164
ANALISIS PENGARUH PELATIHAN, MOTIVASI, GAYA KEPEMIMPINAN DAN ETOS KERJA ISLAM TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) SYARIAH KANTOR CABANG SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) DISUSUN OLEH ANISA FILIA SOFIANA NIM : 21313070 PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3554/1/ANISA FILIA SOFIANA.pdf · Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari tanpa adanya

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS PENGARUH PELATIHAN, MOTIVASI, GAYA

KEPEMIMPINAN DAN ETOS KERJA ISLAM TERHADAP

KINERJA KARYAWAN PADA BANK TABUNGAN NEGARA

(BTN) SYARIAH KANTOR CABANG SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi (S.E.)

DISUSUN OLEH

ANISA FILIA SOFIANA

NIM : 21313070

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

ii

iii

iv

v

vi

vii

MOTTO

Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain. (QS.Al-Insyirah: 6-7)

Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah.

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahan untuk

Yang utama dari segalanya, Tuhan Yang Maha Esa atas karunia serta kemudahan

yang Engkau berikan akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

Kedua orang tua saya Ibu Umi Badriyah dan Bapak Bambang Sugindar. Sebagai

tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang telah memberikan segala

dukungan, motivasi dan kasih sayang tiada terhingga.

Kedua adikku Agung Sulistyo Nugroho, Rahma Aulia Insani dan keluarga besar

Mbah Daroji.

Terima kasih untuk Endang Saputra yang selalu membantuku, memberi semangat,

dan inspirasi dalam hal apapun. Semoga engkau pilihan yang terbaik buatku dan

masa depanku.

Sahabatku Ryantika dan Mbak Siwi, terimakasih atas dukungan, doa, nasehat,

hiburan dan semangat yang kalian berikan selama ini. Semua yang telah kalian

berikan selama ini tak kan pernah terlupakan.

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat yang tak ternilai serta

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

judul: ANALISIS PENGARUH PELATIHAN, MOTIVASI, GAYA

KEPEMIMPINAN DAN ETOS KERJA ISLAM TERHADAP KINERJA

KARYAWAN (PT Bank Tabungan Negara (Persero)) KC Syariah Semarang.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi program

Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri

Salatiga.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari tanpa adanya doa,

dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak akan dapat

terwujud. Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. Anton Bawono, S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Bisnis Islam IAIN Salatiga.

3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si. selaku Ketua Program Studi S1 Perbankan

Syari‟ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga

4. Bapak Taufikur Rahman, SE, M.Si selaku pembimbing, yang telah

banyak meluangkan waktu, memberikan dorongan, bimbingan dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu seluruh karyawan PT. Bank Tabungan Negara (Persero)

Syariah Semarang atas kesempatan dan bantuan yang telah diberikan

kepada penulis untuk mengadakan penelitian guna mendapatkan data

sebagai bahan penulisan skripsi ini.

6. Kedua orang tua tercinta, keluarga besar Daroji yang telah membimbing

dan memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima

x

kasih atas kasih sayang, doa, nasehat, kesabaran dan semangat yang luar

biasa.

7. Terima kasih untuk Endang Saputra. Motivator dan penyemangatku setiap

waktu.

8. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam jurusan S1 Perbankan Syariah.

9. Terima kasih untuk sahabatku Ryantika dan Mbak Siwi serta semua

teman-teman yang tidak dapat disebutkan telah menjadi bagian dari

hidupku.

10. Dan semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu, terima kasih untuk semangat yang selalu kalian

berikan, dan semoga kita semua sukses.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran penulisan skripsi ini.Dan

Akhirnya tiada untaian kata yang pantas dan berharga kecuali ucapan

Alhamdulillahirobbil „alamin atas rahmat dan karunia serta ridho Allah SWT.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Jazaa kumullah khairan katsiraan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Penulis

Anisa Filia Sofiana

xi

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ................................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... iii

PENGESAHAN ...................................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................. v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ...................................................... vi

MOTTO .................................................................................................. vii

PERSEMBAHAN ................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ............................................................................ ix

DAFTAR ISI ........................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvii

DAFTAR TABEL ................................................................................... xviii

ABSTRAK .............................................................................................. xix

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 10

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 10

D. Kegunaan Penelitian.............................................................. 11

E. Sistematika Penulisan ........................................................... 12

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................. 14

A. Telaah Pustaka ...................................................................... 14

xii

B. Kerangka Teori...................................................................... 23

a. Perilaku Organisasi ......................................................... 23

1. Pengertian Perilaku Organisasi ................................. 23

2. Unsur-Unsur Perilaku Organisasi ............................. 23

b. Kinerja ............................................................................. 25

1. Pengertian Kinerja ..................................................... 25

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ............. 25

3. Pengukuran Kinerja ................................................... 26

4. Indikator Kinerja ....................................................... 28

5. Penilaian Kinerja ....................................................... 32

c. Pelatihan .......................................................................... 34

1. Pengertian Pelatihan .................................................. 34

2. Konsep Tentang Pelatihan Kerja ............................... 35

3. Arti Penting Pelatihan ............................................... 37

4. Kunci Keberhasilan Program Pelatihan .................... 38

5. Metode Pelatihan ....................................................... 42

6. Tujuan Pelatihan........................................................ 48

7. Indikator Pelatihan .................................................... 48

d. Motivasi .......................................................................... 50

1. Pengertian Motivasi .................................................. 50

2. Teori Motivasi ........................................................... 52

3. Prinsip-Prinsip dalam Memotivasi Kerja Pegawai ... 54

4. Faktor-Faktor Motivasi ............................................. 55

xiii

5. Tindakan Memotivasi................................................ 56

6. Indikator Motivasi ..................................................... 59

e. Gaya Kepemimpinan ....................................................... 60

1. Pengertian Kepemimpinan ........................................ 60

2. Ciri-Ciri Kepemimpinan ........................................... 60

3. Teori Kepemimpinan ................................................ 61

4. Pengertian Gaya Kepemimpinan............................... 63

5. Tipe Gaya Kepemimpinan ........................................ 64

6. Indikator Gaya Kepemimpinan ................................. 66

f. Etos Kerja Islam .............................................................. 67

1. Pengertian Etos Kerja Islam ...................................... 67

2. Terbentuknya Etos Kerja Islami................................ 68

3. Indikasi-Indikasi Orang Beretos Kerja Tinggi .......... 69

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja Islam 70

5. Indikator-Indikator Etos Kerja Islam ........................ 71

C. Kerangka Penelitian .............................................................. 72

D. Uji Hipotesis ......................................................................... 73

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 79

A. Jenis Penelitian ...................................................................... 79

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 79

C. Populasi dan Sampel ............................................................. 79

1. Populasi ........................................................................... 79

2. Sampel ............................................................................. 79

xiv

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 80

1. Kuesioner (Angket) ......................................................... 80

2. Studi Kepustakaan ........................................................... 80

E. Skala Pengukuran .................................................................. 80

F. Definisi Konsep dan Operasional ......................................... 81

G. Instrumen Penelitian.............................................................. 85

H. Uji Instrumen Penelitian ....................................................... 86

1. Uji Validitas .................................................................... 86

2. Uji Reliabilitas ................................................................ 86

3. Uji Statistik ..................................................................... 87

a. Analisis Regresi Berganda ........................................ 87

b. Uji ttest (Uji Secara Individu) ..................................... 88

c. Uji Ftest (Uji Secara Serempak) .................................. 88

d. Uji R2

(Koefisien Determinasi) ................................. 88

4. Uji Asumsi Klasik ........................................................... 89

a. Uji Multicollinearity.................................................. 89

b. Uji Heteroscedasticity ............................................... 90

c. Uji Normalitas ........................................................... 91

d. Uji Linearitas ............................................................. 91

I. Alat Analisis .......................................................................... 92

BAB IV ANALISIS DATA .................................................................... 93

A. Profil Lembaga ...................................................................... 93

1. Sejarah Singkat Bank Tabungan Negara Syariah ........... 93

xv

2. Visi dan Misi ................................................................... 94

3. Slogan Bank Tabungan Negara Syariah ......................... 95

4. Struktur Organisasi ......................................................... 95

B. Identitas Responden .............................................................. 96

1. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................ 97

2. Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ....... 98

3. Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja ................ 98

C. Analisis Data ......................................................................... 99

1. Uji Instrumen Penelitian ................................................. 99

a. Uji Validitas .............................................................. 99

b. Uji Reliabilitas .......................................................... 101

2. Analisis Regresi Berganda .............................................. 102

3. Uji Hipotesis ................................................................... 104

a. Uji Statistik t ............................................................ 104

b. Uji Statistik F ............................................................ 111

c. Uji R2

(Koefisien Determinasi) ................................. 112

4. Uji Asumsi Klasik ........................................................... 113

a. Uji Multicollinearity.................................................. 113

b. Uji Heteroscedasticity ............................................... 115

c. Uji Normalitas ........................................................... 116

d. Uji Linearitas ............................................................. 117

BAB V PENUTUP .................................................................................. 119

A. Kesimpulan ........................................................................... 119

xvi

B. Saran ...................................................................................... 120

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Terbentuknya Etos Kerja Islami .......................................... 68

Gambar 2.2 Kerangka Penelitian ............................................................ 72

Gambar 4.1 Struktur Organisasi .............................................................. 96

xviii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Research Gap .......................................................................... 14

Tabel 2.2 Uji Hipotesis ........................................................................... 78

Tabel 3.1 Definisi Konsep dan Operasional ........................................... 83

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ....................................................... 97

Tabel 4.2 Pendidikan Responden ............................................................ 98

Tabel 4.3 Lama Bekerja .......................................................................... 98

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas ................................................................... 100

Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas ............................................................... 101

Tabel 4.6 Hasil Uji Linier Berganda ....................................................... 102

Tabel 4.7 Hasil Uji F Statistik ................................................................. 111

Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ..................................... 111

Tabel 4.9 Hasil Uji Multicolinierity ....................................................... 114

Tabel 4.10 Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Glejser ................... 115

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas ............................................................. 116

Tabel 4.12 Hasil Uji Linearitas dengan Metode Durbin-Watson

Model Linier.......................................................................... 117

Tabel 4.13 Hasil Uji Linearitas dengan Metode Durbin-Watson

Model Kuadrat ...................................................................... 118

xix

ABSTRAK

Sofiana, Anisa Filia. 2018. Analisis Pengaruh Pelatihan, Motivasi, Gaya

Kepemimpinan dan Etos Kerja Islam terhadap Kinerja Karyawan (Studi

Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Syariah Semarang).

Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Program Studi S1

Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Taufikur Rahman,

S.E.,M.Si.

Sumber Daya Manusia di perusahaan perlu dikelola secara baik dan

profesional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan

tuntutan dan kemampuan organisasi perusahaan. SDM yang dikelola dengan baik

maka akan meningkatkan kinerja karyawan tersebut, yang pada akhirnya akan

meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Tujuan dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pelatihan (X1), motivasi

(X2), gaya kepemimpinan (X3) dan etos kerja Islam (X4) terhadap kinerja (Y) di

PT. Bank Tabungan Negara (persero) Syariah Semarang.

Metode pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang dibagikan

kepada karyawan PT. Bank Tabungan Negara (persero) Syariah Semarang.

Sampel yang diambil sebanyak 70 responden dengan teknik sampel jenuh. Data

yang diperoleh kemudian diolah menggunakan alat analisis SPSS versi 16.

Analisis ini meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, uji t dan uji F,

koefisien determinasi (R2) serta uji analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pelatihan berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja

karyawan, motivasi berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja karyawan, gaya

kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan,

serta etos kerja Islam berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan.

Kata Kunci: pelatihan, motivasi, gaya kepemimpinan, etos kerja Islam, kinerja

karyawan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Bank Syariah

merupakan sebuah badan usaha yang bergerak dalam sektor jasa yang

berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah. Secara umum, perbankan

syariah adalah sebuah lembaga keuangan yang aktivitasnya

mengumpulkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada

masyarakat dalam bentuk pembiayaan dengan sistem bagi hasil.

Bank syariah pertama kali dirintis pada tahun 1992 oleh Bank

Muamalat Indonesia. Perkembangan bank syariah di Indonesia mengalami

kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan semakin banyak yang

menawarkan jasa pelayanan yang diharapkan mampu memenuhi

kebutuhan seluruh lapisan masyarakat. Terhitung hingga September 2017

jumlah perbankan syariah di Indonesia berjumlah 135 yang terdiri dari 13

Bank Umum Syariah, 21 Unit Usaha Syariah, dan 101 Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah (OJK, 2017).

Perkembangan bank syariah yang semakin pesat perlu diimbangi

dengan peningkatan kualitas pelayanan kinerjanya agar mampu bersaing

dengan lembaga keuangan syariah lain ataupun lembaga keuangan

konvensional. Peningkatan dan penguatan kinerja dari sumber daya

manusia juga menjadi hal yang perlu dipersiapkan sebagai tuntutan serta

tantangan dalam persaingannya menghadapi Masyarakat Ekonomi

2

ASEAN (MEA). Menurut Fauzie dalam Kompasiana (2017) dalam

pengembangan perbankan syariah, sumber daya manusia merupakan

komponen utama, terlebih Indonesia merupakan negara yang penduduknya

mayoritas beragaman Islam, sudah selayaknya apabila Indonesia menjadi

percontohan dalam pengembangan lembaga keuangan berbasis syariah.

Harahap dalam Kompasiana (2016) juga menuturkan bahwa dengan

adanya sumber daya manusia yang berkompeten dan berkualitas maka

seharusnya mampu menunjukkan daya saing yang tinggi dalam

menghadapi MEA. Di era MEA nanti diharapkan sumber daya manusia

domestik tidak akan kalah saing dengan sumber daya manusia dari asing.

Permasalahan yang terjadi pada perbankan syariah saat ini tidak

hanya dalam kegiatan operasionalnya saja, akan tetapi Sumber Daya

Manusia (SDM) juga menjadi suatu permasalahan. Menurut penelitian

yang dilakukan oleh Amalia (2012) mengungkapkan bahwa mereka yang

bekerja di industri keuangan syariah masih didominasi oleh mereka yang

berlatar belakang konvensional dan hanya dibekali pelatihan singkat

perbankan syariah. Hanya sekitar 10% yang berlatar belakang syariah.

Fakta ini tentunya berpengaruh terhadap kualitas kesyariahan industri yang

ada.

Menurut Mangkunegara dalam Solikhah (2016) Sumber Daya

Manusia di perusahaan perlu dikelola secara baik dan profesional agar

terwujud keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan

kemampuan organisasi perusahaan. Perusahaan dituntut untuk mengelola

3

sumber daya manusia yang dimiliki dengan baik demi kemajuan suatu

perusahaan. Keberhasilan kinerja suatu perusahaan salah satunya

ditentukan oleh hasil kinerja karyawan yang baik, dan kinerja karyawan

yang baik tercipta dengan melakukan pengelolaan sumber daya manusia

yang baik dan profesional.

Menurut Ivancevich, et al dalam Wardarita (2014) “Performance

the desired results of behavior (kinerja adalah hasil yang di inginkan dari

perilaku)”. Maksudnya adalah bahwa kinerja pegawai/karyawan

merupakan hasil unjuk kerja dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

Keberhasilan kinerja suatu perusahaan salah satunya ditentukan oleh hasil

kinerja karyawan yang baik, dan kinerja karyawan yang baik tercipta

dengan melakukan pengelolaan sumber daya manusia yang baik dan

profesional. Kinerja yang baik adalah kinerja yang optimal, yaitu kinerja

yang sesuai dengan standar organisasi dan mendukung tercapainya tujuan

organisasi. Organisasi yang baik adalah organisasi yang berusaha

meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya, karena hal tersebut

merupakan faktor kunci untuk meningkatkan kinerja karyawan.

Peningkatan kinerja karyawan akan membawa kemajuan bagi perusahaan

untuk dapat bertahan dalam suatu persaingan bisnis yang semakin sengit.

Oleh karena itu upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan

merupakan tantangan manajemen yang paling serius karena keberhasilan

untuk mencapai tujuan suatu perusahaan bergantung pada kualitas kinerja

sumber daya manusia yang ada didalamnya.

4

Menurut Ningrum, et al (2013) salah satu yang mempengaruhi

kinerja karyawan yaitu pelatihan kerja. Ketika pendidikan formal masih

belum memadai untuk mencapai kemampuan yang professional, untuk itu

kemampuan sumber daya manusia harus diberdayakan salah satunya

melalui pelatihan. Dengan adanya pelatihan diharapkan kemampuan

karyawan dapat memberikan dampak terhadap peningkatan kinerja

karyawan sehingga mendukung pelaksanaan tugas secara efektif, efisien,

dan profesional. Seringkali pada karyawan baru bahwa kemampuan dan

ketrampilan yang mereka miliki belum sesuai dengan yang diharapkan

sehingga biasanya diadakan progam pelatihan. Namun pelatihan tidak

hanya dilakukan pada karyawan baru saja, karyawan lama pun

kemampuan dan keahliannya perlu di-upgrade untuk memberikan

penyegaran serta menyesuaikan tututan pekerjaan yang berubah.

Menurut Nadler dalam Notoatmodjo (2003: 103) pelatihan adalah

suatu kegiatan pelatihan para tenaga kerja untuk meningkatkan

kemampuan-kemampuan pengelolaan program-program dan teknis

fungsional program-program yang bersangkutan. Pelatihan tersebut

bersifat peningkatan kemampuan tugas di bidangnya masing-masing.

Selain itu menurut Rachmawati (2008: 101) pelatihan merupakan wadah

lingkungan bagi karyawan, dimana mereka memperoleh atau mempelajari

sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan, dan perilaku spesifik yang

berkaitan dengan pekerjaan. Pelatihan mempunyai kegunaan pada karir

jangka panjang karyawan yaitu untuk membantu menghadapi

5

tanggungjawab yang lebih besar di waktu yang akan datang. Idealnya,

pelatihan dilakukan secara berkelanjutan dan disusun secara spesifik

sesuai kebutuhan. Studi yang dilakukan Tall, et al dalam Soedjipto (2002:

157) menghasilkan kesimpulan bahwa dengan mengkombinaskan berbagai

macam faktor seperti teknik pelatihan yang benar, persiapan, dan

perencanaan yang matang, serta komitmen terhadap esensi pelatihan,

perusahaan dapat mencapai a greater competitive advantage di dalam

pasar yang sangat ketat.

Penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh variabel pelatihan

terhadap kinerja karyawan diantaranya penelitian yang dilakukan oleh

Suryoadi, et al (2012) dan Endayani, et al (2015) yang penelitiannya

menunjukkan bahwa pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan. Artinya ketika pelatihan meningkat maka kinerja

karyawan juga akan mengalami peningkatan. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Silvia (2013) menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa pelatihan tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja karyawan. Artinya, adanya pelatihan tidak

merubah kinerja karyawan tersebut atau tetap.

Selain melalui pelatihan, peningkatan kualitas sumber daya

manusia untuk mencapai suatu kinerja karyawan yang baik dapat

dipengaruhi melalui faktor motivasi kerja. Menurut Sutrischastini (2015)

bila seseorang termotivasi maka ia akan berupaya sekuat tenaga untuk

mencapai tujuan, namun belum tentu upaya yang tinggi akan

6

menghasilkan kinerja yang tinggi. Dalam hal ini direktur/pemimpin harus

selalu memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi bawahan dalam

menyelesaikan pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi. Sofyandi, et al

(2007) mendefinisikan motivasi sebagai suatu dorongan untuk

meningkatkan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi, dalam

batasan-batasan kemampuan untuk memberikan kepuasan atau kebutuhan

seseorang.

Untuk mendorong karyawan agar dapat berprestasi dan dapat

bekerja sesuai dengan apa yang diinginkan oleh perusahaan, maka setiap

karyawan harus memiliki motivasi dan loyalitas yang tinggi terhadap

perusahaan di tempat mereka bekerja sehingga dapat memberikan

kontribusi positifnya dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan. Akan

tetapi semua itu tidak akan tercapai tanpa adanya dukungan pihak

perusahaan dan terutama pemimpin perusahaan.

Armstrong (1988: 105) mengemukakan bahwa memotivasi

sumber daya manusia dapat mendorong prestasi kerja yang tinggi dan

dapat mendorong karyawan untuk berusaha sebaik-baiknya kepentingan

perusahaan dan kepentingan karyawan itu sendiri. Hal ini karyawan dapat

bekerja secara lebih giat dan lebih baik sehingga dapat meningkatkan

prestasi kerjanya sehingga dapat meningkatkan kinerjanya.

Penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh variabel motivasi

terhadap kinerja karyawan diantaranya penelitian yang dilakukan oleh

Reza (2010), Kurnia (2014), Amri (2015) yang penelitiannya

7

menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan. Artinya ketika motivasi meningkat maka kinerja

karyawan juga akan mengalami peningkatan. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Rofiq (2014) menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan hasil yang negatif terhadap kinerja

karyawan. Artinya ketika motivasi meningkat, maka kinerja karyawan

mengalami penurunan.

Menurut Sobry (2014) untuk mencapai kinerja karyawan yang

maksimal, penggunaan kepemimpinan yang tepat dari atasan, merupakan

salah satu faktor yang menggerakkan, mengarahkan, membimbing dan

memotivasi karyawan untuk lebih berprestasi dalam bekerja. Pemimpin

dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan

kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi.

Mulyadi, et al (2009) memaparkan bahwa pemimpin dalam

kepemimpinannya perlu memikirkan dan memperlihatkan gaya

kepemimpinan yang akan diterapkan kepada pegawainya. Menurut

Suranta (2002) gaya kepemimpinan merupakan suatu norma perilaku yang

digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba

mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan atasan dapat

mempengaruhi kesuksesan pegawai dalam berprestasi. Dengan kata

lain gaya kepemimpinan atasan dapat berpengaruh pada kinerja

pegawai dalam suatu organisasi. Menurut Herujito (2001: 188) dalam

penerapannya, gaya kepemimpinan harus disesuaikan dengan situasi yang

8

dihadapi. Sobry (2014) juga mengungkapkan bahwa sukses tidaknya

organisasi tergantung dari kemampuan pemimpin dalam menggerakkan

seluruh anggota organisasi untuk mencapai tujuan.

Pemimpin hadir untuk menggerakkan para pengikut agar mereka

mau mengikuti atau menjalankan apa yang diperintahkan ataun

dikehendaki pemimpin. Hubungan antara pemimpin dengan orang-orang

yang dipimpinnya bersifat pembimbingan, pemberian arah, pemberian

perintah, pemberian motivasi dan pemberian teladan untuk mempengaruhi

orang-orang yang dipimpinnya. Keberhasilan seorang pemimpin sangat

tergantung dari kempuannya untuk membangun orang-orang di sekitarnya,

karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi

sumber daya manusia dalam organisasi tersebut.

Penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh variabel gaya

kepemimpinan terhadap kinerja karyawan diantaranya Roscahyo (2013),

Sukandi (2016), Kurniawan (2015) yang hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan. Artinya ketika gaya kepemimpinan

meningkat maka kinerja karyawan juga akan mengalami peningkatan.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2015) menunjukkan

hasil yang berbeda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil yang

negatif terhadap kinerja karyawan. Artinya ketika gaya kepemimpinan

meningkat, maka kinerja karyawan mengalami penurunan.

9

Peran yang sangat penting dalam mewujudkan kinerja karyawan

adalah pada dirinya sendiri. Bagaimana karyawan tersebut memiliki

semangat etos kerja yang tinggi untuk memberikan pengaruh yang positif

pada lingkungannya. Menurut Ali, et al dalam Desky (2014) sejak awal

masa Islam, khususnya umat muslim telah menawarkan pandangan pada

pekerjaan dan telah merumuskan secara jelas mengenai konsep etos kerja.

Dimana konsep etos kerja yang dimaksud adalah etos kerja Islami (Islamic

work ethics) yang berlandaskan dari Al Qur‟an dan ucapan-ucapan serta

contoh dari Nabi Muhammad SAW. Adapun pengertian etos kerja Islami

menurut Asifudin dalam Desky (2014) adalah karakter dan kebiasaan

manusia berkenaan dengan kerja, terpancar dari sistem

keimanan/aqidah Islam yang merupakan sikap hidup mendasar

terhadapnya. Karyawan yang memiliki etos kerja Islami dalam

pekerjaannya mampu meningkatkan komitmen organisasional mereka.

Selain mampu meningkatkan komitmen organisasional, karyawan yang

memiliki etos kerja Islami di dalam tempat mereka bekerja maka

kinerja karyawan tersebut akan meningkat.

Penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh variabel etos kerja

Islam terhadap kinerja karyawan diantaranya penelitian yang dilakukan

oleh Fitrianto (2011), Zahra (2015), Desky (2014) yang hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa etos kerja Islam berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan. Artinya ketika etos kerja Islam

meningkat maka kinerja karyawan juga akan mengalami peningkatan.

10

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Shafisalam, et al (2016)

menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

hasil yang negatif terhadap kinerja karyawan. Artinya ketika etos kerja

Islam meningkat, maka kinerja karyawan mengalami penurunan.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas serta hasil

penelitian sebelumnya yang tidak konsisten, maka dipandang perlu untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pelatihan, Motivasi, Gaya

Kepemimpinan dan Etos Kerja Islam Terhadap Kinerja Karyawan pada

Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah Kantor Cabang Semarang”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan pada Bank

Tabungan Negara (BTN) Syariah KC Semarang ?

2. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan pada Bank

Tabungan Negara (BTN) Syariah KC Semarang ?

3. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan

pada Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah KC Semarang ?

4. Bagaimana pengaruh etos kerja Islam terhadap kinerja karyawan pada

Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah KC Semarang ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji dan menganalisis adakah pengaruh pelatihan terhadap

kinerja karyawan BTN syariah Kantor Cabang Semarang.

11

2. Untuk menguji dan menganalisis adakah pengaruh motivasi terhadap

kinerja karyawan BTN syariah Kantor Cabang Semarang.

3. Untuk menguji dan menganalisis adakah pengaruh gaya

kepemimpinan terhadap kinerja karyawan BTN syariah Kantor Cabang

Semarang.

4. Untuk menguji dan menganalisis adakah pengaruh etos kerja Islam

terhadap kinerja karyawan BTN syariah Kantor Cabang Semarang.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bidang

manjemen sumber daya manusia pada khususnya dan sebagai referensi

bila diadakan penelitian lebih lanjut khususnya pada pihak yang ingin

mempelajari mengenai pelatihan, motivasi, gaya kepemimpinan dan

etos kerja islam terhadap kinerja karyawan.

b. Kegunaan Praktis

Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Penulis, penelitian ini dilakukan untuk memenuhi syarat guna

memperoleh gelar sarjana ekonomi serta diharapkan mampu

menjadi acuan dalam menambah pengetahuan sebagai bekal agar

dapat menerapkan ilmu yg sudah didapatkan di perkuliahan dengan

praktik yg sesungguhnya.

12

2. Bagi lembaga, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan yang lebih baik bagi lembaga untuk meningkatkan kinerja

karyawannya di masa yang akan datang.

3. Bagi Institusi, penelitian ini merupakan referensi dan informasi

bagi mahasiswa , khususnya mahasiswa prodi perbankan syariah

sebagai jembatan untuk menjalin kerja sama dengan bank syariah.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang isi dan materi yang

dibahas dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan sistematika

penulisan yang mengacu pada pedoman penulisan skripsi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.

Bab I Pendahuluan. Bab ini membahas tentang pertama latar belakang

masalah yang berisi alasan penelitian ini perlu diteliti berupa data atau

fenomena empiris dari obyek yang akan diteliti, research gap, adanya

kesenjangan penelitian yang perlu diteliti dan alasan yang kuat bagi

peneliti untuk meneliti masalah yang diajukan. Kedua rumusan masalah

terdiri dari pernyataan masalah penelitian dan rumusan masalah penelitian.

Ketiga tujuan penelitian, keempat kegunaan penelitian dan kelima

sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori. Bab ini membahas tentang telaah pustaka yang

berisi penelitian yang terdaluhu yang mendukung penelitian ini, kerangka

teori yang digunakan yaitu berisi tentag teori dan konsep yang akan

digunakan untuk menganalisi dan mengambil kesimpulan, kerangka

13

penelitian yang berisi tentang telaah kritis untuk menghasilkan hipotesis

dan model penelitian yang akan diuji dalam bentuk gambar dan atau

persamaan, dan pengembangan hipotesis.

Bab III Metode Penelitian. Bab ini membahas jenis penelitian, lokasi

penelitian dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan

data, skala pengukuran, definisi konsep dan operasional, instrumen

penelitian, uji instrumen penelitian dan alat analisis.

Bab IV Analisis Data. Bab ini membahas tentang deskripsi obyek

penelitian yang berkaitan dengan penelitian, serta menguraikan hasil uji

analisis data dari data yang telah diperoleh, berupa uji asumsi klasik yang

meliputi uji multicollinearity, uji heteroscendasticity, uji normalitas, dan

uji linearitas. Juga dibahas uji statistik berupa uji regresi berganda, uji ttest,

uji Ftest dan uji koefisien determinasi yang menggambarkan pengaruh

variabel yang digunakan.

Bab V Penutup. Bab ini membahas mengenai kesimpulan, saran, bagian

akhir yang berisi tentang daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar

riwayat hidup penulis.

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka

Penelitian-penelitian yang meneliti tentang pengaruh variabel

pelatihan, motivasi, gaya kepemimpinan dan etos kerja Islam terhadap

kinerja karyawan telah dilakukan oleh peneliti terdahulu diantaranya :

Tabel 2.1

Research Gap

No Peneliti/

Judul

Variabel Hasil

Penelitian

Perbedaan

Penelitian

Research

Gap

Pelatihan

1 Yerri

Suryoadi,

et al/2012

Independen

- Pelatihan

(X1)

- Kepuasan

Kompen-

sasi (X2)

Dependen :

- Kinerja

Karyawan

(Y)

Pelatihan dan

kepuasan

kompensasi

berpengaruh

positif dan

signifikan

terhadap kinerja

karyawan

Untuk mengetahui

faktor yang

mempengaruhi

kinerja karyawan

tidak

menggunakan

variabel pelatihan,

kepuasan

kompensasi tetapi

menggunakan

variabel pelatihan,

motivasi, gaya

kepemimpinan

dan etos kerja

Islam

Terdapat

perbedaan

hasil

penelitian

pengaruh

pelatihan

terhadap

kinerja

karyawan

15

2 Fatmasari

Endayani

, et al/

2015

Dependen

- Pelatihan

Kerja (X)

Independen

- Kemampu

-an Kerja

(Y1)

- Kinerja

Karyawan

(Y2)

Pelatihan kerja

mempunyai

pengaruh yang

signifikan

terhadap

kemampuan

kerja dan kinerja

karyawan

Untuk mengetahui

faktor yang

mempengaruhi

kinerja karyawan

tidak

menggunakan

variabel pelatihan

saja tetapi

menggunakan

variabel pelatihan,

motivasi,gaya

kepemimpinan

dan etos kerja

Islam

3 Titin

Olga

Silvia/

2013

Dependen

- Pelatihan

(X1)

- Disiplin

(X2)

Independen

- Kinerja

Pegawai

(Y)

Pelatihan tidak

berpengaruh

secara

signifikan

terhadap kinerja

Untuk mengetahui

faktor yang

mempengaruhi

kinerja karyawan

tidak

menggunakan

variabel pelatihan

dan disiplin tetapi

menggunakan

variabel pelatihan,

motivasi,gaya

kepemimpinan

dan etos kerja

Islam. Selain itu

objek penelitian

juga berbeda.

16

Motivasi

1 Regina

Aditya

Reza/

2010

Independen

- Gaya

Kepemim-

pinan

(X1)

- Motivasi

(X2)

- Disiplin

Kerja

(X3)

Dependen

- Kinerja

Karyawan

(Y)

Gaya

kepemimpinan

berpengaruh

positif terhadap

kinerja

karyawan.

Motivasi

berpengaruh

positif terhadap

kinerja karyawan

dan disiplin kerja

berpengaruh

positif terhadap

kinerja

karyawan.

Untuk mengetahui

faktor yang

mempengaruhi

kinerja karyawan

tidak

menggunakan

variabel gaya

kepemimpinan

dan motivasi

tetapi

menggunakan

variabel pelatihan,

motivasi, gaya

kepemimpinan

dan etos kerja

Islam sedangkan

studi kasus pada

penelitian ini pada

karyawan di Bank

Syariah

Terdapat

perbedaan

hasil

penelitian

pengaruh

motivasi

terhadap

kinerja

karyawan

2 Armeini

Kurnia/

2014

Independen

- Motivasi

(X)

Dependen

- Kinerja

Karyawan

(Y)

Motivasi

berpengaruh

positif dan

signifikan

terhadap kinerja

karyawan

Untuk mengetahui

faktor yang

mempengaruhi

kinerja karyawan

tidak

menggunakan

variabel motivasi

tetapi

menggunakan

17

variabel pelatihan,

motivasi, gaya

kepemimpinan

dan etos kerja

Islam sedangkan

studi kasus pada

penelitian ini pada

karyawan di Bank

Syariah

3 Khaerul

Amri/

2015

Independen

- Kepemipi-

nan (X1)

- Motivasi

Kerja

(X2)

- Disiplin

Kerja

(X3)

- Pelatihan

Kerja

(X4)

Dependen

- Kinerja

Karyawan

(Y)

Secara parsial,

hanya pelatihan

yang

berpengaruh

positif dan

signifikan

terhadap kinerja

karyawan

Untuk mengetahui

faktor yang

mempengaruhi

kinerja karyawan

tidak

menggunakan

variabel

kepemimpinan,

motivasi kerja,

disiplin kerja

tetapi

menggunakan

variabel pelatihan,

motivasi, gaya

kepemimpinan

dan etos kerja

Islam sedangkan

studi kasus pada

penelitian ini pada

karyawan di Bank

Syariah

18

Gaya Kepemimpinan

1 Pipin

Sukandi,

et al/2016

Independen

- Gaya

Kepemim-

pinan (X)

Dependen

- Kinerja

Karyawan

(Y

Terdapat

pengaruh yang

sangat kuat

antara gaya

kepemimpinan

terhadap kinerja

karyawan

Untuk mengetahui

faktor yang

mempengaruhi

kinerja karyawan

tidak

menggunakan

variabel gaya

kepemimpinan

tetapi lebih

kompleks yaitu

menggunakan

variabel pelatihan,

motivasi, gaya

kepemimpinan

dan etos kerja

Islam dan studi

kasus pada

penelitian ini pada

karyawan di Bank

Syariah

Terdapat

perbedaan

hasil

penelitian

pengaruh

gaya

kepemim-

pinan

terhadap

kinerja

karyawan

2 Ridho

Kurnia

wan/

2015

Independen

- Gaya

Kepemim-

pinan

(X1)

- Profesio-

nalisme

(X2)

- Kepuasan

Terdapat

pengaruh yang

signifikan dari

gaya

kepemimpinan,

profesionalisme

dan kepuaan

kerja terhadap

kinerja karyawan

Untuk mengetahui

faktor yang

mempengaruhi

kinerja karyawan

tidak

menggunakan

variabel gaya

kepemimpinan,

profesionalisme,

19

Kerja

(X3)

Dependen

- Kinerja

Karyawan

(Y)

kepuasan kerja

tetapi

menggunakan

variabel pelatihan,

motivasi, gaya

kepemimpinan

dan etos kerja

Islam sedangkan

studi kasus pada

penelitian ini pada

karyawan di Bank

Syariah

3 Regina

Aditya

Reza/

2010

Independen

- Gaya

Kepemim-

pinan

(X1)

- Motivasi

(X2)

- Disiplin

Kerja

(X3)

Dependen

- Kinerja

Karyawan

(Y)

Gaya

kepemimpinan

berpengaruh

positif terhadap

kinerja

karyawan.

Motivasi

berpengaruh

positif terhadap

kinerja karyawan

dan disiplin kerja

berpengaruh

positif terhadap

kinerja karyawan

Untuk mengetahui

faktor yang

mempengaruhi

kinerja karyawan

tidak

menggunakan

variabel gaya

kepemimpinan,

motivasi, disiplin

kerja tetapi

menggunakan

variabel pelatihan,

motivasi, gaya

kepemimpinan

dan etos kerja

Islam sedangkan

studi kasus pada

penelitian ini pada

karyawan di Bank

20

Syariah

4 Eko

Yudhi

Setiawan/

2015

Independen

- Gaya

Kepemim-

pinan

Transfor-

masional

(X1)

- Gaya

Kepemim-

pinan

Transaksi

onal (X2)

Dependen

- Kinerja

Karyawan

(Y)

Gaya

kepemimpinan

transformasional

dan gaya

kepemimpinan

transaksional

secara simultan

berpengaruh

tidak signifikan

terhadap kinerja

karyawan

Untuk mengetahui

faktor yang

mempengaruhi

kinerja karyawan

tidak

menggunakan

variabel gaya

kepemimpinan,

transformasional

dan gaya

kepemimpinan

transaksional

tetapi

menggunakan

variabel pelatihan,

motivasi, gaya

kepemimpinan

dan etos kerja

Islam sedangkan

studi kasus pada

penelitian ini pada

karyawan di Bank

Syariah

Etos Kerja Islam

1 Fajar

Rian

Fitrianto/

2011

Independen

- Etos Kerja

Islam (X)

Dependen

- Kinerja

Etos kerja Islam

berpengaruh

signifikan

terhadap kinerja

karyawan

untuk mengetahui

faktor yang

mempengaruhi

kinerja karyawan

tidak

Terdapat

perbedaan

hasil

penelitian

pengaruh

21

Karyawan

(Y)

menggunakan

variabel etos kerja

islam tetapi lebih

kompleks yaitu

menggunakan

variabel pelatihan,

motivasi, gaya

kepemimpinan

dan etos kerja

Islam sedangkan

studi kasus pada

penelitian ini pada

karyawan di Bank

Syariah

etos kerja

Islam

terhadap

kinerja

karyawan

2 Annidjat

uz Zahra/

2015

Independen

- Etos Kerja

Islami (X)

Dependen

- Kinerja

Karyawan

(Y)

Etos kerja islami

berpengaruh

signifikan

terhadap kinerja

karyawan

Untuk mengetahui

faktor yang

mempengaruhi

kinerja karyawan

tidak

menggunakan

variabel etos kerja

islam tetapi lebih

kompleks yaitu

menggunakan

variabel pelatihan,

motivasi, gaya

kepemimpinan

dan etos kerja

Islam sedangkan

studi kasus pada

penelitian ini pada

22

karyawan di Bank

Syariah

3 Alfa

Shafissal

am, et al/

2016

Independen

- Etos Kerja

Islami (X)

Dependen

- Kinerja

Karyawan

(Y)

Etos kerja Islam

tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap kinerja

pegawai

Untuk mengetahui

faktor yang

mempengaruhi

kinerja karyawan

tidak

menggunakan

variabel etos kerja

islam tetapi lebih

kompleks yaitu

menggunakan

variabel pelatihan,

motivasi, gaya

kepemimpinan

dan etos kerja

Islam sedangkan

studi kasus pada

penelitian ini pada

karyawan di Bank

Syariah

Pada penelitian ini, penulis lebih berfokus untuk mengetahui

apakah pelatihan, motivasi, gaya kepemimpinan dan etos kerja Islam

berpengaruh terhadap kinerja karyawan di BTN Syariah Cabang

Semarang.

23

B. Kerangka Teori

a. Perilaku Organisasi

1. Pengertian Perilaku Organisasi

Menurut Luthan (2006: 20) perilaku organisasi dapat

didefinisikan sebagai pemahaman, prediksi dan manajemen

perilaku manusia dalam organisasi. Menurut Davis, et al (1985: 5)

perilaku organisasi adalah telaah dan penerapan pengetahuan

tentang bagaimana orang-orang bertindak di dalam organisasi.

Perilaku organisasi menurut Wahjono (2010: 6) merupakan bidang

studi yang mencakup teori, metode dan prinsip dari berbagai

disiplin ilmu guna mempelajari persepsi individu, nilai-nilai,

kapasitas pembelajar individu, dan tindakan-tindakan saat bekerja

dalam kelompok dan dalam organisasi secara keseluruhan,

menganalisis akibat lingkungan eksternal terhadap organisasi dan

sumber dayanya, misi, sasaran dan strateginya. Sedangkan menurut

Thohah dalam Herlambang (2014: 4) perilaku organisasi adalah

suatu bidang terapan dari suatu ilmu. Ilmu ini berusaha mencari

penggunaan ilmu tingkah laku dalam rangka mencapai hasil-hasil

yang diinginkan.

2. Unsur-Unsur Perilaku Organisasi

Menurut Dharma dalam Sulaiman (2016: 27) unsur-unsur

perilaku organisasi adalah sebagai berikut :

24

a. Orang-orang

Membentuk sistem sosial intern organisasi, mereka terdiri dari

orang-orang dan kelompok, baik kelompok besar maupun

kelompok kecil, selain itu ada kelompok yang lebih resmi dan

formal.

b. Struktur

Menentukan hubungan resmi orang-orang dalam organisasi.

Berbagai pekerjaan yang berbeda diperlukan untuk melakukan

semua aktivitas organisasi, ada manajer dan pegawai.

c. Teknologi

Menyediakan sumber daya yang digunakan orang-orang untuk

bekerja dan sumber daya itu mempengaruhi tugas yang mereka

dapat menghasilkan banyak hal dengan tangan kosong. Jadi,

mereka mendirikan bangunan, merancang, mesin mencipatakan

proses kerja dan merakit sumber daya.

d. Lingkungan

Semua organisasi beroperasi didalam lingkungan luar,

organisasi tidak berdiri sendiri. Ia merupakan bagian dari

sistem yang lebih besar yang banyak memuat unsur lain, seperti

pemerintah, keluarga dan organisasi lainnya. Semua unsur ini

saling mempengaruhi dalam suatu sistem yang rumit yang

menjadi corak hidup sekelompok orang.

25

b. Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Menurut Mangkunegara (2001: 67) istilah kinerja berasal

dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja

atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).

Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas

dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya. Menurut Aguinis dalam Fattah (2014: 13)

kinerja adalah tentang perilaku atau apa yang dilakukan oleh

karyawan, bukan tentang apa yang diproduksi atau yang dihasilkan

dari pekerjaan mereka. Menurut Ainsworth, et al dalam Fattah

(2014: 12) menjelaskan bahwa kinerja berarti suatu hasil akhir.

Kinerja adalah titik akhir orang, sumber daya, dan lingkungan

tertentu yang dikumpulkan bersaam-sama dengan maksud untuk

menghasilkan hal-hal tertentu, apakah produk yang kasat mata atau

jasa yang kurang terlihat langsung.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja (Prestasi Kerja)

Menurut Mangkunegara (2001: 67) faktor yang

mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan

(ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan

pendapat Keith Davis dalam Mangkunegara (2001: 67) yang

merumuskan bahwa :

26

1) Human Performance = Ability + Motivation

2) Motivation = Atitude + Situation

3) Ability = Knowledge + Skill

a. Faktor Kemampuan

Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri

dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality

(knowledge + skill). Artinya, pegawai yang memiliki IQ di atas

rata-rata (IQ 110 - 120) dengan pendidikan yang memadai

untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan

sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang

diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada

pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

b. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai

dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi

merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang

terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).

3. Pengukuran Kinerja

Menurut Wibowo (2007: 229) pengukuran terhadap kinerja

perlu dilakukan untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan

kinerja terdapat deviasi dari rencana yang telah ditentukan, atau

apakah kinerja yang dilakukan sesuai jadwal waktu yang

27

ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan

yang diharapkan.

Untuk melakukan pengukuran kinerja, diperlukan

kemampuan untuk mengukur kinerja sehingga diperlukan adanya

ukuran kinerja. Pengukuran kinerja hanya dapat dilakukan terhadap

kinerja yang nyata dan terukur. Kreitner, et al dalam Wibowo

(2007: 230) orang yang melakukan pengukuran kinerja perlu

memenuhi persyaratan di antaranya sebagai berikut :

1) Dalam posisi mengamati perilaku dan kinerja yang menjadi

kepentingan individu.

2) Mampu memahami tentang dimensi atau gambaran kinerja.

3) Mempunyai pemahaman tentang format skala dan

instrumennya.

4) Harus termotivasi untuk melakukan pekerjaan rating secara

dasar.

Menurut Wibowo (2007: 230) pengukuran kinerja yang

tepat dapat dilakukan dengan cara :

1) Memastikan bahwa persyaratan yang diinginkan pelanggan

telah terpenuhi.

2) Mengusahakan standar kinerja untuk menciptakan

perbandingan.

3) Mengusahakan jarak bagi orang untuk memonitor tingkat

kinerja.

28

4) Menetapkan arti penting masalah kualitas dan menetukan apa

yang perlu prioritas perhatian.

5) Menghindari konsekuensi dari rendahnya kualitas.

6) Mempertimbangkan penggunaan sumber daya.

7) Mengusahakan umpan balik untuk mendorong usaha

perbaikan.

4. Indikator Kinerja

Menurut Hersey, et al dalam Wibowo (2001: 102) terdapat

tujuh indikator kinerja antara lain :

1) Tujuan. Tujuan merupakan keadaan yang berbeda yang secara

aktif dicari oleh seorang individu atau organisasi untuk dicapai.

Tujuan juga merupakan suatu keadaan yang ingin dicapai di

masa yang akan datang. Untuk mencapai tujuan, diperlukan

kinerja individu, kelompok dan organisasi. Kinerja individu

maupun organisasi berhasil apabila dapat mencapai tujuan yang

diinginkan.

2) Standar. Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang

diinginkan dapat dicapai. Tanpa standar, tidak dapat diketahui

kapan suatu tujuan tercapai. Kinerja seseorang dikatakan

berhasil apabila mampu mencapai standar yang ditentukan atau

disepakati bersama antara atasan dan bawahan.

3) Umpan Balik. Umpan balik merupakan masukan yang

dipergunakan untuk mengukur kemajuan kinerja, standar

29

kinerja dan pencapaian tujuan. Dengan umpan balik dilakukan

evaluasi terhadap kinerja dan sebagai hasilnya dapat dilakukan

perbaikan kinerja.

4) Alat atau Sarana. Alat atau sarana merupakan sumber daya

yang dapat dipergunakan untuk membantu menyelesaikan

tujuan dengan sukses. Alat atau sarana merupakan faktor

penunjang untuk pencapaian tujuan. Tanpa alat atau sarana,

tugas pekerjaan spesifik tidak dapat dilakukan dan tujuan tidak

dapat diselesaikan sebagaimana seharusnya. Tanpa alat tidak

mungkin dapat melakukan pekerjaan.

5) Kompetensi. Kompetensi merupakan persyaratan utama dalam

kinerja. Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang untuk menjalankan pekerjaan yang diberikan

kepadanya dengan baik. Kompetensi memungkinkan seseorang

mewujudkan tugas yang berkaitan dengan pekerjaan yang

diperlukan untuk mencapai tujuan.

6) Motif. Motif merupakan alasan atau pendorong bagi seseorang

untuk melakukan sesuatu. Manajer memfasilitasi motivasi

kepada karyawan dengan insentif berupa uang, memberikan

pengakuan, menetapkan tujuan menantang, menetapkan standar

terjangkau, meminta umpan balik, memberikan kebebasan

melakukan pekerjaan termasuk waktu melakukan pekerjaan,

30

menyediakan sumber daya yang diperlukan dan menghapuskan

tindakan yang mengakibatkan disinsentif.

7) Peluang. Pekerja perlu mendapatkan kesempatan untuk

menunjukkan prestasi kerjanya. Terdapat dua faktor yang

menyumbangkan pada adanya kekurangan kesempatan untuk

berprestasi, yaitu ketersediaan waktu dan kemampuan untuk

memenuhi syarat.

Menurut Bernadin dalam Rojikin (2015) indikator untuk

mengukur kinerja karyawan secara individu ada enam yaitu:

1) Kualitas

Merupakan tingkat di mana hasil aktivitas yang di kehendaki

mendekati sempurna dalam arti menyesuaikan beberapa cara

ideal dari penampilan aktivitas, maupun memenuhi tujuan-

tujuan yang di harapkan dari suatu aktivitas, kualitas kerja

diukur dari presepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang

di hasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan

dan kemampuan karyawan.

2) Kuantitas

Merupakan jumlah yang di hasilkan dinyatakan istilah seperti

jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang di selesaikan. Kualtias

yang diukur dari presepsi pegawai terhadap jumlah aktivitas

yang di tugaskan beserta hasilnya.

31

3) Ketepatan waktu

Merupakan tingkat aktivitas di selesaikan pada awal waktu

yang dinyatakan, di lihat dari sudut koordinasi dengan hasil

output sertamemaksimalkan waktu yang tersedia untuk

akitivtas lain. Ketepatan waktu diukur dari presepsi karyawan

terhadap suatu aktivitas yang di selesaikan di awal waktu

sampai menjadi output.

4) Efektivitas

Efektivitas kerja dalam presepsi pegawai dalam menilai

pemanfaatan waktu dalam menjalankan tugas, efektifitas

penyelesaian tugas yang di bebankan organisasi.

5) Kemandirian

Merupakan tingkat seorang karyawan dapat menjalankan

fungsi kerjanya tanpa meminta bantuan, bimbingan dari orang

lain atau pengawas. Kemandirian dapat di ukur dari persepsi

karyawan terhadap tugas dalam melakukan fungsi kerjanya

masung-masing karyawan sesuai dengan tanggung jawab

pegawai itu sendiri.

6) Komitmen kerja

Merupakan tingkat di mana karyawan mempunyai komitmen

kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap

kantor. Pengukuran dengan menggunakan persepsi karyawan

32

dalam membina hubungan instansi serta tanggung jawab dan

loyalitas karyawan.

5. Penilaian Kinerja

Menurut Hariandja (2002: 195) penilaian unjuk kerja

merupakan suatu proses organisasi dalam menilai unjuk kerja

pegawainya. Tujuan dilakukannya penilaian unjuk kerja secara

umum adalah untuk memberikan feedback kepada pegawai dalam

upaya memperbaiki tampilan kerjanya dan upaya meningkatkan

produktivitas organisasi dan secara khusus dilakukan dalam

kaitannya dengan berbagai kebijaksanaan terhadap pegawai seperti

untuk tujuan promosi, kenaikan gaji, pendidikan dan latihan, dan

lain-lain.

Menurut Werther, et al dalam Hariandja (2002: 195) arti

pentingnya penilaian unjuk kerja secara lebih rinci dikemukakan

sebagai berikut :

1) Perbaikan unjuk kerja memberikan kesempatan kepada

karyawan untuk meningkatkan kinerja melalui feedback yang

diberikan oleh organisasi.

2) Penyesuaian gaji dapat dipakai sebagai informasi untuk

mengkompensasi pegawai secara layak sehingga dapat

memotivasi mereka.

3) Keputusan untuk penempatan, yaitu dapat dilakukannya

penempatan pegawai sesuai dengan kehaliannya.

33

4) Pelatihan dan pengembangan, yaitu melalui penilaian kinerja

akan diketahui kelemahan-kelemahan dari pegawai sehingga

dapat dilakukan progam pelatihan dan pengembangn yang lebih

efektif.

5) Perencanan karier, yaitu organisasi dapat memberikan bantuan

perencanaan karier bagi pegawai dan menyelaraskannya dengan

kepentingan organisasi.

6) Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dalam proses

penempatan, yaitu unjuk kerja yang tidak baik menunjukkan

adanya kelemahan dalam penempatan sehingga dapat dilakukan

perbaikan.

7) Dapat mengidentifikasi adanya kekurangan dalam desain

pekerjaan, yaitu kekurangan kinerja akan menunjukkan adanya

kekurangan dalam perancangan jabatan.

8) Meningkatakan adanya perlakukan kesempatan yang sama pada

pegawai, yaitu dengan dilakukannya penilaian yang obyektif

berarti meningkatkan perlakukan yang adil bagi pegawai.

9) Dapat membantu pegawai dalam mengatasi masalah yang

bersifat eksternal, yaitu dengan penilaian unjuk kerja atasan

akan mengetahui apa yang akan menyebabkan terjadinya unjuk

kerja yang jelek, sehingga atasan dapat membantu

menyelesaikannya.

34

10) Umpan balik pada pelaksana fungsi manajemen suber daya

manusia, yaitu dengan diketahuinya unjuk kerja pegawai secara

keseluruhan, ini akan menjadi informasi sejauh mana fungsi

sumber daya manusia berjalan dengan baik atau tidak.

c. Pelatihan

1. Pengertian Pelatihan

Menurut Bernandian dalam Gomes (2003: 197) pelatihan

adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada

suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggungjawabnya,

atau sarana pekerjaan yang kaitannya dengan pekerjaannya.

Berdasarkan pendapat Andrew E Sikula dalam Mangkunegara

(2001: 44) dapat dikemukakan pelatihan adalah suatu proses

pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur

sistematis dan terorganisir di mana pegawai non-managerial

mempelajari pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam tujuan

terbatas.

Menurut Rachmawati (2008: 110) pelatihan merupakan

wadah lingkungan bagi karyawan, di mana mereka memperoleh

atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan dan

perilaku spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan. Menurut

Susanto (2011: 94) pelatihan adalah sebuah pendekatan personal

35

untuk membantu karyawan membangun keahlian, sebuah metode

yang memperkuat komunikasi abtara organisasi dengan karyawan.

2. Konsep Tentang Pelatihan Kerja

Menurut Barthos (1999: 94) ada beberapa konsep yang

mendukung sistem kerja antara lain :

1) Pandangan Edwin B. Flippo

Konsep Flippo lebih dekat dengan manajemen personalia. Di

dalam konsepnya oleh Flippo dikemukakan tentang :

i. Pengembangan individu

ii. Pelatihan operasional

iii. Pengembangan manajemen

iv. Kebutuhan manajer dan program pengembangan

Konsep Flippo tersebut untuk para eksekutif, namun dapat dipakai

dalam program-program pelatihan di mana saja. Hal yang menarik

dalam konsep Flippo ialah adanya 4 (empat) metode dasar yang

digunakan yaitu :

i. Pelatihan di Tempat Kerja (On The Job Training)

Pelatihan di tempat kerja dapat dipelajari dalam jangka waktu

relative singkat. Metode ini adalah metode yang paling banyak

digunakan karena mempunyai kelebihan ndalam memberi

motivasi kepada peserta pelatihan.keberhasilan pelatihan di

tempat kerja ini tergantung instruktur dalam menjelaskan

36

seperangkat prosedur untuk melaksanakan tugas tertentu yang

dikembangkan dari pengalaman dan penelitian.

ii. Sekolah Vestibule

Merupakan sekolah yang dibentuk untuk mengatasi masalah

pelatihan di tempat kerja untuk kebutuhan fungsional khusus

untuk para eksekutif di bidang personel management dalam

mengembangkan fungsi staf dari mulai pengembangan lini

sampai proses produksi tertentu.

iii. Magang (Apprenticeship)

Program magang dirancang untuk ketrampilan yang lebih

tinggi yang mengutamakan pengetahuan dalam melaksanakan

suatu ketrampilan atau serangkaian pekerjaan yang

berhubungan.

iv. Kursus-Kursus

2) Pandangan Andrew F. Sikula

Konsep Sikula menggambarkan tentang pelatihan dan

pengembangan yang ditinjau dari segi personel administration.

Pandangannya lebih menitikberatkan pada proses dan pembagian

dalam pelatihan dan pengembangan. Di dalam metode pelatihan

Sikula memakai beberapa cara sebagai berikut :

i. On the Job Training (OJT)

ii. Sekolah vestibule

iii. Demonstrasi dan percontohan

37

iv. Simulasi

v. Pemagangan (apprenticeship)

vi. Pelajaran di kelas (lecturer, cenfrence,studi kasus, permainan,

program instruksi)

vii. Metode pelatihan lainnya

Ternyata Flippo dan Sikula lebih banyak menganut

penggunaan OJT dan apprenticeshipdalam pelatihan di bidang

management personalia yang dapat diterapkan pada bidang-

bidang lainnya.

3. Arti Penting Pelatihan

Menurut Hariandja (2002: 168) terdapat beberapa alasan

diadakannya pelatihan, diantaranya sebagai berikut :

1) Pegawai yang baru direkrut sering kali belum memahami

secara benar bagaimana melakukan pekerjaan.

2) Perubahan-perubahan dalam lingkungan kerja dan tenaga kerja.

Perubahan-perubahan tersebut meliputi perubahan-perubahan

dalam teknologi seperti munculnya teknologi baru, dimana

perusahaan secara proaktif harus menyesuaikan ketrampilan

pegawainya untuk dapat menggunakan teknologi tersebut untuk

menghindari keusangan pegawai. Perubahan dalam tenaga

kerja seperti semakin beragamnya tenaga kerja yang memiliki

latar belakang keahlian, nilai, dan sikap yang berbeda yang

38

memerlukan pelatihan untuk menyamakan sikap dan perilaku

mereka terhadap pekerjaan.

3) Meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki

produktivitas. Daya saing perusahaan tidak hanya

mengandalkan aset berupa modal yang dimiliki sebab modal

bukan lagi kekuatan daya saing yang langgeng, dan sumber

daya manusia merupakan elemen yang paling penting untuk

meningkatkan daya saing sebab sumber daya manusia

merupakan aspek penentu utama daya saing yang langgeng.

Selanjutnya, dengan meningkatnya kemampuan seseorang,

dengan asumsi faktor lain seperti gaji dan lingkungan kerja

berada dalam kondisi yang baik, kemampuan akan dapat

meningkatkan produktivitas pegawai.

4) Menyesuaikan dengan peraturan-peraturan yang ada, misalnya

standar pelaksanaan pekerjaan yang di keluarkan oleh asosiasi

industri dan pemerintah, untuk menjaaminkualitas produksi

atau keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Kunci Keberhasilan Program Pelatihan

Menurut Wibowo (2010: 445) terdapat dua kunci

keberhasilan untuk mengembangkan program pelatihan dalam

organisasi, yaitu :

39

1) Perencanaan dan Strategi Pelatihan

Menurut Mallow dalam Wibowo (2010: 445)

merencanakan dan mengatur strategi pelatihan menyangkut

empat langkah, diantaranya :

a) Needs Assessment (Penilaian Kebutuhan)

Penilaian kebutuhan pelatihan mempertimbangkan

mengapa aktivitas secara khusus diperlukan dan

menempatkan pelatihan dalam konteks organisasi yang

sesuai. Penilaian kebutuhan dilakukan dalam tiga tingkat

analisis, yaitu organisasional, tugas dan individu.

Pada tingkat organisasional, pelatihan

dipertimbangkan dalam konteks budaya organisasi, politik,

struktur dan strategi. Analisis ini mempertimbangkan

bagaimana pelatihan akan membantu organisasi memenuhi

sasarannya dan bagaimana pelatihan mempengaruhi

dinamika tempat pekerjaan dan di antara unit kerja sehari-

hari. Juga dipertimbangkan biaya pelatihan relatif terhadap

manfaat yang diharapkan dan biaya jida tidak jadi

melakukan pelatihan.

Penilaian pada tingkat tugas melihat tugas dan

tanggung jawab spesifik yang diberikan pada pekerjaan

yang berbeda dan tipe ketrampilan dan pengetahuan yang

diperlukan untuk mengerjakan masing-masing tugas.

40

Tingkat ini juga mempertimbangkan apakah pembelajaran

dapat atau harus dilakukan di tempat pekerjaan atau di luar

tempat pekerjaan, implikasi dari kesalahan dan bagaimana

pekerjaan dapat dirancang memberikan pekerja dengan

umpan balik langsung pada kinerja.

Penilaian pada tingkat individual

mempertimbangkan orang yang harus dilatih. Untuk itu

diperlukan analisis tingkat pengetahuan dan ketrampilan

yang ada serta faktor yang berhubungan dengan gaya

pembelajaran, kepribadian, gaya interpersonal dalam

berinteraksi dengan orang lain dan setiap kebutuhan

individualyang harus dimiliki pekerja.

b) Objectives

Setelah penilaian kebutuhan pelatihan dilakukan,

sasaran untuk aktivitas pelatihan harus dikembangkan.

Sasaran ini harus mengikuti langsung dari penilaian

kebutuhan dan dideskripsikan dengan terminology spesifik

dan terukur.ukuran harus dinyatakan dalam bentuk perilaku

pekerja yang diharapkan dan hasil yang diharapkan dari

perilaku tersebut.

c) Design and Delivery (Merancang dan Menyelenggarakan)

Sebelum merancang dan menyelenggarakan

pelatihan, ada dua hal penting yang harus dipertimbangkan.

41

Pertama adalah gangguan. Gangguan terjadi ketika

pelatihan, pembelajaran atau kebiasaan bertindak dibentuk

sebagai hambatan proses pembelajaran. Apabila seseorang

telah mempunyai kebiasaan, maka akan sulit untuk

memodifikasi kebiasaan tersebut. Kedua adalah masalah

transfer. Transfer adalah sampai mana trainee atau learner

dapat mentransfer pembelajaran pada pekekerjaan

sebenarnya.

d) Evaluation (Evaluasi)

Kriteria evaluasi harus dinilai sebelum

penyelenggaraan pelatihan menyediakan dasar

perbandingan untuk penilaian stelah pelatihan.teknik

evaluasi yang tidak dikembangkan ketika sasaran

ditetapkan biasanya akan memberikan sedikit nilai bagi

organisasi. Keputusan tentang bagaimana mengevaluasi

pelatihan harus dilakukan pada waktu bersamaan dengan

ditetapkannya sasaran. Menurut Millo dalam Wibowo

(2010: 450) evaluasi dilakukan pada empat tingkatan, yaitu

:

1. Reaksi, pada tingkat ini evaluasi ingin mengukur

apakah peserta pelatihan meyukai program,pelatih dan

fasilitas pelatihan.apakah menurut meraka pelatihan

berguna dan perbaikan apa yang mereka usulkan.

42

2. Pembelajaran, pada tingkat ini dilakukan evaluasi

sejauh mana peserta pelatihan mempunyai ketrampilan

dan pengetahuan lebih tinggi dari sebelumnya.

3. Perilaku, pada tingkat ini mengevaluasi apakah peserta

pelatihan berperilaku berbeda di pekerjaan setelah

pelatihan.

4. Hasil, pada tingkat ini dilakukan evaluasi apakah

organisasi menjadi lebih baik kinerjanya karena

pelatihan.

2) Mengintegrasikan Pelatihan dengan Manajemen Kinerja

Faktor kunci kedua dalam strategi program pelatihan

adalah memastikan bahwa hasil yang diharapkan dari pelatihan.

Menunjukkan bahwa pekerja mampu menyelesaikan

pekerjaannya dan atas prestasinya tersebut selayaknya

mendapatkan imbalan.

Apabila pekerja memperluas usaha untuk belajar

ketrampilan dan pengetahuan baru dan diharapkan

melaksanakan pembelajaran dalam pekerjaan, mereka perlu

diberi insentif dan pengakuan atas kinerja apabila dicapai.

5. Metode Pelatihan

1) Metode-Metode Pelatihan On The Job Training

Menurut Werther, et al dalam Hariandja (2002: 186) ada

beberapa metode pelatihan on the job training, yaitu :

43

a. Job instruction training atau pelatihan intruksi jabatan

adalah pelatihan dimana ditentukan seseorang (biasanya

manajer atau supervisor) bertindak sebagai pelatih untuk

mengintruksikan bagaimana melakukan pekerjaan tertentu

dalam proses kerja. Metode ini bilamana dikaitkan secara

khusus dengan prisnsip-prinsip belajar diatas terlihat

dengan jelas memiliki partsisipasi yang tinggi, relevance,

repetition, transference, dan juga feedback.

b. Coaching adalah bentuk pelatihan dalam pengembangan

yang dilakukan di tempat kerja oleh atasan dan membibing

petugas melakukan pekerjaan secara informal dan biasanya

tidak terencana, misalnya bagaimana melakukan pekerjaan,

bagaimana memecahkan masalah. Dilihat dari prinsip-

prinsip belajar, metode ini mengaplikasikan prinsip belajar

partisipasi, relevance, repetition, transference, dan juga

feedback.

c. Job Rotation adalah program yang direncanakan secara

formal dengan cara menugaskan pegawai pada beberapa

pekerjaan yang berbeda dan dalam bagian yang berbeda

dengan organisasi untuk menambah pengetahuan mengenai

pekerjaan dalam organisasi. Ini biasanya dilakukan untuk

pengembangan pegawai untuk memahami aktivitas

organisasi yang lebih luas. Bilamana dilihat dari prinsip-

44

prinsip belajar, metode ini mengaplikasikan hamper semua

prinsip belajar kecuali feedback.

d. Apprenticeship adalah pelatihan yang mengkombinasikan

antara pelajaran di kelas dengan praktek di lapangan, yaitu

setelah sejumlah materi diberikan kepada peserta, peserta

dibawa praktek ke lapangan. Teknik ini juga

mengaplikasikan seluruh prinsip belajar seperti tersebut di

atas.

2) Metode-Metode Pelatihan Off The Job Training

Menurut Werther, et al dalam Hariandja (2002: 187) ada

beberapa metode pelatihan off the job training, yaitu :

a. Lecture atau kuliah adalah presentasi atau ceramah yang

diberikan oleh pelatih/pengajar kepada kelompok

pendengar,biasanya kelompok yang cukup besar. Disin

pola komunikasi yang terjadi umumnya satu arah. Pelajar

dapat menggunakan berbagai alat peraga, memberikan

kesempatan untuk bertanya atau berdiskusi, meskipun

tidak intensif. Metode ini biasanya di gunakan untuk

memberikan pengetahuan umu kepada peserta.

Selanjutnya, dilhat dari prinsip-prinsip belajar, metode ini

umumnya paling miskin menggunakan prinsip-prinsip

belajar.

45

b. Video presentation adalah presentasi atau pelajaran yang

disajikan melalui film, televisi, atau video tentang

pengetahuan atau bagaimana melakukan suatu pekerjaan.

Ini dilakukan bilamana jumlah peserta cukup banyak dan

masalah yang di jelaskan tidak begitu kompleks. Teknik

ini hamper sama dengan lecture, miskin dalam

penggunaan prinsip-prinsip belajar kecuali transference.

c. Vestibule training/simulation adalah latihan yang

diberikan di sebuah tempat yang khusus dirancang

menyerupai tempat kerja, yang dilengkapi dengar berbagai

peralatan seperti di tempat kerja. Teknik ini dapat

mencangkup semua prinsip belajar

d. Role playing adalah metode pelatihan yang dilakukan

dengan cara para peserta diberi peran tertentu untuk

bertindak dalan situasi khusus. Ini di maksudkan untuk

dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain misalnya

pelanggan, atasan, rekan sekerja, sehingga para peserta

dapat berinteraksi dengan baik dengan orang lain

e. Case study adalah study kasus yang dilakukan dengan

memberikan beberapa kasus tertentu, kemudian peserta

diminta memecahkan kasus tersebut melalui diskusi

kelompok belajar. Kasus-kasus yang di berikan sesuai

46

dengan situasi nyata pekerjaan akan menimbulkan

transference.

f. Self-studi adalah studi kasus yang dilakukan dengan

memberikan beberapa kasus tertentu, kemudian peserta

diminta memecahkan kasus tersebut melalui diskusi di

kelompok belajar. Kasus-kasus yang diberikan sesuai

dengan situasi nyata pekerjaan akan menimbulkan

transference.

g. Program learning adalah bentuk lain dari self-study,

yaitu mentiapkan seperangkat pertanyaan dan jawabannya

secara tertulis dalam buku, atau dalam sebuah program

komputer. Setelah membaca dan menjawab pertanyaan,

peserta memberikan feedback. Kemudian melalui

feedback dapat diketahui hasilnya.

h. Laboratory training adalah latihan untuk meningkatkan

kemmapuan hubungan antar pribadi, melalui sharing

pengalaman, perasaan, persepsi, dan perilaku di antara

beberapa peserta.

i. Action learning (belajar bertindak) adalah proses belajar

melalui kelompok kecil dalam memecahkan beberapa

persoalan dalam pekerjaan, yang dibantu oleh seorang

ahli, bisa dari dalam perusahaan atau dari luar

perusahaan.

47

Sedangkan metode pelatihan menurut Olaniyan dan

Lucas dalam Silvia (2013: 6) terbagi kepada 6 macam,yaitu:

a. On the Job Training, merupakan program pelatihan yang

dialami oleh seorang karyawan dari waktu kewaktu

selama berada didalam lokasi tempat dimana ia bekerja.

b. Induksi atau orientasi, merupakan metode dalam pelatihan

untuk memperkenalkan hal-hal yang berhubungan dengan

perusahaan kepada karyawan yang baru bergabung

diperusahaan tersebut.

c. Magang, yaitu metode pelatihan dimana seorang

karyawan yang kurang terampil belajar kepada orang

yang lebih terampil.

d. Demontrasi, merupakan metode yang mengajarkan suatu

keterampilan kepada karyawan berdasarkan contoh yang

jelas.

e. Vestibule atau ruang depan, yaitu metode yang

menempatkan karyawan pada bidang kerja lain namun

yang relevan agar karyawan tersebut memperoleh

keterampilan yang khusus.

f. Pelatihan Formal, yaitu sebuah proses pengajaran praktis

dan teoritis yang bisa dilakukan didalam maupun diluar

suatu organisasi.

48

6. Tujuan Pelatihan

Menurut Mangkunegara dalam Endayani, et al (2015: 2)

tujuan dari pelatihan antara lain :

a) Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi.

b) Meningkatkan produktivitas kerja.

c) Meningkatkan kualitas kerja.

d) Meningkatkan ketetapan perencanaan sumber daya manusia.

e) Meningkatkan moral semangat kerja.

f) Meningkatkan rangsangan agar karyawan mampu berprestasi

secara maksimal.

g) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

h) Menghindari keusangan.

i) Meningkatkan perkembangan pribadi karyawan.

7. Indikator Pelatihan

Menurut Siagian dalam Puspitasari (2014) untuk mengukur

variabel pelatihan digunakan indikator sebagai berikut :

1) Pengetahuan.

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa

Inggris yaitu knowledge. Pengetahuan itu adalah semua milik

atau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan merupakan

hasil proses dari usaha manusia. Dalam kamus filsafat,

dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses

kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari

49

kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui

(subjek) memilliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya

sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu

menyusun yang diketehui pada dirinya sendiri dalam kesatuan

aktif. Sehingga dengan adanya pengetahuan yang cukup akan

membantu pekerjaan yang dilakukan cepat selesai dan dengan

hasil yang baik.

2) Kemampuan Berpikir.

Kemampaun berpikir merupakan kegiatan penalaran yang

reflektif, kritis dan kreatif yang berorientasi pada suatu proses

intelektual yang melibatkan pembentukan konsep

(conceptualizing), aplikasi, analisis, menilai informasi yang

terkumpul (sintesis) atau dihasilkan melalui pengamatan,

pengalaman, refleksi, komunikasi sebagai landasan kepada

suatu keyakinan (kepercayaan) dan tindakan. Berpikir adalah

satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan

yang terarah kepada suatu tujuan. Kita berpikir untuk

menemukan pemahaman yang kita kehendak. Dengan adanya

kemampuan yang sepadan dengan pekerjaan yang dilakukan

maka pekerjaan akan menghasilkan hasil yang maksimal dan

baik.

50

3) Sikap (attitude)

Sikap adalah sebagai pernyataan evaluatif, baik yang

menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek,

individu, atau peristiwa. Hal ini mencerminkan bagaimana

perasaan seseorang tentang sesuatu. Mendefinisikan sikap

sebagai kecenderungan merespon sesuatu secara konsisten

untuk mendukung atau tidak mendukung dengan

memperhatikan objek tertentu. Sikap yang baik dalam

menghadapi suatu masalah akan sangat membantu dalam

kelancaran pekerjaan yang dilakukan.

4) Kecakapan

Kecakapan adalah suatu keterampilan yang memungkinkan

seseorang untuk mendapatkan pekerjaan atau untuk dapat tetap

bekerja, meliputi personal skills, interpersonal skills, attitudes,

habits dan behaviors. Kecakapan yang dimiliki seorang

karyawan dalam melaksankan tugasnya akan berpengaruh pada

hasil yang didapatnya nanti.

d. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Menurut Rivai dan Sagala (2009: 837) motivasi adalah

serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu

untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu.

51

Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang

memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku

dalam mencapai tujuan. Menurut Wibowo (2010: 379) motivasi

merupakan dorongan terhadap serangkaian proses perilaku

manusia pada pencapaian tujuan. Sedangkan elemen yang

terkandung dalam motivasi meliputi unsur membnagkitkan,

mengarahkan, menjaga, menunjukkan intensitas, bersifat terus-

menerus dan adanya tujuan. Sedangkan menurut Kreitner, et al

dalam Wibowo (2010: 378) motivasi merupakan proses psikologis

yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada pencapaian

tujuan atau goal-directed behavior. Manajer perlu memahami

proses psikologis ini apabila mereka ingin berhasil membina

pekerjaan menuju pada penyelesaian sasaran organisasi.

Menurut Robbins dalam Wibowo (2010: 378) menyatakan

motivasi sebagai proses yang menyebabkan intensitas (intensity),

arah (direction), dan usaha terus-menerus (persistence) individu

menuju pencapaian tujuan. Menurut Berelson, et al dalam

Sinungan (2005: 134) motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap

mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan

atau gerakan dan mengarah atau menyalurkan perilaku kea rah

mencapai kebutuhan yang member kepuasan atau mengurangi

ketidakseimbangan.

52

2. Teori Motivasi

Menurut Rivai dan Sagala (2009: 840) teori motivasi antara lain:

1) Hierarki Teori Kebutuhan (Hierarchial of Needs Theory)

Teori yang terkenal adalah teori kebutuhan yang

dikemukakan oleh Abraham Maslow. Menurut Maslow bahwa

pada setiap diri manusia itu terdiri dari atas lima

kebutuhan yaitu:

a) Kebutuhan fisiologis, yaitu mencakup kebutuhan makan,

minum, perlindungan fisik.

b) Rasa aman, yaitu kebutuhan perlindungan dari ancaman

bahaya, pertentangan dan lingkungan hidup.

c) Kepemilikan sosial, yaitu kebutuhan seperti perasaan

diterima orang lain, perasaan dihormati dan kebutuhan ikut

serta dalam organisasi.

d) Penghargaan diri, yaitu kebutuhan akan status yang

diduduki seseorang.

e) Aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan

kemampuan, skill, potensi, kebutuhan untuk berpendapat

dengan mengemukakan ide-ide, memberikan penilaian dan

kritik terhadap sesuatu.

53

2) McCleland Theory of Needs

David McCelland menganalsis tentang tiga kebutuhan

manusia yang sangat penting di dalam organisasi atau

perusahaan tentang motivasi, tiga hal tersebut antara lain:

a) Need for achievement (kebutuhan dalam mencapai

kesuksesan), yaitu kemampuan untuk mencapai

hubungan kepada standar perusahaan yang telah

ditentukan juga perjuangan karyawan untuk menuju

keberhasilan.

b) Need for power (kebutuhan dalam kekuasaan atau

otoritas) yaitu kebutuhan untuk membuat orang berperilaku

dalam keadaan yang wajar dan bijaksana di dalam tugasnya

masing-masing.

c) Need for affiliation (kebutuhan untuk berafiliasi) yaitu

kebutuhan untuk bersahabat dan mengenal lebih

dekatrekan kerja atau para karyawandi dalam organisasi.

3) Theory ERG (Exsistence, Relatedness, Growth)

Teori ERG menyebutkan ada tiga kategori kebutuhan

individu, yaitu:

a) Kebutuhan eksistensi untuk bertahan hidup, kebutuhan

fisik.

b) Kebutuhan keterhubungan adalah kebutuhan untuk

berhubungan

54

dengan orang lain.

c) Kebutuhan pertumbuhan adalah kebutuhan untuk menjadi

produktif

dan kreatif.

4) Teori Dua Faktor Herzberg

Teori ini disebut juga dengan teori motivasi-higiene.

Kebutuhan motivator berkaitan dengan kesempatan untuk

maju, promosi jabatan, pengakuan, tanggung jawab dan

pekerjaan itu sendiri yang mempengaruhi kepuasan kerja.

Sedang higiene faktor adalah hal-hal yang mempengaruhi

kepuasan kerja yang terdiri dari supervisior, kondisi gaji

kerja, hubungan inrerpersonal dan kebijakan perusahaan.

Herzberg mengatakan bahwa gaji dan upah bukanlah

pemotivator melainkan pemelihara, oleh karena itu janganlah

memotivasi dengan gaji.

3. Prinsip-Prinsip dalam Motivasi Kerja Pegawai

Menurut Mangkunegara (2008: 100) terdapat beberapa

prinsip dalam memotivasi kerja pegawai antara lain :

1) Prinsip partisipasi, dalam upaya memotifasi kerja, pegawai

perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam

menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.

2) Prinsip komunikasi, pemimpin mengkomunikasikan segala

sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas,

55

dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah

dimotivasi kerjanya.

3) Prinsip Mengakui Andil Bawahan, pemimpin mengakui

bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil di dalam

usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai

akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

4) Prinsip pendelegasian wewenang, pemimpin yang

memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai

bawahan untuk sewaktuwaktu dapat mengambil keputusan

terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat

pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk

mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.

5) Prinsip memberi perhatian, pemimpin memberikan perhatian

terhadap apa yang diinginkan pegawai bawahan, akan

memotivasi pegawai bekerja apa yang diharapkan oleh

pemimpin.

4. Faktor-Faktor Motivasi

Faktor-faktor motivasi kerja menurut Gomes (2003: 180) antara

lain :

1) Faktor –faktor yang sifatnya individual yaitu :

a) kebutuhan-kebutuhan (needs);

b) tujuan-tujuan (goals);

c) sikap (attitides);

56

d) kemampuan-kemampuan ( abilities).

2) Faktor-faktor yang berasal dari organisasi yaitu :

a) pembayaran atau gaji (pay);

b) keamanan pekerjaan (job security);

c) sesama pekerja (co-workers);

d) pengawasan (supervisison);

e) pujian (praise);

f) pekerjaan itu sendiri (job itself).

5. Tindakan Memotivasi

Motivasi datang dari dalam diri manusia, karenanya

pemimpin organisasi perlu menciptakan kondisi dimana pekerja

dapat memotivasi diri mereka sendiri (Wibowo, 2010: 385).

Menurut Baldoni dalam Wibowo (2010: 385) menyatakan bahwa

motivasi merupakan proses aktif yang didorong oleh serangkaian

tindakan yang dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu :

1) Memberi daya (energize), adalah apa yang dilakukan pemimpin

ketika mereka memberikan contoh, melakukan komunikasi

dengan jelas dan memberi tantangan dengan tepat.

a) Exemplify

Motivasi dimulai dengan memberi contoh yang baik.

Pemimpin yang mengharapkan untuk memotivasi harus

mencerminkan visi, misi dan budaya organisasi yang

mereka pimpin.

57

b) Communicate

Pemimpin yang mengharapkan untuk memotivasi harus

mengomunikasikan visi, misi dan tindak lanjut untuk

menunjukkan saling pengertian. Motivasi hanya dapat

terjadi apabila terdapat komunikasi dua arah.

c) Challenge

Orang pada umumnya suka diberi tantangan. Pemimpin

yang membuka jalan pada kebutuhan tersebut dapat dengan

kuat mencapai tujuan karena dihubungkan dengan

pemenuhna harapan.

2) Mendorong (encourage), adalah apa yang dilakukan pemimpin

untuk mendukung proses motivasi melalui pemberdayaan,

coaching dan pengakuan.

a) Empower

Pemberdayaan merupakan proses dengan mana orang

memperkirakan tanggung jawab dan diberi kewenangan

melakukan pekerjaan. Pemberdayaan menjadi alat

memotivasi yang kuat karena menempatkan orang

mengawasi nasib mereka sendiri. Pemberdayaan harus

mendorong untuk tumbuh subur dalam kerangka tujuan

organisasi.

58

b) Coach

Adalah menjadi tanggung jawab pemimpin memberikan

dukungan yang benar pada orang untuk melakukan

pekerjaan mereka. Cara terbaik untuk memelihara

hubungan antara pemimpin dan pekerja melalui sesi

coaching tatap muka, hal tersebut memberikan kesempatan

kepada pemimpin mengetahui pekerja sebagai pribadi dan

bagaimana mereka dapat membantu pekerja mencapai

tujuan pribadi dan organisasi.

c) Recognize

Pengakuan mungkin merupakan satu-satunya alasan yang

kuat bahwa orang bekerja, disamping untuk mendapatkan

penghasilan. Pemimpin yang mengenal bawahan mereka

menunjukkan perhatian mereka atas bagaimana pekerjaan

dilakukan.

3) Mendesak (exhort), adalah bagaimana pemimpin menciptakan

pengalaman berdasarkan pengorbanan dan inspirasi yang

mempersiapkan dasar bagi motivasi untuk dapat tumbuh

dengan subur.

a) Sacrifice

Pengorbanan merupakan bentuk komitmen kepada orang

lain. Pengorbanan merupakan ukuran kepemimpinan karena

dalam pengorbanan kita menemukan karakter dan

59

keyakinan, yang keduanya penting untuk menciptakan

kondisi di mana motivasi dapat terjadi.

b) Inspire

Motivasi dapat berkembang menjadi inspirasi. Karena

motivasi berasal dari dalam, bentuknya menjadi inspirasi

diri. Proses ini dipelihara dengan memerhatikan orang lain

mencapai tujuan mereka.

6. Indikator Motivasi

Beberapa indikator motivasi menurut George dan Jones

dalam Wijaya (2015: 39) yaitu sebagai berikut :

a. Perilaku Karyawan

Kemampuan karyawan memilih perilaku bekerja yang akan

mereka pilih. Perilaku karyawan yang baik dalam bekerja

menunjukkan bahwa karyawan termotivasi dalam bekerja.

b. Usaha Karyawan

Hal ini berkaitan dengan usaha keras yang dilakukan karyawan

dalam bekerja. Usaha keras yang dilakukan karyawan

menandakan bahwa karyawan termotivasi dalam bekerja.

c. Kegigihan Karyawan

Kegigihan karyawan mengacu pada perilaku seseorang yang

tetap ingin bekerja walaupun adanya rintangan, masalah dan

halangan. Kegigihan karyawan yang tinggi menunjukkan

bahwa karyawan memiliki motivasi yang tinggi.

60

e. Gaya Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Mulyadi, et al (2009: 2) menjelaskan bahwa kepemimpinan

merupakan proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan

organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,

mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.

Selain itu juga mempengaruhi interprestasi mengenai peristiwa-

peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas-

aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja

sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari

orang-orang di luar kelompok atau organisasi.

Indrawijaya dalam Rascahyo (2013: 3) mengatakan

kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi dan

menggerakan orang lain, sehingga mereka bertindak dan

berperilaku sebagaimana diharapkan, terutama bagi tercapainya

tujuan yang diinginkan. Armstrong dalam Wijayanti (2012: 22)

menyatakan kepemimpinan adalah proses memberi inspirasi

kepada semua karyawan agar bekerja sebaik-baiknya untuk

mencapai hasil yang diharapkan.

2. Ciri-Ciri Kepemimpinan

Menurut Davis yang dalam Saifullah (2012: 25) ciri-ciri

utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu :

61

a. Kecerdasan (intelligence)

Penelitian-penelitian pada umumnya menunjukkan bahwa

seorang pemimpin yang mempunyai tingkat kecerdasan yang

lebih tinggi daripada pengikutnya, tetapi tidak sangat berbeda.

b. Kedewasaan, Sosial dan Hubungan Sosial yang Luas (Social

maturity and Breadht)

Pemimpin cenderung mempunyai emosi yang stabil dan

dewasa atau matang, serta mempunyai kegiatan dan perhatian

yang luas.

c. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi

Pemimpin secara relatif mempunyai motivasi dan dorongan

berprestasi yang tinggi, mereka berkerja keras lebih untuk nilai

instrinsik.

d. Sikap-Sikap Hubungan Manusiawi

Seorang pemimpin yang sukses akan mengakui harga diri dan

martabat pengikut-pengikutnya, mempunyai perhatian yang

tinggi dan berorientasi pada bawahannya.

3. Teori Kepemimpinan

Rivai, et al (2009: 7) mengemukakan beberapa teori

kepemimpinan, yaitu:

a. Teori Sifat

Teori ini memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi

sifat-sifat yang tampak dari pemimpin. Asumsi dasar dari teori

62

ini adalah keberhasilan pemimpin disebabkan karena sifat atau

karakteristik, dan kemampuan yang luar biasa yang dimiliki

seorang pemimpin, dan oleh sebab itu seseorang dirasa layak

untuk memimpin. Adapun sifat atau karakteristik, dan

kemampuan yang luar biasa yang dimiliki seorang pemimpin,

antara lain : inteligensia, kepribadian, karakteristik fisik.

b. Teori Perilaku

Dalam teori ini perilaku pemimpin merupakan sesuatu yang

bisa dipelajari. Jadi seseorang yang dilatih dengan

kepemimpinan yang tepat akan meraih keefektifan dalam

memimpin. Teori ini memusatkan perhatiannya pada dua aspek

perilaku kepemimpinan, yaitu: fungsi kepemimpinan, dan gaya

kepemimpinan. Terdapat dua fungsi kepemimpinan, yaitu:

i. Fungsi yang berorientasi tugas

ii. Fungsi yang berorientasi orang atau pemeliharaan

kelompok (sosial)

c. Teori Situasional

Merupakan suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang

menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya, sifat-

sifat bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan suatu

gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan ataupun teori ini

mensyaratkan pemimpin untuk memiliki keterampilan

diagnostik dalam perilaku manusia.

63

4. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Menurut Mulyadi dan Rivai (2009: 42) gaya kepemimpinan

adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik

yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya serta

menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah,

keterampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku seseorang.

Menurut Tampubolon (2007) gaya kepemimpinan adalah perilaku

dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari filsafah, ketrampilan,

sifat, sikap yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia

mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. Sedangkan menurut

Viethzal (2004: 64) gaya kepemimpinan juga menunjukkan

secara langsung maupun tidak langsung, tentang kemampuan

bawahannya. Artinya, gaya kemimpinan adalah perilaku dan

strategis, sikap yang sering diterapkan seorang pemimpian

ketika ia mempengaruhi kinerja bawahannya.

Menurut Rascahyo (2013: 2) gaya kepemimpinan dapat

diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan

keputusan. Menurut Luthans dalam Kurniawan (2015: 4) gaya

kepemimpinan (leadership styles) merupakan cara pimpinan

untuk mempengaruhi orang lain/bawahannya sedemikian rupa

sehingga orang tersebut mau melakukan kehendak pemimpin

untuk mencapai tujuan organisasi meskipun secara pribadi hal

tersebut mungkin tidak disenangi.

64

5. Tipe Gaya Kepemimpinan

Menurut Siagian (2001: 57) dalam praktiknya berkembang

beberapa tipe kepemimpinan di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Tipe Otokratis

Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang

memiliki beberapa kriteria atau ciri sebagai berikut :

i. Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi

ii. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi

iii. Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata

iv. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat

v. Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya

vi. Dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakan

pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat

menghukum

b. Tipe Militeristis

Seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang

pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe

militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki beberapa

sifat-sifat :

i. Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih

sering dipergunakan

ii. Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung

kepada pangkat dan jabatannya

65

iii. Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan

iv. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan

v. Sukar menerima kritikan dari bawahannya

vi. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan

c. Tipe Paternalistis

Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang

paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri :

i. Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak

dewasa

ii. Bersikap terlalu melindungi (overly protective)

iii. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya

untuk mengambil keputusan

iv. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya

untuk mengambil inisiatif

v. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya

untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya

vi. Sering bersikap maha tahu

d. Tipe Karismatik

Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan

sebab-sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki

karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang

demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan

karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang

66

jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu

sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka

menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya

pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi

pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan

bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan

gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan,

profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma.

e. Tipe Demokratis

Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan

bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat

untuk organisasi modern.

6. Indikator Gaya Kepemimpinan

Menurut Siagian (2002: 121) untuk melihat gaya

kepemimpinan seorang pemimpin dapat dilihat melalui indikator-

indikator sebagai berikut :

a. Iklim saling mempercayai

b. Penghargaan terhadap ide bawahan

c. Memperhitungkan perasaan para bawahan

d. Perhatian pada kenyamana kerja bagi para pegawai

e. Perhatian pada kesejahteraan bawahan

f. Memperhitungkan faktor kepuasan kerja para bawahan dalam

menyelesaikan tugas-tugas yang dipercayakan padanya

67

g. Pengakuan atas status para bawahan secara tepat dan

professional

Sedangkan menurut Pandjojo (2000: 222), indikator-

indikator gaya kepemimpinan yaitu sebagai berikut :

a. Keinginan menerima tanggung jawab

b. Kemampuan persepsi

c. Kemampuan berkomunikasi

d. Kemampuan untuk menentukan prioritas

e. Kemampuan untuk bersikap obyektif

f. Etos Kerja Islam

1. Pengertian Etos Kerja Islam

Menurut Tasmara (2002: 15) etos berasal dari bahasa

Yunani (ethos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak,

karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki

oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat.

Menurut Tasmara (2002: 27) etos kerja muslim adalah sikap

kepribadian yang melahirkan keyakinan yang sangat mendalam

bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya,

menampakkan kemanusiannya, melainkan juga sebagai suatu

manifestasi dari amal saleh dan oleh karenanya mempunyai ibadah

yang sangat luhur. Menurut Asifudin (2004: 32) etos kerja dalam

perspekstif Islam diartikan sebagai pancaran dari sistem keimanan

atau akidah Islam berkenaan dengan kerja. Aqidah itu terbentuk

68

oleh ajaran wahyu dan akal yang bekerja sama, sehingga dapat

dibangun paradigma etos kerja yang Islami.

2. Terbentuknya Etos Kerja Islami

Menurut Asifudin (2004: 32) terbentuknya etos kerja

manusia yang Islami dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1

Terbentuknya Etos Kerja Islami

Sumber : Asifudin,Ahmad Janan.2004.Etos Kerja Islami.hlm.32

Gambar 2.1 menjelaskan paradigma terbentuknya etos kerja

Islami. Etos kerja Islami terpancar dari sistem keimanan/aqidah

Islam berkenaan dengan kerja. Aqidah itu terbentuk oleh ajaran

wahyu dan akal yang bekerjasama secara proporsional menurut

fungsi masing-masing.

Etos kerja Islami terbentuk secara garis besar tanpa

menyertakan persoalan atau faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi, seperti yang mendorong, menghambat atau

menggagalkannya. Ternyata etos kerja itu bukan sesuatu yang

Wahyu dan akal

Sistem

keimanan/aqidah

Islam berkenaan

dengan kerja

Etos Kerja

Islami

69

didominasi oleh urusan fisik lahiriah. Etos kerja merupakan buah

atau pancaran dari dinamika kejiwaan pemiliknya atau sikap batin

orang itu.

3. Indikasi-Indikasi Orang Beretos Kerja Tinggi

Menurut Asifudin (2004: 38) indikasi-indikasi orang

beretos kerja tinggi pada umumnya meliputi sifat-sifat sebagai

berikut :

1) Aktif dan suka bekerja keras

2) Bersemangat dan hemat

3) Tekun dan professional

4) Efisien dan kreatif

5) Jujur, disiplin dan bertanggung jawab

6) Mandiri

7) Rasional serta memiliki visi yang jauh ke depan

8) Percaya diri namun mampu bekerjasama dengan orang lain

9) Sederhana, tabah dan ulet

10) Sehar jasmani dan rohani

70

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja Islam

Menurut Asifudin (2004: 44) bahwa manusia dengan

aktivitas dan etos kerja Islam mereka selalu dihadapkan atau

bahkan secara dinamis “dibarengi” oleh berbagai faktor yang

mempengaruhi, yaitu :

1) Pengaruh internal

Yaitu faktor psikis, dari dorongan kebutuhan dengan segala

dampaknya, mencari kebermaknaan kerja, frustasi, faktor-

faktor yang menyebabkan kemalasan dan sebagainya.

2) Pengaruh eksternal

Yaitu faktor fisik, datangnya dari luar seperti lingkungan alam

dan benda mati, lingkungan pergaulan, budaya, pendidikan,

pengalaman dan latihan, keadaan politik, ekonomi, imbalan

kerja, serta janji dan ancaman yang bersumber dari ajaran

agama.

5. Indikator-Indikator Etos Kerja Islam

Menurut Asifudin (2004: 101) indikator dari etos kerja

Islami, yaitu sebagai berikut :

1) Kerja Merupakan Penjabaran Aqidah

Keyakinan yang kuat berlandaskan niat semata-mata karena

Allah dalam setiap aktivitas pekerjaan. Bahwa kerja

71

berlandaskan niat beribadah hanya kepada Allah adalah salah

satu cirri etos kerja Islami, karena rezeki sebagaikebutuhan

seluruh umat manusia untuk bertahan hidup merupakan

jaminan yang pasti dari Allah, khusunya bagi orang-orang yang

giat dalam bekerja.

2) Kerja Dilandasi Ilmu

Ilmu memiliki posisi yang sangat penting dalam bekerja. Ilmu

berdasarkan wahyu dari Allah berfungsi sebagai landasan

dalam bekerja. Dan ilmu berlandaskan hukum alam yang

muncul melalui penemuan-penemuan menjadikan karyawan

bersikap ilmiah, proaktif, berdisiplin tingi, professional,

menguasai bidangnya, menggunakan perencanaan yang baik.

3) Kerja dengan Melandasi Sifat-Sifat Ilahi serta Mengikuti

Petunjuk-Petunjuk-Nya

Sifat-sifat mulia yang bersifat universal dan teridentifikasi

sebagai sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah memiliki

keterkaitan yang erat dengan jiwa atau hati nurani manusia.

Setiap manusia yang merasakan pancaran energi positifnya

akan menyukainya. Hal ini terjadi karena sifat terbaik itu

sebenarnya ada di dalam jiwa setiap manusia, ketika sifat itu

ada pada diri orang lain. Maka, seseorang yang yang bekerja

dengan meneladani sifat-sifat tersebut memiliki energi positif

yang berpengaruh positif pada lingkungan kerjanya. Ayat Al-

72

Qur‟an dan hadits Rasulullah sebagai petunjuk-Nya, jelas tidak

sedikit yang menyuruh supaya orang Islam giat dan aktif

bekerja. Artinya, agar mereka giat memanfaatkan potensi-

potensi yang ada dalam diri mereka, sekaligus memanfaatkan

sunatullah di alam ini. Manusia yang tidak bekerja dalam

pandangan Islam adalah sama dengan orang yang tidak

menunaikan ibadah. Dengan demikian, Allah tidak menyukai

manusia-manusia yang pasif bekerja sebagaimana Dia tidak

suka kepada orang-orang yang pasif menjalankan ibadah

kepada-Nya.

C. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini akan menjelaskan pengaruh variabel

pelatihan, motivasi, gaya kepemimpinan dan etos kerja Islam terhadap

kinerja karyawan.

H1

H2

H3

H4

Gambar 2.2

Kerangka Penelitian

Pelatihan (X1)

Motivasi (X2)

Gaya

Kepemimpinan

(X3)

Etos Kerja

Islam (X4)

Kinerja

Karyawan (Y)

73

Maka penelitian di atas dapat dibuat persamaan matematis sebagai

berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e

Keterangan:

Y = kinerja karyawan

β0 = konstanta (constant)

β1-3= koefisien regresi

X1 = pelatihan

X2 = motivasi

X3 = gaya kepemimpinan

X4 = etos kerja islam

e = kesalahan (error)

D. Uji Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Karyawan

Menurut Suryoadi (2012: 12) untuk dapat mencapai kinerja

yang tinggi sangat ditentukan oleh adanya kemampuan dan

keterampilan serta pengetahuan karyawan yang tinggi pula dari hasil

pelatihan. Jadi, setelah diadakannya pelatihan diharapkan karyawan

memiliki kemampuan, ketrampilan serta pengetahuan yang tinggi yang

akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan yang lebih baik.

Sebagaimana penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suryoadi, et al

(2012) dan Endayani, et al (2015) yang hasil penelitiannya

74

menunjukkan bahwa pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kinerja

karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh Silvia (2013) menunjukkan

hasil yang berbeda, variabel pelatihan berpengaruh tidak signifikan

terhadap kinerja. Dari uraian tersebut, maka hipotesis pertama (H1)

yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan.

2. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan

Motivasi sebagai motor penggerak yang paling vital dalam

sebuah pencapaian kinerja. Tanpa motivasi pegawai tidak akan

berhasil untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan secara maksimal

karena tidak ada kemauan yang berasal dari dalam diri karyawan itu

sendiri, yang muncul hanyalah rutinitas (Sutrischastini, 2015: 122).

Armstrong (1988: 105) mengemukakan bahwa memotivasi sumber

daya manusia dapat mendorong prestasi kerja yang tinggi dan

dapat mendorong karyawan untuk berusaha sebaik-baiknya untuk

kepentingan perusahaan dan kepentingan karyawan itu sendiri. Hal ini

karyawan dapat bekerja secara lebih giat dan lebih baik sehingga

dapat meningkatkan prestasi kerjanya sehingga dapat meningkatkan

kinerjanya. Kinerja yang tinggi dapat dicapai jika didukung para

pegawai yang mempunyai motivasi dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya. Motivasi dapat menimbulkan kemampuan bekerja serta

75

kerjasama, maka secara tidak langsung akan meningkatkan kinerja

karyawan.

Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Reza (2010) dan

Kurnia (2014) yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa motivasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Namun,

penelitian yang dilakukan oleh Amri (2015) menunjukkan hasil yang

berbeda, variabel motivasi berpengaruh tidak signifikan terhadap

kinerja. Dari uraian tersebut, maka hipotesis kedua (H2) yang diajukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H2 : Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan

3. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan

Gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan sangat

mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya.

Perilaku seorang pemimpin memiliki dampak yang besar, terkait

dengan sikap bawahan, perilaku bawahan yang akhirnya pada

kinerja. Menurut Heidjrachman, et.al dalam Rascahyo (2013: 3) dalam

hubungannya dengan kinerja dijelaskan bahwa corak atau gaya

kepemimpinan seorang manajer berpengaruh dalam pencapaian

tujuan suatu organisasi.

Keberhasilan perusahaan pada dasarnya ditopang oleh

kepemimpinan yang efektif. Menurut Siagian (2001: 145)

mengungkapkan bahwa pemimpin yang efektif adalah pimpinan

76

yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh oleh

bawahan sehingga gerak dari posisi sekarang ke posisi yang

diinginkan di masa yang akan datang dapat berlangsung lancar

sehingga produktivitas dapat tercapai.

Sebagaimana penelitian terdahulu yang dilakukan Rascahyo

(2013), Sukandi, et al (2016), Kurniawan (2015) yang hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa bahwa gaya kepemimpinan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Namun,

penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2015) menunjukkan hasil

yang berbeda, variabel gaya kepemimpinan berpengaruh tidak

signifikan teradap kinerja. Dari uraian tersebut, maka hipotesis ketiga

(H3) yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H3 : Gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karywan

4. Pengaruh Etos Kerja Islam terhadap Kinerja Karyawan

Zahra (2015: 31) menjelaskan bahwa etos kerja Islami

memberikan tekanan pada kerja yang rata-rata dapat membantu

kemajuan atau kinerja karyawan secara personal, penghargaan

terhadap diri sendiri atau orang lain, kepuasan kerja, dan

pemberdayaan diri. Dengan demikian etos kerja Islami perlu

ditanamkan pada seorang karyawan karena bekerja bukan hanya faktor

materi tetapi karena adanya dorongan spiritual atau bekerja karena

77

untuk beribadah. Dengan etos kerja Islami maka semangat karyawan

akan terdorong sehingga hal ini akan dapat membawa perusahaan pada

tercapainya tujuan dan kemajuan secara optimal, etos kerja yang

dominan dalam Islam ialah menggarap kehidupan ini secara giat,

dengan mengarahkannya kepada yang lebih baik. Dengan prinsip ini

dapat meningkatkan profesionalisme karyawan. Profesionalisme yang

tinggi dapat meningkatkan kinerja karyawan sehingga tujuan

perusahaan dapat tercapai.

Sebagaimana penelitian terdahulu yang dilakukan Fitrianto

(2011) dan Zahra (2015) yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

bahwa etos kerja Islam berpengaruh signifikan terhadap kinerja

karyawan. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Shafissalam, et al

(2016) menunjukkan hasil yang berbeda, variabel etos kerja Islam

berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja karyawan. Dari uraian

tersebut, maka hipotesis keempat (H4) yang diajukan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

H4 : Etos kerja Islam berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan

78

Tabel 2.2

Uji Hipotesis

Hipotesis 1 (H1) Pelatihan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan

Hipotesis 2 (H2) Motivasi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan

Hipotesis 3 (H3) Gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan

Hipotesis 4 (H4) Etos kerja Islam berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan

79

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif. Menurut Martono (2010: 20) penelitian kuantitatif

adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data yang berupa

angka. Data yang berupa angka tersebut kemudian diolah dan dianalisis

untuk mendapatkan suatu informasi ilmiah dibalik angka-angka tersebut.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2018 sampai

dengan bulan Februari 2018. Lokasi penelitian ini mengambil tempat di

PT. Bank Tabungan Negara (BTN) Kantor Cabang Syariah Semarang

beralamat di Jalan Ahmad Yani No. 181 A Semarang.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Bawono (2006: 28) populasi adalah wilayah objek

atau subyek penelitian yang ditetapkan untuk dianalisis dan ditarik

kesimpulan oleh peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi

adalah seluruh karyawan di Bank BTN Syariah Cabang Semarang

dengan jumlah karyawan sebanyak 70 orang.

2. Sampel

Menurut Bawono (2006: 28) sampel adalah objek atau subjek

penelitian yang dipilih guna mewakili keseluruhan dari populasi. Hal

80

ini dilakukan untuk menghemat waktu dan biaya. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan teknik sampel jenuh karena sampel yang

digunakan adalah seluruh karyawan di Bank BTN Syariah Cabang

Semarang sebanyak 70 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Bawono (2006: 29) teknik pengumpulan data adalah cara

yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang akan dianalisis

atau diolah untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan teknik metode kuesioner atau angket dan studi

kepustakaan untuk mengumpulkan data.

1. Kuesioner (Angket)

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada

objek penelitian yang mau memberikan respon sesuai dengan

permintaan pengguna (Bawono, 2006: 29).

2. Studi Kepustakaan

Penelitian yang dilakukan memperoleh data dan informasi yang

diperoleh dari buku-buku, hasil penelitian sebelumnya seperti skripsi,

tesis, jurnal dan bahan bacaan yang lain.

E. Skala Pengukuran

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval.

Dalam penskalaan dengan skala interval banyak juga yang menyebut

dengan skala likert. Menurut Bawono (2006: 31) skala likert digunakan

untuk memberikan ranking terhadap responden, yang diranking bisa

81

berupa prefensi, perilaku dan sebagainya. Maka variabel yang dapat

diukur dijabarkan menjadi indikator jawaban seperti item instrumen yang

menggunakan skala likert.

1. Untuk jawaban SS, yaitu Sangat Setuju diberikan skor : 5

2. Untuk jawaban S, yaitu Setuju diberikan skor : 4

3. Untuk jawaban KS, yaitu Kurang Setuju diberikan skor : 3

4. Untuk Jawaban TS, yaitu Tidak Setuju diberikan skor : 2

5. Untuk jawaban STS, yaitu Sangat Tidak Setuju diberikan skor : 1

Pemilihan skala 1-5 dimaksudkan untuk mempermudah responden

dalam memberikan penilaian atas pertanyaan yang diajukan.

F. Definisi Konsep dan Operasional

1. Kinerja

Menurut Mangkunegara (2001: 67) istilah kinerja berasal dari kata Job

Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi

sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja

(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2. Pelatihan

Berdasarkan pendapat Sikula dalam Mangkunegara (2001: 44) dapat

dikemukakan pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek

yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir di mana

82

pegawai non-managerial mempelajari pengetahuan dan ketrampilan

teknis dalam tujuan terbatas.

3. Motivasi

Menurut Berelson, et al dalam Sinungan (2005: 134) motivasi adalah

keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi,

mendorong kegiatan atau gerakan dan mengarah atau menyalurkan

perilaku ke arah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau

mengurangi ketidakseimbangan.

4. Gaya Kepemimpinan

Menurut Viethzal (2004: 64) gaya kepemimpinan juga menunjukkan

secara langsung maupun tidak langsung, tentang kemampuan

bawahannya. Artinya, gaya kemimpinan adalah perilaku dan

strategis, sikap yang sering diterapkan seorang pemimpian ketika

dia mempengaruhi kinerja bawahannya.

5. Etos Kerja Islam

Menurut Asifudin (2004: 32) etos kerja dalam perspekstif Islam

diartikan sebagai pancaran dari sistem keimanan atau akidah Islam

berkenaan dengan kerja. Aqidah itu terbentuk oleh ajaran wahyu dan

akal yang bekerja sama, sehingga dapat dibangun paradigma etos kerja

yang Islami.

83

Tabel 3.1

Definisi Konsep dan Operasional

Variabel

Penelitian

Definisi Indikator Skala

Pengukuran

Kinerja

Karyawan

(Y)

Menurut

Mangkunegara

(2001: 67) istilah

kinerja berasal dari

kata Job

Performance atau

Actual

Performance

(prestasi kerja atau

prestasi

sesungguhnya

yang dicapai oleh

seseorang).

Pengertian kinerja

(prestasi kerja)

adalah hasil kerja

secara kualitas dan

kuantitas yang

dicapai oleh

seorang pegawai

dalam

melaksanakan

tugasnya sesuai

dengan tanggung

jawab yang

diberikan

kepadanya.

Variabel kinerja

karyawan diukur

menggunakan

indikator yang

dikembangkan oleh

Bernadin dalam

Rojikin (2015) :

1. Kualitas

2. Kuantitas

3. Ketepatan

waktu.

4. Efektivitas.

5. Kemandirian

Komitmen

kerja.

Skala Likert

Pelatihan

(X1)

Berdasarkan

pendapat Andrew E

Sikula dalam

Mangkunegara

(2001: 44) dapat

dikemukakan

pelatihan adalah

suatu proses

pendidikan jangka

pendek yang

mempergunakan

prosedur sistematis

dan terorganisir di

Variabel pelatihan

diukur

menggunakan

indikator yang

dikembangkan oleh

Siagian dalam

Puspitasari (2014)

adalah sebagai

berikut :

1. Pengetahuan

2. Kemampuan

Berpikir

3. Sikap

Skala Likert

84

mana pegawai non-

managerial

mempelajari

pengetahuan dan

ketrampilan teknis

dalam tujuan

terbatas.

4. Kecakapan

Motivasi

(X2)

Menurut Berelson,

et al dalam

Sinungan (2005:

134) motivasi

adalah keadaan

kejiwaan dan sikap

mental manusia

yang memberikan

energi, mendorong

kegiatan atau

gerakan dan

mengarah atau

menyalurkan

perilaku kea rah

mencapai

kebutuhan yang

member kepuasan

atau mengurangi

ketidakseimbangan

Variabel motivasi

diukur

menggunakan

indikator yang

dikembangkan oleh

George dan Jones

dalam Wijaya

(2015: 39) adalah

sebagai berikut:

1. Perilaku

karyawan

2. Usaha karyawan

3. Kegigihan

karyawan

Skala Likert

Gaya

Kepemim-

pinan

(X3)

Menurut Viethzal

(64: 2004) gaya

kepemimpinan

juga menunjukkan

secara langsung

maupun tidak

langsung, tentang

kemampuan

bawahannya.

Artinya, gaya

kemimpinan

adalah perilaku

dan strategis, sikap

yang sering

diterapkan seorang

pemimpian ketika

ia mempengaruhi

kinerja

bawahannya.

Variabel gaya

kepemimpinan

diukur

menggunakan

indikator yang

dikembangkan oleh

Siagian (2002: 121)

adalah sebagai

berikut :

1. Iklim saling

mempercayai

2. Penghargaan

terhadap ide

bawahan

3. Memperhitung-

kan perasaan

para bawahan

4. Perhatian pada

kenyamanan

kerja bagi para

Skala Likert

85

pegawai

5. Perhatian pada

kesejahteraan

bawahan

6. Memperhatikan

faktor kepuasan

kerja para

bawahan dalam

menyelesaikan

tugas-tugas

yang

dipercayakan

padanya

7. Pengakuan atas

status para

bawahan secara

tepat dan

professional

Etos Kerja

Islam (X4)

Menurut Asifudin

(2004: 32) etos

kerja dalam

perspekstif Islam

diartikan sebagai

pancaran dari

sistem keimanan

atau akidah Islam

berkenaan dengan

kerja. Aqidah itu

terbentuk oleh

ajaran wahyu dan

akal yang bekerja

sama, sehingga

dapat dibangun

paradigma etos

kerja yang Islami.

Variabel etos kerja

Islam diukur

menggunakan

indikator yang

dikembangkan oleh

Asifudin (2004:

101) adalah sebagai

berikut :

1. Kerja

merupakan

penjabaran

aqidah

2. Kerja dilandasi

ilmu

3. Kerja dengan

melandasi sifat-

sifat Ilahi serta

mengikuti

petunjuk-

petunjuk-Nya

Skala Likert

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur dan memperoleh data terhadap variabel penelitian yang

86

dipermasalahkan (Tika, 2006: 49). Pengumpulan data penelitian ini adalah

dengan angket atau kuesioner, yaitu untuk mengumpulkan data dari setiap

variabel yang ada. Angket dibuat dengan memperhatikan konsep atau teori

yang sudah ada dan disesuaikan dengan kondisi studi kasus. Kemudian

setelah jadi, kuesioner disebarkan kepada responden.

H. Uji Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Menurut Ghozali (2013: 52) uji validitas digunakan untuk

mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner

dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Item kuisioner dinyatakan valid apabila total score berbintang dua

dengan tingkat signifikan pada level 5% dan berbintang satu pada

tingkat signifikan pada level 1% (Bawono, 2006: 76)

2. Uji Reliabilitas

Menurut Ghozali (2013: 47) realiabilitas sebenarnya adalah alat

untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari

variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal

jika jawaban seseorang trhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil

dari waktu ke waktu.

Menurut Nunnally dalam Bawono (2006: 68) suatu variabel

dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0.60, sehingga data

87

tersebut bisa dikatakan reiable untuk pengukuran dan meneliti

selanjutnya.

3. Uji Statistik

a. Analisis Regresi Berganda

Menurut Bawono (2006: 85) regresi berganda digunakan

untuk menganalisa data yang bersifat multivariate. Analisis ini

digunakan untuk meramalkan nilai variabel dependen (Y), dengan

variabel independen yang lebih dari satu. Analisis regresi berganda

digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pelatihan

(X1), motivasi (X2), gaya kepemimpinan (X3) dan etos kerja Islam

(X4) terhadap kinerja karyawan Bank BTN Syariah Cabang

Semarang.

Persamaan regresi linear berganda dicari dengan rumus:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e

Keterangan:

Y = kinerja karyawan

β0 = konstanta (constant)

β1-3= koefisien regresi

X1 = pelatihan

X2 = motivasi

X3 = gaya kepemimpinan

X4 = etos kerja Islam

e = kesalahan (error))

88

b. Uji ttes (Uji Secara Individu)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel penjelas/independen secara individual dalam

menerangkan varibel dependen (Ghozali, 2013:98). Untuk

melakukan uji t ini yaitu apabila jumlah degree of freedrom (df)

adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5% atau nilai

signifikansi sebesar 0,050, maka Ho yang menyatakan bi = 0 dapat

ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan

kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan

bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi

variabel dependen.

c. Uji Ftest (Uji Secara Serempak)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua

variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

dependen/terikat (Ghozali, 2013: 98). Dasar pengambilan

keputusan untuk menentukan Ho diterima atau tidak dapat dengan

melihat nilai signifikansinya apakah lebih atau kurang dari 5%

(Bawono, 2006: 92).

d. Uji R² (Koefisien Determinasi)

Koefisien Determinasi R² pada intinya mengukur sejauh

mana kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Nilai koefiesien determinasi adalah anatar nol atau satu.

89

R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai

yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013: 97).

Menurut Gujarati dalam Ghozali (2013: 97) jika dalam uji empiris

didapat nilai adjusted R² negatif, maka nilai adjusted R² dianggap

bernilai nol. Secara sistematis jika nilai R² = 1, maka adjusted R² =

R² = 1 sedangkan nilai R² = 0, maka adjusted R² = (1-k)/(n-k). Jika

k > 1, maka adjusted R² akan bernilai negatif.

4. Uji Asumsi Klasik

Menurut Bawono (2006: 115) uji asumsi klasik merupakan

tahapan yang penting dilakukan dalam proses analisis regresi. Apabila

tidak terdapat gejala asumsi klasik diharapkan dapat dihasilkan model

regresi yang handal sesuai dengan kaidah BLUE (Best Linier Unbiased

Estimator), yang menghasilkan model regersi yang tidak bisa dan

handal sebagai penaksir. Beberapa uji asumsi klasik yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

a. Uji Multikoliniaritas

Uji Multikoliniaritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2013: 105). Untuk

90

mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam model

regresi salah satunya dengan melihat dari (1) nilai tolerance dan

lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Nilai cutoff yang

umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah

nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10.

b. Uji Heteroscedasticity

Uji heteroscedasticity bertujuan menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual

satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas (Ghozali,

2013: 139).

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas salah

satunya dengan menggunakan metode Glejser yaitu meregres nilai

absolut residual terhadap variabel bebas (Gujarati dalam Ghozali,

2013). Prosedur penyajiaanya adalah dengan cara meregresi nilai

absolute residual terhadap variabel dependen atau undstandardized

residual sebagai varaibel dependen, sedangkan variabel

independennya adalah variabel X1, X2 dan X3, sedangkan

pengambilan keputusannya adalah jika nilai signifikansi lebih dari

nilai alfa (0.05) maka data tidak mengandung heteroskedastisistas,

91

jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka terdapat gejala

heteroskedastisistas.

c. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2013: 74) uji normalitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel

bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model

regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau

mendekati normal. Pada pengujian ini peneliti menggunakan

analisa statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas

residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov

(K-S). Suatu data dikatakan berdistribusi normal apabila

Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05.

d. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk menguji apakah spesifikasi

model yang digunakan sudah benar atau tidak (Ghozali, 2013:

166). Apakah fungsi yang digunakan dalam suatu studi empiris

sebaiknya berbentuk linear, kuadrat atau kubik. Dengan uji

linearitas akan diperoleh informasi apakah model empiris

sebaiknya linear, kuadrat atau kubik. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan uji Durbin Watson. Dengan mendasarkan pada nilai

Durbin Watson tabel, dibandingkan dengan nilai statistik. Jika

signifikan atau berada pada daerah autokorelasi positif, maka

92

spesifikasi model persamaan utama adalah salah, atau

misspesification.

I. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah IBM SPSS

Statistic 16 merupakan sebuah program komputer statistik yang berfungsi

untuk membantu dalam memproses data-data statistik secara cepat dan

tepat, serta menghasilkan berbagai output yang dikehendaki oleh para

pengambilan keputusan.

93

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Profil Lembaga

1. Sejarah Singkat Bank Tabungan Negara Syariah

Bank BTN Syariah merupakan Unit Usaha Syariah (UUS) dari

PT Bank Tabungan Negara (Persero) yang menjalankan bisnis dengan

prinsip syariah. Tujuan dari pendirian UUS Bank BTN adalah untuk

memenuhi kebutuhan nasabah akan produk dan layanan perbankan

sesuai prinsip syariah dan memberi manfaat yang setara, seimbang dan

dalam pemenuhan kepentingan nasabah.

Bank BTN Syariah sebagai bagian dari Bank BTN yang

merupakan Bank BUMN, menjalankan fungsi intermediasi dengan

menghimpun dana masyarakat melalui produk-produk Giro, Tabungan,

dan Deposito, dan menyalurkan kembali ke sektor riil melalui berbagai

produk pembiayaan KPR, Multiguna, Investasi, dan Modal Kerja.

Pengembangan unit syariah di Bank BTN ini dimaksud untuk

mendukung kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan

pembangunan nasional terutama pembiayaan rumah.

Bank BTN Syariah mulai beroperasi pada tanggal 14 Februari

2005 melalui pembukaan Kantor Cabang Syariah pertama di Jakarta.

Jaringan UUS Bank BTN sampai dengan saat ini telah memiliki

jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia dengan jumlah 22 Kantor

94

Cabang Syariah, 21 Kantor Cabang Pembantu Syariah, dan 240 Kantor

Layanan Syariah (btn.co.id).

2. Visi dan Misi

Adapun Visi-Misi, Slogan dan Nilai-Nilai Perusahaan pada Bank BTN

Kantor Cabang Syariah (KCS) Semarang sebagai berikut :

a. Visi

Menjadi Strategic Business Unit BTN yang sehat dan terkemuka

dalam penyediaan jasa keuangan syariah dan mengutamakan

kemaslahatan bersama.

b. Misi

1) Mendukung pencapaian sasaran laba usaha BTN.

2) Memberikan pelayanan jasa keuangan syariah yang unggul

dalam pembiayaan perumahan dan produk serta jasa keuangan

syariah terkait sehingga dapat memberikan kepuasan bagi

nasabah dan memperoleh pangsa pasar yang diharapkan.

3) Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan

prinsip syariah sehingga dapat meningkatkan ketahanan BTN

dalam menghadapi perubahan lingkungan usaha serta

meningkatkan shareholders value.

4) Memberi keseimbangan dalam pemenuhan kepentingan

segenap stakeholders serta memberikan ketentraman pada

karyawan dan nasabah.

95

3. Slogan Bank Tabungan Negara Syariah

Slogan Bank Tabungan Negara Syariah yaitu Maju dan Sejahtera

Bersama.

4. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Syariah

Semarang telah menunjukkan garis wewenang dan garis tanggung

jawab secara sederhana, fleksibel dan tegas sehingga mencerminkan

pemisahan fungsi dengan jelas. Dalam organisasi jenis ini kesatuan

perintah tetap dipertahankan, maksudnya adalah atasan memiliki

bawahan dan bawahan tersebut hanya menerima perintah dari atasan

serta harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan pekerjaan tersebut.

Untuk lebih jelasnya dapat deperhatikan gambar struktur organisasi

Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Syariah Semarang di bawah

ini :

96

Gambar 4.1

Struktur Organisasi

B. Identitas Responden

Pada penelitian ini penulis melakukan penelitian pada BTN

Syariah Cabang Semarang dengan responden adalah karyawan yang

berjumlah 70 responden. Setiap responden memiliki karakteristik yang

berbeda, sehingga penulis melakukan pengelompokan dengan karakteristik

97

tertentu. Karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

kelamin, lama kerja dan pendidikan. Berikut ini hasil pengelompokan

responden berdasarkan kuisioner yang telah disebar:

1. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden yang terpilih dikelompokkan berdasarkan jenis

kelamin dalam dua kelompok yaitu laki-laki dan perempuan. Untuk

mengetahui proporsi jenis kelamin dengan jelas dapat dilihat pada

tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1

Jenis Kelamin Responden

JenisKelamin

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

Laki-laki 38 54,3 54,3 54,3

Perempuan 32 45,7 45,7 100,0

Total 70 100,0 100,0

Sumber: Data yang diolah, 2018

Dari tabel 4.1, dapat diketahui bahwa responden karyawan

BTN Syariah Cabang Semarang berdasarkan jenis kelaminnya adalah

sebanyak 38 orang laki-laki, sedangkan jumlah karyawan perempuan

sebanyak 32 orang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa responden/

karyawan pada BTN Syariah Cabang Semarang adalah lebih banyak

yang berjenis kelamin laki-laki dengan persentase 54,3%.

98

2. Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.2

Pendidikan Responden

Pendidikan terakhir

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

Diploma

III

16 22,9 22,9 22,9

SMA 15 21,4 21,4 44,3

Strata 1 37 52,9 52,9 97,1

Strata 2 2 2,9 2,9 100,0

Total 70 100,0 100,0

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Dari tabel 4.2, dapat diketahui bahwa responden/karyawan BTN

Syariah Cabang Semarang berdasarkan pendidikan terakhir adalah

yang berpendidikan SMA sebanyak 15 orang, Diploma III sebanyak 16

orang, Strata Satu sebanyak 37 orang, dan Strata Dua sebanyak 2

orang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden/

karyawan BTN Syariah Cabang Semarang mayoritas adalah

berpendidikan terakhir sarjana dengan persentase 52,9%.

3. Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Tabel 4.3

Lama Bekerja

NO LAMA BEKERJA RESPONDEN

1 < 5 tahun 51

2 5-10 tahun 18

3 >10 tahun 1

Total 70

Dari tabel 4.3 menunjukkan sebanyak 51 responden waktu

lama bekerja kurang dari 5 tahun, 18 responden waktu lama

bekerja 5-10 tahun, sedangkan 1 responden waktu lama bekerja

99

lebih dari 10 tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar responden/karyawan BTN Syariah Cabang Semarang

mayoritas waktu lama bekerjanya sekitar kurang dari 5 tahun

dengan persentase 71,9%.

C. Analisis Data

1. Uji Instrumen Penelitian

a. Uji Validitas

Validitas menunjukkan ketepatan dan kecermatan alat ukur

dalam melakukan fungsi ukurannya. Uji Validitas digunakan untuk

mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner

dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut

(Ghozali, 2013: 52). Item kuisioner dinyatakan valid apabila total

score berbintang dua dengan tingkat signifikan pada level 5% dan

berbintang satu pada tingkat signifikan pada level 1% (Bawono,

2006: 76). Untuk menguji apakah dari masing-masing indikator

valid atau tidak, berikut merupakan tabel hasil uji validitas :

Tabel 4.4

Hasil Uji Validitas

Variabel Item Pertanyaan Total Score

Correlation

Keterangan

Kinerja (Y) Kinerja 1 0,814** Valid

Kinerja 2 0,808** Valid

Kinerja 3 0,787** Valid

Kinerja 4 0,762** Valid

Kinerja 5 0,724** Valid

Kinerja 6 0,810** Valid

100

Pelatihan (X1) Pelatihan 1 0,832** Valid

Pelatihan 2 0,813** Valid

Pelatihan 3 0,854** Valid

Pelatihan 4 0,754** Valid

Motivasi (X2) Motivasi 1 0,817** Valid

Motivasi 2 0,881** Valid

Motivasi 3 0,877** Valid

Gaya

Kepemimpinan

(X3)

Gaya

Kepemimpinan 1

0,872** Valid

Gaya

Kepemimpinan 2

0,861** Valid

Gaya

Kepemimpinan 3

0,897** Valid

Gaya

Kepemimpinan 4

0,825** Valid

Gaya

Kepemimpinan 5

0,903** Valid

Gaya

Kepemimpinan 6

0,667** Valid

Gaya

Kepemimpinan 7

0,903** Valid

Etos Kerja

Islam (X4)

Etos Kerja Islam

1

0,875** Valid

Etos Kerja Islam

2

0,889** Valid

Etos Kerja Islam

3

0,845** Valid

Sumber : Data Primer yang diolah, 2018

Berdasarkan tabel di atas, diketahui semua pertanyaan yang

digunakan dalam kuisioner adalah valid, semua item pertanyaan

dalam variabel berbintang dua yang menunjukkan signifikan pada

level 5%, sehingga tidak ada item pertanyaan yang dihapus dan

semua item pertanyaan dapat digunakan pada kesuluruhan model

pengujian.

101

b. Uji Reliabilitas

Menurut Ghozali (2013: 47) realiabilitas sebenarnya adalah

alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator

dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel

atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Menurut Nunnally dalam Bawono (2006: 68) suatu variabel

dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0.60, sehingga data

tersebut bisa dikatakan reliabel untuk pengukuran dan meneliti

selanjutnya. Hasil pengujian reliabilitas dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 4.5

Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan

Pelatihan (X1) 0,823 Reliable

Motivasi (X2) 0,822 Reliable

Gaya Kepemimpinan

(X3)

0,930 Reliable

Etos Kerja Islam (X4) 0,835 Reliable

Kinerja (Y) 0,872 Reliable

Sumber : Data Primer yang diolah, 2018

Hasil pengujian reliabilitas konstruk variabel yang

digunakan dalam penelitian ini diperoleh nilai Cronbach Alpha

yang lebih besar dari 0,60. Hal ini berarti bahwa seluruh instrumen

dalam penelitian ini reliabel, sehingga semua butir pertanyaan

dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

102

2. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk menganalisa data yang

bersifat multivariate. Analisis ini digunakan untuk meramalkan nilai

variabel dependen (Y), dengan variabel independen yang lebih dari

satu (Bawono, 2006: 85). Analisis ini digunakan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh pelatihan (X1), motivasi (X2), gaya

kepemimpinan (X3) dan etos kerja Islam (X4) terhadap kinerja

karyawan pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Syariah

Semarang (Y). Persamaan regresi linear berganda dicari dengan

rumus:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3+ β4X4+e

Tabel 4.6

Hasil Uji Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardiz

ed

Coefficient

s

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.566 1.554 1.652 .103

PELATIHAN .139 .164 .088 .847 .400

MOTIVASI -.122 .122 -.059 -.996 .323

GAYAKEPEMI

MPINAN .191 .054 .245 3.569 .001

ETOSKERJA 1.296 .206 .701 6.278 .000

a. Dependent Variable:

KINERJA

Sumber: Data yang diolah, 2018

Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh persamaan regeresi sebagai

berikut :

103

Y = 2,566 + 0,139X1 – 0,122X2 + 0,191X3 + 1,296X4 + e

Dari persamaan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa:

a. Konstanta sebesar 2,566 menyatakan jika pelatihan (X1), motivasi

(X2), gaya kepemimpinan (X3) dan etos kerja Islam (X4) konstan

atau tidak ada atau nol, maka kinerja karyawan akan mengalami

kenaikan sebesar 2,566.

b. Koefisien regresi pelatihan (X1) sebesar 0,139 menyatakan

bahwa setiap penambahan 1 point (X1) berpengaruh tidak

signifikan sehingga tidak meningkatkan kinerja karyawan sebesar

0,139 dengan anggapan motivasi (X2), gaya kepemimpinan (X3)

dan etos kerja Islam (X4) tetap.

c. Koefisien regresi motivasi (X2) sebesar –0,122 menyatakan

bahwa setiap penambahan 1 point motivasi (X2) berpengaruh

tidak signifikan sehingga tidak meningkatkan kinerja karyawan

sebesar –0,122 dengan anggapan pelatihan (X1), gaya

kepemimpinan (X3) dan etos keja Islam (X4) tetap.

d. Koefisien regresi gaya kepemimpinan (X3) sebesar 0,191

menyatakan bahwa setiap penambahan 1 point gaya

kepemimpinan (X3) akan meningkatkan kinerja karyawan

sebesar 0,191 dengan anggapan pelatihan (X1), motivasi (X2) dan

etos keja Islam (X4) tetap.

e. Koefisien regresi etos kerja Islam (X4) sebesar 1,296 menyatakan

bahwa setiap penambahan 1 point etos kerja Islam (X4) akan

104

meningkatkan kinerja karyawan sebesar 1,296 dengan anggapan

pelatihan (X1), motivasi (X2) dan gaya kepemimpinan (X3) tetap.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat,maka dilakukan

pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini.

Metode pengujian terhadap hipotesis yang diajukan, dilakukan secara

parsial menggunakan uji t dan pengujian secara simultan menggunakan

uji F, serta pengujian Koefisien determinasi (R2).

a. Uji Statistik t

Uji ini digunakan untuk melihat tingkat signifikansi

variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara

individu atau sendiri-sendiri (Bawono, 2006: 89). Berdasarkan

tabel 4.6, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

Apabila nilai signifikansi kurang dari nilai alfa 0,05 maka

variabel tersebut dinyatakan positif mempengaruhi variabel

dependennya. Dari hasil uji statistik t pada tabel 4.6, peneliti

mendapatkan nilai t hitung masing-masing untuk pelatihan (X1),

motivasi (X2), gaya kepemimpinan (X3) dan etos kerja Islam (X4)

yaitu:

1) Koefisien pelatihan (X1) sebesar 0,139 menyatakan bahwa

setiap penambahan 1 point (X1) berpengaruh tidak signifikan

sehingga tidak meningkatkan kinerja karyawan sebesar 0,139

105

dengan t hitung sebesar 0,847 dan nilai signifikasi sebesar

0,400 dimana nilai signifikansi lebih besar dari nilai alfa 0.05

maka dapat dikatakan bahwa variabel pelatihan (X1) secara

statistik berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja

karyawan (Y). Dengan demikian hasil penelitian ini secara

empiris menerima Ho dan menolak hipotesis pertama (H1)

yang menyatakan bahwa pelatihan (X1) berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja karyawan (Y). Hal ini berarti

bahwa adanya pelatihan tidak merubah kinerja karyawan

tersebut.

Davis (2008) mengemukakan bahwa salah satu alasan

terjadinya kegagalan dalam melakukan pelatihan yaitu faktor

partisipan. Ketika karyawan hanya diharapkan untuk hadir pada

program pelatihan tanpa mempertanggung jawabkan apa yang

telah mereka pelajari dan lakukan setelah pelatihan, mereka

sepertinya tidak menunjukkan perubahan apapun pada perilaku

atau kemajuan pada kinerja. Hasil penelitian ini mendukung

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Silvia (2013) yang

hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pelatihan tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan.

Namun penelitian ini tidak mendukung pernyataan yang

dikemukakan oleh Suryoadi (2012: 12) yang menyatakan

bahwa untuk dapat mencapai kinerja yang tinggi sangat

106

ditentukan oleh adanya kemampuan dan keterampilan serta

pengetahuan karyawan yang tinggi pula dari hasil pelatihan.

Jadi, setelah diadakannya pelatihan diharapkan karyawan

memiliki kemampuan, ketrampilan serta pengetahuan yang

tinggi yang akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan yang

lebih baik. Penelitian ini tidak mendukung penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Endayani, et al (2015) yang

hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pelatihan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja karyawan.

H1 ditolak : pelatihan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan

2) Koefisien motivasi (X2) sebesar -0,122 menyatakan bahwa

setiap penambahan 1 point motivasi (X2) berpengaruh tidak

signifikan sehingga tidak meningkatkan kinerja karyawan

sebesar -0,122 dengan t hitung sebesar -0,996 dan nilai

signifikasi 0,323, dimana nilai signifikasi lebih besar dari nilai

alfa 0.05 maka dapat dikatakan bahwa variabel motivasi (X2)

secara statistik berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja

karyawan (Y). Dengan demikian secara empiris menerima Ho

dan menolak H2, yang menyatakan bahwa motivasi (X2)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan

(Y). Hal ini berarti adanya motivasi tidak merubah kinerja

karyawan tersebut atau tetap.

107

Salah satu yang menyebabkan karyawan tidak

termotivasi adalah motif yang mempengaruhinya. Seperti yang

dikemukakan Luthans (2006: 279) pada prinsipnya seseorang

pegawai termotivasi untuk melaksanakan tugas-tugasnya

tergantung dari kuatnya motif yang mempengaruhinya.

Selain itu, pada dasarnya yang membuat karyawan kehilangan

motivasi atau tidak semangat adalah situasi dan kondisi

pekerjaan itu sendiri (Yusuf, 2008). Hasil penelitian ini

mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rofiq

(2014) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa motivasi tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan.

Namun penelitian ini tidak mendukung teori yang

disampaikan oleh Armstrong (1988: 105) mengemukakan

bahwa memotivasi sumber daya manusia dapat mendorong

prestasi kerja yang tinggi dan dapat mendorong karyawan

untuk berusaha sebaik-baiknya untuk kepentingan perusahaan

dan kepentingan karyawan itu sendiri. Hal ini karyawan dapat

bekerja secara lebih giat dan lebih baik sehingga dapat

meningkatkan prestasi kerjanya sehingga dapat meningkatkan

kinerjanya. Penelitian ini juga tidak mendukung penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Kurnia (2014) yang hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

108

H2 ditolak : motivasi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan

3) Koefisien gaya kepemimpinan (X3) sebesar 0,191 menyatakan

bahwa setiap penambahan 1 point gaya kepemimpinan (X3)

akan meningkatkan kinerja karyawan sebesar 0,191 dengan t

hitung sebesar 3,569 dan nilai signifikasi sebesar 0.001, dimana

nilai signifikasi lebih kecil dari nilai alfa 0.05 maka dapat

dikatakan bahwa variabel gaya kepemimpinan (X3) secara

statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan (Y). Dengan demikian secara empiris menolak Ho

dan menerima H3, yang menyatakan bahwa gaya

kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi gaya

kepemimpinan seorang karyawan maka semakin tinggi pula

kinerja karyawan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan bahwa perilaku seorang pemimpin memiliki

dampak yang besar terkait dengan sikap bawahan yang

akhirnya berdampak pada kinerja. Menurut Heidjrachman,

et.al dalam Rascahyo (2013: 3) dalam hubungannya dengan

kinerja dijelaskan bahwa corak atau gaya kepemimpinan

seorang manajer berpengaruh dalam pencapaian tujuan suatu

organisasi.

109

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Sukandi, et al (2016) yang menunjukkan

bahwa bahwa variabel gaya kepemimpinan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Amri (2015) menunjukkan hasil

yang berbeda, hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil

bahwa gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja

karyawan. Artinya ketika gaya kepemimpinan meningkat

ataupun menurun, maka kinerja karyawan tersebut tidak ada

perubahan atau tetap.

H3 diterima : gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan

4) Koefisien etos kerja Islam (X4) sebesar 1,296 menyatakan

bahwa setiap penambahan 1 point etos kerja Islam (X3) akan

meningkatkan kinerja karyawan sebesar 1,296 dengan t hitung

sebesar 6,278 dan nilai signifikasi sebesar 0.000 dimana nilai

signifikasi lebih kecil dari nilai alfa 0.05 maka dapat dikatakan

bahwa variabel etos kerja Islam (X3) secara statistik

berpengaruh positif dan signifikan terhadapkinerja karyawan

(Y). Dengan demikian secara empiris menolak Ho dan

menerima H4 yang ada, yang menyatakan bahwa etos kerja

Islam berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi etos kerja

110

Islam seorang karyawan maka semakin tinggi pula kinerja

karyawan tersebut.

Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Zahra (2015: 31)

yang menjelaskan bahwa etos kerja Islami memberikan tekanan

pada kerja yang rata-rata dapat membantu pertumbuhan atau

kemajuan personal, penghargaan terhadap diri sendiri atau

orang lain, kepuasan kerja, dan pemberdayaan diri. Dengan

demikian etos kerja islami perlu ditanamkan pada seorang

karyawan karena bekerja bukan hanya faktor materi tetapi

karena adanya dorongan spiritual atau bekerja karena untuk

beribadah. Dengan etos kerja Islami maka semangat karyawan

akan terdorong sehingga hal ini akan dapat membawa

perusahaan pada tercapainya tujuan dan kemajuan secara

optimal, etos kerja yang dominan dalam Islam ialah menggarap

kehidupan ini secara giat, dengan mengarahkannya kepada

yang lebih baik. Dengan prinsip ini dapat meningkatkan

profesionalisme karyawan. Profesionalisme yang tinggi dapat

meningkatkan kinerja karyawan sehingga tujuan perusahaan

dapat tercapai.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Fitrianto (2011) yang menunjukkan bahwa

bahwa variabel etos kerja Islam berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan. Sedangkan penelitian

111

yang dilakukan oleh Shafissalam, et al (2016) menunjukkan

hasil yang berbeda, hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil

bahwa etos kerja Islam tidak berpengaruh terhadap kinerja

karyawan. Artinya ketika adanya etos kerja Islam, maka kinerja

karyawan tersebut tidak ada perubahan atau tetap.

H4 diterima : etos kerja Islam berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan

b. Uji Statistik F

Uji F ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh

variabel pelatihan (X1), motivasi (X2), gaya kepemimpinan (X3)

dan etos kerja Islam (X4) secara bersama-sama dapat

mempengaruhi variabel kinerja karyawan (Y) (Bawono, 2006: 91).

Tabel 4.7

Hasil Uji F statistik

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

1 Regressio

n 433.500 4 108.375 96.783 .000

a

Residual 72.785 65 1.120

Total 506.286 69

a. Predictors: (Constant), ETOSKERJA, MOTIVASI,

GAYAKEPEMIMPINAN, PELATIHAN

b. Dependent Variable:

KINERJA

Sumber: Data yang diolah, 2018

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa F hitung sebesar

96,783 dengan nilai signifikasi sebesar 0.000. Karena probabilitas

112

signifikan jauh lebih kecil dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa

pelatihan, motivasi, gaya kepemimpinan dan etos kerja Islam

secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

c. Uji R² (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi (R²) menunjukkan sejauh mana tingkat

hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen

atau variabel independen dengan variabel dependen. Menurut

Gujarati dalam Bawono (2006: 92) analisis koefisien determinasi

(R²) digunakan untuk mengetahui seberapa besar prosentase (%)

pengaruh keseluruhan variabel independen yang digunakan

terhadap variabel dependen (Bawono: 93). Hasil uji dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.8

HasilUjiKoefisienDetreminasi (R2)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .925a .856 .847 1.05819

a. Predictors: (Constant), ETOSKERJA, MOTIVASI,

GAYAKEPEMIMPINAN, PELATIHAN

Sumber: Data yang diolah, 2018

Tabel di atas menunjukkan koefisien korelasi (R) sebesar

0,925 ini berarti ada hubungan antara variabel dependen (kinerja

karyawan) dengan variabel independen (pelatihan, motivasi, gaya

kepemimpinan dan etos kerja Islam) sebesar 0.925. Koefisien

determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,847 ini berarti

kontribusi variabel independen (pelatihan, motivasi, gaya

113

kepemimpinan dan etos kerja Islam) mempengaruhi variabel

dependen (kinerja karyawan) sebesar 84,7% sedangkan sisanya

sebesar 15,3% dipengaruhi variabel lain di luar model.

4. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu akan

dilakukan pengujian terjadinya penyimpangan terhadap asumsi klasik.

Dalam asumsi klasik terdapat beberapa pengujian yang harus

dilakukan, yakni uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, uji

normalitas dan uji linieritas.

a. Uji Multicollinearity

Multicollinearity adalah situasi di mana terdapat korelasi

variabel-variabel bebas di antara satu dengan lainnya. Dalam hal

ini dapat disebut variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel

yang bersifat orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi

antar sesamanya sama dengan nol (Bawono, 2006: 116). Salah satu

metode untuk mendiagnosa adanya Multikolonieritas adalah

dengan menganalisis nilai tolerance dan lawannya variance

inflation factor (VIF) (Ghozali, 2013: 105). Hasil pengujian dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

114

Tabel 4.9

Hasil Uji Multicolinierity

Coefficientsa

Model

Unstandardize

d Coefficients

Standar

dized

Coeffic

ients

T Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error Beta

Toler

ance VIF

1 (Constant) 2.566 1.554

1.65

2 .103

PELATIH

AN .139 .164 .088 .847 .400 .204

4.90

9

MOTIVAS

I -.122 .122 -.059 -.996 .323 .629

1.59

0

GAYAKE

PEMIMPI

NAN

.191 .054 .245 3.56

9 .001 .470

2.13

0

ETOSKER

JA 1.296 .206 .701

6.27

8 .000 .178

5.63

0

a. Dependent Variable:

KINERJA

Sumber: Data yang diolah, 2018

Pada hasil uji multikolonieritas sub struktur I menunjukkan

nilai tolerance untuk variabel pelatihan, motivasi, gaya

kepemimpinan dan etos kerja Islam masing-masing sebesar 0.204,

0.629, 0.470 dan 0.178. Nilai tolerance yang diperoleh pada

variabel tersebut lebih dari 0.1 serta nilai VIF untuk variabel

pelatihan, motivasi, gaya kepemimpinan dan etos kerja Islam yaitu

masing-masing sebesar 4.909, 1.590, 2.130, 5.630. Dimana nilai

VIF pada variabel tersebut kurang dari 10. Berdasarkan nilai

115

tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala

multikolonieritas pada model substruktur I.

b. Uji Heteroskedasticity

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual

satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual

satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas (Ghozali,

2013: 139).Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.10

Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardi

zed

Coefficie

nts

T Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) .696 .966 .720 .474

PELATIHAN -.009 .102 -.024 -.089 .929

MOTIVASI .125 .076 .250 1.641 .106

GAYAKEPE

MIMPINAN -.044 .033 -.231 -1.307 .196

ETOSKERJA -.006 .128 -.013 -.047 .963

a. Dependent Variable: RES

Sumber: Data yang diolah, 2018

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas dalam tabel

terlihat bahwa nilai signifikan variabel independen variabel

116

pelatihan, motivasi, gaya kepemimpinan dan etos kerja Islam

masing-masing sebesar 0.929, 0.106, 0.196, 0.963. Nilai sig dari

masing-masing variabel tersebut lebih besar dari 0.05, maka dapat

disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini terjadi

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengujiapakah variabel

independen dan variabel dependen dalam model regresi memiliki

distribusi normal atau tidak (Bawono, 2006: 174). Model regresi

yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati

normal. Pada pengujian ini peneliti menggunakan analisa statistik

yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji

statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Hasil

pengujian dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.11

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz

ed Residual

N 70

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.02706448

Most Extreme

Differences

Absolute .109

Positive .109

Negative -.090

Kolmogorov-Smirnov Z .912

Asymp. Sig. (2-tailed) .376

a. Test distribution is Normal.

Sumber: Data yang diperoleh, 2018

117

Pada hasil uji dari statistik non-parametrik kolmogorov-

smirnov menyatakan bahwa Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0.376

sedangkan tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0.05. Hasil

ini menunjukkan bahwa data yang digunakan adalah data yang

berdistribusi normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar

dari 0.05 (0.376 > 0.05).

d. Uji Linieritas

Uji linearitas dilakukan untuk menguji apakah spesifikasi

model yang digunakan sudah benar atau tidak (Ghozali, 2013:

166). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji Durbin

Watson. Uji ini biasanya dilakukan untuk melihat ada tidaknya

autokorelasi dalam suatu model regresi.

Tabel 4.12

Hasil Uji Linieritas dengan Metode Durbin-Watson Model

Linier

Model Summaryb

Mode

l R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 .925a .856 .847 1.05819 2.242

a. Predictors: (Constant), ETOSKERJA, MOTIVASI,

GAYAKEPEMIMPINAN, PELATIHAN

b. Dependent Variable: KINERJA

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

118

Tabel 4.13

Hasil Uji Linieritas dengan Metode Durbin-Watson Model

Kuadrat

Model Summaryb

Mode

l R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 .923a .852 .843 1.07265 2.217

a. Predictors: (Constant), ETOSKERJA2, MOTIVASI2,

GAYAKEPEMIMPINAN2, PELATIHAN2

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Berdasarkan hasil tabel di atas, maka dapat diketahui

besarnya nilai durbin-watson keduanya yaitu untuk persamaan

linier sebesar 2,217. Sedangkan nilai tabel durbin-watson,

diketahui sebagai berikut : jumlah sampel atau observasi adalah 70,

jumlah variabel bebas adalah 4. Dengan asumsi derajat

kepercayaan 5% nilai tabel dL = 1,494 nilai tabel du = 1,735. Maka

dapat disimpulkan bahwa tidak dapat kesalahan spesifikasi model

tersebut layak dipakai. Dengan kata lain spesifikasi model linier

layak untuk digunakan untuk model regresi.

119

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui

tahap pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data mengenai

pengaruh pelatihan, motivasi, gaya kepemimpinan dan etos kerja Islam

terhadap kinerja karyawan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Pelatihan (X1) berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja karyawan

(Y) pada Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah Kantor Cabang

Semarang.

2. Motivasi (X2) berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja karyawan

(Y) pada Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah Kantor Cabang

Semarang.

3. Gaya kepemimpinan (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan (Y) pada Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah

Kantor Cabang Semarang.

4. Etos kerja Islam (X4) bepengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan (Y) pada Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah

Kantor Cabang Semarang.

120

B. Saran

1. Pelatihan hendaknya diberikan secara berkesinambungan kepada setiap

karyawan, akan lebih baik apabila pelatihan diberikan sejak awal

penempatan kerja agar karyawan dengan mudah menyesuaikan diri

dengan pekerjaannya. Selain itu perlu pengidentifikasian mengenai

pelatihan yang dibutuhkan oleh setiap karyawan.

2. Pemberian motivasi kepada karyawan perlu ditingkatkan, diantaranya

dengan cara mendorong semangat kerja serta menciptakan suasana dan

hubungan kerja yang baik.

3. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dalam bidang yang

sama, jika akan menggunakan skripsi ini sebagai referensi, sebaiknya

perlu dikaji kembali. Karena tidak menutup kemungkinan masih ada

pernyataan-pernyataan yang belum atau kurang sesuai. Selain itu,

terkait kinerja karyawan di perusahaan perlu melihat faktor-faktor

lain atau mengembangkan lebih banyak menggunakan variabel

independen, misalnya lingkungan kerja, stres kerja, kompensasi serta

melibatkan lebih banyak responden dalam melakukan penelitian yang

dapat mempengaruhi kinerja karyawan.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Euis. 2012. Potret Pendidikan Ekonomi Islam.

http://jurnalekis.blogspot.co.id/2012/07/potret-pendidikan-

ekonomi-islam- di.html?m=1 diakses pada tanggal 25

September 2017 jam 17:00

Amri, Khaerul. 2015. Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, Disiplin Kerja

dan Pelatihan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan BMT Bina Fikri

Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Armstrong, Michael. 1988. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta:

PT Elex Media Komputindo.

Asifudin, Ahmad Janan. 2004. Etos Kerja Islami. Surakarta:

Muhammadiyah University Press.

Barthos, Basir. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu

Pendekatan Makro. Jakarta: Bumi Aksara.

Bawono, Anton. 2006. Multivariate Analysis dengan SPSS. Salatiga:

STAIN Salatiga Press.

Davis, E. 2008. The Art of Training and Development: The Training

Managers: A Handbook. Ensiklopedia (Terjemahan). Jakarta:

Gramedia.

Davis, Keith & John W Newstrom. 1985. Perilaku Dalam Organisasi

Edisi Ketujuh Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Desky, Harjoni. 2014. Pengaruh Etos Kerjas Islami dan Gaya

Kepemimpinan Terhadap Kineja Karyawan Rumah Makan Ayam

Lepaas Lhokseumawe. Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol. 8

No. 2.

Dessler, Gary. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi

Kesepuluh Jilid Pertama. Jakarta: PT. Indeks.

Endayani, Fatmasari, Djamhur Hamid, & Mochamad Djudi. 2015.

Pengaruh Pelatihan Kerja Terhadap Kemampuan Kerja dan

Kinerja Karyawan (Studi Pada PT. BPRS Bumi Rinjani Kepanjen).

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 25 No. 1.

Fauzie, Aji. 2017. Tantangan Perbankan Syariah di Tahun 2017.

https://www.kompasiana.com/ajifauzie/tantangan-perbankan-

syariah-di 2017_58a487dad47e61ca4ae2eafe diakses tanggal

15 November 2017 jam 13.00.

Fitrianto, Fajar Rian. 2011. Pengaruh Etos Kerja Islam Terhadap Kinerja

Karyawan PT. BPRS Buana Mitra Perwira Purbalingga. Skripsi.

Semarang: Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri

Walisongo Semarang.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program

IBM SPSS 21 Update PLS Regresi Edisi 7. Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta: Andi.

Harahap, Isnen. 2016. Strategi MSDM Menghadapi MEA.

https://www.kompasiana.com/isnenharahap/strategi-msdm-

menghadapi mea_57264988b27e61090b031e9a diakses pada

tanggal 15 November 2017 jam 13:45

Hariandja, Marihot Tua Effendi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia

Pengadaan, Pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkatan

Produktivitas Pegawai. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Herlambang, Susatyo. 2014. Perilaku Organisasi Cara Mudah Mempelajari

Perilaku Manusia Dalam Sebuah Organisasi. Yogyakarta: Gosyen

Publishing.

Herujito, Yayat M. 2001. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Kurnia, Armeini. 2014. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan

Bank Bni Cabang Sudirman Bandung. Skripsi. Bandung:

Universitas Widyatama.

Kurniawan, Ridho. 2015. Pengaruh Gaya Kepemimpinan,

Profesionalisme, dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja

Pemeriksa Pajak (Studi Pada Pemeriksa Pajak di KPP Madya

Pekanbaru, KPP Pratama Pekanbaru Tampan, dan KPP Pratama

Pekanbaru Senapelan). Jom FEKON Vol. 2 No. 2.

Luthan, Fred. 2006. Perilaku Organisasi Edisi Sepuluh.Yogyakarta: Andi.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

_________________________. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia

Cetakan Kelima. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Martono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan

Analisis Data Sekunder. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mulyadi & Rivai. 2009. Theori I Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan

Spiritual. Jakarta: Salemba Ilmu Semesta.

Mutoha, Rofiq. 2014. Pengaruh Tingkat Pedidikan, Pengalaman Kerja dan

Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Pare Kediri 2013. Artikel Skripsi. Kediri: Universitas

Nusantara PGRI Kediri.

Ningrum, Widhayu, Bambang Swasto S, & Moehamad Soe‟oed Hakam.

2013. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja

Karyawan (Studi Pada Karyawan Joint Operating Body

Pertamina-PertoChina East Java). Jurnal Administrasi Bisnis

(JAB)| Vol. 6 No. 2.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Jakarta: Rineka Cipta.

Pandjojo, Ranu Heidjrachman & Suad Husnan. 2000. Manajemen

Personalia Edisi Keempat. Yogyakarta: BFEE.

Praktik Edisi Pertama Cetakan Pertama. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Puspitasari, Rita. 2014. Pengaruh Motivasi Kerja dan Pelatihan Kerja

Terhadap Kinerja Karyawan Pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Magelang. Thesis. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Yogyakarta.

Rachmawati, Ike Kusdyah. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta: C.VAndi Offset.

Rascahyo, Agung. 2013. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja

Karyawan Pada Rumah Sakit Siti Khodijah Sidoajo. Jurnal Ilmu &

Riset Manajemen Vol. 2 No. 12.

Reza, Regina Aditya. 2010. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi dan

Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Kayawan PT. Sinar Sentosa

Perkasa Banjarnegara. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro Semarang.

Rivai, Veithzal & Dedy Mulyadi. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku

Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Rivai, Veithzal dan Ella Jauvani Sagala. 2009. Manajemen Sumber Daya

Manusia untuk Perusahaan Dari Teori ke Praktik. Jakarta:

Rajawali Pers.

Rojikin. 2015. Pengaruh Kompensasi dan Lingkungan Kerja Pada Kinerja

Kayawan dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Interening

(Study Pada PT. PLN Distribusi Jawa Tengah dan D.I

Yogyakarta). Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Saifullah. 2012. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja

Karyawan Pada Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah Di Kabupaten Bengkalis. Skripsi. Pekanbaru: Fakultas

Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim Pekanbaru.

Setiawan, Eko Yudhi. 2015. Pengaruh Gaya Kepemimpinan

Transformasional dan Transaksional Terhadap Kinerja

Karyawan PT. ISS Indonesia di Rumah Sakit National

Surabaya. e-Jurnal Ilmu Manajemen MAGISTRA Vol. 1 No. 1.

Shafissalam, Alfa & Misbahuddin Azzuhri. Pengaruh Etos Kerja Islami

Terhadap Kinerja Karyawan Pada Koperasi Agro Niaga

Indonesia (KANINDO) Syariah Jawa Timur. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Siagian, Sondang P. 2001. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

________________. 2002. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Silvia, Titin Olga. 2013. Pengaruh Pelatihan Dan Disiplin Terhadap

Kinerja Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya. Jurnal

Manajemen dan Bisnis Indonesia. Vol. 2, No. 3.

Sinungan, Muchdarsyah. 2005. Produktivitas Apa dan Bagaimana.

Jakarta: Bumi Aksara.

Soedjipto, Budi W, dkk. 2002. Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya

Manusia. Jogjakarta: Amara Book.

Sofyandi, Herman & Iwa Garniwa. 2007. Perilaku Organisasional.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sukandi, Pipin & Eric Toberico. 2016. Pengaruh Gaya Kepemimpinan

Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Kasus Gaya Kepemimpinan

Situsional di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung

Cibeunying). Conference on Management and Behavioral Studies.

Jakarta: Universitas Tarumanegara.

Sulaiman. 2016. Pengaruh Perilaku Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai

di Bagian Pembendaharaan Biro Keuangan Sekretariat Daerah

Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Bandung: FISIP Universitas

Pasundan.

Suranta, Sri. 2002. Dampak Motivasi Karyawan Pada Hubungan

Antara Gaya Kepemimpinan Dengan Kinerja Karyawan

Perusahaan Bisnis. Jurnal Empirika. Vol 15. No 2.

Suryoadi, Yerri & Intan Ratnawati. 2012. Pengaruh Pelatihan dan

Kepuasan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt.

Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang. Skripsi.

Semarang: Fakultas Ekonomik dan Bisnis Universitas

Diponegoro Semarang.

Susanto, A.B. 2011. Management for Everyone Human Capital. Jakarta:

Esensi.

Sutikno, M. Sobry. 2014. Pemimpin dan Kepemimpinan. Lombok:

Holistika.

Sutrischastini, Ary. 2015. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja

Pegawai Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul.

Jurnal Kajian Bisnis Vol. 23 No. 2.

Tampubolon, Biatna D. 2007. Analisis Faktor Gaya Kepemimpinan dan

Faktor Etos. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.

Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islam. Jakarta: Gema

Insani Pers.

Tika, Moh Pabundu. 2006. Metodelogi Riset Bisnis. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Veithzal, R. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk

Perusahaan dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Wahjono, Sentot Imam. 2010. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja Edisi Ketiga. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

_______. 2010. Manajemen Kinerja Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali Pers.

Wijaya, Tanto & Fransisca Andreani. 2015. Pengaruh Motivasi dan

Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Sinar Jaya

Abadi Bersama. AGORA Vol. 3 No. 2.

Wijayanti, Dwi Wahyu. 2012. Pengaruh Kepemimpinan dan Motivasi

Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Daya Anugerah

Semesta Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Semarang.

Wijayanti, Ratna & Farid Wajdi. 2012. Pengaruh Kepemimpinan Islami,

Motivasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

dengan Lama Kerja Sebagai Variabel Moderating. Jurnal

Ekonomi Manajemen Sumber Daya Vol. 13 No. 2.

Yusuf, Andie. 2008. Pengaruh Motivasi Terhadap Peningkatan Kinerja

https://teknologikinerja.wordpress.com/2008/05/06/pengaruh-

motivasi-terhadap-peningkatan-kinerja/ diakases pada tanggal 30

Desember 2017 jam 21:00.

Zahra, Annidjatuz. 2015. Pengaruh Etos Kerja Islami Terhadap Kinerja

Karyawan di CV. Sidiq Manajemen Yogyakarta. Skripsi.

Yogyakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Nama : Anisa Filia Sofiana

Tempat, tanggal lahir : Kab. Semarang, 21 Mei 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Dsn. Mesu RT/RW : 03/07 Ds. Suruh Kec. Suruh

E-mail : [email protected]

Nomor hp : 085227781676

Riwayat Pendidikan :

2001 – 2007 : SD Negeri 03 Suruh

2007 – 2010 : SMP Negeri 01 Suruh

2010 – 2013 : SMA Negeri 01 Suruh

2013 – 2018 : S1 Perbankan Syariah, FEBI IAIN Salatiga

Kepada

Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i selaku Karyawan PT Bank Tabungan Negara (Persero)

Syariah KC Semarang

Di Semarang

Assalamu‟alaikum wr.wb

Dengan hormat,

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, tak lupa

shalawat serta salam kita sanjungkan kepada junjungan kita nabi Muhammad

SAW. Dengan ini, saya selaku Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga membuat kuesioner ini dalam rangka

menunjang kegiatan penelitian/tugas akhir sebagai syarat kelulusan yang

dilakukan oleh peneliti. Sedangkan judul penelitian saya adalah Pengaruh

Pelatihan, Motivasi, Gaya Kepemimpinan dan Etos Kerja Islam terhadap

Kinerja Karyawan. Maka dari itu, saya mengharapkan kesediaan

Bapak/Ibu/Saudara/i untuk memberikan pendapat mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja karyawan tersebut dengan mengisi angket atau kuesioner

yang telah disediakan. Jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan akan dijamin

kerahasiaannya hanya akan digunakan untuk kepentingan akademik semata.

Atas bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i mengisi kuesioner, saya

ucapkan terima kasih.

Wassalamu‟alaikum wr.wb

Hormat saya

Anisa Filia Sofiana

NIM.21313070

KUESIONER

PENGARUH PELATIHAN, MOTIVASI, GAYA KEPEMIMPINAN DAN

ETOS KERJA ISLAM TERHADAP KINERJA KARYAWAN

(Studi Pada Bank BTN Syariah Kantor Cabang Semarang)

1. Identitas Responden

a. Nama (boleh tidak diisi) : ……………………………

b. Umur : 20-30 Tahun

31-40 Tahun

>40 Tahun

c. Jenis Kelamin : Laki-Laki

Perempuan

d. Pendidikan Terakhir : SLTA S1

D3 S2

e. Lama Bekerja : <5 Tahun

5-10 Tahun

>10 Tahun

f. Jabatan : ……………………………..

g. Penghasilan : <Rp 5.000.000,-

> Rp 5.000.000,-

2. Petunjuk Pengisian

a. Kuesioner ini terdiri dari pernyataan dengan alternatif jawaban.

b. Berilah tanda centang (√) sesuai dengan jawaban yang tepat pada kolom

yang telah disediakan.

No Alternatif Jawaban Skor

1. Sangat Setuju (SS) 5

2. Setuju (S) 4

3. Netral (N) 3

4. Tidak Setuju (TS) 2

5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

3. Pernyataan-pernyataan tentang variabel kinerja karyawan.

No Uraian SS S N TS STS

Kualitas Kinerja

1. Kualitas hasil pekerjaan sesuai dengan

skill/kemampuan yang anda miliki

Kuantitas Kerja

2. Tingkat pencapaian volume kerja yang

anda hasilkan telah sesuai dengan harapan

perusahaan

Ketepatan waktu

3. Pekerjaan yang anda kerjakan terselesaikan

dengan tepat waktu

Efektivitas

4. Anda dapat memanfaatkan waktu setiap

menyelesaikan suatu pekerjaan

Kemandirian

5. Anda termasuk karyawan yang mempunyai

inisiatif dan kreatifitas sendiri dalam

menyelesaikan pekerjaan

Komitmen Kerja

6. Anda akan tetap bekerja di Bank BTN

Syariah KC Semarang walaupun ada

tawaran pekerjaan yang lebih menarik

diperusahaan lain

4. Pernyataan-pernyataan tentang variabel pelatihan.

No Uraian SS S N TS STS

Pengetahuan

1. Pengetahuan bidang pekerjaan saya

bertambah setelah mengikuti pelatihan

Kemampuan Berpikir

2. Kemampuan/skill saya bertambah setelah

mengikuti pelatihan

Sikap

3. Saya memiliki solusi /cara ketika saya

mengalami kendala/masalah dalam

menyelesaikan pekerjaan

Kecakapan

4. Saya selalu bersikap tenang saat

menghadapi permasalahan dalam bekerja

5. Pernyataan-pernyataan tentang variabel motivasi.

No Uraian SS S N TS STS

Perilaku Karyawan

1. Saya selalu berusaha sekuat tenaga dan

focus seperti yang diajarkan atasan dalam

mengerjakan tugas agar hasil yang dicapai

sangat memuaskan dan optimal

Usaha Karyawan

2. Saya selalu melakukan inisiatif dan kreatif

dalam melaksanakan tugas agar saya dapat

mengerjakan suatu pekerjaan dengan cara

yang lebih mudah

Kegigihan Karyawan

3. Keluhan dari klien menjadi tanggung

jawab saya untuk cepat menyelesaikan

6. Pernyataan-pernyataan tentang variabel gaya kepemimpinan.

No. Uraian SS S N TS STS

Iklim Saling Mempercayai

1. Pimpinan memberikan wewenang pada

setiap karyawan untuk menyelesaikan

pekerjaan

Penghargaan Terhadap Ide Bawahan

2. Pimpinan saya selalu memberikan imbalan

jasa sesuai dengan bobot kerja dan prestasi

kerja karyawan

Memperhatikan Perasaan Para Bawahan

3. Pimpinan saya selalu mendengarkan setiap

keluhan dan saran-saran dari karyawan

Perhatian pada Kenyamanan Kerja Bagi Para Pegawai

4. Pimpinan saya selalu memperhatikan

kepentingan setiap karyawannya

Perhatian pada Kesejahteraan Bawahan

5. Pimpinan saya selalu memberikan imbalan

jasa sesuai dengan bobot kerja dan prestasi

kerja karyawan

Memperhatikan Faktor Kepuasan Kerja Para Bawahan Dalam

Menyelesaikan Tugas-Tugas yang Dipercayakan Padanya

6. Pimpinan saya memberikan penghargaan

atas penyelesaian tugas dengan baik

Pengakuan Atas Status Para Bawahan Secara Tepat dan Profesional

7. Setiap karyawan diberikan kesempatan

untuk menyampaikan ide dan usulan

7. Pernyataan-pernyataan tentang variabel etos kerja Islam.

No. Uraian SS S N TS STS

Kerja Merupakan Penjabaran dari Akidah

1. Saya selalu memulai pekerjaan denan niat

untuk beribadah hanya kepada Allah SWT

Kerja Dilandasi Ilmu

2. Dengan ilmu yang saya miliki, sehingga

saya mampu membedakan antara tujuan

yan benar dan salah, baik/buruk

Kerja dengan Meneladani Sifat-Sifat Ilahi Serta Mengikuti Petunjuk-

Petunjuk-Nya

3. Dalam bekerja saya berlandaskan Al-

Qur‟an dan Hadits

Hasil Pengujian dengan SPSS

1. Uji Validitas

a. Variabel Kinerja

Correlations

K1 K2 K3 K4 K5 K6 KINERJA

K1 Pearson Correlation 1 .652** .686

** .645

** .468

** .430

** .814

**

Sig. (2-tailed)

.000 .000 .000 .000 .000 .000

N 70 70 70 70 70 70 70

K2 Pearson Correlation .652** 1 .689

** .395

** .394

** .658

** .808

**

Sig. (2-tailed) .000

.000 .001 .001 .000 .000

N 70 70 70 70 70 70 70

K3 Pearson Correlation .686** .689

** 1 .633

** .288

* .508

** .787

**

Sig. (2-tailed) .000 .000

.000 .015 .000 .000

N 70 70 70 70 70 70 70

K4 Pearson Correlation .645** .395

** .633

** 1 .513

** .470

** .762

**

Sig. (2-tailed) .000 .001 .000

.000 .000 .000

N 70 70 70 70 70 70 70

K5 Pearson Correlation .468** .394

** .288

* .513

** 1 .659

** .724

**

Sig. (2-tailed) .000 .001 .015 .000

.000 .000

N 70 70 70 70 70 70 70

K6 Pearson Correlation .430** .658

** .508

** .470

** .659

** 1 .810

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

.000

N 70 70 70 70 70 70 70

KINERJA Pearson Correlation .814** .808

** .787

** .762

** .724

** .810

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 70 70 70 70 70 70 70

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

b. Variabel Pelatihan

Correlations

P1 P2 P3 P4 PELATIHAN

P1 Pearson Correlation 1 .589** .560

** .541

** .832

**

Sig. (2-tailed)

.000 .000 .000 .000

N 70 70 70 70 70

P2 Pearson Correlation .589** 1 .666

** .346

** .813

**

Sig. (2-tailed) .000

.000 .003 .000

N 70 70 70 70 70

P3 Pearson Correlation .560** .666

** 1 .594

** .854

**

Sig. (2-tailed) .000 .000

.000 .000

N 70 70 70 70 70

P4 Pearson Correlation .541** .346

** .594

** 1 .754

**

Sig. (2-tailed) .000 .003 .000

.000

N 70 70 70 70 70

PELATIHAN Pearson Correlation .832** .813

** .854

** .754

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 70 70 70 70 70

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

c. Variabel Motivasi

Correlations

M1 M2 M3 MOTIVASI

M1 Pearson Correlation 1 .559** .557

** .817

**

Sig. (2-tailed)

.000 .000 .000

N 70 70 70 70

M2 Pearson Correlation .559** 1 .702

** .881

**

Sig. (2-tailed) .000

.000 .000

N 70 70 70 70

M3 Pearson Correlation .557** .702

** 1 .877

**

Sig. (2-tailed) .000 .000

.000

N 70 70 70 70

MOTIVASI Pearson Correlation .817** .881

** .877

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 70 70 70 70

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

d. Variabel Gaya Kepemimpinan

Correlations

G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7

GAYAKEPE

MIMPINAN

G1 Pearson

Correlation 1 .778

** .883

** .710

** .692

** .455

** .692

** .872

**

Sig. (2-tailed)

.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 70 70 70 70 70 70 70 70

G2 Pearson

Correlation .778

** 1 .792

** .807

** .650

** .511

** .650

** .861

**

Sig. (2-tailed) .000

.000 .000 .000 .000 .000 .000

N 70 70 70 70 70 70 70 70

G3 Pearson

Correlation .883

** .792

** 1 .818

** .727

** .438

** .727

** .897

**

Sig. (2-tailed) .000 .000

.000 .000 .000 .000 .000

N 70 70 70 70 70 70 70 70

G4 Pearson

Correlation .710

** .807

** .818

** 1 .669

** .324

** .669

** .825

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

.000 .006 .000 .000

N 70 70 70 70 70 70 70 70

G5 Pearson

Correlation .692

** .650

** .727

** .669

** 1 .554

** 1.000

** .903

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

.000 .000 .000

N 70 70 70 70 70 70 70 70

G6 Pearson

Correlation .455

** .511

** .438

** .324

** .554

** 1 .554

** .667

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .006 .000

.000 .000

N 70 70 70 70 70 70 70 70

G7 Pearson

Correlation .692

** .650

** .727

** .669

** 1.000

** .554

** 1 .903

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

.000

N 70 70 70 70 70 70 70 70

GAYAKEPEMIM

PINAN

Pearson

Correlation .872

** .861

** .897

** .825

** .903

** .667

** .903

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 70 70 70 70 70 70 70 70

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

e. Variabel Etos Kerja Islam

Correlations

E1 E2 E3 ETOSKERJA

E1 Pearson Correlation 1 .741** .569

** .875

**

Sig. (2-tailed)

.000 .000 .000

N 70 70 70 70

E2 Pearson Correlation .741** 1 .596

** .889

**

Sig. (2-tailed) .000

.000 .000

N 70 70 70 70

E3 Pearson Correlation .569** .596

** 1 .845

**

Sig. (2-tailed) .000 .000

.000

N 70 70 70 70

ETOSKERJA Pearson Correlation .875** .889

** .845

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 70 70 70 70

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

2. Uji Reliabilitas

a. Variabel Kinerja

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha

Based on

Standardized Items N of Items

.872 .875 6

b. Variabel Pelatihan

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha

Based on

Standardized Items N of Items

.823 .830 4

c. Variabel Motivasi

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha

Based on

Standardized Items N of Items

.822 .822 3

d. Variabel Gaya Kepemimpinan

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha

Based on

Standardized Items N of Items

.930 .935 7

e. Variabel Etos Kerja Islam

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha

Based on

Standardized Items N of Items

.835 .839 3