22
SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Maria Angelina Sartika Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma ABSTRAK Dalam artikel ini disajikan hasil penelitian tentang sapaan dalam bahasa Manggarai di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal yang dibahas adalah (i) jenis sapaan dalam bahasa Manggarai berdasarkan referen yang ditunjuknya dan (ii) faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan sapaan dalam bahasa Manggarai. Dari penelitian, ditemukan bahwa sapaan dalam bahasa Manggarai berdasarkan referannya dapat dibedakaan atas sapaan hubungan kekerabatan, sapaan profesi dan jabatan, sapaan nama diri, dan sapaan kata ganti. Adapun faktor yang mempengaruhi penggunaan sapaan dalam bahasa Manggarai adalah faktor perbedaan profesi dan jabatan, perbedaan status sosial, perbedaan jenis kelamin, perbedaan keakraban, perbedaan usia/umur, dan perbedaan hubungan kekerabatan. 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keanekaragaman bahasa. Indonesia yang terdiri dari ribuan kepulauan dan suku memiliki berbagai bahasa yang berbeda-beda. Bahasa-bahasa tersebut cenderung menjadi ciri khas dan keunikan dari suatu suku atau daerah tertentu. Bahasa tersebut sering disebut sebagai bahasa daerah misalnya bahasa jawa, bahasa sunda, bahasa minangkabau, dan sebagainya. Salah satu daerah di wilayah timur Indonesia yang memiliki bahasa daerah yang cukup unik adalah Manggarai. Manggarai adalah sebuah daerah kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Manggarai merupakan salah satu daerah yang sangat kaya akan adat istiadat termasuk di dalamnya adalah bahasa. Sejak zaman para leluhur, bahasa Manggarai diwariskan secara turun-temurun hingga saat ini, bahkan perkembangan zaman pun tidak dapat mempengaruhinya. Bagi orang Manggarai bahasa dianggap sebagai pemersatu dan perekat hubungan kekerabatan antar orang Manggarai di mana pun berada. Bahasa Manggarai sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat Manggarai, mengingat bahasa tersebut yang selalu menjaga hubungan kekerabatan antar masyarakat Manggarai, oleh karenanya bahasa Manggarai menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Manggarai. Dalam bahasa Manggarai terdapat juga berbagai sapaan yang biasa digunakan dalam kehidupan masyarakat Manggarai. Sapaan dalam bahasa Manggarai tersebut digunakan dalam interaksi sosial masyarakat. Perilaku berbahasa santun senantiasa dibangun oleh unsur-unsur bahasa yang berfungsi afektif. Unsur-unsur tersebut terefleksikan melalui penggunaan pemarkah linguistik, seperti penggunaan kata sapaan, deiksis, honorifik, partikel penegas, hedges dan sebagainya. Secara umum, bentuk pemarkah kesantunan linguistik tersebut hampir 91

SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

  • Upload
    others

  • View
    40

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAIDI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Maria Angelina SartikaProgram Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma

ABSTRAK

Dalam artikel ini disajikan hasil penelitian tentang sapaan dalam bahasa Manggarai di ProvinsiNusa Tenggara Timur. Hal yang dibahas adalah (i) jenis sapaan dalam bahasa Manggaraiberdasarkan referen yang ditunjuknya dan (ii) faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan sapaandalam bahasa Manggarai. Dari penelitian, ditemukan bahwa sapaan dalam bahasa Manggaraiberdasarkan referannya dapat dibedakaan atas sapaan hubungan kekerabatan, sapaan profesi danjabatan, sapaan nama diri, dan sapaan kata ganti. Adapun faktor yang mempengaruhi penggunaansapaan dalam bahasa Manggarai adalah faktor perbedaan profesi dan jabatan, perbedaan statussosial, perbedaan jenis kelamin, perbedaan keakraban, perbedaan usia/umur, dan perbedaanhubungan kekerabatan.

1. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan bangsa yang kaya akankeanekaragaman bahasa. Indonesia yangterdiri dari ribuan kepulauan dan sukumemiliki berbagai bahasa yang berbeda-beda.Bahasa-bahasa tersebut cenderung menjadiciri khas dan keunikan dari suatu suku ataudaerah tertentu. Bahasa tersebut sering disebutsebagai bahasa daerah misalnya bahasa jawa,bahasa sunda, bahasa minangkabau, dansebagainya. Salah satu daerah di wilayahtimur Indonesia yang memiliki bahasa daerahyang cukup unik adalah Manggarai.

Manggarai adalah sebuah daerahkabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur.Manggarai merupakan salah satu daerah yangsangat kaya akan adat istiadat termasuk didalamnya adalah bahasa. Sejak zaman paraleluhur, bahasa Manggarai diwariskan secaraturun-temurun hingga saat ini, bahkanperkembangan zaman pun tidak dapatmempengaruhinya. Bagi orang Manggarai

bahasa dianggap sebagai pemersatu danperekat hubungan kekerabatan antar orangManggarai di mana pun berada. BahasaManggarai sangat mempengaruhi berbagaiaspek kehidupan masyarakat Manggarai,mengingat bahasa tersebut yang selalumenjaga hubungan kekerabatan antarmasyarakat Manggarai, oleh karenanyabahasa Manggarai menjadi kebanggaantersendiri bagi masyarakat Manggarai. Dalambahasa Manggarai terdapat juga berbagaisapaan yang biasa digunakan dalam kehidupanmasyarakat Manggarai. Sapaan dalam bahasaManggarai tersebut digunakan dalaminteraksi sosial masyarakat.

Perilaku berbahasa santun senantiasadibangun oleh unsur-unsur bahasa yangberfungsi afektif. Unsur-unsur tersebutterefleksikan melalui penggunaan pemarkahlinguistik, seperti penggunaan kata sapaan,deiksis, honorifik, partikel penegas, hedges dansebagainya. Secara umum, bentuk pemarkahkesantunan linguistik tersebut hampir

91

Page 2: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-11292

terealisasi pada semua jenis tindak tutur, baikyang diungkapkan secara langsung maupuntidak langsung (Agus, 2014).

Dalam kegiatan berkomunikasi sehari-hari, sapa menyapa antar sesama anggotamasyarakat senantiasa berlangsung setiapsaat. Tujuannya adalah untuk menyampaikanmaksud-maksud tertentu kepada orang yangdisapa (Gusthia dkk, 2014). Begitu juga halnyadengan bentuk kata sapaan yang digunakanoleh masyarakat Manggarai.

Kata sapaan adalah kata atau ungkapanyang digunakan seseorang untuk menyapadan juga cara seseorang untuk berinteraksiyang dilakukan secara langsung (Gusthiadkk, 2014). Menurut Kridalaksana (dalamMusnawati, 2014) kata sapaan adalah morfem,kata, atau frase yang dipergunakan untuksaling merujuk dalam pembicaraan dan yangberbeda-beda menurut sifat hubungan antarapembicara. Chaer (dalam Musnawati, 2014)menyatakan bahwa kata sapaan adalahkata-kata yang digunakan untuk menyapa,menegur atau menyebut orang kedua, atauorang yang diajak bicara. Menurut Subyaktodan Nababan (dalam Faizah dkk, 2015) katasapaan adalah kata atau istilah yang dipakaimenyapa lawan bicara. Kata sapaan yangdipakai orang kepada lawan bicara berkaitanerat dengan tangapan atau persepsinya atashubungan pembicara dengan lawan bicara.

Hal pertama yang dibahas dalam tulisanini adalah referen sapaan dalam bahasaManggarai. Penggunaan kata sapaan dalamsuatu komunikasi dapat dipengaruhi olehbeberapa hal, seperti siapa yang menyapa,siapa yang disapa, dan hubungan antaramenyapa dan disapa. Selain itu, kata sapaanyang digunakan untuk bertegur sapa tidakselalu sama untuk setiap lawan bicara.Misalnya kata sapaan kekerabatan berdasarkanketurunan yang digunakan untuk menyapaorang yang mempunyai hubungan darahdalam bahasa Melayu di Binongko Kiri yangpenggunaannya ditentukan menurut garisketurunan ayah seperti Ayah, Abah, Apak, Atuk,Ata, Unyang, Ino, Andung, Ibu, Uwak, Pak Cik,panggil nama, Andak, Sulung, Udo, Utih, Kakak,dan Omi. Kakek. Bentuk kata sapaan Ayah,Abah, dan Apak pemakaiannya digunakan

untuk menyapa ayah kandung. Bentuk katasapaan tersebut pemakaiannya digunakanuntuk menyapa ayah kandung. Bentuk katasapaan Atuk dan Ata pemakaiannyadigunakan untuk menyapa kakak dan adiklaki-laki dari kakek. Bentuk kata sapaanUnyang pemakaiannya digunakan untukmenyapa ayah dari kakek. Bentuk kata sapaanIno dan Andung pemakaiannya digunakanuntuk menyapa kakak dan adik perempuankakek. Bentuk kata sapaan Ibu pemakaiannyadigunakan untuk menyapa kakak dan adikperempuan dari ayah. Bentuk kata sapaanUwak, Pak cik, dan Om pemakaiannyadigunakan untuk menyapa kakak dan adiklaki-laki dari ayah. Bentuk kata sapaan Andakdan Sulung pemakaiannya digunakan untukmenyapa kakak laki-laki. Bentuk kata sapaanUdo, Utih, dan Kakak pemakaiannya digunakanuntuk menyapa kakak perempuan. Bentukkata sapaan panggil nama pemakaiannyadigunakan untuk menyapa adik laki-laki, adikperempuan, anak,dan cucu (Sari dkk, 2013).

Hal kedua yang dibahas dalam tulisanini adalah faktor-faktor yang mempengaruhipenggunaan sapaan dalam bahasa Manggarai.Penggunaan sapaan dalam berkomunikasitidak hanya dilihat dari cara penutur memanggilatau menyapa penuturnya, tetapi juga perludiperhatikan respon penuturnya. Bahasa yangdigunakan oleh penutur dapat merefleksikanposisi penutur bahasa itu, utamanya terkaitdengan siapa penyapanya, orang yang disapa,dan bagaimana relasi antara penyapa danpesapa. Bentuk-bentuk sapaan yang digunakanoleh penyapa pada gilirannya mampumemperlihatkan urutan usia, kelahiran,gender, tingkat pendidikan, kedekatan relasi,lokasi, profesi, agama, jabatan, tren, lapisanmasyarakat, dan pewarisan dalam relasikekerabatan penyapa. Misalnya bentuksapaan berdasarkan usia seperti kata sapaanKa’Ozy untuk menyapa sepupu laki-laki.Kata sapaan Dek Ki untuk menyapa adikperempuan. Kata sapaan Bang Edo untukmenyapa kaka laki-laki. Kata sapaan DekNouva untuk menyapa keponakan perempuan(Wibowo dan Retnaningsih, 2015).

Sapaan dalam bahasa Manggaraiberfungsi sebagai sarana dalam menjaga

Page 3: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

93Maria Angelina Sartika – Sapaan dalam Bahasa Manggarai di ....

komunikasi yang baik antar masyarakat.Sapaan dalam bahasa Manggarai bagimasyarakat Manggarai menunjukan rasasaling menghormati. Bentuk-bentuk sapaandalam bahasa Manggarai sangat beragamsesuai dengan hubungan kekerabatan, profesidan jabatan, dan sebagainya. Misalnyaseorang anak muda menyapa gurunya dengansapaan tertentu dalam bahasa Manggarai.Selain itu juga sesuai dengan hubungankekerabatan, misalnya seorang anak menyapaayah dan ibunya dengan sapaan tertentu.

2. LANDASAN TEORI

Menurut Crystal (dalam Syafyahya dkk,2000: 3) sapaan adalah cara mengacuseseorang di dalam interaksi linguistik yangdilakukan secara langsung. Crystal dalambukunya yang berjudul A Dictionary ofLinguistics and Phonectics memberikan batasanmengenai istilah sapaan. Dalam bukunya itujuga dianalisis tipe-tipe partisipan yangdibedakan berdasarkan situasi sosial dankaidah-kaidah yang dikemukakan untukmenjelaskan penulisan penggunaan istilahyang dilakukan oleh si pembicara, sepertipenggunaan nama pertama, gelar, danpromomina. Menurut Kridalaksana (dalamSyafyahya dkk, 2000: 3), semua bahasamempunyai bahasa tutur sapa, yakni sistemyang mempertahukan seperangkat kata-kataatau ungkapan yang dipakai untuk menyapapara pelaku dalam suatu peristiwa.

Kata sapaan dapat diukur dari jarak danhubungan penyapa dan pesapa, ada yanghubungan vertikal dan ada hubunganhorisontal. Hubungan vertikal menunjukanberapa jauh hubungan penyapa denganpesapa sebagai lawan bicara, hubunganhorisontal menunjukan tingkat keakrabanpenyapa dan pesapa. Kedua dimensi tersebutmengakibatkan banyaknya variasi sapaanyang dijumpai dalam pemakaiannya padasuatu masyarakat tertentu (Nasution dkk,1994: 7).

Teori yang dipakai untuk menelitisapaan memandang sapaan dari perspektifkebahasaan dan kemasyarakatan. Perspektif

kebahasaan diteliti lebih dahulu karenamenunjukan ciri-ciri dan distribusi yang relaifmudah di amati (Suhardi dkk, 1985: 8-9).Perspektif kemasyarakatan diteliti setelahdideskripsikan perspektif kebahasaan.Menurut Kartomihardjo (dalam Suhardi dkk,1985: 8-9) perspektif kemasyarakatan berupasejumlah faktor kemasyarakatan dan faktoralami, yaitu faktor situasi, etnik, kekerabatan,keintiman status sosial, umur, jenis kelamin,status perkawinan, dan asal dari kota atauluar kota.

Menurut Brown dan Gilman (dalamMahmud dkk, 2003: 4-5) pemilihan sapaandipengaruhi oleh beberapa faktor sebagaiberikut:

1) Perbedaan kerabat, yakni apakah kawanbicara masih mempunyai hubungandarah dengan pembicara.

2) Perbedaan umur, yakni apakah umurkawan bicara lebih tua, sebaya, ataulebih muda daripada pembicara.

3) Perbedaan jabatan, yakni apakah jabatankawan bicara lebih tinggi, sama, ataulebih rendah daripada pembicara.

4) Perbedaan situasi, yakni situasi yang adapada saat terjadinya peristiwa tutur, baiksangat formal maupun tidak formal.

5) Perbedaan status sosial, yakni perbedaantingkat sosial partisipan tutur.

6) Hubungan keakraban, yaitu apakahpembicara telah mengenal dengan baikkawan bicarannya, baik yang bersifatakrab maupun tidak akrab.

7) Tujuan pembicaraan, yakni maksud ataukehendak pembicara melakukanpembicaraan dengan kawan bicara.

Perspektif kebahasaan pada penelitianini digunakan untuk mendapatkan gambaranmengenai jenis-jenis sapaan berdasarkanreferennya. Jenis-jenis sapaan tersebutdibedakan atas kata ganti,, kekerabatan, namadiri, profesi dan jabatan.

Berdasarkan paparan Brown danGilman diatas, faktor-faktor kemasyarakatanyang diteliti pada penelitian ini berkaitandengan faktor penggunaan sapaan yaknifaktor perbedaan umur, faktor jenis kelamin,

Page 4: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-11294

faktor hubungan kekerabatan, faktorperbedaan keakraban, dan faktor perbedaanprofesi/jabatan.

3. METODE PENELITIAN

Pengumpulan data menggunakanmetode cakap, metode simak dan teknik catat.Menurut Sudaryanto (dalam Mastoyo, 2007:41) pada metode cakap diterapkan pertama-tama dengan pemancingan. Maksudnya,peneliti pertama-tama harus dengan segenapkecerdikan dan kemauannya memancinginforman agar berbicara.

Pada metode simak, peneliti menggunakanteknik simak libat cakap dan teknik simakbebas libat cakap. Menurut Sudaryanto (dalamMastoyo, 2007: 44) Kegiatan menyadappenggunaan bahasa seseorang atau beberapaorang dapat dilakukan dengan ikut terlibatatau berpartisipasi (sambil menyimak), entahsecara aktif atau reseptif, dalam pembicaraan.Kegiatan penyadapan data dengan carademikian disebut teknik simak libat cakap.

Menurut Sudaryanto (dalam Mastoyo,2007: 44) pada teknik simak bebas libat cakappeneliti tidak dilibatkan langsung untuk ikutmenentukan pembentukan dan pemunculancalon data kecuali hanya sebagai pemerhati-pemerhati terhadap calon data yang terbentukdan muncul dari peristiwa kebahasaan yangberada di luar dirinya. Teknik ini digunakandengan dasar pemikiran bahwa prilakuberbahasa hanya dapat benar-benar dipahamijika peristiwa berbahasa itu berlangsung dalamsistem yang sebenarnya yang berada dalamkonteks yang lengkap (Mashun, 2006: 219).

Teknik catat adalah teknik menjaringdata dengan mencatat hasil penyimakan datapada kartu data. Kartu data yang digunakanuntuk mencatat data itu berupa kertas HVS,manila,bufalo, atau yang lain dengan ukuranyang sesuai dengan satuan kebahasaanyang akan dicatat pada kartu data (Mastoyo,2007: 45).

Metode untuk menganalisis data padapenelitian ini digunakan metode padanreferensial dan metode padan pragmatis.

Menurut Kridalaksana (dalam Mastoyo 2007:48) metode padan referensial adalah metodepadan yang alat penentunya berupa referenbahasa. Referen bahasa adalah kenyataan atauunsur diluar bahasa yang ditunjuk satuankebahasaan. Metode padan referensial itudigunakan untuk menentukan identitassatuan kebahasaan menurut referen yangditunjuk (Mastoyo, 2007: 48).

Metode padan prakmatis adalah metodepadan yang alat penentunya lawan ataumitra bicara. Metode ini digunakan untukmengidentifikasi, misalnya, satuan kebahasaanmenurut reksi atau akibat yang terjadi atautimbul pada lawan atau mitra bicaranya ketikasatuan kebahasaannya itu dituturkan olehpembicara (Mastoyo, 2007: 49).

Pada penelitian ini metode padanreferensial digunakan untuk menentukanjenis-jenis referen yang ditunjuk. Metode padanpragmatis digunakan untuk mendeskripsikanfaktor-faktor yang mempengaruhi penggunaansapaan.

Hasil analisis data berupa hasil temuandari objek yang diteliti. Hasil analisis dataakan disajikan dengan metode formal daninformal. Menurut Kridalaksana (dalam Mastoyo,2007: 73) metode formal adalah penyajian hasilanalisis data dengan menggunkan kaidah.Kaidah itu dapat berbentuk rumus, bagan/diagram, tabel, dan gambar.

Menurut Sudaryanto (dalam Mastoyo,2007: 71) metode informal adalah penyajianhasil analisi data dengan menggunakan kata-kata biasa. Dalam penyajian ini, rumus (-rumus) atau kaidah (-kaidah) disampaikandengan menggunakan kata-kata biasa, kata-kata yang apabila dibaca dengan serta mertadapat langsung dipahami.

4. PEMBAHASAN

Sesuai dengan masalah yang dibahasdalam tulisan ini, pada bagian ini dipaparkantentang jenis sapaan dalam bahasa Manggaraiberdasarkan ferennya dan faktor-faktor yangmempengaruhi penggunaan sapaan dalambahasa Manggarai.

Page 5: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

95Maria Angelina Sartika – Sapaan dalam Bahasa Manggarai di ....

4.1 Jenis Sapaan dalam BahasaManggarai BerdasarkanReferennya

Bahasa Manggarai mengenal berbagaibentuk kata sapaan yang biasa digunakandalam percakapan sehari-hari. Bentuk katasapaan dalam bahasa Manggarai dibedakanberdasarkan referennya, yakni kata sapaanberdasarkan hubungan kekerabatan, profesidan jabatan, nama diri, dan kata ganti.Adapun jenis-jenis sapaan ini akan dijelaskanlebih rinci pada sub-sub bab berikut ini.

4.1.1 Sapaan Berdasarkan HubunganKekerabatan

Kata sapaan kekerabatan di daerahManggarai adalah jenis kata sapaan yangpaling banyak ditemui. Hal ini dikarenakankata sapaan berdasarkan kekerabatan tidakhanya berasal dari pertalian kekerabatantetapi juga untuk menyapa orang-orangyang bahkan tidak mempunyai pertaliankekerabatan apa-apa karena sebagian besarkata-kata sapaan ini mengalami perluasan arti.Kata-kata sapaan yang berasal dari pertaliankekerabatan itu adalah ende, ema, inang, amang,kae, ase, ende koe, ema koe, ende tu’a, ema tu’a,enu, nana, nara, weta, empo, kesa, ipar, koa, wote,to’a. Berikut ini akan diuraikan kata-katasapaan kekerabatan itu satu per satu.

a. Kata Sapaan EmaSapaan ema adalah sapaan yang

dipergunakan untuk menyapa ayah kandungpenutur, atau bisa juga digunakan untukmenyapa ayah kandung dari suami atau istripenutur. Contoh kalimat (1) berikut inimelukiskan bagaimana seorang anakmengajak ayahnya untuk makan siang.

(1) Ema, mai hang leso ga!‘Ayah, ayo kita makan siang!‘

Pada perkembangannya sapaan emajarang digunakan lagi untuk menyapa seorangayah karena masyarakat Manggarai lebihbanyak menggunakan kata sapaan bapa.

Sapaan ema juga mengalami perluasanarti yaitu ema bisa juga digunakan olehcucunya untuk menyapa kakek kandungnya.Berikut (2) akan dijelaskan dalam contohbagaimana cucu kandungnya bertanyadimana sarung yang hendak diambil.

(2) Nia na’an towe dite ema?‘Dimana kakek menyimpan sarung?‘

Selain itu kata ema juga bisa dipakaiuntuk menyapa kakek yang sudah tua tanpaadanya pertalian darah atau kekerabatan.Berikut (3) adalah contoh bagaimana seorangpemuda menyapa dan membantu seorangkakek yang hendak menyebrangi jalan.

(3) Ema de di’a lako, jaga oto!‘Kakek hati-hati, ada mobil lewat!‘

Jadi kata sapaan ema bila diartikankedalam bahasa Indonesia adalah ayah namunkarena adanya perluasan arti maka sapaandapat pula digunakan untuk menyatakankakek tergantung situasi dan kondisi.

Dalam perkembangannya kata sapaanema untuk menyatakan kakek seringkali jarangdigunakan khususnya di daerah perkotaan.Hal ini dikarenakan sapaan ema erat kaitannyadengan sapaan untuk kakek yang sudahsangat tua. Masyarakat Manggarai padazaman ini khususnya di perkotaan lebih seringmenggunakan kata sapaan opa untuk menyapaseorang kakek baik kandung maupun tidaknamun memiliki hubungan pertaliankekerabatan dengan penutur. Kaitannyadengan hal tersebut yang perlu digaris bawahiadalah adanya hubungan pertalian kekerabatan.Seorang kakek yang tidak memiliki hubunganpertalian kekerabatan dengan penutur tidakdapat di panggil dengan sapaan opa. Contoh(4) berikut melukiskan seorang anak memintadibelikan jajan pada kakeknya.

(4) Opa, weli bombon koe aku!‘Opa, belikan saya permen!‘

Sapaan ema yang menyatakan kakekdalam perkembangannya digunakan di

Page 6: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-11296

perkotaan hanya untuk menyapa seorangkakek yang sudah sangat tua dan tidakmemiliki hubungan pertalian kekerabatandengan penutur. Sapaan ema untuk menyatakankakek lebih sering digunakan di pedesaanuntuk menyapa kakek kandung maupununtuk menyapa seorang kakek meskipuntidak memiliki hubungan pertalian kekerabatandengan penutur.

b. Kata Sapaan EndeSapaan ende adalah sapaan yang

dipergunakan untuk menyapa ibu kandungpenutur. Sapaan ini juga bisa digunakanuntuk menyapa ibu kandung dari suami atauistri penutur. Contoh kalimat (5) melukiskanbagaimana seorang anak meminta izin ibunyauntuk berangkat ke sekolah.

(5) Ende, aku ngo sekola di e!‘Ibu, saya berangkat ke sekolah dulu!’

Sama halnya dengan sapaan ema, sapaanende juga jarang digunakan lagi untukmenyapa seorang ibu karena masyarakatManggarai lebih banyak menggunakan katasapaan mama.

Seperti halnya sapaan ema mengalamiperluasan arti, sapaan ende juga sebaliknya.Ende bisa dipergunakan oleh cucunya untukmenyapa nenek kandungnya. Contoh kalimat(6) bagaimana seorang anak (cucu) menyapaneneknya yang sedang berkebun.

(6) Ende, emo ciwal ga, istirahat koe di!‘Nenek jangan berkebun dulu, istirahatlahsebentar!‘

Sapaan ende juga bisa dipergunakan olehorang yang tidak memiliki hubungan darahdengan lawan bicaranya melainkan karenakeadaanya yang sudah tua. Contoh berikut (7)melukiskan bagaimana seorang remajamenawarkan pertolongan pada seorang nenekyang kehujanan ketika pulang dari kebun.

(7) Ende, iling ce mbaru di gereng meti usang!‘Nenek, singgah di rumah dulu sampaihujannya berhenti!‘

Jadi kata sapaan ende bila diartikankedalam bahasa Indonesia adalah ibu namunkarena mengalami perluasan arti sebagaimanayang dialami kata sapaan ema, maka katasapaan ende dapat pula digunakan untukmenyatakan nenek tergantung situasi dankondisi.

Sama halnya sapaan ema, dalamperkembangannya kata sapaan ende untukmenyatakan nenek seringkali jarangdigunakan khususnya di daerah perkotaan.Hal ini dikarenakan juga sapaan ende eratkaitannya dengan sapaan untuk nenek yangsudah sangat tua. Masyarakat perkotaan diManggarai lebih sering menggunakan katasapaan oma untuk menyapa seorang nenekbaik kandung maupun tidak namun memilikihubungan pertalian kekerabatan denganpenutur dan jarang menggunakan kata sapaanoma. Kaitannya dengan hal tersebut yangperlu digaris bawahi adalah adanya hubunganpertalian kekerabatan. Seorang nenek yangtidak memiliki hubungan pertalian denganpenutur tidak dapat di panggil dengan sapaanoma. Contoh (8) berikut melukiskan seoranganak meminta makan pada neneknya.

(8) Oma, darem aku ! emi koe hang ta oma!‘Oma, saya lapar ! Ambilkan saya makanoma!‘

Sapaan ende yang menyatakan nenekbanyak digunakan di perkotaan hanya untukmenyapa seorang nenek yang sudah sangattua dan tidak memiliki hubungan pertaliankekerabatan dengan penutur. Sapaan endesendiri untuk menyatakan nenek lebih seringdigunakan di pedesaan untuk menyapa nenekkandung maupun untuk menyapa seorangnenek meskipun tidak memiliki hubunganpertalian kekerabatan dengan penutur.

c. Kata Sapaan AmangKata sapaan amang adalah sapaan yang

dipergunakan oleh seorang anak untukmenyapa saudara kandung ibunya dan bisajuga untuk menyapa suami dari saudarikandung ayah penutur. Kata amang biladiartikan kedalam bahasa Indonesia menjadiom atau paman. Berikut contoh (9) melukiskan

Page 7: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

97Maria Angelina Sartika – Sapaan dalam Bahasa Manggarai di ....

bagaimana seorang anak meminta uangkepada om atau pamannya yang datangmengunjungi keluarga anak tersebut.

(9) Amang tegi seng pe!‘Om/paman minta uang!‘

Kata sapaan amang juga bisa digunakanoleh seorang pemuda untuk menyapa ayah/bapak kandung dari gadis yang disukainya.Berikut contoh (10) bagaimana seorangpemuda yang bertemu ayah dari gadis yangdisukainya dan menitipkan salam untuk anakgadisnya.

(10) Amang, lako mane bo? Salam daku latang enu!‘Lagi jalan-jalan sore Om? Sampaikansalamku untuk nona!‘

Kata amang juga digunakan untukmemanggil seorang pria dewasa yang tidakmemiliki hubungan darah dengan penutur.Contoh (11) melukiskan seorang pemuda yangmenanyakan harga sayur pada seorang priadewasa yang menjual sayur.

(11) Pisa harga ute so amang?‘Berapa harga sayuran ini om?‘

d. Kata Sapaan InangKata sapaan inang adalah sapaan yang

dipergunakan oleh seorang anak untukmenyapa saudari kandung ayahnya dan bisajuga untuk menyapa istri dari saudarakandung ibu penutur. Kata inang biladiartikan kedalam bahasa Indonesia menjaditanta atau bibi. Berikut contoh (12) melukiskanbagaimana seorang anak meminta oleh-olehkepada tanta atau bibi kandungnya yanghendak pulang berlibur dari luar kota.

(12) Inang, aku pede baju di’a e! neka hemongweli le inang!‘Tanta, saya pesan baju yang bagus !Tanta jangan lupa untuk membelinya!‘

Kata sapaan inang juga bisa digunakanoleh seorang pemuda untuk menyapa ibukandung dari gadis yang disukainya. Berikutcontoh (13) bagaimana seorang pemuda yang

menanyakan gadis yang disukainya pada ibukandung dari gadis tersebut.

(13) Inang, cala manga enu?‘Tanta, apa nona-nya ada?‘

Kata inang juga digunakan untukmemanggil seorang wanita dewasa yang tidakmemiliki hubungan darah dengan penutur.Contoh (14) melukiskan seorang pemuda yangmenanyakan harga kacang tanah pada seorangwanita dewasa yang menjual kacang tanah.

(14) Inang, pisa harga koja so ca kilo?‘Tanta, berapakah harga kacang tanahini satu kilogram?‘

e. Kata Sapaan KaeKata sapaan kae secara harafiah berarti

kakak. Sapaan kae merupakan panggilanuntuk seorang kakak oleh adiknya baik yangmemiliki hubungan pertalian kekerabatan(kandung) ataupun tidak memiliki hubunganpertalian kekerabatan. Contoh (15) berikutmelukiskan seorang pemuda yang memintadipinjamkan sepatu pada saudara kandungnyayang usianya lebih tua. Contoh (16)melukiskan seorang penutur yang memintabahan ujian pada kakak tingkatnya.

(15) Kae, nganceng celong koe sepatu dite laku?Ai rusak daku spatu ga.‘Kakak, bolehkah saya meminjamsepatumu? Karena sepatu saya sudahrusak.’

(16) Kae, nganceng tegi koe laku bahan kut ujiandiang?‘Kakak, bolehkah saya meminta bahanuntuk ujian besok?’

f. Kata Sapaan AseKata sapaan ase secara harafiah berarti

adik. Sapaan ase merupakan panggilanuntuk seorang adik oleh kakaknya baik yangmemiliki hubungan pertalian kekerabatan(kandung) ataupun tidak memiliki hubunganpertalian kekerabatan. Contoh (17) berikutmelukiskan seorang gadis muda yangmenyuruh saudarinya yang lebih muda untukbersama-sama membantu ibu memasak.

Page 8: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-11298

Contoh (18) melukiskan penutur mengajakrekannya yang memiliki usia lebih mudadarinya untuk sejenak mampir kerumahnya.

(17) Ase mai ce! Mai campe koe ende cama-camateneng!‘Adik, kemarilah! Mari kita sama-samamembantu ibu memasak!‘

(18) Ase, reme usang ho e! Mai cenggo cekoence mbaru di sampe meti usang!‘Adik, sekarang lagi hujan! Marisinggalah sejenak di rumah hinggahujan berhenti!’

g. Kata Sapaan Ema KoeKata sapaan ema koe secara harafiah

artinya bapa kecil. Sapaan ema koe digunakanuntuk menyapa adik laki-laki (kandung) dariayah penutur dan juga untuk menyapa suamidari adik perempuan (kandung) dari ibupenutur. Contoh (19) berikut melukiskan seorangpenutur yang menanyakan jam kedatanganadik laki-laki (kandung) dari ayah kandungpenutur atau suami dari adik perempuan(kandung) ibu untuk dijemput di bandara.

(19) Ema koe, jam pisa kira-kira cai ce Rutengtong? Kut jemput lami tong!‘Ema koe, jam berapa kira-kira tiba diRuteng? Nanti kami yang akan jemput!‘

h. Kata Sapaan Ende KoeKata sapaan ende koe berarti mama kecil.

Sapaan ende koe digunakan untuk menyapaadik perempuan (kandung) dari ibu penuturdan juga untuk menyapa istri dari adik laki-laki (kandung) dari ayah penutur. Contoh (20)berikut melukiskan seorang penutur yangmengabarkan kedatangannya kerumah adikperempuan (kandung) dari ibu penutur.

(20) Ende koe, ami ngo one mbaru diang! Nekahemong teneng sot enak e?‘Ende koe, kami akan kerumah besok !Jangan lupa masak yang enak ya?‘

i. Kata Sapaan Ema Tu’aKata sapaan ema tu’a secara harafiah

artinya bapa tua. Sapaan ema tu’a digunakanuntuk menyapa kakak laki-laki (kandung) dari

ayah kandung penutur dan juga untuk menyapasuami dari kakak perempuan (kandung) dariibu kandung penutur. Contoh (21) berikutmelukiskan seorang penutur yang memintaagar dirinya diperbolehkan untuk ikutberburu babi hutan bersama kakak laki-laki(kandung) dari ayah penutur.

(21) Ema tu’a, nganceng lut aku ngo tembakmotang?‘Ema tu’a, bolehkah saya ikut pergiberburu babi hutan?‘

j. Kata Sapaan Ende Tu’aKata sapaan ende tu’a secara harafiah

artinya mama tua. Sapaan ende tu’a digunakanuntuk menyapa kakak perempuan (kandung)dari ibu kandung penutur dan digunakan jugauntuk menyapa istri dari kakak laki-laki(kandung) dari ayah kandung penutur.Contoh (22) berikut melukiskan seorang penuturyang meminta agar dirinya diperbolehkanuntuk ikut berbelanja di pasar bersama kakakperempuan (kandung) dari ibu penutur.

(22) Ende tu’a, nganceng lut aku ngo sale pasar?‘Ende tu’a, bolehkah saya ikut pergi kepasar?‘

k. Kata Sapaan EnuSapaan enu adalah sapaan yang paling

umum digunakan untuk menyapa anakperempuan baik yang memiliki hubunganpertalian kekerabatan maupun tidak memilikihubungan kekerabatan dengan penutur.Dengan kata lain sapaan enu umumdigunakan untuk menyapa anak perempuan.Contoh kalimat berikut (23) melukiskanbagaimana seorang ibu menyuruh anakperempuannya membeli garam di warung.

(23) Enu, ngo koe weli ci’e sina kios!‘Enu, tolong belikan garam di warung!’

l. Kata Sapaan NanaKata sapaan nana adalah sapaan yang

digunakan untuk menyapa anak laki-lakibaik yang memiliki hubungan pertaliankekerabatan maupun tidak memilikihubungan kekerabatan dengan penutur.

Page 9: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

99Maria Angelina Sartika – Sapaan dalam Bahasa Manggarai di ....

Contoh kalimat (24) melukiskan bagaimanaseorang ayah menegur anaknya yang terus-terusan main air.

(24) Nana, neka labar wae usang boto beti!Nana, jangan main air hujan nanti bisajatuh sakit!

m. Kata Sapaan NaraKata sapaan nara digunakan oleh

penutur wanita untuk menyapa adik ataukakak laki-laki kandung. Berikut ini (25)contoh seorang wanita yang menasihati adiklaki-lakinya yang merantau.

(25) Nara, Lami di’a weki agu neka hemong ngajikut kamping le Mori.‘Nara, jagalah kesehatan dan janganlahlupa berdoa agar Tuhan selalumenyertaimu.’

Sapaan nara juga bisa digunakan olehpenutur wanita untuk menyapa saudara laki-laki meskipun tidak mempunyai hubungandarah kandung atau pertalian kekerabatan.Berikut ini (26) contoh seorang wanita yangmenawarkan minuman pada seorang priayang memiliki hubungan kekerabatandengannya (tetapi bukan kandung).

(26) Nara, ngoeng inung apa? Kopi ko teh?‘Nara, mau minum apa? Kopi atau teh?’

n. Kata Sapaan WetaKata sapaan weta digunakan oleh

penutur pria untuk menyapa adik atau kakakperempuan kandung. Berikut ini (27) contohseorang pria yang memintai adik perempuannyauntuk dibuatkan kopi.

(27) Weta, pande koe kopi lantang aku ta de!‘Weta, tolong buatkan saya secangkir kopi!’

Sapaan weta juga bisa digunakan olehpenutur pria untuk menyapa saudari perempuanmeskipun tidak mempunyai hubungan darahkandung atau pertalian kekerabatan. Berikutini (28) contoh seorang pria yang menanyakankeberadaan om dan tanta-nya, pada anakwanita om-nya (sepupu penutur).

(28) Weta, co tara sepi keta mbaru? Ngo nia iseamang agu inang?‘Weta, kenapa rumah sepi sekali ?Kemana om dan tanta?’

o. Kata Sapaan EmpoKata sapaan empo jika diartikan kedalam

bahasa Indonesia adalah cucu. Sapaan empodigunakan oleh seorang kakek dan nenekuntuk manyapa cucu kandung maupun bukancucu kandung (tidak memiliki hubunganpertalian kekerabatan). Sapaan empo umumdigunakan untuk menyapa cucu wanita ataupria. Contoh kalimat berikut (29) melukiskanbagaimana seorang kakek menyapa cucunyayang baru datang mengunjunginya di kampung.

(29) Empo, one pisa maim?‘Empo, kapan datang?’

Sapaan empo semakin jarang digunakanpada zaman sekarang, orang tua (kakek,nenek, opa, oma) lebih memilih menyapacucu-cucu mereka dengan sapaan nana, enuatau dengan menyebut nama.

p. Kata Sapaan IparSapaan ipar adalah sapaan yang

digunakan oleh seorang wanita untukmenyapa istri dari saudara kandung ataupunbukan saudara kandung tetapi memilikihubungan kekerabatan. Sapaan ipar juga bisadigunakan untuk menyapa saudari dari suami.Contoh berikut (30) melukiskan bagaimanaseorang wanita mengajak istri dari adik laki-lakinya untuk ke pasar.

(30) Ipar ngo cama wa pasar de?‘Ipar, kita sama-sama ke pasar ya?’

q. Kata Sapaan KesaKata sapaan kesa adalah sapaan yang

digunakan oleh seorang pria untuk menyapasaudara laki-laki dari istrinya baik saudarakandung maupun tidak tetapi memilikihubungan pertalian kekerabatan. Contoh (31)berikut melukiskan seorang pria menawarkanarak khas Manggarai kepada saudara laki-lakidari istrinya.

Page 10: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-112100

(31) Kesa, cala ngoeng inung tuak?‘Kesa, apakah anda mau minumsecangkir arak?’

Kata sapaan kesa bisa juga digunakanoleh seorang pria untuk menyapa suami darisaudarinya baik saudari kandung maupuntidak tetapi memiliki hubungan pertaliankekerabatan. Contoh (32) berikut melukiskanseorang pria menawarkan rokok kepadasuami dari saudarinya.

(32) Kesa, cala ngoeng rongko?‘Kesa, apakah anda mau rokok?’

r. Kata Sapaan WoteSapaan wote adalah sapaan yang

digunakan untuk menyapa anak mantuperempuan oleh ibu mertua ataupun olehayah mertua. Contoh berikut (33) melukiskanbagaimana ibu mertua menyuruh anakmantunya untuk pergi arisan mewakili ibumertuanya.

(33) Wote, tegi campe lut arisan ai tema dangasehat ende.‘Wote tolong gantikan ibu untuk ikutarisan karena ibu tidak enak badan.

Pada perkembangaannya, sapaan wotebisa digantikan dengan sapaan enu ataudengan sapaan mama diikuti nama anaksulung dari mantunya (apabila sudahmemiliki anak) dan di awali kata mama.Contoh (34) berikut melukiskan bagaimanamama mantu menyuruh anak mantunyauntuk mengambilkan sirih pinang.

(34) Mama Ando, emi koe cepa de ende!‘Mama Ando, ambilkan sirih pinang ibu!’(Ando adalah nama anak sulung darimitra tutur, dalam hal ini anak mantu).

s. Kata Sapaan KoaSapaan koa adalah sapaan yang

digunakan untuk menyapa anak mantu laki-laki oleh ibu mertua ataupun oleh ayahmertua. Contoh berikut (35) melukiskan

bagaimana ayah mertua mengajak anakmantunya untuk pergi berkebun.

(35) Koa, mai ga ngo weri tete lau uma.‘Koa, mari kita ke kebun untukmenanam ubi.’

Pada perkembangaannya, sapaan koabisa digantikan dengan sapaan nana ataudengan menyebut nama anak sulung darimantunya (apabila sudah memiliki anak) dandi awali kata bapa. Contoh (36) berikutmelukiskan bagaimana bapa mantu menyuruhanak mantunya untuk bersama-saamamencari kayu.

(36) Bapa veren mai ga ngo kawe haju le poco.‘Bapa veren mari kita ke gunung mencarikayu.’(Veren adalah nama anak sulung darimitra tutur, dalam hal ini anak mantu).

t. Kata Sapaan To’aKata sapaan to’a adalah sapaan yang

biasa digunakan oleh om dan tanta untukmenyapa keponakannya (baik laki-laki maupunperempuan) yang memiliki hubunganpertalian kekerabatan. Berikut (37) contohbagaimana om/paman mengajak keponakannyauntuk bermain sepak bola.

(37) To’a, mai main bola!‘To’a, mari kita bermain sepak bola!’

Selain beberapa kata sapaan dalambahasa Manggarai diatas, dalam percakapanmasyarakat Manggarai juga dikenal berapakata serapan yang sering digunakan untukmenyapa seperti bapa (ayah), mama (ibu), om(paman), tanta (bibi), opa (kakek), oma (nenek).

4.1.2 Jenis Sapaan dalam BahasaManggarai Berdasarkan Profesi

Jenis sapaan dalam bahasa Manggaraidibedakan juga berdasarkan profesi danjabatan seseorang. Beberapa bentuk sapaan

Page 11: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

101Maria Angelina Sartika – Sapaan dalam Bahasa Manggarai di ....

dalam bahasa Manggarai berdasarkan profesidan jabatan antara lain: tuang, kraeng, pa, bu,ema dan ende. Sapaan tuang dan kraeng memilikiarti yang sama dan mengandung maknauntuk menghormati lawan bicara, namundalam penggunaannya sedikit berbeda, karenasapaan kraeng memiliki nilai yang lebih tinggiterkait jabatan dibandingkan sapaan tuang.

Sapaan tuang secara harafiah artinyatuan. Sapaan tuang biasanya digunakan untukmenyapa seseorang (laki-laki) yang memilikiprofesi tertentu. Misalnya untuk menyapaseorang guru, dan sebagainya atau seseorangyang berprofesi sebagai dokter, mantri dansebagainya. Contoh (38) melukiskan bagaimanaseorang bapak menyapa guru dari anaknyaketika bertemu di jalan depan rumah penutur.

(38) Tuang, kut ngo nia? cengo ce mbaru di!‘Tuang, mau kemana? Mampirlah kerumah ini dulu!‘

Kata tuang merupakan jenis sapaanuntuk menghormati seseorang dengan profesitertentu apabila disandingkan dengan namaprofesi tertentu, kata sapaan tuang akan berarti‘bapak’ atau ‘pak’. Contoh (39) merupakanpenggunaan kata sapaan tuang apabiladisandingkan dengan nama profesi tertentu.Pada contoh ini dilukiskan seorang muridyang memberi salam dan bertanya hendakkemana pada gurunya saat berpapasan.

(39) Tuang guru, tabe mane! kut ngo nia tuangguru?‘Selamat sore pak guru! Pak guruhendak kemana?‘

Kata tuang juga dapat diartikan dengan‘Pastor/Imam/Romo’ apabila digunakanuntuk menyapa seorang Biarawan dalam halini adalah Pastor/Imam/Romo. Berikutcontoh (40) yang melukiskan seorang bapakyang meminta pada pastor untuk memimpinmisa arwah di rumah duka.

(40) Tuang, cala nganceng pimpin koe misaarwah eta mbaru susah diang wie?

‘Romo, mungkin bisa besok malampimpin misa di rumah duka?‘

4.1.3 Jenis Sapaan dalam BahasaManggarai Berdasarkan Jabatan

Sejak jaman nenek moyang diManggarai dikenal bentuk kata sapaan kraeng.Sama seperti sapaan tuang, sapaan kraengsecara harafiah artinya adalah tuan. Kraengkhusus ditujukan untuk seseorang (laki-laki)yang berketurunan bangsawan, misalnya raja,kesatria, dan sebagainya. Berikut contoh (41)melukiskan penggunaan sapaan kraengdimana seorang pelayan menanyakan padarajanya ingin makan lauk apa siang ini.

(41) Kraeng, ngoeng pareng apa kut hang lesotong?‘Kraeng, ingin lauk apa untuk makansiang hari ini?‘

Seiring perkembangan jaman, katasapaan kraeng memiliki pergeseran nilaidimana kata sapaan kraeng dan tuang memilikikedudukan yang sama. Kata sapaan kraengtidak hanya ditujukan untuk turunanbangsawan tetapi juga digunakan secaraumum terhadap orang-orang yang memilikikedudukan atau jabatan dalam masyarakat(seperti bupati, lurah, camat, dan sebagainya)sebagai bentuk penghormatan. Contoh (42)melukiskan penggunaan kata sapaan kraengdimana seorang bapak bertemu dan menyapaseorang tokoh masyarakat seperti lurah ataucamat, dan sebagainya.

(42) Kraeng, cepisa mulai dite kerja bakti?‘Kraeng, kapan akan dilaksanakan kerjabakti?‘

Kata sapaan ema dan ende secaraharafiah artinya ayah/bapak (kandung) danibu (kandung), namun dapat digunakan pulasebagai bentuk penghormatan apabiladisandingkan dengan jabatan tertentu darilawan bicara. Sama halnya dengan sapaan

Page 12: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-112102

kraeng, sapaan ema dan ende dalam kaitannyadengan jabatan hanya ditujukan untuk orangyang memiliki jabatan yang sangat tinggidalam lingkungan masyarakat. Sedikitberbeda dengan kraeng, sapaan ema dan endedalam hal ini lebih pada sosok kebapaan atauseseorang yang dapat dituakan dalamlingkungan masyarakat yang cukup besar.Dalam kaitannya dengan jabatan pemerintahankata ema dan ende pada saat ini lebih banyakdigunakan untuk menyapa bupati ataupungubernur dan jarang digunakan untukmenyapa lurah, camat ataupun jabatanlainnya. Berikut contoh (43) penggunaan katasapaan ema dan ende apabila disandingkandengan jabatan tertentu dari lawan bicara,dimana seorang ketua panitia sebuah acaradalam kata sambutannya memberikan ucapanhormat pada bapak dan ibu bupati.

(43) Ata hormat keta lami, ema bupati agu endebupati!‘Yang sangat kami hormati, bapak danibu bupati!‘

Kata sapaan ema juga dapat digunakanuntuk menyapa seorang pastor. Misalnya EmaPastor (Bapa Pastor).

Sapaan pa dan bu artinya bapak dan ibu.Sapaan ini sering digunakan secara umumuntuk menyapa bapak dan ibu dengan profesikhusus misalnya guru, dokter, dan sebagainyamaupun jabatan tertentu seperti lurah, camat,bupati, dan sebagainya. Contoh (44) melukiskansapaan seorang anak murid terhadap bapakdan ibu gurunya.

(44) Tabe gula pa! Tabe gula bu!‘Selamat pagi bapak! Selamat pagi ibu!’

Selain beberapa jenis sapaan diatas,dalam percakapan masyarakat Manggaraidikenal juga sapaan yang hanya menyebutkanprofesi ataupun jabatan dari seseorangmisalnya sapaan untuk seorang guru adalahguru, sapaan untuk seorang dokter adalahdokter, sapaan untuk seorang lurah adalahlurah dan sebagainya.

4.1.4 Jenis Sapaan dalam BahasaManggarai Berdasarkan Nama Diri

Kata sapaan nama diri adalah sapaandengan menyebutkan nama seseorang. Katasapaan ini sering dipergunakan oleh penuturyang memiliki umur relatif sama (sebaya) ataujuga lebih tua dari lawan tutur. Munculnyakata sapaan ini biasanya dalam percakapanyang tidak bersifat formal. Umumnya hubunganantar penutur bersifat akrab dan sudah lamasaling mengenal. Dalam situasi seperti inipenutur tidak bermaksud merendahkanatau meremehkan lawan bicaranya.sapaannama diri akan dibagi menjadi lima bagiansebagai berikut.

a. Pengurangan beberapa huruf di awalPada sapaan ini nama seseorang akan

disingkat dan beberapa huruf dibagian depandihilangkan. Kalimat (45) berikut melukiskanbagaimana seorang ibu menyuruh anaknyayang bernama Fani untuk mematikan tv dansegera tidur karena besok harus sekolah.

(45) Ni, temo det nonton hitu toko ga ai sekolahdiang!‘Ni, matikan televisinya dan segera tidurkarena besok harus sekolah!’

b. Pengurangan beberapa huruf di akhirPada sapaan ini nama seseorang akan

disingkat dan beberapa huruf dibagian akhirdihilangkan. Kalimat (46) berikut melukiskanbagaimana seorang sahabat menanyakantugas matematika kepada sahabatnya yangbernama Joni.

(46) Jo, poli de hau kerja tugas matek ke?‘Jo, apakah tugas matematikamu sudahdikerjakan?’

c. Menyebut nama lengkapPada sapaan ini nama seseorang akan di

sebut lengkap. Kalimat (47) berikut inimelukiskan bagaimana seorang pemudamengajak adik laki-laki kandungnya yangbernama Rober untuk memancing ikan disungai.

Page 13: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

103Maria Angelina Sartika – Sapaan dalam Bahasa Manggarai di ....

(47) Rober, mai ge ngo deko ikan sina ngali.‘Rober ayo kita ke sungai untukmemancing ikan.’

d. Pengubahan sebagianPada sapaan ini ada pengubahan satu

atau beberapa huruf dari nama. Jenis sapaanini bagi orang Manggarai disebut panggilankesayangan agar lebih dekat atau akrab.Misalnya nama Ivon menjadi Ipong. Berikutcontoh (48) bagaimana seorang teman mengajakIvon untuk menyaksikan pertandinganbola voly.

(48) Ipong ngo nonton maen voly de!‘Ipong, ayo kita pergi menontonpertandingan bola voly!’

e. Menyebut nama anak pertamaSapaan ini biasanya digunakan oleh

orang-orang yang sudah berkeluarga danmemiliki anak. Berikut contoh (49) melukiskanbagaimana seorang ibu menyapa tetangganyadengan menyebutkan nama anak sulungtetangganya tersebut.

(49) Bapa Laras, tae mama laras neka hemongarisan tong mane.‘Bapa Laras, katakan pada mama larasjangan lupa nanti sore ada arisan.’

Pada contoh (49) laras adalah nama anaksulung dari lawan tutur. dalam penggunaanyaselalu diawali dengan kata sapaan ema ataubapa dan ende atau mama kemudian diikutinama anak sulung sehingga menjadi ema Larasatau bapa Laras dan ende Laras atau mama Laras.

4.1.5 Sapaan dalam Bahasa ManggaraiBerdasarkan Kata Ganti

Jenis sapaan berdasarkan kata gantiadalah sapaan yang sering digunakan olehmasyarakat Manggarai. Jenis sapaan inisering digunakan untuk menyapa orangyang dikenal ataupun belum dikenal. Sapaanini dibagi menjadi 2 jenis yaitu kata gantiorang kedua tunggal dan kata ganti orangkedua jamak.

Kata ganti orang kedua tunggal yaitu itedan hau. Ite dalam bahasa Indonesia artinyaAnda. Sapaan ite dalam penggunaannya lebihsopan dibandingkan dengan sapaan hau,karena sapaan ite digunakan sebagaiungkapan rasa hormat terhadap seorang yangdisapa, baik untuk orang yang lebih tua, orangyang lebih muda, teman sebaya, ataupunorang yang belum dikenali. Kalimat berikut(50) dan (52) melukiskan contoh penggunaansapaan ite dalam bahasa Manggarai.

(50) Ngo nia ite ?‘Anda mau kemana?’

(52) Pande apa ite?‘Anda sedang apa?’

Hau dalam bahasa Indonesia artinyakamu/kau. Sapaan hau lebih sering digunakanuntuk menyapa teman sebaya atau menyapaseorang yang lebih muda, tetapi tidak sopanapabila digunakan untuk menyapa seorangyang lebih tua atau seorang yang belumdikenali. Berikut adalah contoh (53) dan (54)penggunaan sapaan hau dalam bahasaManggarai.

(53) Ngo nia hau?‘Kamu mau kemana?’

(54) Pande apa hau?‘Kamu sedang apa?’

Kata ganti orang kedua jamak yaitudengan menggunakan sapaan meu. Meu dalambahasa Indonesia adalah kalian. Sapaan meubiasanya digunakan untuk menyapa kawansebaya atau orang yang lebih muda (lebih darisatu orang). sapaan meu tidak sopan apabiladigunakan untuk menyapa orang yang lebihtua (lebih dari satu orang). Berikut (55) adalahcontoh sapaan yang menggunakan sapaan meu.

(55) Ngo nia meu?‘Kalian mau kemana?‘

(56) Hang apa meu?‘Kalian makan apa?‘

Jenis sapaan berdasarkan kata gantimemiliki fungsi yang berbeda-beda sesuai

Page 14: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-112104

dengan keadaan orang yang disapa dan tidakdapat diartikan sama. Misalnya sapaan haudalam penggunaannya tidak dapat diartikansama dengan sapaan ite karena memilikifungsi yang berbeda, begitupun dengansapaan meu yang dalam penggunaannyatidak dapat diartikan sama dengan sapaan itedan hau.

Kata sapaan ite, hau dan meu merupakankata sapaan yang dapat digunakan secarabersamaan dengan jenis sapaan lain. Dalamhal ini harus diperhatikan siapa dan usialawan tutur . Berikut contoh (57) adalahsapaan kata ganti dengan kekerabatan.

(57) Poli ite hang amang?‘Apakah anda sudah makan om?’

Contoh (58) s.d (59) sapaan kata gantidengan nama diri.

(58) Rin, pande apam hau?‘Rin, kamu sedang apa?’

(59) Mama Veren toe ngo le mbaru dise ema meuko?‘Mama Veren, kalian ikut kerumahkakek tidak?

Sapaan kata ganti dengan pekerjaan danprofesi (60)

(60 Bu Guru, co tara toe mai ce sekolah ite meseng?‘Bu Guru, kenapa anda tidak datang kesekolah kemarin?’

Sapaan kata ganti dengan jabatan (61)

(61) Ema Bupati, cala nganceng ite lut acarapembukaan pameran diang?

‘Bapak Bupati, apakah anda bisa mengikutiupacara pembukaan pameran besok?’

4.2 Faktor-Faktor yang MempengaruhiPenggunaan Sapaan dalam BahasaManggarai

Penggunaan kata sapaan dalam bahasaManggarai dipengaruhi oleh beberapa faktorantara lain faktor hubungan peran dalammasyarakat, status sosial, jenis kelamin,keakraban, umur/usia, dan hubungankekerabatan.

4.2.1 Faktor Hubungan Peran

Faktor hubungan peran dalammasyarakat membentuk beberapa macam katasapaan dalam bahasa Manggarai. Berdasarkanfaktor hubungan peran dalam masyarakatdikenal sapaan tuang, kraeng, pa, bu, ema danende. Adanya jenis sapaan tuang, kraeng, pa, bu,ema dan ende ini dikarenakan adanya perbedaanprofesi dan jabatan dalam kehidupanmasyarakat Manggarai. Kata sapaan untukprofesi biasa menggunakan sapaan tuang, padan bu. Kata sapaan untuk perbedaan jabatanbiasa menggunakan sapaan kraeng, pa, bu, emadan ende. Selain beberapa jenis sapaan diatas,sapaan hanya dengan menyebutkan profesiataupun jabatan seseorang sering digunakanjuga oleh masyarakat Manggarai.

Pemilihan sapaan dalam bahasaManggarai terkait faktor perbedaan profesidan jabatan memiliki keragaman. Tabelberikut menjelaskan pemilihan sapaan yangberkaitan dengan faktor hubungan perandalam masyarakat.

Tabel 1: Pemilihan Sapaan Berdasarkan Faktor Hubungan Peran dalam Masyarakat

No. Penyapa Hubungan Peran Sapaandalam Masyarakat

1. Ego Guru (laki-laki) Tuang, Tuang Guru, Pa, Pa Guru, Guru.2. Ego Guru (perempuan) Bu, Bu Guru, Guru.3. Ego Dokter (laki-laki) Tuang, Tuang Dokter, Pa, Pa Dokter, Dokter.4. Ego Dokter (perempuan) Bu, Bu Dokter, Dokter.5. Ego Bidan Bu, Bu Bidan, Bidan.6. Ego Mantri Tuang, Tuang Mantri, Pa, Pa Mantri, Mantri.

Page 15: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

105Maria Angelina Sartika – Sapaan dalam Bahasa Manggarai di ....

4.2.2 Faktor Status Sosial

Perbedaan status sosial menjadi salahsatu faktor yang mempengaruhi penggunaansapaan dalam bahasa Manggarai. Perbedaanstatus sosial menjadi faktor yang membedakanjenis sapaan kraeng dan tuang sejak jamankerajaan. Kraeng khusus ditujukan untukseseorang yang berketurunan bangsawan,misalnya raja, kesatria, dan sebagainya. Katasapaan kraeng kurang tepat apabila ditujukankepada orang biasa yang bukan berketurunanbangsawan. Jadi adanya jenis sapaan kraengdan tuang tidak hanya karena faktorperbedaan pekerjaan, profesi dan jabatantetapi juga dikarenakan adanya perbedaanstatus sosial. Sapaan tuang sejak jamankerajaan ditujukan untuk orang yang memiliki

Tabel 1: Lanjutan

No. Penyapa Hubungan Peran Sapaandalam Masyarakat

7. Ego Lurah (laki-laki) Kraeng, Kraeng Lurah, Pa, Pa Lurah, Lurah.8. Ego Lurah (perempuan) Bu, Bu Lurah, Lurah.9. Ego Bupati (laki-laki) Kraeng, Kraeng Bupati, Pa, Pa Bupati, Ema Bupati,

Bupati.10. Ego Bupati (perempuan) Bu, Bu Bupati, Ende Bupati, Bupati.11. Ego Pastor/Imam/Romo Tuang, Ema Pastor, Pastor, Romo.

(Rohaniwan Katolik)dsb.....

keahlian khusus atau di masa sekarang lebihdiartikan sebagai profesi khusus.

4.2.3 Faktor Perbedaan Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin merupakan salahsatu faktor pembeda sapaan dalam bahasaManggarai. Sapaan berdasarkan jenis kelamindalam bahasa Manggarai tidak terdapatkesulitan bagi penyapa ketika menyapa lawanbicara karena perbedaannya sangat jelasantara sapaan untuk pria dan wanita. Bentuksapaan untuk pria yakni nana, nara, ema, bapa,opa, ema tu’a, ema koe, amang, om, kesa, kela, koa.Bentuk sapaan untuk wanita yakni enu, weta,ende, mama, oma, ende tu’a, ende koe, inang, tanta,wote . Kedua tabel berikut menjelaskanpemilihan sapaan yang berkaitan denganfaktor perbedaan jenis kelamin.

Tabel 2: Pemilihan Kata Sapaan Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-lakiNo. Penyapa Lawan Tutur Sapaan1. Ego Ayah kandungr, Ayah kandung dari suami/istri Ema, Bapa.

penutur2. Ego Kakek kandung Ema, Opa.3. Ego Kakek tua Ema.4. Ego Adik laki-laki dari Ayah Ema koe.5. Ego Adik/Kakak laki-laki Ibu Amang, Om.6. Ego Kakak laki-laki dari Ayah Ema tu’a7. Ego Adik/Kakak laki-laki dari istri Kesa8. Ego Suami dari adik/kakak perempuan Kesa9. Ego Anak mantu laki-laki Koa

10. Ego Adik/Kakak laki-laki kandung penutur (wanita) Nara11. Ego Anak laki-laki Nana

Page 16: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-112106

Tabel 3: Pemilihan Kata Sapaan Berdasarkan Jenis Kelamin PerempuanNo. Penyapa Lawan Tutur Sapaan1. Ego Ibu kandungr, Ibu kandung dari suami/istri Ende, Mama.

penutur2. Ego Nenek kandung Ende, Oma.3. Ego Nenek tua Ende.4. Ego Adik perempuan dari Ibu Ende koe.5. Ego Adik/Kakak perempuan Ayah Inang, Tanta.6. Ego Kakak perempuan dari Ibu Ende tu’a7. Ego Anak mantu perempuan Wote8. Ego Adik/Kakak perempuan penutur (pria) Weta9. Ego Anak perempuan Enu

4.2.4 Faktor Perbedaan Keakraban

Faktor perbedaan keakraban merupakansalah satu faktor juga yang mempengaruhipemilihan sapaan. Faktor perbedaankeakraban menunjukan hubungan antarapenutur dan lawan tutur apakah penuturmengenal baik dengan lawan tuturya danapakah hubungan tersebut menunjukankeakraban ataupun tidak. Dalam kaitannyadengan hal itu, pembicara akan memilihsapaan tertentu menurut akrab tidaknyaperkenalan dengan lawan tutur.

Sapaan yang dipilih oleh masyarakatManggarai jika lawan tutur telah dikenal baikoleh penutur ialah nama diri (pengurangan diawal, pengurangan di akhir, pengubahansebagian, menyebut nama utuh) danmenyebutkan nama anak pertama dari lawantutur (apabila lawan tutur sudah berkeluarga)didahului kata bapa/ema dan ende/mama,terutama untuk menyapa lawan bicara yangsebaya atau yang lebih mudah dari pembicara.Perhatikan contoh (45 s.d. 49).

Jika lawan bicara mempunyai umur yanglebih tua (orang dewasa) dari penutur dansudah saling mengenal, lawan bicara akandisapa dengan amang, om, tanta, inang dan bisajuga diikuti dengan nama lawan tutur, misalnyaInang Erni (Erni adalah nama lawan tutur). Jikalawan bicara mempunyai umur yang lebih tua(orang dewasa) dari penutur dan belum salingmengenal, lawan bicara akan disapa denganamang, om, tanta, inang tanpa perlu disertai namalawan tutur. Apabila lawan bicara mempunyaiumur yang lebih tua (tetapi masih tergolongmuda) atau lebih muda dari penutur maka

lawan bicara akan disapa kae (kakak), dan ase(adik). Sapaan keakraban lainnya yaitu enuuntuk menyapa anak perempuan yangseumuran dan lebih muda dari penutur. Adajuga sapaan weta untuk saudari perempuan baikseumuran, lebih muda, ataupun lebih tua daripenutur. Perbedaannya hanya weta lebihmengarah pada sapaan kepada saudari olehsaudaranya dan mempunyai hubungankekerabatan yang sangat erat, sedangkan enupenggunaannya secara umum untuk anakperempuan. Sapaan weta mengharuskanpenuturnya adalah pria, sedangkan sapaan enupenuturnya bisa pria maupun wanita. Samahalnya dengan sapaan weta dan enu, sapaan nanajuga merupakan sapaan keakraban untukmenyapa anak laki-laki yang seumuran danlebih muda dari penutur. Ada juga sapaan narauntuk saudara laki-laki baik seumuran, lebihmuda, ataupun lebih tua dari penutur.

Sapaan nara mengharuskan penuturnyaadalah wanita, sedangkan sapaan nana yangpenggunaannya secara umum untuk menyapaanak laki-laki, penuturnya bisa pria maupunwanita. Sapaan kae, ase, weta, enu, nara, dannana biasa digunakan penutur untuk menyapaseseorang (orang muda) baik yang memilikihubungan keakraban dengan maupun tidak,bahkan meskipun tidak memiliki hubungankeakraban dengan lawan bicara, denganmengunakan sapaan tersebut diatas terkesansopan bagi lawan bicara.

4.2.5 Faktor Perbedaan Umur/Usia

Pemilihan kata sapaan dalam bahasaManggarai dipengaruhi juga oleh faktor

Page 17: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

107Maria Angelina Sartika – Sapaan dalam Bahasa Manggarai di ....

perbedaan umur/usia dari lawan tutur. Dalamkaitannya dengan perbedaan umur/usia,beberapa kata sapaan yang digunakan eratkaitannya dengan sapaan-sapaan kekerabatannamun dalam hal ini ditinjau dari segi usialawan tutur. Tabel berikut menjabarkanbeberapa penggunaan kata sapaan berkaitandengan faktor umur/usia.

Tabel 4. Pemilihan Kata Sapaan Berdasarkan Umur/UsiaNo. Penyapa Lawan Tutur Sapaan Keterangan1. Ego Orang tua yang sebaya Ema Kakek

dengan kakek.2. Ego Orang tua yang sebaya Ende Nenek

dengan nenek3. Ego Orang dewasa sebaya Bapa, Amang, Om Bapak, Paman/Om

dengan Ayah4. Ego Orang dewasa yang sebaya Mama, Inang, tanta Ibu, Bibi/Tanta

dengan Ibu5. Ego Orang sebaya dengan adik Ase, Nana Adik, Nana

laki-laki (anak laki-laki)6. Ego Orang sebaya dengan adik Ase, Enu Adik, Enu

perempuan (anak perempuan)7. Ego Orang yang umurnya lebih tua Kae Kakak

dari penutur tetapi masih muda.8. Ego Anak-anak kecil Nana dan enu Sapaan untuk anak

laki-laki dan anakperempuan

9. Ego Teman sebaya Nama diri

4.2.6 Faktor Hubungan Kekerabatan

Faktor hubungan kekerabatan merupakanfaktor yang mempunyai pengaruh yangsangat kuat terhadap pemilihan sapaan. Halini dikarenakan kebanyakan penggunaankata-kata sapaan dalam bahasa Manggarai

karena adanya hubungan kekerabatan. Untuklebih memperjelas, berikut akan ditampilkanbeberapa bagan hubungan kekerabatan. Padabagan dibawah ini dibagi kedalam empat (4)bagan yakni bagan hubungan keluargaterbatas yang meliputi sapaan untuk ayah,ibu, saudara, dan saudari kandung, bagankeluarga luas 1 ayah yang meliputi sapaan

untuk saudara-saudara ayah, bagan keluargaluas 1 ibu yang meliputi sapaan untuk saudara-saudara ibu, dan bagan keluaga luas 2 yangmeliputi sapaan kekerabatan karena adanyahubungan perkawinan.

a. Hubungan keluarga terbatas

Gambar 1. Bagan Keluarga Terbatas

Page 18: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-112108

Keterangan:

= Menerangkan nomor penuturdan lawan tutur

–––> = Menyapa/Menyebut

–––> =Ende/Mama, Ende/Mama diikutidengan menyebut nama anakpertama, Enu, menyebut namadiri.

–––> =

Ema/Ayah, Ema/Ayah diikutidengan menyebut nama anakpertama, Nana, menyebut namadiri.

dan –––> dan =

Nana, menyebut nama diri.

dan –––> dan =

Enu, menyebut nama diri.

–––> =

Ase, Nana, menyebut nama diri.

–––> = Nara, Nana, Kae.

–––> =

Nara, Nana, Ase, menyebut namadiri.

–––> = Ase, Enu, menyebut nama diri.

–––> = Kae.

–––> = Weta, Enu, Kae.

–––> = Weta, Enu, Ase.

–––> dan = Nana, Kae.

–––> = Kae

b. Keluarga luas 1 Ayah

Gambar 2. Bagan Keluarga Luas 1 Ayah

Keterangan:1) Ema koe, Ema koe/Ema diikuti dengan

menyebut nama diri.2) Inang, tanta, inang/tanta diikuti dengan

menyebut nama diri.3) Ema tu’a, Ema tu’a/Ema diikuti dengan

menyebut nama diri.4) Nana (untuk anak laki-laki), Enu (untuk

anak perempua), To’a, menyebut namadiri.

, , dan –––> =

Ema, bapa.

, , dan –––> =

Ende, mama.

–––> dan =

Weta, Enu, Ase, menyebut namadiri

Page 19: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

109Maria Angelina Sartika – Sapaan dalam Bahasa Manggarai di ....

b. Keluarga luas 1 Ibu

Keterangan:1) Amang, om, amang/om diikuti dengan

menyebut nama diri.2) Ende koe, Ende koe/Ende diikuti dengan

menyebut nama diri.3) Ende tu’a, Ende tu’a/Ende diikuti dengan

menyebut nama diri.4) Nana (untuk anak laki-laki), Enu (untuk

anak perempua), To’a, menyebut namadiri.

c. Keluaga luas 2

Gambar 3. Bagan Keluarga Luas 1 Ibu

Keterangan:

= Menerangkan nomor penuturdan lawan tutur

–––> = Menyapa/menyebut

–––> dan = Ema, Opa, Ema/Opa

Gambar 4. Bagan Keluarga Luas 2

–––> dan = Ende, Oma, Ende/Oma.

, , dan –––> =

Empo, Nana/Enu, menyebut nama.

dan –––> =

Wote, Enu, Ende/Mama diikutinama anak.

dan –––> =

Koa, Nana, Ema/Bapa diikutinama anak.

–––> atau –––> =

Kesa,Kae/Ase seseuai umur.

–––> atau –––> =

Ipar, Kae/ase sesuai umur

Page 20: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-112110

dan –––> dan =

Ema, Opa, Bapa

dan –––> dan =

Ende, Oma, Mama

5. PENUTUP

Berdasarkan pembahasan pada babterdahulu dapat disimpulkan bahwa jenissapaan dalam bahasa Manggarai berdasarkanreferannya dapat dibedakaan atas sapaanberdasarkan hubungan kekerabatan, sapaanberdasarkan profesi dan jabatan, sapaanberdasarkan nama diri, dan sapaanberdasarkan kata ganti. Adapun faktor yangmempengaruhi penggunaan sapaan yaitufaktor perbedaan profesi dan jabatan,perbedaan status sosial, perbedaan jeniskelamin, perbedaan keakraban, perbedaanusia/umur, dan perbedaan hubungankekerabatan.

Jenis sapaan berdasarkan hubungankekerabatan seperti ende, ema, inang, amang,kae, ase, ende koe, ema koe, ende tu’a, ema tu’a,enu, nana, nara, weta, empo, kesa, kela, Ipar, koa,wote, to’a. Jenis sapaan kekerabatan ini dalampenggunaannya tidak hanya berasal daripertalian kekerabatan tetapi juga untukmenyapa orang-orang yang bahkan tidakmempunyai pertalian kekerabatan apa-apakarena sebagian besar kata-kata sapaan inimengalami perluasan arti.

Jenis sapaan berdasarkan profesi danjabatan ditujukan pada orang-orang denganprofesi dan jabatan tertentu. Sapaan yangbiasa digunakan adalah tuang, kraeng, pa, bu,ema dan ende, serta sapaan dengan hanyamenyebutkan profesi dan jabatan tertentu dariseseorang.

Jenis sapaan berdasarkan nama dirisangat sering digunakan oleh masyarakatManggarai. Jenis sapaan ini dibedakan ataspengurangan huruf di awal, penguranganhuruf di akhir, pengubahan sebagian,panggilan nama lengkap, menyebut namaanak pertama.

Jenis sapaan kata ganti dalampenggunannya dibedakan atas kata gantiorang kedua tungal dan kata ganti orangkedua jamak. Sapaan kata ganti orang keduatungal seperti ite, hau. Kata ganti orang keduajamak seperti meu. Jenis sapaan ini sesuaitujuannya sebagai kata ganti maka sapaan inidapat digunakan secara bersamaan denganjenis sapaan lain.

Adapun faktor yang mempengaruhipenggunaan sapaan yaitu faktor perbedaanprofesi dan jabatan, perbedaan status sosial,perbedaan jenis kelamin, perbedaan keakraban,perbedaan usia/umur, dan perbedaanhubungan kekerabatan. Adanya sapaan tuang,kraeng, pa, bu, ema dan ende dikarenakan faktorperbedaan profesi dan jabatan. Perbedaanstatus sosial menjadi faktor yang membedakanjenis sapaan kraeng dan tuang. Berdasarkanperbedaan jenis kelamin, bentuk sapaan untukpria yakni nana, nara, ema, bapa, opa, ema tu’a,ema koe, amang, om, kesa, kela, koa. Bentuksapaan untuk wanita yakni enu, weta, ende,mama, oma, ende tu’a, ende koe, inang, tanta, wote.Berdasarkan faktor perbedaan keakraban,bentuk sapaan yang dipilih sangat beragamtergantung dari hubungan keakraban antarapenutur dan lawan tutur. Dalam hal inisapaan yang digunakan dapat menggunakanjenis sapaan nama diri dan dapat pulamenggunakan jenis sapaan kekerabatan.Untuk faktor perbedaan usia/umur dikenalsapaan ema, ende, bapa, amang, om, mama,inang, tanta, ase, nana, ase, enu, kae, nana danenu, nama diri. Penggunaan sapaan initergantung dari usia dari lawan tutur.Berdasarkan faktor hubungan kekerabatandibedakan atas empat faktor hubungankekerabatan yakni hubungan keluargaterbatas yang meliputi sapaan untuk ayah,ibu, saudara, dan saudari kandung sehinggaadanya sapaan ende, ema, bapa, mama, nana,enu, weta, nara, ase, kae, dan menyebut namadiri. Kedua, hubungan keluarga luas 1 ayahyang meliputi sapaan untuk saudara-saudaraayah sehingga adanya sapaan ema koe, ematu’a, inang/tanta, nana, enu, to’a, dan bisa jugadiikuti dengan nama diri. Ketiga, hubungankeluarga luas 1 ibu yang meliputi sapaan

Page 21: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

111Maria Angelina Sartika – Sapaan dalam Bahasa Manggarai di ....

untuk saudara-saudara ibu sehingga adanyasapaan ende koe, ende tu’a, amang/om, nana, enu,to’a, dan bisa juga diikuti dengan nama diri.Keempat, hubungan luas keluaga luas 2 yangmeliputi sapaan kekerabatan karena adanyahubungan perkawinan sehingga adanyasapaan ema, opa, bapa, ende, oma, mama, empo,nana, enu, wote, koa, ema/bapa diikuti namaanak, ende/mama diikuti nama anak, kesa, ipar,ase, kae.

Penggunaan sapaan dalam bahasaManggarai sangat beragam sebagaimanadijelaskan sebelumnya. Kata-kata sapaantersebut seiring perkembangan zamansebagian besar mengalami perluasan arti.Perluasan arti yang dimaksud adalahpenggunannya dapat secara luas, misalnyasapaan ema yang merupakan jenis sapaankekerabatan tidak hanya digunakan untukmenyapa kakek kandung tetapi juga untukmenyapa seorang kakek tua meskipun tidak

memiliki hubungan kekerabatan. Contohlainnya adalah sapaan tuang yang artinyatuan tetapi dapat berarti bapak apabiladisandingkan dengan nama profesi tertentudari lawan tutur (tuang guru = bapak guru),dan sebagainya.

Peneliti menyadari bahwa permasalahanyang dibahas masih terdapat kekurangandan belum merangkum semua bentuk katasapaan dalam bahasa Manggarai karenaketerbatasan narasumber dan pengetahuanpeneliti terhadap bentuk sapaan dalam bahasaManggarai. Berdasarkan hal tersebut penelitimerekomendasikan agar sapaan dalambahasa Manggarai akan diteliti lebih lanjut,mengingat bentuk sapaan dalam bahasaManggarai sangatlah menarik untuk ditelitidan sejauh pengetahuan peneliti belum adapenelitian sebelumnya terkait sapaan dalambahasa Manggarai.

DAFTAR PUSTAKA

Misnawati (2014). Kata Sapaan PadaMasyarakat Ujuang Batuang TinjauanSosiolinguistik. Jurnal Penelitian Bahasa,Volume 2 No. 3, pp. 1-13.

Lisniarti, Faizah, H. AR., & Auzar (2015).Sistem Sapaan Bahasa Melayu RiauSubdialek Inuman Kabupaten KuantanSingingi. Jurnal Online Mahasiswa (JOM)Bidang Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Volume 2 No. 1, pp. 1-13.

Agus, N. (2014). Bentuk Sapaan Bahasa BugisDalam Konteks Pragmatik Gender.Jurnal Penelitian Bahasa, Volume 20 No.1, pp. 1-13.

Sari, N., Ermanto, Ismail M. Nst. (2013). SistemKata Sapaan Kekerabatan DalamBahasa Melayu Di KepenghuluanBangko Kiri Kecamatan Bangko PusakoKabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau.Pada Masyarakat Ujuang BatuangTinjauan Sosiolinguistik.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra indonesia,Volume 1 No. 2, pp. 513-520.

Wibowo, R. M. & Retnaningsih, A. (2015).Dinamika Bentuk-Bentuk SapaanSebagai Refleksi Sikap BerbahasaMasyarakat Indonesia. Jurnal SastraIndonesia, Volume 27 No. 3, pp. 269-282.

Gusthia, M., Morelent, Y., & Gusnetti. (2014).Kata Sapaan Bahasa Minangkabau DiKanagarian Lubuk Ulang Aling SelatanKecamatan Sangkir Batang HariKabupaten Solok Selatan. Jurnal Bahasadan Seni, Volume 3 No. 7, pp. 1-12.

Elfiza, Semi, A., & Syofiani (2014). Bentuk danPenggunaan Kata Sapaan BahasaMinangkabau Di Kenagarian SungaiJambu, Kabupaten Tanah Datar. JurnalBahasa dan Seni, Volume 3 No. 6, pp. 1-10.

Syafyahya, L., Aslinda, Noviatri, Efriyades(2000). Kata Sapaan Bahasa MinangkabauDi Kabupaten Agam. p. 3. Jakarta: PusatBahasa Departemen PendidikanNasional.

Supriyanto, H., Rustamadji, Kusuma, T. S.,Kurmen, I., Ardiana, L.I., Yonohudiyono,e., & Pardiyono, P. (1986). PenelitianBentuk Sapaan Bahasa Jawa Dialek Jawa

Page 22: SAPAAN DALAM BAHASA MANGGARAI DI PROVINSI NUSA …

Timur. p. 11. Jakarta: Pusat Pembinaandan Pengembangan Bahasa DepartemenPendidikan an Kebudayaan.

Mahmud, S. Sulaiman, B. Alamsyah, T., &Rohana, S. (2003). Sistem Sapaan BahasaSimeulue. pp. 4-5. Jakarta: Pusat BahasaDepartemen Pendidikan Nasional.

Nasution, M. Dj., Sulistiati, Atika, S. M. (1994).Sistem Sapaan Dialek Jakarta. p. 7. Jakarta:Pusat Bahasa Departemen PendidikanNasional.

Suhardi, R., Wijana, Abubakar, H., & Soenaron(1985). Sistem Sapaan Bahasa Jawa. pp. 8-9. Yogyakarta: Departemen Pendidikandan Kebudayaan.

Mastoyo, T. J. K. (2007). Pengantar (Metode)Penelitian Bahasa. Cetakan I, pp. 41-73.Yogyakarta: Carasvatibooks.

Mashun. (2006). Metode Penelitian Bahasa. Ed.1, p. 229. Jakarta: PT. RajaGrafindoPersada.

Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 91-112112