8
 Seismologi Awal dan Perkembangannya Pengertian Seismologi Seismologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu seismos yang berarti getaran atau goncangan dan logos yang berarti ilmu pengetahuan [1] , maka seismologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gempa bumi dan perambatan gelombang elastik pada Bumi maupun planet lain [2] (Wikipedia) . [1] copetfisika05.wordpress.com/tag/sejarah-seismologi/  Seismologi adalah cabang ilmu dalam bidang geofisika yang berinduk dari sains kebumian. Seismologi mempelajari gelombang yang dihasilkan dari gempa bumi yang dapat memberikan informasi kepada kita mengenai struktur bumi dan fisik dari gempa bumi itu sendiri. Hal ini menunjukkan bagi para ilmuan yang mempelajari struktur bumi bagian dalam, bahwa tidak memungkinkan dilakukan observasi langsung, dan informasi gelombang ini, menyediakan banyak penemuan penting mengenai karakteristik planet kita. Pemahaman mengenai proses fisik yang menyebabkan terjadinya gempa bumi menjadi jalan dalam usaha mengurangi kerusak an yang berdampak pada manusia. Dalam mempelajari seismologi, banyak aspek yang dapat dikaji, mulai dari struktur interior bumi, mekanisme penjalaran gelombang seismik maupun sumber gempa, mitigasi kebencanaan gempa bumi, hingga instrumentasi. Berikut akan dipaparkan perkembangan seismologi berserta perkembangan aspek-aspeknya . Seismologi Kuno Pada awalnya seismologi merupakan ilmu yang bersifat takhayul dan sangat tidak ilmiah. Berbagai negara memiliki mitologi atau kepercayaan nenek moyang terkait peristiwa terjadinya gempa bumi. Di India, bumi ditopang oleh empat gajah yang berdiri diatas cangkang kura-kura raksasa. Kura-kura tersebut berada diatas kobra. Ketika hewan-hewan ini bergerak, bumi bergetar ada terjadilah gempa bumi. Di Jepang, hidup ikan lele raksasa bernama Namazu dibawah laut dimana pulau - pulau Jepang berada diatasnya. Seorang manusia dewa menaruh batu yang berat diatas kepalanya agar Namazu tidak bergerak. Suatu ketika manusia dewa terganggu, Namasu bergerak dan menyebabkan bumi berguncang. Kebudayaan Yunani pun mencoba mendefinisikan kejadian gempa bumi, Thase (624 BC - 546 BC) mengungkapkan bumi (yang dianggap datar) dianalogikan sebagai kapal besar yg mengapung diatas lautan. Saat terjadi goncangan pada lautan, menyebabk an bumi bergetar atau bahkan retak. Aristoteles (384 BC   322 BC), menyatakan terdapat angin yang berhembus terjebak dibawah tanah dan menyebabkan getaran saat keluar.

Seismologi Awal Dan ya

Embed Size (px)

Citation preview

Seismologi Awal dan Perkembangannya

Pengertian Seismologi Seismologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu seismos yang berarti getaran atau goncangan dan logos yang berarti ilmu pengetahuan[1], maka seismologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gempa bumi dan perambatan gelombang elastik pada Bumi maupun planet lain[2] (Wikipedia). [1] copetfisika05.wordpress.com/tag/sejarah-seismologi/ Seismologi adalah cabang ilmu dalam bidang geofisika yang berinduk dari sains kebumian. Seismologi mempelajari gelombang yang dihasilkan dari gempa bumi yang dapat memberikan informasi kepada kita mengenai struktur bumi dan fisik dari gempa bumi itu sendiri. Hal ini menunjukkan bagi para ilmuan yang mempelajari struktur bumi bagian dalam, bahwa tidak memungkinkan dilakukan observasi langsung, dan informasi gelombang ini, menyediakan banyak penemuan penting mengenai karakteristik planet kita. Pemahaman mengenai proses fisik yang menyebabkan terjadinya gempa bumi menjadi jalan dalam usaha mengurangi kerusakan yang berdampak pada manusia. Dalam mempelajari seismologi, banyak aspek yang dapat dikaji, mulai dari struktur interior bumi, mekanisme penjalaran gelombang seismik maupun sumber gempa, mitigasi kebencanaan gempa bumi, hingga instrumentasi. Berikut akan dipaparkan perkembangan seismologi berserta perkembangan aspek-aspeknya. Seismologi Kuno Pada awalnya seismologi merupakan ilmu yang bersifat takhayul dan sangat tidak ilmiah. Berbagai negara memiliki mitologi atau kepercayaan nenek moyang terkait peristiwa terjadinya gempa bumi. Di India, bumi ditopang oleh empat gajah yang berdiri diatas cangkang kura-kura raksasa. Kura-kura tersebut berada diatas kobra. Ketika hewan-hewan ini bergerak, bumi bergetar ada terjadilah gempa bumi. Di Jepang, hidup ikan lele raksasa bernama Namazu dibawah laut dimana pulau - pulau Jepang berada diatasnya. Seorang manusia dewa menaruh batu yang berat diatas kepalanya agar Namazu tidak bergerak. Suatu ketika manusia dewa terganggu, Namasu bergerak dan menyebabkan bumi berguncang. Kebudayaan Yunani pun mencoba mendefinisikan kejadian gempa bumi, Thase (624 BC - 546 BC) mengungkapkan bumi (yang dianggap datar) dianalogikan sebagai kapal besar yg mengapung diatas lautan. Saat terjadi goncangan pada lautan, menyebabkan bumi bergetar atau bahkan retak. Aristoteles (384 BC 322 BC), menyatakan terdapat angin yang berhembus terjebak dibawah tanah dan menyebabkan getaran saat keluar.

(a)

(b)

Gambar 1. Kepercayaan nenek moyang terhadap gempa bumi di India (a) dan Jepang (b). Seismologi Modern Penelitian gempa bumi secara ilmiah dilakukan pertama kali pada gempa Lisbon (1 November 1755 pukul 09.40 waktu setempat). Gempa tersebut diikuti oleh tsunami dan kebakaran, yang menyebabkan kerusakan mendekati total di Lisbon dan area sekitarnya. Ahli Geologis saat ini memperkirakan gempa Lisbon mencapai magnitudo 9 Skala Richter, dengan episenter di Samudra Atlantik sekitar 200 km dari barat daya Tanjung St. Vincent. Diperkirakan total kematian antara 60.000 hingga 100.000 orang, yang menyebabkan gempa ini menjadi salah satu gempa paling merusak dalam sejarah. Gempa ini memicu penelitian mengenai gempa dan teorinya, J. Mitchel (1761) dan J. Drijhout (1765) mengemukakan :-

Getaran yang terjadi disuatu tempat disebabkan oleh gelombang yang merambat dari tempat tertentu Penyebab gempa adalah air yang menguap secara tiba-tiba akibat kontak dengan underground fire

-

Gempa ini menandakan dimulainya era modern dari seismologi, mendorong berbagi penelitian untuk mengetahui dampak, posisi, dan waktu terjadinya gempa bumi.

a).

b).

a). Reruntuhan Biara Carmo, yang hancur akibat gempa Lisbon. b). Lokasi episenter gempa, diperkirakan bermagnitudo 8.5 9 Momen magnitude. Perkembangan Seismologi Bidang Teori Perkembangan teori elastisitas dan instrumentasi menjadi cikal bakal ilmu seismologi. Tahun 1660, Hooke menemukan suatu hubungan antara tegangan dan regangan yang kemudian dikenal sebagai Hukum Hooke. Hukum ini adalah hukum dasar dalam penjalaran gelombang seismik.

Ilustrasi Hukum Hooke yang menunjukkan hubungan antara regangan dan tegangan

Tahun 1830, Poisson menggunakan persamaan gerak dan hukum elastisitas untuk menunjukkan bahwa hanya terdapat dua tipe dasar gelombang, yaitu gelombang P dan S. Tahun 1887, Lord Rayleigh mendemonstrasikan adanya solusi tambahan dari persamaan gerak elastik untuk gelombang P dan SV yang berinteraksi dengan permukaan bebas. Gelombang ini disebut gelombang Rayleigh yang merambat sepanjang permukaan medium.

Tahun 1911, tipe kedua gelombang permukaan yang dihasilkan dari interaksi gelombang SH pada suatu medium terbatas dengan sifat material berlapis dikarakterisasikan oleh Love dan karenanya disebut gelombang Love.

Tipe-tipe gelombang elastik yang menjalar diBumi beserta arah pergerakan partikelnya. (Atas) menunjukkan gelombang body yang merupakan gelombang yang melintasi perut bumi. Gel. P memiliki pergerakan partikel yang searah dengan penjalaran gelombang, gel.S memiliki pergerakan partikel yang tegak lurus dengan arah penjalaran gelombangnya. (Bawah) merupakan jenis-jenis gelombang permukaan, gelombang merambat pada permukaan bumi, gelombang ini bersifat destruktif terhadap bangunan yang tidak memenuhi standar. Gel. Rayleigh merupakan gelombang yang terdiri atas komponen gel. P dan gel. SV, sedangkan gel.Love memiliki komponen gel.SH.

Bidang Instrumen Perkembangan instrumentasi dimulai dari alat yang berdasarkan pada pendulum tanpa damping. Namun jauh sebelum itu, Cina pada kisaran tahun 132, C. Heng telah membuat seismoscope alat ini mampu mendeteksi getaran tanah yang disebabkan gempa dan arah datangnya. Pada tahun 1875, Filippo Cecchi menemukan cara perekaman gelombang yang merupakan fungsi terhadap waktu. Observasi pertama gempa berjarak jauh, atau telesism, terekam di Postdam pada tahun 1889 untuk gempa Jepang. Pada 1898 E. Wiechert memperkenalkan seismometer pertama dengan menggunakan peredam, hal ini memungkinkan untuk merekam semua fase gelombang yang ditimbulkan oleh suatu gempa. Seismograf elektromagnetik pertama dikembangkan pada awal 1900 oleh B. B. Galitzen, pergerakan pendulum digunakan untuk menghasilkan arus. Saat ini semua seismograf bersistem elektromagnetik, sehingga dapat merekam gelombang seismik yang berpita frekuensi lebar dan beramplitudo tinggi. Perkembangan teknologi sekarang ini membuat

sistem perekaman yang semakin canggih, seperti real time seismometer yang bisa diakses lewat satelit. Struktur Interior Bumi Kemampuan seismogram merekam berbagai fase gelombang dari gempa, memicu perkembangan dalam bidang penentuan struktur kecepatan gelombang seismik bumi. Tahun 1900, Richard Oldham menginformasikan identifikasi gelombang P, S dan permukaan dari seismogram, yang akhirnya pada tahun 1906, dia mendeteksi keberadaan inti bumi dari ketiadaan gelombang P dan S langsung pada jarak sumber dan penerima lebih dari 100. Tahun 1909, Adrija Mohorovicic menemukan keberadaan discontinuity kecepatan antara kerak dan mantel berdasarkan data observasi. Batas lapisan tersebut disebut Moho. Tahun 1907, Zoeppritz membuat table waktu tempuh pertama yang dipakai secara luas. Tahun 1914, Beno Gutenberg mempublikasikan tabel fasa-fasa dari inti bumi dan estimasi akurat pertama kedalaman inti fluida bumi sekitar 2900 km. Tahun 1936, Inge Lehman menemukan inti dalam bumi yang padat. Tahun 1940, Harold Jeffrey dan K. E. Bullen mempublikasikan versi terakhir tabel waktu tempuh dengan jumlah fasa-fasa seismik yang besar. Dari data waktu tempuh ini dapat ditentukan penentuan kecepatan rata-rata (refereni) bumi terhadap kedalaman, kemudian dapat digunakan untuk menduga profil densitas bumi. Peningkatan jumlah stasiun seismik pada awal 1900 memungkinkan untuk menentukan lokasi lokasi gempa, dan memperoleh penemuan bahwa distribusi lokasi gempa tidaklah acak, melainkan cenderung berada pada daerah tertentu yang sekarang dikenal dengan wilayah ring of fire. Pada awalnya penemuan ini belum diapresiasi sampai tahun 1960 sebagai bukti yang mendukung teori tektonik lempeng. Mekanisme Fokus H. F. Reid mempelajari survey yang melintasi sesar sebelum dan sesudah gempa San Francisco 1906. 1910 ia mengusulkan teori bingkas elastic yang merupakan teori sumber seismik yang sangat penting. Tahun 1923, H. Nakano mengusulkan teori sumber doublecouple, yang sesuai dengan tinjauan teoritis maupun observatif. Seismologi dalam Perang Tahun 1946, rekaman seismik mampu merekam kejadian bom nuklir dekat Bikini Atoll. Hal ini memicu pendanaan dari Militer Amerika Serikat pada bidang seismologi untuk mendeteksi aktivitas nuklir Uni Soviet. Pendanaan yang besar, menemukan perbaikan instrumen dan pendirian penelitian seismologi di kampus maupun badan penelitian. Sampai saat ini, jaringan seismogram global sudah mencakup seluruh bumi, sehingga menghasilkan lokasi gempa yang lebih akurat dan observasi pola radiasi gelombang yang konsisten dengan konsep double-couple. Dengan adanya jaringan seismik global, aktivitas nuklir suatu negara dapat diidentifikasi.

Seismologi Bukan Bumi Antara tahun 1969 dan 1972, seismometer ditempatkan di Bulan melalui misi Apollo, dan gempa bulan pertama terekam. Dengan data-data gempa bulan, struktur interior bulan terpetakan hingga kedalaman 1000 km. Lapisan kerak dan mantel bulan teridentifikasi, dengan ketebalan kerak berkisar 60 km. Pemasangan Seismometer juga dilakukan di Mars melalui proyek Viking 2 pada tahun 1976, dan hanya terekam satu gempa Mars, akibat terhambat oleh wind noise. Walaupun tidak praktis menempatkan seismometer pada Matahari, namun memungkinkan untuk mendeteksi getaran dari permukaan matahari dengan melakukan pengukuran pergeseran Doppler dari garis spectral (the Doppler shift of spectral line). Getaran seperti ini diobservasi pertama kali oleh Robert Leighton pada tahun 1960, dia menemukan bahwa permukaan Matahari bergetar secara terus-menerus dengan perioda sekitar lima menit dan sangat bervariasi sepanjang spasial kecil panjang gelombang. Pada awalnya getaran ini diinterpretasi sebagai hasil dari pergerakan gas lokal dekat permukaan matahari, namun akhir 1960 beberapa peneliti mengajukan bahwa getaran tersebut dihasilkan dari gelombang akustik yang terperangkap didalam matahari. Ide ini dikonfirmasi pada 1975 ketika ditunjukkan pola gelombang yang terobservasi, konsisten dengan prediksi pada getaran bebas pada Matahari, dan munculah bidang helioseismologi.

Model kecepatan seismik bulan (Goins et al., 1981)

Model kecepatan suara dalam matahari (adaptasi dari Harvey, 1995)

Perkembangan Komputasi Kemajuan komputer pada tahun 1960 memungkinkan pengolahan maupun analisis data dalam jumlah yang besar maupun kompleks, dan menghitung lokasi hiposenter harian. Pada era ini kemajuan secara cepat terjadi pada bidang teknik pencitraan seismik menggunakan sumber buatan yang digunakan secara luas dalam industri minyak dalam memetakan struktur kerak dangkal. Tahun 1976, data seismograf global tersedia dalam bentuk digital, sehingga memungkinkan dilakukan perbandingan antar dua waveform.

Kemajuan komputasi memunculkan metoda tomografi yang dianalogikan teknik pencitraan dalam bidang kedokteran. Metoda tomografi mampu menampilkan struktur kerak dan mantel dalam dengan resolusi tinggi.

Variasi lateral dalam kecepatan S pada kedalaman 150, 550, 1000, 1600, 2200, dan 2800 km pada mantel (Manners dan Masters, 2008). Ditunjukkan kontur perturbasi kecepatan dengan warna hitam menunjukkan daerah dengan kecepatan 1.4% lebih cepat dari model rata-rata dan warna putih menunjukkan kecepatan 1.8% lebih lambat dari model rata-rata.

Magnitudo Pengukuran ukuran gempa secara luas pertama kali adalah skala magnitudo yang dikembangkan pada gempa-gempa di California bagian Selatan oleh Charles Richter dan Beno Gutenberg pada tahun 1935. Karena skala Richter bersifat logaritmik, magnitudo Richter dalam selang kecil mampu mendeskripsikan ukuran gempa yang bervariasi. Gempa ukuran terkecil yang dirasakan dipermukaan bermagnitudo 3, dan gempa besar seperti gempa San Francisco 1906 memiliki magnitudo 8 atau lebih. Namun skala ini secara empirical tidak memiliki hubungan dengan propertis sumber. Pengukuran ukuran gempa

yang lebih bersifat fisik adalah momen seismic yang dirumuskan oleh Keiiti Aki pada tahun 1966. Hal ini memicu definisi magnitudo momen, yang menunjukkan skala gempa walau lebih besar dari magnitudo 8. Seismologi Saat Ini Distribusi seismisitas global menunjukkan adanya hubungan perbatasan antar lempeng dengan lokasi hiposenter, telah teungkap bahwa gempa tidak terdistribusi secara acak, melainkan adanya penyebab mekanisme yang menimbulkan gempa. Hal ini dapat terungkap tanpa adanya jaringan seismogram global. Perkembangan instrumentasi berupa ketersediaan seismogram portable juga memungkinkan untuk menghasilkan pencitraan kerak yang detail baik menggunakan sumber pasif, maupun aktif. Dengan sumber pasif (data gempa-gempa mikro) dapat digunakan untuk menghasilkan penampang tomografi bawah pwemukaan, menggunakan sumber aktif mampu menghasilkan penampang seismik refleksi dibawah permukaan yang detail. Saat ini, kemajuan dalam bidang telekomunikasi dan jaringan dimanfaatkan untuk membangun sistem peringatan gempa atau tsunami dini agar mengurangi jumlah korban yang dapat ditimbulkan. Peran Seismologi Kedepan Karena gempa dahsyat jarang muncul disuatu wilayah, manusia sering melupakan betapa dampak kerusakan yang ditimbilkan kejadian ini. Namun, sejarah mengingatkan kita kekuatannya dalam menelan korban jiwa hingga puluhan ribu jiwa secara tiba-tiba dan pentingnya struktur bangunan tahan gempa. Pertumbuhan populasi yang tinggi pada wilayah seismik aktif, menunjukkan bahwa gempa yang timbul dimasa yang akan datang akan menelan korban jiwa yang lebih banyak. Sepanjang beberapa dekade yang lalu, jaringan seismometer telah tersebar secara luas di daerah seismik aktif untuk memetakan pola aktivitas gempa, dan instrument srong motion telah digunakan untuk merekam kejadian gempa besar. Hal ini memungkinkan untuk memetakan rekaman jejak distribusi slip pada suatu sesar saat terjadi gempa. Walaupun ini merupakan kemajuan, namun beberapa pertanyaan dasar mengenai fisis dari gempa belum terjawab, seperti terjadinya gempa pada kedalaman yang dalam, proses bermula, penjalaran, dan berhentinya rupture pada suatu sesar. Mungkin ini adalah penemuan yang penting dalam bidang seismologi dimasa yang akan datang.