21
Manajemen Cairan Tubuh KOMPARTEMEN CAIRAN TUBUH Tubuh manusia terdiri dari zat padat dan zat cair Distribusi dari tubuh bayi : 1. Zat padat : 20 % dari berat badan 2. Zat cair : 80 % dari berat badan Zat Cair ( 80 % BB ) terdiri dari : a. Cairan intrasel : 40 % BB b. Cairan ekstrasel : 40 % BB terdiri dari : a) Cairan intravaskuler : 5 % BB b) Cairan interstitial : 35 % BB c) LCS, sinovial, gastrointestinal dan intraorbital. Bayi mempunyai cairan ekstrasel lebih besar dari intrasel. Perbandingan ini akan berubah sesuai perkembangan tubuh, sehingga pada dewasa cairan intrasel 2 kali cairan ekstrasel. Ginjal berfungsi mengatur jumlah cairan tubuh, osmolaritas cairan ekstrasel, konsentrasi ion-ion penting dan keseimbangan asam-basa. Fungsi ginjal sempurna setelah anak mencapai umur 1 tahun, sehingga komposisi cairan tubuh harus diperhatikan pada saat terapi cairan. Dalam cairan tubuh terlarut elektrolit. Elektrolit terpenting dalam: ü ekstrasel : Na+ dan Cl- ü intrasel : K+ dan PO4-

Manajemen Cairan Tubuh

Embed Size (px)

DESCRIPTION

wae

Citation preview

Page 1: Manajemen Cairan Tubuh

Manajemen Cairan Tubuh

KOMPARTEMEN CAIRAN TUBUH

Tubuh manusia terdiri dari zat padat dan zat cair

Distribusi dari tubuh bayi :

1. Zat padat : 20 % dari berat badan

2. Zat cair : 80 % dari berat badan

Zat Cair ( 80 % BB ) terdiri dari :

a. Cairan intrasel : 40 % BB

b. Cairan ekstrasel : 40 % BB terdiri dari :

a) Cairan intravaskuler : 5 % BB

b) Cairan interstitial : 35 % BB

c) LCS, sinovial, gastrointestinal dan intraorbital.

Bayi mempunyai cairan ekstrasel lebih besar dari intrasel. Perbandingan ini akan berubah sesuai perkembangan tubuh, sehingga pada dewasa cairan intrasel 2 kali cairan ekstrasel. Ginjal berfungsi mengatur jumlah cairan tubuh, osmolaritas cairan ekstrasel, konsentrasi ion-ion penting dan keseimbangan asam-basa. Fungsi ginjal sempurna setelah anak mencapai umur 1 tahun, sehingga komposisi cairan tubuh harus diperhatikan pada saat terapi cairan.

Dalam cairan tubuh terlarut elektrolit.

Elektrolit terpenting dalam:

ü ekstrasel : Na+ dan Cl-

ü intrasel : K+ dan PO4-

Cairan intravaskuler (5% BB) bila ditambah erythrocyte (3% BB) menjadi darah. Jadi volume darah sekitar 8% dari berat badan.

Jumlah darah bila dihitung berdasarkan estimated blood volume (EBV) adalah:

ü neonatus = 90 ml/kg BB

Page 2: Manajemen Cairan Tubuh

ü bayi = 80 ml/kg BB

ü anak+dewasa = 70 ml/kg BB1

KEBUTUHAN AIR DAN ELEKTROLIT SETIAP HARI

Bayi dan anak :

Air : 0-10 kg : 4 ml/kg/jam (100ml/kg)

10-20 kg : 40 ml + 2 ml/kg/jam setiap kg diatas 10 kg

(1000 ml + 50 ml/kg di atas 10 kg)

> 20 kg : 60 ml + 1 ml/kg/jam setiap kg diatas 20 kg

(1500 ml + 20 ml/kg di atas 20 kg).

Na+ : 2 mEq/kg

K+ : 2 mEq/kg

Hasil metabolisme :

Anak :

· 12-14 th = 5-6 ml/kg/hari

· 7-11 th = 6-7 ml/kg/hari

· 5-7 th = 8-8,5 ml/kg/hari

Balita = 8 ml/kg/hari

Cairan keluar:

Urine : normal > 0,5-1 ml/kg/jam

Feses : 1 ml/hari

Insensible Water Loss : Anak : { 30- Usia (th) } ml/kg/hari

�� Perpindahan Cairan Tubuh dipengaruhi oleh :

1. Tekanan hidrostatik

Page 3: Manajemen Cairan Tubuh

2. Tekanan onkotik �� mencapai keseimbangan

3. Tekanan osmotik

Gangguan keseimbangan cairan tubuh umumnya menyangkut Extracell Fluid alias cairan ekstrasel. Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang mempengaruhi pergerakan air melalui dinding kapiler.

Bila albumin rendah maka tekanan hidrostatik akan meningkat dan tekanan onkotik akan turun sehingga cairan intravaskuler akan didorong masuk ke interstitial yang berakibat edema.Tekanan onkotik atau tekanan osmotic koloid adalah tekanan yang mencegah pergerakan air. Albumin menghasilkan 80 % dari tekanan onkotik plasma , sehingga bila albumin cukup pada cairan intravaskuler maka cairan tidak akan mudah masuk ke interstisial.

KEBUTUHAN CAIRAN INTRAOPERATIF ANAK ( HOLLIDAY & SEGARD) :

Pemberian cairan intraoperatif khususnya pada pasien bedah anak terbagi menjadi tiga kelompok yaitu cairan pengganti puasa ( deficit ), cairan rumatan ( maintenance ) dan cairan yang hilang.

Sedangkan jumlah cairan yang diberikan sesuai rumus Holliday & Segard yaitu 4 ml/kgBB untuk 10 kgBB pertama, 2 ml/kgBB untuk 10 kg kedua dan 1 ml/kgBB untuk setiap kgBB diatas 20 kg

Pemberian cairan anak dengan orang dewasa berbeda karena :

a. Cairan tubuh menurut umur berbeda sesuai dengan anatomy, physiology dan pathology

b. Pada anak lebih sering terjadi acidosis metabolic, hypothermia dan hipoglikemia

c. Kecepatan metabolisme cairan anak lebih cepat 2-3 kali dari orang dewasa

d. Tingkat maturitas ginjal anak belum sempurna.

Penggunaan perioperatif untuk :

ü berlangsungnya metabolisme

ü menyediakan kebutuhan air

ü mencegah hipoglikemia

Page 4: Manajemen Cairan Tubuh

ü mempertahankan protein yang ada, dibutuhkan minimal 100 g KH untuk mencegah dipecahnya kandungan protein tubuh

menurunkan level asam lemak bebas dan ketone mencegah ketosis, dibutuhkan minimal 200 g KH

Manajemen Dasar Cairan Tubuh

Pada kondisi normal, cairan tubuh manusia didistribusikan intrasel dan ekstrasel dengan perbandingan yang tetap. Dengan demikian segala kondisi yang dapat merubah komposisi tersebut akan mengakibatkan ketidak seimbangan hemodinamik yang dapat menjadi fatal.

Kondisi hipovolemia memiliki arti dimana terdapat penurunan volume intravaskuler yang tidak mempengaruhi kondisi volume interstitial. Sedangkan yang dimaksud dengan hipervolemia adalah kondisi peningkatan volume intervaskuler baik disertai peningkatan volume interstitial maupun tidak.

Cairan Kristaloid

Merupakan larutan dengan air (aqueous) yang terdiri dari molekul-molekul kecil yang dapat menembus membran kapiler dengan mudah. Biasanya volume pemberian lebih besar, onset lebih cepat, durasinya singkat, efek samping lebih sedikit dan harga lebih murah.

Yang termasuk cairan kristaloid antara lain salin (salin 0,9%, ringer laktat, ringer asetat), glukosa (D5%, D10%, D20%), serta sodium bikarbonat. Masing-masing jenis memiliki kegunaan tersendiri, dimana salin biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh sehari-hari dan saat kegawat daruratan, sedangkan glukosa biasa digunakan pada penanganan kasus hipoglikemia, serta sodium bikarbonat yang merupakan terapi pilihan pada kasus asidosis metabolik dan alkalinisasi urin.

Mekanisme secara umum larutan kristaloid menembus membran kapiler dari kompartemen intravaskuler ke kompartemen interstisial, kemudian didistribusikan ke semua kompartemen ekstra vaskuler. Hanya 25% dari jumlah pemberian awal yang tetap berada intravaskuler, sehingga penggunaannya membutuhkan volume 3-4 kali dari volume plasma yang hilang. Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah cairan kedalam pembuluh darah dengan segera dan efektif untuk pasien yang membutuhkan cairan segera.

Cairan kristaloid bersifat mudah keluar dari intravaskuler, terutama pada kasus dimana terjadi peningkatan resistensi kapiler seperti pada sepsis. Pada kondisi tersebut, penting untuk dipikirkan penggantian cairan yang memiliki molekul lebih besar, yaitu jenis koloid.

1. Normal Saline

Page 5: Manajemen Cairan Tubuh

Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.

Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.

Indikasi :

a. Resusitasi

Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh keluarnya molekul protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan elektrolit yang bergerak ke intertisial karena gradien osmosis. Plasma expander berguna untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.

b. Diare

Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl digunakan untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.

c. Luka Bakar

Manifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi kehilangan protein plasma atau cairan ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan tubuh yang terbakar. Untuk mempertahankan cairan dan elektrolit dapat digunakan cairan NaCl, ringer laktat, atau dekstrosa.

d. Gagal Ginjal Akut

Penurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan kegagalan ginjal menjaga homeostasis tubuh. Keadaan ini juga meningkatkan metabolit nitrogen yaitu ureum dan kreatinin serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemberian normal saline dan glukosa menjaga cairan ekstra seluler dan elektrolit.

Kontraindikasi : hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan pengawasan ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer dan edema paru.

Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-paru), penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi natrium.

2. Ringer Laktat (RL)

Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110, Basa = 28-30 mEq/l.

Kemasan : 500, 1000 ml.

Page 6: Manajemen Cairan Tubuh

Cara Kerja Obat : keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk syok perdarahan.

Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob.

Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.

Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya paru-paru.

Peringatan dan Perhatian : ”Not for use in the treatment of lactic acidosis”. Hati-hati pemberian pada penderita edema perifer pulmoner, heart failure/impaired renal function & pre-eklamsia.

3. Dekstrosa

Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).

Kemasan : 100, 250, 500 ml.

Indikasi : sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi selama dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin kurang dari 25 mg/100ml).

Kontraindikasi : Hiperglikemia.

Adverse Reaction : Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan iritasi pada pembuluh darah dan tromboflebitis.

4. Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup banyak diteliti. Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana laktat terutama dimetabolisme di hati, sementara asetat dimetabolisme terutama di otot. Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki komposisi elektrolit mirip dengan plasma, RA dan RL efektif sebagai terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan syok, terlebih pada kondisi yang disertai asidosis. Metabolisme asetat juga didapatkan lebih cepat 3-4 kali dibanding

Page 7: Manajemen Cairan Tubuh

laktat. Dengan profil seperti ini, RA memiliki manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat masif yang terjadi pada diare.

Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah seharusnya diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Hal ini dikarenakan adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara. Cairan ini terutama diindikasikan sebagai pengganti kehilangan cairan akut (resusitasi), misalnya pada diare, DBD, luka bakar/syok hemoragik; pengganti cairan selama prosedur operasi; loading cairan saat induksi anestesi regional; priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal; dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi.

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi, misalnya ditunjukkan oleh studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu 2 menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-parameter volume kinetik. Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral, yang umum terjadi setelah anestesi umum/spinal.

Untuk kasus obstetrik, Onizuka dkk (1999) mencoba membandingkan efek pemberian infus cepat RL dengan RA terhadap metabolisme maternal dan fetal, serta keseimbangan asam basa pada 20 pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum seksio sesarea. Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas, karena dapat memperbaiki asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia).

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke iskemik/hemoragik akut, sehingga umumnya para dokter spesialis saraf menghindari penggunaan cairan hipotonik karena kekhawatiran terhadap edema otak. Namun, Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel, karena itu dapat diberikan pada stroke akut, terutama bila ada dugaan terjadinya edema otak.

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu tubuh lebih baik dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5, 50, 55, dan 65, tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan pada parameter-parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-diastolik).

Tabel I. Komposisi Beberapa Cairan Kristaloid

Cairan Tonusitas Na (mmol/l)

Cl (mmol/l)

K (mmol/)

Ca (mmol/l)

Glukosa (mg/dl)

Laktat (mmol/l)

Asetat (mmol/l)

NaCl 0,9 308 154 154

Page 8: Manajemen Cairan Tubuh

% (isotonus)

½ Saline 154 (hipotonus) 77 77

Dextrose 5 %

253 (hipotonus) 5000

D5NS 561 (hipertonus 154 154 5000

D5 ¼NS 330 (isotonus) 38,5 38,5 5000

2/3 D & 1/3 S Hipertonus 51 51 3333

Ringer Laktat

273 (isotonus) 130 109 4 3 28

D5 RL 273 (isotonus) 130 109 4 3 50 28

Ringer Asetat

273,4 (isotonus) 130 109 4 3 28

Cairan Koloid

Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang sulit menembus membran kapiler, digunakan untuk mengganti cairan intravaskuler. Umumnya pemberian lebih kecil, onsetnya lambat, durasinya lebih panjang, efek samping lebih banyak, dan lebih mahal.

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma sehingga cenderung tidak keluar dari membran kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah, bersifat hipertonik dan dapat menarik cairan dari pembuluh darah. Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang. Digunakan untuk menjaga dan meningkatkan tekanan osmose plasma.

1. Albumin

Komposisi : Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-kDa yang dimurnikan dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%).

Albumin merupakan koloid alami dan lebih menguntungkan karena : volume yang dibutuhkan lebih kecil, efek koagulopati lebih rendah, resiko akumulasi di dalam jaringan pada penggunaan jangka lama yang lebih kecil dibandingkan starches dan resiko terjadinya anafilaksis lebih kecil.

Indikasi :

· Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia, hipoalbuminemia, atau hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary

Page 9: Manajemen Cairan Tubuh

bypass, hiperbilirubinemia, gagal ginjal akut, pancretitis, mediasinitis, selulitis luas dan luka bakar.

· Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Pasien dengan hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan albumin dan furosemid yang dapat memberikan efek diuresis yang signifikan serta penurunan berat badan secara bersamaan.

· Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari keadaan malnutrisi, kebakaran, operasi besar, infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi inflamasi, dan ekskresi renal berlebih.

· Pada spontaneus bacterial peritonitis (SBP) yang merupakan komplikasi dari sirosis. Sirosis memacu terjadinya asites/penumpukan cairan yang merupakan media pertumbuhan yang baik bagi bakteri. Terapi antibiotik adalah pilihan utama, sedangkan penggunaan albumin pada terapi tersebut dapat mengurangi resiko renal impairment dan kematian. Adanya bakteri dalam darah dapat menyebabkan terjadinya multi organ dysfunction syndrome (MODS), yaitu sindroma kerusakan organ-organ tubuh yang timbul akibat infeksi langsung dari bakteri.

Kontraindikasi : gagal jantung, anemia berat.

Produk : Plasbumin 20, Plasbumin 25.

2. HES (Hydroxyetyl Starches)

Komposisi : Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin.

Indikasi : Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat menurunkan permeabilitas pembuluh darah, sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.

Kontraindikasi : Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi, hal ini terjadi karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (>20 ml/kg). Sepsis, karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF). Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan.

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis, dimana suatu penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada pasien sepsis karena :

· Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid, disamping itu HES tetap bisa digunakan untuk menambah volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas.

Page 10: Manajemen Cairan Tubuh

· Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan albumin menunjukkan manifestasi edema paru yang lebih kecil dibandingkan kristaloid.

· Dengan menjaga COP, dapat mencegah komplikasi lebih lanjut seperti asidosis refraktori.

· HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat menguntungkan pada kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi dengan menghambat adesi molekuler.

Sementara itu pada penelitian yang lain, disimpulkan HES tidak boleh digunakan pada sepsis karena :

· Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid maupun koloid (HES), yang manifestasinya menyebabkan kerusakan alveoli.

· HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic dibandingkan dengan gelatin pada pasien sepsis dengan hipovolemia.

· HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan koagulasi, ARF, pruritus, dan liver failure. Hal ini terutama terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh: transplantasi ginjal).

· Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan gelatin pada pasien dengan sepsis.

Adverse reaction : HES dapat terakumulasi pada jaringan retikulo endotelial jika digunakan dalam jangka waktu yang lama, sehingga dapat menimbulkan pruritus.

Contoh : HAES steril, Expafusin.

3. Dextran

Komposisi : dextran tersusun dari polimer glukosa hasil sintesis dari bakteri Leuconostoc mesenteroides, yang ditumbuhkan pada media sukrosa.

Indikasi :

· Penambah volume plasma pada kondisi trauma, syok sepsis, iskemia miokard, iskemia cerebral, dan penyakit vaskuler perifer.

· Mempunyai efek anti trombus, mekanismenya adalah dengan menurunkan viskositas darah, dan menghambat agregasi platelet. Pada suatu penelitian dikemukakan bahwa dextran-40 mempunyai efek anti trombus paling poten jika dibandingkan dengan gelatin dan HES.

Page 11: Manajemen Cairan Tubuh

Kontraidikasi : pasien dengan tanda-tanda kerusakan hemostatik (trombositopenia, hipofibrinogenemia), tanda-tanda gagal jantung, gangguan ginjal dengan oliguria atau anuria yang parah.

Adverse Reaction : Dextran dapat menyebabkan syok anafilaksis, dextran juga sering dilaporkan dapat menyebabkan gagal ginjal akibat akumulasi molekul-molekul dextran pada tubulus renal. Pada dosis tinggi, dextran menimbulkan efek pendarahan yang signifikan.

Contoh : hibiron, isotic tearin, tears naturale II, plasmafusin.

4. Gelatin

Komposisi : Gelatin diambil dari hidrolisis kolagen bovine.

Indikasi : Penambah volume plasma dan mempunyai efek antikoagulan,

Pada sebuah penelitian invitro dengan tromboelastropgraphy diketahui bahwa gelatin memiliki efek antikoagulan, namun lebih kecil dibandingkan HES.

Kontraindikasi : haemacel tersusun atas sejumlah besar kalsium, sehingga harus dihindari pada keadaan hiperkalsemia.

Adverse reaction : dapat menyebabkan reaksi anafilaksis. Pada penelitian dengan 20.000 pasien, dilaporkan bahwa gelatin mempunyai resiko anafilaksis yang tinggi bila dibandingkan dengan starches.

Contoh : haemacel, gelofusine.

Cairan Khusus

MANNITOL

D-Manitol. C6H14O6

Indikasi

Menurunkan tekanan intrakranial yang tinggi karena edema serebral, meningkatkan diuresis pada pencegahan dan/atau pengobatan oliguria yang disebabkan gagal ginjal, menurunkan tekanan intraokular, meningkatkan ekskresi uriner senyawa toksik, sebagai larutan irigasi genitouriner pada operasi prostat atau operasi transuretral.

ASERING Indikasi: Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam

Page 12: Manajemen Cairan Tubuh

berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma. Komposisi: Setiap liter asering mengandung:

· Na 130 mEq

· K 4 mEq

· Cl 109 mEq

· Ca 3 mEq

· Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:

· Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hati

· Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus

· Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan isofluran

· Mempunyai efek vasodilator

· Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral

KA-EN 1B Indikasi:

· Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)

· <>

· Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak

· Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam

Page 13: Manajemen Cairan Tubuh

KA-EN 3A & KA-EN 3B Indikasi:

· Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas

· Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

· Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A

· Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

KA-EN MG3 Indikasi :

· Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas

· Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

· Mensuplai kalium 20 mEq/L

· Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L

KA-EN 4A Indikasi :

· Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak

· Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal

· Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi (per 1000 ml):

· Na 30 mEq/L

· K 0 mEq/L

· Cl 20 mEq/L

Page 14: Manajemen Cairan Tubuh

· Laktat 10 mEq/L

· Glukosa 40 gr/L

KA-EN 4B Indikasi:

· Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun

· Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia

· Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi:

· Na 30 mEq/L

· K 8 mEq/L

· Cl 28 mEq/L

· Laktat 10 mEq/L

· Glukosa 37,5 gr/L

Otsu-NS Indikasi:

· Untuk resusitasi

· Kehilangan Na > Cl, misal diare

· Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)

Mengandung elektrolit mEq/L

· Na+ = 154

· Cl- = 154

Page 15: Manajemen Cairan Tubuh

Otsu-RL Indikasi:

· Resusitasi

· Suplai ion bikarbonat

· Asidosis metabolik

Mengandung elektrolit mEq/L

· Na+ = 130

· Cl- = 108.7

· K+ = 4

· Ca++ = 2.7

· Laktat = 28

MARTOS-10 Indikasi:

· Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik

· Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein

· Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam

· Mengandung 400 kcal/L

AMIPAREN Indikasi:

· Stres metabolik berat

· Luka bakar

· Infeksi berat

· Kwasiokor

Page 16: Manajemen Cairan Tubuh

· Pasca operasi

· Total Parenteral Nutrition

· Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

AMINOVEL-600 Indikasi:

· Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI

· Penderita GI yang dipuasakan

· Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)

· Stres metabolik sedang

· Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

PAN-AMIN G Indikasi:

· Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan

· Nutrisi dini pasca operasi

· Tifoid

TUTOFUSIN OPS

Per liter : Natrium 100 mEq, Kalium 18 mEq, Kalsium 4 mEq, Magnesium 6 mEg, Klorida 90 mEq, Asetat 38 mEq, Sorbitol 50 gram.

INDIKASI

Air & elektrolit yang dibutuhkan pada fase sebelum, selama, & sesudah operasi.

Daftar Pustaka

Bongard F.S., Sue D.Y., Vintch J.R., 2008. Current Diagnosis and Treatment Critical Care Third Edition. McGraw Hill.

Page 17: Manajemen Cairan Tubuh

Brenner M., Safani M., 2005. Critical Care and Cardiac Medicine. Current Clinical Strategies Publishing.

Carpenter D.O., 2001. Handbook of Pathophysiology. Springhouse Corporation.

Singer M., Webb A.R., 2005. OxfordHandbook of Critical Care 2nd Edition. Oxford University Press Inc.

Sue, D.Y., 2005. Current Essentials of Critical Care. McGraw Hill.

Diposkan oleh Ramza Shiddiq As'Ary di 05:48