37
BUPATI MANGGARAI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANGGARAI, Menimbang : a. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan bagi daerah yang dapat dimanfaatkan untuk terwujudnya kemandirian daerah dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat; b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 110 ayat (1) huruf n dan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka perlu dibentuk peraturan daerah tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122,

BUPATI MANGGARAI PEMERINTAH PROVINSI NUSA … · bangun-bangun untuk kepentingan umum yang didirikan di atas tanah, ... tempat usaha / kegiatan yang lokasinya telah ditentukan oleh

  • Upload
    vodat

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BUPATI MANGGARAI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI

NOMOR 06 TAHUN 2014

TENTANG

RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MANGGARAI, Menimbang : a. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu

sumber pendapatan bagi daerah yang dapat

dimanfaatkan untuk terwujudnya kemandirian

daerah dan peningkatan pelayanan kepada

masyarakat;

b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 110 ayat (1)

huruf n dan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, maka perlu dibentuk peraturan daerah

tentang Retribusi Pengendalian Menara

Telekomunikasi;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu

membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi

Pengendalian Menara Telekomunikasi;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang

Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam

Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara

Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 1655);

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang

Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5049);

7. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri

PU, Menteri Kominfo, dan Kepala BKPM Nomor : 18

Tahun 2009; Nomor : 07/PRT/M/2009; Nomor :

19/PER/M.KOMINFO/03/2009; Nomor : 3/P/2009

tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan

Bersama Menara telekomunikasi;

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN MANGGARAI dan

BUPATI MANGGARAI MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI

PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Manggarai.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Manggarai.

3. Bupati adalah Bupati Manggarai.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD

adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Manggarai.

5. Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Daerah yang

selanjutnya disebut Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perhubungan,

Komunikasi dan Informatika Daerah Kabupaten Manggarai.

6. Pejabat yang ditunjuk adalah pegawai negeri yang ditunjuk dan diberi

tugas tertentu di bidang pengendalian menara telekomunikasi di

Kabupaten Manggarai sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan

yang berlaku.

7. Badan, adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan

kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan

usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan

lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam

bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,

perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau

organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan

lainnya.

8. Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan/atau

penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat,

tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau

sistim elektromagnetik lainnya.

9. Penyelenggara Tekomunikasi adalah perorangan, koperasi, badan usaha

milik daerah, badan usaha milik negara, badan usaha swasta, instansi

pemerintah, instansi keamanan negara yang telah mendapatkan ijin

untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi, jaringan telekomunikasi

dan telekomunikasi khusus.

10. Penyelenggaraan Telekomunikasi adalah kegiatan penyediaan dan

pelayanan telekomunikasi sehingga memungkinkan terselenggaranya

telekomunikasi.

11. Penyedia Menara adalah badan usaha yang membangun, memiliki,

menyediakan serta menyewakan menara telekomunikasi untuk

digunakan bersama oleh penyelenggara telekomunikasi.

12. Pengelola Menara adalah badan usaha yang mengelola atau

mengoperasikan menara telekomunikasi yang dimiliki oleh pihak lain.

13. Menara Telekomunikasi, yang selanjutnya disebut menara adalah

bangun-bangun untuk kepentingan umum yang didirikan di atas tanah,

atau bangunan yang merupakan satu kesatuan konstruksi dengan

bangunan gedung yang dipergunakan untuk kepentingan umum yang

struktur fisiknya dapat berupa bentuk tunggal tanpa simpul, dimana

fungsi, desain dan konstruksinya disesuaikan sebagai sarana penunjang

menempatkan perangkat telekomunikasi.

14. Rekomendasi Operasional Pengendalian Menara Bersyarat adalah

rekomendasi yang diterbitkan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Informatika Kabupaten Manggarai yang memberi hak dan kewajiban

kepada pemohon untuk mengoperasikan menara telekomunikasi yang

telah ada/akan dioperasionalkan dalam wilayah Daerah, yang berlaku

selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang kembali.

15. Izin Gangguan, adalah pemberian izin tempat usaha / kegiatan kepada

orang pribadi atau badan usaha di lokasi tertentu yang dapat

menimbulkan bahaya, kerugian dan Izin Gangguan, tidak termasuk

tempat usaha / kegiatan yang lokasinya telah ditentukan oleh Pemerintah

Pusat atau Pemerintah Daerah.

16. Izin Mendirikan Bangunan Menara yang selanjutnya disebut IMB Menara

adalah Izin Mendirikan Bangunan sesuai dengan peraturan perundang–

undangan yang berlaku.

17. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan

data obyek dan subyek retribusi, penentuan besarnya retribusi yang

terutang sampai kegiatan penagihan retribusi kepada Wajib Retribusi

serta pengawasan penyetorannya.

18. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan

daerah sebagai pembayaran atas jasa disediakan dan/atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

19. Retribusi Jasa Umum, adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau

diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan

kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

20. Jasa Umum, adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah

Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

21. Wajib Retribusi, adalah orang pribadi atau badan yang menurut

peraturan perundangundangan diwajibkan untuk melakukan

pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi

tertentu.

22. Masa Retribusi, adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan

batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa tertentu dari

Pemerintah Daerah.

23. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah

surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran

atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas Umum Daerah atau ke

tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

24. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD,

adalah surat keputusan yang menentukan besarnya pokok retribusi.

25. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat

SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah

kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar

daripada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

26. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD, adalah

surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi

berupa bunga dan/atau denda.

27. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang

ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung seluruh penerimaan

daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah.

28. Pemeriksaan, adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,

mengumpulkan, dan mengolah data dan/atau keterangan lainnya untuk

menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah dan untuk

tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundangundangan Retribusi.

29. Pembangunan adalah kegiatan pembangunan Menara Telekomunikasi

Bersama yang dilaksanakan oleh penyelenggara telekomunikasi dan/atau

penyedia menara di atas tanah/lahan milik Pemerintah Kabupaten atau

milik masyarakat secara perorangan maupun lembaga sesuai dengan

Rencana Induk Telekomunikasi yang meliputi perencanaan, pengurusan

perizinan, pembangunan fisik Menara Telekomunikasi Bersama beserta

fasilitas pendukungnya.

30. Tim Pengendalian dan Pengawasan Pembangunan Menara

Telekomunikasi, yang selanjutnya disingkat TP3MT yang dibentuk dan

ditetapkan dengan Keputusan Bupati, yang bertugas melaksanakan

kegiatan pengendalian dan pengawasan pembangunan menara

telekomunikasi serta mengevaluasi dan memberikan masukan kepada

instansi terkait mengenai hasil monitoring dan kajian lapangan terhadap

menara telekomunikasi di Daerah.

31. Nilai Jual Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat NJOP adalah harga

rata-rata yang diperoleh dari tansaksi jual beli yang terjadi secara wajar,

dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui

perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan

baru, atau NJOP pengganti.

32. Standar Nasional Indonesia yang selanjutnya disebut SNI adalah standar

yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional dan berlaku secara

nasional.

BAB II

KETENTUAN PEMBANGUNAN MENARA

Bagian Kesatu Pembangunan dan Pengelolaan Menara

Pasal 2

(1) Penyedia menara menyediakan menara telekomunikasi.

(2) Penyedia menara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan :

a. penyelenggara telekomunikasi; atau

b. bukan penyelenggara telekomunikasi.

(3) Penyediaan menara sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

pembangunannya dilaksanakan oleh penyedia jasa konstruksi.

(4) Penyedia menara yang bukan penyelenggara telekomunikasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf b, pengelola menara atau penyedia menara

jasa konstruksi untuk membangun menara merupakan perusahaan

nasional.

(5) Penyedia menara atau pengelola menara bertanggung jawab terhadap

pemeriksaan berkala bangunan menara dan atau kerugian yang timbul

akibat runtuhnya seluruh dan/atau sebagian menara.

Pasal 3

(1) Lokasi pembangunan menara wajib mengikuti rencana tata ruang wilayah

daerah.

(2) Pembangunan menara wajib mengacu kepada SNI dan standar baku

tertentu untuk menjamin keselamatan bangunan dan lingkungan dengan

memperhitungkan faktor-faktor yang menentukan kekuatan dan

kestabilan konstruksi menara dengan mempertimbangkan persyaratan

struktur bangunan menara sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Bagian Kedua

Rencana Induk Menara Telekomunikasi Bersama

Pasal 4

(1) Pembangunan dan pengoperasian menara telekomunikasi di seluruh

wilayah daerah wajib mengacu kepada Rencana Induk Menara

Telekomunikasi Bersama di Daerah dan pelaksanaannya dilakukan

secara bertahap.

(2) Rencana Induk Menara Telekomunikasi Bersama sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) berfungsi untuk mengarahkan, menjaga, dan menjamin agar

pembangunan dan pengoperasian menara telekomunikasi di Daerah

dapat terlaksana secara tertata dengan baik, berorientasi masa depan,

terintegrasi dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi semua

pihak serta dalam rangka :

a. menjaga estetika kawasan daerah tetap indah, bersih, dan lestari ;

b. mendukung kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi serta

kegiatan kepemerintahan;

c. menghindari pembangunan menara telekomunikasi yang tidak

terkendali;

d. menentukan lokasi-lokasi menara telekomunikasi yang tertata;

e. standarisasi bentuk, kualitas, dan keamanan menara

telekomunikasi;

f. kepastian peruntukan dan efisiensi lahan;

g. menjaga estetika dan keindahan wilayah;

h. meminimalisir gejolak sosial;

i. meningkatkan citra wilayah;

j. keselarasan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah;

k. memudahkan pengawasan dan pengendalian ;

l. mengantisipasi menara telekomunikasi illegal sehingga menjamin

legalitas setiap menara telekomunikasi ;

m. memenuhi kebutuhan lalu lintas telekomunikasi selular secara

optimal;

n. menghindari wilayah yang tidak terjangkau (blank spot area) ;

o. acuan konsep yang dapat digunakan oleh seluruh operator, baik

GSM (global system for mobile comunications) maupun CDMA (code

division multiple access) serta dapat digunakan untuk layanan nir

kabel, Local Area Network, dan lain-lain;

p. mendorong efisiensi dan efektifitas biaya telekomunikasi dan biaya

investasi akibat adanya kerja sama antar operator;

q. mendorong persaingan yang lebih sehat antar operator.

(3) Masa berlaku Rencana Induk Menara Telekomunikasi Bersama adalah

sebagaimana tertera di dalam Rencana Induk Menara Telekomunikasi

Bersama di Daerah.

(4) Paling lama 3 (tiga) bulan sebelum rencana induk sebagaimana dimaksud

pada ayat (3), habis masa berlakunya Pemerintah Daerah wajib

melakukan penyempurnaan dan/atau menyusun Rencana Induk Menara

Telekomunikasi Bersama yang baru sehingga dapat dijadikan sebagai

acuan yang lebih memadai dalam rangka pembangunan dan

pengoperasian Menara Telekomunikasi Bersama di Daerah untuk kurun

waktu berikutnya.

Bagian Ketiga

Tim Penataan dan Pengawasan Pembangunan Menara Telekomunikasi

Pasal 5

(1) Dalam rangka kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan program menara

telekomunikasi Bersama di daerah Bupati membentuk Tim Penataan dan

Pengawasan Pembangunan Menara Telekomunikasi (TP3MT).

(2) TP3MT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas untuk melakukan

kajian teknis terhadap desain, penataan, pembangunan atau memberikan

masukan dan saran atas pemberian izin pembangunan dan

pengoperasian Menara Telekomunikasi Bersama dan asistensi terhadap

Bupati dalam melakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan

terhadap pembangunan dan pengoperasian Menara Telekomunikasi

Bersama di Daerah.

(3) Hal mengenai struktur, personalia, tugas dan tanggungjawab TP3MT

diatur dan ditetapkan tersendiri melalui Keputusan Bupati.

(4) TP3MT sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari unsur unit

teknis terkait yang memiliki kompetensi di bidangnya.

Bagian Keempat

Pembangunan dan Pengoperasian Menara Telekomunikasi Bersama

Pasal 6

Menara telekomunikasi yang berada pada wilayah atau ruang yang sama wajib

menggunakan menara telekomunikasi bersama.

Pasal 7

(1) Pembangunan Menara Telekomunikasi Bersama dapat dilaksanakan oleh

Badan Usaha yang terdiri dari :

a. badan usaha milik negara;

b. badan usaha milik daerah; dan

c. badan usaha swasta nasional.

(2) Untuk mewujudkan pembangunan Menara Telekomunikasi Bersama

Pemerintah Daerah dapat melakukan kerjasama dengan Badan Usaha

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Pembangunan menara telekomunikasi wajib memiliki IMB Menara dari

bupati atau pejabat yang ditunjuk.

(4) Pemberian IMB Menara sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib

memperhatikan ketentuan tentang penataan ruang di daerah,

keselamatan operasi penerbangan pesawat udara, serta hasil kajian

teknis terhadap desain penataan, pembangunan, dan pengoperasian

Menara Telekomunikasi Bersama dan didasarkan pada Rencana Induk

Menara Telekomunikasi Bersama.

(5) Penyedia Menara atau Kontraktor Menara dalam mengajukan IMB

Menara wajib menyampaikan informasi rencana penggunaan Menara

Telekomunikasi Bersama.

(6) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus dilakukan dengan

perjanjian tertulis antara Penyelenggara Telekomunikasi dengan

Pemerintah Daerah.

Pasal 8

(1) Pemasangan antena pemancar telekomunikasi wajib dilakukan pada

Menara Telekomunikasi Bersama.

(2) Penyelenggaraan menara Telekomunikasi dilarang melakukan

pemasangan antena pemancar telekomunikasi di atas bangunan, papan

iklan, ataupun bangunan lainnya yang tidak sesuai peruntukannya,

selain pada Menara Telekomunikasi Bersama.

Pasal 9

(1) Bidang usaha jasa konstruksi untuk pembangunan Menara

Telekomunikasi Bersama sebagai bentuk bangunan dengan fungsi

khusus merupakan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal

asing.

(2) Penyedia Menara, Pengelola Menara, atau Kontraktor Menara yang

bergerak di bidang usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah

badan usaha Indonesia yang seluruh modalnya atau kepemilikan

sahamnya dimiliki oleh pelaku usaha dalam negeri.

(3) Penyelenggara Telekomunikasi yang menaranya dikelola pihak ketiga

wajib memenuhi kriteria sebagai Pengelola Menara dan/atau Penyedia

Menara sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Pasal 10

Pembangunan menara Telekomunikasi Bersama harus sesuai dengan standar

baku tertentu untuk menjamin keamanan lingkungan dengan

memperhitungkan factor-faktor yang menentukan kekuatan dan kestabilan

konstruksi menara telekomunikasi, antara lain :

a. tempat/space penempatan antena dan perangkat telekomunikasi untuk

penggunaan bersama;

b. ketinggian menara telekomunikasi;

c. struktur menara telekomunikasi;

d. rangka struktur menara telekomunikasi;

e. pondasi menara telekomunikasi; dan

f. kekuatan angin.

Pasal 11

(1) Setiap orang yang menyelenggarakan pembangunan menara

telekomunikasi bersama wajib melengkapi menara telekomunikasi dengan

sarana pendukung dan identitas hukum yang jelas.

(2) Sarana pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai

dengan peraturan perundang-udangan yang berlaku, antara lain :

a. pentanahan ( grounding );

b. penangkal petir;

c. catu daya;

d. lampu halangan penerbangan (Aviation Obstruction Light); dan

e. marka halangan penerbangan (Aviation Obstruction Marking).

(3) Identitas hukum terhadap Menara Telekomunikasi Bersama sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), antara lain :

a. nama pemilik Menara Telekomunikasi Bersama;

b. lokasi menara Telekomunikasi Bersama;

c. tinggi menara Telekomunikasi Bersama;

d. tahun pembuatan/pemasangan Menara Telekomunikasi Bersama;

e. kontraktor Menara Telekomunikasi Bersama; dan

f. beban maksimal Menara Telekomunikasi Bersama.

Bagian Kelima

Pembangunan dan Pengoperasian Menara Telekomunikasi Khusus

Pasal 12

(1) Penyelenggara dan pengoperasian Menara Telekomunikasi Khusus

dikecualikan dari ketentuan Peraturan Daerah ini.

(2) Menara telekomunikasi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

antara lain meliputi untuk kepentingan :

a. pertahanan dan keamanan;

b. metereologi dan geofisika;

c. radio siaran;

d. navigasi;

e. penerbangan;

f. pencarian dan pertolongan kecelakaan;

g. amatir radio;

h. TV;

i. Komunikasi antar penduduk dan penyelenggaraan telekomunikasi

khusus instansi pemerintah tertentu/swasta; dan

j. Keperluan transmisi jaringan telekomunikasi utama (backbone).

Bagian Keenam

Ketentuan Pembangunan Menara di Kawasan Tertentu

Pasal 13

Pembangunan menara telekomunikasi di kawasan tertentu harus memenuhi

ketentuan perundang-undangan yang berlaku untuk kawasan dimaksud.

Pasal 14

Kawasan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, merupakan

kawasan yang sifat dan peruntukannya memiliki karakteristik tertentu, antara

lain :

a. kawasan bandar udara/ pelabuhan;

b. kawasan pengawasan militer;

c. kawasan cagar budaya;

d. kawasan pariwisata; dan/atau

e. kawasan hutan lindung.

Bagian Ketujuh

Pembangunan dan Pengoperasian Menara Tambahan Penghubung dan Menara Kamuflase

Pasal 15

Pembangunan dan pengoperasian menara telekomunikasi tambahan

penghubung diizinkan apabila fungsinya hanya untuk meningkatkan

kehandalan cakupan dan kemampuan trafik frekuensi telekomunikasi dan

dibangun dalam bentuk Menara Telekomunikasi Tunggal dan/atau Menara

Telekomunikasi Kamuflase sebagai bagian dari Menara Telekomunikasi

Bersama.

Pasal 16

Pembangunan Menara Telekomunikasi Bersama yang berada di kawasan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, apabila dimungkinkan menurut hasil

kajian secara teknis dari Pemerintah Daerah maka bentuk dan desain menara

wajib berwujud Menara Telekomunikasi Kamuflase serta bangunan

pendukungnya wajib selaras dengan estetika lingkungan dan/atau kawasan

setempat yang juga merupakan bagian dari Menara Telekomunikasi Bersama.

Bagian Kedelapan

Jenis Menara Telekomunikasi

Pasal 17

(1) Menara Telekomunikasi Rangka adalah menara telekomunikasi yang

konstruksinya merupakan rangka baja yang diikat oleh berbagai simpul

untuk menyatukannya.

(2) Menara Telekomunikasi Tunggal adalah menara telekomunikasi yang

konstruksinya berbentuk tunggal tanpa adanya simpul-simpul rangka

yang mengikat satu sama lain.

(3) Menara Telekomunikasi Kamuflase adalah penyesuaian bentuk menara

telekomunikasi yang diselaraskan dengan lingkungan dimana menara

tersebut berada.

BAB III

PENGGUNAAN MENARA BERSAMA

Pasal 18

Penyedia Menara Telekomunikasi Bersama atau Pengelola Menara

Telekomunikasi Bersama, harus memberikan kesempatan yang sama tanpa

diskriminasi kepada para penyelenggara telekomunikasi lain untuk

menggunakan menara telekomunikasi Bersama secara bersama–sama sesuai

kemampuan teknis menara telekomunikasi Bersama.

Pasal 19

Calon pengguna Menara Telekomunikasi Bersama dalam mengajukan surat

permohonan untuk penggunaan Menara Telekomunikasi Bersama harus

memuat keterangan sekurang–kurangnya, antara lain :

a. nama penyelenggara telekomunikasi dan penanggungjawabnya;

b. izin penyelenggaraan telekomunikasi;

c. maksud dan tujuan penggunaan menara yang diminta dan spesifikasi

teknis perangkat yang digunakan; dan

d. kebutuhan akan ketinggian, arah, jumlah atau beban menara.

Pasal 20

(1) Penggunaan Menara Telekomunikasi Bersama oleh Penyelenggara

Telekomunikasi dilarang menimbulkan interferensi yang merugikan.

(2) Dalam hal terjadi interferensi yang merugikan, Penyelenggara

Telekomunikasi yang menggunakan Menara Telekomunikasi Bersama

harus saling berkoordinasi.

(3) Dalam hal koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak

menghasilkan kesepakatan, Penyelenggara Telekomunikasi yang

menggunakan Menara Telekomunikasi Bersama dan/atau Penyedia

Menara dapat meminta kepada Kepala Dinas untuk melakukan mediasi.

BAB IV PRINSIP-PRINSIP PENGGUNAAN MENARA BERSAMA

Pasal 21

(1) Penyedia Menara Telekomunikasi Bersama atau Pengelola Menara

Telekomunikasi Bersama harus memperhatikan ketentuan hukum

tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

(2) Penyedia Menara Telekomunikasi Bersama atau Pengelola Menara

Telekomunikasi Bersama harus menginformasikan ketersediaan kapasitas

menaranya kepada calon pengguna Menara Telekomunikasi Bersama

secara transparan.

(3) Penyedia Menara Telekomunikasi Bersama atau Pengelola Menara

Telekomuniksi Bersama harus menggunakan sistem antrian dengan

mendahulukan calon pengguna Menara Telekomunikasi Bersama yang

lebih dahulu menyampaikan permintaan penggunaan Menara

Telekomunikasi Bersama dengan tetap memperhatikan kelayakan dan

kemampuan.

Pasal 22

(1) Penggunaan menara telekomunikasi bersama antara penyelenggara

telekomunikasi, antar penyedia menara dengan penyelenggara

telekomunikasi atau antar pengelola menara dengan penyelenggara

telekomunikasi, wajib dituangkan dalam perjanjian tertulis dan

dicatatkan kepada pemerintah daerah melalui pejabat yang ditunjuk.

(2) Pencatatan atas perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

didasarkan atas permohonan yang harus dilakukan oleh penyelenggara

telekomunikasi, penyedia menara atau pengelola menara.

BAB V

TATA CARA PERIZINAN PEMBANGUNAN MENARA

Bagian Kesatu Permohonan IMB Menara

Pasal 23

Penyedia menara telekomunikasi mengajukan permohonan IMB Menara

kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

Pasal 24

(1) Permohonan IMB Menara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23,

melampirkan persyaratan sebagai berikut :

a. persyaratan administratif; dan

b. persyaratan teknis.

(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,

terdiri dari :

a. status kepemilikan tanah dan bangunan;

b. surat keterangan rencana kota;

c. rekomendasi dari instansi terkait khusus untuk kawasan yang sifat

dan peruntukkannya memiliki karakteristik tertentu sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 14;

d. akta pendirian perusahaan beserta perubahannya yang telah

disahkan oleh Departemen Hukum dan HAM;

e. surat bukti pencatatan dari Bursa Efek Indonesia (BEJ) bagi

penyedia menara yang berstatus perusahaan terbuka;

f. informasi rencana penggunaan bersama menara;

g. persetujuan dari warga sekitar dalam radius sesuai dengan

ketinggian menara; dan

h. dalam hal menggunakan genset sebagai catu daya dipersyaratkan

Izin gangguan dan izin genset.

(3) Persyaratan Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri

dari :

a. gambar rencana teknis bangunan menara yang meliputi :

1. situasi;

2. denah;

3. tampak;

4. potongan;

5. detail; dan

6. perhitungan struktur.

b. spesifikasi teknis pondasi menara yang meliputi data penyelidikan

tanah, jenis pondasi, jumlah titik pondasi, termasuk geoteknik

tanah; dan

c. spesifikasi teknis struktur atas menara, meliputi beban tetap (beban

sendiri dan beban tambahan) beban sementara (angin dan gempa),

beban khusus, beban maksimum menara yang diizinkan, sistem

kontruksi, ketinggian menara dan proteksi terhadap petir.

Pasal 25

(1) Proses penelitian dan pemeriksaan dokumen administratif dan dokumen

teknis paling lama diselesaikan 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak

dokumen administratif dan dokumen teknis diterima serta dinyatakan

lengkap.

(2) Dalam hal dokumen administratif dan dokumen teknis yang diterima

belum lengkap, Bupati atau pejabat yang ditunjuk wajib menyampaikan

informasi kepada pemohon paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung

sejak dokumen diterima.

(3) IMB diterbitkan paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak

dokumen administratif dan/atau dokumen teknis disetujui.

(4) Kelaikan fungsi bangunan menara yang berdiri di atas tanah dilakukan

dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun, kecuali terjadi kondisi

darurat, dan melaporkan hasil pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan

menara kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk secara berkala setiap

tahun.

(5) Kelaikan fungsi bangunan menara sebagaimana dimaksud pada ayat (4),

mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan bangunan gedung.

(6) IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (3), berlaku tanpa batas waktu

sepanjang tidak ada perubahan struktur atau perubahan konstruksi

menara.

Bagian Kedua

IMB Telekomunikasi Bersama

Pasal 26

(1) Setiap Badan Usaha yang menyelenggarakan kegiatan pembangunan dan

pengoperasian Menara Telekomunikasi Bersama wajib memiliki Izin

Pengusahaan Menara Telekomunikasi Bersama dalam rangka

pembangunan dan pengoperasian seluruh Menara Telekomunikasi

Bersama di Daerah sebagaimana tercantum didalam Rencana Induk

Menara Telekomunikasi Bersama.

(2) Izin Pengusahaan Menara Telekomunikasi Bersama dikeluarkan oleh

Bupati melalui mekanisme sebagaimana diatur di dalam peraturan-

perundang-undangan yang berlaku setelah mendapat rekomendasi dari

TP3MT.

(3) Masa berlaku Izin Pengusahaan Menara Telekomunikasi Bersama adalah

3 (tiga) tahun.

Bagian Ketiga IMB Menara Telekomunikasi Bersama

Pasal 27

(1) Setiap pembangunan Menara Telekomunikasi Bersama wajib memiliki

IMB menara.

(2) IMB dikeluarkan dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu

Satu Pintu (KPPTSP) dengan cara diajukan oleh pemohon secara tertulis

kepada Bupati melalui Kepala KPPTSP, dilengkapi rekomendasi dari

Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga, Cipta Karya dan Badan Lingkungan

Hidup Daerah sesuai ketentuan yang berlaku.

Bagian Keempat

Rekomendasi Operasional Menara Telekomunikasi Bersama

Pasal 28

(1) Setiap pengoperasian Menara Telekomunikasi Bersama wajib memiliki

rekomendasi Operasional Menara Telekomunikasi Bersama.

(2) Rekomendasi Operasional Menara Telekomunikasi Bersama dikeluarkan

oleh Kepala Dinas atas nama Bupati dengan cara mengajukan

permohonan secara tertulis kepada Bupati Melalui Kepala Dinas.

(3) Rekomendasi Operasional Menara Telekomunikasi Bersama berlaku

selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk masa setiap 5 (lima)

tahun setelah dilakukan penilaian dan evaluasi secara teknis oleh TP3MT.

(4) Permohonan Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk

setiap menara dilampiri persyaratan sebagai berikut :

a. rekomendasi ketinggian yang diperbolehkan;

b. surat kuasa yang sah dari perusahaan apabila diurus oleh pihak

lain;

c. bukti kepemilikan tanah ;

d. surat kerelaan atau perjanjian penggunaan/pemanfaatan/sewa

tanah atau lahan;

e. surat pernyataan sanggup mengganti kerugian kepada warga

masyarakat apabila terjadi kerugian/kerusakan yang diakibatkan

oleh keberadaan menara telekomunikasi yang dibangun dan

dioperasikan;

f. surat kesanggupan membongkar Menara Telekomunikasi Bersama

apabila sudah tidak dimanfaatkan kembali atau habis masa

perizinannya atau keberadaannya bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

g. IMB;

h. gambar teknis, meliputi :

1. peta situasi lokasi;

2. site plan;

3. denah bangunan 1: 100;

4. tampak,potongan,rencana pondasi 1: 100;

5. perhitungan struktur/konstruksi;

6. uji penyelidikan tanah;

7. grounding (penangkal petir); dan

8. titik koordinat ( dari GPS).

i. surat pernyataan kesanggupan untuk memakai menara

telekomunikasi secara Bersama;dan

j. surat kontrak kerjasama dari 2 (dua) operator atau lebih.

(5) Dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari sejak diterimanya surat

permohonan Rekomendasi secara lengkap dan benar, Kepala Dinas

Perhubungan, Komunikasi dan Informatika atas nama Bupati

menerbitkan Rekomendasi Operasional Menara Telekomunikasi Bersama.

(6) Rekomendasi Operasional Menara Telekomunikasi Bersama tidak dapat

dipindahtangankan kepada pihak lain.

Pasal 29

(1) Permohonan perpanjangan Rekomendasi Operasional setiap Menara

Telekomunikasi Bersama disampaikan kepada Bupati Melalui Kepala

Dinas secara tertulis setelah mendapat rekomendasi dari TP3MT.

(2) Permohonan pembaruan Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), dilengkapi dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

28 ayat (4) huruf g.

BAB VI

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 30

(1) Bupati berwenang melakukan pengawasan dan pengendalian

pembangunan serta pemanfaatan menara telekomunikasi.

(2) Dalam rangka penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati membentuk TP3MT.

(3) Tugas TP3MT sebagaimana dimaksud pada ayat (2), bertugas untuk :

a. melakukan kajian teknis terhadap desain, penataan, pembangunan;

b. meneliti kelayakan konstruksi dan rencana anggaran Biaya (RAB);

c. melakukan perhitungan besarnya retribusi;

d. melakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan;

e. memberikan rekomendasi pemberian izin;

f. memberikan rekomendasi pencabutan izin;

g. memberikan rekomendasi pembongkaran bangunan menara; dan

h. menjamin berjalanya operasional menara termasuk keamanan

menara telekomunikasi; dan

i. melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan pemberian izin

Menara Telekomunikasi.

(4) TP3MT sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terdiri dari unsur instansi

terkait dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan dan pengendalian

diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB VII

RETRIBUSI MENARA TELEKOMUNIKASI

Bagian Kesatu Nama, Obyek dan Subyek retribusi

Pasal 31

Dengan nama Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi dipungut

retribusi atas pemanfaatan ruang untuk Menara Telekomunikasi.

Pasal 32

(1) Objek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah

pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan

memperhatikan aspek tata ruang, keamanan dan kepentingan umum. (2) Dikecualikan dari obyek retribusi ini adalah pembangunan dan/atau

pengoperasian Menara Telekomunikasi untuk kepentingan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2).

Pasal 33

Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang

menggunakan/menikmati pelayanan atas pemanfaatan ruang untuk

melakukan pengelolaan menara telekomunikasi.

Bagian Kedua Golongan Retribusi

Pasal 34

Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi termasuk golongan Retribusi

Jasa Umum.

Bagian ketiga Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 35

Tingkat penggunaan jasa pelayanan Pengendalian Menara Telekomunikasi

diukur berdasarkan atas besarnya pemanfaatan penggunaan ruang,

keamanan, kepentingan umum, frekuensi, pengawasan dan pengendalian

untuk pembangunan Menara Telekomunikasi.

Bagian Keempat

Prinsip Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 36

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi ditetapkan dengan

memperhatikan biaya pengawasan dan pengedalian atas pemanfaatan

ruang bagi menara telekomunikasi, kemampuan masyarakat, aspek

keadilan dan efektifitas pengendalian atas pelayanan tersebut.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk biaya prasarana,

biaya operasional dan pemeliharaan.

Bagian Kelima

Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 37 (1) Dasar pengenaan retribusi adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) menera

telekomunikasi.

(2) NJOP menerata telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

digunakan sebagai dasar perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Menara

Telekomunikasi, yang besarnya retribusi dikaitkan dengan frekuensi

pengawasan dan pengendalian menara telekomunikasi tersebut.

(3) Besaran retribusi dihitung dengan cara mengalikan tariff retribusi dengan

NJOP PBB Bangunan Menara Telekomunikasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1).

(4) Besarnya tariff retribusi ditetapkan sebagai berikut :

NO KETINGGIAN TARIF

1. 6-25 meter 1,25% x NJOP Menara

Telekomunikasi

2. 26-55 meter 1,50% x NJOP Menara

Telekomunikasi

3. 56-81 meter 1,75% x NJOP Menara

Telekomunikasi

4. > 81 meter 2% x NJOP Menara

Telekomunikasi

Pasal 38

(1) Tarif retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.

(2) Tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan

memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.

(3) Perubahan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur

dengan Peraturan Bupati.

Bagian Keenam

Wilayah Pemungutan

Pasal 39

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah daerah.

Bagian Ketujuh

Tata Cara Pemungutan, Pembayaran dan Penagihan

Pasal 40 (1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang

dipersamakan.

(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dapat berupa karcis, kupon dan kartu langganan.

(3) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan

untuk wajib retribusi yang menggunakan SSRD.

(4) Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka

hasil penerimaan retribusi harus disetor ke Kas Umum Daerah paling

lambat 1 (satu) hari kerja.

(5) Dalam kondisi geogfrafis dan transportasi sulit dijangkau, penyetoran ke

Kas Daerah dapat melebihi 1 (satu) hari kerja yang ditetapkan dengan

Peraturan Bupati.

(6) Tata Cara pelaksanaan pemungutan retribusi diatur lebih lanjut dalam

Peraturan Bupati.

Pasal 41

(1) Pembayaran retribusi harus dilakukan secara tunai atau lunas.

(2) Pembayaran retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dilunasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya SKRD

atau Dokumen lain yang dipersamakan.

(3) Tata cara pembayaran, penentuan tempat pembayaran, angsuran dan

penundaan pembayaran retribusi diatur dalam Peraturan Bupati.

Pasal 42

(1) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, diberikan

tanda bukti pembayaran.

(2) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, isi buku dan tanda bukti

pembayaran diatur dalam Peraturan Bupati.

Pasal 43

(1) Penagihan retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar dilakukan

dengan menggunakan STRD.

(2) Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

didahului dengan surat teguran, surat peringatan atau surat lainnya yang

sejenis.

(3) Surat teguran surat peringatan atau surat lainnya yang sejenis

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sebagai tindakan awal pelaksanaan

penagihan retribusi setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh tempo

pembayaran.

(4) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran, surat

peringatan atau surat lainnya yang sejenis sebagaimana dimaksud pada

ayat (3), Wajib Retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.

(5) Surat teguran, surat peringatan atau surat lainnya yang sejenis

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikeluarkan oleh Pejabat yang

ditunjuk.

(6) Tata cara penagihan dan penerbitan surat teguran, surat peringatan atau

surat lainnya yang sejenis diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kedelapan Masa Retribusi Terutang

Pasal 44

Masa retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun.

Pasal 45

Retribusi terutang dalam masa retribusi terjadi pada saat diterbitkannya

SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

Bagian Kesembilan

Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi

Pasal 46

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan

retribusi. (2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) diberikan dengan memperhatikan kemampuan

Wajib Retribusi, antara lain dapat diberikan kepada pengusaha kecil

untuk mengangsur.

(3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) antara lain

diberikan kepada Wajib Retribusi yang ditimpa bencana alam atau

kerusuhan.

(4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan

lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

Bagian Kesepuluh

Penghapusan Piutang Retribusi yang Kedaluarsa

Pasal 47

(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah

melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya

Retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang

Retribusi.

(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tertangguh jika:

a. diterbitkan Surat Teguran; atau

b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung

maupun tidak langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya

Surat Teguran tersebut.

(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf b, adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya

menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya

kepada Pemerintah Daerah.

(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf b, dapat diketahui dari pengajuan permohonan

angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh

Wajib Retribusi.

Pasal 48

(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk

melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang

sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Tata Cara penghapusan piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur

dengan Keputusan Bupati.

BAB VIII

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 49

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang

membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua

persen) setiap bulan dari besarnya retribusi yang terutang yang tidak atau

kurang dibayar.

Pasal 50

(1) Setiap Badan Usaha yang telah memiliki izin yang meliputi IMB Menara,

dan Rekomendasi Operasional Pengendalian Menara Bersyarat dalam

rangka pembangunan dan pengoperasian Menara Telekomunikasi

diberikan peringatan secara tertulis apabila : a. melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan ketentuan yang

telah ditetapkan dalam izin dan rekomendasi yang telah

diperolehnya;

b. melaksanakan kegiatan yang tidak sesuai dengan perizinan dan

rekomendasi yang diberikan;

c. melaksanakan ketentuan teknis, keamanan dan keselamatan serta

kelestarian fungsi lingkungan yang tidak sesuai dengan peraturan

perundang- undangan yang berlaku;

d. tidak bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul dari

pelaksanaan izin dan rekomendasi yang telah diberikan ; atau

e. tidak membantu pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh

petugas yang berwenang.

(2) Peringatan tertulis diberikan sebanyak 3 (tiga) kali berturut turut dengan

tenggang waktu masing masing 1 (satu) bulan.

Pasal 51

(1) IMB Menara dan Rekomendasi Operasional Pengendalian Menara

Bersyarat dalam rangka pembangunan dan pengoperasian Menara

Telekomunikasi dibekukan apabila setiap orang yang telah memiliki izin

dan rekomendasi dimaksud dalam rangka pembangunan dan

pengoperasian Menara Telekomunikasi tidak melakukan upaya

sebagaimana tertera dalam surat peringatan setelah mendapatkan

peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2)

Peraturan Daerah ini.

(2) Pembekuan izin dan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dilakukan dengan cara penyegelan terhadap Menara Telekomunikasi yang

sedang atau telah selesai dibangun dan/atau dioperasikan.

(3) Selama IMB Menara dan Rekomendasi Operasional Pengendalian Menara

Bersyarat atas pembangunan dan pengoperasian Menara Telekomunikasi

yang bersangkutan dibekukan, maka Badan Usaha pengelola menara

telekomunikasi tetap dapat mengoperasikan Menara Telekomunikasinya

dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat dilakukan

dibawah pengawasan Pemerintah Kabupaten.

(4) Jangka waktu pembekuan IMB Menara dan Rekomendasi Operasional

Pengendalian Menara Bersyarat atas pembangunan dan pengoperasian

Menara Telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku

selama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal dikeluarkannya penetapan

pembekuan izin.

(5) IMB Menara dan Rekomendasi Operasional Pengendalian Menara

Bersyarat atas pembangunan serta pengoperasian Menara

Telekomunikasi yang telah dibekukan dapat di berlakukan kembali

apabila pemilik izin yang bersangkutan telah mengindahkan peringatan

dengan melakukan perbaikan dan melaksanakan kewajibannya sesuai

dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 52

(1) IMB Menara dan Rekomendasi Operasional Pengendalian Menara

Bersyarat Telekomunikasi dapat dicabut apabila :

a. ada permohonan tertulis dari pemilik izin/rekomendasi;

b. izin/rekomendasi dikeluarkan atas data yang tidak

benar/dipalsukan; dan

c. pemilik izin/rekomendasi tidak melakukan perbaikan sesuai

ketentuan yang berlaku setelah selesai masa pembekuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (4).

(2) Pelaksanaan pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

disertai dengan pembongkaran Menara Telekomunikasi.

Pasal 53

Kepala Dinas atas nama Bupati melaksanakan seluruh sanksi administrasi

bagi kegiatan pembangunan dan pengoperasian Menara Telekomunikasi.

Pasal 54

(1) Pengusahaan Menara Telekomunikasi dicabut apabila pihak pengelola

Menara Telekomunikasi melakukan ingkar janji/wan prestasi atas

perjanjian/kerjasama yang telah disepakati dengan Pemerintah Daerah.

(2) Pencabutan pengelolaan Menara Telekomunikasi dilakukan oleh Bupati

apabila pengelola Menara Telekomunikasi di Daerah tidak dapat

memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setelah

sebelumnya Bupati memperoleh rekomendasi pencabutan izin

pengusahaan menara telekomunikasi dari TP3MT.

Pasal 55

(1) Setiap orang yang membangun dan mengoperasikan menara

telekomunikasi yang tidak sesuai dengan penetapan rencana detail tata

ruang, menara wajib dibongkar.

(2) Pembongkaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah

diberikan peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut–turut dengan

tenggang waktu masing-masing 1 (satu) minggu.

(3) Menara telekomunikasi dan bangunan penunjangnya yang tidak sesaui

dengan ketentuan yang berlaku, langsung dibongkar setelah

mendapatkan peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut

dengan tenggang waktu masing-masing 1 (satu) minggu dan

pembongkaran dilakukan setelah dikeluarkannya rekomendasi

pembongkaran oleh TP3MT.

Pasal 56

Seluruh pelaksanaan sanksi administrasi bagi kegiatan pembangunan dan

pengoperasian menara telekomunikasi yang tidak sesuai dengan ketentuan

yang berlaku ditetapkan oleh Kepala Dinas atas nama Bupati setelah

mendapat rekomendasi dari TP3MT.

Pasal 57

(1) Pembongkaran menara telekomunikasi dan/atau bangunan penunjang

menara telekomunikasi dapat dilakukan oleh pemilik bangunan menara

telekomunikasi atau oleh Pemerintah Kabupaten.

(2) Menara telekomunikasi dan/atau bangunan penunjang menara yang

tidak dibongkar oleh pemilik bangunan, melainkan dibongkar paksa oleh

Pemerintah Kabupaten, maka barang bekas bongkarannya menjadi milik

Pemerintah Kabupaten.

BAB IX

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 58 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah

diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan

tindak pidana di bidang retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh pejabat yang

berwewenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah:

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau

laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi agar

keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang

pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan

sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan

sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi;

d. memeriksa buku, catatan dan dokumen lain berkenaan dengan

tindak pidana di bidang retribusi;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti

pembukuan, pencatatan dan dokumen lain serta melakukan

penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas

penyidikan tindak pidana di bidang retribusi;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan

ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung

dan memeriksa identitas orang, benda dan/atau dokumen yang

dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang

retribusi;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa

sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan/atau

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan

tindak pidana di bidang retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan

dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada

Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik

Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang

Hukum Acara Pidana.

BAB X

SANKSI PIDANA

Pasal 59

(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga

merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3

(tiga) bulan atau denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi yang

terutang yang tidak mau atau kurang bayar.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah pelanggaran.

(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan penerimaan

negara.

BAB XI KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 60

(1) Penyedia menara yang telah memiliki IMB Menara telah selesai atau

sedang membangun menaranya sebelum peraturan daerah ini ditetapkan wajib meyesuaikan paling lama 2 (dua) tahun sejak peraturan daerah ini berlaku.

(2) Penyedia menara yang telah memiliki IMB Menara dan belum membangun menaranya sebelum peraturan daerah ini ditetapkan wajib menyesuaikan dengan peraturan daerah ini.

(3) Menara telekomunikasi yang telah dibangun dan lokasinya sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana detail tata ruang wilayah daerah dan/atau rencana tata bangunan dan lingkungan diprioritaskan untuk digunakan sebagai menara telekomunikasi bersama.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 61

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah.

Ditetapkan di Ruteng pada tanggal 29 Agustus 2014 BUPATI MANGGARAI, ttd CHRISTIAN ROTOK

Diundangkan di Ruteng pada tanggal 29 Agustus 2014 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MANGGARAI, ttd MANSELTUS MITAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI TAHUN 2014 NOMOR 06. NOMOR REGISTRASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 006/2014.

Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM, Bour Maximus,SH Pembina TK. I NIP. 19630224 199003 1 006

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI NOMOR 06 TAHUN 2014

TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

I. UMUM

Bahwa pengendalian menara telekomunikasi sangat diperlukan

selain karena semakin banyaknya pengelola menara telekomunikasi

bersaing untuk membangun menaranya dengan berbagai fasilitas dan

jangkauan frekuensinya. Pemerintah Daerah juga berharap agar

dikemudian hari tidak sampai terjadi Kabupaten Manggarai menjadi

daerah hutan menara telekomunikasi yang selain bangunannya

menjulang tinggi, juga terdapat resiko bagi masyarakat sekitarnya yang

harus diminimalisir dengan cara dikendalikan dan diawasi

pengoperasiannya oleh Pemerintah Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas.

Pasal 46

Cukup jelas.

Pasal 47

Cukup jelas.

Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49

Cukup jelas.

Pasal 50

Cukup jelas.

Pasal 51

Cukup jelas.

Pasal 52

Cukup jelas.

Pasal 53

Cukup jelas.

Pasal 54

Cukup jelas.

Pasal 55

Cukup jelas.

Pasal 56

Cukup jelas.

Pasal 57

Cukup jelas.

Pasal 58

Cukup jelas.

Pasal 59

Cukup jelas.

Pasal 60

Cukup jelas.

Pasal 61

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI NOMOR 006.

BUPATI MANGGARAI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN BUPATI MANGGARAI

NOMOR 28 TAHUN 2014

TENTANG

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI

PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MANGGARAI,

Menimbang : a. bahwa demi kelancaran pelaksanaan Peraturan Daerah

Kabupaten Manggarai Nomor 06 Tahun 2014 tentang

Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi, maka

perlu menetapkan peraturan pelaksanaannya;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan

Bupati tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah

Kabupaten Manggarai Nomor 06 Tahun 2014 tentang

Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi;

Mengingat 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang

Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah

Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan

Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 1655);

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang

Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3881);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4725);

6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

7. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri PU,

Menteri Kominfo, dan Kepala BKPM Nomor : 18 Tahun

2009; Nomor : 07/PRT/M/2009; Nomor :

19/PER/M.KOMINFO/03/2009; Nomor : 3/P/2009

tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan

Bersama Menara telekomunikasi;

8. Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Nomor 06

Tahun 2014 tentang Retribusi Pengendalian Menara

Telekomunikasi (Lembaran Daerah Kabupaten Manggarai

Tahun 2014 Nomor 06, Tambahan Lembaran Daerah

Kabupaten Manggarai Nomor 006);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI.

Pasal 1

Melaksanakan Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Nomor 06 Tahun 2014

tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

.Pasal 2 Memerintahkan Sekretaris Daerah Kabupaten Manggarai untuk

mengundangkan Peraturan Daerah dimaksud dengan penempatannya dalam

Lembaran Daerah Kabupaten Manggarai.

Pasal 3

Menugaskan Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris

Daerah Kabupaten Manggarai untuk mengambil langkah koordinasi dan

Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten

Manggarai untuk mengambil langkah operasional dalam rangka kelancaran

pelaksanaan Peraturan Daerah dimaksud.

Pasal 4

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan

Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Manggarai.

Ditetapkan di Ruteng pada tanggal 29 Agustus 2014 BUPATI MANGGARAI, ttd CHRISTIAN ROTOK

Diundangkan di Ruteng pada tanggal 29 Agustus 2014 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MANGGARAI, ttd MANSELTUS MITAK BERITA DAERAH KABUPATEN MANGGARAI TAHUN 2014 NOMOR 28.

Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM, Bour Maximus,SH Pembina TK. I NIP. 19630224 199003 1 006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI

NOMOR 05 TAHUN 2014

TENTANG

RETRIBUSI PENJUALAN HASIL PRODUKSI USAHA DAERAH

BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN MANGGARAI