19
SATUAN ACARA PENYULUHAN “MOBILISASI PADA IBU POST PARTUM SECTIO CAESARIA C DAN SPONTAN” OLEH KELOMPOK 3 NIKE DARA PAMUNGKAS 1101100004 ADI ARIS SANDI 1101100019 ENNIS WAHYU KARTIKA 1101100038 KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MALANG JURUSAN KEPERAWATAN

Satuan Acara Penyuluhan Mobilisasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Satuan Acara Penyuluhan Mobilisasi

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“MOBILISASI PADA IBU POST PARTUM SECTIO CAESARIA C DAN SPONTAN”

OLEH

KELOMPOK 3

NIKE DARA PAMUNGKAS 1101100004

ADI ARIS SANDI 1101100019

ENNIS WAHYU KARTIKA 1101100038

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN MALANG

MARET 2013

Page 2: Satuan Acara Penyuluhan Mobilisasi

SATUAN ACARA PENGAJARAN (S.A.P) MOBILISASI PADA IBU POST PARTUM

SECTIO CAESARIA C DAN SPONTAN

Tema : Mobilisasi (Pergerakan) pada Ibu pasca melahirkan

Sasaran : Ibu pasca melahirkan

Hari/tanggal : Sabtu, 30 Maret 2013

Waktu : 10.30 – 11.00 WIB (30 menit)

Tempat : Ruang Cempaka RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Pengajar : Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Malang PKL RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)

Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, ibu yang melahirkan secara Sectio Caesaria

dan Normal, ibu dan keluarganya dapat mengetahui, mengerti, memahami, dan

menerapkan bagaimana pergerakan setelah melahirkan.

B. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)

1. Peserta dapat mengerti dan memahami pergerakan paska persalinan SC dan

spontan

2. Peserta dapat mengerti dan memahami tujuan pergerakan

3. Peserta dapat mengerti dan memahami manfaat pergerakan

4. Peserta dapat mengerti dan memahami kerugian bila tidak melakukan pergerakan

5. Peserta dapat mengerti dan memahami rentang gerak dalam  pergerakan

6. Peserta dapat mengerti dan memahami tahap – tahap mobilisasi (pergerakan) dini

7. Peserta dapat mengerti dan memahami pelaksanaan mobilisasi dini

C. Sasaran

Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan khususnya kepada pasien dan keluarga

pasien di Ruang Cempaka RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.

D. Materi (terlampir)

1.    Pengertian mobilisasi (Pergerakan) pasca SC

2.    Tujuan Mobilisasi

3.    Manfaat mobilisasi 

Page 3: Satuan Acara Penyuluhan Mobilisasi

4.    Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi.

5.    Rentang Gerak Dalam Mobilisasi

6.    Tahap-Tahap Mobilisasi Dini

7.    Pelaksanaan Mobilisasi Dini

E. Media

1. Leaflet

2. Flip chart

F. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

3. Evaluasi

G. Kegiatan Penyuluhan

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA

1. 5 menit Pembukaan :

Mengucapkan salam

Menjelaskan nama dan akademi

Menjelaskan tujuan pendidikan

kesehatan

Menyebutkan materi yang

diberikan.

Menanyakan kesiapan peserta

   Menjawab salam

   Mendengarkan

   Mendengarkan

2. 10 menit Pelaksanaan :

Penyampaian materi

menjelaskan tentang Pengertian

Mobilisasi

Menjelaskan tujuan mobilisasi.

Menjelaskan manfaat mobilisasi

Menjelaskan Kerugian Bila

Tidak Melakukan Mobilisasi.

Menjelaskan Rentang Gerak

Mendengarkan

Page 4: Satuan Acara Penyuluhan Mobilisasi

Dalam Mobilisasi

Menjelaskan Tahap-Tahap

Mobilisasi Dini

Menjelaskan Pelaksanaan

Mobilisasi Dini

Tanya jawab

a.  Memberikan kesempatan kepada

peserta untuk bertanya

Bertanya

3. 10 menit Evaluasi:

Menanyakan kembali hal-hal

yang sudah   dijelaskan

mengenai Mobilisasi Dini Ibu

post partum.

Meminta CI untuk memberikan

tambahan, masukan dan saran

pada penyuluhan kesehatan

yang sudah dilakukan.

   Menjawab

   Menjelaskan

   Memperhatikan

4. 5 menit Penutup :

Menutup pertemuan dengan

menyimpulkan materi yang

telah dibahas

Memberikan salam penutup

   Mendengarkan

   Menjawab salam

H. Pengorganisasian

1. Penyaji : Nike Dara Pamungkas

2. Moderator : Adi Aris Sandi

3. Fasilitator : Ennis Wahyu Kartika

I. Evaluasi

Menanyakan kembali tentang materi yg dijelaskan pada ibu post partum.

Page 5: Satuan Acara Penyuluhan Mobilisasi

MATERI

1. Mobilisasi Dini Pada Ibu Post SC

A. Pengertian

Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu

aktivitas / kegiatan. Mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi

atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan

persalinan Caesar.

B. Tujuan Mobilisasi

•    Membantu jalannya penyembuhan penderita / ibu yang sudah melahirkan.

•     Untuk menghindari terjadinya infeksi pada bekas luka sayatan setelah operasi

seksio sesaria, 

•    Mengurangi resiko terjadinya konstipasi, 

•    Mengurangi terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot – otot di

seluruh tubuh, 

•    Mengatasi terjadinya gangguan sirkulasi darah, pernafasan, peristaltik maupun

berkemih.

C. Manfaat Mobilisasi

1. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.

a. Dengan bergerak, otot –otot perut dan panggul akan kembali normal

sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa

sakit dengan demikian ibu merasa sehat dan membantu memperoleh

kekuatan, mempercepat kesembuhan.

b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.

c. Dengan bergerak akan merangsang peristaltic usus kembali normal.

d. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja

seperti semula.

2. Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu merawat

anaknya.

Perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat pulih misalnya

kontraksi uterus, dengan demikian ibu akan cepat merasa sehat dan bisa

merawat anaknya dengan cepat.

Page 6: Satuan Acara Penyuluhan Mobilisasi

3. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli.

Dengan mobilisasi sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya

trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan.

D. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi.

1. Peningkatan suhu tubuh

Karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat

dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda infeksi adalah

peningkatan suhu tubuh.

2. Perdarahan yang abnormal

Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras,

maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi

membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka

3. Involusi uterus yang tidak baik

Tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat pengeluaran darah

dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus.

E. Rentang Gerak Dalam Mobilisasi

Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu:

1. Rentang gerak pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan

persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya

perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien

2. Rentang gerak aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara

menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien

menggerakkan kakinya.

3. Rentang gerak fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas

yang diperlukan.

F. Tahap-Tahap Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap (Kasdu,2003)

Tahap- tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi seksio sesarea :

1.    Hari 1

Page 7: Satuan Acara Penyuluhan Mobilisasi

a. meregangkan telapak kaki

Ibu berbaring di tempat tidur, kemudian bentuk gerak lingkaran dengan

telapak kaki satu demi satu. Kemudian regangkan masing – masing telapak

kaki dengan cara menarik jari – jari kaki ibu ke arah betis, lalu balikkan

ujung telapak kaki ke arah sebaliknya sehingga ibu merasakan otot

betisnya berkontraksi. Lakukan gerakan ini dua atau tiga kali sehari.

b. Bernafas dalam

1) Berbaring dan tekukkan kaki sedikit. Tempatkan kedua tangan ibu di

bagian dada atas dan tarik nafas. Arahkan nafas itu ke arah tangan ibu,

lalu tekanlah dada saat ibu menghembuskan nafas.

2) Kemudian tarik nafas sedikit lebih dalam. Tempatkan kedua tangan di

atas tulang rusuk, sehingga ibu dapat merasakan paru – paru

mengembang, lalu hembuskan nafas seperti sebelumnya.

3) Cobalah untuk bernafas lebih dalam sehingga mencapai perut. Hal ini

akan merangsang jaringan – jaringan di sekitar bekas luka. Sangga

insisi ibu dengan cara menempatkan kedua tangan secara lembut di

atas daerah tersebut. Kemudian, tarik dan hembuskan nafas yang lebih

dalam lagi beberapa kali. Ulangi sebanyak tiga atau empat kali.

c. Duduk tegak

1) Tekuk lutut dan miring ke samping.

2) Putar kepala ibu dan gunakan tangan – tangan ibu untuk membantu

dirinya ke posisi duduk. Saat melakukan gerakan yang pertama, luka

akan tertarik dan terasa sangat tidak nyaman, namun teruslah berusaha

dengan bantuan lengan sampai ibu berhasil duduk. Pertahankan posisi

itu selama beberapa saat.

3) Kemudian, mulailah memindahkan berat tubuh ke tangan , sehingga

ibu dapat menggoyangkan pinggul ke arah belakang. Duduk setegak

mungkin dan tarik nafas dalam – dalam beberapa kali, luruskan tulang

punggung dengan cara mengangkat tulang-tulang rusuk. Gunakan

tangan ibu untuk menyangga insisi. Cobalah batuk 2 atau 3 kali.

d. Bangkit dari tempat tidur

1) Gerakkan tubuh ke posisi duduk. Kemudian gerakkan kaki pelan –

pelan ke sisi tempat tidur. Gunakan tangan ibu untuk mendorong ke

depan dan perlahan turunkan kedua telapak kaki ibu ke lantai.

Page 8: Satuan Acara Penyuluhan Mobilisasi

2) Tekanlah sebuah bantal dengan ketat di atas bekas luka ibu untuk

menyangga. Kemudian, coba bagian atas tubuh ibu. Cobalah

meluruskan seluruh tubuh lalu luruskan kedua kaki ibu.

e. Berdiri dan meraih

Duduklah di bagian tepi tempat tidur, angkat tubuh hingga berdiri.

Pertimbangkanlah untuk  mengontraksikan otot – otot punggung agar

dada  mengembang dan meregang. Cobalah untuk mengangkat tubuh,

mulai dari pinggang perlahan – lahan, melawan dorongan alamiah untuk

membungkuk, lemaskan tubuh ke depan selama satu menit.

f. Berjalan

Dengan bantal tetap tertekan di atas bekas luka, berjalanlah ke depan. Saat

berjalan usahakan kepala tetap tegak, bernafas lewat mulut. Teruslah

berjalan selama beberapa menit sebelum kembali ke tempat tidur.

g. Menarik perut

Berbaringlah di tempat tidur dan kontraksikan otot – otot dasar pelvis, dan

cobalah untuk menarik perut. Perlahan – lahan letakkan kedua tangan di

atas bekas luka dan berkonsentrasilah untuk menarik perut menjauhi

tangan ibu. Lakukan 5 kali tarikan, dan lakukan 2 kali sehari.

h. Saat menyusui

Tarik perut sembari menyusui. Kontraksikan otot – otot perut selama

beberapa detik lalu lemaskan. Lakukan 5 sampai 10 kali setiap kali ibu

menyusui.

G. Pelaksanaan Mobilisasi Dini

1. Hari ke 0 :

Ibu bedrest total (tiduran) hingga 12 jam.

2. Hari ke 1 :

a. Berbaring miring ke kanan dan ke kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam

setelah penderita / ibu sadar

b. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini

mungkin setelah sadar.

3. Hari ke 2 :

a. Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu

menghembuskannya disertai batuk- batuk kecil yang gunanya untuk

Page 9: Satuan Acara Penyuluhan Mobilisasi

melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada

diri ibu/penderita bahwa ia mulai pulih.

b. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk

c. Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita/ibu yang sudah

melahirkan dianjurkanbelajar duduk selama sehari.

4. Hari ke 3 sampai 5

a. Belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah operasi.

b. Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat

membantu penyembuhan ibu.

2. Mobilisasi dini pada ibu persalinan spontan

A. Pengertian 

Pada persalinan normal yang kadang-kadang membutuhkan episiotomi

(pengguntingan jalan lahir untuk membantu percepat persalinan), pemulihan

biasanya membutuhkan waktu sekitar 7-10 hari. Untuk membantu mengurangi

rasa sakit selama pemulihan itu, ibu bisa melakukan beberapa gerakan yang

berguna untuk memulihkan kondisi agar tubuh merasa segar kembali.

B. Tujuan Mobilisasi

Untuk sirkulasi, mobilisasi juga baik buat jahitan. Jika diperlukan akan dilakukan

diatermi/pemanasan vagina agar sirkulasi darah di sekitar vagina jadi baik.

1. Posisi fowler

Tujuan :

Mempertahankan kenyamanan

Memfasilitas fungsi pernafasan

2. Posisi SIM

Tujuan :

Memberikan kenyamanan

Melakukan hukna

Memberikan obat per anus (supositorial)

Melakukan pemeriksaan daerah anus

3. Posisi trendelenburg

Tujuan :

Memperlancar peredaran darahke otak

Page 10: Satuan Acara Penyuluhan Mobilisasi

4. Posisi Dorsal Recumbent

Tujuan :

Perawatan daerah genitalia

Pemeriksaan genetalia

Posisi pada proses persalinan

5. Posisi Litotomi

Tujuan :

Pemeriksaan alat genetalia

Proses persalinan

Pemasangan alat kontrasepsi

6. Posisi Genu Pektoral (Knee chest)

Tujuan :

Pemeriksaan daerah rektum dan sigmoid

C. Manfaat Mobilisasi Bagi Ibu Post bersalin spontan

Walaupun tampaknya sederhana, namun gerakan-gerakan pemulihan banyak

manfaatnya. Antara lain :

Memperbaiki peredaran darah (terutama di kaki),

Menguatkan dan merelaksasikan otot-otot perut, kaki dan punggung. 

Latihan ini mendorong kondisi ibu untuk cepat pulih sehingga dapat

kembali beraktivitas seperti biasa.

Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi peurperium.

Mempercepat involusi alat kandungan

Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan

Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat

fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. (Manuaba, 1998)

D. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi

Gangguan pernafasan yaitu sekret akan terakumulasi pada saluran

pernafasan yang akan berakibat klien sulit batuk dan mengalami gangguan

bernafas.

Page 11: Satuan Acara Penyuluhan Mobilisasi

Pada sistem kardiovaskuler terjadi hipotensi ortostatik yang disebabkan

oleh sistem syaraf otonom tidak dapat menjaga keseimbangan suplai darah

sewaktu berdiri dari berbagai dalam waktu yang lama.

Pada saluran perkemihan yang mungkin terjadi adalah statis urin yang

disebabkan karena pasien pada posisi berbaring tidak dapat mengosongkan

kandung kemih secara sempurna.

Pada gastrointestinal terjadi anoreksia diare atau konstipasi. Anoreksia

disebabkan oleh adanya gangguan katabolisme yang mengakibatkan

ketidak seimbangan nitrogen karena adanya kelemahan otot serta

kemunduran reflek deteksi, maka pasien dapat mengalami konstipasi.

E. Tahap-Tahap Mobilisasi Dini

Enam jam setelah melahirkan, ibu bisa melakukan gerakan-gerakan berikut:

1. Dalam keadaan telentang, tekuk kedua kaki, pegangi perut dengan kedua

tangan. Kerutkan pantat, kempiskan perut (dengan menariknya ke arah dalam)

2. Dalam keadaan telentang, luruskan kedua kaki. Gerakkan (cuma sebatas

pergelangan kaki), ke depan ke belakang, miring kanan dan kiri, putar.

3. Dalam keadaan telentang, tekuk kedua kaki, telapak kaki menyentuh kasur,

tangan di depan dada, ambil napas, angkat badan dan kepala (mengangkat

badan semampunya). Buang napas, turunkan kembali.

4. Dalam keadaan telentang, lakukan gerakan mengerutkan otot pantat, lepas,

kerutkan kembali, lepas, dan lakukan kontraksi otot-otot dasar panggul.

5. Dalam keadaan telentang, tekuk kedua kaki, letakkan tangan di samping

badan, angkat pantat sedikit ke atas, gerakkan ke kanan dan ke kiri.

6. Posisikan tubuh miring saat berbaring di pinggir tempat tidur, angkat badan,

duduk, ayun-ayunkan kaki beberapa menit ke kiri dan kanan lalu berdiri tegak.

Lihat postur tubuh di kaca dan usahakan tubuh selalu tegak. - Untuk relaksasi,

tidur tengkurap 2 kali sehari minimal 1,5 jam. Kalau perlu, bagian perut boleh

diganjal bantal.

F. Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan adalah:

1. Latihan pernapasan dapat dilakukan dalam posisi terlentang

2. Kontraksikan otot bokong Anda selama duduk

3. Ketika duduk, pilih dasar kursi kuat yang tidak terlalu empuk (agar bisa

menahan otot panggul Anda)

Page 12: Satuan Acara Penyuluhan Mobilisasi

4. Usahakan tidak duduk atau berdiri terlalu lama

5. Lakukan latihan kegel. Tidak perlu khawatir dengan jahitan di vagina, karena

senam ini justru menguatkan perineum (otot-otot di seputar vagina) dan

mempercepat penyembuhan di daerah di sekitarnya.

Minggu kedua setelah melahirkan atau 1-2 hari kemudian, setelah badan lebih fit

dari sebelumnya, lakukan gerakan berikut:

1. Dalam posisi telentang, ambil napas, tarik satu kaki hingga menekuk sambil

buang napas dari mulut, sementara kaki satunya tetap lurus. Tekuk kaki yang

lurus sambil ambil napas, dan luruskan kaki yang menekuk sambil buang

napas. Lakukan bergantian.

2. Dalam posisi telentang, tekuk kedua kaki. Letakkan tangan di samping badan.

Ambil napas, angkat pantat ke atas hingga rata dengan dada. Buang napas,

sambil kembali ke posisi semula.

Minggu ketiga setelah melahirkan, atau dua minggu setelah melahirkan, ibu bisa

melakukan gerakan-gerakan ini namun sebelumnya cek otot perut dahulu. Apakah

sudah rapat atau belum (dengan menekankan dua jari ke perut) atau konsultasikan

gerakan ini pada dokter sebelumnya.

1. Saat BAK. Lakukan; tahan BAK, keluarkan, tahan kembali. Lakukan hal ini

setiap kali BAK sampai BAK selesai.

2. Tidur telentang. Tekuk kedua kaki, angkat tangan, ambil napas sambil

julurkan tangan ke arah lutut hingga badan terangkat. Buang napas, turun dan

kembali ke posisi awal.

3. Tidur telentang. Tekuk kedua kaki, ambil napas, julurkan satu tangan kanan ke

arah lutut kiri (tangan kiri di samping badan) hingga badan bagian kanan

terangkat, buang napas, kembali ke awal. Lakukan gerakan yang sama untuk

sisi sebelah kiri.

4. Minggu keempat atau 15 hari setelah melahirkan, ibu bisa melakukan, Senam

atau olahraga apa saja untuk membentuk tubuh.

J. Kesimpulan

Page 13: Satuan Acara Penyuluhan Mobilisasi

Mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya

kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan

spontan maupun Caesar. Tujuannya adalah Mengurangi resiko terjadinya

konstipasi, dekubitus, dan mengatasi ganguan berkemih. Mobilisasi dimulai secara

bertahap dari hari ke 0 sampai hari ke 5, dari berbaring, pergerakan kaki, miring

kanan miring kiri, duduk, berdiri, sampai akhirnya berjalan. Mobilisasi pada ibu post

partum sebaiknya dilakukan sedini mungkin.

K. Daftar Rujukan

Manuaba, I. B. G. (1998) Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S. (2002) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. (2001) Post Partum, Jakarta: MNH