73
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF Definisi 1. Depdiknas (2003:5) “Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. 2. Bern dan Erickson (2001:5) “Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar”. 3. Johnson, et al. (1994); Hamid Hasan (1996) “Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil (2-5 orang) dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok”. 4. Suprijono, Agus (2010:54) “Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”. 5. Slavin (Isjoni, 2011:15) “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher” . Ini berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar”. 6. Eggen and Kauchak (1996:279) “Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”. 7. Sunal dan Hans (2000) “Cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk

ringkasan STRABEL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sekedar share

Citation preview

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFDefinisi1. Depdiknas (2003:5) Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. 2. Bern dan Erickson (2001:5) Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar.3. Johnson, et al. (1994); Hamid Hasan (1996) Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil (2-5 orang) dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok.4. Suprijono, Agus (2010:54) Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.5. Slavin (Isjoni, 2011:15) In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher. Ini berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar.6. Eggen and Kauchak (1996:279) Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.7. Sunal dan Hans (2000) Cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran.8. Stahl (1994) Cooperative learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial.9. Kauchak dan Eggen dalam Azizah (1998) Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan.Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Ciri-Ciri1. Siswa belajar dalam kelompok produktif mendengar, mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan secara bersama. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.2. Kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah3. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda. Maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dan ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.IbrahimArends

a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.c) Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda,d) Penghargaan lebih beroa rientasi kelompok daripada individu.a) Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar.

b) Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi.

c) Jika memungkinkan, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender.

d) Sistem reward-nya berorientasi kelompok maupun individu

Unsur-UnsurMenurut Roger dan David Johnson ada 5 unsur dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu:1. Positive interdependence ( saling ketergantungan positif )Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada 2 pertanggungjawaban kelompok.Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok.Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.2. Personal responsibility ( tanggung jawab perorangan )Tanggung jawab perorangan merupakan kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.3. Face to face promotive interaction ( interaksi promotif )4. Interpersonal skill ( komunikasi antar anggota / ketrampilan) 5. Group processing ( pemrosesan kelompok )Dalam hal ini pemrosesan berarti menilai.Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok.Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.

Tujuan Pembelajaran Kooperatif1. Meningkatkan hasil belajar akademikMeskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan social, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas tugas akademik.Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep konsep yang sulit.2. Penerimaan terhadap keragamanPembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbada latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas tugas bersama.3. Pengembangan keterampilan socialMengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi untuk saling berinteraksi dengan teman yang lain.

SINTAKSFASE FASEPERILAKU GURU

Fase 1 : Present Goals And SetMenyampaikan tujuan dan memper siapkan peserta didikMenjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.

Fase 2 : Present InformationMenyajikan informasiMempresentasikan informasi kepada paserta didik secara verbal.

Fase 3 : Organize Students Into Learning TeamsMengorganisir peserta didik ke dalam tim tim belajarMemberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.

Fase 4 : Assist Team Work And StudyMembantu Kerja Tim Dan BelajarMembantu tim- tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya.

Fase 5 : Test On The MaterialsMengevaluasiMenguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok- kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6 : Provide RecognitionMemberikan pengakuan atau penghargaanMempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.

Teknik-Teknik Pembelajaran Kooperatif1. 2. Metode STAD ( Student Achievement Divisions )3. Metode Jigsaw4. Metode GI ( Group Investigation ) 5. Metode Struktural1. Mencari Pasangan ( Make a Match )1. Bertukar Pasangan1. Berkirim Salam dan Soal ( Sending Gretting and Questions )1. Bercerita Berpasangan1. Dua Tinggal Dua Tamu ( Two Stay Two Stray )1. Keliling Kelompok1. Kancing Gemerincing6. Think Pair Share7. Numbered Heads Together8. Bamboo Dancing9. Point Counter Point10. The Power Of Two11. Listening Team

Metode-Meetode Pendukung Pengembangan Pembelajaran Kooperatif1. 2. PQ4R (Preview Questions Read Reflect Recite Review)3. Guided Note Taking 4. Snowball Drilling5. Concept Mapping6. Giving Question and Getting Answer7. Question Student Have8. Talking Stick9. Everyone is Teacher Here10. Tebak Pelajaran

Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran KooperatifKeunggulanKelemahan

1. Dengan pembelajaran kooperatif maka setiap anggota dapat saling melengkapi dan membantu dalam menyelesaikan setiap materi yang diterima sehingga setiap siswa tidak akan merasa terbebani sendiri apabila tidak dapat mengerjakan suatu tugas tertentu.2. Karena keberagaman anggota kelompok maka memiliki pemikiran yang berbeda beda sehingga pemikirannya menjadi luas dan mampu melihat dari sudut pandang lain untuk melengkapi jawaban yang lain.3. Pembelajaran kooperatif cocok untuk menyelesaikan masalah masalah yang membutuhkan pemikiran bersama.4. Dalam pembelajaran kooperatif para paserta didik dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan karena bekerja sama dengan teman temannya.5. Dalam pembelajaran kooperatif memupuk rasa pertemanan dan solidaritas sehingga diantara anggotanya akan terjadi hubungan yang positif.1. Dalam pembelajaran kooperatif apabila kelompoknya tidak dapat bekerjasama dengan baik dan kompak maka akan terjadi perselisihan karena adanya berbagai perbedaan yang dapat menyebabkan perselisihan.2. Terkadang ada anggota yang lebih mendominasi kelompok dan ada yang hanya diam, sehingga pembagian tugas tidak merata.3. Dalam pembelajarannya memerlukan waktu yang cukup lama sebab harus saling berdiskusi bersama teman teman lain untuk menyatukan pendapat dan pandangan yang dianggap benar.4. Karena sebagian pengetahuan didapat dari teman dan yang menerangkan teman maka terkadang agak sulit dimengerti, sebab pengetahuan terbatas.

Secara umum, proses pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.2. Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal.3. Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.4. Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya.5. Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.6. Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAHDefinisi1. Menurut Tan dalam Rusman (2011), Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.2. Suyatno dalam Andika (2013) bahwa Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran dimulai berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya (prior knowledge) untuk membentuk pengetahuan dan pengalaman baru.3. Muslimin dalam Wiwiek (2012) mengatakan bahwa : Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) adalah suatu model untuk membelajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik. serta menjadi pelajar mandiri.Berdasarkan beberapa pendapat ahli, maka dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah model pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada peserta didik dimana masalah tersebut merupakan masalah dalam dunia nyata atau pengalaman peserta didik.

Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalaha. Pembelajaran menjadi starting point dalam belajar;b. Permasalahan diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur;c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective);d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM;g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah masalah;i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; danj. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.Tujuan Model Pembelajaran Berbasis MasalahMenurut Arends (2012), Model pembelajaran berdasarkan masalah bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa secara autentik, memungkinkan siswa untuk mendapatkan rasa percaya diri atas kemampuan yang dimilikinya sendiri, untuk berfikir dan menjadi pelajar yang mandiri.Secara umum PBM bertujuan untuk:1. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah.2. Belajar peranan orang dewasa yang autentik. 3. Menjadi siswa yang mandiri;4. Untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat kemungkinan transfer pengetahuan baru.5. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif.6. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.7. Meningkatkan motivasi belajar siswa.8. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru.

SINTAKSTabel fase Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah menurut ArendsFASE-FASEAktifitas / Kegiatan Guru

Fase 1: Orientasi siswa kepada masalahMenjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, pengajuan masalah, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

Fase 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajarMembantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Fase 3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompokMendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapat penjelasan pemecahan masalah.

Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karyaMembantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan kelompoknya.

fase 5: Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalahMembantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dalam proses-proses yang mereka gunakan.

Landasan1. Teori Belajar KonstruktivismeDari segi pedagogis, Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) didasarkan pada teori konstruktivisme dengan ciri : a. Pemahaman diperoleh dari interaksi dengan skenario permasalahan dan lingkungan belajar.b. Pergulatan dengan masalah dan proses inquiry masalah menciptakan disonansi kognitif yang menstimulasi belajar.c. Pengetahuan terjadi melalui proses kolaborasi negoisasi sosial dan evaluasi terhadap keberadaan sebuah sudut pandang.2. Teori Belajar dari PiagetPiaget menegaskan bahwa anak memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus menerus berusaha ingin memahami dunia di sekitarnya. Rasa ingin tahu ini, dapat memotivasi mereka untuk secara aktif membangun tampilan dalam otak mereka mengenai lingkungan yang mereka hayati seiring saat mereka tumbuh semakin dewasa.3. Teori Belajar Bermakna dari David AusubelBelajar bermakna merupakan proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar.4. Teori Belajar Jerome S. Bruner (Penemuan)Dahar dalam Rusman 2010 mengemukakan bahwa metode penemuan merupakan metode dimana siswa menemukan kembali, bukan menemukan yang sama sekali benar-benar baru. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan hasil yang lebih baik, berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta didukung oleh pengetahuan yang menyertainya, serta menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Tiga Hasil Belajar (Outcomes) yang diperoleh pebelajar yang diajar dengan PBM menurut Arends1. Inquiry dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.Siswa yang melakukan Inquirydalam pembelajaran akan menggunakan ketrampilan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking skill) dimana mereka akan melakukan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan reasoning;2. Belajar model peraturan orang dewasa(adult role behaviors); dan3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).

Kelebihan dan Kelemahan PBMKelebihan:Kelemahan:

1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif;2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah;3. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar;4. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru;5. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri;6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan;7. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna;8. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan;9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah.2. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan beban kurikulum.3. Menurut Fincham et al. dalam Diah (2012), "PBM tidak menghadirkan kurikulum baru tetapi lebih pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang berbeda," 4. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya.5. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBM mungkin tidak dapat untuk menutup sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBM bisa sangat menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru untuk "melepaskan kontrol" dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi.

MODEL PENGAJARAN KONSEPDefinisi Pengajaran konsep adalah model yang dikembangkan secara khusus untuk meningkatkan pemikiran siswa. Pengajaran konsep lebih dari sekadar menggolongkan benda-benda dan membentuk kategori. Pembelajaran konsep juga lebih dari mempelajari nama-nama baru atau kosakata untuk digunakan pada kelas-kelas benda dan gagasan. Pembelajaran konsep melibatkan proses membangun pengetahuan dan mengorganisasi informasi ke dalam struktur kognitif yang kompleks dan menyeluruh. Pengajaran konsep dasarnya "meletakkan sesuatu ke dalam kelas" dan kemudian mampu mengenali anggota dari kelas itu.Menurut Rosser (1984) dalam Dahar (2006:63), konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Pengajaran konsep meliputi empat fase atau tahap utama: (1) Menyajikan tujuan dan membuka pelajaran. (2) Memasukkan contoh dan bukan contoh. (3) Menguji pencapaian konsep. (4) Menganalisis proses pemikiran siswa.

Tujuan pengajaran dari pengajaran konsep yang utama adalah untuk membantu siswa memperoleh pemahaman konseptual dari pelajaran yang sedang dipelajari dan memberikan landasan bagi pemikiran tingkat tinggi

Sifat Konsep menurut Arends1. Konsep dapat Dikategorikan2. Konsep Dipelajari Melalui Contoh dan Bukan Contoh3. Konsep Dipengaruhi oleh Konteks Sosial4. Konsep Memiliki Definisi dan Label5. Konsep Memiliki Atribut Kritis dan Non Kritis

Perencanaan Pemilihan Konsep1. 2. Memilih Konsep sumber utama pemilihan konsep adalah kurikulum3. Menentukan Pendekatan a. Pendekatan Presentasi Langsung proses deduktif: aturan-aturancontohb. Pendekatan Pencapaian Konsep proses induktif: contohaturan-aturan

4. Mendefinisikan Konsep 5. Menganalisis Konsep 6. Memilih dan Mengurutkan Contoh dan Bukan Contoh 7. Penggunaan Gambar Visual 8. Penggunaan Pengorganisasi Grafis 9. Penggunaan Analogi 10. Perencanaan Waktu dan Ruang .

SINTAKSFASE-FASEPerilaku Guru

Fase 1: Menyampaikan tujuan dan menetapkan perangkatGuru menjelaskan tujuan dan prosedur pelajaran serta menyiapkan siswa untuk belajar.

Fase 2: Memberikan contoh dan bukan contoh Dalam pendektan presentasi langsung, guru menamai konsep, mengidentifikasi atribut penting, dan menggambarkan dengan contoh-contoh dan bukan contoh. Dalam pencapaian konsep , diberikan contoh dan bukan contoh, dan secara induktif siswa sampai pada konsep dan atribut-atributnya.

Fase 3: Menguji pencapaianGuru menyajikan contoh-contoh dan bukan contoh tambahan untuk menguji pemahaman siswa mengenai konsep tersebut. Siswa diminta untuk menyediakan contoh dan bukan contoh mereka sendiri tentang konsep tersebut.

Fase 4: Menganalisis proses pemikiran siswa dan integrasi belajar.Guru membantu siswa untuk berpikir tentang proses berpikir mereka sendiri. Siswa diminta untuk memeriksa keputusan mereka dan konsekuensi dari pilihanaya. Guru membantu siswa mengintegrasikan pelajaran baru dengan menghubungkan konsep tersebut dengan konsep lain dalam suatu satuan belajar.

Kelebihan dan Kelemahan:Kelebihan :Kelemahan :

1. Meningkatkan kemampuan untuk belajar dengan cara yang lebih mudah dan efektif dimasa depan.2. Lebih mengaktifkan keterlibatan mental, sehingga konsep yang diperoleh siswa lebih lama dapat diingat dan akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.1. Dibutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama untuk pembuatan dan pengembangan perangkat pembelajaran.2. Bila jumlah siswa dalam satu kelas sangat besar, maka pengajar akan kesulitan dalam membimbing siswa yang membutuhkan bimbingan.

Pendekatan RME dan CTL

Contextual Learning Teaching (CTL)Landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghapal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah -pisahkan menjadi fakta. Fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan (Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2003: 26).Johnson (2002) merumuskan pengertian CTL sebagai berikut : Sistem CTL merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya.The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning (2001) merumuskan definisi CTL sebagai berikut : Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan di luar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia nyata.Menurut para penulis NWREL (Johnson, 2002:38), ada tujuh atribut yang mencirikan konsep CTL yaitu kebermaknaan, penerapan ilmu, berpikir tingkat tinggi, kurikulum yang digunakan harus standar, berfokus pada budaya, keterlibatan siswa secara aktif, dan asesmen autentik.Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa belajar bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil belajar. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya.

Realistic Mathmatics Education PMRI (Pend. Matematika Realistik Indonesia)Landasan filosofi PMRI adalah RME. RME merupakan teori pembelajaran matematika yang dikembangkan di Belanda. Teori ini berangkat dari pendapat Fruedenthal bahwa matematika merupakan aktivitas insani dan harus dikaitkan dengan realitas. Pembelajaran matematika tidak dapat dipisahkan dari sifat matematika seseorang memecahkan masalah, mencari masalah, dan mengorganisasi atau matematisasi materi pelajaran (Gravemeijer dalam Sutarto Hadi 2003: 1). Freudenthal berpendapat bahwa siswa tidak dapat dipandang sebagai penerima pasif matematika yang sudah jadi. Pendidikan matematika harus diarahkan pada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan yang memungkinkan siswa menemukan kembali (reinvention) matematika berdasarkan usaha mereka sendiri.Menurut Zulkardi (2000) PMRI adalah pendekatan pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang real bagi siswa, menekankan ketrampilan Abstrak dan Formalisasi Matematisasi dan Refleksi Situasi Nyata Matematisasi dalam aplikasi proses of doing mathematics, berdiskusi, berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok.Secara garis besar PMRI atau RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika. Konsep matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar.Ciri-Ciri PMRI1. Menggunakan masalah kontekstual, yaitu matematika dipandang sebagai kegiatan sehari-hari manusia, sehingga memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi atau dialami oleh siswa (masalah kontekstual yang realistik bagi siswa) merupakan bagian yang sangat penting.2. Menggunakan model, yaitu belajar matematika berarti bekerja dengan matematika (alat matematis hasil matematisasi horisontal).3. Menggunakan hasil dan konstruksi siswa sendiri, yaitu siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep-konsep matematis, di bawah bimbingan guru.4. Pembelajaran terfokus pada siswa5. Terjadi interaksi antara murid dan guru, yaitu aktivitas belajar meliputi kegiatan memecahkan masalah kontekstual yang realistik, mengorganisasikan pengalaman matematis, dan mendiskusikan hasil-hasil pemecahan masalah tersebut (Suryanto dan Sugiman, 2003:6).Prinsip PMRIUntuk dapat melaksanakan PMRI kita harus tahu prinsip-prinsip yang digunakan PMRI. PMRI menggunakan prinsip-prinsip RME, untuk itu karakteristik RME ada dalam PMRI. Ada tiga prinsip kunci RME (Gravemeijer, 1994: 90), yaitu: (1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang. (2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik. (3) Self-delevoped Models atau Model dibangun sendiri oleh siswa.Menurut De Lange (dalam Suryanto dan Sugiman, 2003: 10) ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu:1. Titik awal pembelajaran harus benar-benar hal yang realistik, sesuai dengan pengalaman siswa, termasuk cara matematis yang sudah dimiliki oleh siswa, supaya siswa dapat melibatkan dirinya dalam kegiatan belajar secara bermakna.2. Di samping harus realistik bagi siswa, titik awal itu harus dapat dipertanggungjawabkan dari segi tujuan pembelajaran dan urutan belajar. 3. Urutan pembelajaran harus memuat bagian yang melibatkan aktivitas yang diharapkan memberikan kesempatan bagi siswa, atau membantu siswa, untuk menciptakan dan menjelaskan model simbolik dari kegiatan matematis informalnya. 4. Untuk melaksanakan ketiga prinsip tersebut, siswa harus terlibat secara interaktif, menjelaskan, dan memberikan alasan pekerjaannya memecahkan masalah kontekstual (solusi yang diperoleh), memahami pekerjaan (solusi) temannya, menjelaskan dalam diskusi kelas sikapnya setuju atau tidak setuju dengan solusi temannya, menanyakan alternatif pemecahan masalah, dan merefleksikan solusi-solusi itu. 5. Struktur dan konsep-konsep matematis yang muncul dari pemecahan masalah realistik itu mengarah ke intertwining (pengaitan) antara bagian-bagian materi. Karakteristik PMRIKarakteristik RME merupakan karakteristik PMRI. Van den Heuvel Panhuizen (dalam Marpaung, 2006: 2), merumuskan karakteristik RME sebagai berikut:1. Prinsip aktivitas, yaitu matematika adalah aktivitas manusia. Si pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam pembelajaran matematika. 2. Prinsip realitas, yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan masalah masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa. 3. Prinsip berjenjang, artinya dalam belajar matematika siswa melewati berbagai jenjang pemahaman, yaitu dari mampu menemukan solusi suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal, melalui skematisasi memperoleh pengetahuan tentang hal- hal yang mendasar sampai mampu menemukan solusi suatu masalah matematis secara formal.4. Prinsip jalinan, artinya berbagai aspek atau topik dalam matematika jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah, tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan antara materi-materi itu secara lebih baik. 5. Prinsip interaksi, yaitu matematika dipandang sebagai aktivitas sosial. Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan strateginya menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain untuk ditanggapi, dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan strateginya menemukan itu serta menanggapinya. 6. Prinsip bimbingan, yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing untuk menemukan (re-invent) pengetahuan matematika.

Secara singkat urutan proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual atau realistik dapat dituliskan sebagai berikut:1. Kegiatan Awal atau Pembukaan a. Penyampaian tujuan pembelajaran b. Penyampaian pokok-pokok materi atau relevansi c. Pemberian motivasi pelajaran dan melakukan apersepsi d. Penjelasan tentang pembagian kelompok dan cara belajar 2. Kegiatan Inti a. Dimulai dengan masalah kontekstual atau realistik. b. Siswa diberi kesempatan menyelesaikan masalah dengan memilih atau membangun strategi sendiri (disampaikan batasan waktu). c. Guru memfasilitasi, antara lain dengan menyiapkan alat peraga atau media yang lain seperti lembar permasalahan, lembar kerja ataupun lembar tugas. d. Sesudah waktu habis, beberapa siswa menjelaskan caranya menyelesaikan masalah (informal). Jangan mengintervensi, biarkan siswa selesai mengutarakan idenya. e. Diskusi kelas dipimpin oleh guru.f. Penyampaian tugas berikut: menggambar atau membuat skema; siswa menyajikan hasil yang diperoleh; tanggapan siswa lain;g. Diskusi kelas dipimpin oleh guru.h. Guru meminta siswa merenungkan materi yang baru saja dipelajari.i. Guru secara perlahan membawa siswa ke matematika formal.3. Kegiatan Akhir atau Penutup a. Penarikan kesimpulan dari apa-apa yang telah dipelajari dalam pembelajaran sesuai tujuan yang akan dicapai.b. Melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pembelajaran. c. Pemberian tugas atau latihan.4. Asesmen Berkelanjutan dengan Memakai Penilaian yang Autentik

PENDEKATAN SCIENTIFIC DAN QUANTUM

Pendekatan ScientificProses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran.Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning)ketimbang penalaran deduktif (deductivereasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.1. Substansi atau materipembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran. 4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran.5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapatdipertanggung-jawabkan.7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik system penyajiannya.Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non-ilmiah yang meliputiintuisi, akal sehat,prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis.Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan IlmiahPendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.1. MengamatiKegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.a. Menentukan objek apa yang akan diobservasib. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasic. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunderd. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasie. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancarf. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.2. MenanyaGuru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.3. MenalarPenalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran pembelajaran akan berhasil secara efektif jika terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik. Pola ineraksi itu dilakukan melalui stimulus dan respons (S-R).4. MencobaUntuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.

Tujuan Pendekatan Ilmiah1. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.2. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan. 3. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi. 4. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah. 5. Untuk mengembangkan karakter siswa.

Prinsip-prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik1. Pembelajaran berpusat pada siswa 2. Pembelajaran membentuk students self concept 3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme 4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip 5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa 6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru 7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi 8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning)Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai suggestology atau suggestopedia. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan detail positif ataupun negatif. Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran seni pengajaran sugestif (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2009: 14).Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan suggestology adalah pemercepatan belajar (accelerated learning).Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan: hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran fisik, dan kesehatanemosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2009: 13) dengan belajar mengunakan Quantum Learning akan didapatkan berbagai manfaat, yaitu :1) Bersikap positif.2) Meningkatkan motivasi.3) Keterampilan belajar seumur hidup.4) Kepercayaan diri.5) Sukses atau hasil belajar yang meningkat.Pengajaran kuantumdalam pembelajaran merupakan pengubahan bermacam-macam interaksi yang terjadi di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi yang terjadi di dalam dan di sekitar momen belajar, maksudnya interaksi yang timbul di dalam ruangan (kelas) antara peserta didik dengan lingkungan belajar yang efektif. Lingkungan belajar yang efektif melibatkan semua aspek kehidupan manusia yaitu fikiran, perasaan, bahasa tubuh, pengetahuan, sikap, keyakinan dan persepsi masa depan.Kuantum menunjukkan kepada kita sebagai calon pendidikmengenai cara menjadi pendidik yang baik. Kuantum menguraikan cara-cara baruyang memudahkan prose belajar kita lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah. Apapun mata pelajaran yang diajarkan oleh pendidik, dengan menggunakan metode kuantum pendidik akan dapat menggabungkan keistimewaan-keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan meningkatkan prestasi siswa.

Karakteristik Umum1. Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai.2. Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, hewan-istis, atau nativistis. 3. Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivis(tis), bukan positivistis-empiris, behavioristis.4. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian kepada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.5. Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.6. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.7. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran.. 8. Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.9. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material.10. Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran.11. Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban.12. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.

Prinsip Utama Pembelajaran Kuantuma. Bawalah Dunia Mereka ke dalam Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke dalam Dunia Mereka.b. Pembelajaran Merupakan Permainan Orchestra Simfoni.c. Pembelajaran Harus Berdampak Bagi Terbentuknya Keunggulan.

TANDUR Sebagai Kerangka Perencanaan Pembelajaran Model KuantumUntuk mempermudah mengingat dan untuk keperluan operasional pembelajaran kuantum dikenalkan dengan konsep TANDUR yang merupakan akronim dari: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Unsur-unsur ini membentuk basis struktur yang melandasi model pembelajaran kuantum.Kerangka TANDUR dapat membawa siswa menjadi tertarik pada setiap pelajaran apapun, karena pembelajaran kuantum siswa mengalami, berlatih, dan menjadian isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri, dan akhirnya dapat mencapai kesuksesan dalam belajar. Kerangka perancangan pembelajaran kuantum TANDUR adalah sebagai berikut: a. Tumbuhkan, maksudnya sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan mereka, buatlah mereka tertarik atau penasaran tentang materi yang akan kita ajarkan. b. Alami, maksudnya berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui.c. Namai, maksudnyaberikan data tepat saat minat memuncak mengenalkan konsep-konsep pokok dari materi pelajaran.d. Demonstrasikan, maksudnya Sediakan kesempatan bagi siswa untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi. e. Ulangi, maksudnyarekatkan gambaran keseluruhannya.f. Rayakan, ingat, jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Perayaan akan menambah semangat dengan asosiasi positif.

PENDEKATAN PROBLEM SOLVING, PROBLEM POSING, OPEN ENDED PROBLEM

Problem Solving (Pemecahan masalah)Pemecahan masalah adalah suatu proses penemuan suatu respon yang tepat terhadap suatu situasi yang benar-benar unik dan baru bagi pemecah masalah (siswa).Hudojo (Aisyah, 2007: 5-3) mengemukakan pemecahan masalah pada dasarnya merupakan proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi sampai masalah itu tidak lagi menjadi masalah baginya. Pendekatan pemecahan masalah (problem solving) adalah rangkaian tindakan tepat yang digunakan untuk mencapai tujuan untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah.Adapun masalah dalam matematika diklasifikasikan dalam dua jenis antara lain: 1) Menemukan masalah (problem to find) yaitu mencari, menentukan, atau mendapatkan nilai atau objek tertentu yang tidak diketahui dalam soal dan memenuhi kondisi atau syarat yang sesuai dengan soal. Objek yang ditanyakan atau dicari (unknown), syarat-syarat yang memenuhi soal (condition) dan data atau informasi yang diberikan merupakan bagian penting atau pokok dari sebuah soal mencari dan harus dipenuhi serta dikenali dengan baik pada saat memecahkan masalah. 2) Membuktikan (problem to prove), yaitu prosedur untuk menentukan apakah suatu pernyataan benar atau tidak benar. Soal membuktikan terdiri atas bagian hipotesis dan kesimpulan. Pembuktian dilakukan dengan membuat atau memproses pernyataan yang logis dari hipotesis menuju kesimpulan. Pendekatan pemecahan masalah matematika mengandung 3 pengertian yaitu pemecahan masalah sebagai tujuan, proses dan keterampilan.1) Pemecahan masalah sebagai tujuan (goal)Pemecahan masalah sebagai tujuan (goal) yang menekankan pada aspek mengapa matematika diajarkan. Hal ini berarti bahwa pemecahan masalah bebas dari materi khusus. Sasaran utama yang ingin dicapai adalah bagaiman cara memecahkan suatu masalah matematika.2) Pemecahan masalah sebagai proses (process)Pemecahan masalah sebagai proses diatikan sebagai kegiatan yang aktif. Dalam hal ini penekanan utamanya terletak pada metode, strategi atau prosedur yang digunakan oleh siswa dalam menyelesaikan masalah hingga mereka menemukan jawaban.3) Pemecahan masalah sebagai keterampilan (basic skill)Pemecahan masalah sebagai keterampilan (basic skill) menyangkut 2 hal:i. Keterampilan umum yang harus dimiliki oleh siswa untuk keperluan evaluasi.ii. Keterampilan minimum yang dipelukan siswa agar dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Langkah-Langkah dalam Pemecahan Masalah Matematika menurut J. DeweyTahap Tahap

Kemampuan yang Diperlukan

1) Merumuskan masalahMengetahui dan merumuskan masalah secara jelas.

2) Menelaah masalahMenggunakan pengetahuan untuk memperinci menganalisa masalah dari berbagai sudut.

3) Merumuskan hipotesisBerimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab akibat dan alternative penyelesaian.

4) Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesisKecakapan mencari dan menyusun data menyajikan data dalam bentuk diagram,gambar dan tabel

5) Pembuktian hipotesis Kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung hubungkan dan menghitungKetrampilan mengambil keputusan dan kesimpulan

6) Menentukan pilihan penyelesaianKecakapan membuat altenatif penyelesaian kecakapan dengan memperhitungkan akibat yang terjadi pada setiap pilihan

menurut David Johnson dan Johnson1) Mendifinisikan MasalahMendefinisikan masalah di kelas dapat dilakukan sebagai berikut:a. Kemukakan kepada siswa peristiwa yang bermasalah, baik melalui bahan tertulis maupun secara lisan, kemudian minta pada siswa untuk merumuskan masalahnya dalam satu kalimat sederhana (brain stroming). Tampunglah setiap pendapat mereka dengan menulisnya dipapan tulis tanpa mempersoalkan tepat atau tidaknya, benar atau salah pendapat tersebut.b. Setiap pendapat yang ditinjau dengan permintaan penjelasan dari siswa yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dicoret beberapa rumusan yang kurang relevan. Dipilih rumusan yang tepat, atau dirumuskan kembali (rephrase, restate) perumusan perumusan yang kurang tepat. akhirnya di kelas memilih satu rumusan yang paling tepat dipakai oleh semua. 2) Mendiagnosis masalahSetelah berhasil merumuskan masalah langkah berikutnya ialah membentuk kelompok kecil, kelompok ini yang akan mendiskusikan sebab sebab timbulnya masalah.3) Merumuskan Altenatif StrategiPada tahap ini kelompok mencari dan menemukan berbagai altenatif tentang cara penyelesaikan masalah. Untuk itu kelompok harus kreatif, berpikir divergen, memahami pertentangan diantara berbagai ide, dan memiliki daya temu yang tinggi4) Menentukan dan menerapkan StrategiSetelah berbagai altenatif ditemukan kelompok, maka dipilih altenatif mana yang akan dipakai. Dalam tahap ini kelompok menggunakan pertimbangan- pertimbangan yang cukup cukup kritis, selektif, dengan berpikir konvergen.5) Mengevaluasi Keberhasilan StrategiDalam langkah terakhir ini kelompok mempelajari :i. Apakah strategi itu berhasil (evaluasi proses)?ii. Apakah akibat dari penerapan strategi itu (evaluasi hasil) ?

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan langkah langkah yang harus diperhatikan oleh guru dalam memberikan pendekatan pembelajaran problem solving sebagai berikut:1) Merumuskan masalahDalam merumuskan masalah kemampuan yang diperlukan adalah kemampuan mengetahui dan merumuskan suatu masalah.2) Menelaah masalahDalam menelaah masalah kemampuan yang diperlukan adalah menganalisis dan merinci masalah yang diteliti dari berbagai sudut.3) Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesisMenghimpun dan mengelompokkan data adalah memperagakan data dalam bentuk bagan, gambar, dan lain-lain sebagai bahan pembuktian hipotesis.4) Pembuktian hipotesisDalam pembuktian hipotesis kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan menelaah dan membahas data yang telah terkumpul.5) Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusanDalam menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan membuat alternatif pemecahan, memilih alternatif pemecahan dan keterampilan mengambil keputusan.CiriCiri Pembelajaran Dengan Menggunakan Pendekatan Pemecahan Masalah1) Siswa dihadapkan pada situasi yang mengharuskan mereka memahami masalah (mengidentifikasi unsur yang diketahui dan yang ditanyakan), 2) Membuat model matematika,3) Memilih strategi penyelesaian model matematika, dan 4) Melaksanakan penyelesaian model matematika dan menyimpulkan. Untuk menghadapi situasi ini, guru memberikan kesempatan yang sebesarbesarnya bagi siswa untuk mengembangkan ideide matematikanya sehingga siswa dapat memecahkan masalah tersebut dengan baik.

Keunggulan dan Kelemahan dari Problem Solving Keunggulan:1) Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.2) Berpikir dan bertindak kreatif.3) Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.4) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.5) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.6) Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.7) Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.Selanjutnya Sanjaya (2007: 220) mengemukakan beberapa keunggulan pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah diantaranya:a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.d. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.f. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran, bahwa pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari bukubuku saja.g. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.h. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.i. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

Kelemahan:1) Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.2) Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.Problem PosingProblem posing adalah perumusan atau pembuatan masalah/soal sendiri oleh siswa berdasarkan stimulus yang diberikan. Problem Posing juga merupakan suatu kasus khusus dari problem solving, maka pembelajaran problem posing juga merupakan pengembangan dari pembelajaran problem solving. Dalam problem posing diperlukan kemampuan siswa dalam memahami soal, merencanakan langkah-langkah penyelesaian soal, dan menyelesaikan soal tersebut. Ketiga kemampuan tersebut juga merupakan sebagian dari langkah-langkah pembelajaran problem solving.

Kerangka problem posing yang diusulkan Igor Kontorovich, dkk(2011) mengintegrasikan lima sisi yang didefinsikan secara operasional: (i) pengorganisasian tugas, (ii) dasar pengetahuan, (iii) skema dan heuristik problem posing, (iv) interaksi dan dinamika kelompok, dan (v) pertimbangan individu tentang kesesuaian merangkum kerangka tersebut.

Pendekatan Problem Posing dalam Pembelajaran MatematikaDalam pustaka pendidikan matematika, problem posing (pengajuan masalah) oleh siswa mempunyai 3 pengertian. Pertama, problem posing (pengajuan masalah) adalah perumusan masalah matematika sederhana atau perumusan ulang masalah yang telah diberikan dengan beberapa cara dalam rangka menyelesaikan masalah yang rumit. Kedua, problem posing (pengajuan masalah) adalah perumusan masalah matematika yang berkaiatan dengan syarat-syarat pada masalah yang telah dipecahkan dalam rangka mencari alternatif pemecahan masalah yang relevan. Ketiga, problem posing (pengajuan masalah) adalah merumuskan atau mengajukan pertanyaan matematika dari situasi yang diberikan, baik diajukan sebelum, pada saat atau sesudah pemecahan masalah. Pengertian ketiga ini merupakan salah satu landasan yang digunakan oleh peneliti dalam mengembangkan pendekatan pengajuan masalah dalam pembelajaran matematika.Pengertian di atas menggambarkan bahwa pengajuan masalah matematika bukan hanya bertujuan untuk menantang siswa untuk mengajukan pertanyaan, akan tetapi juga menjadi salah satu petunjuk dalam pemecahan masalah, soal, atau pertanyaan yang lebih rumit dari sebelumnya. Selain itu pengertian diatas menunjukan bahwa pengajuan masalah dapat dilakukan oleh siswa dalam situasi yang tidak terikat. Pada akhirnya apabila siswa sudah terbiasa dengan pengajuan masalah yang tepat dan benar, maka diharapkan mereka dapat mengembangkan pola pikir matematiknya.

Langkah-Langkah Pembelajaran Problem Posing1. Membuka kegiatan pembelajaran.2. Menyampaikan tujuan pembelajaran.3. Menjelaskan materi pelajaran.4. Memberikan contoh soal.5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas.6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membentuk soal dan menyelesaikannya.7. Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan.8. Membuat rangkuman berdasarkan kesimpulan yang dibuat siswa.9. Menutup kegiatan pembelajaran.

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Problem PosingPada prinsipnya, pendekatan pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.Menurut Suyitno (2004), penerapan pendekatan pembelajaran problem posing adalah sebagai berikut. 1. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.2. Guru memberikan latihan soal secukupnya.3. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula dilakukan secara kelompok.4. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh siswa.5. Guru memberikan tugas rumah secara individual.

Kelebihan dan KeKekurangan dari Problem Posing Kelebihan:1) Kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut keaktifan siswa.2) Minat siswa dalam pembelajaran matematika lebih besar dan siswa lebih mudah memahami soal karena dibuat sendiri.

3) Semua siswa terpacu untuk terlibat secara aktif dalam membuat soal.4) Dengan membuat soal dapat menimbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah.5) Dapat membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada dan yang baru diterima sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang mendalam dan lebih baik, merangsang siswa untuk memunculkan ide yang kreatif dari yang diperolehnya dan memperluan bahasan/ pengetahuan, siswa dapat memahami soal sebagai latihan untuk memecahkan masalah. Kekurangan:1) Persiapan guru lebih karena menyiapkan informasi apa yang dapat disampaikan.2) Waktu yang digunakan lebih banyak untuk membuat soal dan penyelesaiannya sehingga materi yang disampaikan lebih sedikit.

Open Ended ProblemMenurut Suherman dkk (2003: 123) problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-Ended Problem atau soal terbuka. Siswa yang dihadapkan dengan Open-ended problem, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Tujuan dari pembelajaran Open-ended problem menurut Nohda (Suherman, dkk, 2003; 124) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa melalui problem posing secara simultan. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa.Pendekatan Open Ended dalam Pembelajaran MatematikaYang menjadi pokok pikiran pembelajaran dengan open-ended, yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara siswa dan matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai strategi. Perlu digarisbawahi bahwa kegiatan matematik dan kegiatan siswa disebabkan terbuka jika memenuhi tiga aspek berikut:1. Kegiatan siswa harus terbukamaksudnya adalah kegiatan pembelajaran harus mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai dengan kehendak mereka.1. Kegiatan matematika adalah ragam berpikirKegiatan matematika adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses pengabstraksian pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam dunia matematika atau sebaliknya. 1. Kegiatan siswa dan kegiatan matematik merupakan satu kesatuan.Ketika siswa melakukan kegiatan matematika untuk memecahkan permasalahan yang diberikan, dengan sendirinya akan mendorong potensi mereka untuk melakukan kegiatan matematik pada tingkatan berpikir yang lebih tinggi.

Langkah guru dalam mengembangkan Metode Pembelajatran Open-endedadalah menyusun rencana pembelajaran. Hal-hal yang perlu diperhartikan dalam pembelajaran sebelum problem tersebut disampaikan kepada siswa, yakni:a. Apakah masalah tersebut kaya dengan konsep-konsep matematika dan bernilai? b. Apakah level matematika dari masalah (problem) itu cocok untuk siswa?c. Apakah problem itu mengundang pengembangan konsep matematika lebih lanjut?Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan rencana pembelajaran yang baik adalah sebagai berikut:a. Tuliskan respon siswa yang diharapkan.b. Tujuan dari masalah itu diberikan kepada siswa harus jelas.c. Sajikan masalah semenarik mungkin bagi siswad. Lengkapi prinsip formulasi masalah, sehingga siswa mudah memahami maksud masalah itu.e. Berikan waktu yang cukup bagi siswa untuk mengekplorasi masalah

Mengkonstruksi Masalah Open-Ended1. Menyajikan permasalahan melalui situasi fisik yang nyata di mana konsep-konsep matematika dapat diamati dan dikaji siswa.1. Menyajikan soal-soal pembuktian dapat diubah sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan hubungan dan sifat-sifat dari variabel dalam persoalan itu.1. Menyajikan bentuk-bentuk atau bangun-bangun (geometri) sehingga siswa dapat membuat suatu konjektur.1. Menyajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan aturan matematika.1. Memberikan beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori sehingga siswa bisa mengelaborasi siifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat yang umum.1. Memberikan beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat menggeneralisasai dari pekerjaannya.Keunggulan dan kelemahan Pendekatan Open-Ended Keunggulan:a. Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.b. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematik secara komprehensif.c. Siswa dengan kemapuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.d. Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.e. Siswa memiliki pengelaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan. Kelemahan:a. Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah.b. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.c. Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.d. Mungkin ada sebagaian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.

MODEL PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA GURUMetode CeramahSumantri dan Permana dalam Abimanyu (2014) menyatakan bahwa metode ceramah adalah cara mengajar yang paling popular dan banyak dilakukan oleh guru. Hal ini karena metode ceramah mudah disajikan dan tidak banyak memerlukan media.Hasibuan (2012) menyatakan metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan sehingga efektif untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian. Metode ceramah adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada siswaTujuan metode ceramah adalah menyampaikan materi pelajaran yang bersifat informasi yaitu konsep, pengertian, prinsip-prinsip yang banyak dan luas serta hasil penemuan-penemuan baru yang belum terpublikasikan secara meluas. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Ceramah Abimanyu1. Kegiatan Persiapana. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai. b. Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan. c. Mempersiapkan alat bantu. 2. Kegiatan Pelaksanaana. Kegiatan pembukaan Meyakinkan bahwa siswa memahami tujuan yang akan dicapai. Melakukan langkah apersepsi,.b. Kegiatan inti pelajaran kegiatan penyampaian materi pembelajaran melalui informasi lisan.Agar ceramah guru berkualitas maka guru harus dapat menarik perhatian siswa agar tetap terarah pada materi yang sedang disampaikan. Untuk menjaga perhatian siswa, guru perlu melakukan hal-hal berikut: Menjaga kontak pandang dengan siswa secara terus menerus. menghadap papan tulis Menggunakan bahasa yang komunikatif agar mudah dimengerti siswa. Menyajikan materi secara sistematis tidak meloncat-loncat sehingga tidak membingungkan siswa. Menanggapi respon siswa dengan segera dan secara antusias. Menjaga suasana kelas agar tetap kondusif dan menggairahkan untuk belajar.c. Kegiatan mengakhiri ceramahCeramah harus ditutup agar materi pelajaran yang sudah dipahami dan dikuasai siswa tidak dilupakan. Guru perlu menciptakan kegiatan yang memungkinkan siswa tetap mengingat materi pembelajaran. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk keperluan tersebut diantaranya: Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan atau merangkum materi pelajaran yang baru saja disampaikan dan melakukan evaluasi formatif. Merangsang siswa untuk dapat menanggapi atau memberi semacam ulasan tentang materi pembelajaran yang telah disampaikan. Melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai meteri pembelajaran yantapi demonstrasi peran siswa hanya baru saja disampaikan. Melakukan tindak lanjut, yaitu mengajarkan kembali materi yang belum dikuasai siswa atau memberi tugas tambahan jika siswa telah menguasai materi berdasarkan hasil evaluasi formatif.Kelebihan:a. Murah dalam hal ini dimaksudkan efisien dari segi waktu, biaya dan peralatan. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam atau persiapan-persiapan yang rumit. asal siswa dapat menempati tempat duduk untuk mendengarkan guru, maka ceramah sudah dapat dilakukan. b. Mudah dalam arti materi dapat disesuaikan dengan terbatasnya waktu, karakteristik siswa, materi pelajaran, dan tersedianya alat pelajaran. Ceramah dapat terlaksana walau tidak ada sumber pelajaran yang tersedia.c. Meningkatkan daya dengar siswa dan menumbuhkan minat belajar dari sumber lain.d. Memperoleh penguatan, dalam arti guru memperoleh penghargaan, kepuasan dan sikap percaya diri dari siswa yang diajar jika siswa memperhatikannya dan kelihatan senang karena mengajarnya guru baik.e. Memberikan wawasan yang luas karena guru dapat menambah dan mengaitkan dengan sumber dan materi lain dalam kehidupan sehari-hari.f. Menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.g. Memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.h. Mengontrol keadaan kelas karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah (Sanjaya, 2010).Kelemahan:a. Siswa dapat menjadi jenuh terutama jika guru tidak pandai menjelaskan.b. Dapat menimbulkan verbalisme pada siswa.c. Materi ceramah terbatas pada yang diingat guru.d. Bagi siswa yang keterampilan mendengarkannya kurang akan dirugikan.e. Siswa dijejali dengan konsep yang belum tentu dapat diingat terus.f. Informasi yang disampaikan mudah usang dan ketinggalan zaman.g. Tidak merangsang berkembangnya kreatifitas siswa.h. Kurang cocok untuk pembentukan keterampilan dan sikap.i. Terjadi interaksi satu arah yaitu dari guru kepada siswa sehingga cenderung menempatkan guru sebagai otoritas terakhir (Abimanyu, 2014).Cara Mengatasi Kelemahan Metode Ceramaha. Menyelingi ceramah dengan pertanyaan-pertanyaan.b. Menggunakan alat peraga baik langsung maupun tiruan, serta melakukan demonstrasi untuk meragakan konsep yang Anda kemukakan.c. Menciptakan interaksi yang bervariasi antara guru-siswa, siswa-guru, siswa-siswa.d. Melakukan gaya mengajar yang bervariasi supaya siswa tidak bosan mendengarkan ceramah Anda (Abimanyu, 2014).

Metode DemontrasiSanjaya (2006) dan Sumantri dan Permana (1999) mengemukakan bahwa demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang dilakukan misalnya: proses mengerjakan sesuatu, proses menggunakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, atau untuk mengetahui / melihat kebenaran sesuatu.Abimanyu (2014) menyatakan bahwa metode demonstrasi digunakan dengan tujuan mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh siswa, mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa, serta mengembangkan kemampuan pengamatan kepada para siswa secara bersama-sama.Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Demonstrasi Abimanyu1. Kegiatan Persiapan a. Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran berakhir.b. Menyusun materi yang akan diajarkan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.c. Menyiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan untuk mempermudah penguasaan materi yang telah disiapkan dan diperlukan sebagai panduan untuk menghindari kegagalan.d. Melakukan latihan pendemonstrasian termasuk cara penggunaan peralatan yang diperlukan.2. Kegiatan Pelaksanaan a. Kegiatan Pembukaan Mengatur tempat duduk yang memungkinkan setiap siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan guru. Menanyakan pelajaran sebelumnya. Menimbulkan motivasi siswa dengan mengemukakan anekdot atau kasus di masyarakat yang ada kaitannya dengan pelajaran yang akan dibahas. Mengemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa dan juga tugas-tugas yang harus dilakukan dalam demonstrasi nanti.b. Kegiatan Inti Pembelajaran Memulai demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mendukung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memerhatikan demonstrasi. Memulai melakukan demonstrasi sesuai yang telah direncanakan dan dipersiapkan oleh guru. Memusatkan perhatian siswa kepada hal-hal penting yang harus dikuasai dari demonstrasi yang dilakukan oleh guru sehingga semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan sebaik-baiknya. Meyakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi yang memerhatikan reaksi seluruh siswa. Menciptakan suasana kondusif dan menghindari suasana yang menegangkan. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kritis mengikuti proses demonstrasi termasuk memberi kesempatan bertanya dan komentar-komentar.c. Kegiatan Mengakhiri Pembelajaran Meminta siswa merangkum atau menyimpulkan pokok-pokok atau langkah-langkah kegiatan demonstrasi. Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami. Melakukan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi untuk perbaikan selanjutnya. Melakukan tindak lanjut baik berupa tugas-tugas berikutnya maupun tugas-tugas untuk mendalami materi yang baru diajarkan.

Kelebihan:1 Pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit sehingga tidak terjadi verbalisme.2 Guru lebih mudah mengajarkan suatu proses atau cara kerja dan siswa lebih mudah memahami materi pelajaran yang didemontrasikan itu.3 Proses pembelajaran akan sangat menarik, sebab siswa tak hanya mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.4 Siswa akan lebih aktif mengamati dan tertarik untuk mencobanya sendiri.5 Dapat menyajikan materi dengan tujuan dan sifat yang menuntut dalamnya peragaan yang tidak bisa disajikan oleh metode lain selain demonstrasi.6 Menyesuaikan dengan langkah perkembangan kognitif siswa yang masih dalam fase operasional konkrit.7 Dapat disesuaikan dengan tipe belajar siswa yang berbeda-beda, ada yang kuat visual, tetapi lemah dalam auditif dan motorik, ataupun sebaliknya. (Abimanyu, 2014)Kelemahan:1 Tidak semua guru dapat melakukan demonstrasi dengan baik. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Disamping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.2 Terbatasnya sumber belajar, alat pelajaran, media pembelajaran, situasi yang sering tidak mudah diatur dan terbatasnya waktu.3 Memerlukan waktu yang lebih banyak dibanding dengan metode ceramah dan tanya jawab.4 Memerlukan persiapan dan perancangan yang matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukan suatu proses tertntu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak.5 Memerlukan peralatan, bahan-bahan dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah. (Sanjaya, 2010)Cara Mengatasi Kelemahan Metode Demonstrasi1. Guru harus terampil melakukan demonstrasi.2. Melengkapi sumber, alat dan media pembelajaran yang diperlukan untuk demonstrasi.3. Mengatur waktu sebaik mungkin.4. Membuat rancangan dan persiapan demonstrasi sebaik mungkin.

Metode EkspositoriSanjaya (2010) menyatakan bahwa metode pembelajaran ekspository adalah metode pembelajaran yang menekankan proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.Ciri-ciri sebagai berikut :1. Adanya dominasi sumber belajar dalam pembelajaran.2. Bahan belajar terdiri dari konsep-konsep dasar atau materi yang baru bagi warga belajar.3. Materi lebih cenderung bersifat informasi.4. Terbatasnya sarana pembelajaran. Prosedur Pelaksanaan Metode Ekspositori1. Persiapan (Preparation)Tahap pelajaran berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam metode ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori sangat bergantung pada langkah persiapan.

2. Penyajian (Presentation)Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan oleh setiap guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa.

3. Korelasi (Correlation)Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-lain lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan tidak lain untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.

4. Menyimpulkan (Generalization)Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting dalam metode ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil ikhtisar dari proses penyajian.

5. Mengaplikasikan (Application)Langkah aplikasi adalah langkah untuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru.Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini diantaranya, pertama, dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan. Kedua, dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan

Kelebihan dan KelemahanKelebihan:Kelemahan:

1. Guru dapat mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran sehingga guru dapat mengetahui sejauhmana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.2. Efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa cukup luas, sementara waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.3. Bahan belajar yang diperoleh siswa sifatnya seragam yaitu diperoleh dari satu sumber.4. Siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran sekaligus bisa melihat atau mengobservasi melalui pelaksanaan demonstrasi.5. Melatih warga belajar untuk menangkap dan menafsirkan materi yang disampaikan oleh sumber belajar.

1. Hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan metode yang lain.2. Tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.3. Sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis karena lebih banyak diberikan melalui ceramah.4. Terjadi pendominasian kegiatan oleh sumber belajar karena terlalu berpusat kepada sumber belajar yang mengakibatkan kreatifitas warga belajar terhambat.5. Keberhasilannya sangat bergantung pada kemampuan guru dalam hal persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil. 6. Gaya komunikasi metode pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one-way communication) sehingga untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.7. Sulit mengetahui taraf pemahaman warga belajar tentang materi yang sudah diberikan, karena dalam hal ini tidak ada kegiatan umpan balik (Sanjaya, 2010)

Memerhatikan beberapa kelemahan di atas, maka sebaiknya dalam melaksanakan metode ini guru perlu melakukan persiapan yang matang baik mengenai materi pelajaran yang akan disampaikan maupun mengenai hal-hal lain yang dapat memengaruhi kelancaran proses presentasi. Selain itu, diperlukan usaha dari sumber belajar tentang jenis metode yang digunakan yaitu setelah penyampaian informasi selesai harus ada tindak lanjutnya yaitu dengan menggunakan metode bervariasi yang sekiranya memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk mengemukakan permasalahan atau gagasannya yang ada kaitannya dengan materi yang sudah diberikan.

METODE PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA SISWA

Metode ResitasiMenurut Nana Sudjana : Tugas atau resitasi tidak sama dengan pelajaran rumah tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas dapat merangsang anak untuk lebih aktif belajar baik secara individual maupun kelompokMenurut Mulyani dan Johan Permana. H: Metode pemberian tugas atau penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru yang dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau kelompokMetode resitasi atau pemberian tugas merupakan salah satu cara atau metode mengajar yang menuntut agar siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga ia mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru untuk dikerjakan di luar jam pelajaran atau untuk mengaktifkan siswa dalam belajar baik di sekolah maupun di rumah yang dapat dipertanggung jawabkan kepada guru.Metode resitasi biasanya digunakan untuk mendiagnosis kemajuan belajar peserta didik. Resitasi diterapkan dengan menggunakan pola yaitu guru bertanya, peserta didik memberikan respon, lalu guru memberikan reaksi. Resitasi menurut Gage dan Berliner (melalui Mulyatiningsih, 2011: 225) umumnya digunakan dalam review, pengantar materi baru, mengecek jawaban, praktik, dan mengecek pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran dan ide-idenya.Langkah-langkah Metode Resitasi:1. Fase Pemberian Tugas yang diberikan kepada siswa 2. Langkah Pelaksanaan Tugas3. Fase Mempertanggungjawabkan TugasKegiatan Guru dan Siswa dalam Metode Resitasi: Guru: Dalam memberikan tugas-tugas, guru mempertimbangkan apakah tugas itu akan dikerjakan secara individu maupun kelompok. Dalam memberikan tugas guru harus mempertimbangkan kemampuan dan kecerdasan siswa. Tugas yang diberikan siswa hendaknya dapat dimengerti maksud dan tujuannya oleh siswa. Selalu mengecek apakah siswa benar-benar mengerti apa yang sedang atau telah dikerjakan. Selalu melanyani pertanyaan dari siswa jika belum jelas dan memperjelas tugas yang harus diselesaikan. Tugas hendaknya tidak membebankan siswa oleh karena itu diberikan dalam bentuk mingguan atau bulanan. Siswa: Memilih dan mendiskusikan tugas dengan guru. Menerima tugas yang telah dibicarakan bersama guru Menyusun rencana penyelesaian tugas Mencari sumber-sumber data Mengolah data baik yang sifatnya tugas individu maupun tugas kelompok. Menyerahkan tugas yang telah selesai dikerjakan.Kelebihan dan kekurangan:1. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktifitas belajar individual ataupun kelompok.2. Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru.3. Dalam membina tanggung jawab dan disiplin siswa.4. Dapat mengembangkan kreatifitas siswa.1. Siswa sulit dikontrol, apakah benar dia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain.2. Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.3. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.4. Sering memberikan tugas yang menonton (tak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa.5. Seringkali anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya menitu hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.6. Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan. 7. Metode ini banyak menuntut hakekat siswa sebab anak selalu dituntut oleh guru untuk belajar sendiri baik itu untuk materi yang sudah diterangkan ataupun yang belum diterangkan.

Metode InkuiriMetode inkuiri adalah suatu cara menyampaikan pelajaran yang meletakkan dan mengembangkan cara berfikir ilmiah dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip, misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan dan sebagainya.Beberapa ciri dari metode pembelajaran inquiri dapat dilihat dalam rincian berikut: Siswa berpandangan bahwa dirinya sebagai pemelajar Siswa selalu menerima inovasi dalam belajar dan memiliki keinginan untuk selalu terlibat dalam proses esplorasi. Siswa mengajukan pertanyaan, mengusulkan penjelasan dan menggunakan teknik pengamatan kritis untuk mengumpulkan fakta, menyambungkan ide satu dengan lainnya. Siswa merancang rencana dan melaksanakan kegiatan belajar. Siswa berkomunikasi menggunakan berbagai metode. Siswa mengkritisi cara belajar dengan cara mengenali dan mendiskusikan kekuatan dan kekurangn serta melakukan refleksi bersama guru dan teman.Langkah-langkah dalam Proses Inkuiri Sanjaya (2008:202)1. Orientasi Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswab. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulanc. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.2. Merumuskan masalahMerumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.3. Merumuskan hipotesisHipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.4. Mengumpulkan dataMengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.5. Menguji hipotesisMenguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.6. Merumuskan kesimpulanMerumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.Karakteristik Model Pembelajaran Inkuiri1. KoneksiProses koneksi melalui : konsiliasai, pertanyaan, dan observasi.a. Siswa mampu menghubungkan pengetahuan sains pribadi dengan konsep komunitas sains. Dilakukan dengan diskusi bersama, eksplorasi fenomenab. Guru mendorong untuk mendiskusikan dan menjelaskan pemahaman mereka bagaimana suatu fenomena bekerja, menggunakan contoh dari pengalaman pribadi, menemukan hubungan dengan literature.2. DesainProses desain melalui prosedur materi.a. Siswa membuat perencanaan mengumpulkan data yang bermakana yang ditujukan pada pertanyaan. Disini terjadi integrasi konsep sains dengan proses sains.b. Guru memantau ketepatan aktifitas siswa3. InvestigasiProses melalui koleksi dan mempresentasikan dataa. Siswa dapat membaca data secara akurat, mengorganisasi data dengan cara yang logis dan bermakna, dan memperjelas hasil penyelidikan.4. Membangun PengetahuanProses melalui reflektif konstruksi prediksi.Konsep yang dilakukan dengan eksperimen akan memberi arti yang lebih bermakna dan mampu berfikir kritis. Ia harus menghubungkan antara interpretasi ilmiah yang diterima.a. Siswa dapat mengaplikasikan pemahamannya pada situasi baru yang mengembangkan inferensi, generalisasi, dan prediksi.b. Guru bertukar pendapatterhadap pemahaman siswa.Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri Keunggulan: Metode Ini merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. Metode ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. Metode ini merupakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Kelemahan: Jika metode ini digunakan sebagai metode pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. Metode ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. Selama kriteria keberhasiJan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

Metode Penemuan Terbimbing (Discovery Learning)Model penemuan terbimbing adalah model pembelajaran yang dimana siswa berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan.Tujuan Pembelajaran Discovery Learning Bella. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikanc. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.d. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.f. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.Langkahlangkah dalam Penemuan Terbimbinga. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas.b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut.c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diatas diperiksa oleh guru. e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunya. f. Setelah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.Tahapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing Amien (1987)a. Tahap pertama adalah diskusi.Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk didiskusikan secara bersama-sama sebelum lembaran kerja siswa diberikan kepada siswa. Tahap ini dimaksudkan untuk mengungkap konsep awal siswa tentang materi yang akan dipelajari.b. Tahap kedua adalah proses.Pada tahap ini siswa mengadakan kegiatan laboratorium sesuai dengan petunjuk yang terdapat dalam lembar kerja siswa guna membuktikan sekaligus menemukan konsep yang sesuai dengan konsep yang benar.c. Tahap ketiga merupakan tahap pemecahan masalah.Setelah mengadakan kegiatan laboratorium siswa diminta untuk membandingkan hasil diskusi sebelum kegiatan laboratorium dengan hasil setelah laboratorium sesuai dengan lembaran kerja siswa hingga menemukan konsep yang benar tentang masalah yang ingin dipecahkan.Kelebihan dan kekurangan dari Model Penemuan Terbimbing Kelebihan: Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan). Mendukung kemampuan problem solving siswa.. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukanya. Kekurangan: Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini.

STRATEGI KOGNITIFDefinisi1. (Robert M. Gagne, 1974) : Strategi Kognitif ialah kemampuan internal