Upload
almira-zada-neysan-susanto
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/29/2019 Sistem Cairan Tubuh
1/18
SISTEM CAIRAN TUBUH
Kompartemen cairan tubuhSeluruh cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen utama : cairan
ekstraselular dan cairan intraselular. Kemudian cairan ekstraselular dibagi menjadi cairaninterstitial dan plasma darah.
Ada juga kompartemen cairan yang kecil yang disebut sebagai cairan transelar.
Kompartemen ini meliputi cairan dalam rongga sinovial, peritoneum, perikardial, dan
intraokular juga cairan serebrospinal; biasanya dipertimbangkan sebagai jenis cairan
ekstraselular khusus, walaupun pada beberapa kasus, komposisinya dapat sangat berbeda
dengan yang di plasma atau cairan interstitial. Cairan transelular seluruhnya berjumalah
sekitar 12 liter.
Pada orang normal dengan berat 70 kg, total cairan tubuhnya kira kira 60% berat
badan atau sekitar 42 L. Persentase ini dapat berubah bergantung pada umur, jenis kelamin,
dan derajat obesitas.Seiring dengan pertumbuhan seseorang, persentase total cairan terhadap
berat badan berangsur angsur turun. Hal ini sebagian adalah akibat dari kenyataan bahwa
penuaan biasanya berhubungan dengan peningkatan persentase berat badan yaitu lemak, yang
kemudian menurunkan persentase cairan dalam tubuh. Karena wanita mempunyai lebih
sedikit cairan daripada pria dalam perbandingan dengan berat badan.
Kompartemen cairan intraselular
http://cdn.artikelterbaru.com/wp-content/uploads/2011/09/cairan-tubuh.jpg7/29/2019 Sistem Cairan Tubuh
2/18
Sekitar 28 dari 42 liter cairan tubuh merupakan cairan interselular. Cairan intraseluler
dipisahkan dari cairan ekstraselular oleh membran selektif yang sangat permeabel terhadap
air, tetapi tidak permeabel terhadap sebagian elektrolit dalam tubuh. Membran sel
mempertahankan komposisi cairan di dalam agar serupa seperti yang terdapat di berbagai sel
tubuh lainnya.
Berbeda dengan cairan ekstraselular, maka cairan intraselular hanya mengandung
sejumlah kecil ion natrium dan klorida dan hampir tidak ada ion kalsium. Malah , cairan ini
mengandung sejumlah besar ion kalium dan fosfat ditambah ion magnesium dan sulfat dalam
jumlah sedang. Semua ion ini memiliki konsentrasi yang rendah pada cairan ekstraselular.
Juga sel mengandung sejumlah besar protein, hampir empat kali lipat lebih banyak daripada
dalam plasma.
Kompartemen cairan ekstraselular
Seluruh cairan di luar sel disebut cairan ekstraselular. Cairan ini merupakan 20 persen
dari berat badan. Dua kompartemen terbesar cairan ekstraseluler adalah cairan interstitial
yang merupakan tiga perempat cairan ekstraselular, dan plasma yang hampir seperempat
cairan ekstraselular. Plasma adalah bagian darah nonselular dan terus menerus berhubungan
dengan cairan interstitial melalui celah membran kapiler. Celah ini bersifat sangat permeabeluntuk hampir semua zat terlarut dalam cairan ekstraselular, kecuali protein. Karenanya cairan
ekstraselular secara konstan terus tercampur sehingga plasma dan cairan interstitial
mempunyai komposisi yang sama kecuali untuk protein, yang konsentrasinya lebih tinggi
pada plasma. Konstituen ekstraselular terdiri dari natrium dan klorida dalam jumlah besar,
ion bikarbonat yang juga dalam jumlah cukup besar, tapi hanya sedikit ion kalium,
magnesium, fosfat, dan asam organik. Komposisi cairan ekstraselular diatur dengan cermat
oleh berbagai mekanisme, tapi khususnya oleh ginjal. Hal ini memungkinkan sel untuk tetap
terus terendam dalam cairan yang mengandung konsentrasi elektrolit dan nutrien yang sesuai
untuk fungsi sel yang optimal.
Asupan cairan
Cairan ditambahkan ke dalam tubuh dari dua sumber utama : (1) berasal dari larutan
atau cairan makanan yang dimakan, yang normalnya menambah cairan tubuh sekitar 2100ml/hari, dan (2) berasal dari sintesis dalam badan sebagai hasil oksidasi karbohidrat,
7/29/2019 Sistem Cairan Tubuh
3/18
menambah sekitar 200 ml/hari. Kedua hal ini memberikan asupan cairan harian total sekitar
2300 ml/hari. Asupan cairan sangat bervariasi bergantung pada cuaca, kebiasaan, dan tingkat
aktivitas fisik.
Keluaran cairan
- Insensibe fluid lossVariasi asupan cairan harus hati hati disesuaikan dengan pengeluaran cairan
harian. Beberapa pengeluaran cairan tidak dapat diatur dengan tepat. Sebagai contoh,
ada pengeluaran cairan yang berlangsung terus menerus melalui evaporasi sekitar 700
ml/hari pada keadaan normal. Inilah yang disebut insensible water loss.
- Sensible fluid lossKehilangan cairan ini dapat melalui tiga jalur yaitu keringat, feses, dan urine.
Jumlah cairan yang hilang melalui keringat sangat bervariasi bergantung pada
aktivitas fisik dan suhu lingkungan. Volume keringat normal hanya sekitar 100
ml/hari, tapi pada keadaan cuaca panas ataupun latihan berat, kehilangan cairan
kadangkadang meningkat sampai 1 2 liter/jam. Kehilangan cairan lewat feses bisa
mencapai 100 ml/hari yang bisa bertambah pada penderita diare. Untuk kehilangan
cairan lewat urine, volumenya tidak dapat ditentukan dengan pasti bergantung padakeadaan cairan dan elektrolit tubuh.
Keseimbangan Cairan Tubuh
Cairan ekstraselular merupakan perantara antara sel dan lingkungan luar. Semua
pertukaran air dan konstituen lainnya antara ICF dan lingkungan luar harus terjadi melewati
ECF.
Plasma hanyalah satu
satunya cairan yang bisa diatur secara langsung baik volume
maupun komposisinya. Cairan ini berada dalam sirkulasi. Perubahan komposisi dan volume
plasma juga akan mempengaruhi cairan interstitial. Oleh karena itu, semua kontrol terhadap
plasma akan mengatur keseluruhan ECF juga.
Dua faktor yang diatur untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh adalah volume
dan osmolaritasnya. Walaupun, regulasi keduanya saling berhubungan (kadar NaCl dan
H2O), alasan mengapa keduanya dikontrol sangatlah berbeda :
7/29/2019 Sistem Cairan Tubuh
4/18
Volume ECF sangat diatur untuk mempertahankan tekanan darah. Mempertahankankeseimbangan garam adalah bagian terpenting untuk pengaturan volume ECF jangka
panjang.
Osmolaritas ECF sangat diatur untuk mencegah pembengkakan dan pengerutan sel.Mempertahankan keseimbangan air adalah bagian terpenting untuk mengatur
osmolaritas ECF.
Pengaturan Volume ECF
Volume cairan ekstraselular terutama ditentukan oleh keseimbangan antara asupan
dan keluaran air dan garam secara jangka panjangnya. Untuk jangka pendeknya, volume ECF
diatur oleh baroreseptor jantung yang nantinya akan mengubah kardiak output dan pergeseran
cairan sementara dan otomatis antara plasma dan cairan interstitial.
Mungkin mekanisme yang paling kuat untuk mengontrol volume darah dan cairan
ekstraselular juga untuk mempertahankan keseimbangan natrium dan air adalah pengaruh
tekanan darah terhadap natrium dan eksresi air yang disebut mekanisme natriuresis tekanan
diuresis tekanan. Diuresis tekanan merujuk pada pengaruh peningkatan tekanan darah untuk
meningkatkan eksresi volume urin, sedangkan natriuresis tekanan merujuk pada peningkatanekskresi natrium yang terjadi pada peningkatan tekanan darah. Kedua mekanisme tersebut
biasanya terjadi paralel karena pergerakan ion natrium biasanya diikuti dengan pergerakan
air.
Pengaruh peningkatan tekanan darah untuk meningkatkan keluaran urin adalah bagian
dari sistem umpan balik yang bekerja untuk mempertahankan asupan dan keluaran cairan.
Faktor saraf dan hormonal dalam pengaturan volume ECF
Kontrol sistem saraf simpatis : refleks baroreseptor arterial dan refleks reseptor
regangan tekanan rendah.
Karena ginjal menerima persarafan simpatis yang luas, perubahan aktivitas simpati
dapat menghambat ekskresi natrium ginjal dan air, juga pengaturan volume cairan
ekstraselular dalam beberapa kondisi. Sebagai contoh, bila volume darah berkurang karena
perdarahan, tekanan dalam pembuluh darah paru dan daerah tekanan bertekanan rendah
lainnya pada toraks akan menurun, menyebabkan aktivasi refleks sistem saraf simpatis. Hal
7/29/2019 Sistem Cairan Tubuh
5/18
7/29/2019 Sistem Cairan Tubuh
6/18
Aldosteron meningkatkan reabsorpsi natrium, terutama pada tubulus koligens.
Peningkatan reabsorpsi natrium juga berhubungan dengan peningkatan reabsoprsi air dan
sekresi kalium. Oleh karena itu, pengaruh akhir aldosteron adalah membuat ginjal menahan
natrium dan air serta meningkatkan ekskresi kalium dalam urin.
Fungsi aldosteron dalam mengatur keseimbangan natrium berhubungan erat dengan yang
dijelaskan di atas mengenai angiotensin II. Yaitu, dengan penurunan asupan natrium,
peningkatan kadar angiotensin II yang terjadi merangsang sekresi aldosteron, yang kemudian
membantu untuk menurunkan ekskresi natrium urin. Proses sebaliknya terjadi pada
peningkatan asupan natrium.
Anti Diuretic Hormone
ADH memainkan peranan penting terhadap ginjal untuk membentuk sedikit volume
urin pekat sementara mengeluarkan garam dalam jumlah yang normal. Pengaruh ini terutama
penting selama deprivasi air, yang dengan kuat meningkatkan kadar ADH plasma yang
kemudian meningkatkan reabsorpsi air oleh ginjal dan membantu meminimalkan penurunan
volume cairan ekstraselular dan tekanan arteri. Sebaliknya, bila terdapat volume ekstraselular
yang berlebihan, penurunan kadar ADH mengurangi reabsorpsi air oleh ginjal, jadi
membantu menghilangkan volume yang berlebihan dari tubuh. Sebagai tambahan,
sebenarnya sekresi ADH yang berlebihan biasanya hanya menyebabkan sedikit peningkatan
volume cairan ekstraselular, tetapi besar pengaruhnya dalam penurunan konsentrasi natrium.
Atrial Natriuretic Peptide
Ini adalah hormon yang dilepaskan serat otot atrium jantung. Rangsangan untuk
melepaskan peptida ini adalah peregangan atrium secara berlebihan yang dapat ditimbulkan
oleh volume darah yang berlebihan. Sekali dilepaskan oleh atrium jantung, ANP memasuki
sirkulasi dan bekerja pada ginjal untuk menyebabkan sedikit peningkatan GFR dan
penurunan reabsorpsi natrium oleh duktus koligens. Kerja gabungan dari ANP ini
menimbulkan peningkatan ekskresi garam dan air, yang membantu mengkompensasi
kelebihan volume darah.
Perubahan kadar ANP mungkin membantu meminimalkan perubahan volume darah
selama berbagai kelainan, seperti peningkatan asupan garam dan air. Akan tetapi, produksi
ANP yang berlebihan atau bahkan tidak adanya ANP sama sekali tidak menyebabkan
7/29/2019 Sistem Cairan Tubuh
7/18
perubahan besar dalam volume darah karena efek efek ini dengan mudah diatasi dengan
mekanisme lain seperti natriuresis tekanan.
Pengaturan Osmolaritas ECF
Pengaturan osmolaritas cairan ekstraselular berhubungan erat dengan konsentrasi
natrium karena natrium adalah ion yang paling banyak jumlahnya dalam ruang ekstraselular.
Dua sistem utama yang terlibat khusus dalam pengaturan konsentrasi natrium dan osmolaritas
cairan ekstraselular adalah :
(1) Sistem osmoreseptor ADH dan
(2) mekanisme rasa haus.
Sistem Osmoreseptor ADH
Sebagai contoh, bila osmolaritas meningkat akibat defisit air, sistem umpan balik ini
bekerja sebagai berikut.
Peningkatan osmolaritas cairan ekstraselular menyebabkan sel saraf khusus yangdisebut sel sel osmoreseptor yang terletak di hipotalamus anterior dekat nukleus
supraoptik menyusut. Penyusutan sel sel osmoreseptor menyebabkan sel sel tersebut terangsang,
mengirimkan sinyal sinyal saraf ke sel sel saraf tambahan di nukleus supraoptik,
yang kemudian memancarkan sinyal sinyal ini ke bawah melintasi batang kelenjar
hipofise ke hipofise posterior.
Potensial aksi ini yang disalurkan ke hipofise posterior akan merangsang pelepasanADH yang disimpan dalam granula granula sekretori di ujung saraf.
ADH memasuki aliran darah dan ditranspor ke ginjal, di mana ADH meningkatkanpermeabilitas air di bagian akhir tubulus distal, tubulus koligens dan duktus koligens
dalam medula.
Peningkatan permeabilitas air di segmen nefron distal menyebabkan peningkatkanreabsorpsi air dan ekskresi sejumah kecil urin yang pekat.
Jadi, air disimpan dalam tubuh, sedangkan natrium dan zat terlarut lainnya terus
dikeluarkan dalam urin. Hal ini menyebabkan pengenceran zat terlarut dalam cairan
ekstraselular mula mula yang berlebihan.
7/29/2019 Sistem Cairan Tubuh
8/18
Pelepasan ADH juga dikontrol oleh refleks kardiovaskular sebagai respons untuk
menurunkan tekanan darah atau volume darah termasuk (1) refleks baroreseptor arterial dan
(2) refleks kardiopulmonal. Jalur refleksi ini berasal daerah sirkulasi bertekanan tinggi,
seperti arkus aorta dan sinus karotikus, dan daerah bertekanan rendah terutama di atrium
jantung.
Jadi, penurunan tekanan arterial dan penurunan volume darah dapat meningkatkan
sekresi ADH, misalnya pada kasus perdarahan.
Komposisi Cairan Tubuh
Cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa.
Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu sesuai dengan jenis kelamin dan umur
individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dati total berat badan. Pada
bayi dan anak-anak, prosentase ini relative lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. Dua pertiga bagian
(67%) dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan sepertiganya (33%)
berada di luar sel (cairan ekstrasel/ CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah
yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan, dan cairan intersisial yang mencapai
80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompartmen tersebut, ada
kompartmen lain yang ditempati cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun, volumenya
diabaikan karena kecil, yaitu
cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama
terdapat pada cairan ekstrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak
tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel
dan plasma.
Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier
yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial,
sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan
normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan dan elektrolit antar kompartmen.
Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan
terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartmen sehingga terjadi keseimbangan
kembali.
7/29/2019 Sistem Cairan Tubuh
9/18
Perpindahan Substansi Antar Kompartmen
Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka.
Setiap zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atan membran tersebut. Bila
substansi zat tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap
zat tersebut.
Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeable untuk
substansi tersebut. Membran disebut semipermeabel (permeabel selektif) bila beberapa
partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya. Perpindahan
substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan
energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.
Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan
cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah
sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini
disebut difusi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick(Ficks law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.2. Peningkatan permeabilitas.3. Peningkatan luas permukaan difusi.4. Berat molekul substansi.5. Jarak yang ditempuh untuk difusi
Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih
rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal
ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila
konsentrasi zat yang terlarut meningkat, konsentrasi air akan menurun.
Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel denganlarutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat yang terlarut, maka terjadi
7/29/2019 Sistem Cairan Tubuh
10/18
perpindahan air/ zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke
larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan
osmosis.
Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh
membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan
rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas
permukaan membran, dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini
disebut tekanan hidrostatik.
Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara
pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi.
Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi.
Contoh: PompaNa-K.
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter penting,
yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan
untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
1. Pengaturan volume cairan ekstraselPenurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri
dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume
plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah
jangka panjang.
Pengaturan volume cairan ekstrasel dapat dilakukan dengan cara sbb.:
a. Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake & output) air
7/29/2019 Sistem Cairan Tubuh
11/18
Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus
ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini
terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan
lingkungan luarnya. Water turnoverdibagi dalam:
External fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar.i. Pemasukan air melalui makanan dan minuman 2200 ml
air metabolisme/oksidasi 300 ml
-------------
2500 ml
ii. Pengeluaran air melalui insensible loss (paru-paru & kulit) 900 mlurin 1500 ml
feses 100 ml
-------------
2500 ml
Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, sepertiproses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
b. Memperhatikan keseimbangan garamSeperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu
dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya
adalah seseorang hampir tidak pernah memperhatikan jumlah garam yang ia konsumsi
sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai
dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan.Kelebihan garam yang
dikonsumsi harus diekskresikan dalam urin untuk mempertahankan keseimbangan
garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang diekskresi dengan cara:
Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan LajuFiltrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate(GFR).
7/29/2019 Sistem Cairan Tubuh
12/18
Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direabsorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan
mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur
reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+
meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan
peningkatan tekanan darah arteri .
Selain sistem renin-angiotensin-aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP)
atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi
oleh sel atrium jantung jika mengalami distensi akibat peningkatan volume plasma.
Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urin
sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.
2. Pengaturan osmolaritas cairan ekstraselOsmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam
suatu larutan. Semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin
rendah konsentrasi air dalam larutan tersebut. Air akan berpindah dengan cara osmosis
dari area yang konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke areayang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat
menembus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium merupakan solut yang
banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam
menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. Sedangkan di dalam cairan intrasel, ion
kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi
yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua
ion ini bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.
Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan melalui:
a. Perubahan osmolaritas di nefronDi sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan
osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urin yang sesuai dengan keadaan
cairan tubuh secara keseluruhan di duktus koligen. Glomerulus menghasilkan cairanyang isosmotik di tubulus proksimal ( 300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars
7/29/2019 Sistem Cairan Tubuh
13/18
desending sangat permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi
cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam
lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars asenden tidak permeable terhadap air dan
secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsorbsi
garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus
koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen
bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urin yang
dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga
bergantung pada ada tidaknya vasopresin/ ADH.
b. Mekanisme haus dan peranan vasopresin (anti diuretic hormone/ ADH)Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (> 280 mOsm) akan merangsang
osmoreseptor di hypothalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron
hypothalamus yang menyintesis vasopressin. Vasopresin akan dilepaskan oleh
hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus
koligen. Ikatan vasopressin dengan resptornya di duktus koligen memicu
terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen.
Pembentukan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta.
Hal ini menyebabkan urin yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan
hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dapat
dipertahankan.Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypothalamus akibat
peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di
hypothalamus sehingga terbentuk perilaku untuk mengatasi haus, dan cairan di dalam
tubuh kembali normal.
Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh
system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan
keseimbangan cairan dan elektrolit melali baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotiikus,
osmoreseptor di hypothalamus, dan volumereseptor atau reseptor regang di atrium.
Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami
kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ ADH dengan
7/29/2019 Sistem Cairan Tubuh
14/18
meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan
tubuh, maka hormone atripeptin (ANP) akan meningkatkan ekskresi volume natrium dan air .
Perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Sebagai contoh, faktor-faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
diantaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stress, dan penyakit.
Keseimbangan Elektrolit dalam Tubuh
Tubuh manusia merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai proses fisikokimia
yang menunjang kehidupan sehari hari. Tubuh selalu berusaha agar segala sesuatu yang ada
didalamnya berada dalam rentang konstan agar tercapai keadaan homeostasis. Seluruh sistem
metabolisme bekerja sama dengan harmonis satu sama lain dalam menjalankan fungsinya
masingmasing.
Elektrolit dan cairan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menjaga
keseimbangan ini. Secara kimiawi, elektrolit adalah unsurunsur yang berperan sebagai ion
dalam larutan dan memiliki kapasitas untuk konduksi listrik. Dan keseimbangan elektrolitmerupakan suatu hal yang penting agar sel dan organ dapat berfungsi secara normal.
Elektrolit terdiri atas kation dan anion. Di dalam tubuh ada beberapa kation yang penting
yaitu, natrium, kalium, kalsium dan magnesium. Sedangkan anion yang penting adalah
klorida, bikarbonat, dan fosfat. Dalam keadaan normal, kadar kation dan anion ini sama besar
sehingga potensial listrik cairan tubuh bersifat netral. Pada cairan ektrasel (cairan diluar sel),
kation utama adalah Na+ sedangkan anion utamanya adalah Cl-.. Sedangkan di intrasel (di
dalam sel) kation utamanya adalah kalium (K+). Disamping sebagai pengantar aliran listrik,
elektrolit juga mempunyai banyak manfaat, tergantung dari jenisnya. Contohnya natrium :
http://desi77.files.wordpress.com/2011/03/asambasa.jpeg7/29/2019 Sistem Cairan Tubuh
15/18
fungsinya sebagai penentu utama osmolaritas dalam darah dan pengaturan volume ekstra sel.
Kalium : fungsinya mempertahankan membran potensial elektrik dalam tubuh. Klorida :
fungsinya mempertahankan tekanan osmotik, distribusi air pada berbagai cairan tubuh dan
keseimbangan anion dan kation dalam cairan ekstrasel. Kalsium : fungsi utama kalsium
adalah sebagai penggerak dari otot-otot, deposit utamanya berada di tulang dan gigi, apabila
diperlukan, kalsium ini dapat berpindah ke dalam darah. Magnesium : Berperan penting
dalam aktivitas elektrik jaringan, mengatur pergerakan Ca2+ ke dalam otot serta memelihara
kekuatan kontraksi jantung dan kekuatan pembuluh darah tubuh.
Gangguan keseimbangan elektrolit diartikan sebagai suatu keadaan dimana kadar
elektrolit di dalam darah berada dalam rentang nilai yang tidak normal. Bisa melebihi nilai
normal atau dibawah nilai normal. Implikasi dari keadaan ini berpengaruh dalam hal
keseimbangan cairan dan fungsi fungsi organ tubuh lainnya. Berbagai macam hal dapat
menyebabkan ketidakseimbangan ini. Ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan asupan
serta ekskresi adalah penyebab utamanya. Adanya gangguan dari sistem regulasi yang
berperan, juga memberikan dampak dalam keseimbangan elektrolit. Gangguan elektrolit
terbanyak adalah gangguan kalium dan natrium. Sebanyak lebih dari 21 % pasien di rumah
sakit mengalami hipokalemia dan 15 20 % mengalami hiponatremia. Pasien pasien
dengan hiperkalemia mencapai 1 10 %, sedangkan hipernatremia 0,3 5,5 % dari seluruh
pasien yang dirawat. Hiperkalsemia terjadi pada lebih dari 70 % kasus keganasan.
Hipomagnesemia muncul pada lebih dari 12% pasien, yang terkadang sering diabaikan oleh
para klinisi.
FISIOLOGI ELEKTROLIT
Keseimbangan Natrium dan Cairan
Natrium adalah kation utama cairan ekstraseluler (CES). Dalam kondisi fisiologis,
Natrium (Na) serum memiliki rentang nilai antara 138 142 mmol/L. Untuk menilai jumlah
total partikel dalam darah, maka perlu diukur osmolalitas serum. Osmolalitas serum memiliki
nilai berkisar antara 280 290 mOsm/kgH2O. Peningkatan osmolalitas akibat absorpsi Na
atau kehilangan cairan yang berlebihan, menyebabkan cairan intraseluler keluar untuk
menyeimbangkan tekanan osmotik. Untuk itu, perlu adanya suatu osmoregulator. Dalam hal
ini, ada suatu sensor atau osmoreseptor yang ada di hipotalamus, dan Anti Diuretic Hormone
(ADH), yang dikenal juga dengan antidiuretin atau vasopressin. Ginjal berperan sebagai
organ target ADH.
7/29/2019 Sistem Cairan Tubuh
16/18
Naik turunnya ekskresi natrium dalam urin diatur oleh filtrasi glomerulus dan
reabsorpsi oleh tubulus ginjal. Kondisi hipervolemi dan peningkatan asupan Na akan
meningkatkan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG), begitupula sebaliknya. Perubahan pada LFG
akan mempengaruhi reabsorpsi natrium di tubulus. Hampir 99 % Na yang sudah difiltrasi
direabsorpsi kembali. Paling banyak direabsorpsi di tubulus proksimal 65 %, ansa henle 25
30 %, dan 5 % saja di tubulus distal dan 4 % di duktus koligentes.
Setiap hari, sekitar 8 15 mg Natrium diabsorpsi setiap harinya. Ginjal harus
mengekskresikan dalam jumlah yang sama setiap waktu, untuk mempertahankan homeostasis
CES. Adapun faktor faktor yang mempengaruhi regulasi ini adalah:
1. Sistem Renin Angiotensin / Renin Angiotensin System ( RAS )
Aktivasi sistem ini meningkatkan retensi natrium melalui angiotensin II, aldosteron dan
ADH.
2. Atriopeptin / Atrial Natriuretic Peptide (ANP)
Adalah hormon peptida yang disekresikan oleh sel spesifik dari atrium jantung sebagai
respon terhadap peningkatan volume CES. Hormon ini meningkatkan ekskresi Na pada ginjal
dengan meningkatkan fraksi filtrasi dan menginhibisi reasorpsi natrium dari duktus
koligentes.
3. ADH
Sekresi hormon ini distimulasi oleh :
a. Peningkatan osmolalitas plasma dan cairan serebrospinal
b. Reflek Gauer-Henry, yang muncul ketika terjadi peregangan reseptor di atrium yang
memberikan sinyal ke hipotalamus bahwa telah terjadi penurunan jumlah CES > 10 %.
c. Angiotensin II
4. Aldosteron
Efek hormon ini adalah menstimulasi reabsorpsi natrium. Sekresi hormon ini distimulasi oleh
angiotensin II
Keseimbangan Kalium
Kalium (K) adalah kation utama kompartemen cairan intraseluler ( CIS ). Sekitar 90
% asupan kalium diekskresikan di urin dan 10 % di feses. Konsentrasi normal kalium di
plasma adalah 3,5 4,8 mmol/L, sedangkan konsentrasi intraseluler dapat 30 kali lebih
tinggi, dan jumlahnya mencapai 98 % dari jumlah K keseluruhan. Walaupun kadar kalium di
dalam CES hanya berkisar 2 % saja, akan tetapi memiliki peranan yang sangat penting dalam
7/29/2019 Sistem Cairan Tubuh
17/18
menjaga homeostasis. Perubahan sedikit saja pada kalium intraseluler, akan berdampak besar
pada konsentrasi kalium plasma.
Keseimbangan Kalium diatur dengan menyeimbangkan antara pemasukan dan
ekskresi, serta distribusi antara intrasel dan ekstrasel. Regulasi akut kalium ekstraseluler
dicapai dengan perpindahan kalium internal antara CES dan CIS. Ketika kadar kalium
ekstrasel meningkat akibat asupan yang banyak, atau disebabkan oleh pembebasan kalium
internal, maka regulasi akut ini akan terjadi. Regulasi ini merupakan kontrol hormonal, yaitu
insulin disekresikan segera setelah makan, dan ini akan menstimulasi Na, K, ATPase dan
mendistribusikan Kalium yang didapat dari selsel makhluk hidup yang dimakan ke intrasel.
Epinefrin meningkatkan ambilan kalium sel, yang mana penting untuk kerja otot dan trauma.
Kedua kondisi ini memicu terjadinya peningkatan kalium plasma. Aldosteron juga berperan
dalam meningkatkan konsentrasi kalium intraseluler. Perubahan pH mempengaruhi distribusi
kalium ekstra dan intraseluler. Pada asidosis, konsentrasi K ekstraseluler meningkat,
sedangkan alkalosis cenderung membuat hipokalemia.
Regulasi kronik untuk homeostasis K adalah oleh ginjal. 65 % dari K yang difiltrasi,
direabsorpsi sebelum mencapai akhir dari tubulus proksimal ginjal, 20% di tubulus distal, dan
15 % lainnya di ansa henle. Jumlah ekskersi kalium ditentukan pada tubulus penghubung dan
duktus koligentes Besarnya jumlah K yang direabsorpsi atau disekresi tergantung kepada
kebutuhan. Pada keadaan dimana pemasukan berlebihan, maka ekskresi akan meningkat,
begitupula sebaliknya.
Keseimbangan Kalsium
Ion kalsium (Ca) merupakan elektrolit yang banyak terdapat di ekstraseluler, dimana
99 % disimpan di tulang. Kadar normal kalsium plasma adalah 8,1 10,5 mmol/L. Ca
berfungsi pada sistem neuromuskular, konduksi saraf, kontraksi otot, relaksasi otot, dan juga
penting untuk mineralisasi tulang dan merupakan kofaktor penting untuk sekresi hormon
pada organ endokrin. Pada tingkat sel, Ca merupakan regulator penting untuk transpor ion
dan integritas membran. Tulang berperan ganda, dimana berperan sebagai yang mengambil
kalsium untuk stabilitas dan sebagai depot untuk keadaan suplai kalsium yang rendah.
Paratiroid Hormon (PTH), adalah suatu faktor yang penting dalam regulasi
keseimbangan kalsium dengan menurunkan ekskresi dan meningkatkan absorpsi kalsium di
ginjal dengan bantuan 1,25 COH2 Vitamin D3 (calcitrol), dan merangsang osteoklas
melepaskan kalsium dari tulang. Efek PTH di tubulus adalah merangsang aktifitas 1 alfa
hidroksilase yang akan memicu produksi calcitrol. PTH meningkatkan reabsorpsi Ca di TAL,
7/29/2019 Sistem Cairan Tubuh
18/18
dan begitu juga pada tubulus distal. Selain itu, calcitrol juga akan meningkatkan absorpsi
kalsium di intestinal. PTH bergantung kepada Calsium Sensing Reseptor (CSR) untuk
mendeteksi adanya kelebihan kalium serum, dan menghambat sekresi PTH. PTH
disekresikan oleh chief cells pada kelenjar paratiroid yang akan meningkatkan kadar kalsium
darah.
Reasorbsi kalsium terjadi pada semua tubulus ginjal. 60 70 % terjadi di tubulus
proksimal, 30 % di Thick Ascending Limb (TAL) dari ansa henle. Karena reasorpsi Ca pada
TAL bergantung kepada reabsorpsi NaCl, maka pada loop diuretic, kalsium diinhibisi untuk
direabsorpsi. Asidosis menghambat reabsorpsi kalsium dengan mekanisme yang belum dapat
dipahami.
Keseimbangan Magnesium
Magnesium (Mg) adalah kation keempat terbanyak di dalam tubuh dan kation
ektraseluler kedua terbanyak. Konsentrasi magnesium plasma berkisar 0,7 1,2 mmol/L atau
1,5 1,9 mEq/L. Dan hampir 50 % terikat dengan protein. Magnesium berperan penting
dalam ratusan reaksi enzim yang merupakan hal esensial bagi tubuh. Juga berperan dalam
fungsi sel, termasuk transfer energi, penyimpanan dan penggunaan protein dan karbohidrat
dan metabolisme lemak. Berperan juga dalam mempertahankan fungsi membran sel, dan
regulasi sekresi hormon paratiroid. Sekitar 60
65 % dari magnesium tubuh disimpan di
tulang dan selebihnya di dalam sel. Hanya 1 % saja yang terdapat di ekstraseluler. Tulang
merupakan reservoir bagi Mg. Selebihnya dalam bentuk ion bebas di plasma. Keseimbangan
Mg melibatkan ginjal, usus halus, dan tulang.
Hampir 80 % magnesium difiltrasi diglomerulus, dan direasorpsi disepanjang nefron.
Mg direabsorpsi 15 % pada tubulus proximal. Sekitar 70 % terjadi reabsorpsi paraseluler di
Thick Ascending Limb (TAL) dari ansa henle. Sebanyak 10 15 % lainnya dengan
reabsorpsi transeluler di tubulus distal. Regulasi ekskresi Mg2+ distimulasi oleh
hipermagnesemia, hiperkalsemia, hipervolemia dan loop diuretik. Dan mekanisme
penghambat dipengaruhi oleh defisit magnesium, kalsium dan volume cairan. Dan juga
dipengaruhi hormon paratiroid yang bekerja pada TAL. Seperti pada kalsium, Mg juga
berperan dalam regulasi sekresi PTH. Keadaan dimana kadar Mg plasma meningkat, akan
menekan pelepasan PTH, begitu juga sebaliknya.