawatan. Hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi karena

kuman-kuman, virus, dan sebagainya akan masuk ke dalam tubuh penderita yang

daya tahan tubuhnya menurun. Infeksi yang terjadi pada penderita-penderita yang

sedang dalam proses asuhan keperawatan ini disebut Infeksi Nosokomial

(Darmadi, 2008).

Sedangkan Tuberculosis Paru adalah penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar

kuman TB menyerang paru, tetapi juga dapat mengenai organ tubuh lainnya

(Depkes RI, 2011).

Dari beberapa pengertian tentang infeksi dan TB Paru di atas, peneliti

menyimpulkan sesuai dengan teori Darmadi (2008) dan Depkes RI (2011) bahwa

infeksi pada TB Paru adalah peristiwa masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh

pejamu yang dapat menyebabkan sakit, patogen mengganggu fungsi normal

tubuh dan dapat berakibat gangguan pada sistem pernapasan yaitu timbulnya

penyakit TB Paru.

Page 9: BAB 2 + lawrence green udah diedit

15

2.6.1 Penyebaran Penyakit Infeksi

Penyebaran penyakit infeksi adalah penyebaran penyakit yang

disebabkan oleh mikroba patogen dan bersifat sangat dinamis (Darmadi, 2008).

Secara umum, proses terjadinya penyakit infeksi seperti penyakit TB Paru

melibatkan 3 faktor yaitu:

1). Faktor penyebab penyakit yang sering disebut agen (Mycobacterium

tuberculosis)

2). Faktor manusia, yang sering disebut pejamu

3). Faktor lingkungan.

Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi dan dalam epidemiologi disebut

Segitiga Epidemiologi atau disebut Trias Penyebab Penyakit.

Penjamu

Agen Lingkungan

Gambar 1. Segitiga Epidemiologi

Penyakit TB dapat timbul dengan beberapa penyebab, salah satunya

adalah mikroba patogen yaitu Mycobacterium tuberculosis. Penyakit yang

disebabkan oleh mikroba patogen ini disebut dengan penyakit infeksi. Mikroba

sebagai makhluk hidup harus berkembang biak, bergerak, dan berpindah tempat

untuk bertahan hidup. Habitat mikroba ini untuk berkembang biak dan bertahan

hidup disebut dengan reservoir (Darmadi, 2008).

Page 10: BAB 2 + lawrence green udah diedit

16

Penyakit TB Paru merupakan salah satu penyakit infeksi yang menular.

M. tuberculosis sebagai makhluk hidup dan agen infeksius utama tentunya ingin

bertahan hidup dengan cara berkembang biak pada suatu reservoir yang cocok

dan mencari reservoir baru dengan cara berpindah atau menyebar. Hal ini

membuat orang yang sehat akan menjadi ikut tertular TB dan orang orang yang

sedang sakit serta sedang dalam proses asuhan keperawatan akan memperoleh

tambahan beban penderitaan (Darmadi, 2008). Mekanisme transmisi mikroba

patogen ke pejamu yang rentan (susceptable host) melalui dua cara yaitu:

1) Transmisi langsung (direct transmission)

Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai

pejamu.

2) Transmisi tidak langsung

Penularan mikroba patogen yang memerlukan adanya media perantara, baik

berupa barang/bahan, air, udara, makanan/minuman, maupun vektor.

a. Vehicle-borne

Sebagai media perantara penularan adalah barang/bahan yang terkontaminasi

seperti peralatan makan dan minum, instrumen bedah/kebidanan, peralatan

laboratorium, peralatan infus/transfuse

b. Vector-borne

Sebagai media perantara penularan adalah vektor (serangga), yang

memindahkan mikroba patogen ke pejamu.

c. Food-borne

Makanan dan minuman adalah media perantara yang cukup efektif untuk

penyebaran mikroba patogen ke pejamu, yaitu melalui pintu masuk (port

d’entrée) saluran cerna.

Page 11: BAB 2 + lawrence green udah diedit

17

d. Water-borne

Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun kualitatif adalah

mutlak. Kualitas air yang meliputi aspek fisik, kimiawi, dan bakteriologis,

diharapkan terbebas dari mikroba patogen sehingga aman untuk dikonsumsi. Jika

tidak –sebagai media perantara- air sangat mudah menyebarkan mikroba patogen

ke pejamu, melalui pintu masuk (port d’entrée) saluran cerna maupun pintu

masuk yang lain.

e. Air-borne

Mikroba patogen dalam udara masuk ke saluran nafas pejamu dalam bentuk

droplet nuclei yang dikeluarkan oleh penderita (reservoir) saat batuk atau bersin,

bicara atau bernapas melalui mulut atau hidung. Penularan melalui udara ini

umumnya mudah terjadi dalam ruangan yang tertutup seperti di dalam gedung,

ruangan/bangsal/kamar perawatan, atau pada laboratorium klinik.

2. Penularan Penyakit Infeksi

Penularan penyakit infeksi adalah penularan penyakit yang disebabkan oleh

sebuah agen biologi seperti virus, bakteri, atau parasit dan bukan disebabkan

faktor fisik seperti luka bakar atau faktor kimia seperti keracunan (Darmadi,

2008).

Penularan penyakit TB Paru yaitu lewat jalan nafas, sumber penularannya

adalah penderita TB Paru BTA Positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita

menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet

yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama

beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam

saluran pernafasan (Arita Murwati, 2008).

Page 12: BAB 2 + lawrence green udah diedit

18

Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam

bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar

3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana

percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi

jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.

Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan

lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang

dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan

dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang

terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan

lamanya menghirup udara tersebut (Depkes RI, 2011). Adapun cara penularan TB

Paru yaitu:

1) Secara langsung

a) Berbicara berhadapan

b) Percikan air ludah

c) Berciuman

d) Udara bebas (dalam satu kamar)

2) Secara tidak langsung

Melalui alat-alat yang tercemar basil, dll

a) Makanan/minuman

b) Tidur

c) Mandi

d) Saputangan

e) dll (Arita Murwani, 2008).

Page 13: BAB 2 + lawrence green udah diedit

19

3. Pengelolaan Infeksi

Seperti diketahui, penderita yang terindikasi memilik penyakit TB Paru

harus menjalani proses asuhan keperawatan, yaitu penderita harus menjalani

observasi, tindakan medis akut, atau pengobatan yang berkesinambungan. Daya

tahan tubuh yang lemah sangat rentan terhadap penyakit TB. Masuknya mikroba

atau transmisi mikroba ke penderita, tentunya berasal dari sekitar penderita, di

mana penderita menjalani proses asuhan keperawatan seperti:

1) Penderita lain yang juga sedang dalam proses keperawatan

2) Petugas pelaksana (dokter, perawat, bidan, dan sebagainya)

3) Peralatan medis yang digunakan

4) Tempat (ruangan/bangsal/kamar) di mana penderita dirawat

5) Tempat/kamar di mana penderita menjalani tindakan medis akut seperti kamar

operasi dan kamar bersalin

6) Makanan dan minuman yang disajikan

7) Lingkungan tempat pelayanan kesehatan secara umum

Objek pengendalian infeksi adalah mikroba patogen yang dapat berasal

dari unsur-unsur di atas. Untuk dapat mengendalikannya diperlukan adanya

mekanisme kerja atau sistem yang bersifat lintas sektoral/bagian dan diperlukan

adanya sebuah wadah atau organisasi di luar struktur organisasi pelayanan

kesehatan yang sudah ada. Wadah atau organisasi ini adalah Panitia Medik

Pengendalian Infeksi (Darmadi, 2008).

Tugas Panitia Medik Pengendalian Infeksi adalah mengelola (managing)

unsur-unsur penyebab timbulnya infeksi. Pencegahan artinya jangan sampai

timbul, sedangkan pengendalian artinya meminimalisasi timbulnya risiko infeksi.

Dengan demikian tugas utama Panitia Medik Pengendalian Infeksi adalah

Page 14: BAB 2 + lawrence green udah diedit

20

mencegah dan mengendalikan infeksi dengan cara menghambat pertumbuhan dan

transmisi mikroba yang berasal dari “sumber” di sekitar penderita yang sedang

dirawat (Darmadi, 2008).

4. Rantai Penularan

Pada proses infeksi dikenal adanya istilah rantai penularan (chain of

transmission), yaitu proses berpindah atau menyebarnya mikroba patogen dari

sumber penularan ke pejamu melalui mekanisme penularan (Darmadi, 2008).

Cara-cara memutuskan rantai penularan adalah dengan memerhatikan unsur dari

rantai penularan itu sendiri:

1. Sumber penularan: dengan cara mengeliminasi, membuang, menjauhkan,

atau memasang barier.

2. Mekanisme transmisi: mengenal cara-cara penularan, media-media perantara,

dan agen antimikrobial.

3. Pejamu/calon penderita: memperpendek waktu pemaparan, mamasang

barier/isolasi (Darmadi, 2008).

Dengan mengenal unsur-unsur yang berpengaruh atas terjadinya penularan,

maka dapat disusun sebuah tindakan/langkah-langkah (action) untuk memutus

rantai penularan agak tak terjadi infeksi (Darmadi, 2008).

5. Reaksi Infeksi

Reaksi infeksi adalah proses yang terjadi pada pejamu sebagai akibat

dari mikroba patogen mengimplementasikan ciri-ciri kehidupannya terhadap

pejamu. Kerusakan jaringan maupun gangguan fungsi jaringan akan

menimbulkan manifestasi klinis, yaitu manifestasi klinis yang bersifat sistemik

Page 15: BAB 2 + lawrence green udah diedit

21

dan manifestasi klinik yang bersifat khusus seperti tanda dan gejala suatu

penyakit infeksi (Darmadi, 2008).

1) Gejala TBC Paru meliputi:

a. Gejala utama : Batuk berdahak dan terus menerus selama 3 (tiga) minggu atau

lebih.

b. Gejala tambahan yang sering terjadi:

(1). Dahak bercampur darah.

(2). Batuk darah

(3) Sesak nafas dan nyeri dada

(4) Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak

badan, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam, meriang lebih dari

sebulan.

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru

selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-

lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap

orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai

seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak

secara mikroskopis langsung (Depkes RI, 2011).

2) Gejala aktif TBC yaitu :

a. Demam

Biasanya sub febril menyerupai demam influenza, kadang-kadang

panas badan dapat mencapai 40-41 derajat celcius, timbul saat pagi atau sore hari,

disertai keringat pada malam hari. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya

tahan tubuh pasien, dan demam ini merupakan keluhan terbanyak dari pasien

(Sudoyo, 2006).

Page 16: BAB 2 + lawrence green udah diedit

22

b. Batuk

Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, gejala batuk lama

kira-kira lebih dari 4 minggu. Mula-mula batuknya kering, kemudian ada

dahaknya, pada keadaan yang lanjut dapat terjadi batuk darah karena terdapat

pembuluh darah yang pecah (Sudoyo, 2006).

c. Sesak Nafas

Pada penyakit yang ringan (baru muncul) belum dirasakan adanya

sesak nafas. Sesak nafas akan dirasakan bila penyakit sudah lanjut, dimana

kerusakan terjadi sudah mengenai sebagian besar paru-paru (Sudoyo, 2006).

d. Nyeri dada

Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul jika infiltrasi

radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan gesekan antar kedua

pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan nafasnya (Sudoyo, 2006).

e. Malaise

Penyakit TB Paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering

ditemukan berupa anoreksia, BB menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot,

berkeringat saat malam hari, dan lain-lain. Gejala malaise ini semakin lama

makin berat dan timbul secara tidak teratur (Sudoyo, 2006).

Mikroba patogen yang telah bersarang pada jaringan/organ yang sakit

akan terus berkembang biak, sehingga kerusakan dan gangguan fungsi organ

semakin meluas. Demikian seterusnya, di mana pada suatu kesempatan, mikroba

patogen keluar dari tubuh pejamu dan mencari pejamu baru dengan cara

menumpang prooduk metabolisme tubuh atau produk proses penyakit dari

pejamu yang sakit (Darmadi. 2008).

Page 17: BAB 2 + lawrence green udah diedit

23

6. Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Infeksi

Tindakan atau upaya pencegahan penyakit infeksi adalah tindakan yang

paling utama. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara memutuskan

rantai penularannya. Jadi, kunci untuk mencegah atau mengendalikan penyakit

infeksi adalah mengeliminasi mikroba patogen yang bersumber pada reservoir

serta mengamati mekanisme transmisinya, khususnya menggunakan media

perantara. Dengan demikian diharapkan kejadian infeksi dapat dicegah atau

dikendalikan (Darmadi, 2008).

Menurut Darmadi (2008), kasus infeksi dapat dicegah dan dikendalikan

dengan memperhatikan tiga sikap pokok berikut:

1) Kesadaran dan rasa tanggung jawab para petugas (medical provider) bahwa

dirinya dapat menjadi sumber penularan atau media perantara dalam setiap

prosedur dan tindakan medis (diagnosis dan terapi), sehingga dapat

menimbulkan terjadinya infeksi.

2) Selalu ingat akan metode mengeliminasi mikroba patogen melalui tindakan

aseptik, disinfeksi, dan sterilisasi.

3) Di setiap unit pelayanan perawatan dan unit tindakan medis, khususnya

kamar operasi dan kamar bersalin harus terjaga mutu sanitasinya.

Sedangkan tindakan untuk pencegahan penularan pada pasien TB Paru

adalah:

1) Pasien dianjurkan untuk batuk atau bersin dan mengeluarkan ludah pada

tissue dan menghindari meludah di sembarang tempat, tissue tersebut tidak

boleh dibuang di sembarang tempat.

2) Tangan dicuci dengan menggunakan air mengalir dari sabun

3) Tindakan kontrol infeksi sementara dengan memakai masker

Page 18: BAB 2 + lawrence green udah diedit

24

4) Jangan menghentikan terapi pengobatan, minumlah obat secara teratur

5) Berbicara dengan orang lain tidak berhadapan dalam jarak dekat

6) Pasien dianjurkan berjemur di bawah sinar matahari

7) Kasur pasien sebaiknya dijemur

8) Pakaian, alat-alat makan dan alat-alat lain yang digunakan pasien sebaiknya

dipisahkan dengan anggota keluarga.

9) Kamar pasien sebaiknya mendapat cukup sinar matahari dan ventilasi yang

cukup (Depkes RI, 2011).

7. Pengobatan

1) Tujuan pengobatan pada pasien TB Paru adalah:

a. Mencegah kematian

b. Mencegah kekambuhan

c. Menurunkan tingkat penularan

2) Jenis dan dosis Obat Anti Tuberculosis (OAT)

a. Isoniasid (H)

Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan

intermitten 3x seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB.

b. Rifampisin (R)

Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun

intermitten 3x seminggu.

c. Pirasinamid (Z)

Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan

intermitten 3x seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.

Page 19: BAB 2 + lawrence green udah diedit

25

d. Streptomisin (S)

Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan

intermitten 3x seminggu digunakan dosis yang sama. Penderita yang berumur

sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr/hari, sedangkan untuk 60 tahun atau lebih

dosisnya 0,50 gr/hari.

e. Etambutol (E)

Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan

intermitten 3x seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB (Depkes RI, 2011).

8. Prinsip Pengobatan

Obat anti tuberkulosis diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa

jenis, dalam jumlah cukup dan dosis yang tepat selama 6-8 bulan pengobatan agar

semua kuman dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan tahap lanjutan ditelan

sebagai dosis tunggal. Pengobatan tuberkulosis paru diberikan dalam dua tahap,

tahap pertama : tahap intensif atau tahap awal, dimana pada tahap ini penderita

mendapat obat setiap hari dan mendapat pengawasan yang ketat untuk mencegah

terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, kedua : tahap lanjutan, pada tahap ini

penderita mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka waktu yang lebih

lama, tujuannya adalah untuk membunuh kuman persister (dormant) dehingga

mencegah terjadinya kekebalan (Depkes RI, 2011).

9. Paduan Obat Tuberkulin

Paduan pengobatan yang dipergunakan dalam program penangulangan

penyakit tuberculosis paru, sesuai dengan rekomendasi WHO berdasarkan

klasifikasi dan tipe penderita, yang terdiri dari tiga kategori, yaitu:

a. Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)

Obat ini diberikan untuk:

Page 20: BAB 2 + lawrence green udah diedit

26

1) Penderita baru BTA positif

2) Penderita TB Paru BTA negatif rontgen positif yang sakit berat

3) Penderita TB Paru ekstra berat

b. Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)

Obat ini diberikan untuk:

1) Penderita kambuh BTA positif

2) Penderita gagal BTA positif

3) Penderita dengan pengobatan setelah lalai

c. Kategori 3 (2HRZ/4H3R3)

Obat ini diberikan untuk:

1) Penderita baru BTA negatif dan rontgen sakit ringan.

2) Penderita ekstra paru ringan, yaitu TB kelenjar limfe (limfadenitis),

pleuritis eksudativa unilateral, TB kulit, TB tulang).

d. OAT sisipan (HRZE)

Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan

kategori 2, hasil pemeriksaan masih BTA positif, diberikan obat sisipan

(HRZE) setiap hari selama 1 bulan (Depkes RI, 2011).